34
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik pertumbuban Bacillus Ciri morfologi dasar suatu spesies bakteri antara lain ukuran, bentuk dan penalaan (Pelczar dan Chan, 1986). Bakteri Bacillus berbentuk batang dengan ukuran panjang 2 - 3 f1I11, lebar 0, 7 - 0,8 f1I11, bersifilt Gram
posili~
menghasilken
spora yang terdapal dibagian tengab, subterminal dan terminal. Subu pertumbuban maksimum 25 - 75° C dan minimum 5 - 45° C, tumbuh pada pH 7,5 - 8,0 sampai
pH 2,0 dan laban terbadap konsentrasi garam (2-25%) (Buchanan dan Gibbons, 1974).
Pada agar miring dengan media nutrient agar (NA) dapat diamati bahwa B.
apiarius dan B. coagulans mempunyai sifat pertumbuhan yang subur. Sedangkan pada agar 1empengan dengan media nuttien agar B. apiorius mempunyai koloni berwama krem. tidak tembus cahaya, pinggiran terlihat rata, sifat elevasi adalah
cembong, pem>ukaan menglcilap dan berbentuk bulat dengan diam_ 1,0 - 5,0
mm. Sedangkan B. coagulans mempunyai koloni berwarna kreOl, tidak tembus cahaya, pinggiran terlihat rata, simI elevasi adalah cembong, pennukaan mengkilap dan berhentuk bulat dengan diameter 1,0 - 5,0 mm.
Tabel2. Pengamatan pertumbuhan bakteri poda media agar miring, media agar lempengan dan media cair Aspek
B.
. .
Bakteri
B. CbIIIlu/ons
Agar miring Agar lempengan (koloni) : - wama - simI tembus cahaya - pinggiran - elevasi - sifat pem>ukaan - bentuk - ukuran
Krem Tidak tembus cahaya Rata Cembung Mengkilap
Bulat I-Smm
Mengkilap Bulat 1-5mm
Pada media cair
Pelikel
Pelikel
Subur )(rem Tidak tembus cahaya Rata Cembung
35
Pertumbuhan bakteri B. apiarius dan B. coaguJans pada media cair nutrien broth bersifat pelikel. Pertumbuhan seperti ini menandakan bahwa bakteri yang
diuji adalah bakteri yang bersifat aerobik. Pertumbuhan bakteri ditandai dengan peningkatan teratur jumlah sel baik ukuran. herat maupun volume sel tunggal atau koloni.
Proses pertumbuhan ini tergantung pada kemampuan sel membentuk
protoplasma barn dari nutrien yang dapat digunakan dari lingkungaonya (Abedon,
2004).
Pertumbuhan bakteri merupakan pertambahan seeara teratur semua
komponen di dalam 501 hidup. Pada mikroorgaoisme benel tunggal pertumbuhan merupakan pertambahanjumlah sel.
Kurva perlambulla. Blu:iUllS Dari basil pemupukan pada jam-jam tertenru dan penghirungao dengan metode TPC diperoleh basil kedua bakteri tenebut yang dapat dilihat pada label 3 dan 4.
Tabe13. Jumlah B. apial'ius padajam tertenru Jamke 0 2 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
Jumlah~CFU/ml)
2,3 x 102,0 x 10 3,1 x 10' 2,2 x 10' 5,2 x 10' 3,1 x 10'" 6,6 x 10'" 5,8 x 10'" 6,1 x 10'" 5,3 x 10 2,1 x 10" 2,2 x 10
'lma 10 2,32 4,30 6,49 8,34 9,72 10,49 10,82 10,76 10,78 10,72 8,32 7,34
Pertumbuhan bakteri umumnya meliputi empat fase yaitu fase lamban (fase
lag), fase logaritmik. fase stasioner dan fase kematian sel (Abedon. 2004).
Fase
lamban atall fase lag segera terjadi setelah inokulasi sel ke dalam medium segar
dan populasi uotuk sementara temp mnpa perubahan.
Pada fase ini tidak ada
perubahan sel yang oyata, sel mungkin tumbuh dalam jumlah volume dan massa, sintesis enzim, protein. asam ribonukleat dan lain-lain dan peningkatan aktivitas
36
metaholisme.
Lamanya rase ini bervariasi tergantung kepada kecepatan
penyesuaian dengan lingkungan disekitamya.
Fase logaritmik atau fase
eksponensial. pada fase logaritmik sel sedang membagi secara teratur dengan
pembelahan biner dan tumbuh dengan polo progresif geometris. Beberapa faktor mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pada fase ini yaitu medium tempat tumbuhnya seperti pH, kandungan nutrien dan koodisi Iingkungan. Fase stasioner atau tetap, pada fase ini jumlab populasi sel tetap karena jumlab sci yang tumbuh sama dengan jumlab sel yang mati.
Fase pertumbuhan terakbir adaIab fase
kematian. Pada fase ini sebagian populasi jasad renik mulai mengalami kematian. Sepanjang fase kematian jumlab sel hidup terus berl
Tabe14. lumlab B. CQagulans padajam_tu lamke 0 2 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
lumlab (CFUImIl 2,0 x 1 5,0 x I 8,0 x I 2.9 x 1 5,7 x 10 4,5x 10" 4,7 x 10" 2,6 x 10 1,3 x 10 1,4x 10 6,9 x 10 1,lxlQ"
.
10
2,301 2,699 4,903 9,462 11,756 13~653
15,672 15,415 15,114 15,146 12,839 9,041
Pada penelitian ini pada B. apiarius peningkatan jumlah bakteri mulai teljadi pada jam kedua. Fase logaritmik berlangsung dari jam ke-2 sampai jam Ire20. Fase stasioner kemungkinan teljadi setelab jam ke-20 sampai jam ke-32 dan fase kematian mulai teljadi setelabjam ke-32 (gambar 3).
37
Kurva Pertumbuhan Bakteri
-.".. <>
S
.'"
0 ...J
20
l-;
15 10
B. apiarius
-.- B. coa_gulans
I I
5
o
4
8
12 16 20 24 28 32 36 40
Jam Ke
L
Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Bakteri B. apiarius dan B. coagulans
Pada 8. coagulan.t rase lamban (lag) terjadi s3mpai jam ke-2 dan peningkatan jumlah bakteri mwai terjadi pada jam keempat.
Fase logaritmik
berlangsung dari jam ke-4 sampai jam ke-20. Fase stasioner kemungkinan setclah jam ke-20 sampai jam ke-32 dan fase kematian mulai terjadi setelah jam ke-32 (gam bar 3).
Uji bam bat pertumbuban Salmonella in vitro Pada uji ham bat pertumbuhan Salmonella in vitro, B. (ll'iarills tidak dapat menghambat
pertumbuhan
Salmonella.
Sedangkan
B. coagulum' dapat
menghambat pemmlbuhan S. enteritidi.f dan S. typhimurium. Zona hambatan yang
dhunjukkan yaitu 5 mm. Dari uji hambat pertumbuhan Salmonella dapat diketahui bahwa B. apiariuR tidak
menghasilkan
bahan/senyawa
antibakteri
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan. sedangkan B. coagillanv dapat menghasilkan senyawa antibakteri yang dapat mcnghambat pertumbuhan Salmonella. Menurut Hyron imus el 0/. (1998) dan LeMarrec et al. (2000) bakteri B.
coagllians juga dapat menghasilkan senyawa antibakteri yaitu bakteriosin yang dinamakan coagulin.
38
Coagulin yang dihasilkan oteh B. coagu/ans dalam klasifikasi bakteriosin tennasuk dalam famili pediocin. klas JIa (Chen dan Hoover, 2003; LeMarrec et ai.,
2000).
Pediocin PA-I yang dihasilkan oteh Pediococcus acidilaclici dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
antara
lain
Enterococcus,
Listeria
monocytogenes, Staphylococcus sp. dan Clostridium sp. (Chen dan Hoover, 2003). Sedangkan coagulin yang dihasilkan B. coagulans dapot menghambol pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis,
Enterococcus /aecium. Leuconostoc, Listeria
monocytogenes dan Poedococcus (Hyronimus et aI., 1998). Bakteriosin yang
dihasilkan oleh B. coagulans juga dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium sp. (C71l.Cyk et al., 2002). Bakteriosin merupakan bahan protein yang dihasilkan oteh suatu bakteri yang dapat menghambol pertumbuhan atau mematikan baktcri lain yang mempunyai kekerabatan yang dekat (Chen dan Hoover, 2003). Bakteriosin yang dihasilkan oleh baktcri Gram positif terutama menghambol pertumbuhan baktcri Gram positif yang lain, hanya pada keadaan tertenIU dapat menghambat bakteri Gram negotif.
Bakteriosin menghambol pertumbohan baktcri dengan cora
membentuk pori pada membran sel yang membuat membran sel tidak stabil. Mekanisme ini merupakan mekanisme yang umumnya dimiliki oleh bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri Gram positif.
Mekanisme lain balcteriosin dalam
mengbambat pertumbohan baktcri adaIah menghambol baktcri adaIah dengan cora mendegradasi DNA dan menghambat sintesa protein. Pada penelitian ini zona hambatan pertumbuhan Salmonella oleh B.
coagulans relatif keeil. Hal ini kemungkinan karena B. coogulans merupakan bakteri Gram positit; sebingga baktcriosin yang dihasilkan Iebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif daripada bakteri Gram negatif seperti Salmonella. Kemungkinan lain balcteriosin yang terbentuk. sedikit. karena tidak ada faktor yang dapat menginduksi bakteri B. ·coaguJans untuk menghasilkan bakteriosin dalam jumlah besar. Menurnt Chen dan Hoover (2003) bakteriosin biasanya terbentuk pada keadaan stres seperti pada keadaan nutrisi yang kurang. Selain itu komposisi nutrisi dalam media pertumbuhan faktor yang menentukan dalam pembentukan bakteriosin.
merupakan salah satu
39
Pengarab probiotik terbadap performan
Berat badall, permmba... berat badaD dan kollSumsi kumulatif Dari tabel 5 dapat dilihat berat badan kelompok yang diberi probiotik yaitu kelompok 3A, 4A dan 5A serta kelompok yang diberi antibiotik (2A) mempunyai herat badan yaog nyata lebih tinggi (P
ditunjang dengan pertambahan bera' badan dan nilai FeR yang lebib baik ('ereantum pada label 6 dan 8).
Tabel5. Rataan berat badanlekor (gram) UMUR Kel IA I. IC
0 .04"
2A
439 A11
2.
43,4
A1io
2C
4171lJJo
Sebelum infcksi I 2 1682"363~"
46,1 ,.
"3~
169,2'" 165'" 1699" 168.8 111 161S 11s 174.9"1789"185,0"-
••
".5~
115
4C
42.8 All 4SJ All
5A
3A 3. 3C 'A
4tS
Ait
"'~ 439 ....
..
3 "'I~
.
•
B76.4C4
Pasca infeksi 5
3~a
S33..1 Ca
839,5 lid.
3636-
523 ICe
895~~
4297 M
654SNlo
9886/01
1213.5"
1517,.3 ....
950.9"
1029,60:
9088~
1014 6 Ce
389,2111 356.4·
80
124S,6Q
12S49
Q
M
676..4""
9S6.9,w
12ll6.5*
1395 6" 119S S1591,1 No
3148'"
679,2""
991 1 Ad
12059B1:
15]7,2 AI> 1519.8"" 1673,2 All
"'-9
M
617.8
6267""
672.1 .....
9338"
1194.0"
6832 ..... 6766""
1034,2 AoI
17S SAc
37.6"'" 381,1 AI
1259,.3'" IW91i1:.
1150'"
405.1 M
6260~
.7,2 AIr.
180 7 A1
405,1 AI.
68S 1M
935.2 IN 9676Aoi1
s.
42,6 All
5C
176,9"189 0"-
414 gAr
46
6133"" 68S lAo
oAll
•
13646-
10S2.9Cc: lOOS,2D< 981211<
-4019
401.7
M
1026.oAolll
903.9" 9186'"
1636.8"'"
1 1732.,5Ca
164790. 1642,500
1906 0" 1746,sCo 18110 80 2109.8Af1o. 1993.6 ABa 2036 6N.
214S6 Ao 2110J Ao
12S6.6N.
1593 7 All
2070.4 .....
1211 8 Aoo
1557.7""
1990 1 ABo
1173,1" 1253.5 Ai.
1S43.9 A11 IS56.0 AII
2041.S .... 2032,7"'-
Ketenmgan : Humfbesar supc:nkrifyang bcJbcda k.earab kolom JIICOUQjukbn berbcda nyU (p
~
kelompok
Kelompok yang diberi probiotik B. apiarius (3A), 8. coagulans (4A) maupun 8M (5A) pada umur 4 minggu mempunyai bemt badan yang nyata lebih 'inggi (p
antibiotik (2A). Demikian pula pada
umUT
5, 6 dan 7 minggu. Berat badan pada
umUT 7 minggu kelompok 3A adalah 2109,8 ± 27,95 g, kelompok adalah 4A
40
2145.6 ± 51,09 g dan kelompoUA 1990, I ± 3 1.04 g. Sedangkan pada kelompok 2A adalah 1906,0 ± 54, IS g dan kc1ompok kontrol (LA) adalah 1732.5 ± 52,98 g.
2500,0
E I!
l .omg9 11
2000,0
.!!!
. 1mgg
•
D2mgg
e: 1500,0
"
~
03mg9
1000,0
II
. 4mgg 500,0
0 5mgg
. 6mgg
0,0
1A 18 1C 2A 2B 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C IC7mg9 ! KELOMPOK
1-
Gambar 4, Rataall berat badan (gram)
Pcmberian probiotik Bacillus
~p,
pada ayam layer dapat meningkatkan
asam amino dalam usus (Sjofjan. 2003). Adanya pen ingkatan jumJah asam amino. maka jumJah asam amino yang diserap mengalami peningkatan. seh.ingga
memberikan pengaruh yang baik tcrhadap pertumbuhan dan kcsehatan ayam. Se lain itu pemberian probiotik Bacillus sp. dapat memperbaiki daya cerna protein
dalam ransum. B. apiorius dan B. coagulolls dikctahui dapat menghasilkan enzim penccmaan sepcrti am ilase, protease dan lipase yang akan membantu pemecahan molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh usus. Adanya penambahan enzim pencemaan yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut akan meningkaikan jum lah makanan yang dapat d;eema dan diserap olch hewRO. Pada tabcl 5 dan gambar 4 terlihat bahwa infeksi bakteri Salmonella baik S.
enferitidis maupun S. typhimllrium menyebabkan bcrat hadan ayam yang diperoleh pada liap minggu lebih keeil bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinfeksi Salmonel/a. Berat badan akhir yang dicapai pada ke lompok yang diinfeksi S. enteritidis dan S. typhimurium nyata lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diinfeksi (p
41
umUf 4 minggu (1 minggu pasca infeksi/pi) dan berlanjut pada minggu ke 5, 6 dan 7 (2, 3 dan 4 minggu pi),
Kelompok konb'ol yang diinfeksi (I B dan IC)
menunjukkan berat hadan terkecil dan
lebih rendab (P
kelompok konb'ol yang tidak diinfeksi (IA),
Pada kelompok yang diberi probiotik balk. B. apiarius, B. coagulans maupun 8M dan diinfeksi Salmonella enteritidis (38, 48, 58) walaupun berat badan mingguan yang dicapai lebib keeil bila dibandingkan dengan kelompok yang diberi probiotik yang tidak diinfeksi (3A, 4A dan SA) tetapi l)18Sih lebih besar bila
dibandingkan dengan kontrol yang diinfeksi dan tidak diinfeksi (lA dan 18). Demikian pula pada kelompok yang diberi probiotik boik B. apiarius, B. coagu/ans
maupun 8M dan diinfeksi Salmonella typhimurium (3C, 4C. 5C) walaupun berat bodan mingguan yang dicapai Iebib keeil bila dibandingkan dengan kelompok yang diberi pmbiotik yang tidak diinfeksi (3A, 4A dan SA) tetapi masib lebib besar bila dibondingkan dengan konb'ol yang diinfeksi dan tidak diinfeksi (IA dan IC). Pada kelompok yang diberi antibiotik (2B dan 2C) infeksi bakteri
Salmonella enteritidis (2B) dan S. typhimvrirl1lf (2C) juga menyebobkan bernt badan yang dicapai nyata lebib rendah (p
Infeksi bakteri Salmonella baik S. enteritidis maupun S. typhimurium menyebobkan pertambobon berat bodan ayam yang diperoleh pada tiap minggu menurun secara nyata (P
terlihat lebih rendah mulai terjadi pada umUf 4 minggu (1 minggu pasca infeksi/pi) dan berlanjut pada urnur 5, 6 dan 7 minggu (2, 3 dan 4 minggu pi). Pertambohan
berat badan terkecil terjadi pacta kelompok kontrol yang diinfeksi (1 B dan IC).
42
Tabel 6. Rataan Penambahan Beral Badan/ekor (gram) UMUR Mine.2u)
Sebelwn infeksi Kel IA I. IC 2A 2. 2C JA
I
2
J
124,Sci
J 19,9 Bf 32 1 8 81" ]2 1,gll( 38S.8 M 345 8 M 3 14,7 111
4K8.9o. 481.2Il0l 4111,.3110 6 10,6 M
12391'.1
1239 Ct 1259Q: 1254 Ca 120,1
c.
KS3.4 Cd
Pasca infcksi 5
6
989.5 C'<
1321.1 ~
793'~
959,1
833.0<:'
939,41k 1164 .. lie
944,1 A8i1 907y\lld
Do
986.2 c.
1199,S~lo
1213,1 F.b
1543.31352.2 Db
7 1689,00. 1601,8 .,. 1600,8 F..
1862. 1 Co 170], , "'" 1829,3 Co
947.ZAll
1189.SA<
910,2Md
1162,0 Be
1493.3"'\
1989.7 80
3S76 M
635,3 .... 6278 ....
889,4 114
S79,SAIo
9S7,7 Ad 983.2 ". 889,9 801 920,4 MIoI 860 6 lid
1149711< 1226 I Ac
1475.5 Cb 1626.7 .....
19922A8.0
328.1
12128 ""
1594,0 lib
2067,S 110
1211.3 Ac
1548.4 l1li
U34.6""' 1130.511< 12076 ....
1510,4 l1li
202S.1 ABo 194:!..,9"" 19991 ......
345 8/OJ
340,9 Af
'A
)24.0'" 1407"1281111
4C
1]17"" 139.7 ....
5A
1J3.SBa
5B
1] 4 1. At
5C
14 ]0~
,.
I
1354,1 ~ lS444 8b
1254S.
3B 3C
574.4 lit
,
Aaf
585,0 "" 574.410£
]381 AI
640.4 ....
360,OM 3S7.9 M
6313 Ao
372JM 3n,]"'"
61 5,5""' 6]0.6 Ao 637.1 Ae
8670Il0l
872,6 84
10429 Cc
ISOI J IIb 1510.0'"
2063. 1 AlIa
2099.1 ....
1986,7·
Kc!mmgan . Hurufbesar 5upersknfyang berbcd3 kcarah kolom tnelluujukkau bcrbcda nyala (p
~
c 2S00,0
m
" " • m m
-
2000,0
[. tmgg • 2mgg
--
~
1500,0
c
m
D 4mgg
~
1000,0
"E
500 ,0
m
.•
1:1
I
03mgg - smgg D 6mgg
I
L· 7mgg l
0,0
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gnmbar 5. Rataan pertambahan berat badan (gram/ekor)
Pada penelitian ini terl ihat bahwa infeksi subklin is Salmonella walaupun tidak menimbulkan gejala kJinis tetapi menyebabkan berat badan dan pertambahan bernt hadan ayam tidak maks imal. Pada penel itian ini terlihat bahwa perubahan pato logi pacta usus dan hat i (data tcrcantum pada tabel 20 dan 30) akibal infeksi
43
S(limonella menimbulkan
gangguan
pada
fungsi
organ
terscbul sehillgga
pcrtarn bahan berat badan tidak o ptimal.
Tabel7. Rataan Konsumsi KumulalifJekor (gram) UMUR (Mi oggu) Pasea infeksi
Sebelum infeksi Kel IA IR
I
2
3
4
148.9 .... 143.' ....
565,3 M 554.S Al 550.0'"
1025A IIo
1766. I Ud 1855 1,I.d
IC
144 OAt;
2A
147,0"-
2.
140,0'"
2C 3A
3B 3C
140.' .... 148. ' .... IlS.7 1it1 1]1.4'"
5 13.9111' 504.4 or
4A
1410 Al
519.91l1'
,n
4C SA
5. 5C
139.8"137.JEIt; 145,8'" 140.8Bt. 130.3 lit
54\ ,5 1Of 544 s8f
501.9 111 Sl7 2 w
500,2504 8 111 529.91J( 520,7· 4772111
11-44.2 IV-
11220 .... 1080.7 110 11136 ,\,0
1072 3110 10034 Co 1047,811<
18624
Aoi1
I 799.0 lid 1809 I AoiI 1740.5 Bel 16790 0.
5 2012,801:
6 3033,3 CJlto
2595 I "" 2568 6N.
3409.6 A11 3368,8 MIll 3 194,6 0. 3353 7 MIll 3312.6"111> 30&4 0 COlo
2322.3 c~ 2548,4 Ate
2512.7""22 19,OOld
17266(,4
2426411<
1025.5 80 1001.9C&
1909 I 01
24 12. 1110: 2023 41)c
I023.6c;. 1014.3 (;a 1014 7 Co 1052.0 co
1693.3 a 1697 l a 1664 7 a
989,4 c,
I 652,9 C1
1720.1 CII 1677, 1('4
Cc
2391 .6 2402.0 9Gc 2073 0 DI: 2423.5 Ilc 238 1 6 c<
11b
l228.9 32 10,0111> 29354 Ill> 3193.9 00 3202.9 8b 2858,9 "" ]226.0 Ob ]1789 00
7 3323.2 !Io. 4232,4 A.o 4\732"" 3618.11lo 41565 ..... 41201""
33030 80 4034.0 .... 40153 Ao 3 147.9 80
4001 .7A.o 3974.5 A.o 31376110 4027 I A.o 39744'"
Keteranglln ' Hurufbesar supenknf yang berbcda kcarah kolom menWljuJdan berbcda nyata (p
4500 ,0 ...._ __
'Ii 4000,0
" ~
~ :at: -;; E ~
~
~
---~-----.,
3500,0 3000,0 2500.0 2000,0 1500,0 1000,0 500,0 0,0
r-
. 'mgg II . 2mgg 03mgg
II
D4mgg .5mgg El 6mgg ~ mgg
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C
KELOMPOK Gambar 6. Rataan konsumsi kumulatif (gram/ekor)
I
44
Pada tabel 7 dan gambar 6 terlihat bahwa pada
umUf
1 minggu kelompok
2A, 3A, 4A dan SA tidak berbeda nyata (P>O,05) jumlah konsurnsi kumulatif
dengan kelompok kontrol (I A). Pemberian probiotik (B. apiarius, B. coagulam dan 8M) dan antibiotik Zn-bacitrasin tidak mempengaruhi konsumsi kumulatif ayam broiler.
Pada umur 2 minggu kelompok kontrol nyata (P
Konsumsi kwnulatif meningkat sejalan dengan umur ayam. Pada penelitian ini infeksi Salmonella subklinis tidak. mengurangi konsumsi kumulatif pada semua kelompolc. Rataan konsurnsi kumulatif pada kelompok yang diinfeksi Salmonella menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kelompok yang tidak diinfeksi
(P
NU.i F~ colfW!l'Sio" IYIIe (FCR)
Dati label 8 terlihat bahwa pada urnur I. 2 dan 3 (sebelum infeksi) kelompok yang diheri pmbiotik B. apiarius, B. coagulam dan BM mempunyai
Dilai FeR yang lebih rendah dari kelompok koottol dan keiompok antibiotik baik diinfeksi maopun tidak (P
dengan kontrol. Niiai FeR yang diperoleb pada kelompok 3A, 4A dan SA nyata lebih rendab dibandingkan kelompok 2A dan IA (p
FeR pada kelompok 3A adalah 1,74 ± 0,06; kelompok 4A adalah 1,50 ± 0,15 dan kelompok SA adalah 1,62 ± 0,08. Nilai FeR kelompok kontrol (tA) adalah 2,07 ± 0,13 dan kelompok 2A adalah 2,00 ± 0,12. Nilai FeR pada kelompok kontrol yang
diinfeksi (IB dan Ie) nyata lebih tinggi dibandingkan kelompok lA dan kelompok
45
yang diberi probiotik baik yang diinfeksi maupun tidak (P
Pada
kelompok probiotik (38, 3C, 48, 4C, 58 dan 5C) yang diinfeksi terjadi peningkatan nilai FCRyang nyata (P
1,58
1,94~
2,00~
1,17~
1,60~
1,83 ••
2,01 ~
Pasca infeksi 5 6 2,03 2,15 2,71 2,84 2,73 2,78 2,07~ 1,99 2,482,582,412,.. -
1,151,01-
1,54 ~.
1,59~
1,85~
1,86~
1,51 Dl..-C
1,65~
1,82=
2,09~
2,16~
2,02~
0,94~
1,41 ~ 1,63-
1,63~
1,92~
2,09~
2,17~
2,02~
1,68~
1,50~
1,40
1,61
1,68= 1,95 1,95 1,68 2,15 1,97
1,80~
1,48
1,75 1,60
I 1,19 1,20 1,16 1,17 1,12
1,081,06 0,99 1,09 1,05 0,91
Sebelum infeksi 2 3 2,IS 1,77 1,89 , 2,29 1,71 2,33 1,46 1,78
,
1,49
1,40 1,34
, ,
1,65 1,67 1,55
4 2,13 2,34 2,18 1,91
1,73 1,91 1,81 2,00 1,92
1,99~
2,00 2,07 1,90 2,15 2,10
7 2,07 2,64 2,61
•
2,00~
2,452,251,74~
1,94 1,98 1,62 2,01 2,00
Keterangan: Hurufbesar superskrifyang bcrbeda kearah kolom mentmjukkan berbeda nyata (p
Dilihat dari nilai FeR maka probiotik B. apiarius, B. coagulans dan BM memberikan nilai FCR yang lebih baik daripada kontrol dan kelompok yang diberi
antibiotik.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian probiotik efisiensi
penggunaan pakan tetjadi lebih baik.
Sedangkan pemberian antibiotik walaupun
dapat memacu pertumbuhan tetapi tidak dapat memperbaiki nilai FeR. Pada tabel 8 dan gambar 7 juga terlihat bahwa kelompok kontrol yang diinfeksi S. enteritidis (18) dan S. typhimurium (IC) mempunyai nilai FeR yang
lebih tinggi hila dibandingkan dengan kelompok lA yang tidak diinfeksi (P
46
juga menunjukkan nilai FeR yang Icbih linggi hila dibandingkan dcngan keJompok yang sarna yang tidak diinfeksi (3A. 4A dan 5A).
Akan tetapi apabila
dibandingkan dengan kontrol yang diinfeksi (l B. IC) dan kclompok yang diberi antibiotik dan diinfeksi (2B. 2C) kelompok yang diberi probiotik dan diinfeksi
mempunyai nilai FeR yang lehih rendah. (nfcksi Salmonella menimhulkan lesio baik makroskopis maupun mikroskopis pada usus (tercantum pada tabel 12 dan 14) yang dapat menycbabkan proses penccrnaan dan penycrapan makanan terganggu.
'" 3,0 ,..._~ U LL
2,0
::5 1,0 :z 0,0
1.
1B
E
~
~
~
M
~
E
U
W C
~
~
E
KElOMPOK
fi1 mgg 1 2mgg D3mgg D4mgg . s;;;gg c~ . ~
Gambar 7. Rataao nilai FeR
MenurUl Fuller (1992) pemberian probiotik dapat. lebih memhantu proses penccrnaan dan dapal memperbaiki konversi pakan. Pada penelitian ini dipcroleh hasil bahwa pemberian probiotik Bacilllls dapat meningkatkan luas permukaan usus (data tercantum pada tabel 18). sehingga dapar meningkatkan penyerapan nutrisi. Nilai FeR yang lebih baik pada kelompok yang diberi probiorik karena ditunjang oleh gambaran makroskopik dan mikroskopik organ pencemaan (data pada tabel 20 dan 30) yang lebih baik. sehingga proses pencemaan berlangsllng Icbih baik.
