BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia telah dikaruniai oleh pencipta-Nya untuk hidup berbudaya, dan salah satu dari unsur budaya itu adalah sastra. Sastra dikatakan sebagai salah satu dari unsur kebudayaan karena sastra merupakan pendukung dari perkembangan kebudayaan itu sendiri. Sastra dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata “sas” yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi. Sedangkan “tra” berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984: 23). Padahal dalam pengertian sekarang (bahasa Melayu), sastra banyak diartikan tulisan. Pengertian ini kemudian ditambahkan dengan kata su yang berarti indah atau baik, maka jadilah susastra yang bermakna tulisan yang indah (Fananie, 2000: 4). Fananie (2000: 6) mengatakan sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil
kreasi
berdasarkan
luapan
emosi
yang
spontan,
yang
mampu
mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Sastra dalam istilah bahasa Arab disebut dengan
اﻻدب/al-adabu/.
Al-
Dairy (1999 : 10) memberikan gambaran tentang اﻻدب/al-adabu/ sebagai berikut:
اﻻدب هﻮ آﻼم اﻹﻧﺴﺎن اﻟﺒﻠﻴﻎ اﻟﺬى ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻪ اﻟﻰ اﻟﺘﺄﺛﻴﺮ ﻓﻲ ﻋﻮاﻃﻒ اﻟﻘﺮّاء و . ﺳﻮاء أآﺎن ﺷﻌﺮا أم ﻧﺜﺮَا,اﻟﺴﺎﻣﻌﻴﻦ /al-adabu huwa kalāmu al-insāni al-balīgi al-lazī yuqsadu bihi ilā al-ta`sīri fī ‘awātifi al-qurrā`i wa al-sāmi‘īna sawā`un akanā syi‘ran am nasran/‘sastra adalah ungkapan perasaan yang indah dan puitis yang bertujuan untuk mempengaruhi si pembaca dan pendengar baik itu berbentuk puisi dan prosa’. Berbicara tentang novel maka tidak terlepas dari masalah apresiasi, sebab tujuan dari pemahaman sebuah karya sastra adalah untuk mengapresiasikan.
Universitas Sumatera Utara
Karya sastra seperti novel tidak dapat dipahami dengan baik sebelum kita membaca karya tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995 : 694) Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dalam bahasa Arab novel disebut dengan
اﻟﻘﺼﺔ/al-qissatu/.
Jaudah
(1991 : 41) mendefinisikan novel sebagai berikut:
اﻟﻘﺼﺔ ﺑﻤﻔﻬﻮﻣﻬﺎ اﻟﺤﺪﻳﺚ هﻲ ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ ﻣﻦ اﻷﺣﺪاث ﻳﺤﻜﻴﻬﺎ اﻟﻜﺎﺗﺐ و ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺗﻠﻚ ﻋﻠﻰ, ﻓﻰ ﺗﺼﺮﻓﺎﺗﻬﺎ واﺳﺎﻟﻴﺐ ﺣﻴﺎﺗﻬﺎ, ﻣﺨﺘﻠﻔﺔ ﻣﺘﺒﺎﻳﻨﺔ,اﻷﺣﺪاث ﺑﺸﺨﺼﻴﺎت اﻧﺴﺎﻧﻴﺔ .ﻧﺤﻮ ﻣﺎ ﺗﺘﺒﺎﻳﻦ ﺣﻴﺎة اﻟﻨﺎس ﻋﻠﻰ وﺟﻪ اﻷرض /al-qissatu bimafhūmihā al-hadīśu hiya majmū‘atun min al-ahdāsi yuhkīhā alkātibu wa tata‘allaqu tilka al-ahdāsu bisyakhsiyyātin insāniyyatin mukhtalifatin mutabāyinatin, fī tasarrufātihā wa asālībi hayātihā, ‘alā nahwi mā tatabāyyanu hayātu al-nāsi ‘ala wajhi al-ardi/ ‘novel adalah kumpulan peristiwa yang diceritakan oleh peneliti dan peristiwa-peristiwa tersebut terkait erat dengan kepribadian manusia itu yang beraneka ragam, berlainan karena tindakannya, dan yang beragam sikap dan gaya hidupnya, sebagaimana keberagaman tingkah laku manusia di seluruh penjuru dunia’. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175) dalam (Nurgiyantoro, 1998: 216). Latar menunjukkan pada tempat, yaitu lokasi di mana cerita itu terjadi, waktu, kapan cerita itu terjadi dan lingkungan sosial-budaya, keadaan kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi. Sebagaimana dikemukakan di atas, latar terdiri dari 3 (tiga) unsur yaitu tempat, waktu dan lingkungan sosial-
Universitas Sumatera Utara
