JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN STATUS AKLIMATISASI DAN EFEK HEAT STRESS PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI DEPAN POLINES (POLITEKNIK NEGERI SEMARANG) JL. PROF. H. SOEDARTO, SH, TEMBALANG, SEMARANG Rizka Tamimi Budhiasih, Baju Widjasena, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract: According to Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika estimation, in 2014 temperature in Semarang was around 23 – 36°C . High work temperature may cause heat stress effect, such as: heat rash, heat cramps, heat syncope, heat exhaustion, and heat stroke. In order to avoid heat stress effect, the workers have to pay attention for these factors: acclimatization status, mineral intake, work load, and personal protective equipment. Tempo newspaper explained that in October 2014 was the highest climate record on Semarang since 1972, it was 36°C. The purpose of this research is to know the correlat ion between acclimatization status and heat stress effect on street vendors located in front of Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. This research use quantitative method with cross sectional approach. The populations on this research are 38 people who work as street vendors and total samples that taken by using inclusion and exclusion criteria are 35 people. Chi Square test result shows that there were no correlation between acclimatization status and heat stress effect (p = 0,127), no correlation between mineral intake and heat stress effect (p = 0,966), no correlation between personal protective equipment and heat stress effect (p = 0,508). Rank Spearman test result shows that there was no correlation between work load and heat stress effect (p = 0,265 and r = 0,193). The researcher suggest, the workers can overcome the heat stress effect by drink 2,5 liters water every day. Besides that, the workers can use personal protective equipment by using a cotton shirt to absorb the sweat maximally and using a head cover to protect the skin head from the sunlight.
Keywords
: work temperature, acclimatization status, heat stress, street vendor
605
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
Prakiraan suhu udara menurut
Latar Belakang
Badan Meteorologi Klimatologi dan
Berdasarkan Undang – Undang
Geofisika Indonesia, pada tahun
Republik Indonesia No. 1 Tahun
2014 Indonesia memiliki suhu udara
1970, diketahui bahwa tempat kerja
minimum
adalah
provinsinya
setiap
lapangan,
ruangan
setiap
adalah
22,95°C
dan
suhu udara maksimum rata−rata di
dimana
setiap provinsinya adalah 33,19°C. (4)
tenaga kerja bekerja atau sering
Apabila dilihat secara lebih spesifik,
dimasuki
tenaga
suhu
keperluan
suatu
atau
atau
di
tertutup,
bergerak
terbuka
atau
rata−rata
menetap,
kerja usaha
untuk dimana
udara
setiap
Provinsi
bulannya
Semarang
berbeda−beda.
terdapat sumber bahaya. Sumber
Berdasarkan
bahaya yang ditemukan di tempat
Meteorologi
kerja sangat beragam, salah satunya
Geofisika Indonesia, diperoleh data
adalah kondisi fisik berupa iklim
suhu udara tahun 2014, yaitu bulan
kerja panas. ada
(1)
tiga
Menurut Suma’mur,
faktor
yang
data
Badan
Klimatologi
dan
berkisar antara 23−36°C dengan kelembaban udara 40−80 %. (4)
dapat
mempengaruhi iklim kerja, yaitu:
Berdasarkan
berita
yang
website
Koran
lingkungan, manusia, dan pekerjaan.
terdapat
(2)
Tempo, dinyatakan bahwa panasnya Indonesia
secara
astronomis
pada
udara Kota Semarang akibat puncak
terletak antara 60°LU − 110°LS dan
musim kemarau yang terjadi saat ini.
95°BT − 141°BT, terletak diantara
Suhu bahkan mencapai 37,74°C
Samudera Pasifik dan Samudera
pada Rabu, 8 Oktober 2014. “Itu
Hindia, diantara Benua Asia dan
suhu terpanas pada tahun ini”, Kata
Benua Australia, terletak diantara
Tris
garis equator yang melalui Pulau
Stasiun
Pemantauan
Semarang.
