ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
UJI TOKSISITAS (Brine Shrimp Lethality Test) DAN AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK DARI DAUN TERAP (Artocarpus odoratissimus B.) DENGAN METODE TOLERANSI GLUKOSA PADA MENCIT JANTAN
! "# ) $
$
% *+
&'
(
",
ABSTRACT Phytochemical, brine shrimp lethality and antibacterial activity tests of various fraction from terap leaf (Artocarpus odoratissimus B.) from Sungai Siring, East Samarinda has been carried out. Artocarpus odoratissimus B. bark was extracted with ethanol then concentrated by rotary evaporator. The total extract was fractioned with n-hexane, and ethyl acetate. Based on the secondary metabolites phytochemical test of the Artocarpus odoratissimus B. bark show that total extract and in various fraction is contain flavonoid and steroid. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method used the shrimp larvas of Artemia salina Leach to study the mortality effect that caused by the leaves extracts of Artocarpus odoratissimus B.. The data obtained was analyzed by using SAS Probit analysis. Based on the LC50 value from the result of BSLT method, the total extract and etil asetat with the highest toxicity is n-hexane extract. Hypoglicemic activity test was conducted using glucose tolerance to the mice. In this test, have shown that the most active fraction to lower blood glucose levels using a total extrac dose is 25 mg/kg BB with the percentage reduction in blood glucose levels by 49% and extract showed the best activity in the 150th minute. Keywords : Artocarpus odoratissimus B., phytochemical test, assay, hypoglycemic, glucose tolerance and LC50.
PENDAHULUAN Diabetes mellitus sering disebut juga the great imitator, karena penyakit ini dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan biasanya akan mengalami lesu, kurang tenaga, selalu merasa haus, sering buang air kecil, dan penglihatan menjadi kabur. Penggunaan flora atau tumbuhan yang potensial untuk terapi pada diabetes ini nampaknya dapat menjadi alternatif yang cukup efektif dan terjangkau oleh para penderita diabetes mellitus (Utami, 2003). Salah satu cara untuk mengatasi diabetes mellitus adalah dengan cara melakukan terapi herbal. Biasanya terapi herbal dilakukan sebagai pengobatan alternatif, namun ada juga sengaja melakukannya sebagai tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit (Utami, 2003). Dari pengamatan yang telah dilakukan, bahwa masyarakat Berau telah menggunakan daun terap (Artocarpus odoratissimus B) sebagai obat diabetes. Namun belum ada penelitian secara kimia yang mengungkapkan tentang kandungan metabolit sekunder terutama senyawa aktif sebagai antidiabetes. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tanaman Artocarpus memiliki keunikan struktur metabolit sekunder yang sangat luas, antara lain sebagai antibakteri (Khan et al, 2003), antimalaria (Widyawaruyantin et al, 2007; Boonlaskiri et al, 2000) dan antidiabetes (Nasution, 2013). Berdasarkan penelitian tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang toksisitas dan pengaruh konsentrasi daun terap (Artocarpus odoratissimus B) terhadap efek penurunan kadar glukosa darah mencit jantan dengan metode toleransi glukosa pada berbagai dosis.
METODOLOGI PENELITIAN Alat Corong pisah, blender, corong kaca, beaker glass 50 mL dan 100 mL, lampu TL, mikropipet, neraca analitik, rotary evaporator, pompa vakum, glukometer, glukostrip test, labu ukur, gelas ukur, bejana maserasi, mortir, oven, pipet tetes, pipet volume, pisau stainless, batang pengaduk, tabung reaksi dan rak tabung.
Bahan Daun terap (Artocarpus odoratissimus Blanco.), mencit jantan, metanol (p.a), CMC Na, glibenklamid (0,02% b/v), larutan glukosa 50%, FeCl3 10%, serbuk Mg, HCl 2 M, HCl pekat, H2SO4 pekat, CH3COOH (pekat), alumunium foil, kertas saring, aquades, dan telur udang.