budaya. Kehadiran ketiga unsur tersebut saling mengait, saling mempengaruhi dan tidak sendiri-sendiri walau secara teoritis memang dapat dipisahkan dan diidentifikasi secara terpisah (Nurgiyantoro, 2005: 249-250). Latar berhubungan langsung dan mempengaruhi pengaluran dan penokohan. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, 1968: 33) dalam (Nurgiyantoro, 1998: 165). Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca ( Nurgiyantoro, 1998: 166). Tokoh adalah pelaku cerita lewat berbagai aksi yang dilakukan dan peristiwa serta aksi tokoh lain yang ditimpakan kepadanya (Nurgiyantoro, 2005: 74-75). Untuk menilai karakter tokoh dapat dilihat dari apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan (Abrams, 1981: 20) dalam (Fananie, 2000: 87). Menjadikan novel sebagai objek penelitian bukan hal baru. Meskipun demikian, novel lebih banyak diteliti sebagai karya susastra daripada sebagai alat komunikasi. Adapun yang menarik bagi penulis untuk menjadikan novel ini menjadi suatu objek penelitian, karena kekaguman penulis terhadap pengarang yang mau mengangkat perjuangan perempuan Mesir untuk merebut kedudukan dan hak-hak yang sama dan lebih penting lagi untuk mendapat perubahan nilai dan sikap kaum lelaki Mesir terhadap perempuan, masih belum sepenuhnya tercapai dan karena penulis melihat masih ada perbedaan gender dalam isi cerita novel tersebut dan karena novel ini belum pernah diteliti oleh mahasiswa/i bahasa Arab Novel
إﻣﺮأة ﻋﻨﺪ ﻧﻘﻄﺔ اﻟﺼﻔﺮ
/imra`atun ‘inda nuqtati al-sifri/ karya
Nawal Al-Sa‘dawi terdiri dari 115 halaman dan 3 bab. Terjemahannya adalah “ Perempuan di Titik Nol” (Amir Sutaarga, 2000) terdiri dari 155 halaman.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka penulis perlu membatasi masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan. Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) mempunyai unsur-unsur seperti tema, plot, latar (setting), penokohan dan sudut pandang cerita. Dalam hal ini penulis hanya menganalisis latar dan tokoh utama, yaitu bagaimana latar tempat, waktu, latar sosial-budaya, fungsi latar, dan tokoh utama dalam novel
اﻟﺼﻔﺮ/imra`atun ‘inda nuqtati
إﻣﺮأة ﻋﻨﺪ ﻧﻘﻄﺔ
al-sifri/ karya Nawal Al-Sa’dawi.
1.3 Tujuan Penelitian Suatu masalah dianggap penting dan memerlukan pemecahan, apabila hasil pemecahan itu dapat dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, karena setiap pekerjaan haruslah mempunyai tujuan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar tempat, waktu, latar sosial-budaya, fungsi latar dan tokoh utama dalam novelاﻟﺼﻔﺮ
إﻣﺮأة ﻋﻨﺪ ﻧﻘﻄﺔ/imra`atun ‘inda nuqtati
al-sifri/ karya Nawal
Al-Sa’dawi.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta pembaca mengenai kesusastraan Arab khususnya kajian tentang latar dan tokoh utama dalam novel. 2. Menambah referensi bagi mahasiswa/i bahasa Arab dalam menganalisis karya sastra terutama dalam menganalisis latar dan tokoh utama dalam novel. 3. Menambah referensi karya sastra bagi Fakultas Sastra khususnya Program Studi Bahasa Arab.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan mengambil data dari novel sifri/
إﻣﺮأة ﻋﻨﺪ ﻧﻘﻄﺔ اﻟﺼﻔﺮ
/imra`atun ‘inda nuqtati al-
Karya Nawal Al-Sa‘dawi dan dengan membaca buku-buku baik yang
berbahasa Arab maupun yang bahasa Indonesia yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang hal yang diteliti. Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin penulis menggunakan pedoman transliterasi Arab-latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI NO 0543a Th.1987. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut : a. Mengumpulkan bahan referensi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. b. Membaca dan memahami bahan-bahan referensi tersebut. c. Memilih data-data di atas selanjutnya dipelajari dan diklasifikasikan kemudian di analisis d. Dari hasil penelitian kemudian di susun secara sistematis untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.
Universitas Sumatera Utara