Kalimantan,
serta
merupakan
Menurut
Tris,
itu
pertemuan
dua
rangkaian
pegunungan
sirkum
pasifik
Indonesia
Prakirawan
suhu
BMKG
nyaris
menyamai rekor panas yang terjadi
dan
pada
sirkum mediterania. Hal−hal tersebut menyebabkan
selaku
13
Oktober
mencapai 38,07°C.
menjadi
Subjek
negara berkilim tropis. (3)
1972
yaitu
(5)
penelitian
yang
difokuskan pada penelitian ini adalah pedagang kaki lima menetap di 606
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sepanjang jalan di depan Polines,
untuk
tepatnya Jl. Prof. H. Soedarto, SH,
penyesuaian
Tembalang, Semarang sejumlah 38
terhadap suhu lingkungannya agar
orang. Pedagang kaki lima tersebut
tidak terjadi kedaruratan akibat heat
menjajakan beraneka jenis makanan
stress.
beraklimatisasi suhu
guna
inti
tubuh
dan minuman, serta ada juga yang
Pada survey awal yang telah
menyediakan servis jasa. Jam kerja
dilakukan peneliti pada responden
mereka rata-rata yaitu 8 jam per hari
dengan karakteristik bekerja sebagai
dengan jam istirahat yang tidak
pedagang yang berjualan dengan
menentu. Iklim kerja berdasarkan
cara berkeliling atau tidak menetap,
pengukuran yang dilakukan di lokasi
diketahui
penelitian didapatkan iklim kerja rata
responden mengalami gejala yang
– rata pada pagi hari (sekitar jam
menunjukkan
10:00) yaitu 27,23°C dengan rata –
stress. Gejala tersebut berupa ruam
rata kelembaban udara 43,4% dan
kulit, keringat berlebih, nyeri otot,
pada siang hari (sekitar jam 14:00)
haus, dan lain lain.
terdapat
5
adanya
dari
efek
5
heat
yaitu 28,50°C dengan rata – rata
Pada
kelembaban udara 48,2% dengan
karyawan
iklim kerja maksimum 30,39°C dan
efisien dan produktif bila lingkungan
iklim
kerja nyaman. Banyak faktor yang
kerja
Berdasarkan
minimum Peraturan
26,29°C. Menteri
umumnya, dapat
mempengaruhi
seorang
bekerja
secara
kenyamanan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, nilai
lingkungan kerja diantaranya adalah
ambang batas yang diperkenankan
tekanan
untuk pekerja yang bekerja dengan
penelitian,
beban kerja sedang dengan jam
dirasakan nyaman bagi penduduk
kerja 8 jam terus menerus yaitu
Indonesia adalah antara 24−26°C,
26,7°C dan beban kerja sedang
kelembaban relative 30−70%, dan
dengan jam kerja 75% dan jam
kecepatan angin sekitar 0,05−0,2
istirahat
28,0°C.
m/s.(6) Pemerintah telah membuat
Pedagang kaki lima ini berarti telah
peraturan tentang kesehatan kerja
melebihi nilai ambang batas yang
khususnya pada Peraturan Menteri
telah ditentukan. Apabila seorang
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
pekerja bekerja diatas nilai ambang
Per/13/Men/X/2011 bertujuan untuk
25%
yaitu
batas iklim kerja maka disarankan
panas. suhu
Menurut
hasil
udara
yang
memberikan perlindungan terhadap 607
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
tenaga kerja yang bekerja pada iklim
Menurut
penelitian
Saridewi,
di atas nilai ambang batas faktor
dinyatakan
bahwa
terdapat
fisika dan kimia di tempat kerja. (7)
hubungan
peningkatan
tekanan
Paparan berjam−jam
panas
selama
darah yang signifikan pada tenaga
mengganggu
sistem
kerja sebelum dan sesudah terpapar
keseimbangan tubuh, dimana tubuh
panas,
mengeluarkan
memperburuk
keringat
mekanisme
sebagai
kompensasi.
yang
jelas
sekali
kondisi
akan
pekerja.