147
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Prosedur Penelitian Ekstraksi Sampel yang telah kering dan dihaluskan, diekstraksi dengan cara maserasi hingga tercapai kesetimbangan. Maserasi dilakukan dengan cara perendaman sampel dengan pelarut metanol pada suhu ruang. Filtrat yang diperoleh kemudian disaring dengan dengan corong kaca dan kertas saring untuk memisahkan ekstrak dari tumbuhan. Hasil ekstraksi selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak yang lebih pekat. Lalu dibuat suspensi ekstrak pada dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB. Fraksinasi Dilakukan fraksinasi ekstrak kasar dengan menggunakan metanol dan n-heksana (1:2) sehingga diperoleh 2 fraksi yaitu fraksi metanol dan fraksi n-heksana. Fraksi n-heksana dipekatkan dengan rotary evaporator dan disebut sebagai ekstrak fraksi n-heksana. Selanjutnya fraksi metanol difraksinasi dengan penambahan etil asetat. Dari fraksinasi kedua ini diperoleh 2 fraksi, yaitu fraksi etil asetat dan fraksi metanol. Kemudian fraksi etil astat dipekatkan dengan rotary evaporator dan hasilnya disebut sebagai ekstrak fraksi etil asetat. Pada ekstrak kasar metanol, fraksi n-heksana, dan fraksi etil asetat dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang dikandung setiap fraksi dan ekstrak kasar. Selanjutnya dilakukan uji hipoglikemik dengan metode toleransi glukosa dan uji toksisitas (BSLT). Uji Fitokimia a. Uji Alkaloid (Uji Dragendorff) Ekstrak kasar metanol daun terap (Artocarpus odoratissmus B.) dan fraksi-fraksinya ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff (campuran Bi(NO3)2.5H2O dalam asam nitrat dan larutan KI). Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan jingga sampai merah coklat dengan pereaksi Dragendroff (Robinson, 1995). b. Uji Terpenoid/Steroid Ekstrak kasar metanol daun terap (Artocarpus odoratissmus B.) dan fraksi-fraksinya ditambahkan 3 tetes pereaksi Lieberman – Burchard (asam asetat glasial + H2SO4 pekat). Uji positif triterpenoid memberikan warna merah atau ungu dan uji positif steroid memberikan warna hijau atau biru (Harborne, 1987). c. Uji Fenolik Ekstrak kasar metanol terap (Artocarpus odoratissmus B.) dan fraksi-fraksinya ditambahkan larutan besi(III) klorida (FeCl3) 10% beberapa tetes, ekstrak positif mengandung fenolik apabila menghasilkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam (Harborne, 1987). d. Uji Flavonoid Ekstrak kasar metanol daun terap (Artocarpus odoratissmus B.) dan fraksi-fraksinya ditambahkan 2 mg serbuk Mg dan 3 tetes HCl pekat. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga (Harborne, 1987). e. Uji Saponin Ekstrak kasar metanol terap (Artocarpus odoratissmus B.) dan fraksi-fraksinya ditambah air panas, dikocok kuat, jika timbul busa ditambahkan 1 tetes HCl pekat. Ekstrak positif mengandung saponin jika timbul busa dengan ketinggian 1-3 cm yang bertahan selama 15 menit (Harborne, 1987). Pengujian Antidiabetes Mencit dipuasakan selama ± 16 jam. Mencit yang dikelompokkan secara acak menjadi 11 kelompok masingmasing 3 ekor kemudian ditimbang berat badannya dan diukur kadar gula darah puasa. Kemudian mencit diberi larutan glukosa 50% dosis 4 g/kg BB secara oral. Setelah 30 menit diukur kadar gula darah mencit, kemudian masing-masing kelompok mencit diberi perlakuan sebagai berikut: a. Kelompok I, kontrol negatif (hewan uji diberi larutan CMC Na 0,5% dosis 1 % BB per oral). b. Kelompok II, kontrol positif (hewan uji diberi suspensi glibenklamid 0,02% dosis 1 mg/kg BB per oral). c. Kelompok III, suspensi ekstrak metanol daun Terap dosis 25 mg/kg BB per oral. d. Kelompok IV, suspensi ekstrak metanol daun Terap dosis 50 mg/kg BB per oral. e. Kelompok V, suspensi ekstrak metanol daun Terap dosis 75 mg/kg BB per oral. f. Kelompok VI, suspensi ekstrak n-heksan daun Terap dosis 25 mg/kg BB per oral. g. Kelompok VII, suspensi ekstrak n-heksan daun Terap dosis 50 mg/kg BB per oral. h. Kelompok VIII,suspensi ekstrak n-heksan daun Terap dosis 75 mg/kg BB per oral. i. Kelompok IX, suspensi ekstrak etil asetat daun Terap dosis 25 mg/kg BB per oral. j. Kelompok X, suspensi ekstrak etil asetat daun Terap dosis 50 mg/kg BB per oral. k. Kelompok XI, suspensi ekstrak etil asetat daun Terap dosis 75 mg/kg BB per oral.
