HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia (Screening Pitokimia)
Berdasarkan penapissu~ fitokimia (screening fitokimia) diperoleh hasil seperti yang disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Hasil penapisan fitokimia Parameter
Simplisia
Fraksi Air
Fraksi Etil Asetat
Rimpang Kunyit Alkaloid
+
Flavonoid
-
Tallilia dan Polifello1
-
Saponin
-
Kuinon
+
+
+
+
Ket:
+ = Pelarut menarik senyawa tersebut
- = Pelarut tidak lnenarik senyawa tersebul Flavonoid
berfungsi
menurunkan
permeabilitas
kapiler
sehingga
perdarallan kapiler dapat dicegah serta kerapuhan dan lce~usakankapiler dapat diperbailti (Wardhala el al. 2001). Flavolloid bekerja dengan n~embe~ltuk sumbat trombosit dan ~nemperbaikiendotel vaskuler sehingga dapat menutup robekan kecil pada pe~nbuluhdarah (Evans 1989). Pada pe~~elitian ini pelarut etil asetat mampu menarik senyawa flavonoid yang ada dala~nrimpang kunyit. Senyawa kui~loll me~npunyai kema~npua~lsebagai antibiotik dan penghilsu~grasa sakit serta merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit (Anonim 2008b). Pada pellelitian ini pelarut air dan etil asetat mampu menarik senyawa lcuinoll yang berada di dalan rimpang lcunyit. Pada lcasus perse~llbuhanluka, kuinon berpersul dalanl proses merangsang pertumbuhan sel baru pada luka kulit sehingga dapat lnempercepat proses perse~nbuhannya
Gambaran Darah
Hasil pengarnatal1 ganbarall darah pada mencit (Mus nzusculus) dalam lcondisi luka yang diolesi salep lcunyit dapat dilihat pada tabel 4, 5, 6 dan 7.
Jumlah Eritrosit (RBC) Hasil penelitian untuk jumlah eritrosit mencit dalam kondisi luka setelah pemberian salep kunyit pada hari ke-2,4,7, 14, dan 21 ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan jumlah eritrosit (RBC) pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit. Kelompok
Ket:
4
2
Hari Ke7
14
21
K+ K-
7.87+1.46abcd 9.27f0.67~~' 6.76f2.9Obcd 4.25i0.14~ 4.46f0.16~ 5 . 6 6 f 0 . 9 6 ~ ~ ~6 . 0 6 f 1 . 4 5 ~ ~ ~ 10.12f3.80~~ 6 . 4 2 f 0 . 3 0 ~ ~6 . 1 0 f 1 . 9 0 ~ ~ ~
PA
3.91f3.38Cd
.
12.31f5.04a
6.15f0.1 lbm
5.96f0.40bcd 5 . 3 2 f 0 . 0 0 ~ ~ ~
*
Dala Disajikan dalam rataan standar deviasi Satuan dalam juta/mm3 I-luruf yalig berbeda (superschript) pada kolom dan baris yang sama menunjukdn perbedaan pada taraf uji (P
Jumlah eritrosit pada inencit berkisar antara 7.7-12.5 juta/mil13 dengan rata-rata 9.3 juta/mm3 (Arrington 1972). Pada penelitian ini jumlal~ eritrosit mencit sebelum dilakultan perlukaan rata-rata 7.2 juta/mn3, ha1 ini diasuinsikan sebagai kondisi awal sebelurn diberi perlakuan. Hasil pengamatan menunjukan jumlah eritrosit berfluktuasi antar perlakuan dan antar waktu pengainatan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit diantaranya adalah konsentrasi hemoglobin, PCV, umur, jenis kelamin, kesehatan, olahraga, laktasi, kebuntingan, suhu, dan ketinggian (Swenson 1984). Jumlah eritrosit PE lebih mendekati atau hampir sama dengan nilai kondisi awal sebelum diberi perlakuan. Hal ini diduga ltarena peran dari zat aktif flavonoid yang dapat menurunkan permeabilitas kapiler sehingga perdarahan kapiler dapat