Pusat
Selain respon tekanan darah dan
panas tubuh terletak pada bagian
denyut nadi, sistem termoregulator
otak yang mengatur aliran darah
di
melalui
merespon
pembuluh−pembuluh
seperti
keringat.
lingkungan
di
Pada
atas
25°C,
kulit
otak
(hypothalamus) dengan
akan
beberapa
suhu
mekanisme kontrol seperti konduksi,
kulit
konveksi,
radiasi,
dan evaporasi
manusia mampu kehilangan panas
dengan
dalam proses konveksi atau radiasi,
mempertahankan suhu tubuh sekitar
keringat merupakan satu−satunya
36°C
mekanisme yang ada. Pada
(8)
proses
tujuan
-
37°C.
untuk
Namun
apabila
paparan dibiarkan terus – menerus aklimatisasi
akan
menyebabkan
kelelahan
menyebabkan denyut jantung lebih
(fatigue) dan akan menyebabkan
cepat dan laju pengeluaran keringat
mekanisme kontrol ini tidak lagi
meningkat. Khusus untuk pekerja
bekerja yang pada akhirnya akan
yang baru di lingkungan panas
menyebabkan timbulnya efek heat
diperlukan
stress.(10)
selama
waktu 1−2
aklimatisasi
aklimatisasi
minggu.
terhadap
Jadi,
Heat stress dapat menimbulkan
lingkungan
efek
negatif
berupa
gangguan
panas akan sangat diperlukan pada
psikologis dan gangguan fisiologis.
seseorang pada tenaga
yang
kondisi kerja
belum
terbiasa
Pada
tersebut.
Seorang
fisiologis
berupa
dalam
proses
kapasitas
pembuluh
tenaga
kerja,
gangguan
meningkatnya darah
yang
aklimatisasi hanya boleh terpapar
mengakibatkan
50% waktu kerja pada tahap awal,
darah
kemudian dapat ditingkatkan 10%
darah. Penurunan tekanan darah
setiap hari. (9)
dapat
menyebabkan
pusing
sehingga
608
dan
dilatasi
menurunkan
pembuluh tekanan
lemah
dan
produktivitas
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pekerja
menurun.
pengeluaran
Meningkatnya
keringat
dan denyut nadi bergerak lebih cepat. (12)
yang
merupakan mekanisme penguapan tubuh
dapat
METODE PENELITIAN
menyebabkan
temperatur tubuh menurun. Apabila
Jenis penelitian yang digunakan
heat stress tidak dilakukan upaya
dalam penelitian ini adalah penelitian
pengendaliannya
yang bersifat observasional analitik -
dapat
mengakibatkan
kedaruratan
heat
kuantitatif.
stress yaitu: heat rash, heat cramps,
Dengan
pendekatan
cross sectional.
heat exhaustion, dan heat stroke. (11)
Populasi dalam penelitian ini
Lingkungan kerja dengan suhu
adalah pedagang kaki lima di depan
yang
tinggi
dapat
Polines
(Politeknik
kesehatan tenaga kerja seperti heat
Semarang)
sebanyak
cramps,
heat
Teknik pengambilan sampel dalam
stroke, dan miliaria. Heat cramps
penelitian ini menggunakan kriteria
dialami
inklusi dan ekslusi dengan sampel
heat
exhaustion,
dalam
suhunya
mengganggu
tinggi,
lingkungan
yang
sebagai
akibat
bertambahnya
keringat
yang
menyebabkan
hilangnya
garam
Negeri 40
orang.
berjumlah 35 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN
natrium (Na) dari tubuh, dan sebagai
ANALISIS UNIVARIAT
akibat dari minum banyak air tapi
A. Karakteristik Responden
tidak diberi garam untuk mengganti
Berdasarkan penelitian yang
garam natrium yang hilang. Heat
dilakukan terhadap 35 orang,
cramps mengakibatkan kejang otot
diketahui distribusi karakteristik
pada tubuh dan perut yang sakit.
pedagang kaki lima yaitu:
Disamping kejang tersebut terdapat 1. Usia
pula gejala yang biasa terjadi pada heat
stress
kelemahan exhaustion dengan
yaitu
dan
muntah.
biasanya penderita
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
pingsan,
Usia Pedagang Kaki Lima di
Heat
Depan Polines Tahun 2015
ditandai berkeringat
banyak, suhu tubuh normal atau subnormal, tekanan darah menurun 609
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Usia
Frekuensi
15-29 tahun 30-44 tahun
19 12
Persentase (%) 54,2 34,4
45-60 tahun Total
4 35
11,4 100.0
Dari bahwa
jam kerja < 8 jam per hari (65,7%) B. Status Aklimatisasi, Asupan
tabel 1 diketahui
Minuman, Beban Kerja, dan
sebagian
besar
Alat Pelindung Diri.
