,
- ,-. -
•
,
•
•
-
"
Media
-
• •
• • •
-
_.
• •
•
I-Com
S
15
U I1
18
•
. " enl
"
•
Merah bagi sa: a adalah ,fupetpower. TU ungkapan I GAK Murniasih. Mereka yang telah mengenal karya-karyanya tidak bakal heran melihat kecenderungannya memainkan unsur erotika. Dengan pemahaman atas warna seperti yang telah ia ungkapkan tersebut maupun tanpa komentar secara khusus, erotika memang telah menjaell bagian penting, bahkan napas, dari keseniannya. Tiga lukisan akdliknya ell dalam pameran bersama "Merahnya Merah" pada tanggal 15-26 Juli ell Naell Gall~, Jakarta, menunjukkan hal itu. Seperti halnya sejumlah karyanya yang lain yang telah tampil ell muka publik, Murniasih piawai menggarapnya memberi kesan jenaka. Orang perlu merasa jengah ketika menatapnya. Lihatlah, misalnya, Aman Tanpa Khawatir yang menyajikan bagian ke bawah tubuh perempllan warna kehijallan. Organ vital ell situ ia ubah secara simbolik dengan sebuah gembok raksasa menutupinya. Judullukisan itu ibarat pukulan te1ak untuk melahirkan senyum.
Pameran itu menampilkan karya 15 perupa, yang menyuguhkan baik lukisan maupun patung. Mereka tampil di dalam rangsangan tema khas, yaitu wama merah. Sejumlah besar pameran bersama umumnya ellpandu dengan terna sosial, budaya, politik, dan jarang yang menggunakan unsur ba han kerja sebagai titik tolak perenungan, seperti ellgagas oleh kurator Mikke Susanto ini. Wara Anindyah tampaknya terpikat oleh gagasan kuratorial tersebut. "'Merahnya Merah adalah sebuah problem metafi ik, yang menggedor jiwa dan raga ," tulisnya. Tiga lukisannya yang ellpamerkan (Bulan Sepotong Mimpi, Rahasia Mawar, dan Siti Hawa Mencari Cinta) , seperti di dalam berbagai penampilan sebelumnya, berisi tokoh-tokoh yang unik proporsinya dan mencekam Gubahan bentuk tubuh perempuan yang menggelembung pada karya-karyanya bisa menggambarkan ra. sa cemas, sepi, takut, atau asing. Paparan Titarubi ell dalam buku pengantar pameran tidak cukup jelas, namun karya-karya yang ia tampilkan menyentuh. Menggunakan digital print ell atas vinil, ia menyajikan adegan dramatis. Di sana tampak sosok perempuan tanpa identita - praktis seluruh tubuh tertutup kain putih - tengah memotong ta1i pusar dari
,;LCX)1
•
•
-
-
-. -
-
:i: - -
Media
-
m
•
-
• •
•
•
. •
KOMI'AS/I'J1)( MULYAJJI
Judul: Get The Water Together I, 2004 Karya: 1 Wayan Sujana "Suklu" Media: Media Campur Ukuran: 150 x 30 x 25 cm
•
•
- --...
--~ . ==-=--_ . -..-
-
, ,
Media ,
-- .
m
•
•
• •
. •
j a~
di dalam kuali . Ukuran yang besar (200 x 145 cm) jelas berperan di daJam pembentukan suasana meneekam, n~mun isinya tentu yang utama. la memberinya judul Bral Geura Miang yang berarti pergilah untuk menjelang, yang memberi kesan sebuah ritual ketika seorang perempuan melepas bayi yang semula dikandungnya. Penggunaan unsur warn a merah eukup meneolok pada lukisan Yayat Surya yang memaiUkan unsur heksagram di dalam pemahaman I ehing, sebuah pedoman hidup dari tradisi China. la memadu kaligrafi dengan gambar sekaligus tanda kebajikan eperti teratai, misalnya di dalam The Lotus 2. Hanafi yang hadir dengan perenungannya akan hakikat waktu menampilkan merah y~ng menantang terutama pada lukisannya Kalamerah. la melumuri kanvas 145 x 145 cm dengan wama merah yang di beberapa bagian bercampur sedikit dengan warna lain dan mengakhirinya di bagian bawah dengan kesan bulatan jam lengkap dengan kesan angka serta jarum. Waktu baginya sungguh tak terduga, tak bertepi, dan tak berarah. Salah satu daya tarik pameran ini tentulah karya I Wayan Sudjana "Suklu" yang berjudul Get the Water Together. Daya tariknya terjadi oleh pemanfaatan warna merah yang praktis menyeluruh, yang mengisi sebagian dinding ruang, bahkan ditambah dengan gelaran karpet merah di lantai di depannya. Ketika menatapnya lebih lekat, warna merah itu terurai pada bentuk roirip juluran pita-pita atau lidi , yangtersimpul pada lima pangkal berwarna putih. Apakah ia meneeri takan "sesuatu"? Tampaknya Suklu berbicara lewat konfigurasi warna itu endiri, yang begitu kuat, dan meneekam.
