LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh perhitungan serat pangan, SD, dan RSD Total serat pangan (TDF) pada kacang kedelai metode AOAC TDF, % = [(bobot residu – P – A – B) / (bobot sampel - Kadar Lemak - Kadar air)] x 100 Bobot residu = rata-rata bobot residu (g) untuk sepuluh ulangan sampel; P dan A = bobot (g) dari masing-masing protein dan abu yang ditentukan dari kedua ulangan sampel, dan bobot sampel = rata-rata bobot sampel (g) yang diambil. Kadar lemak dan air ialah masing-masing jumlah lemak dan air yang dihilangkan pada saat persiapan sampel. TDF, %
=
= [(bobot residu – P – A – B) / (bobot sampel + Kadar Lemak + Kadar air)] x 100 = [(0.5947 – 0.0001 – 0.0243 – 0.0034) / (1.0062 - 0.0131 - 0.0124)] x 100 = 59.42
−
∑
2
−1
=
(59.37 − 59.42) + ⋯ + (59.42 − 59.42) 10 − 1
= 0.10
= = 2(
.
× 100% = ̅ )
= 2(
.
0.10 × 100% = 0.17% 59.42 .
)
= 1.08
36
Lampiran 3 . Uji t dan F untuk TDF kacang kedelai metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
2.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.1 + (10 − 1)0.23 = 0.71 10 + 10 − 2 =
59.42 − 35.22 0.71
1
= 75.927
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 ditolak Kesimpulan : rataan TDF kacang kedelai metode AOAC berbeda nyata dengan rataan TDF kacang kedelai metode Asp
43
Lampiran 4. Uji t dan F untuk TDF kacang tanah metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
2.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
(
=
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.07 + (10 − 1)0.04 = 0.71 10 + 10 − 2
=
ℎ
12.49 − 12.22
=
0.71
1
= 0.852
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan TDF kacang tanah metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan TDF kacang tanah metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis
2.
H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 Hipotesis uji = uji F ℎ
3.
4. 5.
=
=
0.07 = 3.06 0.04
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 5.351 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD TDF kacang tanah metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD TDF kacang tanah metode Asp
44
Lampiran 5. Uji t dan F untuk TDF oat metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
2.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.1 + (10 − 1)0.1 = 0.71 10 + 10 − 2 =
13.64 − 11.84 0.71
1
= 5.661
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 ditolak Kesimpulan : rataan TDF oat metode AOAC berbeda nyata dengan rataan TDF oat metode Asp
45
Lampiran 6. Uji t dan F untuk TDF wortel metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
2.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
(
=
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.09 + (10 − 1)0.21 = 0.72 10 + 10 − 2
=
ℎ
23.69 − 24.30
=
0.72
1
= −1.887
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan TDF wortel metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan TDF wortel metode Asp
Uji F 1.
2.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 Hipotesis uji = uji F ℎ
3.
4. 5.
=
=
0.09 = 0.44 0.21
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 5.351 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD TDF wortel metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD TDF wortel metode Asp
46
Lampiran 7. Uji t dan F untuk IDF kacang kedelai metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.23 + (10 − 1)0.25 = 0.73 10 + 10 − 2 =
59.42 − 35.22 0.73
1
= 83.236
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 ditolak Kesimpulan : rataan IDF kacang kedelai metode AOAC berbeda nyata dengan rataan IDF kacang kedelai metode Asp
47
Lampiran 8. Uji t dan F untuk IDF kacang tanah metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.02 + (10 − 1)0.03 = 0.73 10 + 10 − 2 =
11.48 − 11.29 0.71
1
= 0.601
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan IDF kacang tanah metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan IDF kacang tanah metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.02 = 0.44 0.03
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 5.351 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD TDF kacang kedelai metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD TDF kacang kedelai metode Asp
48
Lampiran 9. Uji t dan F untuk IDF oat metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.03 + (10 − 1)0.07 = 0.71 10 + 10 − 2 8.46 − 7.28
= 0.71
1
= 3.721
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 ditolak Kesimpulan : rataan IDF oat metode AOAC berbeda nyata dengan rataan IDF oat metode Asp
49
Lampiran 10. Uji t dan F untuk IDF wortel metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.10 + (10 − 1)0.13 = 0.71 10 + 10 − 2 9.19 − 9.50
=
1
0.71
= −0.971
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan IDF wortel metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan IDF wortel metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.10 = 9.00 0.13