148
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Kadar glukosa diukur dengan menggunakan alat glukometer pada selang waktu 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit. Dengan mengambil darah mencit pada vena ekor yang dilukai, kemudian dioleskan glukostrip dan alat akan membaca kadar glukosa darah (mg/dl). Teknis Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan 99% dengan persamaan: Y=µ+K+W+E Keterangan : Y = Kadar glukosa darah yang diukur µ = Kadar gula rata-rata K = Pengaruh konsentrasi ekstrak metanol daun Terap (Artocarpus odoratissimus B.) yang diberikan kepada mencit jantan W = Pengaruh waktu pengukuran glukosa darah E = Galat dari K ke W Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Dalam persiapan larutan sampel 2 mg isolat murni dilarutkan dalam 100 µL DMSO sambil diaduk. Diencerkan dengan 150 µL akuades sehingga volume total menjadi 250 µL. Selanjutnya, diambil 200µL larutan ini lalu diencerkan dengan 600 µL sehingga volume total menjadi 800 µL dan konsentrasi menjadi:
Larutan kontrol dibuat sama dengan prosedur diatas tanpa penggunaan sampel. Penyemaian larva udang disemaikan dalam 100 mL air laut. Selanjutnya diberi pencahayaan TL agar menetas sempurna. Setelah 48 jam telur udang menetas dan siap untuk diujicobakan. Pengujian toksisitas. Disiapkan 2 plat mikro standar masing-masing untuk plat uji dan plat kontrol. Pada baris 1 dan 2 masing-masing tiga kolom dimasukkan 100 µL larutan sampel pada plat uji dan 100 µL larutan kontrol pada plat kontrol. Larutan baris 2 diencerkan dengan 100 µL akuades dan diaduk. Kemudian dipipet kembali 100 µL di masukkan ke dalam baris 3 diencerkan kembali 100 µL akuades sambil diaduk dan seterusnya dengan cara yang sama sampai baris terakhir. Sehingga konsentrasi larutan untuk masing-masing baris sebagai berikut, baris 1 = 500 ppm, baris 2 = 50% dari baris 1, baris 3 = 50% dari baris 2 dan seterusnya. Selanjutnya ke dalam larutan sampel pada plat uji dan larutan kontrol pada plat kontrol ditambahkan 100 µL air laut yang mengandung 8-15 larva udang, kemudian dibiarkan selama 24 jam. Di hitung jumlah rata-rata larva udang yang mati dan hidup untuk setiap baris dari plat uji. Analisa harga LC50 senyawa ditentukan dengan menggunakan analisis probit (Meyer et al, 1982).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Fitokimia Berdasarkan hasil uji fitokimia terhadap ekstrak total, fraksi n-heksana, dan fraksi etil asetat dari daun terap (Artocarpus odoratissimus B) diketahui kandungan jenis senyawa metabolit sekundernya yang diperlihatkan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia dari ekstrak total dan masing-masing fraksi. Jenis Ekstrak Jenis Senyawa Ekstrak kasar Fraksi Metanol n-heksana Alkaloid Saponin Steroid + + Terpenoid Flavanoid + + Fenolik Keterangan:
(+) (-)
Fraksi Etil asetat + + -
: terdapat senyawa metabolit sekunder : terdapat senyawa metabolit sekunder.