Menurul Anggorodi (1995) bahwa proses dan keadaan fisiologis dari
o rgan-organ pencemaan akan sangat menentukan efisiensi pencernaan pakan yang
juga alum mempengaruhi pertumbuhan. Dilihat dari pertambahan berat badan ayam dan nilai FeR yang dipero leh dalam pene litian ini, maka infeks i Salmonella (salmonellosis) subklinis secara ekonomi sangat merugikan se lain merugikan
bila ditinjau dari
kesehatan
masyarakat dan hewan. Hasil yang sarna diperoleh Dhil lon el 01. (1999) ya itu infeksi Salmonella sp yang menimbulkan lesio makroskopis dan mikroskopis pada
47
organ hati dan usus
dapat mengganggu proses pencemaan. sehingga efisiensi
pakan dan herat badan menurun.
Menumt Humprey el al. (2002) umumnya penurunan berat badan dan laju
pertumbuhan pada keadaan infeksi sekitar 70% diakibatkan oleh penunman pemasukan rnakanan (konsumsi) dan 30 % diakibatkan oleh inefisieni proses metabolisme dan penyerapan nutrisi. Akibat metabolisme dan penyerapan yang
bunde. mw dibutuhkan jumlah nutrisi yang lebih banyak dari keadaan tanpa infeksi. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan efisiensi penggunaan pakan
dan nilai FeR yang tinggi. Hasil yang diperoleh daJam penelitian ini menunjukkan infeksi Salmonella subldinis meningkatkan jumlah konsumsi pakan, akan tetapi menurunkan pertambahan berat badan dan meningkatlcan nilai FeR.
Dengan
demikian penurunan pertambahan berat badan dan peningkatan FeR dalam
penelitian ini,
terjadi akibat inefisiensi proses penoemaan dan penyerapan
makanan. Status Kesehatan
GambaraD darab Pemeriksaan darah pada bewan terutama hewan mammalia sering dilakukan
untuk: mengetahui kesehatan hewan tersebut serta untuk. membantu mendiagnosa suatu penyakit (Zinkl. 1986). Radang atau infeksi dapat dilretahui dari adanya perubahan dalam darah terutama padajwnlah sellekosiL
Jumlab eritrosit Pada penelitian ini jumlah eritrosit pada kelompok: kontrol tidak berbeda nyata
(P>O,O~)
dengan kelompok yang diberi antibiotik (kelompok 2) dan
kelompok yang diberi probiotik
(kelompok 3, 4 dan 5). Infeksi Salmonella
subklinis tidak mernpengaruhi jumlah eritrosit pada semua kelompok baik kelompok kontrol (kelompok I) maupun kelompok yang diberi antibiotik (kelompok 2) dan kelompok yang diberi probiotik (kelomp<'k 3, 4 dan 5). Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah diantara kelompok tersebut (P>O,05). Pada penelitian ini terlihat bahwa semua keiompok mempunyai jumlah eritrosit yang
48
bcrada dalam kisaran normal. Menurut Zinkl ( 1986) jumlah erilrosit pada ayam dalam keadaan nonnal adalah 2,5 - 3,5 (I0 6/mm) . Pada penelitian menunjukkan bahw3 kelompok yang diberi probiotik (kelompok 3. 4 dan 5). kelompok kontrol
dan ke lompok antibiotik sehat. Tabel 9. Ralaan jumlah eritrosit ( I06/mm J) Keiompok
IA 18 IC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C
I 2,76±0,45 2,71 ±0,22 2.86 ± 0.26 2,82 ± 0,35 2.68 ± 0,28 2.91 ± 0,20 3, 17±0,21 3,09 ± 0,25 3,22 ± 0,24 3,23 ± 0, 18 3,22 ± 0,32 3,22 ± 0.19 3,25 ± 0,26 3,10 ± 0,32 3, 15 ± 0,30
WAKTU (Minggu pi) 2 3 2,53 ± 0,30 2.69 ± 0,34 2,52 ± 0, 18 2.64 ± 0,44 2,73 ± 0,32 2.67 ±0.44 2,63± 0,25 2,64 ± 0,20 2,72 ± 0,33 2.80 ± 0,38 2.82 ± 0,25 2,86 ± 0,35 3,0 1 ± 0,27 3.05 ± 0,16 3,00 ± 0,37 3,05 ± 0.43 3.04 ± 0, 16 3,04 ± 0.21 3, 11 ± 0, 13 3,00 ± 0,22 3,07 ± 0,28 3,03 ± 0,24 3,03 ± 0, 13 3,06 ± 0.31 3,00 ± 0,23 3. 10± 0, 19 2,97± 0,3 1 2,97 ± 0.22 3,08 ± 0,28 3.00 ± 0.23
4 2,65 ± 0.22 2,65 ± 0.26 2,60 ± 0,42 2,76 ± 0.25 2,69 ± 0,23 2,77 ± 0.28 3,06 ± 0,30 3. 14 ± 0, 14 3,03 ± 0,30 3,05 ± 0.40 3,08 ± 0,32 3.05 ± 0,25 2,99 ± 0,49 3,03± 0, 19 3,14 ± 0.36
Keterangan : T1dak berbeda nyata pada semua kelompok
- -
~ ~
~
ili 'Ii
~
--
4.0 ri1 1mggpi )
3 .0
. 2 mgg pi
2.0
1[J3mggpi
1.0
04 mgg pi
0.0 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gambar 8. Rataan jumlah eritrosit (I 06/mm)
Pada kelompok kontrol baik yang diinfcksi maupun tidak (lA, lB. IC) jumlah critrosit pada I minggu pi tidak berbeda nyata denganjumlah eritrosit pada
49
2,3 dan minggu pi (P>O,05), Keadaan yang samajuga teljadi pada kelompnk yang
diberi antibiotik
(2~
2B, 2C) dan kelompok yang diberi probiotik (3A, 38, 3C,
4A, 48, 4C, 5A. 58 dan 5C). Pada penelitian ini infeksi S. enteritidis dan S. typhimurium tidak. menyebabkan pendarahan hebat yang dapat mengurangi jumlah eritrosit secara nyata. Menurot Sturkie (1976) dan Zinkl (1986) jumlah eritrosit berbeda tergantung umur, jenis kelamin, jenis hewan. Pembentukan eritrosit dipengaruhi oleh nutrisi (diet) dan kondisi kesehatan hewan (Hum prey et al. 2002). Pada penelitian ini terdapat kecenderungan bahwa kelompok yang diberi probiotik. mempunyai jumlah eritrosit yang tinggi. Pada penelitian ini terlihat bahwa pemberian probiotik dapat memperbaiki nilai FeR yang menunjukkan
bahWI\
proses pencemaan dan penyerapan nutrisi berlangsung lebih baik, sehingga zat nutrisi yang diserap Icbih banyak. Oleh karena nutrisi yang diserap Icbih optimal maka proses pembentukan eritrosit lebih baik.
Hal ini didukung dengan hasil
pemeriksaan mikroskopik pada sumsum tulang dimana kelompok yang diberi probiotik sumsum tulang lebih aktif yang ditandai dengan peningkatan jumlah eritroblast dalam sumsum tulang (Winarsih e/ ai, 2005 data belum dipublikasi).
Jumlab lekosit Kelompnk yang diberi probiotik yang tidak diinfeksi (3A, 4A dan 5A) mempunyai jumlah lekosit yang nyata lebih tinggi dari kelompok kootrol (lA) dan yang diberi antibiotik (2A) yang tidak diinfeksi (P
O,05). Pada kelompnk kontrol yang tidak diinfeksi Salmonella baik kentrol (IA) menunjukkan jumlah lekosit pada 1 minggu pi tidak berbeda dengan 2. 3 dan 4 minggu pi (P>O,05), Keadaan yang sama teljadi pada kelompok antibiotik yang tidak diinfeksi (2A) dan kelompnk probiotik yang tidak diinfeksi (3A, 4A dan 5A). Menurut Zinkl (1986) jumlah total lekosit pad, 'yam dalam keadaan normal adalah 12 - 30 (103/mm 3 ). Dalam peneiitian ini terlihat bahwa kelompok probiotik, antibiotik dan kontrol mempunyai jumlah lekosit nonnal. kecuali pada kontrol yang diinfeksi (IB dan Ie) pada I dan 2 minggu pi.
50
Pada kelompok kontrol yang diinfeksi (IB, Ie), infeksi Salmonella nyata meningkatkanjumlah lekosit pada I, 2 dan 3 minggu pi (P
keiompok IB dan
Ie pada 4 minggu pi jumlah lekosit rnenurun dan tidak berbeda
nyata dengan kelompok IA (P>O,05). Pada kelompok yang diberi antibiotik dan
diinfeksi (2B, 2C) jumlah lekosit meningkat pada I dan 2 minggu pi secara nyata (P
48, 4C, 58, 5C) peningkatan jumlah lekosit secara nyata banya teJjadi pada 1 minggu pi (p
TabellO. Rataanjumlah lekosit (lo'/mm') Kelom ~k
IA
18 IC 2A 28 2C
3A 38 3C 4A
48 4C 5A 5C
I
23,0± 5,3 45.1 ± 5,6 24,2± 2,5~ 34,O±38 31,6±4,6 29,2±5,I U 34,8 ± 4,8 33,1 ± 3,529.1 ± 3,7 330±4,3 32,5±3,3-
29,O±34 32,3 ± 4,733,2 ± 2,5
WAKTU MiD2J!u pi) 2 3 23,4± 2.6 25,9 ± 2.7 361±1,829,4±3,7~ 32,6 ± 2,2 34.8*6.9 22,4±19~
31,O±3,8 290±2.7
29,9 ± 3,7~ 32.8± 2.8
4 24,1 ± 1,6
25,1 ± 3.2~ 25,2± 3,9
26,6±2,6~
290±2.7
28,3 ±2,6 24,1±43
300±3,131,4±2 30,9 ±3,529,8±2,1 3O,9±27
29,4±30 30,O±3,730,5 ± 3,1 295±23
29.9 ±2,8 31,1 ±3,330,9 ± 2,6
29,3 ±2,8 30,3±3,430,7 ± 2,3
30,6±36~
29,2 ± 4,2 30,0 ± 2,4 32,1± 3,6
Kcterqan. HurufbcsK supenbifyang bcIbcda keInh koIom ~ukbn berbeda ayata(p
Jumlah lekosit yang tinggi melebihi kisaran normal (lekositosis) pada
kontrol yang diinfeksi S. enteritidis dan S. typhimurium pada 1 dan 2 minggu pi, menandakan teljadi infeksi pa.da ayam tersebut. Lekositosis juga terjadi pada kelompok probiorik yang diinfeksi (38, 3C, 48, 4C, 58, 5C) dan antibiotik yang
diinfeksi (2B, 2C) pada 1 minggu pi. Menurut Latimer et at. (1988) infeksi akut pada ayam akan meningkatkan jumlah lekosit yang berlangsung selama 7 hari.
Pada tahap awal infeksi peningkatan jumlah lekosit tetjadi akibat peningkatan j umlah heterofil.
Sel heterofil pada unggas berperan penting dalam proses
51
fagositosis dan mcrupakan sel pcrtama yang datang untuk mcmfagosit antigen asing pada suaru peradangan .
Pada kclompok 1B dan 1C peningkatan jumlah lekosit berlangsung Ichih lama dibandingkan dengan keiompok yang diberi anti biotik yang diinfeksi (28. 2C) dan kelompok yang diberi probiotik yang diinfeksi (3B, 3C, 48, 4C, 5B, 5C). Hal ini Icrjadi karcna pada kclompok yang diberi anti biotik dan kelompok yang dibcri probiotik Sa/monella lebih cepat dieliminasi seperti tcrlihat pada reisolasi Salmonella dari sekum (data iercantum pada tabel 16). Pada kelompok 1B dan IC. Salmonel/a masih dapat diisolasi kembali pada 1. 2, 3. dan 4 minggu pi . !-Iasi] pada penelitian ini mendukung hasil penclitian yang dilaporkan oleh Gupta el al. ( 1999)
bahwa in feksi S. dublin pada mannot meningkatkan jumlah lekosit darah perifer yang discrtai dengan penunman jumlah crilrosit dan kadar hemoglobin pada 14 har; Pcningkatan jumJah lekosit terjadi akibat peningkatan jumlah limfosit
pi.
(limfositosis) dan netrofil (netrofilia).
Asheg el oj. (2002) mclaporkan bahwa
infeksi 108 CFU S. enteritidis pada ayam dapat men ingkatkanjumlah sellimfosit B dan T dalam darah perifer pada 14 - 27 hari pi.
---
---
- - -
50.00 40,00 30,00 20,00 10,00
J'" ~
E
•
">
a 1 m99 pi . 2mggpi 03 mgg pi 04 mgg pi
0.00 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A48 4C SAS8 5C
KELOMPOK
Gambar 9. Rataanjumlah lekosil (10 3 /mm 3 )
Peningkatan jumlah lekosit dalarn darah perifer pada kclompok ayam yang diinfeksi S. enreritidis dan S. typhimurium terjadi karena infeksi baktcri tcrsebut menyebabkan kerusakan jaringan pada hati dan usus yang mengeluarkan bahan kemotaklik bagi lekosit. Sehingga menyebabkan sci lekosit dikeluarkan dad depo tern pat penyimpanan seperti limpa atau bursa Fabricius. Pada penclitian ini infeksi
S. enteritidis dan S. ryphimurium menimbulkan deplcsi pada bursa Fabricius.
52
Deplesi pada bursa Fabricius selain akibat nekrose sel Iimfoid juga akibat
mobilisasi sel limfoid dari bursa Fabricius lee daerah yang mengalami peradangan, sehingga terjadi peningkatan jumlah lekosit di perifer. HasH dalam penelitian ini mendukung basil penelitian yang diperoleh Asheg et al. (2002) dimana infeksi S. enteritidis selain meningkatkan jumlah lekosit pada darah perifer juga terjadi
deplesi pada timus dan bursa Fabricius.
Nilai bematokrit
Pada pemeriksaan hematokrit (Paclred cell volumelPCV) diperoleh bahwa kadar hernatokrit pada kelornpok yaog diberi aotibiotik (2A, 2B, 2C) dao kelornpok yaog diberi probiotik B. aplar/us (3A, 3B, 3q B. coogulans (4A, 4B, 4C) dao BM (5A, 5B, 5C) tidak rnenunjukkao perbedaan yaog nyata dengan kelompok kontrol (P>O,05). Kadar hematokrit pada I, 2, 3 dao 4 rninggu rnenunjukkao tidak ada perbedaan yang nyata (J»{),05) pada sernua kelornpok (!abel 10 dao gamba, 10).
Pada penelitian ini te,lihat bahwa nihti _ t pada sernua kelompok berada dalarn kisaran nonnal. Nilai hernatokrit (PCV) pada keadaan nonnaI pada ayarn adalah 22,0 - 35,0 % (Zinkl, 1986).
Tabeili. Rataan nilai bernatokrit (%) W AKTU (Minl!l!U oil Kelompok I 2 3 28,75±1,7 28,25 ± 2,4 28,63 ± 2,7 IA 28,88 ±2,0 29,00 ± 1,4 28,38± 1,5 IB 30,60± 2,8 29,50 ± 1,9 28,75 ± 1,8 IC 2A 29,38 ± 2,0 28,75± 1,2 28,88 ± 1,7 28,50± 0,9 29,25 ± 2,0 29,13 ± 1,9 2B 28,25 ± 1,7 29,00 ± 1,5 28,25 ± 1,4 2C 3A 30,63 ± 2,2 30,00± 2,5 30,88 ± 2,5 30,00± 1,1 30,13 ± 2,2 3B 30,SO± 2,4 29,88± 2,7 30,00± 3,2 30,00±2,4 3C 30,50 ± 1,8 4A 30,58 ± 1,8 30,13 ±2,3 30,88 ± 1,5 30,13 ± 2,4 30,38 ± 2,8 4B 29,88 ± 1,9 30,38 ± 2,1 30,00 ± 2,3 4C 30,75 ± 2,8 29,25 ± 3,1 29,75 ± 1.9 SA 30,13 ± 1,9 29,63 ± 1,8 30,00 ± 2,9 5B 30,50 ± 2,1 5C 30,50 ± 3,0 30,75 ± 1,4 Keterangao : Tldak berbeda nyata pada sernua kelornpok
4 28,25 ± 3,6 29,25 ±2,6 28,38 ± 2,9 29,25 ± 1,8 29,13 ± 1,4 29,00±2,6 30,38 ± 1,2 30,13 ± 2,8 29,63 ± 2,7 30,38 ± 2, I 30,63 ± 1,8 29,88 ± 2,5 29,63 ± 3,0
29,75±2,1 30,38 ± 2,4
53
lnfeksi S. emerilidis dan S. 'Yphimltrium tidak mempengaruhi kadar (nilai) hcmatokrit pada kelompok konlTOl, keiompok yang diberi antibiotik dan kelompok yang diberi probiotik.
Pada penelitian ini infcksi Salmonella tidak menimbulkan
edema maupun pendarahan yang hebat yang dapat mempengaruhi kadar hematokrit Hematokrit adalah persentase (%) kandungan sel-sel dalam damh.
Nilai
hematakrit merupakan perbandingan antarajumlah se l dengan plasma darah (Duke. 1984). Menurut Sturkie (1976) kadar hematokrit saogaLtcrgantung padajumlah sel eritrosit, karena eritrosit merupakan masa sel terbeS8r dalam darah. Peningkatan
kadar hematokrit dapaL terjadi pada keadaan edema hebaL dimana terjadi pengeluaran cairan dad pembuluh darah kcjaringan ekstravaskuler.
,I-
32,0 ~ 31,0
r--~--------.
a 1 mgg Pq . 2mggp;
~ 30,0
3
--, f
29,0
03 mgg pi
26,0 ~ 27,0 26,0
104 mgg pi 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C KELOMPOK
Gambar 10. Rataan nilai hematokrit fPCY (%)
Kadar bemoglobin Kadar hemoglobin (Bb) pada keiompok kontrol tidak berbeda nyata dcngan kelompok yang diberi antibiotik dan kelompok. yang diberi probiotik (P>O,05). Kadar hemoglobin pada I minggu pi tidak berbeda nyata dengan kadar Hb pada 2. 3. dan 4 minggu pi.
Hal ini teljadi pada kontrol yang tidak diberi antibiotik
maupuD probiotik dan pada kelompok yang diberi antibiotik serta kelompok yang diberi probiotik. Nilai Hb pada semua kelompok berada dalam kisaran normal. Menurut Zinkl (1986) kadar hemoglobin normal pada ayam adalah 7.0 - 13,0 (gldl)
54
Infeksi S. el1lerilldis dan S. Iyphimurium tidak mempengaruhi kadar Hb (tabel 12 dan gambar 11).
Kadar J-Jb pada kelompok kantrol yang diinfeksi
Salmonella ( IB, IC) tidak berbeda nyata (P>O,05) dengan kclompok kontrol yang tidak diinfeksi ( IA).
rada kelompok antibiotik yang diinfcksi Salmonella
mempunyai kadar Hb yang tidak berbcda nyata dengan kelompok antibiotik yang tidak diinfeksi (2A) dan kontrol. Tabcl 12. Rataan kadar hemoglobin (g1dl) WAKTU (Minoou oi) I 2 3 IA 9.27 ± 0,61 8.74 ± 0,28 8,43 ± O.12 8,50 ± 0,29 IB 8.70 ± 0,3 7 8,93 ± 0.42 8.85 ±0,39 8,27 ± 0.44 IC 8.56 ± 0.5 I 2A 9,15±0,49 8,92 ± 0,27 9,36 ± 0.3 1 9,10 ± 0,54 9, 1I ±0, 18 2B 8.60±0,14 2C 8,46 ± 0.38 8.65 ± 0,3 1 8,30 ± 0,29 3A 1O,15±0.20 9,95 ± 0.29 9,97 ± 0,35 9,92 ± 0,23 3B 9.83 ± 0.29 9,95 ± 0.18 3C 10, 10 ± 0,38 9.97 ± 0.36 9,95 ± 0,29 4A 10, 19±0, 18 9,94 ± 0,25 9.90 ± 0,45 4B 9,97 ± O,27 9,90 ± 0,28 9.94 ± 0.37 4C 10,05 ± 0,28 10,00 ± 0,41 9,95 ± 0.17 5A 10, 16 ± 0,19 9,85 ± 0,36 9,86 ± 0,29 10,01 ± 0,35 9,98 ± 0,21 58 9.87±0.IO 5C 9,94 ± 0.49 9,90±0. 12 9,89 ± 0.32 , . Keterangan : rldak berbeda nyata pada semua kelompok Kclompok
:& o
1 I
~
~
12.0 l""'-~~~-----------. 10,0
8 .0 6,0
4 9, 13 ± 0.18 9.05 ± 0.39 8.94 ± 0,27 9, 13± 0, 19 8,76 ± 0.29 8.95 ± 0.40 10,01 ±0,1 2 10.00 ± 0,38 9,98 ± 0,26 10,18 ± 0.27 10,00 ± 0,46 9.99±0,15 9,94 ± 0,26 9.95 ± 0,30 9,97±O. 19
~
'
mgg
pi
. 2mggpi 03 mgg pi
4 ,0
04 mgg pi
2.0 0,0 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C Kelompok
Gambar II. Rataan kadar hem oglobin (grId I)
55
Kadar Hb pada kelompok B. apiarius yang diinfeksi Salmonella (3B,3C) menunjukkan tidak berbeda nyata dengan kelompok yang sarna yang tidak
diinfeksi (3A) dan kontrol. Demikian pula kadar Hb pada kelompok B. coagulans dan BM yang diinfeksi Salmonella (4B, 4C, 5B, 5C) tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan kelompok yang sarna yang tidak diinfeksi (4A, 5A) dan
keiompok kontrol. Pada penelitian ini terlihat walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata kadar Hb pacta kelompok yang diberi probiotik (kelompok 3, 4, dan 5) dengan
kelompok kontrol (kelompok I) dan kelompok yang diberi
antibiotik (k.lompok 2), tetapi terdapat kecenderungan kelompok yang diberi
probiotik mempunyai kadar Hb yang lebih tinggi daripada kootrol dan kelompok antibiotik.
Kadar Hb biasanya berhubungan dengan jumlah eritrosit (Sturlde,
1976). Hb berada didalam eritrosit dan berfungsi dalam membawa oksigen ke jaringan atau sci dan mengekskresikan karlJoodioksida (CO,) dari jaringao.
Peningkatan kadar Hb menyebabkan kemampuan mernbawa oksigen Ire jaringan menjadi I.bih baik dan ekslaesi Co, Icbih elisien. Sebingga keadaan dan fungsi
sel danjaringan menjadi lebm baik. Pada penelitian ini terlihat bahwa k.lompok yang diberi probiotik (B. apiarius, B. coaguJans dan BM) cenderung memiliki jumlah eritrosit dan kadar Hb
yang I.bih tinggi. Pemberian probiotik terllCbut dapat meningkaikan jumlah lekosit
secara "yata. Akan tetapi peningkatan jumlah lekosit masih dalam kisaran nonnal. Keadaan ini menunjukkan bahwa ayam broiler yang diberi probiotik terllCbut
mempunyai kesehatan yang lebih baik. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan pertahanan yang lebih baik dalam menghadapi infeksi. lumlah eritrosit dan Hb yang lebih tinggi akan meningkatkan kemampuan membawa ~igen ke jaringan dan ekskresi CG,: lebih efisien. Kedaan ini membuat fungsi sellebih baik.
Profil gambaran darah yang I.bih baik menunjukkan proses pembentukan sel-sel darah (hemopoiesis) berlangsung lebih optimal. Menurut Humprey el al. (2002) pembentukan sel-sel darah sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang terka"ldlJng dalam pakan dan proses pencemaan serta penyerapan nutrisi. Pemberian probiotik pada penelitian ini meningkatkan pertambahan berat badan dan menurunkan FeR
56
yang menunjukkan bahwa proses pencemaan dan peoyerapan nutrisi yang lebih
baik dan efisien. Sehingga zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, produksi dan pertahanan tubuh dapat dipenuhi dengan lebih baik. Hal ini benlampak pada
pembentukan sel-sel darah yang dapat berlangsung lebih baik. KemampuaD fagositosis daB c~ heterofil (PMN) Kemampuan fagositosis sel heterofil (PMN) yang diamati pada penelitian ini adaIah aktivitas dan kapasitas fagositosis. Aktivitas fagositosis adalah jumlah sel PMN yang menelan bakteri per 100 PMN. Kapasitas fagositosis adalah jumlah bakteri yang ditelan oleh sel PMN pada 50 PMN yang menunjukkan aktivitas
fagositosis (Wibawan dan Laemmler, 1994). Tabel 13. Aktivitas fagositosis PMN (0/0) S. enteritidis
Kelompok IA 2A 3A 4A 5A
.30 menit
60 memt
69,O±6,loO 68,3 ± 5,989,O±7,1 no 89,2 ± 5,7 91,O±2,7
81,1 ± 8,5 86,2± 8,1 92,3± 7,8 ~ 94,8 ± 6,5 95,O± 5,2 -
S. tvPhimurium 60 menit 66,O± 5,1n,O±7,2 62,2± 8,3 SI,4± 6,8 86,O±5,7" 93,0 ± 7,3 ~ 89,2 ± 2,5 no 93,8 ± 8,6 ~ 94,1 ±6,288,6±2,2 " 30 menit
Keteraogan. Hurufbesar superskrifyang berbeda kearah kolom memmJukIum berbeda nyata (p
Sel PMN pada kelompok yang diberi pruhiotik (kelompok 3A, 4A dan 5A)
nyata (p
maupun 60 meRit. Persentase sel PMN yang aktif memfagosit S. enteritidis dan S. typhimurium pada kelompok yang diberi antibiotik (2A) tidak berbeda nyala dengan kontrol (IA) baik pada 30 menit maupun pada 60 menit (P>O,05). Akan tetapi berbeda nyata (P
Persentase sel PMN yang memfagosit (aktivitas) S. enteritidis pada 30 menit kelompok 3A adalah 89.0 ± 5,7; kelompok 4A adalah 89,2 ± 2,5 dan 5A adalah 91,0 ± 2,2. Sedangkan kelompok IA adalah 69,0 ± 5,1 dan kelompok 2A adalah 68,3 ± 8,3.
57
100,0 90,0
i
I
80,0 70,0
DS elltrd 30 mnt
I
60,0 50,0
• S .entrd 60 mnt o S . typhm 30 mnt
40,0
D~lyphm
30,0
60 mnt
20,0 10,0 0 ,0
'A
2A
4A
3A
SA
Kelompok
Gambar 12. Rataan aktivitas fagositosis se l PMN (%)
Persentase sel PMN yang memfagosil (aktivitas) S. Iyphimu,.illm pada 30 Illenit keiompok 3A adalah 86.0 ± 7,1 adalah 88,6 ±
2~7.
kelompok 4A adalah 89.2 ± 5.7 dan 5A
Sedangkan kelompok IA adalah 66,0 ± 6,1 dan keJompok 2A
adalah 62.2 ± 5.9.
Aktivitas
Fagositosis PMN dalam memfagosit S. enlerilidis dan S.
typhimllrium pada 60 menit mengalami peningkatall yang nyata (P
B.
coagulOlIS (4A) dan 8M (5A) nyata mempunyai kemampuan kapasiras dalam memfagosit S. enleriIidi\' dan S. typhimurium yang Iebih tinggi (PO,05). Akan telapi berbcda nyata (p
5A),
58
Jumlah S. enteritidis yang difagosit sel PMN (kapasitas) pada 30 men it kelompok 3A aclalab 115.8 ± 5.5; kelompok 4A adalah 118,4 ± 7,1 dan 5A adalab 121.0 ± 9.5. Sedangkan kclompok IA adalah 86.4 ± 6,2 dan kelompok 2A adalah 88.6 ± 9,8.