Permainan warna tanpa a osiasi pada kehi dupan lai n juga tampak dari karya Yunlzar, Garis-garis Merah. Untuk pamel'an ini ia punya moto, "merah polos, mengkilat, dan kosong, itu ada dan harus dibaca". la membuat garis-gads veltikal seluas sepertiga bidang gambar dan melanjutkannya pada sisanya . Yunizar tidak berpretensi untuk rapi dan membiarkan ga ris- garis merah akrilik i tu hacti r cli daJam volume dan ketebalan ya ng tidak merata, yang justru menjadi daya tarik. Pada lukisan-Iukisan Handrio, merah sebagai salah satu warna itu sendiri tampak bennain clan saling tenggang dengan berbagai warna lain. Semua ia siapkan dan laksanakan dengan pola geometris, seperti Untitled 1. Di dalam ketiga karya salah seorang pe1opor seni abstrak di Indonesia ini, warna tidak punya kaitan apa pun dengan perkara di luarnya . SebaJiknya, dokter Laurentius Lau dengan sadar mengaitkan warna merahdengan kebidupan umum. Bekerja dengan fotografi , ia menyodorkan tubub perempuan bercelana dalam merah dan terbungkus plastik. Memang di sini bukan "merah " yang memercikkan persoalan, melainkan unsur plastik: sebuah bahan buatan yang telah menjadi bagian hidup sehari-hari. Dengan itu orang boleh menalsirkan bahwa Lau tengah menyoroti bidup yang artilisial atau perempuan yang telah terbungkus oleh berbagai hal semu. Warl1a merah juga menyulut kerja M Pra.mo no lr yang eenderung realistik . membuat seorang boeah mengangankan langkah raksasa (Kumerahkan Langit). Mera h ikut menggelorakan lukisan Sidik Martowijoyo (Thk ada
--
-
-
... . . . -
-; . - . -
.- -
-- .
•
•
. ~-
Media •
m
.
•
KOMPASrE.FL",( MULYADI
Judul: Struggle, 2004 Agus Yul ianto Media: Akrilik dan ti nta cina di kanvas Ukuran: 132 x 200 cm • •
matahari yang tanpa bayall.g-bayang lam di dasar laut. Mengapa tidak ada warna merab? dan melewati malam, adalah keniseayaan). Pada lukisan Bambang "To- " Aku mengasumsikan merah lebih keko" Witjaksono, hal itu menyulut pa- pada suatu sifat, di mana hasrat, gerodi, seperti pada Semerah,AnggUJ mu. jolak semangat, dan antusiasme sering Syahrizal Pahlevi memanfaatkannya mengbinggapi generasi muda," tuturuntuk karya grabs seperti Seri Kedai nya seperti tel'tulis di buku pengantar Kebun 1. pameran . • Jadi? Ya, apa saja tampaknya bisa dikaitkan dengan panduan wama meTII >AK dengan sendirinya seluruh rah tersebut, tennasuk rasa malu yang isi pameran mengandung warna me- membuat muka menjadi merab seperti rah. Dua karya Agus Yulianto justru ungkapan Iriantine Karnaya. la pun men an warna senada, hanya membuat sebuab patung monyet berhitam putih dan sedikit gradasi ke- tajuk Monyet Saja Malu. Karya lainabuan, seperti di dalam Struggle yang nya, Tears of War 3, lebih menohok ia garap dengan tinta eina. Dalam dengan bentuk sebuab mata manusia Mencari Merahnya Merah ia meng- dengan butiran atau tetesan gambarkan peliknya mencari makna kristal. (£FIX) araban tersebut lewat seorang penye-
•••
• •
-•
-
-
~
-
- ----.?---• •
,
-
,
-'-'
-
-
Media
--
•
m
,
KOMPASlEFIX MULYAVI
Judul: The Lotus 11, 2004 Karya: Yayat Surya Media: Akrilik di kanvas 115 x 105 cm
•
•
• •