15-29
4. Status Aklimatisasi
responden
berusia
tahun (54,2%)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status
2. Jenis Kelamin
Pedagang
Kelamin
Tahun 2015 Frekuensi
Laki-laki Perempuan Total
26 9 35
Persentase (%) 74,3 25,7 100.0
Berdasarkan diketahui besar
bahwa
responden
Lima
di
Pedagang
Kaki Lima di Depan Polines
Jenis Kelamin
Kaki
Depan Polines Tahun 2015
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis
Aklimatisasi
Status Aklimatisasi Belum Beraklimatisasi Sudah Beraklimatisasi Total
Frekuensi 7
Persentase (%) 20,0
28
80,0
35
100.0
Berdasarkan
tabel
4
diketahui bahwa sebanyak 28
tabel
responden dengan presentase
2
80,0% sudah beraklimatisasi.
sebagian laki-laki
5. Asupan Minuman
(74,3%)
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Asupan
3. Jam Kerja
Pedagang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Kaki Lima di Depan Polines
Jam Kerja Pedagang Kaki Lima
Tahun 2015
di Depan Polines Tahun 2015 Jam Kerja < 8 jam 8 jam > 8 jam Total
Minuman
Frekuensi 23 7 5 76
tabel
3
Persentase (%) 65,7 20 14,3 100.0
diketahui
Be
Asupan Minuman ≤2,5 liter/hari >2,5 liter/hari Total
Frekuensi 7 28 35
Berdasarkan
rdasar
Persentase (%) 20,0 80,0 100,0
tabel
5.
menunjukkan bahwa sebanyak
kan
28
bahwa
reponden
(80%)
sudah
mengkonsumsi asupan minuman
sebagian besar pekerja memiliki 610
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dengan baik yaitu >2,5 liter per
Tabel 8. Distribusi Frekuensi
hari.
Efek Heat Stress Pedagang Kaki Lima di Depan Polines Tahun 2015
6. Beban Kerja Tabel 6. Distribusi Frekuensi Beban
Kerja
Pedagang
Efek Heat Stress Heat Stroke Heat Exhaustion Heat Syncope Heat Cramps Heat Rash Tidak Mengalami Efek Heat Stress Total
Kaki
Lima di Depan Polines Tahun 2015 Beban Kerja
Frekuensi
Berat Sedang Ringan Total
0 11 24 76
Persentase (%) 0 31,4 68,6 100.0
Berdasarkan menunjukkan responden
0 0 0 6 9 20
Persentase (%) 0 0 0 17,2 25,7 57,1
35
100,0
Berdasarkan
tabel bahwa
(68,6%)
Frekuensi
tabel
8
6
diketahui bahwa sebagian besar
24
pekerja tidak mengalami efek heat
hanya
stress
yaitu
20
orang
(57,1%)
memiliki beban kerja ringan.
Analisis Bivariat 1. Hubungan
7. Alat Pelindung Diri
Status
Aklimatisasi
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Alat
dan efek Heat Stress
Pelindung Diri Pedagang Kaki
Tabel 9. Tabulasi Silang Status
Lima di Depan Polines Tahun
Aklimatisasi
2015
Stress
APD
Frekuensi
Kurang Baik Baik
13 22
Persentase (%) 37,2 62,8
Total
35
100,0
B erd asa rka
n tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden (62,8%) sudah
menggunakan
alat
Status Aklimatiasasi
Belum Beraklimatisasi Sudah Aklimatisasi Total
dan
efek
Heat
Efek Heat Stress Mengalami Tidak Total Efek Heat Mengalami Stress Efek Heat Stress F % f % f % 4 57,2 3 42,8 7 100,0 11 18
71,4
17 20
60,7
28 35
100,0 100,0 2
Berdasarkan Uji Chi Square (X )
pelindung diri dengan baik.