Tabel 14. Kapasitas tagositosis sel PM N
S. enteritidis
Kclorn
, pok
30 menil
lA 2A 3A 4A 5A
86.4±6.2 88.6 ± 9.8 115.8 ±5.5 , 18.4 ± 7.1
~ M'
12 1,O± 9,5
Ket~aogan
S. typhimurium 30mcnll 60 menil
60 menil
108.9 ±8.5 N 96.8 ± 12.8 138,4 ± 10,5 ...... 167.2± 5.8 • 159,O± 10,0
64.4 ± 8.0 .. 77.4 ± 5.4
92." 4.2 97,8 ± 8,6
10 1 ,2 ± 4.8~
146.2 ± 6,J 150.2± 6,2 151.S±7.l
134,6 ± 7.5 119.9 ± 8,4
.. IlurufbesaT . supenlmf yang berbcda kearah kolom menunJukkan
N
•
ber~da "yaw (p
--180.0 160,0
•
!
140,0
.~
120,0
Il u.
100,0
• S.entrd 60 mnt
SO.O
oS .typhm 30 mnt
60,0
~S . typhm 60 m~
R
l~
ril
S.entrd 30 mnl
40,0 20,0
0.0 1A
2A
3A
4A
5A
Ke lompok
Gambar 13. Rataan kapasitas Fagositosis sel PMN lumlah S. ryphimllriulII yang diFagosil sel PMN (kapasitas) pada 30 meni!
kelompok 3A adalah 101 .2 ± 4,8 kelompok 4A adalah 134.6 ± 7.5 dan 5A ad.lab 119.9 ± 8.4. Scdangkan keiompok lA adalah 64,4 ± S.O dan kelompok 2A adalab 77,4 ± 5,4.
59
Kapasitas
fagosit PMN pada 60 men it mengalami peningkatan nyata
(P<0,05) pad. semua kelompok baik pada kelompok kontrol (IA), kelompok yang diberi antibiotik (2A) maupun kclompok yang diberi probiotik (3A, 4A dan SA). HasH dalam penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilaporkan Kato
et al. (1983) cialam Perdigon et aI. (2001) yaitu pemberian probiotik yang mengandung Lactobacillus case; dapat meningkatkan kapasitas fagositosis sel makrofag.
Sedangkan Perdigon et al. (200 1) mcnyatakan bahwa pemberian L.
ocidophilw, L. delbrueckii subsp. BuJgaricus dan Streptococcus thermophillus
dapat meningkatkan aktivitas makrofag dengan cara melepaskan enzim Iisosom seperti p glukoronidase dan
p galaktosidase.
Probiotik dapat meningkatkan pertahanan tubuh inang (Isolauri et a/., 2001). Pemberian Lactobacillus case; dan L. bulgarlcus dapat meningkatkan aktivitas fagositosis pa.da mencil Fagositosis merupakan sistem pertahanan tubuh
non-spesifik. Aktivitas dan kapasitas fagositosis menggambarkan kemarnpuan selsel pertahanan dalam mengeliminir antigen atau jaringanlsel yang rusak atau mati. Fagositosis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesehatan inang dan sUes.
Tabel 15. Kel
IA 2A 3A 4A 5A
Kemampuan clearance PMN
Bakteri yang ditelan pada 30 mot ('Yo) S.enterltidis S.tvDhimurium 76,00± 5,1 80,75± 9,8 79,00± 9,2 77,75 ± 6,2' a 98,40±5,I' 96,lO±8,l 97,40± 6,8' 98,75 ± 3,8' 96,20± 5,5' 99,08± 5,2-
Bakteri _2 mati pada 60 mot ('Yo) S.typhinuoium S.enteritidis 83,22 ± 8,2 75,46 ± 5,8 86,15±6,7 74,76 ± 6,2 93,43 ±4,\' 88,73±5,3' 94,73 ±6,5' 93,63 ±4,7' 93,00 ± 7,8' 89,63 ± 3,2'
.
Keterangan . Huruf superskrif yang berbcda kearah kolom menunJukkan berbeda nyata (p
Kemampuan sel PMN kelompok probiotik (3A, 4A, SA) dalam memakan dan mematikan (clearance) bakteri S. enteritidis dan S. typhimurium pada 30 dan 60 menit nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan keJompok antibiotik (2A) dan kontrol (IA) seperti tercantum pada tabel 14. Kemampuan clearance kelompok 2A yang diberi antibiotik tidak berbeda nyata dengan kontrol (I A) baik dalam memakan maupun mematikan S. enteritidis dan S. typhimurium (P>O,05).
60
Kemampuan sel PMN dalam menelan (%) S. enteritidis pada 30 menil, pada kelompok 1A adalah 76,00 ± 5, 1; kelompok 2A adalah kelompok 3A adalah
79,00 ± 9,2 ;
96.10 ± 8,1 ; kelompok 4A adalah 97.40 ± 6.8 dan 96,20 ±
5.5 pada kclompok SA. Kemampuan sc i PMN dalam menelan (%) S. typhimurium pada 30 menit, pads kelompok lA ada lah 80,75± 9,8: kelompok 2A adalah 77.75
± 6,2; kelompok 3A adalah 98,40 ± 5, 1; kelompok 4A adalah 98,75 ± 3.8 dan 99,08 ± 5.2 pad. kelompok SA.
120, 0
R
t
'00 , 0
I!
I
80,0 ~
60 , 0
•
S. entn:i
•
Styphlm
I
40.0
20,0
0 .0
'A
2A
3A
4A
SA
K . l o rnpo k
Gambar 14. Kemampuan clearance PMN: menelan bakteri pada 30 menil Kctcrungun : S emrd - S. enleritidis: S. typhim - S. typhimurium
iii
t I~ ~ ~
I
'" •
100,00 80,00 60,00
I!!II
40,00
S . enrrd
• S .typhim
~-
I
20,00
0 .00 lA
2A
3A
4A
SA
K e lom pok
---
Gambar 15. Kemampuan clearance PMN: mematikan bakteri pada 60 menit Ket.erangan : S. enfrd '" S. enteritidis ; S. typhim "" S typhimllrium
Kemampuan PM
dalam mematikan S. el1lerilidis pada 60 mcnil pada
kelompok IA adalah 83,22 ± 8,2 ; pada kelompok 2A adalah
86, 15 ± 6,7;
kelompok 3A adalah 93 ,43 ± 4, 1j kelompok 4A adalah 94,73 ± 6.5 dan
93.00 ±
7,8 pada keJompok 5A (tabel 14 dan gam bar 15). Kemampuan PMN dalam
memarikan S. Iyphimurium pads 60 menir pada kclompok I A adalah 75.46 ± 5,8:
61
kelompok 2A adalah 74,76 ± 6,2; kelompok 3A adalah 88,73 ± 5,3; kelompok 4A adalah 93,63 ± 4,7 dan 89,63 ± 3,2 pada kelompok 5A. Pemberian probiotik (B. apiarius, B. coagulans dan BM) pada penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan set PMN dalam mematikan Salmonella. Hasil dalam peneiitian ini mendukung peDelitian yang dilaporkan Perdigon eJ al. (1994) yaitu pemberian L acidophilus pada mencit menginduksi sistem pertahanan dalam menghadapi infeksi Salmonella dengan meningkatkan immunoglobulin A (lgA) dan Ig M. sitokin dan meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag. Pemberian probiotik meojadikan inang lebih siap dalam menghadapi infeksi. Makrofag dan heterofil merupakan bagian utama dari respon immun bawaan (innate) pada unggas (Stabbler et al., 1994).
Heterofil merupakan set
yang ekivalen dengan netrofil pada Mammalia. mempunyai inti bersegmen dan granula dalam sitoplasmanya serta mempunyai kemampuan fagositosis yang tinggi
terutama terhadap mikroorganisme.
Menurut Stabbler
el
ai. (1994) heterofil mempunyai kemampuan dalam
mematikan S. enteritidis 680/0 pada 60 meRit dan 95% pada 120 menit. unggas yang
Pada
terinfeksi Salmonella. sci PMN merupakan sci pertahanan yang
pertama datang kedaerah yang mengalami peradangan kemudian diikuti oleh makrofag. Infiltrasi sel radang pada tempat invasi merupakan tahap penting dalam mengatasi infeksi S. enteritidis. Respon akibat peradangan tetjadi migrasi sel-sel pertahanan dari pembuluh darah ketempat peradangan yang ditandai dengan
akumulasi PMN dan makrofag. PMN mampu mematikan SaJmone//o bail< dengan opsonisasi maupun tanpa opsonisasi. Pada keadaan tanpa opsonisasi PMN mampu mematikan S. enteritidis 68% dan 100.,.. pads keadaan opsonisasi. Sedangkan kemampuan makrofag dalam mematikan S. enteritidis apabila tanpa opsonisasi sangat rendah yaitu 7% dan apabila diopsonisasi maka kemampuan meningkat menjadi 71%. Oleh karena pada tahap awal infeksi Salmonella pada usus belum terbentuk antibodi yang dapat membantu sel-sel radang dalam melakukan fagositosis dan mematikan bakteri, maka kemampuan sci radang untuk mematikan bakteri tanpa opsonisasi saugat penting. Menurut Erickson dan Hubbard (2000) peningkatan sistem pertahanan noospesifik aDtata lain fagositosis terjadi akiba! adanya LPS atau peptidoglikan (PG)
62
atau keduanya yang dilepaskan secara terus meDerus. Bakteri Gram positif dan negatif normal terdapat dalam saluran pencemaan.
PG merupakan komponen
dinding sel bakteri Gram positif dan negatif dan LPS kornponen dinding sel bakteri .
Gram negatif. Sejumlah keeil LPS dan PG dilepaskan secara teros menerus dan berinteraksi dengan pennukaan sel inang akan mengaktifkan sel rnakrofug, sel retikuloendotelial (RES) dan netrofil untuk melepaskan berbagai mediator. LPS clapat menstimulasi makrofag untuk menghasilkan berbagai mediator tennasuk
sitokin seperti tumor necrosis factor a (1NF-«), interleukin I (IL-11 dan IL-12. elastase, prostaglandin dan oksigen reaktif.
IL~,
IL-li
Meneit germfree yang
diberi baIcteri asam laktat Laclobacillus selama 7 hari dapat meningkatkun kapasitas makrofag dalam memfagosit Escherichia coli (E. coil). Bakteri tersebut
dapat menginduksi sitokin. Probiotik dapat menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam usus
(Famularo el ai., 1997; lso\auri el ai, 2001). Ketidakseimbangan milcrobiola endogenous dalam usus dapat teJjadi pada kejadian penyakit pada bewan dan
manusia.
Keberadaan mikrobiota tersebut dalam usus sangat penting dalam
melindungi inang terhadap kolonisasi patogen. Permukaan mukosa saluran pencemaan secara terus menerus terekpos oleh antigen oleh karena itu kemampuan
dan efek.tifitas respon pertahanan mukosa merupakan yang penting dalam menjaga kesehatan inang.
Reisolasi SIIlmonella dari sekum Reisolasi Salmonella dari ..\rum dilakukan pada I, 2, 3, dan 4 minggu pi. Pada kelompok yang tidak diinfeksi boik kontrol (IA), kelompok yang diberi antibiotik (2A) maupun kelompok yang dibeti probiotik (3A, 4A dan SA) bokteri
Salmonella tidak terdeteksi. Pada label 16 terlihat bahwa pada kelompok kontrol yang diinfeksi boik S. enteritidis (18) maupun S. typhimur;um (Ie) bakteri tersebut masih dapat diisolasi
pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi, walaupun jumlahnya semakin meDurun. Sedangkan
pada kelompok yang diberi antibiotik dan probiotik yang diinfeksi bakteri
Salmonella hanya terdeteksi pada minggu pertama pi. kecuali pada kelompok 3C masih terisolasi sampai 2 rninggu pi.
HasiI penelitian ini mendukung hasil
63
penelitian yang dilaporkan oleh Barrow (2000) dan Desmidt et af. (1997) bahwa ayam yang diinfeksi S. enteritidis, balderi tersebut dapat diisolasi dari sekum·pada 28 hari pi. Menurut Barrow (2000) pada ayam yang tidak diberi pengobatan, maka ayam tersebut akan mengekskresikan Salmonella selama 5 minggu.
Sedangkan
menurut Sheela e/ al. (2003) pada ayam layer yang diinfeksi S. enteritidis secara peroral, bakteri tersebut dapat bertahan pada saluran pencemaan selama 18 minggu. HasH reisolasi menunjukkan bahwa ayam broiler yang diberi probiotik B.
apiarius, B. coagulans dan 8M mampu mengeliminir Salmonella lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol.
Kelompok yang diberi probiotik tersebut lebih
siap dalam menghadapi infeksi. Hal ini terlihat dari jumlah sel radang (makrofag, limfosit dan sel plasma) pada mukosa usus dan germipal center pada sekal tonsil
serta kemampuan fagositosis (aktivitas dan kapasitas) dan clearance sel PMN yang nyata lebih baik, sehingga mampu mengeliminir Salmonella dengan lebih cepat.
Tabe116. Reisolasi Salmonella pads sekum (CFU/gram)
Kelompok IA IB IC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C
I 0 1,53 X 10 8,6X 10 0 2,1 X 10 1,69 X Ifr' 0 2,0 X 10 2,2 X 10 0 1,5 X 10' 1,8 X 10' 0 6,0 X 10' 7,0 X IO'
WAKTU Min.... pi) 3 2 0 0 6,OX 10 2,OX 10 9,0 X 10 2,8 X 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,0 X HY 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 8,2 X 10 2,7 X 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Eliminasi pada kelompok yang diberi B. coagulans dan diinfeksi (48, 4C) dan 8M yang diinfeksi (58, 5C) lebih cepat rlibandingkan dengan kelompok yang diberi B. apiarius yang diinfeksi (38, 3C).
8M merupakan probiotik yang
mengandung 6 spesies Bacillus. Pada kelompok 48, 4C dan 58, 5C selain adanya
64
jumlah sel radang, germinal cenler dan kemampuan fagositosis dan clearance
yang tinggi, B. coagu/ans dapat menghasilkan suatu bahan yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella secara in vitro, sedangkan B. apiarills tidak menghasilkan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella secara in vitro.
Menurut Perdigon et al. (200 I) hambatan infeksi S. typhimurium pada likus yang diberi probiotik yang mcngandung Lactobacillus tcljadi k:arena beberapa mekanisme.
Pertama probiotik menghasilkan
bahan antibakterial (baktcriosin)
yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonel/a. aktivitas
sel
monon uk lear dalam
Kedua teljadi peningkatan
mematikan Salmonella.
Ket'iga dapat
menginduksi peningkatan immunoglobulin A (lgA). Keempat dapat meningkatkan jumlah PMN sebagai sel pertahanan lapis pertama. Kelima dapat meningkatkan respon proliferasi sel B dan T.
F acton; produced bV ..... lactobacilli bk)ck E coli attachment , sites
E.coli attachment to enterocyte brush glycoproteins
Gambar 16. Lactobacilli menghambat kolonisasi E. coli pada enterosit Sumber Mathew (200 I) Beberapa probiotik juga dapat menghambat kolonisasi mikroorganisme patogen dengan eara berkompetisi untuk melakukan adhesi pada reseptor yang sarna (Mathew, 2001). Gambar 16 menunjukkan Lactobac illi menghasilkan bahan adhesin yang dapal berikatan dengan reseptor tempat £. coli menempel pada enterosit usus, sehingga dapat mencegah infeksi E. coli. Pada kelompok yang diberi antibiotik Zn-baeitrasin yang diinfeksi (2B, 2C) eliminasi Salmonella terjadi lebih cepat dart kontrol.
Zn-baeitrasin dapat
mematikan bakteri dengan eara mengganggu proses pembentukan peptidoglikan
---
65
pada dinding sel (Butaye et aI, 2(03). Bacitrasin rnembentuk kompleks dengan C S5 isopreniipirofosfat suatu bahan pembawa N-asetilmuramil peptapeptida yang diperlukan dalam sintesa peptidoglikan. Dari hasil isolasi bakteri Salmonella pada
sekum terlihat bahwa pemberian antibiotik dan probiotik dapat mengeliminasi bakteri Salmonella lebih cepat dibandingkan kootrol dan penggunaan probiotik B.
apiarius, B. coagulans dan BM mempunyai prospek yang baik dalam pengendalian salmonellosis pada ayam.
66
Orgao PencerDaan
Usus Pada usus dilakukan penghitungan berat relatif usus dan pengamatan morfometrik villi usus untuk menghitung luas pennukaan usus pervilli dan kerapatan villi pada I mm villi. Pemeriksaan makroskopik (patologi anatomi)
usus dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dan infeksi S. enteritidis dan S. typhimurium pada usus. Pada pemeriksaan lesio mikroskopik (histopatologi) usus dibagi menjadi 4 bagian yaitu duodenum, yeyunum. ileum dan sekum.
Selain itu juga dilakukan penghitungan jumlah sel radang yaitu
makrofag, heterofillPMN, limfosit dan 501 plasma.
Berat relatiC usus Berat relatif merupskan perbandingan ontara berat organ dengan berot badon. Berat relotif organ diperoleh dari herat organ dihogi deogan herat badon
ayam. Penghitungan berot relatif soatu organ dilakukan untuk mengetahui fungsi
suatu organ (Kabir et ai., 2004). Pado label 17 memperlibatkan berot relatif organ usus. Berat relotif pado kelompok yang diberi probiotik (3A, 4A, 5A) dan kelompok yang diheri antibiotik (2A) tidak berbeda seeara nyata (P>O,05) deogan kelompok kontrol (IA).
Pada kelompok kontrol (IA) herat relotif usus menurun 50jalan dengan
bertamhoimYa umur ayam. Berat relatif USUS pado kelompok pi nyata lebih tinggi
IA poda I minggu
dihondingkan pado 3 dan 4 minggu pi (P
kelompok lA berat relatifusus pada 2 minggu pi. walaupun menurun tetapi secara statistik tidak berbeda dengan pada 1 minggu (P>O,05). Demikian pula pada kelompok 2A yang diberi antibiotik, berat relatif usus pada I minggu pi nyata lebih tinggi dibandingkan pada 3 dan minggu pi, sedangkan bila dibandingkan dengan 2 minggu pi tidak berbeda oyata (P>O,OS). Pada kelompok 3A (B. apiarius) herat relatif usus pada I minggu pi nyata lebih tinggi dari 4 minggu pi (PO,OS). Berat relatif usus pada keiompok yang diberi B. coaguJans (4A) bila dibandingkan dengan 1 minggu pi
67
penllfunan yang nyata hanya terjadi pada 4 minggu pi (P
Tabel 17. Raman Berat relalif usus
WAKTU Minggu pi)
Kc lom
pok IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C SA 5B 5C
I
2
3
4
0,077 ± 0,007 1 A.o 0,08) ± 0,0063 AI
0,066 ± 0,0045 Abo.
0,062 ± 0,0048 A~
O,072 ± O.OO39 A.o
O,06H .i 0,0049 tub 0,079 ± OJlO35 NIl 0,073 ± 0,0045 '0,069 ± 0,0024 0,072 ± 0 0048 0.071 ± 0,0026 A.ob 0,069 ± Q,0037 1ul
0.073 ± 0,0032 ....
0,07 1 10 0,0028 N
0,069 ± 0,0025 ...• OJ)69 ± 0,0046 A.o
0,07 1 ± 0,0053 ....
0.070 ± 0,0042 All
0.068 ± 0.0022 A.o
0,073 ± 0,0036 ....
0.07 11: 0.0018 ""
0.073 ± 0 0042 ~ 0,073 ::1:: 0 0048 N
0,071 ± 0.0035 "" 0,071 % 0.OOI6 ~
0,068 ± 0.0027 Ao 0.069 ..l. 0.0031 ~.
0,085 ± 0,0049 ....
0,076 ± 0,0026 '" 0,077 ± 0,0054 '" 0,080 ± 0,0037 ".
*
0.071 0,0042 Me 0,069 ± 0.0036 Abe 0,066 ± 0,0035 !oil 0,064 ± 0,0044 At> 0,067 ± 0,0047 Ab
0,068 ± 0.OO38 N
=
0,046 ± 0,0025 k
0.066 ± 0.(1024 Ac O.056 .:t. O,OO I7 ,u 0.058 ± Q,Q()29 Ao
0,06 J ± 0,0035 A< 0.053 ± 0.0028 Ab 0,051 ± 0,002 I AI> 0.055 ± 0.0031 All 0,052 % 0,0029 AI> 0.053 % 0,0037 All 0,053 % 0,0032 Ab 0,054 ± 0,0034 A~
0.067 0.0027 .... 0,069 ± 0.0041 ~ 0.055 ± 0.0022 AI> 0,068 ~ 0,0025 .... 0.054 ± 0.0032 AI> < Kelerangan . Ilurufbes!u- supe'~Tlfyang berbeda kearah kolom memlflJukkan berbeda nyata (p
,• • :::> '"•
..-
0,073 :1:: 0.0037"" 0.085 ± 0.0044 .... 0,074 ± 0.002 1 ....
0,070 % 0.0026 "" 0,071 :I:: 0.()()23 "" 0.071 ± 0.0027 ....
0,10 0,08 0,06
.1mggpi
. 2mggpi
• 0,04
03mggpi
~ 0,02
.!l
04 mgg pi
0,00 lA 18 lC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gambar 17. Ralaan berat rclatif usus Infeksi S. enteritidis dan S. typhimurillm Lidak nyata mempengaruhi bernl re latif usus pada kontrol yang diin feksi (ke lompok I B, IC), kelompok antibiotik yang diinfeksi (2B. 2C). kelompok 8. llpiariu<; yang diinfeksi (4B, 4C) dan kelompok 8M yang dii nfeksi (58. 5C).
Walaupu n secara slalistik tidak berbeda
68
Dyata. tetapi pada kelompok kontrol yang diinfeksi (lB, Ie) pada minggu I pi mempunyai berat relatif organ usus yang lebih besar dibandingkan kontrol yang tidak diinfeksi (tA). Pada minggu I pi pada pemeriksaan mikmskopik terjadi
peradangan dan edema pada usus akibat infeksi Salmonella yang menambah berat organ usus. Luas permukaaa u.s
Kelompok probiotik (3A, 4A, 5A) nyata mempunyai luas pennukaan usus (pervilli) yang lebib tinggi (P
antibiotik (2A). Luas pennukaan usus kelompok 3A adalah 0,43 ± 0,046 mm 2, kelompok 4A yaitu 0,46 ± 0,048 mm' dan kelompok SA adaIab O,4S ± 0,068 mm'. Luas pennnkaan usus kelompok IA adalab 0,39 ± 0,046 mm' dan kelompok 2A adalab 0,40 ± O,07S mm'. Luas pennnkaan usus kelompok 2A tidak berbeda nyata dengan kelompok IA(p>O,OS). Luas pennnkaan usus pada kelompok 3A,
4A dan SA tidak berbeda nyata (P
Pada kelompok kootrol tuas pennukaan usus menunm sejalan dengan bertambabnya urnur ayam.
(p
Penurunan yang nyata tetjadi pada 4 minggn pi
Demikian pola pada kelompok antibiotik tetjadi penurunan luas
pennnkaan usus secara nyata. Sedangkan pada kelompok yang diberi probiotik (kelompok 3, 4 dan S) luas pennnkaan usus pada I, 2, 3 dan minggu pi tidak
berbeda nyata (P>O,OS). Pada unggas ukuran villi mencapai puncak pada urnur 4 minggu. kemudian mengalami penurunan (Denbow, 2000).
Infeksi Solmonella tidak nyata mempengaruhi iuas permukaan usus. Kelompok kontroJ yang diinfeksi (I B, IC) mempunyai luas pennukaan usus yang tidak berbeda nyata dengan kontrol yang tidak diinfeksi (P>O,05). Demikian pula
kelompok 2A mempunyai luas permukaan usus yang tidak berbeda nyata dengan kelompok 28 dan 2C. Luas pennukaan usus pada kelompok 3A tidak berbeda
nyata dengan kelompok 3B dan 3C. Hal yang sarna terjadi pada kelompok 4A dan SA tidak berbeda nyata dengan kelompok 48, 4C, S8 dan SC. Pemberian
antibiotik tidak. mempengaruhi luas permukaan usus.
69
Tabe118. Rataan luas pennukaan usus pervi lli (mm 2) Kelom pok
IA IB IC 2A 2B 2C 3A 38
3C 4A 48 4C 5A 58 5C
I 0.39 ± 0.046 ~ 0,37 ± 0,034 • 0 36 ± 0,062 • 0.40 ± 0,075 .~ 0.39 ± 0.039 • 0,39 ± 0.037 ~ 0,40 ± 0,055 0,42 ± 0,045 0.42± 0.048 . ~ 0.46 ± 0.039 0,44 ± 0.062 • • 0,45± 0.068 04 5± 0037 0,42 ± 0,046 M 0,44 ± 0 045
WAKTU (M;nggu pO 2 3 0,39 ± 0,064 1M 03 5± 0043 c_ 0,34 ± 0,073 0,33 ± 0,047 0,36 ± 0 045 • O,34 ± 0.064 0,39 ± 0.041 N 0,40 ± 0,085 tJa 0.38 ± 0,056 0.38 ± 0,048 0.40 ± 0,070 ~ 0,37 ± 0,045 ...... 0.42 ± 0.061 0,43 ± 0.045 0,42 ± 0,073 0.42 ± 0.035 • 0.42 ± 0,068 •• 0,43 ± 0.066 M 45± 0,046 O,4 5:L 0 064 0,45± 0.042 • M 4± 0,037 M 0.44 1. 0.040 0.4 5± 0.032 0,44 ±- O,049 0.45 ±- O 041 O,« ± 0 052 M 0,43 ± 0.039 •• 0,44 ± 0,06 1 0,43 ± 0,052
o
4 0.33± 0,057 -
003 1 ±- 0,035 0,31 ± 0.053 0,3 6 ± 0,049 ~ 0.3 4 ± 0,048 0,35± 0.064 0' 0.4 1 ± 0,056 0,41 ±- 0049 0,41 ± 0.059 M 0.44 ± 0.054 0.44 ± 0,056 M 0,43 ± 0,05 1 • 044 ± 0,062 0.44± 0,057 M
0.45 ± 0,036
.. betbeda nyal8 (p
0 ,40
1. 1mggpi
0,30
. 2 mgg pi
0,20 0,10
03 mgg pi
04 mgg pr
-~
0,00 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C Kelompok
Gambar 18. Raman luas permukaan usus pervilti Cmm 2)
Menurui Iji e{ al. (2001) pemberian enzim mikrobial dapat meningkatkan luas permukaan usus temtama pada yeYUllum dan ileum dimana proses penyerapan nutri si bcrJangsung. Enzim mikrobial dapat meningkatkan kecernaan polisakarida. sehingga dapat memperbaiki perfo rman hewan . Diet mcrupakan salah satu faktor dalam pembentukan dan perkembangan struktur dan fun gsi usus ( Iji
el
al.. 2001 ). B. coaglllans dapat me nghasi lkan
cnzim amilase, protease dan lipase, sedangkan B. apiarius mengba"i1kan amilase
70
(Moorthy. 2005).
Enzim tersebut sangat berperan dalam
metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Oleh karena itll pada kelompok yang -diberi probiotik (B. apiarius, B. coagulans dan 8M) proses pencemaan berlangsung lebih baik dan dapat meningkatkan ukuran villi (tinggi, basal dan apikaJ) sehingga meningkatkan luas pennukaan usus pervilli.
Kerapatan villi
Kerapatan villi adalah jwnlah villi perluasan tertentu. Pada penelitian ini kerapatan villi dilakukan dengan menghitung jumlah villi pada 1 mm. Kerapatan villi pada kelompok antibiotik (kelompok 2) dan kelompok yang diberi probiotik (kelompok 3, 4 dan 5) tidak berbeda nyata dengan kontrol (1'>0,05).
Pad.
kelompok IAjumlah villi pennm pada I minggu tidak berbeda dengan 2, 3 dan 4 minggu pi. Kerapatan villi pada kelompok 2A pada 1,2, 3 dan 4 minggu tidak berbeda.