Dari hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa di dalam ekstrak total, ekstrak fraksi n-heksana dan ekstrak fraksi etil asetat daun terap (Artocarpus odoratissimus B) mengandung senyawa metabolit sekunder berupa steroid dan flavonoid. Uji steroid memberikan hasil positif pada semua ekstrak yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau setelah penambahan pereaksi Liebarman Burchad. Uji flavonoid memberikan hasil positif pada ekstrak total dan ekstrak
149
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 dari masing-masing fraksi yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau setelah penambahan magnesium dan HCl pekat. Uji saponin memberikan hasil negatif, karena setelah dilakukan pengocokkan tidak terdapat buih. Dan pada uji fenolik memberikan hasil negatif yang ditandai tidak terbentuknya endapan merah coklat atau jingga setelah penambahan pereaksi FeCl3 1%. Flavonoid merupakan senyawa aktif bahan alam yang telah diteliti memiliki aktivitas hipoglikemik. Sedangkan golongan steroid seperti -sitosterol telah terbukti dapat menormalkan gula darah pada penderita diabetes tipe II dengan merangsang pelepasan insulin yaitu dengan kehadiran konsentrasi glukosa non-stimulasi, dan menghambat glukosa-6fosfatase. Selain hal di atas -sitosterol juga memiliki kemampuan untuk meredakan peradangan, menyembuhkan borok, meningkatkan denyut rahim dan mengurangi kram. Betasitosterol ini juga memiliki aktivitas anti-virus, antibakteri dan anti-jamur (Berges at al, 1995).
Hasil Uji Mortalitas Larva Udang (BSLT) BSLT pada penelitian ini menggunakan larva udang Artemia salina Leach. sebanyak 10-12 ekor pada setiap vial uji yang ditambahkan ekstrak kasar tanaman dari masing-masing pelarut. Percobaan dilakukan secara triplo dengan konsentrasi ekstrak 1000, 500, 250, 125, 62,5, 31,25, 15,62, dan 7,8 ppm. Senyawa aktif yang memiliki daya toksisitas tinggi diketahui berdasarkan nilai Lethal Concentration 50% (LC50) yaitu, suatu nilai yang menunjukkan konsentrasi zat toksik yang dapat mengakibatkan kematian organisme sampai 50%. Menurut Meyer et al., (1982), senyawa kimia dikatakan berpotensi bioaktif bila mempunyai nilai LC50<1000 ppm dan bersifat non toksik bila nilai LC50>1000 ppm. Tabel 2. Nilai LC50 uji mortalitas larva udang ekstrak total dan masing-masing fraksi. Jenis Ekstrak LC50 (ppm) Ekstrak Total Fraksi n-heksana
110,51 1248,67
Fraksi Etil Asetat
152,79
Berdasarkan nilai LC50 maka ekstrak total dan ekstrak fraksi etil asetat berpotensi sebagai bioaktif dengan nilai LC50 < 1000 ppm. Ekstrak fraksi n-heksana meskipun memiliki nilai LC50 > 1000 ppm, tetapi berpotensi sebagai bioaktif (memiliki aktivitas biologi). Hal ini ditandai oleh adanya aktivitas penurunan kadar gula darah pada uji hipoglikemik.
Hasil Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Tabel 3. Hasil analisis varians (ANOVA) pada pengujian hipoglikemik ekstrak total daun terap (Artocarpus odoratissimus B) Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F Tabel (DB) (JK) (KT) 0,05 4 79029,24 19757,31 30,13 2,50 Konsentrasi Bahan Uji (K) 6 46174,77 7695,79 11,73 2,32 Waktu Pengukuran KDG (W) 24 33985,42 1416,05 2,16 1,67 Interaksi (K*W) 70 45889,34 655,56 Galat (G) 104 205078,77 295247,71 Total (t) Dari hasil pengukuran kadar glukosa darah maka diperoleh grafik hubungan antara pengaruh pemberian ekstrak total daun terap (Artocarpus odoratissimus B) pada berbagai variasi konsentrasi terhadap kadar glukosa darah mencit jantan dengan rentang waktu pengukuran. Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
Gambar 1. Grafik hubungan antara pengaruh pemberian ekstrak total daun terap terhadap kadar glukosa darah mencit jantan dengan waktu pengukuran
150
