BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah terdepresiasi dari semula Rp8.325/$ pada kuartal I menjadi Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga mengalami krisis pada tahun 2008 yang merupakan dampak dari krisis finansial di Amerika Serikat (AS). Meskipun krisis yang terjadi pada tahun 2008 tidak sebesar yang terjadi pada tahun 1998, namun pada saat itu nilai tukar rupiah terdepresiasi dari Rp9.378/$ pada kuartal III menjadi Rp10.950/$ pada kuartal berikutnya. Setelah mengalami dua kali krisis keuangan, perekonomian di Indonesia bisa dikatakan mulai membaik. Membaiknya perekonomian di Indonesia ditandai dengan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada kuartal III tahun 2011, yang pada saat itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah Rp8.823/$ dari sebelumnya Rp11.575/$ pada kuartal I tahun 2009. Berikut adalah Grafik 1.1 yang menunjukkan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari kuartal I tahun 1993 sampai dengan kuartal IV tahun 2012:
1
Grafik 1.1 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Periode 1993:12012:4 NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT 16,000.00 14,000.00 IDR/USD
12,000.00 10,000.00 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
0.00
Sumber: International Financial Statistics, IMF
Pada Grafik 1.1 terlihat bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebelum tahun 1998 cenderung stabil, namun setelah tahun 1998 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung tidak stabil, hal itu dapat terlihat dari perubahan naik dan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Secara teoritis, perubahan nilai tukar dianggap penting, karena dapat berdampak pada harga komoditas ekspor dan impor, upah tenaga kerja relatif, suku bunga, jumlah pengangguran, dan tingkat produksi (Saeed et.al, 2012:184), sehingga perlu adanya upaya menstabilkan nilai tukar di suatu negara. Bank Indonesia selaku otoritas moneter di Indonesia memiliki wewenang dan kewajiban untuk mengontrol stabilitas nilai tukar rupiah. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang menyatakan bahwa Bank Indonesia bertujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah yang dimaksud oleh undang-undang adalah stabilitas baik di dalam maupun di luar negeri. Stabilitas di dalam negeri
2
terkait dengan inflasi, yaitu stabilitas nilai rupiah terhadap harga barang dan jasa di dalam negeri, sedangkan stabilitas di luar negeri terkait dengan stabilitas nilai rupiah terhadap nilai tukar mata uang asing, khususnya dolar AS (Warjiyo, 2004: 28). Untuk mengontrol stabilitas nilai tukar, diperlukan estimasi terhadap nilai tukar itu sendiri. Estimasi nilai tukar dapat ditentukan oleh faktor fundamental perekonomian di suatu negara. Ada beberapa studi empiris mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai tukar di suatu negara. Studi empiris mengenai faktor-faktor penentuan nilai tukar antara lain dilakukan oleh MacDonald (1988), Simone dan Razzak (1999), Acheampong (2007), Hsieh (2009), Dash (2012), dan Saeed et al. (2012). MacDonald (1988) mengembangkan pendekatan baru dalam memodelkan perilaku nilai tukar. MacDonald menggunakan variabel berita (news variable) sebagai guncangan/kejutan untuk mengestimasi nilai tukar. Penggunaan variabel berita ditujukan untuk mengamati pengaruh guncangan/kejutan berupa berita terhadap nilai tukar. Simone dan Razzak (1999) meneliti perilaku suku bunga nominal diferensial terhadap nilai tukar nominal dalam jangka panjang. Metode yang digunakan adalah kointegrasi Engle-Granger. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa ada kointegrasi (hubungan jangka panjang) antara suku bunga nominal diferensial terhadap nilai tukar nominal untuk mata uang dolar ASmark Jerman dan dolar AS-pound Inggris, sedangkan untuk dolar AS-yen Jepang
3
dan dolar AS-dolar Kanada, tidak terbukti adanya kointegrasi antara suku bunga nominal diferensial dengan nilai tukar nominal. Acheampong (2007) menunjukkan bahwa liberalisasi nilai tukar yang terjadi di Ghana pada tahun 1988 menyebabkan depresiasi nilai tukar cedi Ghana terhadap dolar AS. Dalam studi ini, Acheampong menggunakan metode pendekatan moneter harga fleksibel (flexible price monetary approach) atau disingkat dengan FPMA, yaitu teori yang menyatakan bahwa ada peran suplai uang dalam menentukan nilai tukar (Pugel, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplai uang diferensial berpengaruh positif (depresiasi) terhadap nilai tukar, sedangkan suku bunga dan tingkat produksi berpengaruh negatif (apresiasi) terhadap nilai tukar. Hsieh (2009) mengamati nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menggunakan