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 5.351 Keputusan H0 ditolak Kesimpulan : SD IDF wortel metode AOAC berbeda nyata dengan SD IDF wortel metode Asp
50
Lampiran 11. Uji t dan F untuk SDF kacang kedelai metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.02 + (10 − 1)0.04 = 0.71 10 + 10 − 2 1.31 − 4.36
= 0.71
1
= −9.462
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 ditolak Kesimpulan : rataan SDF kacang kedelai metode AOAC berbeda nyata dengan rataan SDF kacang kedelai metode Asp
51
Lampiran 12. Uji t dan F untuk SDF kacang tanah metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.06 + (10 − 1)0.03 = 0.71 10 + 10 − 2 0.88 − 0.93
=
1
0.71
= −0.158
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan SDF kacang tanah metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan SDF kacang tanah metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.06 = 4.00 0.03
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 5.351 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD SDF kacang tanah metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD SDF kacang tanah metode Asp
52
Lampiran 13. Uji t dan F untuk SDF oat metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.29 + (10 − 1)0.03 = 0.74 10 + 10 − 2 2.59 − 2.03
= 0.74
1
= 1.701
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan SDF oat metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan SDF oat metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.29 = 93.44 0.03
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 5.351 Keputusan H0 ditolak Kesimpulan : SD SDF oat metode AOAC berbeda nyata dengan SD SDF oat metode Asp
53
Lampiran 14. Uji t dan F untuk SDF wortel metode AOAC dan metode Asp Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(10 − 1)0.05 + (10 − 1)0.16 = 0.71 10 + 10 − 2 13.87 − 14.61
=
1
3.21
= −2.334
1 10 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 3.169 dan -3.169
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan SDF wortel metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan SDF wortel metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.05 = 0.10 0.16
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 5.351 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD SDF wortel metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD SDF wortel metode Asp
54
Lampiran 15. Uji t dan F untuk ruggenness test TDF kacang kedelai (78%) dan metode Asp (95%) Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(2 − 1)0.02 + (10 − 1)0.02 = 0.95 2 + 10 − 2 =
35.12 − 35.22 0.95
1
= −0.136
1 2 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 9.925 dan -9.925
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan TDF kacang kedelai (78%) metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan TDF wortel metode Asp (95%)
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.02 = 0.01 0.23
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 4052. 851 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD SDF wortel metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD SDF oat metode Asp
55
Lampiran 16. Uji t dan F untuk ruggenness test TDF kacang tanah (78%) metode Asp (95%) Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(2 − 1)0.12 + (10 − 1)0.04 = 0.95 2 + 10 − 2 =
12.2 − 35.22 0.95
1
= −0.027
1 2 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 9.925 dan -9.925
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan TDF kacang tanah (78%) metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan SDF wortel metode Asp (95%)
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.12 = 9.00 0.04
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 4052. 851 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD TDF kacang tanah (78%) metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD TDF oat metode Asp (95%)
56
Lampiran 17. Uji t dan F untuk ruggenness test TDF oat (78%) metode Asp (95%) Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(2 − 1)0.03 + (10 − 1)0.1 = 0.95 2 + 10 − 2 =
11.75 − 11.84 0.95
1
= −0.122
1 2 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 9.925 dan -9.925
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan TDF oat (78%) metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan SDF wortel metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.03 = 0.09 0.1
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 4052. 851 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD TDF oat (78%) metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD TDF oat metode Asp (95%)
57
Lampiran 18. Uji t dan F untuk ruggenness test TDF wortel (78%) metode Asp (95%) Uji t 1.
Hipotesis H0 : µ1 = µ2 Hi : µ1 ≠ µ2 2. Hipotesis uji = uji t ℎ
−
= 1
=
=
ℎ
(
− 1)
+ 1
+ ( − 1) + −2
(2 − 1)0.04 + (10 − 1)0.21 = 0.95 2 + 10 − 2 =
24.00 − 24.30 0.95
1
= −0.406
1 2 + 10
3.
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila t hitung < tα/2 (v) atau > -tα/2 (v) t tabel = 9.925 dan -9.925
4. 5.