Tabe119. Rataanjumlah villi I mm WAKTU (MinlWJ pi)
Kelom pok IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
I 22,2±3,10 20,6 ± 2,44 20,0 ± 3,21 22,0 ± 1,79 21,6 ± 3,36 20,8± 1,5922,4 ± 2,83 ~ 21,6±2,17 ~ 21,6±2,06 AO 22,8 ± 1,83 ~ 21,6 ± 2,03 22,0 ± 2,64 22,4 ± 2,53 • 21,2±2,81 21,6 ± 2,44
2 22,4± 2,66 22,0± 3,02 20,8± 2,23 22,0±3,36 21,2 ± 2,23 22,0 ± 1,7422, ±3,7622,0 ± 2,0422,4 ± 2,53~ 22,2 ± 2,22 ~ 22,0 ± 2,25 22,O± 2,18 22,6 ± 2,52 22,0 ± 2,18 22.4±2,14
3 22,0 ± 2,81 19,6± 1,96 20,O±2,67 20,4± 1,44 20,9 ± 2,81 21,2±2,16 ~ 22,8 ± 1,98 ~ 21,8 ± 2,98 ~ 21,6± 1,82 ~ 23,0 ± 1,98 AO 22,8 ± 2,41 22,4± 1,89 22,4 ± 2,38 22,8 ± 2,65 21,8 ± 2,16
4 20,8 ±2,28 20,O± 2,42 19,2 ± 2,13 20,0 ± 2,41 20,4 ± 2,28 20,8 ± 2,22 ~ 22,4 ± 1,82 ~ 22,2 ± 2,26 AO 22,0 ± 2,73 " 22,4±2,23 ~ 22,8 ± 2,64 22,8 ± 2,48 22,2 ± 2,98 22,0 ± 1,89 22,6 ± 1,79
Keterangan. HurufDesar superskrifyang berbeda kemah kolom menuoJukkan berbcda Dyata (p<{l,OS) Huruf kedl ~uperskrifyang berbeda kearah baris menuojukkan belbeda nyata (P«l,OS)
Pada
kelompok
yang
diberi
probiotik
infeksi
Salmonella
tidak
mempengaruhi kerapatan villi. Demikian pula waktu infeksi tidak mempengaruhi
71
kerapatan \filii.
Pada kelompok 3A kerapatan villi lidak berbeda dengan
kc lompok 38, 3C sena kerapatan villi pada 1.2.3 dan 4 minggu pi tidak bcrbcda nyata. Kerapatan villi pada kelompok 4A tidal.: berbeda oyata dengan kelompok
48. 4C serta kerapatan villi pada I. 2, 3 dan 4 minggu pi lidak berbeda nyata. Demikian pula pada kelompok SA kerapatan villi tidak berbeda dengan kelompok 58. 5C serta kerapatan villi pada 1,2.3 dan 4 minggu pi lidak berbeda nyata.
24
= 23 '> 22 c
-~
11 1 rrgg pi . 2 rrgg pi 03 rrgg pi
-•
21 [ 20 E! 19 :: 18 17
04 rrgg pi
1A 1B 1C 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C SA SB SC
I
KELOMPOK
Gambar 19. Rataanjumlah vitii / mm
Infeksi Salmonella nyata menurunkan kerdpatan villi pada kclompok kootro1 yang dLinfeks i. Pada kclompok kontro l yang diinfeksi S. dan S. typhimurillm (IC) jumlah villi per mm
"yata
enlerilidi~
(I B)
lebih rendah daripada
kontrol yang tidal.: diinfeksi (tA) pada I. 2. 3 dan 4 minggu pi (P
Oimana
pada mukosa usus terjadi edema dan infiltrasi sel radang, menyebabkan villi memendek dan membesar (gemuk) dan beberapa villi bergabung menjadi satu (gam bar 25. 29 dan 31), sehingga jumlah villi pada I mm berkurang. Menurut Henderson eta/. (1999) dan Oesmidt et 01. (1997) infeksi S. typhimur;ul/I dan S.
enteritidis pada ayam menimbulkan pcradangan pada usus dirnana villi usus halus dan sekum memendek dan gemuk disertai dengan infiltrasi sel radang.
72
Perubahan patologi anatomi usus
Pada pemeriksaan makroskopis (parologi anatorniIPA) usus,
pada
kelompok IA (kontrol dan tidak diinfeksi) ditemukan perubahan berupa enteritis kataralis pada I ekor dari 4 elor yang dinekropsi yang terjadi pada umur 6
minggu (3 minggu pi). Sedangkan pada kelompok antibiotik dan probiotik yang diinfuksi tidak ditemukan perubahan makroskopik (tabel
19~
Enteritis kataralis
pada kelompok lA kemungkinan terjadi infeksi dari lingkungan pada ayam t=ebut.
Ayam yang dipergunakan pada penelitian ini bukan ayam specifIC
pathogen free (SPF). Tidak ditemukannya perubaban makroskopik (PA) pada kelompok yang diberi problotik menunjukkan bahwa probiotik tersebut aman
diberikan kepada ayam.
Tabe120. Rataan skore ntakruskopik (patologi anatomi) pada usus Kelompok IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
WAKTU (Minggu pi) 2 3 4 O,oo± 0,00 ~ 0,00±0,00~ O,OO±O,OO ~ 0,25 ± 0,00 1,75 ± 0,25- 2,00 ± 0,50 ~ 2,00±0,25 ~ 1,75 ± 0,20 ~ 2,00±0,00~ 2,00 ± 0,75 ~ 1,75 ± 0,25 ~ 2,00± 0,50 ~ 0,00 ± 0,00 ~ 0,00 ± 0,00 ~ 0,00±000~ O,oo± 0,00 ~ 1,00 ± 0,05- 0,00±0,00 1,00 ± 0,25 O,oo± 0,00 0,00±000 ~ O,OO± 0,00 0,75 ± 0,10 0,50 ±o,oo O,OO± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 o,oo± 0,00 0,50± 0,25 0,00 ± 0,00 0,25 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,50± 0,00 O,OO± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ±O,OO 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ±O,OO 0,00 ± 0,00 O,OO±O,OO ~ 0,00 ± 0,00 u 0,00±0,00 u O,OO± 0,00 0,50 ±0,05- 0,00 ± 0,00 u 0,00±0,00 u O,oo±O,oo ~ 0,00 ± 0,00 ~ O,OO±O,OO ~ O,OO±O,oo u 0,00 ± 0,00 ~ O,OO±O,OO ~ 0,00±0,00 ~ O,OO± 0,00 ~ '0,00 ± 0,00 ~ 0,00 ± 0,00 u 0,50± 0,00 0,00 ± 00 c. 0,00 ± 0,00 u I
°
Keterangan. HurufbeS8l" superskrifyang berbeda kemah kolom menWlJukkan berbeda nyata (p
Pada lootrol infeksi SalmtJl'N!lla (lB, Ie) nyata meningkatkan rataan skore makroskopik pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi (P
infeksi Salmonella
nyata meningkatkan rataan skare makroskopik pada 1, 2 dan 3
minggu pi
73
(P
Pada kelompok 3 infeksi Salmonella (3B, 3C) oyata meningkatkan
rataan skore makroskopik pacta I dan 2 minggu pi (P
Rataan skare makroskopikIPA pada kelompok antibiotik dan probiotik yang diinfeksi nyata lebih rendah dari(Xlda kontrol yang diinfeksi. Pada kelompok
kontrol yang diinfeksi (lB. IC) lesio makroskopik yang terjadi bervariasi berupa pembendunganfhipcremi.
enteritis
kataralis
dan
hcmorhagi .
Pendarahan
(hemorhagi) yang terjadi adalah ptekhL Perubahan lcrsebut terj adi pada seluruh bagian usus yaitu duodenum. yeyunum, ileum dan sekum (gam bar 21 dan 22). Perubahan PA ditemukan pada I sampai 4 minggu pi. Sedangkan pada kelompok yang dibcri antibiotik (2B dan 2C) dan kelompok yang diberi prabiotik (38, 4B, 58, 3C, 4C dan 5C) yang diinfeksi hanya menunjukkan skoring lesio yang rendah bila dibandingkan kantrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiatik dan antibiotik dapal mclindungi ayam dari infeksi Salmonella.
§ 2, 50
:S
2,00
a 1mggpi
00(
1,50
. 2 mgg pi
~ 1,00 0 ,50 0 ,00
04 mgg pi
0.
03mggpi
~
'"
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 SC KElOMPOK
Gambar 20. Rataan skare makroskopik (patologi anatomi) pada usus
Menurut Henderson el oJ. (1999) Salmonella pada unggas biasanya menginfeksi pada
USlI S
bagian distal yaitu distal yeyunum. ileum dan sekum .
Infeksi Salmonella diawali dengan adhesi pada sel M atau sel epitel. Kemudian invas i ke submukosa, falikel limfoid (Peyer' s patches) untuk difagosit o!ch sel makrofag dan sel RES sepeni sci dendrit serta mcmasuki alira" darah dan menginvasi organ interna lai nnya.
74
Gambar 21. Kclompok IB : pendaraban ptekhi pada mukosa usus, 1 minggu pi
Gamber 22. Kclompok Ie: pcndaraban ptekhi pada mukosa usus, I minggu pi
75
Infeksi
bakteri
S.
enteritidis
pada ayam
menyebabkan
enteritis
hemorhagika pads ileum dan sekum dan enteritis kataralis pada bagian usus halus yang lain (Desmidt e/ aI., 1997; Gas!, 2003).
Pada kelompok yang diberi
probiotik yang diinfeksi perubahan PA yang terjadi lebih ringan dan hanya teljadi pada I minggu pi (3C, 4C, 5C) dan I dan 2 minggu pada kelompok 3B. Hal ini
terjadi larena kelompok probiotik dapat mengeliminir Salmonella lebih cepat seperti terlihat pada reisolasi balderi tersebut dari sekum (tabel 16). Pemberian probiorik dapat meningkatkan pertahanan ayam terftadap infeksi (perdigon e/ oJ., Pemberian Lactobacillus salivarlus dapat mencegah kolonisasi S.
1995).
enteritidis pada ayam (Pascual e/ aI.,I999).
Pada kelompok yang diberi antibiotik Zn-bacitrasin dan diinfeksi (2B, 2C) perubahao PA juga hanya leljadi pada I dan 2 minggu pi dengao rataao skore
yang oyata lebih rendah dibandingkan kontrol yang diinfeksi (P
dengan cara menghambat pembentukan/sintesa dinding set bakteri (Butaye el af. 2003).
Perubaban mikroskopik usus
Skore lesio mikroskopik usus yaitu duodenum pada kelompok IA nyata lebih tinggi (p0,05). Demikian pula pada kelompok antibiotik (2A) dan probiotik (3A, 4A, 5A) menunjukkao tidal< ada perbedaan yang nyata rataao skore HP pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi. Perubahan mikroskopik yang leljadi pada kelompok yang tidak
diinfeksi umumnya berupa pembendungan atau hiperemi pada pembuluh darah. Infeksi Salmonella pads duodenum menimbulkan perubahan mikroskopik yang cukup parah pada kelompok kontrol yang diinfeksi 08, Ie) dan berbeda oyata dengan kontrol tanpa infeksi (I A) dengan skore lesio tertinggi pada
kelompok
Ie yaitu 3,06 ± 0,29 yang terjadi pada 3 minggu pi. Pada kelompok IS
76
rataan skare HP pada minggu 2, 3 dan minggu pi nyata lebih linggi dibandingkan dengan I minggu pi. Sedangkan pada kelompok
Ie
tidak ada perbedaan yang
nyata rataan skare HP pada I. 2. 3 dan 4 minggu pi. Pada kelompok 1B dan 1C teJjadi hiperemi/pembendungan. edema, pendarahan. peradangan dan deskuamasi
epitcl. Edema dan hiperemi umumnya terjadi pada 1 minggu pi. Tabel 21. Rataan skare mikroskopik Duodenum Kelompok.
IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
I 1.05±0,19
2,41 *0.27
om
2.94 ± 0,26
1.10± 0.28 2,23± 0,26 2.30.± 0,12 O,83± 0.12 1,65 ± 0,31 2,00 ± 0,25 0,88 ± 0,13 1,40 ±O,29
1,48 ± 0,25
1,95±0,17
.
(Mj n~u
pi)
3 1,08 ± 0.28
2,82 ± 0,38 3,06± 0.29 1,10 " 0,30 2,08 ± 0.28
1.13 :1::0.21 2.28 ± 0,25 2,23 ± 0 30
!$I
~
1,00 ± 0,20
m
0.93± 0.22
1,97±0,18
1..50 ± 0.25
~
2.08 ± 0.24 O,83±O,19
~
2.06± 0,30 0.75±O,20
~
,
2,19 ± Q,27
1,45 ± 0.27 •
1,75 ± O,IS
O,80±0.14
WAKTU 2 1,23 ±- 0.27 2,79 ± 0.20 ~ 3,05±0.2 1
~
,
~
2.00±O,23 0.90±0,16
~
~
1,55 ± 0.20
2.09± 0,24
, ~
2,60 ± 0.30
,
2.72 ± 0.33
m
,
,
1,90±0,19
2,15:l 0,35
0,
, ,
0,
1,63 ± O,17
t
~
1,75± O, 19
~
, ~
1,52 ± O,30 m
0.90 ± 0.18 2.20 ± 0,27
~
0.80 ± 0,19 1.15 ± 0.24 1.50 ± 0.28 '" 0.75 ± 0.16"' , 1,53 ± 0.22 1.67 ± 0,24 c, 0.75± 0.20 "'
1.43 ±- O,17 • 1.63 ± 0,24 u
I 03± 0.21
4 1.15 :1::0,22
Keferangan . HurufbesllI" 5uperskrif}a!lg berbeda keMah kolom mcnunjukkan berbeda nyata {p
,cE • '8
...3
',DO
1111
mggpl . 2 mgg pi
3,DO 2.DO
03 mgg
:z: I ,DO E j D,DO
'"
Pi li
04 m;JQ PI
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C KELOMPOK
Gambar 23. Rataan skore mikroskopik (HP) Duodenum
77
Gambar 24. Kelompok SA. Duodenum: villi dengan epitel yang utub (v) HE. Bar=2S0 pm
Gambar 25. Kelompok 2e. Duodenum: Edema diantara kripta (e), I minggu pi. HE. Bar = 24, 7 ~m
78
Garobar 26. Kelompok 2C. Duodenum : Peradangan pada kripta (k), 1 minggu pi. HE. Bar = 24,7 fUll
Gambar 27. Kelompok 3B. Veyunurn : viUi epilel utuh (v) dan edema (e), I minggu pi HE. Bar = 99 fUll
79
Tabe122. Rataan skore mikroskopik Yeyunum Kelompok
IA 18 lC 2A
28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C
I 1,25 ± 0,50
3,50 ±0,80 3,20 ±O,44 1,25 ± 0,79
2,70±009 M 2,20 ± 0,50 1,15± 0,70~ 2,58± 0,10
WAKTIJ(Mi"""u pi) 3 2 2,15±Q,87 1,20 ±O,45 3,28 ± 0,55~ 3,03±0 93 ~ 4,08 ±O,72 1,20 ± 0,81 2,60 ± 0,70 Y 2,50±'O,45 1,17±0,52~
1,78±Q,25
2,03 ±O,82
2,63±0,13~
1,1O±0,40Y 2,23±0,59
O.70± 0,80 1,77 ± 0,64
1,80±0,19~
2,08±0,21 Y
100±054 2,32 ± 0,91 2,25±0,66 M
0,93 ± 0,.31 2,00±0,50~
2,33 ±O,60 Y
4 1,IS±O,33
3,35 ±O 54
3,00± 0,50~ 2,93±0,52
1,48±0,75~
O,95±O,19
3,28 ±O 48
2,40±O,41" 2,38 ± 0,98
2,60± 0 43 1,15±067 Y 185±032 2,03±027M
I.OO±O.25~
1,80±096 2,1O±O,17
0,88 ±O 65
1,00 ± 0,20Y
1,80±O92 1,83±0 75 Y 105±034 2,05±040 M 2,23±090
1,87 ±O,85
2,O5±O,79I,05±O,IS
1,95 ± 0,54 2,05± 0,80 M
Keterangan. Hwufbcsar supcrslaifyang berbeda kcanh kolom mcnuoJukkan berbeda nyata ~.05) Hurufkecil supcrskrifyang berbcda kearab baris menunjutkan berbcda nyata (P
Pada kelompok antibiotik (2B, 2C) dan probiotik (3B, 3C, 48, 4C, SB, SC) yang diinfeksi skore lesio yang terjadi nyam (p
yang diinfeksi (IB dan IC).
Pada kelompok 2B dan 2C rataan skare HP
menunjukkan tidak. ada perbedaan yang nyata antara 1 minggu pi dengan 2, 3, dan 4 minggu pi. Kelompok yang diberi probiotik dan diinfeksi (3B, 3C, 4B, 4C, SB, SC) nyata memponyai rataan skore HP lebih rendah dati parla kelompok 2B dan 2C (P
mikroskopik ringan pada yeyunum. Tidak ada perbedaan yang nyata antara rataan skore mikroskopik (HP) parla kelompok IA dengan kelompok 2A, 3A, 4A dan SA (P>O,05). Juga lidsk ada perbedaan yang nyata antara rataan skore HP pada I minggu pi dengan 2, 3, dan 4 minggu pi.
Perubahan mikroskopik. umumnya
berupa pembendungan, hiperemi dan edema. Infeksi Salmonella nyata meningkatkan lesio mikroskopik pads yeyunum pada semua kelompok (P
80
mempunyai raraan skare HP pada ycyunum yang lebih tinggi dibandingkan dcngan kclompok yang lidak diinfeksi.
! It
i
4 ,5 4 ,0 3 ,5 3,0 2,5 2,0
. 1mQgpil . 2 mggpl 03 mgg pi I C4mggpi
' ,5
' ,0 0,5 0 ,0 1A 18 lC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C Ke l o m pok
,
Gambar 28. Rataan skare lesio mikroskopik (HP) Yeyunum
Pada yeyunum perubahan mikroskopik yang paling parah terjadi pada
konlrol yang dinfeksi S. enlerilidis (I B) dan S. Iyphimurium (I C) dan berbcda nyata dengan kelompok antibiOlik dan probiotik yang diinfeksi (P
Ie lidak berbeda oyata dan tidak ada perbedaan
yang oyata amara I minggu pi dengan 2, 3 dan 4 minggu pi. Rataan skare HP yeyunumm pada keiompok I B pada I minggu pi adalah 3,50 ± 0.80 ; pada 2 minggu pi adalah 3,28 ± 0,55 ; pada 3 minggu pi adaJah 3. 03 ± 0,93 dan 3,00 ± 0,50 pada 4 minggu pi.
Rataan skore HP pada kclompok
Ie
pada I minggu pi adalah 3,20 ± 0.44 ; pada 2 minggu pi adalah 4.08 ± 0,72 ; pada 3 minggu pi adalah 3,35 ± 0,54 dan
Perubahanllesio
tnikroskopik
pada
2.93 ± 0.52 pada 4 minggu pi. ke lompok
IB
dan
Ie
bcrupa
pcmbendungan/hiperemi pembuluh darah, edema, pendarahan, infiltrasi sel radang dan deskuamasi epitel Tidak ada perbedaan yang nyam (P>O,05) skore HP yeyunum antara kelompok antibiotik yang diinfeksi (2B. 2C) dengan kelompok probiotik yang
diinfcksi (38. 3C. 48, 4C, 58, 5C), Perubahon HP pada kelomJXlk 28, 2C, 38.
JC, 48. 4C, 58 dan 5C nyata Icbih ringan dibandingkan keiompok t B dan IC. Rataan skore HP pada kelompok antibiotik dan probiolik yang diinfeksi tidak ada perbedaan yang nyata antara I minggu pi dengan 2. 3. dan 4 minggu pi.
81
Pada 4 mioggu pi terjadi penurunan skore lesio HP yeyunum pada
kelompok kootroi, antibiotik dan probiotik yang diinfeksi dibandingkan dengan pada 1,2 dan 3 minggu pi pacta kelompok yang sarna, waJaupun secara statistik tidak berbeda nyata.
Keadaan ini menunjukkan bahwa pada yeyunum mulai
terjadi persembuhan. Tabe) 23 menunjukkan rataan skore HP pada usus bagian ileum. Pada kelompok yang tidak diinfeksi baik kootro) maupun kelompok antibiotik dan probiotik ditemukan adanya perubahan mikroskopik ringan pada _
tenebut
berupa hiperemi dan pembendungan pada pembuluh darah serta edema riogan. Tidak ada perbedaao yang oyata rataan skore HP pada I, 2, 3 dan 4 minggn pi.
Rataan skore HP kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok probiotik
walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Tabe123. Rataan skore lesio mikroskopik Ileum Kelompok I 1,23 ±O,37 2,60±O,523,45 ±O,17 1,38 ±O,20~ 2,03 ±O,61 3,OO±O,161,00 ±O 33 2,OO±O,36 1,75±O 121,03 ±O,38 2,OO±O,271,50 ±O,22' 1,10 ±O,29 1,93 ±O,401,88 ±O,32
IA IB IC 2A 2B 2C 3A 38 3C 4A 4B 4C 5A 58 5C
WAKTU MilU!2U oi 2 3
1,13 ±O,25~ 3,00 ±O,59 3,75 ±O,45 I,OO±O,IO~
1,50±O,29~
3,25 ±O,15 3,33 ±O,25 I 25 ±O.25~ 2,60±O,42 2,75 ±O,3I1 30 ±O,19 2,13 ±O,27225±O,41 1,03 ±O 16 2,OO±O.271,88 ±O,34 1,23 ±O,26~ 2,08±O 19213 ±O,25
4 1,38 ±O 14 2,95 ±O,33 2,88 ±O,21 1,25 ±O,22~ 2,48±O,37 2,50 ±O,191,25 ±O,24 2,13 ±O,12
2,50±O,13 3,OO±O,22IOO±O,20 2,OO±O,16~08±O,33~ 2,20±O 11 O,90±O,25 1,00 ±O,21 1,88±O,17~ 2,OO±O,29175±O,I2 1,83 ±O 30 0,87 ±O,221,13 ±O,13 2,23 ±O,281,95 ±O,27~ 2,05 ±O,18 1,75±O,15 Ketaangan . Hurufbc:sar superskrifyaog bcrbeda kearah kolom meDUDjukkan bcrbcda nyata ~.05) Hurufkecil superskrifyang berbeda kearab bllris menunjukkan berbcdany8la (P
Infeksi S. enteritidis dan S. typhimurium nyata meningkatkan rataan skore HP pada ileum pada semua kelompok bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinfeksi.
Kelompok kontrol yang diinfeksi (lB, Ie) menunjukkan
perubahan mikroskopik yang paling parah dibandingkan keiompok antibiotik dan probiotik yang diinfeksi (P
82
raraao ska re HP yang lebih ringan dibandingkan kelompok konlrol dan antibiolik
yang diinfcksi (P
yang nyata.
'" 4,00 ..--.--;;------~---~--_, ;-c----c
~ ~ 3,00
101 mggpi
~ 2,00
. 2mggpi 03 mgg pi
~
04 mgg pi
1.00
'" 0,00 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gambar 29. Rataan skare lesio m ikroskopik. l1eum Pada I minggu pi rataan skare HP ileum pada kelompok I B ada lah 2,60 ±O.52: kelompok
Ie
adalah
3,45 ±O, 17.
Kclompok antibiotik yang diinfeksi
mempunyai rataan skare HP 2,03 ±O,6 1 pada ke lompok 28 dan 3,00 ±O.16 pada kelompok 2C pada I minggu pi . Sedangkan pada kelompok probiotik yang
diinfeksi (38, 3C, 48, 4C, 58 dan 5C) nyata mempunyai rataan skare BY lebih rendah daripada kamrol dan kelompok antibiotik yang diinfeksi. Pada I minggu pi kelompok 38 mcmpunyai rataan skore HP 2,00 ±O,36 dan kelompok 3C adalah 1.75 ±D,12 pada I minggu pi. Pada kelompok 4B rataan skore HP adalan 2,00 ±D.2? dan 1,50 ±0,22 pada kelampok 4C pada 1 minggu pi.
Raiaan skore HP
pada I minggu pi pada kelompok 58 adalah 1.93 ±OAO dan
1,88 ±O.32 pada
kelompok 5C.
Pada kontrol yang diinfeks i ( I B, I C) perubahan mikroskopik pada ileulll berupa pembendungan dan hiperemi, edema, pendarahan, infiltrasi sci radang dan deskuamasi epitel.
Villi usus terlihat memendek dan menjadi gemuk karena
edema dan infiltrasi sel radang (gambar 30). Disamping itu juga terjadi deplesi pada fo like! limfo id atau Peyer's patches pada bagian usus tersebut.
Pada 4
minggu pi terjadj pembentukan jaringan ikat yang menandakan telah terjadi proses persembuhan atau infeksi be~ialan kronis.
83
Pada pemeriksaan mikroskopik sekum ditemukan adanya perubahan
mikroskopik (HP) pada kelompok yang tidak diinfeksi baik kontrol (IA), keJompok antibiotik (2A) maupun keiompok probiotik (3A, 4A dan 5A). Rataan skore HP pada kelompok I A nyata lebih tinggi daripada kelompok 2A, 3A, 4A dan SA (P
Kelompok probiotik (3A, 4A, SA) menunjukkao perubahan
mikroskopik yang lebih riogan daripada kontrol (lA) dan kelompok antibiotik (2A) secara nyata (P
Pada tabel 24 terlihat bahwa infeksi Salmonella menimbulkan perubahan
mikroskopis pada usus yang cukup parab pada kelompok yang tidak diberi antibiotik dan probiotik (18 dan Ie). Pada kelompok tersebut lesio mikroskopis yang terjadi berupa pembendungan/hiperemi. edema, pendarahan, peradangan yang ditandai dengan infiltrasi sel radang dan deskuamasi epitel. tersebut berlangsung sampai 4 minggu pi.
Keadaan
Sedangkan kelompok yang diberi
antibiotik (2B dan 2C) dan probiotik (3B, 4B, SB , 3C, 4C dan SC) yang diinfi:ksi
rataan skoring lesio yang terjadi lebih keeil dibandingkan kelompok 1B dan 1C.
Tabe124. Rataan skore lesio mikroskopik Sekum Kelompok
I
IA 18 IC
1,88±036~
2A
I
28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA S8 SC
2,46±-O,83 3,O5± 0,181,20 ±O,46 2,11±0,38 2,45±0,581,13±0,15 2,O3±0.28 1.13 ±O,25~ 1,05 ± 0,35 1,45 ± 0,42 ..... 1.53 ± 0,58 1,20±0,30~ u
1,35±0,62 1,63 ±0,25
WAKTU 2 I 65± 0,29~ 2,85 ;l: 0,48 3,35 ±O,61
.
pi) 3
4
\38±032~
1,13±0,21~
3,23±O,51 3,00 ± 0.48
3,03 ± 0,16 3,40 ±O,46
t,I3±O,22~
1,I5±O,15~
1,I5±O,18~
2,35 ±O 45 2,85±O,311,35±O,24 1,83 ±0.15 ..... 2,20 ± 0,391.00 ± 0,32 2,03 ± 0,292,05± 0,30 1,28 ± 0.36·' 2,O3±O,282,20 ± 0,20
2,60 ± 0,28 2,58 ± 0,381,20 ± 0,35 1,9S ± 036~ 1,98± O,40~ 1,05 ±0,36
2,35±O,22 2,S1± O,3S1,30±0,14 2,10±0,24 2,28 ±O,321,00 ± 0,12 1,93 ±O,IS~ 2,08 ± 0,32 1,13±0.25= 1,88±0,36 u 2,10 ± 0,22
I
1,15±O,26~
1.88 ± 0,28 1,\O±O,33~ u
1,80 ± 0,25 2,10 ± 0,35
Keterangal1 Hurufhesar superskrifyang berbeda kearah kolom menunJukkan berbeda nyata tp
84
•
."'='
Gambar 30. Kelompok lB. newn : desl",amasi epitel(d), infiltrasi sel radang (i) deplesi folikellimfoid (1..) dao edema (e), I minggu pi HE. Bar ~ 99 JUIl
Gambar 31. Kelompok IC. Sekum : villi memendek dao gemok (v), edema (e), deskuamasi epitel (d), infillrasi sel radaog (i). HE. Bar ~ 250 JUIl
85
Infeksi Salmonella oyata meningkatkan rataan skare HP sekum pada sem ua kelompok yang diinfeksi haik kaotrol, kelompok antibiotik maupun kclompok probiotik. Kelompok kontrol yang dUnfeksi ( IB dan Ie) menunjukkan perubahan HP yang paling parah dibandingkan kelompok antibiotik (2B. 2C) dan kcJompok probiotik yang diinfeksi (38, 3C, 4B. 4C, 58 dan 5C).
