SEMINAR NASIONAL L TEKNIK KIIMIA SOEBA ARDJO BROTOHARDJO ONO IX Program Stu udi Teknik Kimia UPN “V Veteran” Jawaa Timur Surabayya, 21 Juni 20012
PEM MBUATAN N MOCAF F ( MODIF FIED CAS SSAVA FL LOUR ) DE ENGAN PROSES P F FERMENT TASI MEN NGGUNA AKAN RH HIZOPUS OR RYZAE DA AN SACCH HAROMY YCES CER REVISAE Nur Aiida, Lina I. Kurniati, dan d Setiyo G Gunawan* Jurusan Teknik Kim mia, Fakultas Teknologi Industri, I Insttitut Teknoloogi Sepuluh N Nopember, K Keputih Sukoolilo, Surabaaya 60111, Inndonesia *Korespond densi: Tel.: + +62 31 5946240; Fax: +662 31 59992282. Alaamat email:
[email protected] Abstrak Singkong (M Manihot Escullenta) merupaakan komodita as tanaman pangan p yang penting p sebaggai penghasil sumber bahhan pangan kaarbohidrat dann bahan baku makanan, m kimia dan pakan teernak. Indonessia memilikki potensi umbbi-umbian sebaagai sumber kkarbohidrat sekkaligus bahan baku tepung lokal yang tiddak kalah dengan teriguu. Salah satuu usaha diveersifikasi peng golahan singkkong yang saat ini sedanng ung mocaf yaiitu dikembaangkan adalahh tepung Moccaf (Modified Cassava Flouur). Proses peembuatan tepu singkonng dikupas, diccuci dengan airr pada suhu 600 oC, dipotongg sampai ukuraan kecil. Mencaampur singkonng, aquadeest dan jamur kemudian k melaakukan proses fermentasi seesuai dengan vvariabel yang telah t ditentukaan. Pembua atan tepung mocaf m terdiri da ari beberapa ttahap yaitu meenyaring hasil fermentasi unntuk memisahkkan singkonng dengan airr dan jamur, mengeringkann singkong hinngga kadar aairnya 12 – 14%, 1 menggiling singkonng sampai hallus, dan melaakukan analisaa kandungan pada tepung mocaf. Dari hasil penelitiaan didapattkan kenaikan kadar proteinn dan kadar leemak pada mo ocaf. Kadar prrotein dan lem mak yang terbaaik didapatt pada waktu fermentasi f sellama 3 hari yyaitu untuk Saccharomyces ccereviae (prottein 2,290% dan da lemak 3,635%) 3 dan Rhizopus R oryzae (protein 4,7222% dan lemakk 3,756%). Unntuk kadar abu u, dan serat tiddak ada perrubahan yang signifikan s (konnstan). Dan terrdapat penurunnan pada kadaar HCN dan kadar karbohidraat. Kadar HCN H terendahh diperoleh pa ada wakru ferm mentasi 3 harii yaitu untuk SSaccharomycess cereviae (HC CN 2,850 mg/kg) m dan Rhizopus oryzaae (HCN 2,7775 mg/kg). Dari penelitian ini dapat disiimpulkan bahw wa Saccharromyces cereevisae dan Rhizopus R oryzaae yang harrganya murahh dan non patogen p mamppu mening gkatkan kadar protein p dan meenurunkan kadaar HCN dari produk p mocaf. unci : Modified d cassava flourr, Rhizopus oryyzae, dan Saccharomyces cerrevisae Kata ku
NDAHULUAN N 1. PEN 1.1 Lattar Belakang Manihot esculennta) secara luaas dikonsumsi didaerah d tropiss. Di Afrika Baarat dan Karibia, Singkong (M makanaan singkong diikenal sebagai gari yang di produksi p secaraa fermentasi (O Okafor, 1998). Sebelum prosses fementaasi singkong dikupas untuk menghilangkan m n kulit luar tipis yang berwarnna coklat dan kulit k dalam yanng berwaraana putih tebal (Okafor, 19998). Singkong sering dianggap bahan bakuu yang bermuttu rendah kareena rendahnnya protein, mineral m dan viitamin (Aletorr, 1993; Onwu ueme, 1978). Namun variettas tertentu daari singkon ng mengandunng banyak cyaanogenic glikoosida (linamarin dan lotausttralin) yang dapat d dihidrolissis menjasii asam sianidda (HCN) olehh enzim endoogen (linamaraase) ketika jarringan tanamaan rusak selam ma pemaneenan, pengolah han atau prosees mekanis laainnya (Conn, 1973). Singkkong juga meengandung asaam tannic, zat ini yang dapat d menimbuulkan warna kkusam pada produk olahan ssingkong sehinngga mempunyyai 2). nilai paasar yang rendaah (Hahn, 1992 Singkong dii beberapa daaerah penggunnaannya diguunakan sebagaai makanan membantu m untuuk meringaankan masalahh kelaparan sehhingga sangat penting dalam m hal keamanaan pangan (Aleetor, 1993). Olleh karena itu, dibutuhkaan proses untuuk meningkatkkan nilai proteein dan menguurangi kadar HCN. H Penelitiian sebelum mnya mengguunakan prose fermentasi ddimana Rhizop pus oryzae ddan Saccharom myces cerevissae digunakkan untuk meningkatkan m k kadar protein dan menuruunkan kadar HCN dari prroduk singkonng (Akinda ahunsi et al., 19 999). Penelitian inni diharapkan dapat d mengawaali penigkatan tambahan prooduksi tepung sekitar 20% daari kebutuhhan impor nasiional selama lima l tahun keddepan. Pada taahun 2009, imppor gandum mencapai m 5,2 juuta ton. Sedangkan dari 22,7 2 juta ton produksi p singkkong, yang dioolah menjadi bbahan pangan dan non panggan baru mencapai m 22,3 % atau sekitarr 4,6 juta ton. Hal ini berartti peluang pasaar untuk tepunng dari singkonng masih cukup c besar (Saamsul, 2010).
D.2-1
SEMINAR NASIONAL L TEKNIK KIIMIA SOEBA ARDJO BROTOHARDJO ONO IX Program Stu udi Teknik Kimia UPN “V Veteran” Jawaa Timur Surabayya, 21 Juni 20012 1.2 Tu ujuan Penelitian Addapun tujuan daari penelitian inni adalah menggetahui proses pembuatan moocaf dengan proses fermentassi mengguunakan Rhizoppus oryzae dann Saccharomyyces cerevisae,, mengetahui kkandungan nu utrisi mocaf, dan d membaandingkannya dengan d tepung terigu. 1.3 Manfaat Penelittian Addapun manfaatt dari penelitiaan ini adalah memberikan infomasi i tentaang pembuatann Mocaf denggan proses fermentasi meenggunakan Rhizopus R oryzaae, dan Saccha aromyces cereevisae, membeerikan informaasi n Mocaf,, sebagai bahaan rujukan ilm miah terhadapp pemanfaatan n singkong olleh tentang kandungan nutrisi masyaraakat, dan peneliti selanjutnyaa. I.4 Penelitian Terdaahulu Oboh et al., (1999) melaakukan penelittian tentang singkong s (Maanihot esculentta Crantz) yanng R oryzzae. Produk inii kemudian diolah menjadi gari dan tepunng. Evaluasi gizi difermeentasi dengan Rhizopus tepung dan gari mennunjukkan bahhwa ada peninngkatan kandunngan protein tepung t (97%) dan gari (53% %) kan dengan metode m Kjeldahhl, sementara aada penurunan n umum dalam m tingkat karbbohidrat, [tepunng ditentuk (5,0%),, gari (10,4%)]]. Tidak ada peningkatan dallam, abu dan lipid. Minerall (Zn, Mg, Fe,. Ca, Na dan K) K juga renndah, kecuali dalam d gari di mana m beberapaa unsur yang sangat s rendah. Para antinutrieents, yaitu, tannin [0.16mg gTA/100g tepuung), gari (0.0 08mg/100g)] ddan total sianiida [pulp (17.221mg/kg), garii (14.85mg/Kgg)] kecuali fitat [tepung (1497.18mg/1000g), gari (912..26mg/100g)] sangat s rendah. O dan Akindahunsi(2002)) melanjutkan penelitian p dalaam upaya untuuk meningkatkkan Kemudian Oboh kualitass gizi dari prodduk singkong (tepung ( dan gaari), Saccharom myces cerevisaae digunakan dalam d fermentaasi singkon ng. Yang di olah o menjadi tepung t dan gaari. Hasilnya menunjukkan m bahwa ada peeningkatan yanng signifik kan dalam prottein [tepung (10,9%), gari (6,3%)] dan lem mak [tepung (4,5%), gari (3,0% %)]. Sebaliknyya, ada pen nurunan yang signifikan daalam kandungan sianida [teepung (9,5 mgg / kg), gari (9,1 mg / kgg)], karbohiidrat [tepung (77,9%), gari (84,5%)] dann mineral (Zn n, Mg, Fe, Caa, Na dan K)), kecuali dalaam fermenttasi gari di manna ada peningkkatan yang signnifikan dalam isi Mg dan Fe. Namun, Ferm mentasi singkonng dengan Saccharomycees cerevisae tiidak ada perubbahan signifikaan dalam serat dan abu. Logaam berat, sepeerti Cu, Ni dan Pb, tidak terdeteksi t baik dalam difermeentasi atau tidaak difermentasii. Penelitian laainnya, yaitu Oboh O (2005) memfermentasi m singkong denngan campurann Saccharomycces cerevisaae dan dua baakteri yaitu La actobacillus delbruckii d dan Coryneformiss Lactobacilluss selama 3 haari. Cairan diperas dari cake c singkong kemudian dife fermentasi 7 haari. Untuk menningkatkan kaandungan proteein d cairan diperas dari cake c singkongg dan diinokulasi (21,5%) bila kulit singkong yang difermentasi dengan ngkong dan diifermentasi (8,2%). Selain ituu, penurunan sianida s (6,2 mgg / dibandiingkan dengan mengupas sin kg) dann filtrat (789,7 7 mg/100g) bila dibandingkan dengan ferrmentasi kulit singkong, yanng 44,6 mg / kg k sianida dan 1043,6 filtrat mg/100g. HAN DAN ME ETODOLOGII PENELITIA AN 2. BAH 2.1 Bahan Penelitian n Singkong puutih yang dibelii di pasar tardisional Gebangg-Surabaya denngan diameter 5cm 5 dan panjanng 20cm. Saccharomyces S s cerevisae yaang berupa pow wder merk Ferrmipan dengann netto 11 gram m per sachet yanng dimportt oleh PT. San ngra Ratu Bog ga – Jl. Koranng Bolong Rayya No6-8 Jakarrta Utara – Indonesia denggan BPOM RI ML 86261 13002198 yangg dibeli di passar tradisional Gebang – Suurabaya. Rhizoppus oryzae yanng berupa powder merk Raprima Inokkulum Tempe dengan d netto 500 5 gram per bungkus yang diproduksi olleh PT. Aneka Fermentassi Industri (AFII) Bandung - Inndonesia dengaan BPOM RI M MD 262628001051 yang dibeli di toko mini Situbonddo – Jawa Tim mur. Aquadest yyang dibeli dittoko bahan kim mia Ruko Klam mpis – Surabayya, dan Bahhan kimia yang g digunakan addalah kelas anaalitis dan tekniss. 2.2 Meetodologi Peneelitian 2.2.1 Persiapan Bahhan Singkong dikkupas, dicuci dengan d air padda suhu 60 oC, dipotong sam mapi ukuran keecil. Mencamppur singkon ng, aquadest dan d jamur kem mudian melakuukan proses feermentasi sesuaai dengan varriabel yang tellah ditentuk kan. Pembuataan tepung moccaf terdiri darri beberapa tahhap yaitu mennyaring hasil fermentasi f untuuk memisaahkan singkonng dengan air dan jamur, mengeringkan m singkong hinngga kadar airrnya 12 – 14% %, menggiiling singkong sampai halus, dan melakukann analisa kanduungan pada teppung mocaf. 2.2.2 Analisa kanduungan nutrisi mocaf m 2.2.2.1 Analisa kaandungan air Kadar air diianalisis meng ggunakan Haloogen Moisture Analyzer. Sebbanyak 1 g saampel ditimbanng a dalam crucibile c bersih dan dikeringgkan (W1). Keemudian wadahh itu ditempatk kan ke Moistuure secara akurat Analyzeer halogen dann memegang 1005⁰C sampai berat b konstan dicapai d (W2). K Kelembaban peersen dari samppel dihitungg sebagai Moissture content = (W1-W2) / (W W1) × 100 ......................................... ((1)
D.2-2