Keputusan H0 diterima Kesimpulan : rataan TDF wortel (78%) metode AOAC tidak berbeda nyata dengan rataan SDF wortel metode Asp
Uji F 1.
Hipotesis H0 : s12 = s22 Hi : s12 ≠ s22 2. Hipotesis uji = uji F ℎ 3.
4. 5.
=
=
0.04 = 0.04 0.21
Wilayah Kritik pada α = 0.01 H0 diterima bila F hitung < Fα (v1, v2) F tabel = 4052. 851 Keputusan H0 diterima Kesimpulan : SD TDF wortel (78%) metode AOAC tidak berbeda nyata dengan SD metode Asp (95%)
58
Lampiran 19. Data serat pangan sampel dengan metode AOAC dan Asp
AOAC Sampel
Ulangan
Kacang Kedelai
Asp
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
1
59.37
57.47
1.27
35.62
30.43
4.37
2
59.59
57.74
1.30
35.61
30.48
4.39
3
59.34
57.62
1.34
35.72
30.36
4.35
4
59.43
57.84
1.32
35.47
30.05
4.44
5
59.43
57.47
1.29
35.53
30.61
4.28
6
59.55
57.51
1.32
35.81
30.26
4.33
7
59.54
57.31
1.31
35.69
30.08
4.34
8
59.39
57.71
1.32
35.07
30.82
4.36
9
59.63
58.11
1.29
35.65
30.75
4.38
10
59.42
57.69
1.30
35.22
30.43
4.38
Rata-rata
59.42
57.65
1.31
35.22
30.43
4.36
Standar Deviasi
0.10
0.23
0.02
0.23
0.25
0.04
RSD
0.17
0.39
1.55
0.66
0.84
0.92
RSDR
1.08
1.09
1.92
1.17
1.20
1.60
AOAC Sampel
Ulangan
Kacang Tanah
Asp
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
1
12.57
11.48
0.90
12.22
11.32
0.94
2
12.32
11.49
0.94
12.18
11.27
0.87
3
12.55
11.48
0.82
12.22
11.26
0.94
4
12.55
11.49
0.81
12.20
11.29
0.93
5
12.56
11.43
0.92
12.22
11.28
0.94
6
12.48
11.49
0.88
12.27
11.34
0.96
7
12.49
11.50
0.82
12.21
11.31
0.90
8
12.47
11.51
0.94
12.15
11.29
0.96
9
12.49
11.49
0.82
12.29
11.30
0.89
10
12.46
11.47
0.95
12.20
11.27
0.94
Rata-rata
12.49
11.48
0.88
12.22
11.29
0.93
Standar Deviasi
0.07
0.02
0.06
0.04
0.03
0.03
RSD
0.58
0.18
6.50
0.33
0.22
3.37
RSDR
1.37
1.39
2.04
1.37
1.39
2.02
59
AOAC Sampel
Ulangan
Oat
Asp
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
1
13.60
8.48
2.67
11.91
7.19
2.03
2
13.67
8.43
2.71
11.84
7.34
2.09
3
13.77
8.46
2.66
11.88
7.18
2.04
4
13.50
8.51
2.69
11.84
7.26
2.00
5
13.53
8.45
2.68
11.77
7.36
2.01
6
13.71
8.46
2.66
11.62
7.34
2.01
7
13.68
8.47
1.77
11.95
7.27
2.01
8
13.53
8.48
2.69
11.94
7.34
2.07
9
13.80
8.46
2.72
11.87
7.28
2.02
10
13.63
8.41
2.67
11.82
7.22
2.05
Rata-rata
13.64
8.46
2.59
11.84
7.28
2.03
Standar Deviasi
0.10
0.03
0.29
0.10
0.07
0.03
RSD
0.74
0.34
11.11
0.81
0.93
1.45
RSDR
1.35
1.45
1.73
1.38
1.48
1.80
AOAC Sampel
Ulangan
Wortel
Asp
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
TDF (%)
IDF (%)
SDF (%)
1
23.59
9.08
13.88
24.37
9.65
14.73
2
23.76
9.04
13.90
24.15
9.51
14.67
3
23.68
9.31
13.92
24.43
9.24
14.48
4
23.80
9.09
13.96
24.35
9.52
14.30
5
23.79
9.20
13.88
23.99
9.40
14.81
6
23.68
9.23
13.85
24.24
9.63
14.69
7
23.67
9.27
13.83
24.44
9.52
14.77
8
23.56
9.31
13.76
24.72
9.51
14.64
9
23.65
9.26
13.87
24.05
9.65
14.60
10
23.77
9.10
13.86
24.23
9.38
14.45
Rata-rata
23.69
9.19
13.87
24.30
9.50
14.61
Standar Deviasi
0.08
0.10
0.05
0.21
0.13
0.16
RSD
0.35
0.91
0.39
0.82
0.90
1.09
RSDR
1.24
1.43
1.35
1.24
1.43
1.34
60
Lampiran 20. Data serat pangan ruggedness test
Parameter
Ulangan
Kacang Kedelai
Kacang Tanah
Oat
Wortel
TDF (%)
1
35.10
12.12
11.73
23.97
2
35.14
12.29
11.77
24.03
Rata-rata
35.12
12.20
11.75
24.00
Standar Deviasi
0.02
0.12
0.03
0.04
RSD
0.07
1.00
0.25
0.15
RSDR
1.17
1.37
1.38
1.24
61
Lampiran 21. Instruksi kerja analisis total serat pangan metode enzimatik gravimetri 1.