Kelompok
probiotik yang diinfeksi menunjukkan perubahan HP yang lebih ringan daripada kelompok kontroi dan kelompok antibiotik yang diinfeksi (P
Ie lebih tinggi
daripada kc lompok I B pada 1 dan 2 minggu
pi, sedangkan pada 3 dan 4 minggu pi tidak ada perbedaan yang nyala pada kedua kclompok tersebut. Pada kelompok yang diberi B. apiarius dan diinfeksi (38, 3C) • B. coaglilany dan diinfeksi (48, 4C) dan 8M yang iinfeksi (58, 5C) mempunyai
rataan skore HP pada 2, 3 dan 4 minggu pi yang Icbih tinggi daripada I minggu pi.
E 4,000
"Ii"
.'"e :r 0
~
'"
1!11mggpi 8 2 mgg pi 03 mgg pi 04 mgg pi
3.000 2,000 1,000 0,000
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gambar 32. Rataan skore lesio mikroskopik (HP) Sekum
Apabila dibandingkan dcngan kelompok kontrol yang tidak diinfeksi (I A), maka seperti halnya pada yeyunum dan ileum pada kelompok 1B dan Ie vi lli sckum memendek dan membesar (gem uk) disertai dcngan dcskuamasi epitel dan depJesi folike! limfoid (gambar 3 1).
Menurut Desmidt et 01 ( 1997) infcksi S.
enterilidis pada ayam menyebabkan villi sekum mcmendek dan membesar yang lerjadi pada 9 had pi.
86
Gombar 33. Kelompok Ie. Sekum: abses pada kripta, epilel kripta meoipis E-+) 3 minggu pi , HE. Bar - 24, 7 ~m
Gombar 34. Kelompok Ie. Sekum : peodaraban, ditandai eritrosit diluar pembuluh darab E-+)I minggu p~ HE. Bar - 9,9 ~
87
Gambar 35. Kelompok lC. Selaun : Koloni bakteri diantara epilel dan mukosa usus (b). HE. . Bar - 9,9 ~m
Gambar 36. Kelompok 4B. Sekum : koloni bakteri (b) lerdapat di lumen HE. Bar - 9,9 ~
88
Pada duodenum, yeyunum. ileum dan sekum ayam yang diinfeksi S. enteritidis dan S. typhimur;um terjadi peradangan pada kripta (kriptitis). Pada I
minggu pi tetjadi kriptitis hemorhagika dimana lumen kripta penuh dengan eritrosit dan sel radang. Pada minggu berikutnya lapisan epitel kripta menipis dan
lumen kripta terlihat meluas berisi eksudat sel radang dan nmtuhan sel yang
nekrose, tidak ditemukan adanya eritrosit (gambar 34). Menumt Henderson el al. (1999) infeksi S typhimurium sebanyak 10" CFU pada anak ayam menyebabkan multipel abses pada kripta sekwn dan villi sekum memendek Apabila diamati lesio mikroskopik pada semua bagian usus, terlihat bahwa
rataan lesio mikroskopik pada duodenum lebih ringan dibandingkan dengan bagian lain usus (yeyunum, ilewn dan sekurn). Menurut Giannella (2005) dan Henderson el oJ. (1999) Salmonella biasanya menginfeksi usus bagian distal yaitu
ycyuoum bagian
dista~
ilewn dan sekum pada ayam. Sedangkan pada manusia
infeksi biasanya terjadi pada ileum dan kolon.
Karena sel M yang merupakan
target ulama Salmonella dalam melakulam infuksi pada inang lebih banyak
terdapat pada bagian distal usus.
Sel M merupakan sel epilel yang meiapisi
bagian usus dimana terdapat Peyer's patehes atau folikel limfoid.
Sehingga
kerusakan yang timbul pada yeyunum, ileum dan sekum lebih parah daripada duodenum.
Pada usus ditemukan koloni bakteri pada kelompok kontrol, antibiotik dan probiotik yang diinfeksi (gambar 35 dan 36). Pnda kelompok probiotik yang
diinfeksi koloni bakteri umumnya ditemukan pada lumen usus. Sedangkan pada kontrol yang diinfeksi (lB, IC) koloni bakteri ditemukan pada mukosa dan submukosa. Keadaan ini membantu mempercepat eliminasi bakteri dari usus.
Jumlab sel rada.g pada usa Sci radang yang dihitung adalah m8krofag, PMN. limfosit dan sel plasma." Sel radang dihitung pada lamina propia usus. Lamina propia terletak dibawah lapisan epitel. I:mfo~it.,
Pada lamina propia terdapat berbagai jenis sel radang seperti
makrofug, sel plasma., sel mast dan sel dendrit (Gaskins, 1996).
89
Tabcl 25. Rataanjum lah sel hetcrotil (PMN) pada usus Kelompok IA
IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
I 0,25 ± 0,00 ~ 2.25 ± 0, 10 IU 1 50 :!. 0,50 O,OO±O , OO~
0.25 ± O.OO 0,00 ± 0,000,00 ±O,OO0.00 ± 0.00 0,50 ± 0,25-
a.oo± 0,00 0 ,00 ± 0,00 O,OO± 0,00O,OO ± OOO 0,00 ± 0,00 ,. O,OHO,OO
WAKTU 2 3 O.OO ± 0,00 0,00 ± 0,00 I,OO ± O,25~ 0,00 ± 0,00 1.25 ± 0.50 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 OOO±O,OO 0,00 ± O,OO 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 O,OO ± O,OO O,OOH,OO 0,00 ± 0,00 0,00 ± O.OO O,OO ± 0,00 O,OO ± 0,00 0,00 ±O,OO a,oo ± 0.00 D.OO±O 00 O,OO ± O,OO O,OO ± O 00 O,OO± 0,00 O,OO ± O,OO O,OO ± 0 00 O,OO.i 0 00 0,00 ± 0,00 ., O,OO ± 0,00 0,00 ± 0,00 ' O,OO ± 0,00
4 O,OO ± 0.00 0,00 ± 0,00 " 000 ± 0,00 0,00 ± 0,00 ~ 0,00 ± 0,00
.~
•
" " • ~
" "
0.00 * 0,00 O,OO ± O,OO .. 0,00 ± 0,00 O,OO ~ 0,00 ~ 0,00 ± 0,00 O.OO ± O,OO O,OO ± O,OO .. 000 ± 0,00 0,00 ± 0,00 .. a.oo ± 0,00
Keu:nmgan Hurufbesar superslmfyang berbo.:da kcanlb kolom mcnunJukkan bcrbeda nyal/l. (p
Pada kclompok yang tidak diinfeksi lidak ditemukan sci hcterofil (1 A. 2A.
3A, 4A dan SA), kecuali pada kclompok lA pada I minggu pi dalam jumlah sedikit (tabel 25 dan gambar 37).
Sedangkan pada kclompok yang diinfeksi
heterofil (PMN) hanya ditemukan pada konlml yang diinfcksi (1 B. IC) pada
J
dan 2 minggu pi. Pada kelompok antibiotik yang diinfeksi tidak dilcmukan PMN. Rataan PMN pada kelompok 1B adalah 2.25 ± 0. 1 pada 1 minggu pi dan 1,00
±
0.25 pada 2 minggu pi . Rataan PMN pada kelompok 1C adalah 1,50 ± 0,5
pada I minggu pi dan 1,25 ± 0,5 pada 2 minggu pi.
~ 2.50 r--~----------------, ~ 2.00 a lmggpi z ~ 1.50 . 2 mgg pi Q,
..&:
I ~ o,so ~
0 3 rrgg pi o4mgg~ I
1.00
O . OO~LD'-IL-
l_
_____
_L
~_r-~
_________
~
1A 18 lC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gambar 37. Rataanjumlah sci heterofil (PMN) pada usus
90
Pada kelompok yang diberi B. apiarius yang diinfeksi S. typhimurium (3C)
PMN ditemukan pada I minggu pi yaitu O,SO ± O,2S. Pada kelompok 38 tidal< ditemukan PMN.
Pacia kelompok yang diberi B. coagulans dan 8M yang
diinfeksi (48, 4C, S8, SC) tidak ditemukan PMN. Menurut Desmidt et al. (1997) dan Alisantosa et aI. (2000) pada ayam yang diinfeksi S. enteritidis infiltrasi heterofil pada lamina propia USUS dimulai pada 3 jam pi. Kemudian jumlahnya menurun pada hari ke 14 pi Sel PMN
merupakan sel radang per1ama yang datang ke daerah yang mengalami peradangan. Pada penelitian ini jumlah sel PMN (beterofil) pada lamina propia usus pada kelompok kontrol yang diinfeksi tidak banyak. Hal ini kemungkinan terjadi akihat sel PMN sodah migrasi ke daIam lumen usus. Menurut Santos., 01 (2003) infiltrasi PMN pada lamina propia segera terjadi setelah infeksi S. typhimurium. Kemudian diikuti dengan migrasi masif PMN ke lumen usus. Ket1lUIJgkinan lain
pada penelitian ini tidak terjadi infiltrasi PMN dalam jumlah besar akibat infeksi Salmonella, tetapi didominasi oleb sci radang yang brio seperti limfosit dan
makrofag.
Menurut Santos er 01 (2003) pada sapi infeksi S. typhimurium
menimbulkan gejala klinis diare dan terjadi infiltrasi netrofit dalam jwnlah besar
pada usus. HasH yang herbeda ditunjukkan pada tikus. lnfeksi S. typhimurium tidal< menyehahkan diare dan respon pertahanan pada usus ditunjukkan dengan adanya infiltrasi sel radang bundar pada usus dan tidal< ditemukan PMN. Pada penelitian ini ayam yang diinfeksi Salmonella tidak menunjukkan gejala klinis dan set radang pada usus didominasi oleh sellimfosit dan makrofag.
Jumlah limfosit pada mukosa usus pada kekanpok yang diheri probiotik (3A, 4A, SA) "yata lebib tinggi (p
nyata Iebih
sedikit dibandingkan kelompok I A. Kelompok antibiotik menunjukkan jumlafl limfosit yang paling sedikit (tahe126 dan gamhat' 38). Pada kelompok kontrol infeksi Salmonella nyata meningkatkan jumlah sel limfosit pada lamina propia usus (P
(I B, I C) dimulai pada I minggu pi dan
berJangsung sam pm -t minggu pi.
Padn keJompok 18 dan I C jum1ah IImfostt
memngkal sejaJan dengan lamanya infeksL
Tabel 26. Rataan jum lah sellimfosil pada usus Kelompok.
IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C
I-
.
4;i-
4B 4C 5A 5B 5C
I 20.50 ± 4.9R"''' 29.00± 2 96~ 27,75 ± 2,8-1 11.75%2. 15 " 1 \..75 ± 2.22 12,75 ± 2_95 ~" 2 1_00:1: 2_87 J9 _75 ± 2,48 19,50 i. 2,96"" 21.25 ± L36 21.25 ± 2.67 n. 21.5N 1.5 1 ~ 22.25± 2-'3 23.00 * 1.52 ~ 22.30* 2.65
WAKTU (Mmggu p;) 2 3 18.25 ±- 3.87 19.75±3.55 D1D 28.00 ± -uo A~ 29.1)()± 3.9 127_25 ± 4.31 32,OO± 3.16 13,25 1:: 2.90~ 12,25 ± 2.96''''' 12,50 ± 2.15 15,OO± '-04 12.75 ± 1,47 l 1'.00±3.02 ~ 2-1.50±3_74 22.75 ± 2.98 21.00±2.9 1 21.50*3.08 2 1.2H 1.35~ 20_50 ± 2.5 1 "'" 22..50 ± 2.77 -R_,75 ± 3.07 22 50±: 2.)61'" 22.50 ± 2, 29-s. 22_25 ± 3.3UifII' 22.25% 3. 70 ~ 22,25 ± 2_74 23.25± 2.50 23.00± 2.23= 22.75 ± 2..91 '" 23_25 ± 1_93 22.75 ± 3.04
4 21.00±4.25 31.15± 6.13 ~ 33.00 ±-4.67 12.15 * 3.49 '"' 13,75 ± 2.27 17.75*2.8 1'· 21.75% 3.11 ~ 22.25 ± 1.25 21..751:: 3.50 ue 23,00± 2,87 =no 23.00 ± 2_05 22.00 * 2 98 ,. 23.25± 1.92 24.25 ± 3_15 23.50±2.18
. . nyuln (fI"'-O,OS) Kctcrang;m Iluruf ~r supcrul'l r yang berbedn kellJuh lo.:oloRl rncnmyukklill berbcda Ilurur kcxlll su[ICrskrirYIlI1g berbcda kcnrah bans mcnunjukkan oorbedu n)'lItu O>"'O_OS)
,•
• "'"• .e
40.00 ' 01 mggpl lj
30.00
.E
20.00
~
1000
o 2mggpi 0 3 mgg pi
~
.!!
,E
~
I o4mg9pL
0.00
1A 18 IC 2A 29 2C JA 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gamba! 38. RataanjumJah limfosit pada usus
Rataan Jum1ah limfosil pada ke1ompok I A pada 1 mmggu pi adalah 20,50
± ·t 98 _ 18..25 ± 3.87 pada 2 mmggu p i: pOOa 3 minggu pi adalah 28,OO.± ..L20 dan 2'-00 ± 4,25 pada" mmggu pi
Raiaan j umlnh lim fosi l pada kelompok 18
pada I mmggu pi adaJah 29.00 ± 2_96. 29JX)± 3.9 1 pada 2 minggu pi: pada 3
minggu pi adalah 28/)0 ± 4,20 dan 31,25 ± 6,13 pada4 minggu pi. Rataanjurrilah limfoSlt pOOa kelompok Ie pad.a 1 minggu pi adalah 27,75 ± 2,84: 27,25 ± 431 pada 2 minggu pi: pada 3 minggu pi adalah 32.00 ± 3,16 dan 33,00 ± 4,67 pOOa 4 mmggupl. Pada kelompok antibiotik infeksi Salmonella tidak nyata meningkatkan jumlah hmfosit (P>0,05). Infeksi Salmonella tidak meningkatkan Jumlah limfosit secara nyata pada kelompok probiotik yang diinfeksi (3B, 3C, 4B, 4C, 58 dan 5C). Tidak ada perbedaan yang nyata jumlah hmfosit pada 1, 2, 3 dan 4 mmggu pi pada kelompok probiotik yang diinfeksi. Rataan jumlah makrofag pada ketompok probiotik yang tidak diinfeksi (3A, 4A, 5A) nyata lebih tinggi daripada kelompok. kontrol dan antibiotik (P
Kelompok antibiotik mempunyai jumlah makrofag paling sedillt
(P
T.beI27. Rataanjwnlab makrofag pada usus WAKTU
Kelompok 1A 16 1C 2A 26 2C 3A 36 3C 4A 46 4C 5A S6 5C
1 4,25 ± 1,1 t>CI 10.00±37 9,SO± 2,S~ S.2S ± 1,S'" 450±0,7 3.50 ± 1,S Lb 1O,50± 2,6 11.00±2.5 ..... 11,25 ± 1,9 12,00± 2,1 12.50 ± I.7H. 12.25 ± 2.6Ao 11.00 ± 2,2 H. 12.75± 3,0 12.75 ± 1.8
2 8,25 ± 2,9 cb 12,50± 2,7
1 pi)
3 7,50±27= 10,75 ± 2,1
12,00±2,3~
13,25±3,1~
5,25 ± 1,9 4,75 ± 1,2 4,00± 1,4~ 9,75 ± 2,1 11.50 ± 2,41;1<:· IO,75± 1 7 11,7S± 1,214,00 ± 1,8"" "12,75 ± 2,8' 12,00± 1,4~ -" 14,75±13 , 13,25 ± 2,2"'"
5,50 ± 1,7 5,75±1,1 6,SO±19 u 11,75± 1,5 11,50± 2,3~ 1225:±19 13,00* 2,4 12,00±20~
1l;75± 1,8 12,75± 1,S~ 12, 75 ± 2,2 13,00 ± 2,5
4 9,50± 3,1 ~ 11,25 ± 2,7 13,25 ± 3,0 ..... 7,00 ± 1,4 6,25 ± 1 6"'" 6,00± I,lileb 12,50 ± 2,6 II,OO:± 3.2 H. 1200±2,5 13.25±2,4 ..... 1225± 1,8"" 12,75 ± 2,3 13.00±2,81\a 12,00 ± 1,1 13.50 ± 2,OM
Keterangan. Humf besaT super.lkrifyang berbeda kearah kolom mcnunJukkan berbeda nyata (p4l,OS) Hurufkecil supem.nfyang berbeda kearah bans menunjukkan berbeda nyam (P
Pada kelompok kontrol yang diinfeksl (I B. I C) nyata mempunyai jumlah makrC'fag yang lebih tinggi dari;>ada kontrol yang tidal: diinfeksi (P
Pada
kelompok I B vang diinfeksl ."". enteritidis Jumlah makrofag meningkat secara nyata pada I, 2. 3 dan 4 minggu pi. Pada kelompok tersebut Jumlah makrofag
93
pada I minggu pi n)-ata lehlh rendah dibandingLan 2. 3 dan 3 minggu pI. Pada I..elompok J C jumlnh makrofag meningkal pada I. 2, J dan 4 minggu pI. Jumlah
maJ..Tofag ke1ompok
Ie
pada 2. 3 dan 4 minggu pi nyam lebih tinggi dari I
minggu pi
,-
!Sen ::>
Ii'
e :E
0,00
•
)"1 mggp~:
15,00
10.00
;JiC.
I
2000
.2 mgg PI
5,00
L
03mgg"l l mgg 04_ _PI
1A 1B 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C
L
KELOMPOK
Gambar 39 Ralaan jumlah makrofag pada usus
Pada kelompol.. antibiollJ.. yang diinfeksi (28. ~ang
~C)
tidal:: ada perbedaan
nyata dengan kelompok anliblOlik lang lidak diinfeksl (P>O.05),
Pada
keiompok nntibiotik baik yang diinfeksi (28, 2C) mnupun Lidak diinfeksi (2A) pada I minggu pi tidak berbeda nyata dengan 2, 3 dan ~ mmggu pl .
Pada keJompoi.. probiotik mfeksi Salmonella (38.
3e. 4B, 4C. 5B dan 5C)
lidak meningkall..an jumlah mal-To rag secara nyam (P>O.05).
Pada kelo mpok
prohlOlik ynng diinfeksl Jumlah sel makrofag lrunma propia usus pada 1 minggu pi tldak berbeda dengan 2. 3 dan 4 minggu pi.
Pada pemeriksaan mikroskopik Jumlah sel plasma pada lamina propin usus kelompak probiolil.. (keJompok 3. 4 dan 5) nrata lebih linggi danpada kel()mpol.. kontrol (kelompok I) dan kelompok antibiotilJkelompok 2 (P
Kel ompok
antiblotik mernpunyai jumlah sel plasma yang nyata lebih rendall daripada kontroi (tabel 28 dWl gam bar 40). Jumlah sel plasma meningkat pada kel ompok komrol yang diinfeksi (I B. I C) yang berJangsung pada I. 2, 3. dan 4 minggu pl. Pada kelompoL I B dan
Ie
Jumlah sel plasma tidal; ada perbedaan yang nyata pada I. 2, 3 dan 4 minggu pi. Pada Lelompok antiblotik yang tidal; diinfel..si (2A) pada lamina propia usus tidnk dltemukan sel plasma.
JumJah sel plasma pada ke/ompok arUiblOlik yang
94
diinfeksl (2B. 2C) nyata leblh linggi danpada kelampa).. 2A. akan tetapl leblh rendah danpada kelompok kontrol dan t..elompol.. problotlk baik diinfe!..si maupun
lIdak diinfelsi (P
Tabel 28. Ratnan jum1ah sel plasma pada USus Kclompol-
I
IA 18 IC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 4B 4C 5A 58 5C
O.8±0.1~
--
.
l.O± 0.2 U,5 ± 0,3 -----0:0 ± 0:;;""O.O± 0.0 O.O±O.O ...• 2.0± O.H 2.3 ± 0,8 2.5 .i. 0,3 .... 2.5:1: 0.5 2.8±O.8 2.0±0,5 ..... 2,5 ± 0,8 2.5 ± O.3/U
2.0±O,5
.
WAKTU M;nggu pO 2 3 O.O±O.Ou O.HO.3 u I.S±U.2Co 1.5 ± O.~ 1,0 ± 0,2 2.0±O,5 O.O±O.O c. O.O±O~ 0.5± 0.3 1.0±0,3' 0.3.:1:. 0.0'· O.H 0.2 " 2.3± I,D 2.0 ± fI,8 2,3 ± 0,6 2.3± 0.5 2,5 ± 0.5"" 2.3± O.7 m 2.8± 1,2' 2.8± 0,8 2 8± 0.8~ I 2.5 ± I OIW!l 2.5 ± 0.3 2.8±0.8 2.3 ± 0.2 3,0± 0.5 • M 2.5±08 '~ 2.8± 03 3.0 ± 0,8 3.0± 0 5
4 1.0 ± O.25~ 0.5± 0.1 ~ 1.0 ± O'~-..-----0.1) ± 0.3 .. 0.3 ± 0.0 0.5 ± 0.3 "" 2.5± 0.2 2.3 J;: 1.0 2.8± O,9~ 3.0±. 0.25 2.5±O.2~
J.O± 0.8 3.0 ± O.7 ~ 2.3±O.2 M 3.0± 1.0
Kdcrtlosun (Iurnf beSllr supcrshil )&ng bcrbcdll i:carah k"lom mcnunJukb.n berbeda nYl'1U (p<.O.05) Ilurllfl.:«il slIpl:rskrifyung herbedu kCllruh OOns rucnllnjllkhn bcrbcda nyala (P--O.Ojj
, :3 •
3,00
n:
1.00
V'J
4,00
'[],mgg J 1J2 m£9 pI 03 mgg pi
~ 2.00
1o4mggpi
OO
L
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
_J
Gambar 40, Rataan jumlab sel plasma dalam usus
Infeksi ,-'ia/monella lidal.. meningJ...atkan Jumlah sel plasma secara nyata
(P>().05) pada keJompok problolik )"ang diinieksl (38. 3C, 48, 4C, 58. 5C) sepertl lercantum pada label 28 dan gambar 38. Pada kelompoJ... probiolik baik yang
d;;nreks; (3B, 3C, 4B, 4C, 5B, 5C) maupun \;dak (3A, 4A, SA) \;dak ada perbedaan yang nyalajumlah sel pl asma pada 1,2,3 dan 4 minggu pi. Jumlah makrofag, limfosit dan sel plasma meningkat akibat infcksi
Salmonella. Jumlah limfosit dan makrofag meningkat pada lamina propia mukosa usus yang mengalami peradangan untuk mengeliminir antigen Infeksi Salmonella menyebabkan peradangan dan lesiolkerusakan pada usus, hati dan organ lainnya (Dhillon el aI., 19(9). Pada kelompok 18 dan
Ie mcngaJami
lesio makroskopik
dan mikroskopik yang parah . Pada kelompok 1B dan
Ie
(kontrol yang diinfeksi Salmonella) sel
heterofil (PMN) ditemukan pada I dan 2 minggu pi. Jumlah PMN pada 2 minggu pi lebih sed ikit daripada 1 minggu pi pada kelompok tersebul. SebaJiknyajumlah sel plasma dan makrofag pada lamina propia usus meningkal secara nyata pada 2 minggu pi. Sedangkan jumlah limfosit mulai meningkat pada I minggu pi. Infeks i S enteritidis pada ayarn menyebabkan hiperemi dan edema pada tahap awal infeksi, kemudian diikuti dengan infiltrasi heterofil yang dimulai pada 3 jarn pi (Alisantosa er al., 2000; Desmidt et a/. , 1997). Sel plasma rnulai muncul pada hari ke 9 pi dan sci makrofag mulai nampak pada 1 hari pi. Mulai hari ke 14
pi jumlah sci plasma dan makrofag meningkat, sedangkan jumlah heLerofil menu run atau tidak ada sarna sekali.
Gcrm Free
Gambar 41. Sistem pertahanan pada usus hewan germfree dan konvensional Sumber Gaskins (1 9%)
96
Pada penelitian ini terlihat bahwa pada lamina propia usus sel radang didominasi oleh limfosit
Pemberian probiotik (8. apiarius, B. coagu/ans dan
8M) meningkatkan jumlah makrofag, limfosit dan sel plasma pada lamina propia usus. Perdigon et al. (1994) menyatakan bahwa mencit yang diberi yogurt yang
mengandung Lactobacillus dapat meningkatkan jumlah sel radang pada usus yaitu sel plasma, makrofag dan limfosit serta iullDlOglobuliu A (IgA), sehinggl!
meningkatkan pertahanan pada mukosa usus. Menurut Gaskins (1996) sistem pertahanan pada salunm pencemaan
dipengaruhi antara lain oleh mikrobiota dalam salam saluran pencemaan. Gambar 41 merumjukkan perbandingan sistem pertahanan pada muk:osa usus babi
germfree dan babi yang dipelihara secara konvensional.
Pada babi germfree
sistem pertahanan usus tidak bedembang dimana seI ndang dan folikel limfoid tidak berkembang sebaik babi konvensional.
Kemudian pad. babi germfree
diberikao bakteri antara lain Lactobacilius. Setelab pemberian bakteri tersel>ut sistem pertabanan pada babi germfree .....but berkembang seperti babi
konvensional. Mikrobiota dalam usus dapat berinteraksi dEllgan mukosa usus (gambar 42).
Akibat iulelaksi
_u~
maka sitokin dilepaskan oleh epilel (Gaskins,
1996). Sitokin yang dilepaskan oleh epitel dan sel-scl pertabanan pada lamina
propia rnemegang peranan penting dalam mekanisme pertahanan usus. Sitokin merupakan protein yang disintesa sebagai respon dari berbagai sinyal aktivasi. Sitokin dapat menginduksi diferensiasi dan proliferasi seI B, seI T dan menginduksi pembentukan antibodi. Pada suatu peradangan sitokin juga berperan dengan mengWduksi migrasi sel pertabanan dan proses persembuban jaringan (Gaskins, 1996).
Makrofug
dalam lamina propia berperan dalam memfagosit dan mematikan mikroorgonisme yang melakuksn perasukan
Makrofag dapat melepaskan sitokin yang dapat
menarik dan mengaktifkan limfosit.
97
Lumen
.......
Epithelial _ •. __'-"
e· ..•... ..
cytokines secreted lamina propria
in response to adherenl bacteria
Gambar 42. Bakleri apatogen dalam usus berinteraksi dengan mukosa dan menginduksi sitokin. Sumber Gaskins (I 996)
Pada penelitian ini terlihat bahwa kelompok yang diberi antibiotik Znbacitrasin mempunyai jumlah sel radang (makro[ag. PMN, limfosit dan sel plasma) yang oyata lebih rendah daripada kootrol dan keJompok probiotik. Hal ini karena Zn-bacitrasin tidak hanya mematikan bak1eri patogen tetapi juga bal1:eri
yang menguntungkan dalam usus. mempero leh
ha~ il
Engberg et aJ. (2000) dalam penelitiarmya
bahwa pemberian
Zn-bacitrasin pada ayam broiler dapat
menurunkan jumlah Clostridium perfringens dan LaclObacillus salivarius bakteri penghasil asam laJ...1.at yang merupakan mikrobiota nomlal dalam usus.
98
Hati Berat relatif bati
Berat relatif bati pada kelompok kontrol tidak berbeda nyata dengan kelompok antibiotik dan kelompok probiotik (P>O,05). Pada label 29 terlihat hahwa berat relatif organ hati pada semua kelompok hampir sarna pada minggu 1,2, 3 dan 4 pi. Sedangkan borat relatif hati pada minggu ke-I pi lebih besar dari pada minggu ke-4 pi.