dicegab serta kerapuhan dan kerusakan kapiler dapat diperbaiki (Wardhana et al. 2001). Flavonoid bekerja dengan membentuk sumbat trombosit dan memperbaiki endotel vaskuler sehingga dapat menutup robekan kecil pada pembuluh darah (Evans 1989). Jumlah eritrosit pada hari ke-2 relatif stabil ltecuali pada kelompok PE yang memperlihatkan nilai tertinggi, walaupun masih dalaln kisaran normal. Hal ini diduga karena perlukaan yang dibuat tidak mempengaruhi jumlah eritrosit. Menurut Spektor and Spektor (1993), percepatan pergerakan cairan yang melalui dinding pembuluh darah ke jaringan peradangall memungkinkan molekul-molekul
kecil lewat, namun menahan protein-protein besar seperti protein plasma tetap berada dalam darah. Sifat pembuluh darah yang permeable menimbulkan tekanan osmotik yang cenderung menahan cairan di dalam pembuluh darah . Kejadian ini diimbangi oleh dorongan keluar tekanan hidrostatik di dalam pembuluh darah. Tekanan hidrostatik ini dalam keseimbangan antara intrakapiler dan tekanan ekstrasel, yakni tekanan lintas diiding. Limfatik kemudian memindahkan cairan yang mencapai celah jaringan ,untuk mempertahankan kesetaraan secara normal. Pergeseran cairan pada saat luka tejadi sangat cepat, sehingga eksudat pada masa peradangan mengandung protein plasma yang sangat signifkan. Gambar rataan jumlah eritrosit pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit dapat dilihat pada Gambar 3.
3
I3.O0 11.oo
1
E
9.00 -
3
7.00
-
5.00
-
3.00
-
3 .-
C
1.00
0
3
2
4
7 Hari ke-
14
21
Gambar 3. Rataan jinlah eritrosit pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit. Jumlah eritrosit yang rendah pada awal pengamatan diduga karena terjadinya perlukaan (Gambar 3). Sesaat setelah terjadi perlukaan, pembuluh darah mengalami vasokontriksi yang singkat. Kontraksi buluh darah ini segera diikuti oleh vasodilatasi pada arteriol yang akan menyebabkan pembukaan mikrovaskular baru seperti vena, arteriol kecil, dan pembuluh kapiler (Vegad 1995). Dilatasi pembuluh darah ini disebabkan oleh substansi kimia yang disebut
sebagai mediator inflamasi. Kondisi ini mengakibatkan hiperemi dan peningkatan aliran darah pada daerah yang meradang.
Fase peradangan menyebabkan perubahan yang terjadi pada tillgkat vaskular berupa perubahan pada pembuluh darah, perubahan pada aliran darah, perubahan pada pergerakan atau arus darah dalam pembuluh, eksudasi plasma darah, enligrasi dari leukosit, dan diapedesis dari eritrosit (Vegad 1995). Pada hari ke-14 hingga hari ke-21, jumlah eritrosit relatif stabil pada setiap kelompok perlalcuan. Hal ini diduga karena telah terjadinya proliferasi dari sel untuk lnembentuk benang-benang fibrin dan terjadinya fase pematangan yang ditandai dellgan pembentukan serabut kolagen juga neovaslcularisasi yang sudah
Nilai Hematokrit
Hasil peilelitiail untuk nilai heinatoluit me~lcitdalan kondisi luka setelah pelnberian salep lcunpit pada hari ke-2,4, 7, 14, dall 21 ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan lnilai hematokrit pada lnencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit. Kelornpok
.
-
Hari Kern
*
d
-.