Metode Rujukan 1.1 Analisis TDF (Asp, 2001)
2.
Peralatan 2.1 Persiapan Sampel 2.1.1
Blender
2.1.2
Ayakan 40 dan 50 mesh
2.2 Analisis 2.2.1
Alat-alat gelas
2.2.2
Neraca analitik
2.2.3
Mortar dan alu
2.2.4
Desikator
2.2.5
Crucible dengan celite (porositas no.2, Pyrex No. 32940, ASTM 40-60 µm, fritted, Gooch Type )
2.2.6
Pompa vakum
2.2.7
Tanur
2.2.8
Waterbath Shaker
2.2.9
pH meter
2.2.10 Alat destilasi 3.
Persiapan Sampel 3.1 Sampel Kering 3.1.1 Sampel kering dapat langsung diblender dan diayak hingga berukuran 40-50 mesh 3.2 Sampel Basah 3.2.1 Dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 5 jam, kemudian diblender dan diayak hingga berukuran 40-50 mesh 3.3 Sampel Tinggi Lemak (> 10%) 3.3.1 Dicampurkan dalam 25 ml petroleum eter/100 g sampel selama satu jam sebanyak tiga kali ulangan 3.3.2 Dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 5 jam, kemudian diblender dan diayak hingga berukuran 40-50 mesh
4.
Analisis 4.1 Analisis dilakukan sebanyak dua ulangan (duplo) dan satu sampel blangko 4.2 Timbang sebanyak 1 g sampel (W), dengan keakuratan hingga 0.1 mg, dalam gelas piala 400 ml 4.3 Tambahkan 25 ml 0.1 M buffer fosfat pH 6.0 4.4 Tambahkan 0.1 ml larutan termamyl dan tutup gelas piala dengan alufo 4.5 Letakkan dalam waterbath shaker pada suhu 99oC selama 15 menit, goyangkan secara perlahan setiap 5 menit
62
4.6 Tambahkan 20 ml akuades, dinginkan hingga mencapai suhu ruang, kemudian tepatkan nilai pH hingga mencapai pH 1.5 dengan menambahkan HCl 4 M 4.7 Tambahkan 100 mg pepsin, letakkan dalam waterbath shaker pada suhu 40oC selama 60 menit dengan agitasi kontinyu 4.8 Tambahkan 20 ml akuades, kemudian tepatkan nilai pH hingga mencapai pH 6.8 dengan menambahkan NaOH 4.9 Tambahkan 100 mg pankreatin, letakkan dalam waterbath shaker pada suhu 40oC selama 60 menit dengan agitasi kontinyu 4.10Tepatkan nilai pH hingga mencapai pH 4.5 dengan menambahkan HCl 4 M 4.11 Tambahkan 280 ml etanol 95% yang telah dipanaskan sebelumnya hingga suhunya 60oC (volume diukur setelah pemanasan) 4.12 Inkubasi pada suhu kamar selama 60 menit agar terbentuk endapan 4.13 Saring endapan menggunakan crucible yang telah diketahui bobot keringnya (Wcru) 4.14 Cuci residu dengan 2 x 10 ml akuades, 2 x 10 ml etanol 95%, dan 2 x 10 ml aseton 4.15 Keringkan pada suhu 105oC hingga berat tetap (sekitar 12 jam), dinginkan dalam desikator dan ditimbang (Wres) 4.16 Satu ulangan sampel diletakkan dalam tanur 525oC selama minimal 5 jam, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang (Wabu) 4.17 Satu ulangan sampel dihitung kadar protein menggunakan metode Kjeldahl (Wpro) 4.18 Sampel blanko digunakan untuk mengetahui berat kontaminan yang berasal dari reagen dan enzim (Wb) 5.