Keadaan ini sesuai
dengan fisiologis dimana terjadi
pertumbuhan sesuai dengan bertambahnya umur, akan tetapi pertambahan berat badan lebih cepat daripada pertamhaban berat organ. Menurut Denbow (2000)
pertumbuhan organ mencapai puncaknya pada umUT 4 minggu. Tabe129. Rataan Berat relatifhati
Kelom pok IA 1B IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
I
WAKTU (Minggu pi) 2 3
4
0,025 ± 0,0024 ..... 0,024 ± 0,0028 Ab 0,023 ± 0,0016 All 0,027 ± 0,0047 Ab 0,025 ± 0,0041 All 0,022 ± 0,0021 ..... 0,027:1:0,0051 ..... 0,025 ± 0,0047 All 0,022 ± 0,0032 All 0,025 ± 0,0038 All 0,024 ± 0,0019 AI> 0,022 ± 0,0015 All 0023 ± 0,0015 lob 0,024 ± 0 0048 lob 0,023 ± 0,0033 lob 0,025 ± 0 0056 ..... 0,026 ± 0,0036 AI> O,024± 0 0042 ..... 0,025 ± 0.0047 ...... 0,024:1:0,0010 All 0,023 ± 0.0037 ..... 0,027 ± 0,0038 ...... 0,025 ± 0,0041 ..... 0,023 ± 0,0020 lob 0,026 ± 0,0021 ..... o 025 ± 0.0021 All 0,023 ± 0,0028 All 0,025 ± 0,0022 All 0,023 ± 0,0035 lob 0.025 ± 0,0031 All 0.026±0,0018 At> 0,024 0,0024 At> 0.023±O,ooI1 loll 0,026 ± 0,0025 ...... 0,024 ± 0,0021 loll 0030 0,0030 M 0025 0,0035 loll o 029 ± 0,0031 Ao 0,026 ± 0,0028 AI> 0,024 ± 0,0025 AI> 0,024 ± 0.0023 All 0,024 ± 0,0044 -All 0,029 ± 0,0019 Ao 0,026 ± 0,0039 AI> 0,024 ± 0,0012 .o\b 0,026 ± 0,0031 All 0,025 ± 0,0018 All 0,023 ± 0,0022 lob 0,028 ± 0,0026 "" Ketenmgan Hurufbesar superskrifyang berbeda kearah Ioolom menlDlJukkan berbeda nyata (p
*
* *
Kelompok yang diberi probiotik dan tidak diinfeksi (3A, 4A, 5A) cenderung memiliki berat relatif hati yang lebih tinggi daripada kontrol (lA) dan kelompok antibiotik (2A) yang tidak diinfeksi, walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan nyata. Menumt Jones dan Hunt (1983) berat organ dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis maupun patologis organ tersebut. Dilihat dari
99
aspek. patologis (label 30) pada pemberian probiotik (3A. 4A, SA)
tidak
ditemukan adanya kelainan patologis yang dapat mempengaruhi bcrat organ seperti edema. seh ingga peningkatan yang terjadi kemungkinan karena aktivitas fisiologis.
Fuller ( 1992) mcnyatakan bahwa pemberian probiotik dapat
meningkatkan aktiviras hati seb ingga mempenganlhi struktur fungsionalnya. Peningkatan aktivitas hati dapat diakibatkan adaoya peningkatan penyerapan
nutrisi pada usus.
I ~ O,MO r-------------------------:~~--~--:~_, I
~ 0,030 ;;; 0,020 ': 0,010 ~ 0,000
III
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C KElOMPO K
D 1 mgg pi . 2 mgg pi03 mgg pi 0 4 mgg Pi[ Gambar 43. Rataan berat relatifhati
Secara
umum terlihat
bertambahnya umur.
bahwa
berat
relatif hati
menurun
dengan
Dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak
diinfeksi (IA) pada kclompok IS dan Ie (kontrol yang diinfeksi S. enteritidiS dan S. typhimurium) terjadi peningkatan berat relatif hati yang terutama pacta I minggu pi (P
Peningkatan ini terjadi akibat in fcksi Salmol/ella
menyebabkan pembengkakan pada hati (tabel 30). pembendunganlhipercmi pada pembu luh darab dan sinusoid hali. edema serta degenerasi sel·sel hati (tabel 3 1, gam bar 48 dan 49) yang dapat meningkatkan berat organ.
Sedangkan pada
kelompok yang diberi probiotik dan antibiotik tidak rerjadi peningkatan berat relatifhati akibat infeks i Salmonella.
100
Perubahan patologi aDatomi (makroskopik) hati Tidak ditemukan perubahan makroskopik (patologi anatomi) pada
kelompok probiotik yang tidak diinfeksi (3A. 4A dan 5A). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik (B.
apiarius,
B.
coagulans dan 8M) tidak
menyebabkan perubahan makroskopis pada organ tersebut:. sehingga cukup aman untuk diberikan pada ayarn (tabe130 dan garnbar 42).
Tabel 30. Rataan skore lesio patologi anatomi hati Kelompok IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
I O,OO± 0,00 2,75 ± 0,25 2,25 ± 0,50 ~ 0,00 ± 0,00 ~ 0,25 ±O,OO0,25 ± 0,25 ~ 0,00 ± 0,00 ~ 0,25 ±O,OO ~ 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ±o,OO 0,00 ±O,OO 0,00 ± 0,00 0,25 ±O,OO 0,00 ±O,OO ~
WAKTU Min..., pi) 2 3 0,25 ± 0,25 O,OO±O,OO 3,25 ± 1,25 2,75± 1,00 2,50 ± 0,25 2,25 ± 0,50 0,25 ± 0,00 ~ 0,25 ±0,25 0,25 ± 0,00 ~ 1,50 ±0,50 ~ 0,50±0,00 ~ 0,50 ± 0,00 ~ O,OO±O,OO ~ 0,00 ± 0,00 ~ 0,25 ± 0,00 ~ 0,50±O,25 ± 0,25 ~ 0,25 O,OO±O,OO 0,00 ± 0,00 ~ 0,00±0,00 ~ 0,25 ± 0,00 ~ O,OO± 0,00 0,25 ± 0,00 O,OO± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 O,OO±O,OO 0,00 ± 0,00 O,50± 0,25
4 0,00 ± 0,00 2,50 ± 0,50 2,00 ± 1,00 O,OO±O,OO 0,50± 0,00 ~ 0,00 ± 0,00 ~ O,OO±O,OO O,oo±O,OO O,OO±O,OO 0,00 ± 0,00 ~ 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ±O,OO 0,00 ± 0,00
Ketcrqan. HUlUfbesar superskrifymg bcrbcda Icanh bNom lIlCOUIguklam berbeda DY* ~.OS) Hwuf kccil superskrif yang berbeda kcarah bans mcnuojukk.lm berbeda nyata (P
Pada kelompok kontrol (IA) dan kelompok &I1tibiotik (2A) yang tidak
diinfeksi ditemukan adanya perubahan makroskopikIPA ringao berupa degenerasi pada hati yaog tetjadi pada 3 minggu pi pada kelompok IA dan pada 2 dan 3 minggu pi pada kelompok 2A. Degenerasi dapat tetjadi akibat berbagai kausa antara lain gangguao pada aliran darah (Jones dan
Hun~
1983). Pada kelompok
I A dao 2A degenerasi tetjadi akibat aliran darah yang terganggu ditandai dengao terjadi pembendungan.
Pembendungan pembuluh darah yang terjadi pada
kelompok kontrollebih tinggi daripada kelompok yang diberi probiotik (tabel 31). Pembendungan pada keiompok IA dan 2A ditemukan dengan derajat sedang. sedangkan pada kelompok probiotik terjadi pembendungan dengan derajat ringan.
101
Menurut Fuller (1992) pemberian probiotik akan meningkatkan efisiensi sistem sirkulasi organ sistem pencemaan yang akan mengalirkan nurrisi ke jaringan atau sel yang dibutuhkan selama aktivitas fisiologi tubuh. Pada keiompok 2A degenerasi hati juga dimungkinkan akibat pemberian antibiotik Zn-bacitrasin yang tcrus mencrus. Menurut Buta)'e el al. (2003) bacitrasin dapal diabsorbsi dalam jumlah keeil pada usus. Oleh karena bacitrasin
dapat diserap dari usus walaupun dalam jumlah sedikit, akan tClapi karena bcrJangsung terus-mcncrU5 akan
menimbulkan kerusakan pada hati yang
berfungsi dalam mendetoksifikasi bahan loksik. Hatl mcrupakan organ yang
berperan penting dalam melakukan detoksifikasi bahan-bahan toksik (Sturkie, 1976).
Bacitr8sin apabila diberikan secara parenteral menyebabkan kerusakan
pada ginjal atau bersifat nefrotoksik (Butaye et 01., 2003). Hasil pada penelitian ini mcnunjukkan bahwa pernberian antibiotik Zn-bacitrasin yang (erus ll1enerus dapat memberikan dampak yang merugikan pada organ hati.
'"•
4,00
:I:
3,00
0 VI
1,00
:.e 2,00 '"
0,00 1A 16 1C 2A 26 2C 3A 36 3C 4A 46 4C 5A 56 5C KELOMPOK
1111 rngg pi .
2 mgg pi 03 mgg pi 04 mg~
Gambar44. Rataan skore makroskopik (patologi anatomi/ PA) hati
Infeksi S. enteritidis dan S. typhimurium menirnbulkan perubahan palologi anatomi (makroskopik) pada hati ke1ompok kontrol yang diinfeksi (18 dan IC). Infeksi Salmonella pada keJompok konrrol nyata meningkatkaD rataan skore perubahan makroskopik hati (p<0,05). Pada kelompok I B dan
Ie lesio bervariasi
bcrupa warna yang belang, merah kehijauan, bengkak, pucat dan rapuh (gam bar 45 dan 46). Sedangkan ke/ompok yang diberi antibiotik dan diinfeksi (28, 2C) terdapat perubahan patologi a natomi yang nyata (P
\02
Gambar 45. Kelompok IA. Hati: Wama merab Icbib bomogen
Gambar 46. Kelompok lB. Hati : wama belang, merab kehijauan, beogkak dan rapub (0), 1 minggupi
103
kootrol dengan perubahan berupa wama belang dan pucat. Perubahan yang sarna juga tetjadi pada kelompok probiotik yang diinfeksi (3B, 4B, 5B, 3C,4C, 5C) dengan skore lesio makroskopikIPA yang nyata lebih rendah dari kootrol
(P
Lesio makroskopik pada kelompok antibiotik dan probiotik yang
diinfeksi lebih ringan daripada kootrol, karena kelompok tersebut dapat
mengeliminir Salmonella lebih cepat, sehingga tidak. sampai berkembang dan invasi ke organ intema lainnya. Infeksi Salmonella dapa! menyebabkan kebengkakan dan nekrotik pada hati (Gas!, 2003; Alisantosa et 01., 2000; Dhillon et aI. 1999).
Salmonella
menginfeksi usus pada ileum dan sekum (Henderson et al. 1999). Saberi tersehut akan sampai pada organ bati dan limpa serta organ interna lainnya melalui aliran
darah.
Wama belling pada hati tetjadi akibat sel bati (bepatosit) mengalami
degenerasi atau nekrose.
Kebengkakan tetjadi akibat bati mengalami
pembendunganlkongesti pada pembuluh darah dan degenerasi sel bali.
PerubabaD mikroskDpik (histopatologi) bali Pada pemeriksaan mikroskopik (histopatologi) organ hati ditemukan adanya perubaban borupa hiperemupembendungan dan degenerasi sel bati pada semua kelompok (data tercantum pada tabel 31, 32 dan 33).
Hiperemi dan
pembendungao menunjukkan adanya darah berlebiban dalam pembuluh darah pada bagian tubuh tertentu. Secara histopatologi terdapat dilatasi vena dan kapiler yang penuh dengan darah. Pada pemeriksaan mikroskopis (histopatologi) organ bali ditemukan adanya perubaban borupa hiperemupembendungan dan degenerasi sel bati pada semua kelompok dengan derajat perubaban yang berbeda (data tercantum pada tabel 31 dan 32). Pada kelompok kontrol (IA) hiperemu pembendungao pada I,
2, 3 dan 4 minggu pi ditemukan dengan derajat sedang. Deniikian pula pada kelompok yang diberi antibiotik (2A). Sedangkan pad. kelompok 3A, 4A dan
SA yang diberi probiotik pada
1,
2,
3 dan 4 minggu pi terjadi
hiperemi!pembeudungan dengan derajat ringan_ lnfeksi Salmonella meningkatkan derajat hiperemi dan pembendungan pada semua kelompok. Pada kelompok kontrol yang diinfeksi (18 dan Ie) pada 1
104
minggu pi hiperemi dan pembendungan tetjadi dengan parah (+++) dimana sekitar 50-70% pembuluh darah mengalarni hiperemi dan pembendungan. Sedangkan
pada 2, 3 Jan 4 minggu pi hiperemi dan pembendungan menurun dengan derajat sedang (++).
P.da kelompok antibiotik yang diinfuksi (28, 2C) hiperemi dan
pembendung.n teljadi dengan derajat sedang (30-50% pembuluh darah) pada I
dan 2 minggu pi. Hal yang sarna terjadi pada k.elompok probiotik yang diinfeksi (38, 3C, 48, 4C, 58, 5C) mengalami hiperemi dan pembendungan dengao deraj.t
sedang pada 1 dan 2 minggu pi. T~131
L II II !A !B 3A 38
5, 51 5. Keterangan; +
~
I ++ ;++
•++
;++
++
++
++ ++
++
++ + ++ ++ + ++ ++ + ++ ++ ringan; ++
++
+ ++ -++ -+++
++ + ++
++
, ....d. hati • pi)
3 ++
4 ++
++ ++ + + ++ +
++
~ ~
+ + + + + +
++
+ ++ + + ++ + + + + + +
; +++ .parah
Degenerasi sel hati ditemukan pada semua kelompok dengan derajat yang berbed. (label 32).
Pad. kelompok 3A, 4A dan 5A (probiotik tanpa infeksi)
degenerasi terjadi dengan derajat ringan yaitu degenerasi masih bersifat
individual. Sedangkan pada kelompok kontrol dan antibiotik yang tidak diinfeksi (IA dan 2A) degenerasi terjadi dengan derajat sedang (fokus degenerasi). Infeksi Salmonella meningkatkan degenerasi hepatosit pada semua
kelompok. Pada kelompok IS dan
Ie (kontrol yang diinfeksi) degenerasi teIjadi
dengan derajat parah (degenerasi multi fokus) pada I, 2 dan 3 minggu pi dan sangat parah (degenerasi difus) pada 4 minggu pi. Sedangkan pada kelompok
\05
probiotik yang diinfeksi (38, 3C, 48, 4C, 5B dan 5C) degenerasi ditemukan dengan derajat sedang pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi.
Kelompok
IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A SB
Tabe132. Deraiat degenerasi Dada hati WAKTU Min22U Dn I 2 3 ++ ++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
4 ++ ++++ ++++ ++ ++++ +++
+
+
+
+
++ ++
++ ++
++
++ ++
++
+
+
+
+
++ ++
++ ++
++ ++
++ ++
+
+
+
+
++ ++
++
++ ++ ++ SC ++ ++ Keterangan: + - nngan; ++ - sedang; +++ - parah ; ++++ = sangat parah
Degenerasi dapat didefinisikan secara luas sebagai kehilangan struktur dan
fungsi Donnal sebelum kematian sel (Jones dan Hunt, 1983).
Penyebab
degenerasi dan Debose sel yang terpenting adalah kurangnya suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen. gangguan metabolisme sel serta zat toksik. Pada
kelompok yang diberi probiotik (3A, 4A dan SA) aliran darab tetjadi lebih lancar dibandingkan kelompok IA dan 2A seperti terlihat dati derajat hiperemi dan
pembendungan, sehingga degenerasi yang terjadi lebih ringan.
Fuller (1992)
menyatakan bahwa dengan pemberian probiotik akan lebih meningkatkan efisiensi sistem sirkulasi pencemaan yang akan mengalirkan nutrisi dan oksigen
ke jaringan atau sel yang dibutuhkan seIama aktivitas fisiologi tubuh.
Pada tabel 33 dan gambar 47 terlihat bahwa kclompok yang diberi probiotik yang tidak diinfeksi (3A, 4A, SA) mempunyai rataan skore mikmskopik hati yang nyata (P
106
Tabel 33. Rataan skare Icsio mikroskopis hati Kelompok I 1,65 ± 0,20 • 3,10 ± 0,63 3, 60 ± 0,33 1,60 ± 0,24 • 2.80 ± 0,22 ~ 2,90 ± O,33 = 1,60 ± 0.29 2,20 ± 0.23 ~ 2.80 ± 0,19 1,00 ± 0,28 • 1,80 ± 0,24 • 2.60 ± 0.16 I,OO ± 0,3 1 • 1,80 ± 0.15 u 2,40 ± 0,28 ~
lA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
c.
WAKTU Minggu pi) 4 2 3 • 1,45 ± 0,67 1,80 ± 0,63 1,95 ± 0,47 3.55 ± 0,24 • 3,35 ± 0,29 • 3,50 ± 0,79 ~ 3,60 ± 0,28 M 3.80 ± 0,32 3,40 ± 0.28 1,60 ± 0,38 ~ 1,70 ± 0,36 ~ 1 , 80 ± 0, 39 ~ 2,90 ± 0,54 ~ 3,00 ± 0.42 = 2,95 ± 0,57 N 3,00 ± 0.28 = 3,OO ± 0.25 ~ 3.00 ± 0,27 0 ' 1,60 ± 0,25 ~ 1,70 ± 0,24 1,80 ± 0,3 I 2,30 ± 0,33 ~ 2,30 ± 0,42 • 2,40 ± 0,23 • 2.60 ± 0,38 • 2.80 ± 0.26 • 2,3 5 ± 0.33 • 1,20 ± 0,20 1,40 ± 0.36 1,40 ± 0. 19 , 2,40 2,20 ± 0,38 ± 0,27 • 2,20 ± 0,21 • 2,60 ± 0,25 • 2.40 ± 0,26 • 2,20 ± 0.26 c. 1.35 ± 0,22 ~ 1,50 ± 0,35 .n 1,20 ± O,2 1 2,50 ± 0,34 c. 2.20 ± 0.39 u 2,05 ± 0,26 u 2,40 ± 0,25 2,60 ± 0,30 2,80 ± 0,34 u
c.
. kolom menunJukkao berbeda n}llota (p
c.
~
4.0 3,0 ~ 2,0 f 1,0 0,0 (/)
.e
1A
18 1C 2A 28 2C 3A
38 3C 4A
48 4C SA
58 5C
I
KELOMPOK
1-
r~gg
pi . 2 mgg pi 03 mgg
PiD4~
Gambar 47. Rataan skare mikroskopik (hislopatologiIHP) hali
Infeksi Salmonella nyata meningkatkan rawn skare mikroskopik pada hati pada semua kelompok. Rataan skare lesio mikroskopis pada kelompok 48. 4C, 58 dan 5C lebih ked! bila dibandingkan dengan kelompok kontrol dan
keiompok yang diberi antibiotik yang diinfeksi (P
107
Gambar 48. Kelompok Ie. Hati : degenerasi hepato,it (h) dan edema (e), I minsgu pi, HE, Bar = 49,S ~m
Gambar 49. Ke1ompolc lB . Hati : degeoerasi hepatosit (h) dan koogesti (p~ I minggu pi, HE, Bar = 99 ~
108
Gambar SO. Kelompok lB. Hati : fokal nekrotik (n), 2 minggu pi. HE. Bar-49,S ~m
Gambar 5 1. Kelompok Ie. Hali : infiltrasi sel radang pada daerab portal (i). 2 minggu pi. HE. Bar - 49,S ~m
109
Pada tabel 3ldan gamhar 47 juga terlihat bahwa lesio terparah terjadi pada kelompok kontrol yang diinfeksi (1 B dan I C). Pada kelompok tersebut selain
pembendunganlhiperemi pada pembuluh darah dan sinusoid juga teJjadi degenerasi dan nekrotik pada sel hati (gambar 48, 49 dan 50). Pada bagian yang
mengalami fokal nekrotik juga terdapat infiltrasi sel radang bundar. Pada kelompok 1B dan 1C
akibat infeksi S. enteritidis dan S. typhimurium terjadi
infiltasi sel radang pada daerah portal. Sel radang didominasi aleh limfosit. Pada kelompok yang diberi antibiotik yang diinfeksi (2B dan 2C) juga
ditemukan perubahan mikroskopis pada organ hati berupa pembendungan dan hiperemi dan degenerasi. Perubahan yang sarna juga tetjadi pada kelompok. yang diberi probiotik yang diinfeksi (3B, 4B, 5B, 3C, 4C dan 5C). Pada penelitian ini terlihat bahwa infiltrasi sel radang lebih banyak tetjadi
pada bagian portal bati (gambar 51). Hal ini menunjukksn babwa infeksi Salmonella pada hati terjadi melalui aliran darah atall buluh empedu. Bakteri Salmonella merupakan bakteri yang tahan terhadap empedu. Pada penelitian ini teljadi hiperplasia pada pembuluh empedu. Menurut Dhillon et aI. (1999) inleksi
Salmonella juga menyebabkan hiperplasia buluh empedu dan infiltrasi sel radang pada daerah periportal. Bakteri Salmonella tahan terbadap empedu dan dapat menginfeksi kantung empedu (Giarmella, 2005). Kemungkinan infeksi Salmonella pada hati teljadi
melalui pembuluh darah ditunjang dengan pembaban
makroskopik dan mikroskopik akibat infeksi S. enteritidis dan S. typhimurlum pada jantung, paru-pam, limpa dan proventrikulus (Sudrajat, 2002; Hayati, 2003).
Selain endotoksin
Salmonella clapat menghasilkan toksin lain seperti
sitotoksin dan enterotoksin (Gas!, 2003). Endotoksin dapat menyebabkan
hiperemi dan vaskulitis pada pembuluh darah dan nekrose sel.
Infeksi S.
enteritidis pada ayam menimbulkan nekrose sel bati yang bersifat multifokal yang teljadi pada 7 dan 14 hari pi (Dhillon et 01., 1999). Perubahan mikroskopik hati pads kelompok antibiotik yang diinfeksi lebih
parah dibandingkan dengan kelompok probiotik yang diinfeksi.
Pemberian
antibiotik Zn-bacitrasin walaupun dapat mematikan bakteri akan tetapi karena antibiotik tersebut dapat diserap pada usus maka pemberian yang teros menerus dapat menyebabkan kerusakan pada sel hati.
110
Organ Pertabanan Bursa Fabricius Berat relatif bursa Fabricius Pengukuran berat relatif organ dilakukan untuk mengetahui fungsi organ tersebut. Menurut Kabir et al. (2004) berat relatif organ dapat menggambarkan fungsi organ tersebut.
Organ yang mengalami penurunan fungsi seperti pada
bursa Fabricius yang mengalami regresi atall atrofi akan mengalami penunman
pada berat relatif organ tersebut.
Tabe134. Rataan berat relatifbursa Fabricius WAKTU Minuu pi)
Kel
IA
I 0,00056 :i: 0 0001 I""
2 000052 :ioO,OOOl2
AoIt
IB
0,00070 ± 0,00024 Aa
0,00056 ± 0,00028 """
IC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48
o 00073:1:: 0 00012 Ao
000058:1::000016 000049 ± 0 00008 Am
000057 ± 0 00017"" 0,00065:1:: 0 00011 All 0,00073:1:: 0,00009"" 000067:i: 0 00048 AI.
4
3 0,00045 :1::0,00019 All
000046 ± 0,00026
0,00044:1:: 0,00026
o 0004S:i: 0 00012 All
000043:1: 0,00019 All 0,00042:1: 0 00029 All
000054 ± 0 OOOtS "..
o00048 :I: 0 00007 All
All
ooooss ±O 00019 All> o 00056 :I:: 0 00008 NIl 000054:1:: 0 00012 Alb o OOOSS::I: 0 00017 000059:i: 0 00008 """ oOOOSS % 0 OOOOS All
All
000047 ± 0 00020
All
000046 ± 000015
M
0,00052::1: 0 00011 All
0,00059 ±O,OOO14 All> O,OOOS4::1:: 0,00011 All 000053:1::000024 All o 00068 :I:: 0 00010"- o OOOS9:i::0 00011 Aab o000S6 :i:: 0 00009 .... O,OOO5I:i::O 00012 .... O,00069:i:: 0 00011 "- 000059 :i::0,00012 Aab O,00057:i::0 00014 .... o00054:i:: 0 00017 .... 0,00068 ::1:.0,00018"- 0,OOOS9::1:. 0,00009 Aab 0.00057:i:: 0 00006 .... oOOO5S :i:: 0 00007 All 4C 0,00071::1:.000009"- o 00061 ::I:. 0 OOOOS Aab 0,00056:i::00001l .... o000S4 ± 0 00009 All 5A 000066 ::I:.OOOOIS"- o OOOS9:i::0 00014 Aab OOOOSI :i::0 00007 .... 000049:i::0 00011 All 58 0,00067 :i:: 0 00010"- 000060:i:: 0,00008 Aab O,00049±O,OOO2I .... O,00049±O,OOOI8 All 5C 0,00069 ± 0 00016 "- 000060:i::O 00010 Aab 000051 ±000011 .... 000047:1:.000014 .... Ketenmgan Hurufbesar supcrskrifyang bc:rbcda mnh koIom IDCIUII!iukkm bc:rbcda nyata ep-q),OS) Huruf kedl superskrif yang berbcda kearah baris memmjukbn bc:rbcda nym (P
Kel = kelompok
Pada tabel 34 terlihat bahwa kelompok yang diberi probiotik dan kelompok antibiotik menunjukkan berat relatifbursa Fabricius yang tidak beibeda nyata dengan kelompok kontrol (P>O,05). Dalam penelitian ini terlihat bahwa berat relatif bursa Fabricius menurun sejalan dengan bertambahnya umur ayam (tabel 34 dan gambar 52). Berat relatif bursa Fabricius kelompok kontrol yang tidak diinfeksi (tA) pada 1 minggu pi lebih tinggi daripada 2, 3 dan 4 minggu pi (P
III
4 minggu pi (PO,05).
Hal yang sarna terjadi pada keJompok anlibiotik (2A) dan
probiotik (3A. 4A dan SA).
-----------.;
.-
~
g:
. 1 moo PI . 2 mgg pi 03 mgg PI
O,OCOSO
C;~OC0J40
IX'.D '
i! :. .l!
-.
0,00020
104mgg,;
0,00000 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gambar 52. Rataan bcrat relatifbursa Fabricius
Kelompok yang diberi probiotik (3A. 4A dan SA) menunjukkan bera! re latif yang lebih tinggi daripada kontrol (IA) dan kelompok antibiotik (2A), walaupun secara statistik tidak ada perbedaan yang nyata.
Oleh karena pada
kciompok 3A, 4A dan SA tidak ditemukan perubahan makroskopik dan
mikroskop ik yang dapal meningkatkan berat organ sepeni edema maka berat relatif yang lebih tinggi terjadi secara fis iologis akibat peningkatan fungsi organ tcrsebut.
Proses pence maan dan penyerapan Dutrisi yang lebih baik pada
kelompok probiotik menyebabkan pembentukan dan perkembangan organ Icbih baik.
Keadaan tersebut ditandai dcngan adanya perubahan makroskopik.. dan
mikroskopik yang lebih ringan pada organ pencemaan (usus dan hati), Iuas pennukaan usus yang Icbih tinggi serta pertambahan berat badan yang Icbih besar dan FCR yang lebih rendah . Menurut Kabir el 01. (2004) pemberian probiotik dapat meningkatkan berat bursa Fabricius dan limpa. karena peningkalan fungsi o rgan lersebut. Infeks i Salmonella tidak mcmpengaruhi beral relatifbursa Fabricius secara nyata pada semua keJompok yang diinfeksi baik kontToi, kelompok antibiotik maupun kelompok probiotik (P>O,05). Walaupun seeara statistik tidak berbeda nyata, akan tetapi kontrol yang diinfcksi ( I B dan IC) mempunyai berat relatif bursa Fabricius yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang tidak di infe ksi
112
(lA) terutama pada J minggu pi. Peningkatan terjadi akibat edema pada organ
tersebut (tabel 36).