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Berdasarkan grafik di atas pada mencit kelompok I, sebagai kontrol positif (diberi glibenklamid. Saat pengukuran ke 30 menit mengalami peningkatan kadar glukosa darah yang cukup besar. Hal ini dikarenakan mencit telah dibebankan glukosa 50%, sehingga glukosa masuk kedalam tubuh dan berada pada mencit. Pada menit ke-60 sampai menit ke-180 mengalami penurunan kadar glukosa yang signifikan dimana keadaan ini menunjukkan bahwa mencit telah beradaptasi. Hingga menit ke 180 kadar glukosa darah rata-rata mencit kembali naik, ini dikarenakan aktivitas dari ekstrak telah berhenti dan metabolisme tubuh mencit kembali seperti semula. Dilihat dari persentase penurunan, glbenklamid mampu menurunkan kadar glukosa darah sebesar 49,94%. Pada kelompok kontrol negatif yang digunakan adalah CMC Na. Kontrol negatif berfungsi sebagai pembanding kadar glukosa pada mencit yang tidak diberikan ekstrak, sehingga kondisi mencit pada kontrol negatif sesuai dengan metabolisme tubuhnya. Dosis yang diberikan untuk CMC Na adalah 0,5% b/v dosis ini digunakan karena CMC Na bersifat sebagai pengemulsi dimana dengan konsentrasi yang lebih tinggi diharapkan dapat membentuk kekentalan yang stabil agar tidak mengendap dalam waktu yang relatif lama. Saat menit ke 30 kadar glukosa darah mengalami peningkatan, ini dikarenakan mencit telah dibebankan glukosa 50%. Pada menit ke 60 sampai ke 180 mengalami penurunan kadar glukosa darah secara signifikan, hal ini dimungkinkan mencit sudah beradaptasi dengan lingkungan. Meskipun pada menit ke 180 mengalami kenaikan kadar glukosa darah namun tidak sebesar pada menit ke-60 dan ke 90, hal ini dimungkinkan mencit mengalami stres kembali akibat pengambilan darah secara berulang-ulang. Penurunan kadar glukosa darah disini sama seperti penurunan kadar glukosa dalam keadaan normal dimana jika dibebankan glukosa, dalam selang waktu tertentu akan mengalami penurunan kadar glukosa dengan sendirinya karena kelenjar pankreas akan mengeluarkan hormon insulin sebagai respon terhadap keberadaan glukosa dalam darah. Jika dilihat dari persentase penurunan kadar glukosa darah menunjukkan pada dosis 25 mg/kg BB memberikan efek hipoglikemik sebesar 49% diikuti oleh dosis 50 mg/kg BB sebesar 41,11% dan dosis 75 mg/kg BB sebesar 40,32%. Jika dibandingkan dengan kontrol positif (glibenklamid), persentase penurunan kadar glukosa darah pada dosis 25 mg/kg BB memiliki efek hipoglikemik yang hampir sama dengan glibenklamid. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan kemampuan maksimal hipoglikemik sudah bekerja pada dosis 25 mg/kg BB, sehingga ketika dosis ditambah tidak akan terlalu banyak pengaruhnya pada tubuh, bahkan bisa menjadi toksik akibat pemberian dosis berlebih tadi. Hal ini berarti kenaikan dosis ekstrak total daun terap tidak menaikan efek hipoglikemik. Ekstrak total daun terap (Artocarpus odoratissimus B) dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit yang dibebani glukosa, hal ini dikarenakan dalam ekstrak daun terap terdapat beberapa senyawa aktif yang kemungkinan berefek hipoglikemik, salah satunya seperti senyawa flavonoid yang diduga mengembalikan sensitifitas reseptor insulin pada sel, kondisi tersebut menyebabkan penurunan kadar glukosa darah mencit. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana saja yang mempunyai perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan positif pada taraf nyata 0,05 dapat digunakan uji Duncan pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Hasil perhitungan secara manual uji Duncan KGD menit ke 30 sampai menit ke 180 No Perlakuan KGD rata-rata 1 Glibenklamid 74 mg/dL 2 CMC Na 1% 148,28 mg/dL 3 Suspensi ekstrak total 25 mg/kg BB 75,28 mg/dL 4 Suspensi ekstrak total 50 mg/kg BB 87 mg/dL 5 Suspensi ekstrak total 75 mg/kg BB 88,42 mg/dL
Notasi B A B B B
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa kadar glukosa darah rata-rata mencit pada menit ke 30 sampai menit ke 180 setelah pemberian suspensi ekstrak total daun terap (Artocarpus odoratissimus B) pada berbagai dosis memperlihatkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol negatif (CMC Na), kelompok ekstrak total dosis 25 mg/kg BB, dosis 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB menunjukkan bahwa memiliki perbedaan nyata yang relatif sama atau lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif (Glibenklamid). Ekstrak uji berikutnya adalah fraksi n-heksan dengan dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB. Tabel 5. Hasil analisis varians (ANOVA) pada pengujian hipoglikemik ekstrak fraksi n-heksana daun terap (Artocarpus odoratissimus B) Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F Tabel (DB) (JK) (KT) 0,05 4 29871,73 7467,93 11,69 2,50 Konsentrasi Bahan Uji (K) 6 41693,03 6948,83 10,87 2,32 Waktu Pengukuran KDG (W) 24 112162,24 4673,42 7,31 1,67 Interaksi (K*W) 70 44708 638,68 Galat (G) 104 228435 19728,86 Total (t)