SEMINAR NASIONAL L TEKNIK KIIMIA SOEBA ARDJO BROTOHARDJO ONO IX Program Stu udi Teknik Kimia UPN “V Veteran” Jawaa Timur Surabayya, 21 Juni 20012 2.2.2.2 Analisa kaandungan abu (AOAC ( 2003) Untuk penenntuan ash, cawan kosong dann bersih dipanaaskan pada suhhu 600 0C selaama 1 jam dalaam nkan dalam dessikator dan ditimbang. Berat cawan kosongg dicatat sebaggai muffle furnace. Kemuudian didingin g sampel ditaruh dalam cawan (W2). K Kemudian caw wan tersebut diletakkan dalam m muffle furnaace W1. 1 gram pada suuhu 400 0C selaama 6 jam. Kem mudian cawan didinginkan dalam desikatorr dan ditimbangg (W3). Persen abu dihitung dengan d rumus: %abu =[ (W3-W W1) / W2] x 10 00% ......................................... ((2) 2.2.2.3 Analisa kaandungan lemaak (AOAC 20003) Sampel sebaanyak 50 gram m dibungkus ddengan kertas saring diletakkkan di dalam m ekstraktor dan d k dengan solveent n-hexane teknis t pada suhhu 75oC selam ma 4 jam. Denngan 4 jam eksstraksi ini, lipiida diektrak dalam sampel s sudah benar-benar teerekstrak semuua sehingga prrosesnya dapat dihentikan. Selanjutnya, haasil yang diiperoleh berupaa campuran lip pid dan n-hexaane didistilasi untuk u memisahhkan keduanyaa. Ekstrak beruupa lipida dimasukkan botol b yang seebelumnya telaah ditimbang.. Dipanaskan lagi pada su uhu 80oC untuuk mendap patkan hasil yaang murni. Kem mudian ditimbaang hasilnya. % lemaak = {[berat miinyak, g] / [berrat sampel, g]} × 100 % ......................................... ((3) 2.2.2.4 Analisa kaandungan proteein (AOAC 20003) Uji kandunggan protein dillakukan dengaan cara menguj uji kadar Nitrogen dalam sam mpel. Kemudiian hasilnyaa dikonversi dengan d mengaalikan kadar nitrogen n yang didapat dengan 6,25. Hasiil konversi yanng didapatt itu merupakan n kandungan protein p dalam ssampel. Untukk menguji kadaar nitrogen, sam mpel sebanyakk 6 gram diimasukkan dalam labu Kjeiddahl. Kemudiann, 25 mL HCl pekat p ditambahhkan ke labu pencernaan. p Labbu itu berpputar-putar dalaam rangka untuuk mencampurr isi bersih, lalu u ditempatkan pada pemanas untuk mencerrna sampai campuran mennjadi jelas. Kem mudian, air suuling ditambahkkan hingga 1000 mL dan diadu uk dalam ranggka m isi secara menyeluruh. Setelah mendidih, tam mbahkan 23 mL L (V2) larutan NaOH 30% dan d untuk mencampur beberap pa tetes indikattor phenolptaleein ke dalam laabu Kjeidahl. Pemanasan P dihhentikan apabilla tidak ada yanng menetes lagi pada errlenmeyer (takk ada aliran ke erlenmeyer). Hasil larutann yang di erleenmeyer dititraasi V1) hingga warnanya w berubbah menjadi kehijauan. k Perrsen protein dihitung d denggan dengan HCl 1 N (V N ......................................... ((4) mengguunakan rumus: % Crude proteein = 6,25x %N %N = [1,4008 x ((V1x N1) – (V2 x N2)) x 100 ] / [W W] ......................................... ((5) 2.2.2.5 Analisa kaandungan serat (AOAC 2003)) Sampel 0,5 gram (W1) dittambahkan denngan 150 ml H2SO4 (0,128 M; 3,55 ml, 96% 9 per 500 ml m ndidih, panasnnya aquadesst) dan acetonne beberapa teetes, kemudiann dipanaskan 150 OC. Ketikka larutan men dikuran ngi menjadi 90 0OC selama 30 menit. Kem mudian endapann disaring denngan kertas saaring dan dicuuci dengan aquadest hinggga bebas asam m. Dengan prrosedur yang sama s dilakukan an dengan mennggunakan KO OH (0,223 M; 6,25 gram per 500 ml aqquadest). Kertaas saring yang digunakan dengan pemakaian KOH, diovven terlebih h dahulu dengaan