Dari, pemeriksaan histopatologi ditemukan adanya edema
bursa Fabricius terutama pada 1 minggu pi pada kelompok 18 dan Ie. Pada 3 dan 4 minggu pi kelompok I B dan
Ie
mempunyai berat relatif
yang lebih rendah daripada kelompok lA pada minggu yang sarna, walaupun perbedaan ini tidak nyata secara statistik (P>O,05). Hal ini disebabkan deplesi dan nekrose pada folikel
limfoid bursa Fabricius akibat infeksi Salmonella pads
kelompok IB dan lC lebih hebat daripada kelompok IA yang mengurangi masa jaringan limfoid pada organ tersebut (tercantum pada tabel 35 dan 37).
Infeksi
dapat menimbulkan stres pada inang yang dapat meningkatkan kadar hotmon glukokortikoid yang dapat mcnyebabkan deplesi dan nekrose folikel limfoid (Oohm dan Metz, 1991).
Apabila s!res berlangsnng terus menerus dapat
menyebabkan atrofi bursa Fabricius yang menyebabkan keadaan inununosupresif. Atrofi bursa Fabricius ditandai dengan penurunan herat relatif organ tersebut.
Perubaban makroskopik buna Fabricius Tabel 35 dibawah ini menunjukkan perubahan makmskopik yang !eljadi
pacta bursa Fabricius. Pada penelitian ini tidak ditemukan perubahan makroskopik bursa Fabricius pa.da kelompok antibiotik dan kelompok probiotik baik. yang diinfeksi maupun tidak. Pada kelompok kootro} yang tidak. diinfeksi (tA) tidak ditemukan perubahan makmskopik pada organ terliebut (tabeI35).
Infeksi S. enteritidis dan S. typhimurium tidak menimbulkan perubahan makroskopik pada bursa Fabricius pada kelompok yang diberi antibiotik dan
probiotik.
Sedangkan pada kelompok kontrol infeksi S. enteritidis dan S.
typhimur;um menimbulkan perubahan makroskopik ringan pada bursa Fabricius. Pada pemeriksaan makroskopik.,
perubahan makroskopik (patologi
anatomilPA) hanya ditemukan pada kelompok IB dan IC
yang merupakan
kelompok kootrol yang diinfeksi Salmonella pada I minggu pi. Pada 1 minggu pi pada keJompok 18 ditemukan pembesaran pada bursa Fabricius pada 1 ekor ayam dari 4 ekoT yang dinekropsi. Pada minggu yang sarna pada kelompok 1C ditemukan pembesaran pada bursa Fabricius pada 2 ekoT ayam dari 4 ekor yang
dinekropsi.
Pada kelompok IB dan
Ie
pembesaran bursa Fabricius pacta I
113
minggu pi terjadi akibat edema pada organ tersebut dimana 30 - 40% folikel
Iimfoid mengalami edema (tercantum pada tabel 36). Tabe135. Perubahan makroskopik pada bursa Fabricius. Kelompok IA
WAKTU (Min .... pi) 2 3 TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK
1 TAK lB Membesar (114) Membesar (214) IC 2A TAK 2B TAK 2C TAK 3A TAK 3B TAK 3C TAK 4A TAK 4B TAK 4C TAK 5A TAK 5B TAK 5C TAK Keterangan: TAK = tidak ada perubahan makroskoptk
4 TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Yo = 1 ekor yang menunjukkan perubahan makroskopik dati 4 ekor yang dinekropsi
Perubahan mikroskopik bursa Fabricius Pada bursa Fabricius perubahan mikroskopik (histopatologilHP). yang diamati adalah edema, deples~ jumlah makrofag dan sellimfoid yang mengalami
nekrose pada bursa Fabricius. Persentase edema pada bursa Fabricius
Pada kelompok kontrol, kelompok antibiotik dan kelompok prohiotik yang tidak diinfeksi (IA, 2A, 3A, 4A dan 5A) tidak ditemukan edema pada bursa Fabricius (tabel 36 dan gambar 53). Pada kelompok kontrol yang diinfeksi (IB
dan 1C) edema pada bursa Fabricius teljadi pada 1 dan 2 minggu pi. Pada kelompok antibiotik yang diinfeksi (28 dan 2C) terjadi edema pada 1 minggu pi pada kelompok 2B dan pada kelompok 2C adalah 1 dan 2 minggu pi.
Pada
kelompok probiotik yang diinfeksi (38, 3C, 4B, 4C, 58 dan 5C) edema terjadi
pada I minggu pi.
114
Tabel 36. Raman persentase edema pada bUrsa Fabricius Kelompok IA IB IC
I o OO ± 0,00 34,29 ± 9,63 1:11 43.57 ± 6.92 0.00 ± 0.00 ~ 1818 ± S40 22,25 ± 8,20 0,00 ± 0.00 ..
2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 48 4C SA SB SC
16.00 ± 3.70 2 S .2 7± 4 .S 0 ~
0,00 ± 0.00 14.29 ± 2.80 21.05 ± 4.65 u O,OO ± 0,00 19.14 ± 1.19 20,19 ±S,80 u
WAKTU 2 0,00 ± 0.00 32, 14 ± 7.82 "'"
27.77 ±5 60 O.OO ± 0.00 S.OO ± 1,20 0.00 ± 0,00 • 0,00 ± 0,00 co O,OO ± 0 00 0,00 ± 0.00 " 0.00 ± O.OO 0,00 ± 0 00 O,oo ± O,oo u 000 ± 0.00 0,00 ± 0,00 0.00 ± 0.00 c.
inuu pi) 3 0,00 ± 0,00
•
0.00 ± 0.00 .. 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 A' 0,00 ± 0,00
0.00 ± 0.00 "' 000 ± 000 0,00 ± 0,00 "' 0,00 :t o,00 O,OO ± O,OO 0.00 ± 0.00 "' 0,00 ± 0.00 0,00 :l 0,00 0,00 ± 0,00 A.
.
4
O,OO ± 0.00 ± O,OO ± O,OO ± O,OO ± O,OO ± 0,00 ±
0.00 0.00 "' 0.00 0.00 0,00 " 0,00 0,00 "'
O.OO ± 0,00 0,00 ± 0.00 "' 0,00 ± O,oo A. 0,00 1. 0,00 0,00 ± 0.00 A, 0,00 ± 0,00 • 0.00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 "
Ketcmngan Huml besII1 s~kn r) ang berheW. kearah kolom menuoJukkan berbeda nyata (p<1>.OS) Huruf kccil superskrif )'ang berbeda kearah bans menunjukkan berbeda nyala (P
Tso,o ~
ttl
40 ,0
8 1 mgg pi
30.0
. 2 mgg pi 03 mgg pi
@ 20,0
m 10,0 'i'
0 .0
I-
04 mgg pi
L-
1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C
KELOMPOK
Gambar 53 . Rataan persentase edema pada bursa Fabricius Edema merupakan suanl keadaan dimana terjadi pertambahan jumtah cairan pada ruang interstitial akibat peningkatao pembuluh darah (Jones dan Hunt. 1983).
Edema non radang terjadi akibat hambatan pada sa luran pengenng
setempat seperti pembuluh limfe dan vena. Edema radang terjadi pada saal pennulaan radang.
Pada keadaan ini terjadi kongesti dan produksi kompleks
kimia misalnya histamin yang dapat meningkalkan permiabilitas pembuluh darah. Kongesti dapal meningkatkan tekanan hidrostatik dalam darah akan menyebabkan lebih banyak cairan dan fibrinogen keluar dari pembuluh darah menuju daerah
115
Gambar 54. Kelompok 2e. Bu= Fabricius : edema dillIlbllafolikel (e), deplesi folikellimfoid (L),I minggu p~ HE. Bar ~ 99 IUD
Gambar 55. Kelompok 5A . Bun. Fabricius : Normal, jarak antar folikellimfoid bampir bersentuhan, HE. Bar ~ 99 IUD
116
interstitial. Radang biasanya ditandai dengan adanya hir>eremi pemhuluh darah dan infiltrasi sel radang.
Pada pemeriksaan mikroskopik bursa Fabricius yang mengalami edema juga ditemukan adanya hiperemi pacta pembuluh darah dan nekrose limfoid, sehingga menunjukkan edema yang terjadi merupakan edema radang. Bursa
Fabricius yang mengalami edema terlihat jarak antara folikel limfoid meluas (gambar 54). Pada keadaan nonna! jarak anIM folikel Iirnfoid berdekatan dan harnpir bersentuhan (gambar 55). Edema terpamh teljadi pada kelornpok kontrol yang diinfeksi (IB dan IC)
pada 1 minggu pi, dimana folikel Iimfoid yang mengalami edema adalah 34,29 ± 9,63 % pada kelornpok IB dan
keiompok IB dan
Ie
43,57 ± 6,92 % pada kelompok Ie.
Pada
edema masih ditemukan· pacta 2 minggu pi walaupun
persentase edema mengalami penurunan yang nyata. Pada kelompok antibiotik yang diinfeksi (2B, 2C) dan kelompok probiotik yang diinfeksi (3B, 3C, 4B, 4C, 5B dan 5C) edema (%) yang teljadi nyata lebib rendab dibandingkan kelompok I B dan I C (P
Perseotase deplesi. pada bursa Fabricius Deplesi bursa Fabricius tetjadi pads semua kelompok baik yang diinfeksi rnaupun tidak wa!aupun dengan tingkat (%) deplesi yang berbeda-beda (label 37 dan gambar 56).
Pada kelompok kontrol yang tidak diinfeksi (IA) nyata
mengalami deplesi yang lebih tiQggi daripada kelompok antibiotik dan probiotik yang tidak diinfeksi (2A, 3A, 4A dan 5A).
Infeksi Salmonella nyam meningkatkan deplesi pada kelompok yang diinfeksi yaitu kelompok kontrol (IB, IC), kelornJX>k antibiotik (2B, 2C) dan kelornpok probiotik (3B, 3C, 4B, 4C, 5B dan 5C). Peningkatan nyata teljadi pada i, 2, 3 dan 4 minggu pi. Persentase deplesi meningkat dengan bertambah lamanya
infeksi (P
Deplesi paling tinggi terjadi pada kelompok IB dan Ie. Deplesi pada kelompok IB dan 1C nyata lebih tinggi daripada kelompok probiotik yang
117
di infeksi (3B. 3C, 48, 4C. 58 dan 5C).
Ie Ie
Pada kelompok IB dan
dipengaruhi oleh infeksi dan waktu infcksi . Pada keiompok 18 dan
dcplcsi deplesi
pada 4 minggu pi oyata lebih tinggi daripada 1,2 dan 3 minggu pi dan terdapat perbedaan yang nyata pada 1, 2,3 dan 4 minggu pi (P
Tabel37.Rataa n persentase dcpJes i pada bursa Fabricius (%) Keiompok IA IB IC 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C SA SB SC
I
WAKTU
inggu pi
2
3 27,86 ±3,3 ~ 37,79 ± 7. 1 34,03 ± 5,6 ....D
24,66 ± 5,9
23.3HS,4 ~
3255±7. 1"" 27.22 ± 5,2 . . t 18.36 ± 8.1 28.23% 7.9 '
33.48 ± 6.1 33 ,45 ± 7.2 .... bC
27,95 ± 5,9
1425 ± 4.8 19,67 ± 2,6'" 17.91 ± 4.4 14,2H2, I ~ 18,02 ::1::4,2 16,70 ± 3,8 12,30 ± 4,0· , 18.38 ± 5.2 17,27 ±3,5 c
2001 ± 2,6 2722±4.6 29.3 1 ± 5.2 1698 ±3,4 22,72± 3,922,69 ± S,9
24.88 ± 4,7
22. 1 7±2,8~
1 6,84 ± 2,S~
23 .IH 3 ,8~
22.831: 3.9 1iII!>
19.55 ± 2,7
20.49 ± 4,3 16,SO±3,3· 23,03 ± 4.2 23.17±2,7
22,61 ±4, 1 19.98 ± 2,4
43.37± 5,4 41.99 1: 5,2 25.01 ±3,6 40.48± S,8 33 ,91 ± 6.5 N 20,15 ± 3.2" 25.43 ± 4.2 HI 24,69 1: 3.5 16,65 ± 1,8 24 ,S7± 3 .7~ 24.52 ± 2,9 18,06 ±3 ,9 · 23,00 ± 4.3 26.25± 1,7
32,O5± S,7 ~ 3 1.04±4.2 Aa11 18,01 ±3,4 22,66 ±3.5 15.74 ± 1,8
14 ,65±3,8c~
4 26.12±6,2~
KcterBnglUl . Hurufbesar ruperslcnf)'ang bcrbeda kearah kolom menunJukkan bcrbeda nyatll (p<.O.OS) Hurufkwl superskrifYllll8 bcrbcda kellfllh bans mcnunJllkkan berbcda nyata (P
~
.. u
:a
--
..
~.OO r----.--~--~~~~--=--=~--~--~ 40 ' 00
~ 30,00
'ji
20,00
Q. 10,00
o!i ~
. 1mggp~ 11 . 2 mgg pI 03 mgg pi 04mggpi
0,00 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C
L_
KELOMPOK
Gambar 56. Ralaan persentase deplesi pada bursa Fabricius
Pada ke lompok antibiotik dan probiotik yang diinfeksi deplesi dipengaruhi oleh lamanya waktu infeksi (tabe l 37). Oeplesi pada ke lompok probiotik yang diinfeksi (38 , 3C, 4B. 4C. 58 dan SC) dan ke lompok antibiotik yang diinfeksi
118
Gombar 57. Kdompok Ie. Bursa Fabricius : Deplesi folikellimfoid (I), 3 minggu pi, HE. Bar = 250 11111
Gombar 58. KeJompok lB. Bm." Fabricius : peningkataojumJab makrofag (m). seJ deogao inti pil:notiJ.: \+). I minggu pi. HE. Bar = 9.9 11111
119
(2B, 2C) nyata lebih Tingan daTi kelompok 1B dan 1C (P
Depiesi merupakan suatu keadaan dimana jumlah sel limfoid pada folikel
limfoid beckurang. Deplesi dapat terjadi akibat sel Iimfoid mengalami nekrose atau adanya mobilisasi sel limfoid dari bursa Fabricius Ice daerah/organ lain yang mengalami peradangan (Nakamura el ai., 1986). Limfosit migrasi dari folikel Iimfoid bursa Fabricius melalui pembuluh limfe dan darah yang terdapat pada bagian interstitial plika (Pope, 1996).
Pada penelitian ini kelompok yang diinfeksi Salmonella mengalami deplesi dimulai dari bagian medulla Colikel limfoid kemudian meluas kebagian korteks.
Menurut Asheg e/ aI. (2002) infeksi S. enteritidis pada anak .yam
menyebabkan jumlah sel B pada bursa Fabricius menurun pada 21 bari
p~
akan
tetapi pada saat yang bersamaan jumlah sel B pada darah perifer meningkat.
Hasil dalam penelitian ini mendukung hasil penelitian Aaheg e/ aI. (2002). Diman. kelompok 1B dan 1C yaitu kontrol yang diinfeksi S. enteritidis dan S. typhimurium mengalami peningkatan deplesi yang disertai dengan peningkatan
jumlah lekosit darah perifer pada 1 dan 2 minggu pi. Keadaan ini menunjukkan
terjadi mobilisasi sellimfoid dari folik.ellimfoid bursa Fabricius. Disamping akihat mobilisasi. deplesi juga teJjadi akihat jumlah sel limfoid yang menga1ami nekrose meningkat akibat infdcsi Salmonella (data tercantum pada tabel 39~ Pada penelitian ini deplesi meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah sel nekrose dan makrofitg pada folikellimfoid serta peningkatan jumlah total lekosit pada darah perifer.
Menurut Henderson e/ aI (1999) infeksi S.
typhimurium pada ayam dapat menyebabkan deplesi pada folikellimfoid usus dan
bursa Fabricius. Deplesi terjadi akibat nekrose pada sel-sellimfoid yang terdapat pada folikel limfoid tersebut.
Dengan demikian pada penelitian ini depJesi pada
kelompok yang diinfeksi terjadi akibat nekrose sel limfoid dan mobilisasi sel
limfoid dari bursa Fabricius.
120
Jumlab makrofag pads bursa Fabricius
Pada pemeriksaan histopatologi- menunjukkan bahwa k.elompok yang
diberi prohiotik (3A, 4A dan 5A) nyata mempunyai rataan jumlah makrofag pada folikel Iimfoid yang nyata lebih tinggi daripada kelompok antibiotik (2A) dan kelompok konlrol (IA) data tercantum pada !abel 37 dao gambar 58. Pada kelompok IA rataan jumlah makrofug pada 4 minggu pi nyata Iebih
linggi daripada I, 2 dao 3 minggu pi (P
kelompok lA karena dengan bertambahnya umur ayam, maka sel yang
mengalami kematian meningkat. Makrofag merupakan sel [agasit mononuklear yang mempunyai kemampuan untuk melakukan fagositosis terhadap partikeJ
asing dan sel inanp; yang mati serta dapat mengubah partikel asing supaya dapat membangkitkan tanggap kebal (Tizard, 1988).
Tabe138. Rataanjumlah makrofug pada bursa Fabricius Kelompok IA 18 IC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C
WAKTU Minogu pi)
I 4,85±1,22 21,30 ± 5,24 23,95 ± 5,90 ~ 4,55± 1,32 14,25±4,40~
1840±3,23 6,75±2,10" 10,05 ± 3,40 u 12,20 ± 2,55 7,40±1,24~
12.60 ± 2,45 12,15 ± 1 35
6,55 ± 1,47~ 12,80 ± 2,87 14,10±2,50 c ,
2
4,25±0,97~
3 5,35±1,21 32,80 ± 5,42 ~ 30,50± 6,22 6,lO±133
22,70±5,13~
231O±5,70~
21,80 ± 3,40
18,80 ± 3,73 79O±I96 Y 18,9O± 2,50 18,20 ± 2,327,75± 1,53 Y
4,95 ±I 17 29,50±3,49~
26,20± 2,75
7,00± 154 u 13,85 ± 2,69
16,80± 140~ 8,30 ± 2,08 Y 15,98 ± 2,83 13,35± 1,65.7,80±I,80 18,1O±2,2515,30 ± 2,40 ~
17 00 ± 3,48
15,80 ± 3.538,29±1,24 17,90 ± 2,8415,20 ± 3 10
4 8,96 ±1,85
32,60 ± 5,63 ~ 33,90± 6,40 7,90 ± 1.29
22,80 ± 3,51 ~ 23,85± 2,20 7,9O±1,26 u 16,40± 2,82 19,IO±260
8,65 ±1,29 Y 16,90 ± 2,80 17 0±2,228,35 ±2,1O 18,OO± 2 48
17,80± 2,74
Keterangan Hurufbcsar supcrskrifyang berbeda kearab kolom lIlCDIlQJuktan berbeda nyu y,.ql,OS) Huruf kecil superskrif yang berbeda k.earah beris menunjukkan berbeda oyata (p
Jumlah makrofag pada bursa Fabricius meningkat secara nyata (P
Hal yang sarna terjadi pada kelompok antibiotik dan
probiotik. Kelompok antibiotik yang diinfeksi (2B, 2C) nyata mempunyai jumlah
121
mak.rofag yang Icbih tinggi daripada kelompok ant ibi otik yang tidak diinfeksi (2A). Jumlah makrofag pada kelompok probiotik yang diinfeksi (38,
3e. 4B. 4C.
5B dan 5C) nyata lebih tinggi dari kelompok probiotik yang tidak diinfeksi (3A, 4A dan 5A).
ai • OJ
.=
.
J!! .~
e"
~
lE"'
1A
18
1C 2A 28
2C 3A
38
3C 4A 48 4C SA
58 SC
KELOMPOK
l
Ii"1ffigg pi • 2 mgg pi 03 mgg pi 04 mgg pi
_I
Gambar 59. Rataanjurnlah makrofag pada bursa Fabricius
Peningkatan jumlah makrofag pada bursa Fabricius ak..ihat infeksi
Salmonella seja lan dengan peningkatan jumlah set limfoid yang mengalami nekrose dan waktu (lama) infeksi.
Pada keadaan nonnal sel yang mengalami
kematian akibat apoptosis pada folikel limfoid bursa Fabricius adalah 0,26 % (Higgins et al., 2002).
Peningkatan makrofag pada kelompok infeksi juga
kemungkinan akibat adanya bakteri Salmonella pada bursa Fabricius. sehingga menarik makrofag kc organ tersebut.
Walaupun bursa Fabricius bukan
merupakan target utama infeksi Salmollel/a, akan tetapi menurut Desmidl el oL (1997) Salmonella dapat mencapai bursa Fabricius. Pada penelitiannya diperoleh
hasil bahwa infeksi S. enteritidis pada ayam SPF. baktcri tersebut dapat diisolasi dari usus dan bursa Fabricius sampai 4 minggu pi.
Jumlab sel nekrosc pada bursa Fabricius Sel limfoid yang mengalami nekrose yang dihitung dalam penelitian ini ada lah sel dengan inli piknotik alau reksis.
Sel nekrose dihitung pada seluruh
folikellimfoid yang terdapat pada 10 plika pada setiap preparat histopatologi dan dirata-ratakan.
122
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa sel nekrose ditemukan pada semua kelompok baik yang diinfeksi maupun tidak (tabel 39). Keiompok probiotik (3A, 4A, 5A) uyata mempunyai sel nekrose lebih rendah daripada kelompok antibiotik (2A) dan kontrol (lA).
Sedangkan kelompok 2A tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kelompok I A (P>O,05).
Pada keJompok lA terlihat bahwa jumlah sel nekrose nyata meningkat dengan bertambabnya urnur ayam (tabel 37 dan gambar 57). Pada kelompok IA
pada I minggu pi jurnlab 501 nekrose adalab 11,3 ± 2,9 ; pada 2 minggu pi adalab 16,3 ± 3,3; pada 3 minggu pi adalab 14,3 ± 1,8 dan 18,9 ± 2,3 pada 4 minggu pi.
Set mengalami kematian dapat diakibatkan oleh berbagai kausa ekstrinsik
dan intrinsik.
Penyebab ekstrinsik antara lain radiasi, sties dan toksin yang
dihasilkan oteh mikroorganisrne.
Sedangkan penyebab intrinsik antara lain
honnon, stres dan apopotosis. Peningkatan honnoo glukokortikoid akibat stres dapat meningkatkan jumlah sel yang mengalami kematian akibat apoptosis pada
bur.;a Fabricius (Dohms dan Metz, 1991; Higgins., 01.,2002).
Tabe139. Rataanjurnlab sel nekrose pada bur.;a Fabricius Kelompok
I
IA 18 IC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C
113±29~
21,3±2,7 24,0 ±4,6 13,2±2,2u 193±3,2 IB,4± 1,7B,7± 2 7
WAKTIJ Mirumu Dn 2 3 16,3±3,3 ~ 14,3±18~ 29,2± 4,2 32,8 ± 2,7 26,2± 2,938,5 ±4,B13,4±2,5~ 9.4±t3 231±25~ 22,7 ± 3,6 18,8± 2,3~ 21,B± 18 m 10,9 ± 1,1 96±2,0
16,1 ± 1,9
19,9±2,O~
IB,9±2,1~
17,2± 2,3 m 7,4 ± 2,6 12,6±2,1 c. 12,2± 1,9 7,9±1,2 12,8± 2,3 c, 14.1±25
16B±2,2
t8,2± 1,8 8,7±O,7· 170± 1,2Y
10,7 ± 0,9
17,O± 1,6~ 13,4 ± 1,4
15,8 ± 2,0
1I,2± 1,9
. 9,3 ± 1,0·" 17,9 ± 1,9 u
18,1 ± 2.1 La 15,3 ± 1,3
15,2 ± 2,1 •
4 IB,9±2,3~
40,6 ± 5,9 46,9 ± 6,1
12,8± 1,2~ 22,8 ± 2,4 23,9± 1,79,1 ± 1,0 204±2,3 20,1 ± 1,9 u 87 ±O,7 19,9±1.7 ..... 18,2 ± 2,2 8,6 ± 1,1
17,B±I,5 u
n,s± I 8
KeleTangan . Hurufbesar superskrifyang berbeda kearah kolom menunJukkan berbeda nyata (p
123
so,o r----;~-----~~---:
III
S~ ~;:: ~ i
40,0 30,0
20,0
"ii u. 10,0 00
0,0 lA 18 lC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 51\ 58 5C KB..OMPOK
Gambar 60. Rataan jumlah sel nekrose pada bursa Fabricius
Pada kelompok 2A yang dibed antibiotik Zn-bacitrasin nekrose rerjadi kemungkinan akibat pemberian antibiotik secara terus menerus untuk memacu pertumbuhan menimbulkan stres bagi hewan itu sendiri. Menunn Dahms dan Metz (1991) stres dapat diakibatkan oleh faktar ekstrinsik seperti infeksi mikroorganisme maupun faklor intrinsik seperti pertumbuhan yang cepat. Stres dapat meningkatkan honnon glukokortikoid dan dapat meningkatkan jumlah sel
yang mengalami apoptosis. Pada kelompok yang diberi probiotik waJaupun terjadi pertumbuhan yang cepat tetapi jumlah sel nekrose pada bursa Fabricius oyata lebih rendah dadpada kelompok IA dan 2A (P<0,05),
Menurut Yan dan Polk (2002) pemberian
probiotik L. acidophil/lis pada sci kultur YAMC (young adult mouse colon) dapat meningkatkan ketahanan se l tersebut terhadap apoptosis. Probiotik lcrsebul dapat mencegah aktivasi sitokin yang menginduksi apoptosis.
L. acidophifllls dapat
menghasilkan suatu bahan yang dapat mengaictitkan anti-apoplotic
At,
dan
menghambat pro-apoprOlic p38 MAP kinase. Pada pene litian ini terJihat hahwa infeksi S.
en/eritidi,~
dan S. typhimurium
nyata meningkatkan jumlah set nekrose pada bursa Fabricius pada semua kelompok (P
Pada konuol yang diinfeksi (IB, IC) jum lah sel nckrose
nyata lebih tinggi dari keJompok IA dan mcningkat seja lan dengan lama infeksi {waktu}. Pada kelompok IB dan ICjumlah sel nekrosc pada 1, 2,3 dan 4 minggu pi berbeda nyata. Jumlah sel nekrose tertinggi tcrjadi pada 4 minggu pi pada kelompok tersebut.
124
Mikroorganisme dapat mencapai bursa Fabricius melalui pembulub limCe dan pembuluh darah yang terdapat pada bagian interstitial plika (Pope. 1996). S. typhimurium selaio endotoksin juga menghasilkan sitotoksin dan enterotoksin (Lam dan Munn, 2002).
Sitotoksin menyebabkan kematian sel makrofag dan
meningkatkan apoptosis. Bakteri tersebut dapat mcnyebabkan sel beterofil lisis. Seperti halnya bakteri Gram negatif lainnya Salmonella memiliki LPS (endotoksin). LPS dan fImbriae tipe 1 pada E. coli dapat menginduksi apoptosis dan mcnyebabkan kematian sel netrofit (Blomgram et aI. 2004). Selain itu infeksi mikroorganisme dapat menimbulkan stres pada inang (Dohm dan Metz, 1991). Pacta keadaan sIres inang memberikan respon dengan
merangsang otak. untuk mclepaskan "hypothalamic corticotropin-releasing factor' (CRF) dan vasopresin yang akan menstimulasi kelenjar pituitari bagian anterior uotuk mensekresikan honnon adenokortikotropik (AC1H). AClH menyebabkan kortek adrenal menghasilkan hormon g1ukokortikoid yang dapat menyebabkan
immunosupresif. Glukokortikoid menyebabkan limfopenia dan mempunyai efek sitotoksik terhadap sel
limfosit
Pemberian
glukokortikoid pada ayam
menyebabkan nekrose sellimfosit dan atrofi bursa Fabricius. Pacta kelompok probiolik yang diinfeksi (38, 3C, 48, 4C, 58 dan 5C) walaupun terjadi peningkatan jumlah sel nekrose bila dibandingkan dengan kelompok probiolik yang lidal< diinfeksi (3A, 4A dan 5A), peningkatan yang letjadi tidal< setinggi
pacta kelompok kontrol yang diinfeksi
kelompok anlibiotik yang diinfeksi (28, 2C).