*
Data Disajikan dalam rataan standar deviasi Satuan dalam persen (%) Huruf yang berbeda (superschript) pada kolom dan baris yang sama menunjukan perbedaan pada taraf uji (P<0,05)
Hematolcit adalah persentase sel darah merah di dalam 100 ml darah. Nilai heinatokrit inerupakan salah satu indikator untuk mengetahui hewan dalam lcondisi anemia. Pada hewan normal nilai hematoluit sebanding dengan jumlah eritrosit dall kadar hemoglobin (Guyton 1995). Peningkatan nilai hen~atokritdapat dipeagaruhi ole11 kenailcan derajat aktivitas tubuh, anemia dail ketinggian lokasi (Guyton dall Hall 1997). Mellcit lnemiliki nilai hematokrit rata-rata sebesar 41.5 % (Arrington 1972). Pada pellelitiail ini nilai helnatolcrit mencit sebelum dilakultail perlukaan rata-rata 29%, ha1 ini diasulnsikall sebagai kondisi awal sebelum diberi perlakuan.
Pada Tabel 5 diatas secara umum terlihat bahwa perubahan nilai hematokrit pada tiap kelompok mencit pada kondisi luka masih dalam kisaran ambang batas. Nilai hematokrit kelompok K+ pada hari ke-2 menunjukkan nilai yang lebih rendah atau berbeda nyata (W0.05)dibandingkan nilai hematokrit pada hari ke-7 dan ke-14. Hal ini diduga karena pada hari ke-7 dan ke-14 merupakan masa persembuhan (respon tubuh terhadap adanya luka). Nilai hematokrit yang cenderung meningkat pada kelompok K+ dan kelompok PEmulai hari ke-2 h'igga hari ke-21, diduga karena kerja dari zat aktif yang membantu perbaikan kondisi kesehatan hewan, sedangkan pada kelompok PA dan K- nilai hematokritnya lebih fluktuatif. Penurunan nilai hematokrit pada kelompok mencit dalam penelitian ini, cenderung dipengaruhi oleh proses luka. Setelah mengalami perdarahan yang cepat, maka tubuh akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun ha1 ini akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak tejadi perdarahan yang kedua, maka konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6 minggu (Guyton dan Hall 1997). Gambar rataan nilai hematokrit pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit dapat dilihat pada Gambar 4.
.-
C
S m
2
I
40 38 36 34 32 30 28 26
-
.
-
241
1
22 20 3 18 7I 16 C 2 4 7 14 21 Hari ke-
Gambar 4. Rataan nilai hematokrit pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit.
Pada setiap kelompok mencit, nilai hematokrit terus Inengalami peningkatan sejak hari ke-4 (Gambar 4) tapi tidak menunjukan perbedaan yang signifikan (P>0.05) (Tabel 5). Profil nilai hematokrit kelompok mencit PE, cenderung lebih mendekati kelompok mencit (K+) sebagai kontrol positif yang Inengalldung neolnycin sulfat 5% daripada kelompok lnencit PA dan lcelompok lnencit yang tidak diberi sediaan apapun sebagai kontrol negatif (K-).