suhu 100 OC selama 30 m menit (supaya bebas b kandungaan air). Endapaan beserta kerttas saring dioven d selama 1 jam dengan suhu 150 OC (W2). ( Setelah itu i endapan beeserta kertas sarring dimasukkkan ke dalam furnace den ngan menggunaakan cawan peenguap (cawann penguap sebeelumnya dimassukan ke furnaace selama 1 jam dengan suhu 600 OC) selama 6 jam 30 menit denggan suhu 550 OC (W3). Perseen serat dihitunng ......................................... ((6) dengan rumus: % Seraat = [(W2 – W3) / W1] x 100 2.2.2.6 Analisa kaandungan mineral Mineral konnten dianalisiss menggunakaan alat Inducctively Coupleed Plasma Optical O Emission Spectro ometry (ICP-EO OS). Sebanyakk 2 g sampel dicampur denggan 10 ml asaam nitrat dan dipanaskan d paada 60⁰C seelama 20 meniit. Kemudian, 5 ml HCl ditaambahkan diikuuti dengan pem manasan pada 60⁰C selama 20 2 menit. Kemudian, 1000 ml air sulinng yang ditam mbahkan. Laruttan dipanaskann pada 60⁰C sampai s setenggah a samppai volumee berkurang paada awal dan disaring. Kerrtas saring dibbilas berulang kali dengan aquadest minerall larut sempurrna. Larutan yang y didapat ddiencerkan sam mpai 100 ml, kemudian k dien ncerkan kembali hingga 50 kali pengennceran. Sampell 5-10 ml dianaalisa dengan IC CP. 2.2.2.7 Analisa kaandungan karboohidrat Analisa kanddungan karbohiidrat menggunnakan perhitunggan : % karbo ohidrat =100% % - (% protein+ + % lemak + % abu + % air ) ......................................... ((7) 2.2.2.8 Analisa kaandungan HCN N Timbang sam mpel sebanyakk 20 gr lalu tam mbahkan dengaan 100 mL aquuades dan dilettakkan pada labbu Kjeldah hl, kemudian dilakukan d pereendamAn selam ma 2 jam. Seteelah itu, ditam mbahkan lagi 100 mL aquadees, kemudiian didistilasi dengan uap (ssteam). Tampuung distilat daalam erlenmeyer berisi 20 mL m NaOH 2.5% %. Setelah h distilat menccapai 150 mL, tambahkan 8 mL NH4OH,, 5 mL KI 5% % dan dititrasi dengan 0.02 N AgNO3 sampai terjadii kekeruhan (leetakkan kertas karbon hitam dibawah d labu ttitrasi). ml titar (blank ko-sampel) 220 . NAgNO3 Bobot HCN = x x 0.54 mg ......................................... ((8) ml titaar blanko
D.2-3
SEMINAR NASIONAL L TEKNIK KIIMIA SOEBA ARDJO BROTOHARDJO ONO IX Program Stu udi Teknik Kimia UPN “V Veteran” Jawaa Timur Surabayya, 21 Juni 20012 2.2.2.9 Analisa kaandungan pati (AOAC ( 1970) Timbang 2-55 gram contoh h yang berupaa bahan padatt yang telah ddihaluskan, tam mbahkan 50 ml m d dengan aquadest samppai aquadesst dan aduk sellama 1 jam. Suuspensi disarinng dengan kertas saring dan dicuci volumee filtrat 250 mll. Pati yang terrdapat sebagaii residu pada kertas k saring dicuci 5 kali deengan 10 ml etter biarkann eter menguapp dari residu, kemudian cucci lagi dengann 150 ml alkohol 10%. Ressidu dipindahkkan secara kuantitatif k darii kertas saring kedalam erlennmeyer dengan n pencucian 2000 ml aquadestt dan tambahkkan 20 ml HCl H ± 25% ( berat b jenis 1,125), tutup erleenmeyer dan panaskan p dengan water bath selama 2,5 jam m. Setelah h dingin netralk kan dengan NaO OH 45% dan eencerkan sampaai volume 450 ml kemudian saring. Tentukkan kadar gula g yang dinyyatakan sebag gai glukosa daari filtrat yang diperoleh. Peenentuan glukoosa seperti paada penentu uan gula reduksi. Berat glukoosa dikalikan 0,,9 merupakan berat b pati. 3. HAS SIL DAN PEM MBAHASAN Ko onsumsi singk