(1 B, I C) rnaupun
Pemberian bakteri asam laktat
(BAL) pada mencil dapat meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel 8 dan T (DeSimone e/ a/., 1993 doJam Erickson dan Hubbard, 2000). Probiotik 8AL
dapat mencegah terjadinya kematian sel dengan
car&.
menghasilkan bahan yang
dapal menghambat apoptosis (Yan dan Polk, 2002). Pemberian probiolik Bacillus sp. dapal meningkatkanjumlah Lactobacillus sp.
pacta usus (Sjofjan, 2(03).
Ukuran folikellimfoid pada bursa Fabricius Pada kelompok yang diberi probiotik (kelompok 3. 4 dan 5) nyata mempunyai mtaan panjang folikel limfoid bursa Fabricius yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol (kelompok I) dan kelompok anlibiotik (P
125
Sedangkan ukuran panjang folikellimfoid pada kelompok antibiotik (kelompok 2) tidak berbeda nyata dengan kontrol (P>O,05). Pada kelompok lA ukuran panjang folikellimfoid pada I minggu pi tidak berbeda dengan pada 2, 3 dan 4 minggu pi (P>O,05).
Demikian pula pada
kelompok antibiotik (2A). Hal ini karena bursa Fabricius telah mencapai ukuran maksimum. Menurut Glick (2000) bursa Fabricius mencapai ukoran maksimum pada umUf 4 - 14 minggu. Pada kelompok 3A, 4A dan SA yang diberi probiotik ukuran panjang folikellimfoid pada 3 dan 4 minggu pi nyata lebih tinggi daripada I dan 2 minggu pi (PO,05).
Demikian pula ukuran panjang folikel limfoid pada 3
minggu pi tidak. berbeda dengan 4 minggu pi. Kedaan ini menunjukkan bahwa bursa Fabricius pada kelompok yang diberi probiotik (3A, 4A, 5A) masih berkembang pada umur 6 - 7 minggu (3 dan 4 minggu pi). Kecepatan tumbuh dan
berkembang bursa Fabricius tergantung pada antara lain tipe. galur, kondisi ayam dan hormon seks (Glick, 2000).
Tabe140. Raman panjang folikellimfoid bursa Fabricius (~m) ,.i\
...
v.
4: ,.5±36.6'
'"
2A
2B 2( 3A
3D 3(
~!,9'"
f± '4sl " i±
;.4' se.
:7""
462, I±
~
I'"
i""
58
5C
1*4 1.7± 1A1 711.4± 703~ H=f
~~:
,Q
~:: ~~:4
-
74.7± 744.'± >.6 "" 73C s± 1.6 7""
b,"',," .,." '" '-*ff
'4
3 480.0 ± 36.4' ~4±47,1e. I ±40. SU
~~:: 4'
470.0
=iH-iJ'"
'4
2 ,24.7' 463.1±17,4'" 451.9 ±
koIom
~,l±'
*'
5"
1.7
1.3 S±31.9' ,0±41 7'" 7±43. 17.I±3' ) ± 3'
]!
,'"
451.5 ± 39: 433. 4 1±29. ;Q )± 4 I±, 4 I± 5"
~IJ:21 714. l± 792,9 ±
~±
~7±".,,,,
~
7 ± 31.9 7±37,3 M 7±4 .2
.=.,:;:,.';:,,~;;
Pada penelitian ini terlihat bahwa infeksi Salmonella tidak nyata
mempengaruhi okuran panjang folikel Iimfoid bursa Fabricius baik pada kontrol
126
maupun pada kelompok antibiotik dan prob iotik (1'>0.05) sepeni tercantum pada tabel 40 dan gam bar 61.
, r-----~----------------------------_, ~ 1~O BOO,O
"0-;:;: ~ ~
~:. m· c: CD
600,0 400,0
~;s!
200,0 0,0
.~
11.
:5
. 1 mggpi . 2m~pI
3 moo pi D4 moo pI
[J
1A 18 1C 2ft. 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KElOMPOK
Gambar 6 1. Rataan panjang folikellimfoid bursa Fabricius
Pada kelompok kontrol ya ng diinfeksi (I B dan I C) terjadi penurunan ukuran panjang folikel limfoid pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi . walaupun secara statistik lidak berbeda nyata (P>0.05). Pada kelompok antibiotik yang diinfeksi (2B, 2C) dan kelompok probiolik yang diinfeksi (3 B, 3C, 4B, 4C, 5B dan 5C) ukuran panjang folike! limfoid tidak berbedn nyata dengan keiompok yang sarna yang tidak diinfeksi (P>O,05).
Seperti pada kelompok probiolik yang tidak
diinfeksi (3A. 4A. 5A) pada ke\ompok probiotik yang diinfeksi ukuran panjang fol ikellimfoid pada 3 dan 4 minggu pi nyata lebih tingg i daripada I dan 2 minggu
pi. Dari pengukuran lebar folikel limfoid bursa Fabricius diperoieh bahwa kelompok yang diberi probiotik (3A, 4A dan SA) nyata mempunyai lebar fa likel Iimfoid yang lebih besar daripada kontro! (IA) dan kelompok antibiotik (2A), data tercantum pada tabel 41 dan gambar 61.
Kelompok 4A (B. coagll/am) dan
kelompok SA (8M) nyata mempunyai ukuran lebar folikel yang lebih hew dibandingkan kelompok 3A yang diberi probiotik B. apiarius (PO.05).
Pada kelompok kontrol ( tA) dan
kelompok 2A ukuran lebar folike! limfb id pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi tidak: menunjukkan perbedaan yang nyata (p>O.OS).
Sedangkan pada kelompok.
probiotik (3A, 4A, 5A) leher folikellimfoid pada 2. 3 dan 4 minggu pi nyata lebih
127
besar daripada 1 minggu pi . Keadaan ini menunjukkan bahwa pada kelompok
tersebut bursa Fabricius masih bcrkembang pada umur 5 minggu (2 minggu pi). Tabel 41 , Rataan lebar folikellimfoid bursa Fabricius (J.1m) , ~~om
I
I
207.0± 14.4'
IA
207. 1 ± 28.8'
~ 2031±
2C
7'"
,c.
To93±
IA
232.7± I: '±27 ' '''
2 2 10.4±27.2 26.5'
i::
4R
~
I
272.2± I"
4C
271.8 ± 12.
'"5B
~ ifuNf
"c.
13. 1±
H
,±
1,4 "
2;
f±C B± l± I±
,~
ff
2± i.O'
I" ~7± '.4 " i.5±
1.7
,i l
~ , '7.2 ' 1.O ±20.7' ~. ' ± I ' ±: ,±: ,±
,c. ," ,~
~~ :
I:: I±
~
~ ),9
,M
. .I .
Ao
.M
4 2 18,6 ±21.2 ' 186.4± 25. I 92.2± 2; 2 13.8±
;.I"
I
ill J± 14.6 265. I ± 1.6" 19:
~
28' i : 281 1 ± 276. 1± 278.H
. k'''''''oiom mg
'D
i!
E .-
300.0
~.c
200.0
Qj: ';:
=0
...
~
•
•
i.l
Ao
~
, 'OJ
. , mgg pi
. 2mgg pi
D3 mgg ~JI
...
.
~1Jl
.c -'
AO
400,0 m
.-00
-'
M
)±
,±
100.0
_D4 mgg PI
0.0 1A 1B 1C 2A 2B 2C 3A 3B 3C 4A 4B 4C SA 5B 5C KELOMPOK
Gambar 62. Rataan [ebar folikellim foid pada bursa Fabricius Infcksi S. enteritidis dan S. typhimurium tidak nyata mempengaruhi
ukuran lehar [alikel limfoid pada kelompok kontrol. antib iotik dan prob iot ik
(P>O,05). Pada kelompok kontrol yang diinfeks i ( IB dan Ie) mempunyai ukuran lebar folikel yang tidak berbeda dengan kelompok 1A (P>O.05). Demikian pula
128
pada kelompok antibiotik yang diinfeksi (2B. 2C) mempunyai ukuran Ichar folikel limfoid yang tidak berbeda dengao kelompok 2A (P>0,05). Kelompok probiotik yang diinreksi (38, 3C, 4B, 4c, 58, 5C) mempunyai u\ruran lebar folikel limfoid yang tidak berbeda dengan kelompok probiotik yang tidak diinfeksi (P>0,05). Pada kelompok IB dan Ie yang diinfeksi Salmonella terjadi penurunan ukuran folikel limfoid (panjang dan lebar) pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi dibandingkan kelompok lA, walaupun secara statistik tidak berbeda nyala.
Penurunan panjang dan lchar folikel limfoid ini terjadi akihat peningkatan jumlah sel yang mengalami peluruhan (nekrose) dan deplesi pada Colikel limfoid yang mengurangi masa folikellimfoid tersebut Pemberian probiotik B. apiar;us, B. coagu/ans dan BM pada penelitian ini nyala meningkatkan u\ruran (panjang dan lebar) folikel limfoid (gambar 52 dan 53), sedangkan pemberian Zn-baeilnlsin tidak mempengarubi u\ruran folikel limfoid bu... fabricius. Menurut Kabir et aI. (2004) pemberian probiotik dapat
menstimulasi pembentukan antibodi. sehingga mempengaruhi ukuran bursa Fabricius. Pemberian probiotik yang mengandung L. plantarum. L. bulgaricus, L. acidophil.." L. rhamnosus, B!fidobacrerium bifuium, Streptococcus thermophil..,.
Enterococcus toedum, Aspergillus oryzoe dan Candida pintolopessi dapat meningkatkan bent limpa dan butsa Fabricius.
Peningkatan berat limpa dan
bursa Fabricius pada ayam yang diberi probiotik tersehut disebabkan otch perbedaan produksi antibodi pada ayarn
terSebot yang lebib tinggi
dibandingkan
kontrol. Pembentukan.
s~
imun sangat dipengaruhi oteh ketersediaan nutrisi
(Humprey ef al., 2002). Nutrisi sang&! diperlukan selain untuk pertumbuban juga
diperlukan untuk pembentukan dan menjaga kondisi sistem imun serta respon imun dalam menghadapi infeksi. Misalnya pada keadaan nonnal untuk pembentukan lekosit
diperlukan lisin sebanyak 45,5
~mollkg
berat badan,
pernhentukan total sistem imun adalah Ill, 1 ~mol lisin/kg herat badan dan untuk pertumbuban (berat badan) diperlukan 5950
~mol
lisinlkg berat badan. Apabila
terjadi infeksi pada ayam tersebut rnaka pernbentukan lekosit dan sistern Unun meningkat, sehingga diperlukan 90,9 pembentukan lekosit dan 546,5
~mol
~mollisinJkg
lisinlkg berat badan untuk
berat badan untuk total sistem imon.
129
Keadaan ini menurunkan ketersediaan lisin uotuk pertumbuhan badan yaitu 5212
J.1mollisinlkg berat badan. Pemberian
probiotik B.
apiarius,
B.
coagulans dan BM dapat
meningkatkan berat badan dan menunmkan FeR dan ditunjang dengan luas
permukaan usus yang lebih tinggi. gambaran darah dan fagositosis lebih baik serta menjaga struktur histologi nonnal organ pencemaan (usus dan hati) dan organ
pertahanan. Keadaan ini menunjukkan proses pencemaan penyerapan dan ketersediaan nutrisi yang lebih baik serta status kesehatan yang lebih baiL Sehingga pembentukan dan perkembangan organ seperti bursa Fabricius
berlangsung lebm baik.
130
Sekal tonsil
Perubahan patologi 8.natomi sekal tonsil Pada kelompok yang tidak diinfeksi baik kontrol (1 A). kelompok antibiotik
(2A) dan kelompok probiotik (3At 4A. 5A) tidak ditemukan perubahan makroskopik (patologi analomi/PA) pada sekal tonsil (13be142 dan gam bar 63).
Tabe142. Rataan skare pato!ogi anatomi (PA) sekal tonsil Kelompok
1
IA 18 IC 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C
O,OO ± 0,00 2.00± I.OO ~ 2,00 ± 0,50 ' 0,00 ± 0.00 e. 0,75 ± 0,25 = 0,50 ± 0,25 O,OO ± 0.00 • O,OO ± 0,00 • 0,50 ± 0,25 a 0,00 ± 0,00 e. l,oo ± 0.50 = 0.50 ± 1.00 = 0,00 ± 0,00 e. 0,00 ± 0,00 0,50 ± 0.50 D'
c.
WAKTU (Min ••" pi) 2 3 0.00 ± 0,00 co 0.00 ± 0,00 " 2 , OO ± 025 ~ 2.00 ± O, 50 ~ 2,00 ± 1,00 • 1,75±0. 25 ~ 0,00 ± 0.00 e. 0,00 ± 0,00 co 1.00 ± 0.50 0.50 ± 0.25 ~ 0.50 ± 0,25 0,50 ± 0,00 D' O,OO ± 0,00 • O.OO± 0,00 • 0,50 ± 0.00 • O,OO± 0,00 • 0,50 ± 0,25 O.OO± 0.00 0,00 ± 0,00 e. O,OO± 0,00 • 0.00 ± 0,00 co O,OO± 0,00 co 0,00 ± 0,00 c o O,OO± 0,00 c o 0.00 ± 0.00 co O,OO± 0,00 e. 0.50 ± O,25 ~ O,OO± 0.00 e. 0,00 ± 0,00 O,OO± 0,00
o. o.
c.
c.
4
0,00 ± 0,00 e. 1 , 50 ± 0. 25 ~
2,25 ± 1,00 "' O.OO± 0.00 e. O,OO± 0.00 O,OO± 0,00 co O,OO± 0,00 • O,OO± 0.00 • O,OO± 0,00 O,OO± 0,00 e. O.OO± 0,00 co O.OO± 0,00 co O,OO± 0.00 e. O,OO± 0,00 e. O.OO± 0,00 e.
c.
KClernngan Huruf lx.'SUf ~uperskri f yans berheda h'.arah l otom menunJIikkao bcrbcd3 nyaw (p
'---~~
;
2.50 , -_ _
~
___
~
_ _ _ _ _-,
[D1
2",5000
c1; ~
e
mgg pi
1. 2mggpi 1,00
o3mggpi
0,50
Cl4mggpJ,
~ 0,00 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C SA 58 5C KELOMPOK
Gambar 63 . Rataan skore makroskopik (patologi anatomilPA) sekal tonsil
l:tl
Gombar 64. Kelompok lB. Sekal tonsil : bmgltak dan pmdarahan I minggu pi
Gombar 65. Kelompok IC. Sekal tonsil : bmgltak dan pendanlban I minggu pi
lnfeksi S. enteritidis dan S. typhimurtum menimbulkan perubshan makroskopik (p A) pad. sekal tonsil pad. kelompok
kontro~
kelompoli: antibiotik
dan kelompok probiotik (tabe142 dan gambar 63). Pad. kelompok kontrol yang diinfeksi (I B dan 1 C) infeksi Salmonella nyata meningkatkan rataan skore PA bila dibandiogkan dangan kelompok IA (P
132
2,00 ± 0,2S; pada 3 minggu pi adalah 2,00 ± O,SO dan I,SO ± 0,2S pada 4 minggu pi. Rataan skore PA sekal tonsil pada kelompok IC pada I minggu pi adalah 2,00 ± O,SO; pada 2 minggu pi adalah 2,00 ± 1,00; pada 3 minggu pi adalah 2,00 ± 1,00
dan 2,2S ± 1,00 pada 4 minggu pi. Rataan skore PA pada kelompok 1B tidak berbeda dengan kelompok I C (P>O,OS) dan tidak ada perbedaan yang nyata pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi.
Rataan skore PA pada kelompok antibiotik yang diinfeksi (28, 2C) nyala lebih ringan daripada kelompok kontrol yang diinfeksi (P
pacta sekal
tonsil
te~adi
pada I, 2 dan 3 minggu pi.
Demikian pula pada kelompok 2C peruhahan PA terjadi pada I, 2 dan 3 minggu pi. Tidak ada perbedaan yang nyata rataan skore PA pada kelompok 28 dengan kelompok 2C (P>O,OS). Pada kelompok B. apiorius yang diinfeksi S. enteritidis (38) perubahan PA sekal tonsil te~adi
pacta
2 minggu pi. Pada kelompok 3C yang dinfeksi S.
typhimurium perubahan PA sekal tonsil terjadi pada I dan 2 minggu pi. Pada kelompok B. coagulans yang diinfeksi S. enteritidis (48) dan S. typhimurium (4C) perubahan PA sekal tonsil terjadi pada I minggu pi. Kelompok yang dibeti 8M dan diinfeksi S. enteritidis (58) perubahan PA sekal tonsil terjadi pada 2 minggu pi, sedangkan pada kelompok BM yang diinfeksi S. typhimurium (SC) perubahan
PA sekal tonsil teIjadi pada 1 minggu pi. Pada kelompok probiotik yang diinfeksi \38, 3C, 48, 4C, S8, 5C) proses persembuhan pada sekal toosil lebih eepat terjadi dibandingkan kontrol dan kelompok antibiotik yang ditandai dengan tidak ditemukan lagi perubahan PA pada 3 dan 4 minggu pi.
Sc:dan8kan
pada kontrol peruhahan PA masih t~adi
pada 4 minggu pi dan pada kelompok antibiotik perubahan PA masih terjadi pada
3 minggu pi. Keadaan ini sejalan dengan basil yang diperoleh pada reisolasi Salmonella dari sekum. Kelompok -probiotik mampu mengeliminir Salmonella
lebih cepat daripada kontrol, dimana bakteri tersebut hanya dapat diisolasi kembali pada I minggu pi. Sedangkan pada kontrol bakteri Salmcmella masih dapat diisolasi pada I, 2, 3 dan 4 minggu pi.
Menurut Desmidt el ai. (1997)
infeksi S. enteritidis pada ayam menimbulkan peradangan pacta sekal tonsil pada
hari ke 16,21.25 dan 27 hari pi. Sekal tonsil merupakanjaringan limfoid yang
133
terletak pada bagian proksimal sekum yang akan memberikan respon apabila
tetjadi peradangan atau infeksi mikroorganisme pada usus (Pope. 1996). Pada peneiitian ini infeksi S. enteritidis dan S. typhimurium menimbulkan peradangan sekal tonsil yang ditandai dengan kebengkakan dan pendarahan pacta sekal tonsil (gambar 63 dan 64). Perubahan mikroskopik sekal tonsil Pada penelitian ini pada kelompok lA (kontrol taopa infeksi) ditemukan perubahan mikroskopik (histopatologiIHP) berupa hiperemilpembendungan
pembuluh darah (tabel 41).
Perubahan yang sarna "'rjadi pada kelompok
antibiotik (2A) dan probiotik (3A, 4A, 5A) dengan derajat perubahan yang nyata lebib rendab dari kelompok IA (P
5A 5B 5C
I 1,63 ± 0,70 2,68 ± 0,68& 3,15 ± 1,70 M 1,13 ±0,59~ 2,38 ± 0,46~ 2,45 ± 0,45~ 1,13 ± 0,52 =
WAKTU 2 3 1,75±0,27 • 1,80 ± 0,12 3,33 ± 1,04 3,50± 0,48 M 3,25 ±0,52M 3,40 ± 0,54M 1,20±0,22~
1,38±0,20~
2,33 ±0,96~ 2,03 ± 0,27~
2,53 ± 1,1 ~ 2,30 ± 0,67" 1,13 ± 0,34 ~ 1,95 ± 0,55~ 2,08 ±0,24-
4 1,55 ± 0,28 • 3,65 ± 1,20 3,45 ± 0,72 M 0,95 ± 0,15 ~ 2,25 ± 0,25~ 2,38 ± 0,821,03 ± 0,18 ~ 2,\3±0,37= 2,00±0,47=
1,00±0,17~
0,98±0,06~
1,9O±3,7 • 1,93 ± 0,21 0,98 ± 0,28 1,95 ± 0,37 2,05 ± 0,25 ~
1,78±0,18 2,05 ±0,60 1,03 ± 0,17 2,00 ± 0,32 • 2,08±0,38&
1,15±0,50~
1,63±0.18~
2,00±0,25~
2,15±0,72 c , 1,08 ±0,09 1,63 ± 0,48 1,88 ± 0,26 1,05 ± 0,40 1,73 ± 0,33 2,05 ± 0,23 ~
2,02 ± 0,121,14±0,33 1,88 ± 0,28 • 2,00 ± 0,30 1,08±0,17 1,80 ± 0,48 2,00 ± 0,32 &
Keterangan . Huruf besar superskrif yang betbeda karah kolom menuq)ukklll1 berbeda nyata (p
Infeksi Salmonella nyata meningkatkan perubahan mikroskopik sekal tonsil pada kelompok kontrol. antibiotik dan probiotik. Kelompok kontrol yang diinfeksi (lS dan Ie) nyata (P
Rataan skore HP pada
134
kelompok 1B dan
Ie
nyata (P
yang diinfeksi (2B. 2C) dan probiotik yang diinfeksi (P
yang tidak diinfeksi (2A) dan kelompok prabiotik baik yang diinfeksi (38, 3C. 4B. 4C. 58 dan 5C) maupun tidak diinfeksi (3A, 4A. 5A).
Demikian pula
kclompok probiotik yang diinfeksi nyata mempunyai ralaan skare HP yang lebih tinggi dari kelompok probiotik yang tidak diinfeksi (P
Pada kelompok I B perubahan mikroskopik pada 1 minggu pi oyala
lebih rendah pada 2, 3 dan 4 minggu pi dan tidak ada perbedaan yang nyata diantara 2, 3 dan 4 minggu pi. Pada keJompok
Ie yang diinfeksi S
ryphimurium
menunjukkan penlbahan HP pada I, 2. 3 dan 4 minggu lidak berbeda nyata (P>0.05).
Kelompok
Ie
menunjukkan perubahan HP yang lebih parah dari
kclompok I B pada I minggu pi (P
1111 mgg PI . 2mggpi 03 mgg Pl j
1E'4 mgg ~ 1A 18 1C 2A 28 2C 3A 38 3C 4A 48 4C 5A 58 5C KELOMPO K
Gambar 66. Rataall skare mikroskopik (HP) sekal tons il
Pada keloropok I B dan
Ie
perubahan mikroskopik pada sekal tonsil
berupa hiperemi dan pembenduogan pada pembuJuh darah. pendarahan, edema. pcradangan pada kripta dan deskuamasi cpitci.
Pada kelompok probiotik yang
diinfeksi (3B. 3C. 4"8. 4C. 58 dan 5C) tidak terjadi deskuamasi epitel.
135
Garobar 67. Kelompok lB. Sekal tonsil : kriptitis (1<), deplesi germinnJ center (g), 1 minggu pi. HE, Bar = 99 ~
Gambar 68. Kelompok IB. Sekal tonsiJ : fibrosis (I) pada 3 minggu pi. HE, Bar=49,SI1ID
136
Gambar 69. Kelompok I C. Sekal tonsil : deplesi pod. folikellimfoid (1..) dan germInal center (g), kriptitis (1:), 2 minggu p~ HE. Bar ~ 991JDl
Edema pod. sekal tonsil terjadi pod. tahap awal infeksi (l minggu pi).
Pod. 4 minggu pi pod. kelompok kontrol yaog diinfeksi (l B, 1C) ditemukao adany. fibrosis pod. sekal tOllSil. Keodaan ini m"nmjukkao pada sekal tonsil mu\ai terjadi proses per.embuhan atau infeksi meujadi
krom..
Jum\ah gD'/lfJnQl cmIer pada sekaI ton.n
Jumloh germinal cemer pad. kelompok probiotik (3A, 4A dan SA) oyata I.bih tinggi daripada kontrol (IA) dan kelompok anribioUk (2A). Kelompok annl>ioUk (2A) nyata
mempuny~
jumloh germinal center pada sokal tonsil yaog
I.bih rendab dan kontrol (P
minggu pi tidak berbeda nyata (P>O,05). Demikiao pula pada kelompok 2A, jumloh germinal center pad. I, 2, 3 dan 4 minggu pi tidak menunjukkao perbedaan yang nyata (P>O,OS). Pad. kelompok 3A, 4A dan 5A jumloh germinal
center pod. 1 minggu pi tidak berbeda nyata d",gao 2, 3 dan 4 minggu pi.
137
Pada kelompok kontrol infcksi S. enteritidis dan S. typhimllrilllll nyata
(P
Pada kelompok antibiotik yang diinfeksi S. emeritidis (29 )
peningkatan germinal cenler terjadi pada 3 minggu pi (P
Pada kelompok
antibiotik yang diinfeksi S. typhimurillm (2C) peningkatall germinal cenler terjadi pada I dan 3 minggu pi (PO.05).
Tabe144. Ralaanjumlah germinal cenler pada sekal tonsil KcJompok
IA IB IC 2A 2B 2C 3A 38 3C 4A 4B 4C 5A 5B 5C
1 2,20 ± 0,53 "' 3.35 ± 0,81 AO 3,30 ± 0,3 9 ~ 1,87 ± 0.14 c , 2.03 ± 0.24 D~ 2.20 ± 0, 17 3,35 ± 0,43 • 3.40 ± 0,61 3,80 ± 0,28 3,65 ± 0,32 3,85 ± 0.34 3.87 ± 0,28 3,65 ± 0.50 ~ 3,70 ± 0.21 M
3.95 ± 0.18 ~
WAKTU \1inggu pi 2 3 2,00 ± 0,42"' 2.35 ± 0,23"" 3,38 ± 0,27 • 3,80 ±0,61 ~ 3,68 ± 0, 5 6 ~ 3,25 ± 0,54 a 1,90 ± 0,22 D' 1,85±0. 16 ~ 2,08 ± 0.32 • 2,45 ± 0,33 • 2.45 ± 0,43 • 2.40 ± 0,36 3,45 ± 0, 16 3.40 ± 0,42 • 3,88 ± 0,40 3,80 ± 0.38 3,95 ± 0,5 2 • 3,85 ± 0,39 3,80 ± 0,43 • 3.82 ± 0,44 3,80 ± 0 , 26 ~ 3,93 ± 0,32 3.98 ± 0,27 • 4,05 ± 0,46 M 3.85 ± 0,3 8 ~ 3.85 ± 0.24 3.90 ± 0,23 • 3,98 ± 0,47 • 4 ,OO ± 0.37 ~ 3,97±0.31 ~
4 2, 14 ± 0,35 "' 2, 70 ± 0,27"' 3,20 ± 0,62 " 1.95 ± 0.4 1 ~ 2.30 ± 0.39 • 2.40 ± 0,28 3.68 ± 0.35 3,75 ± 0,43 • 3.85 ± 0.37 3. 70 ± 0. 3 6 ~ 3. 82 ± 0,2 7 ~
3,95 ± 0.51
M
3. 72 ± 0, 48 ~
3,90 ± 0.34 3.93 ± 0.27
, Kelerangan Huruf bcsar superskrifyang. bcrbeda k.earah kolom menunJukkll.n berbeda nyalR(p
1A
18 1C
2A 28 2C 3A
38 3C 4A
48 4C
5A 58 5C
KELOM POK
l- 1 mgg pi • 2 mgg pi 0 3 mggpiD4mg9~L . ~-
Gambar 70. Rataan jumlah germinal ceTller pada sekal tonsi l
•
139
Tidal< scmua bakteri dopal menginduksi GALT
(Rhee et 01., 2004).
Untuk dapal menginduksi pembentukan dan perkembangan GALT, pertama bakteri harns dapat dilBngkap dan ditransportkan oleh sci M
schingga dopal
berinteraksi dengan sci pertahanan. Ked.. hakteri mempunyai antigen yang dapal menginduksi proliferasi sci B. Ketiga bakteri dopal menstimulasi perkemhangan GALT apabila mengbasilkan produk bakteriaI yang dapat berinteraksi dengan toll· like receptor (fLR) pada sci inang dan menstimulasi proliferasi sci B. Misalnya
LPS dapat menstimulasi makrofag dan 801 dendril untuk mensekresikan sitokin yang dopal menginduksi proliferasi sci B dan pembentukan GALT. Mikrobiota nonnal dalam USUS diperlukan untuk menjaga keseimhangan mikmha daIam usus dan menginduksi sistem pertahanan daIam saluran pencemaan. Hal tersebul terlihat pada kelompok yang diberi probiolik yang menunjukan perkemhangan germinal cenkr yang Icbih haik. Sedangkan pemberian anlibiotik yang terus menerus tidak baik apahila ditinjau dari sistem
pertahanan dalam usus.