ICadar Hemoglobin (Hb) Hasil penelitian untuk kadar hemoglobin mencit dalam kondisi luka post pemberian salep lcunyit pada hari ke-2,4,7, 14, dan 21 ditampillcan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan kadar hemoglobin (Hb) pada mencit dalan~kondisi luka yang diolesi salep kunyit. Kelo~npok
K+ KPE PA
2 9.00f1 .41d' 9.00f1.41de 10.2012.26~~'
4 9.60r1.13~~ 11.00f1.41'~' 9.20i1.13~~
10.50*0.71~'~~ 1 1 . 4 0 i 0 . 5 7 ' ~
Hari Ke7
14
21
9.80r0.57'~"~
11.70+0.42"~~ 11.70f0.99'~
11.10+1.27'5de
9 . 6 0 + 0 . 2 8 ~ ~ 11.60f0.57'~
8.70i0.99'
10.40+0.57'~'
12.20t0.28'~
9.00*1 .4i6'
I I .50*O.7lew
12.40+0.008
Ket:
=
Data Disajikan dalam rataan i standar deviasi Satuan dalam gram persen (g%) Huruf yang berbeda (superschript) pada kolom dan baris yang sama menunjukan perbedaan pada taraf uji (P<0,05)
Mencit ~nelnilikikisaran kadar hemoglobin sebesar 10-19 gr% dengan rata-rata 14.8 gr% (Arrington 1972). Pada penelitian ini kadar hemoglobin mencit sebelum dilakulcan perlukaan rata-rata 9.2 gr%, ha1 ini diasulnsikan sebagai lcondisi awal sebelum diberi perlakuan. Hasil penelitian menu~~jukan bahwa kadar hemoglobin masih relatif stabil selanla pengamatan pada selnua lcelompolc perlakuan, dengan nilai berlcisar antara 9-12 g%. Pada awal pengamatan dari hari ke-2 hingga hari ke-7, terlihat nilai kadar hemoglobin lebih fluktuatif. Secara ulnunl perubahan kadar henloglobin tersebut masih dalanl kisaran anbang batas. I
kelompok perlakuan mengalami penurunan pada hari yang berbeda (Gambar 5). Pada kehilangan darah yang kronis, penderita seringkali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit sekali hemoglobin, sehingga menimhukan keadaan anenzia hipokromik mikrositik (Guyton dan Hall 1997). Pada hari ke-21, kadar hemoglobin kelompok PE dan PA menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan dengan nilai hemoglobin pada hari ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari ke-21 khasiat salep ekstrak rimpang kunyit untuk obat persembuhan luka sudah terliiat. Hasil uji penapisan fitokiiia fraksi etil asetat dan ftaksi air rimpang kunyit mengandung senyawasenyawa kimia dari golongan flavonoid dan kuinon. Kuinon mempunyai kemampuan sebagai antibiotik, penghilang rasa sakit dan merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Kunyit sebagai antioksidan juga dapat melindungi hemoglobin dari oksidasi. Gambar rataan kadar hemoglobin pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit dapat dilihat pada Gambar 5. 14 -
13 12 -
2
4
7 Hari ke-
14
21
Gambar 5. Rataan kadar hemoglobin pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit. Nilai kadar hemoglobin yang mendekati kadar hemoglobin kontrol positif (K+) dipakai sebagai indiiator untuk menyatakan perlakuan yang efektif untuk persembuhan luka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar hemoglobin
kelompok PE (fralcsi etil asetat) lebih mendekati kadar hemoglobin kelompok K+, dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal ini diduga akibat adanya kandungan zat aktif pada kunyit yang ditarik oleh pelarut etil asetat yang mampu menlbantu mempercepat persemhuhan luka, sehingga kelompok K+ dan PE dinyatakan sebagai kelompok perlakuan yang dapat lebih bailc dalam mempertahankan homeostasis darah.
Jumlah Leukosit (WBC) Hasil penelitian uutuk jumlah leukosit mencit dalam kondisi luka post pemberian salep kunyit pada hari ke-2,4,7, 14, dan 21 ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan jumlah leukosit (WBC) pada mellcit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit. Hari Ice-
Kelompok
2 -
K+ KPE PA
2.87+0.81abc 5.67?;3.21ab 3.65f0.98~~' 4.80f1 .goabc
4
7
14 ..