kong dianggapp sebagai bahhan makanan pokok di daaerah tropis. Tetapi T singkonng mempuunyai kekurang gan yaitu tinggginya kadar H HCN yang beracun dan renddahnya kadar protein. Dimaana salah saatu olahan darii singkong adalah tepung tapioka yang mem mpunyai kadarr protein yang rendah, r sehinggga perlu diicari metode yang y lebih baikk untuk meninngkatakan kualitas tepung darri singkong. Metode M yang saaat ini sedaang dikembang gkan adalah Moodified Cassava Flour (Mocaaf). Daari hasil peneliitian diperoleh kadar abu, kadar serat, kadaar lemak, kadarr protein dan kadar k karbohidrrat pada tab bel I. Tabel I. Komposisi ddari tepung Moocaf (% berat kkering) Saccharom myces cerevisae Rhizopus oryzae Sam mpel Singkong 2 hari 3 haari 4 hari 5 hari 2 haari 3 hari 4 hari 6 haari Prootein 1,925 2 2,015 2,2990 2,142 2,121 3,5002 4,722 2,329 2,0447 Lem mak 0,651 2 2,866 3,6335 3,478 3,542 2,9660 3,756 3,588 3,6667 Seerat 2,704 3 3,167 3,0558 2,728 3,080 2,4778 2,873 2,146 2,3662 Karbo ohidrat 94,541 9 91,388 90,5002 91,193 90,864 90,519 88,181 91,474 91,576 A Abu 0,178 0 0,564 0,514 0,459 0,392 0,5440 0,469 0,563 0,3554 Daari tabel di ataas dapat disimppulkan bahwa tidak ada peruubahan yang signifikan (konsstan) pada moccaf hasil feermentasi dengan Saccharom myces cerevisaee maupun Rhizzopus oryzae uuntuk kandungaan serat dan abbu. Sedangkan kadar lem mak yang tinggii pada mocaf disebabkan d adaanya transform masi karbohidraat menjadi lem mak (Lehninnger, 1987), beberapa jam mur dapat meemproduksi minyak m mikrobba selama prroses fermentaasi (Akindu umila, Glatz 1998). Kand dungan protein yang tingggi disebabkaan karena keemampuan daari Saccharromyces cerevvisae maupunn Rhizopus orryzae untuk mensekresikan m beberapa enzzim ektraseluller (protein n) kedalam siingkong selam ma proses ferm rmentasi, atau berkembangnnya Saccharom myces cerevissae maupunn Rhizopus ory ryzae kedalam singkong dallam bentuk prrotein sel tungggal selama prroses fermentaasi (Akinda ahunsi et al, 1999.; Okafo or, 1998). Pennurunan karboohidrat disebaabkan karena mikroorganism me (Sacchaaromyces cerevvisae dan Rhizzopus oryzae) m menggunakan sumber karbonn dari karbohiddrat untuk prosses metabolisme seperti protein p atau lem mak (Lehningerr, 1987). ntuk kadar HC CN ditunjukkann pada tabel II. Un Tabel II. K Kadar HCN paada Mocaf Saccharomyces S s cerevisae Rhizopus orryzae Sam mpel Singkoong 2 hari 3 hari 4 hari 5 haari 2 hari 3 hari 4 hari 6 haari HC CN 7,5 5 4,050 2,850 3,300 3,37 75 4,350 2,775 3 3,270 3,1665 (mgg/kg) Daari tabel diatass dapat disimppulkan bahwa terdapat t penuru unan kadar HC CN yang beraccun pada Mocaaf. Hal ini disebabkan kaarena mikroorg gamisme mam mpu memecah sianogenik s glikkosida dan prooduk turunannyya. i produk olaahan singkong yang melibatkkan peroses peencucian dengaan air panas, proses p fermentaasi Selain itu dan prooses pengeringaan dapat menurrunkan kadar HCN H pada singgkong (Akindahhunsi et al., 19999; Oke, 19688). 4. KES SIMPULAN Daari penelitian ini dapat disiimpulkan bahw wa Saccharom myces cerevisaae dan Rhizoppus oryzae yanng harganyya murah dan non patogen mampu meninngkatkan kadaar protein dan menurunkan kadar k HCN daari produk Mocaf. Untuuk kandungann karbohidrat yang lebih spesifik dengaan menggunakkan HPLC akkan dilakukkan pada peneliitian selanjutnyya.