empat model utama dalam penentuan nilai tukar, yaitu model paritas daya beli (purchasing power parity model) atau disingkat PPP, model paritas suku bunga uncovered (uncovered interest parity model) atau disingkat UIP, model moneter, dan model Mundell-Fleming yang ditambahkan (extended Mundell-Fleming model) atau disingkat EMF. Hasil penelitian dengan keempat model di atas menunjukkan bahwa model moneter dan EMF menghasilkan estimasi dengan kesalahan lebih kecil daripada model PPP dan UIP. Dash (2012) mengamati nilai rukar rupee India dengan dolar AS menggunakan model Mundell-Fleming (MF). Penelitian ini menggunakan data nilai tukar dari tahun 1993 sampai 2003, yang pada saat itu India menggunakan sistem nilai tukar mengambang bebas (managed-floating exchange rate). Hasil
4
penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga dan intervensi bank sentral berpengaruh negatif terhadap nilai tukar, sedangkan ekspektasi inflasi diferensial berpengaruh positif terhadap nilai tukar. Saeed
et,
al
(2012)
menggunakan
pendekatan
moneter
dalam
mengestimasi nilai tukar rupee Pakistan terhadap dolar AS. Dalam penelitian ini, Saeed et, al menambahkan variabel ketidakstabilan politik, yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif (depresiasi) terhadap nilai tukar yang disebabkan oleh ketidakstabilan politik di Pakistan. Dalam penelitian ini, fokus tertuju pada variabel-variabel makroekonomi yang dapat menjadi determinasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, seperti suplai uang diferensial, suku bunga diferensial, produk domestik bruto (PDB) riil diferensial, indeks harga konsumen (IHK) diferensial, indeks harga saham diferensial, dan guncangan/kejutan nilai tukar (exchange rate shock). Pemilihan variabel berdasarkan teoritis dan empiris yang akan dibahas pada Bab II. Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menerawang ke belakang (backward-looking) dan menerawang ke depan (forward-looking). Metode menerawang ke belakang menggunakan model koreksi kesalahan jeda terdistribusi otoregresif (autoregressive distributed lag error correction model atau disingkat ARDL-ECM). Sedangkan metode menerawang ke depan menggunakan replikasi dari model spesifikasi menerawang ke depan oleh Insukindro dan Sahadewo (2010) dengan metode Generalized Method of Moments (GMM).
5
1.2. Keaslian Penelitian Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu:
No.
Judul
1.
Empirical Studies of
Penulis MacDonald, 1988
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Variabel Penjelas Metodologi Variabel
a) Model PPP.
Hasil Guncangan pada mark Jerman
Exchange Rate
guncangan/kejutan b) Model moneter
menyebabkan mark terapresiasi
Determination
berupa berita.
terhadap dolar AS, namun guncangan
fleksibel. c) Model moneter kaku (sticky).
pada dolar AS menyebabkan mark terdepresiasi terhadap dolar AS.
d) Model suku bunga diferensial. e) Pendekatan portofolio. 2.
Nominal Exchange
Simone dan
Suku bunga
Uji kointegrasi
Adanya hubungan negatif antara suku
Rates and Nominal
Razzak, 1999.
nominal
Engle-Granger dan
bunga dengan nilai tukar yang
diferensial.
Johansen.
signifikan untuk studi negara AS-
Interest Rate Differentials
Jerman dan AS-Britania Raya.
6
Sedangkan untuk studi AS-Jepang dan AS-Kanada tidak signifikan. 3,
A Monetary
Acheampong,
Approach to
2007.
Pendekatan model
Ada pengaruh positif dari PDB riil
uang
moneter harga
dan suku bunga diferensial serta
Exchange Rate
diferensial.
fleksibel (FPMA).
pengaruh negatif dari suplai uang
Liberalization
b) Rasio PDB riil
Regime in Ghana
a) Rasio suplai
diferensial terhadap nilai tukar mata
diferensial.
uang Ghana dengan AS, di mana
c) Rasio suku
PDB riil dan suplai uang diferensial
bunga
tidak sesuai dengan hipotesis, namun
diferensial.
suku bunga diferensial sesuai dengan hipotesis.
4.
Study of the Behavior of the Indonesian Rupiah/US Dollar
Hsieh, 2009
a) Harga diferensial. b) Suku bunga
a) Model PPP.
Untuk model PPP, ditemukan bukti
b) Model paritas
bahwa indeks harga produsen lebih
suku bunga.
baik dalam merepresentasikan tingkat
Exchange Rate and
diferensial.
c) Model moneter.
harga daripada indeks harga
Policy Implications
c) Suplai uang
d) Model Mundell-
konsumen.
diferensial. d) PDB riil diferensial.
Fleming.
Model paritas suku bunga menunjukkan bahwa suku bunga tidak mempengaruhi nilai tukar secara
7
e) Ekspektasi nilai
signifikan.
tukar.
Model Moneter menunjukkan bahwa
f) Ekspektasi
suplai uang, tingkat produksi, dan
inflasi
suku bunga mempengaruhi nilai
diferensial.
tukar.
g) Harga saham
Model Mundell-Fleming
diferensial.
menunjukkan bahwa M2, suku bunga, dan ekspektasi inflasi berkorelasi positif dengan nilai tukar riil.