1.92f1.OzbC 5 . 5 2 f 2 . 2 ~ ~ ~ 3.60f0.91abc 1.92f1.80bC 7.57i3.50a 2.07i0.03~~ 3 . 0 5 f 2 . 0 5 ~ ~ ~ 1.27f0.03C 4.37+2.58abc 3 . 0 0 f 2 . 8 2 ~ ~ ~ 2.3210.10~~ 2.50f1 .27bc
31 -. 2.90f0.07~~~ 2.62i0.31abc 2.20f0.49~~ 5.55f0.00"~
Ket: Data Disajikan dalam rataan i standar deviasi Satuan dalam rblmm3 Huruf yang berbeda (superschript) pada kolo~iidan baris yang sama menunjukan perbedaan pada tarafuji (P
Mencit inemiliki kisaran jumlah leukosit sebesar 4-12 ribu/min3 dengail rata-rata 8 ribu/mm3 (Anington 1972). Pada peilelitian ini jumlah leulcosit mencit sebelum dilalculcail perlulcaan rata-rata 5.7 ribu/mm3, ha1 ini diasumsikan sebagai kondisi awal sebelun diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk jumlah leulcosit pada tiap kelornpok mencit pada lcondisi luka meilgalarni fluktuasi yang bervariasi. Fase peradangall menyebablcarl perubahan pada tingkat selular berupa peningkatan aktivitas leukosit. Aktivitas leulcosit ini inerupalcan suatu aktivitas yang berkelailjutail dau terdiri dari marginasi, adesi, einigrasi, fagositosis, dail pelepasail produk-produk leukosit ke jaringan ekstraselular (Vegad 1995). Jumlah leukosit dapat meningkat ole11 beberapa sebab seperti pada infeksi bakteri, sebalilu~yapada infeksi viral jumlah leukosit inenurun tajanl (leukopenia). Leukopoilia dapat juga terjadi akibat adanya endotoksin bakteri, septicemia dan
toxemia, sedangkan pada kasus tumor (neoplasma) yang melibatkan sistem limfatik, jumlah limfosit dalam aliran darah meningkat (Swenson 1984). Gambar rataan jumlah leukosit pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit dapat dilihat pada Gambar 6. 8
-
6 7
2E
-
5 -
-.* 3
-C1 L
4 -
3
UI
-
23
2 -
3
I,
0
7
2
4
7 Hari ke-
14
21
Gambar 6. Grafik rataan jumlah leukosit pada mencit dalam kondisi luka yang diolesi salep kunyit Jumlah leukosit yang rendah pada hari ke-7 pada kelompok mencit dengan pemberian salep fraksi etil asetat rimpang kunyit (PE)dan kelompok mencit yang diberi salep fiaksi air rimpang kunyit (PA) diduga karena pada hari ke-7 luka mulai sembuh. Zat aktif kuinon dalam M i etil asetat dan kaksi air rimpang kunyit dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit serta merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit (Anonim 2008~).Perlukaan dapat menyebabkan mobilisasi dari sebagian besar leukosit untuk bergerak ke pusat peradangan, ha1 ini mengakibatkan jumlah leukosit di dalam sirkulasi menjadi menurun. Jumlah leukosit hari ke-7 pada kelompok mencit yang tidak diberi sediaan apapun (K-), mengalami peningkatan yang signifkan. Hal ini diduga karena pada hari ke-7 tejadi puncak peradangan, dan proses persembuhan luka bejalan sangat lambat. Leukosit yang terakumulasi pada dindiig endotel akan melakukan emigrasi atau keluar dari pembuluh darah menuju jaringan luka. Leukosit keluar
dari pembuluh darah melalui celah antara dindiig endotel sedangkan eritrosit
tidak memiliki lcemampuan untult bergerak sendiri dan pergerakan eritrosit hanya berupa gerak pasif akibat dorongan dari tekanan intravaskular yang menurun karena keluarnya leukosit dari pembuluh tersebut.
e. Efektifitas Pemberian Salep Kunyit Untuk Persembuhan Lulta Gambaran darah (jumlah eritrosit, jumlah leukosit, nilai hematokrit, dan ltadar hemoglobin) pada lcelompok perlaltuan yang memperlihatkan nilai lebih stabil atau lebih mendekati kontrol positif, berarti memiliki kemampuan lebih baik untuk persembuhan luka. Pada penelitian ini jumlah eritrosit, jumlah leukosit, nilai hematoluit, dan ltadar hemoglobin kelompok PE (fraksi etil asetat) memperlihatkan nilai yang lebih mendekati K+ dibandingltan kelompok PA (fraksi air).