D.2-4
SEMINAR NASIONAL L TEKNIK KIIMIA SOEBA ARDJO BROTOHARDJO ONO IX Program Stu udi Teknik Kimia UPN “V Veteran” Jawaa Timur Surabayya, 21 Juni 20012 5. UCA APAN TERIM MA KASIH Peenelitian ini diddanai oleh Proogram Kreativiitas Mahasiswaa (PKM) 2011, Direktorat Jeendral Perguruuan Tiinggi. AR PUSTAKA A DAFTA Ak kindahunsi, A. A., Oboh, G., G & Oshodi, A A. A. (1999). Effect of ferm menting cassav va with Rhizoppus oryzae on thee chemical com mposition of itss flour and garii. Riv. Ital. Sosstanze Grasse, 76, 437–440. Ak kindumila, F., & Glatz, B. A. A (1998). Grow wth and oil prooduction of Appiotrichum currvatum in tomaato juice. Journaal of Food Prottection, 61(11)), 1515-1517. Alletor,V. A. (19993). Allelocheemichal in plaant food and feeedingstuffs: 1. Nutrional, Biochemichal annd physiophatollogical aspects in animal prodduction. Veteriinary and Hum man Toxicologyy, 35(1), 57-67.. AO OAC, 1970. “O Official Methood and Analysiis of The Assoociation of Thee Official Anallytical Chemissts. 11th. Edition.. Washington DC. D AO OAC, 2003. “O Official Methoods of Analysiss”. 17th ed. (2 revision). AOA AC Internation nal,Gaithersburrg, MD, USA. Coonn, E. E. (19773). Cyanogennic glucosides: their occurrence biosynthesis and function. In B. Nestle, & B. McIntyr (E Eds.), Chronicc cassava toxicity (pp. 55–63)). Ottawa: Interrnational Deveelopment Centrre. Haadi.Samsul, 20 010. Mocaf (Mo Modified Cassavva Flour). Jawaa timur : Jembeer Haahn, S. K. (19992). Cyanide and tannin, traditional t proocessing and uutilizatin of caassava in Africca. International Institute for Tropical T Agricuulture (IITA). Leehninger, A. L. (1987). Bioennergetics and metabolism, m priinciple of biochhemistry (2nd Preprint). CBS S. Ob boh, G, 2005, Nutrient enrrichment of cassava peels using a mixed culture of Saccharomych S hes nd Lactobacillu us spp solid meedia fermentatiion techniques,, Elsivier,Nigerria. Cerevisae an Ob boh, G, Akind dahunsi, A.A , Osodhi,A.A, 1999, 1 effect of fermenting f casssava with Rhiizopus Orizae on the chemicall composition of its flour and gari products,, Elsivier, Nigeeria. Ob boh, G, Akind dahunsi, A.A , Osodhi,A.A, O 22002. Nutrient and Antinutrieent content of aspergillus a nigger niger fermen nted cassava prroduct (flour aand gari). Jourrnal of food coomposition andd analysis 15(55), 617-622. Ok kafor, N. (1998). An integratted bio-system m for the dispossal of cassava wastes, integraated bio-system ms in zero emissions applicaations. In Proceedings of thhe Internet C Conference on Integrated BiioSystems. Avaailable: http://w www.ias.unu.eddu/proceedingss/icibs. Okke, O. L. (1968). Cassava as food f in Nigeriaa. World Rev. Nutr. N Diet, 9, 2227–250. Onnwueme, I. C. (1978). ( The tro opical tuber croops. UK: John Wiley W and Sonns Ltd.
D.2-5