yang dilakukan, diperoleh p-value sebesar 0,127 (>0,05) yang berarti
8. Efek Heat Stress
H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara 611
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
statistik menunjukkan tidak terdapat
Hasil
hubungan status aklimatisasi dan
menyatakan
Asupan Minuman
Efek Heat Stress Mengalam Tidak i Efek Mengalami Heat Efek Heat Stress Stress f % f % f 3 42,9 4 57,1 7
≤2,5 liter/hari >2,5 liter/hari Total
12
42,9
15
16
57,1
20
(>0,05)
Chi nilai
berarti
(X2)
Square p-value tidak
0,966 adanya
hubungan asupan minuman dan
Total
efek heat stress pada pedagang kaki % 100,0
28
100,0
35
100,0
efek heat stress pada pedagang kaki
lima. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian lain di Australia menyatakan bahwa 79% pekerja di luar ruangan mengalami dehidrasi (salah satu efek heat stress).
lima.
Hasil
Hasil uji statistik penelitian ini
kerja
Conference Governmental Industrial dinyatakan
aklimatisasi
panas
menahan
heat
dengan
mengurangi
heat
itu,
stress
mempengaruhi
pekerja
berlokasi
di
area
berjualan makanan dan minuman,
strain.
sehingga rasa haus dapat segera ditangani. Pekerja menyatakan pada
adanya hubungan status aklimatisasi
saat siang hari, apabila merasa haus
dan efek heat stress karena 80%
mereka akan membeli minuman
pekerja sudah beraklimatisasi, dan yang
rendah
kebutuhan asupan minuman. Selain
Alasan lain yang mendasari tidak
pekerja
penelitian
sedikitnya pengeluaran keringat dan
bahwa
memudahkan
pekerja
statistik
Ketidaksesuaian ini disebakan iklim
Jika dikaitkan dengan teori American
Hygiene,
uji
berbeda dengan teori yang ada.
tidak sesuai dengan teori yang ada.
pada
uji
yang dijual oleh pedagang lainnya.
belum
beraklimatisasi pun masa tinggalnya 3. Hubungan Beban Kerja dan efek
di Semarang yaitu >2 tahun bahkan
Heat Stress
hingga >30 tahun.
Tabel 11. Tabulasi Silang Beban Kerja dan efek Heat Stress
2. Hubungan Asupan Minuman dan
Beban Kerja
efek Heat Stress Tabel
10.
Tabulasi
F
%
Tidak Mengalami Efek Heat Stress f %
Berat
0
0
0
0
0
0
Sedang Ringan
6 9
54,6 37,5
5 15
45,4 62,5
11 24
100,0 100,0
Silang
Asupan Minuman dan efek Heat Stress
612
Efek Heat Stress Mengalami Efek Heat Stress
Total
f
%
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Total
15
20
Dengan
uji
35
statistik
100,0
APD
Efek Heat Stress Tidak Total Mengalami Efek Heat Stress % f % f % 38,5 8 61,5 13 100,0
Mengalami Efek Heat Stress
Rank
Spearman didapatkan nilai p-value
F 5
Kurang baik Baik Total
sebesar 0,288 (>0,05) dan koefisien korelasi sebesar 0,185 yang artinya
10 15
45,4
12 20
54,6
22 35
tidak ada hubungan beban kerja dan Melalui
efek heat stress pada pedagang kaki
uji
Chi
Square
(X2)
didapatkan nilai p-value sebesar
lima.
0,508 (>0,05) yang artinya tidak
Hasil penelitian lain oleh Rosi Daniar, di CV. Rakabu Furniture
adanya
hubungan
bag. Produksi, diketahui iklim kerja
pelindung diri dan efek heat stress
31,24°C dengan sebagian besar
pada pedagang kaki lima.