5.
The Relationship
Dash, 2012.
a) Suku bunga
VECM untuk
Adanya pengaruh negatif antara suku
diferensial.
periode April
bunga dan intervensi bank sentral
1993-Maret 2003
terhadap nilai tukar rupee dengan
Vector Auto
USD. Sedangkan untuk variabel
Regressive (VAR)
inflasi, adanya pengaruh positif
untuk periode Juni
terhadap nilai tukar rupee dengan
1995-Maret 2003
USD namun tidak signifikan.
a) Uang stok
ARDL dan model
Stok uang, utang, dan cadangan
Analysis of
diferensial
koreksi kesalahan
devisa menunjukkan hasil yang
Determinants of
(relative stock
(ECM)
signifikan sebagai determinasi dari
between Interest Rate and Exchange Rate
b) Inflasi
in India
diferensial. c) Intervensi bank sentral.
6.
An Econometric
Saeed et al., 2012
8
Exchange Rate in Pakistan
of money). b) Cadangan
nilai tukar. Kemudian untuk variabel boneka (dummy) instabilitas politik
devisa
menunjukkan efek negatif yang
diferensial.
signifikan terhadap nilai tukar.
c) Total utang diferensial. d) Instabilitas politik (dummy variable)
9
Penelitian yang dilakukan oleh McDonald, Simone dan Razzak, Acheampong, Hsieh, Dash, dan Saeed et.al, secara umum menunjukkan bahwa determinasi nilai tukar ditentukan oleh variabel-variabel makroekonomi seperti suplai uang diferensial, suku bunga diferensial, PDB riil diferensial, dan inflasi diferensial. Berdasarkan studi empiris tersebut, dalam penelitian ini akan digunakan
variabel-variabel
serupa
dan
ditambah
dengan
variabel
guncangan/kejutan nilai tukar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini selain menggunakan spesifikasi menerawang ke belakang juga digunakan spesifikasi menerawang ke depan. Hasil kedua spesifikasi tersebut akan dibandingkan dengan uji yang tidak disarangkan (non-nested test) untuk mendapatkan model yang terbaik. 1.3. Rumusan Masalah Nilai tukar merupakan indikator makroekonomi yang penting di suatu negara, karena nilai tukar dapat mempengaruhi harga komoditas ekspor dan impor, upah pekerja diferensial terhadap negara lain, dan kesempatan kerja, sehingga ketidakstabilan nila tukar dapat menyebabkan ketidakstabilan kondisi makroekonomi di suatu negara. Penelitian ini mengestimasi pengaruh variabelvariabel makroekonomi seperti suplai uang diferensial, suku bunga diferensial, PDB riil diferensial, IHK diferensial, dan indeks harga saham diferensial terhadap nilai tukar. Di samping itu, dalam penelitian ini juga akan dibandingkan antara model spesifikasi menerawang ke belakang dengan menerawang ke depan, untuk menentukan performa terbaik yang dapat menjelaskan determinasi nilai tukar.
10
1.4. Pertanyaan Penelitian 1) Apakah suku bunga diferensial, PDB riil diferensial, dan harga saham diferensial berpengaruh negatif terhadap nilai tukar? 2) Apakah suplai uang diferensial dan IHK diferensial berpengaruh positif terhadap nilai tukar? 3) Apakah guncangan mempengaruhi nilai tukar? 4) Apakah spesifikasi menerawang ke depan dapat menghasilkan model yang lebih baik daripada spesifikasi menerawang ke belakang? 1.5. Tujuan Penelitian 1) Mengestimasi parameter variabel suplai uang diferensial, suku bunga diferensial, PDB riil diferensial, IHK diferensial, indeks harga saham diferensial, dan guncangan terhadap nilai tukar. 2) Membandingkan hasil spesifikasi menerawang ke belakang dengan spesifikasi menerawang ke depan. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu kajian studi empiris mengenai variabel-variabel makroekonomi yang dapat mendeterminasi nilai tukar di Indonesia. 1.7. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari empat bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Metodologi dan Kerangka Kerja Teoritis, Bab III Hasil Penelitian dan Diskusi, dan Bab IV Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian ini. Bab I berisi latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
11
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teoritis, landasan empiris, penentuan variabel, model ekonometrik, hipotesis, pembentukkan variabel guncangan, dan tahapan estimasi. Bab III berisi uji akar unit, penentuan jeda optimal, persamaan jangka panjang dan model ARDL-ECM, uji otokorelasi dan heteroskedastisitas untuk model ARDL-ECM, model ARDLECM terbaik, ARDL-ECM dengan variabel guncangan/kejutan (shock), estimasi menggunakan spesifikasi menerawang ke depan, prediksi performa, dan uji yang tidak disarangkan. Dan Bab IV berisi kesimpulan dan saran.
12