151
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji ANOVA yang tertera pada tabel 5 didapat Fhitung > Ftabel maka Ha diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa baik antara variasi konsentrasi ekstrak dan waktu pengukuran glukosa darah dapat mempengaruhi penurunan glukosa darah mencit jantan yang dibebankan glukosa dan kedua variabel tersebut terdapat interaksi. Dari hasil pengukuran kadar glukosa darah maka diperoleh grafik hubungan antara pengaruh pemberian ekstrak fraksi n-heksana daun terap (Artocarpus odoratissimus B) pada berbagai variasi konsentrasi terhadap kadar glukosa darah mencit jantan dengan rentang waktu pengukuran. Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
Gambar 2. Grafik hubungan antara pengaruh pemberian ekstrak fraksi n-heksana daun terap terhadap kadar glukosa darah mencit jantan dengan waktu pengukuran Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana saja yang mempunyai perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan positif pada taraf nyata 0,05 dapat digunakan uji Duncan pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Hasil perhitungan secara manual uji Duncan KGD menit ke 30 sampai menit ke 180 No Perlakuan KGD rata-rata Notasi 1 Glibenklamid 74 mg/dL b 2 CMC Na 1% 148,28 mg/dL a 3 Suspensi ekstrak total 25 mg/kg BB 115 mg/dL b 4 Suspensi ekstrak total 50 mg/kg BB 121,28 mg/dL b 5 Suspensi ekstrak total 75 mg/kg BB 156,85 mg/dL b Dari tabel 6 menunjukkan bahwa kadar glukosa darah rata-rata mencit pada menit ke 30 sampai menit ke 180 setelah pemberian suspensi ekstrak fraksi n-heksana daun terap (Artocarpus odoratissimus B) pada berbagai dosis memperlihatkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol negatif (CMC Na), kelompok ekstrak n-heksana dosis 25 mg/kg BB, dosis 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB menunjukkan bahwa memiliki perbedaan nyata yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif (Glibenklamid). Fraksi uji yang terakhir adalah fraksi etil asetat dengan dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB. Tabel 7. Hasil analisis varians (ANOVA) pada pengujian hipoglikemik ekstrak fraksi etil asetat daun terap (Artocarpus odoratissimus B) Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F Tabel (DB) (JK) (KT) 0,05 4 31588,22 7889,55 15,20 2,50 Konsentrasi Bahan Uji (K) 6 41697,31 6949,55 13,39 2,32 Waktu Pengukuran KDG (W) 24 101433,1 4226,37 8,14 1,67 Interaksi (K*W) 70 36327,34 518,962 Galat (G) 104 211015,97 19584,43 Total (t) Dari hasil pengukuran kadar glukosa darah maka diperoleh grafik hubungan antara pengaruh pemberian ekstrak fraksi etil asetat daun terap (Artocarpus odoratissimus B) pada berbagai variasi konsentrasi terhadap kadar glukosa darah mencit jantan dengan rentang waktu pengukuran. Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
152
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013
Gambar 3. Grafik hubungan antara pengaruh pemberian ekstrak fraksi etil asetat daun terap terhadap kadar glukosa darah mencit jantan dengan waktu pengukuran Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana saja yang mempunyai perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan positif pada taraf nyata 0,05 dapat digunakan uji Duncan pada tabel dibawah ini. Tabel 8. Hasil perhitungan secara manual uji Duncan KGD menit ke 30 sampai menit ke 180 No Perlakuan KGD rata-rata
Notasi
1
Glibenklamid
74 mg/dL
b
2
CMC Na 1%
148,28 mg/dL
a
3
Suspensi ekstrak total 25 mg/kg BB
117 mg/dL
b
4