67% pekerja mengalami gejala dari
penelitian
efek heat stress.
tesebut
penelitian
ini
Pulat.
disebabkan
karena di lokasi penelitian, sebagian
berbeda
besar
lima
kesadaran
secara
Ketidaksesuaian
kemungkinan
disebabkan karena pedagang kaki berjualan
alat
Hal tersebut tidak sesuai dengan
pekerja memiliki beban kerja berat,
Hasil
antara
menetap,
pekerja
sudah
yg
memiliki
tinggi
untuk
sebagian besar memiliki beban kerja
melindungi diri dari paparan panas
ringan dan sebagian kecil memiliki
dengan alat pelindung diri berupa
beban
tenda,
kerja
sedang.
Sehingga
topi,
payung,
pekerja diperkenankan terpapar iklim
berbahan
katun,
kerja lebih tinggi dan waktu paparan
Sehingga
tekanan
lebih lama.
terpapar
pakaian
dan
kipas.
panas
tidak
langsung
pada
karakteristik
lokasi
secara
tubuh pekerja. 4. Hubungan Alat Pelindung Diri dan efek Heat Stress
KESIMPULAN
Tabel 12. Tabulasi Silang Alat
1. Gambaran
Pelindung Diri dan efek Heat
penelitian
Stress
a. Iklim kerja rata – rata pada pagi hari 27,23°C dan pada siang hari 28,50°C
613
100,0 100,0
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
b. Kelembaban udara rata –
a.
rata pada pagi hari 43,4%
0,127
dan pada siang hari 48,2% 2. Gambaran
Status aklimatisasi =
b. Asupan minuman = 0,966
karakteristik
c. Beban Kerja = 0,288 dengan
responden
koefisien korelasi = 0,185
a. Responden berusia
lebih
banyak
15-29
d.
tahun
Alat pelindung diri = 0,508
sebanyak 19 orang (54,2%) b. Responden
paling
DAFTAR PUSTAKA
banyak
berjenis kelamin laki – laki
1. Departemen Hukum dan Perundang – Undangan RI. Undang - Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Jakarta: Departemen Hukum dan Perundang – Undangan RI, 1970 2. Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto, 2013.
sebanyak 26 orang (74,3%) c. Responden
didominasi
pekerja dengan jam kerja < 8 jam per hari sebanyak 23 orang (65,7%) d. Responden
yang
beraklimatisasi
sudah
28
orang
(80%) e. Responden konsumsi
3. Sandy, I Made. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Penerbit Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia-PT. Indograph Bakti, 1996.
dengan minuman
>2,5
liter/hari sebanyak 28 orang (80%) f.
4. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ©. 2009. (Online) (http://meteo.bmkg.go.id/prakiraa n/indonesia diakses pada Senin, 13 Oktober 2014)
Responden dengan beban kerja
ringan sebanyak 24
orang (68,6%) g. Responden pelindung
dengan diri
yang
alat 5. (http://m.tempo.co/read/news/20 14/10/02/206613145/suhuudara-kota-semarang-nyarissentuh-rekor, diakses pada 13 Juni 2015)
baik
sebanyak 22 orang (62,8%) h. Pekerja
yang
tidak
mengalami efek heat stress 6. Agati. Analisis Penanggulangan Heat Streas oleh Perusahaan dan Pengembangan Modul Intervensi Penanggulangannya di PT. Cakra Compact Tahun 2003. Medan: Karya Akhir
sebanyak 20 orang (57,1%) 3. Tidak terdapat hubungan pada setiap
variabel.
Dengan
nilai
signifikansi: 614
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Profesional Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. 2003. 7. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2011. 8. Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi ke-2.Surabaya: Guna Widya. 2004. 9. Tarwaka, Solichul H. A, Bakri, Lilik Sudiajeng. Ergonomi untuk Kesehatan , Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. 2004. 10. Maya, Saridewi. Pengaruh Iklim KerjaTerhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja (Studi pada Stasiun Ketel dan Stasiun Diffuser Pabrik Gula Kedawung Pasuruan). Skripsi. FKM UNAIR. 2002 11. Occupational Safety and Health Administration and National Institute for Occupational Safety and Health. Infosheet: Protecting Workers from Heat Illness. (Online) (Available at: www. Cdc.gov/niosh/docs/2011-174 diakses 12 Maret 2015) 12. Suma’mur. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung. 1996
615