Suspensi ekstrak total 50 mg/kg BB
112 mg/dL
b
5
Suspensi ekstrak total 75 mg/kg BB
130 mg/dL
b
Dari di atas menunjukkan bahwa kadar glukosa darah rata-rata mencit menit ke 30 sampai menit ke 180 setelah pemberian suspensi ekstrak fraksi etil asetat daun terap (Artocarpus odoratissimus B) pada berbagai dosis memperlihatkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol negatif (CMC Na), kelompok ekstrak fraksi etil asetat dosis 25 mg/kg BB, dosis 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB menunjukkan bahwa memiliki perbedaan nyata yang lebih kecil dibandingkan dengan control positif (Glibenklamid). Tabel 9. Persentase penurunan kadar glukosa darah pada mencit dengan berbagai fraksi dan konsentrasi No. Ekstrak Dosis Persentase Penurunan Kadar Gula Darah (%) 1. Glibenklamid 0,02 % 49,94 2. Ekstrak Total 25 (mg/kg BB) 49,00 50 (mg/kg BB) 41,18 75 (mg/kg BB) 40,34 3. Fraksi n-Heksana 25 (mg/kg BB) 22,05 50 (mg/kg BB) 18,20 75 (mg/kg BB) 16,15 4. Fraksi Etil Asetat 25 (mg/kg BB) 23,87 50 (mg/kg BB) 21,66 75 (mg/kg BB) 12,27 Dari persentase tersebut, dapat dilihat bahwa ekstrak total dosis 25 mg/kg BB memiliki aktivitas penurunan kadar glukosa darah yang paling besar. Ekstrak total memiliki aktivitas yang paling baik karena dalam ekstrak mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid dan steroid. Ekstrak total lebih aktif dari pada ekstrak yang telah mengalami fraksinasi, hal ini terjadi karena adanya faktor sinergis dimana suatu senyawa akan memiliki aktivitas yang lebih baik jika bergabung dengan senyawa-senyawa yang lain.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan pada tiap fraksi daun Terap dapat diketahui senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak mengandung steroid dan flavonoid.
153
ISBN : 978-602-19421-0-9 Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013 2. Hasil uji mortalitas larva udang (brine shrimp lethality test) daun terap (Artocarpus odoratissimus B) diperoleh hasil bahwa ekstrak total memiliki bioaktivitas paling tinggi dengan nilai LC50 sebesar, 110,51 ppm. 3. Hasil uji hipoglikemik dapat diketahui bahwa ekstrak total dari daun Terap memiliki aktivitas yang paling baik dengan persentase penurunan kadar gula darah pada mencit jantan sebesar 49,00 %. 4. Pemberian dosis ekstrak metanol daun Terap yang diberikan pada mencit menunjukkan bahwa dosis 25 mg/kg berat badan memiliki efek hipoglikemik paling kuat pada menit ke 150 yaitu sebesar 50 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA Berges, R.R., Windeler, J., Trampisch, H.J and Senge, T., 1995. Randomized Placebocontrolled, Double-Blind Clinical Trial of Beta-Sitosterol in Patient with Benign Prostatic Hyperplasia. Beta-Sitosterol Study Group. Lancet.; 345; 1529- 1532. Boonlaksiri, C., Oonanant, W., Kongsaeree, P., Kittakop, P., Tanticharoen, M and Thebtaranonth Y. 2000. An Antimalarial Stilbene from Artocarpus Integer. Phytochem 54: 415-417. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. K. Bandung: Penerbit ITB. Khan, M. R., Omoloso, A.D and Kihara, M. 2003. Antibacterial Activity of Artocarpus Heterophyllus. Fitoterapia 74: 501-505. Meyer, B.N., N.R. Ferrigni, J.E Putnan, L.B. Jacobsen, D.E., Nicholas, J.L and McLaughlin 1982. Brine Shrimp : A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituent. Departement of Medical Chemistry and Pharmakognocy, School of Pharmacy and pharmacal science, and Cell Culture Libratory, Perdue Cancer Center. West lavayette. USA. Nasution, R. 2013. Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Steroid dari Daun Tumbuhan Kulu (Artocarpus camansi: Sukun Berbiji) yang Bersifat Antidiabetes. Disertasi. Medan: Universitas Sumatra Utara. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung: ITB. Utami, P. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Jakarta: Argomedia. Widyawaruyanti, A, Subehan, Kalauni S. K, Awale S, Nindatu M, Zaini N. C, Syafrudin D, Asih PBS, Tezzuka Y, Kadota S. 2007. New Prenylated Flavones from Artocarpus Champenden,, and Their Antimalarial Activity In Vitro. J Nat Med 61; 410-413.
154