Perhitungan Kadar Serat Pangan Rumus : TDF (%) = [(Wres – Wpro – Wabu – Wb) / W] x 100 W
= Bobot sampel (g)
Wres
= Bobot residu (g)
Wpro
= Bobot protein dalam residu (g)
Wabu
= Bobot abu dalam residu (g)
Wb
= Blanko (g)
Satuan akhir kadar serat pangan = %
63
Lampiran 22. Instruksi kerja analisis serat pangan tidak larut dan larut metode enzimatik gravimetri 1.
Metode Rujukan 1.1 Analisis IDF dan SDF (Asp, 2001)
2.
Peralatan 2.1 Persiapan Sampel 2.1.1
Blender
2.1.2
Ayakan 40 dan 50 mesh
2.2 Analisis 2.2.1
Alat-alat gelas
2.2.2
Neraca analitik
2.2.3
Mortar dan alu
2.2.4
Desikator
2.2.5
Crucible dengan celite (porositas no.2, Pyrex No. 32940, ASTM 40-60 µm, fritted, Gooch Type )
2.2.6
Pompa vakum
2.2.7
Tanur
2.2.8
Waterbath Shaker
2.2.9
pH meter
2.2.10 Alat destilasi 3.
Persiapan Sampel 3.1 Sampel Kering 3.1.1 Sampel kering dapat langsung diblender dan diayak hingga berukuran 40-50 mesh 3.2 Sampel Basah 3.2.1 Dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 5 jam, kemudian diblender dan diayak hingga berukuran 40-50 mesh 3.3 Sampel Tinggi Lemak (> 10%) 3.3.1 Dicampurkan dalam 25 ml petroleum eter/100 g sampel selama satu jam sebanyak tiga kali ulangan 3.3.2 Dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 5 jam, kemudian diblender dan diayak hingga berukuran 40-50 mesh
4.
Analisis 4.1 Analisis dilakukan sebanyak dua ulangan (duplo) untuk IDF dan duplo untuk SDF, serta satu sampel blangko 4.2 Timbang sebanyak 1 g sampel (W), dengan keakuratan hingga 0.1 mg, dalam gelas piala 400 ml 4.3 Tambahkan 25 ml 0.1 M buffer fosfat pH 6.0 4.4 Tambahkan 0.1 ml larutan termamyl dan tutup gelas piala dengan alufo 4.5 Letakkan dalam waterbath shaker pada suhu 99oC selama 15 menit, goyangkan secara perlahan setiap 5 menit
64
4.6 Tambahkan 20 ml akuades, dinginkan hingga mencapai suhu ruang, kemudian tepatkan nilai pH hingga mencapai pH 1.5 dengan menambahkan HCl 4 M 4.7 Tambahkan 100 mg pepsin, letakkan dalam waterbath shaker pada suhu 40oC selama 60 menit dengan agitasi kontinyu 4.8 Tambahkan 20 ml akuades, kemudian tepatkan nilai pH hingga mencapai pH 6.8 dengan menambahkan NaOH 4.9 Tambahkan 100 mg pankreatin, letakkan dalam waterbath shaker pada suhu 40oC selama 60 menit dengan agitasi kontinyu 4.10Tepatkan nilai pH hingga mencapai pH 4.5 dengan menambahkan HCl 4 M 4.11 Saring endapan menggunakan crucible yang telah diketahui bobot keringnya (Wcru), tampung dan pisahkan larutan (SDF), sementara endapan yang diperoleh dilanjutkan ke tahap 4.14 sebagai residu IDF 4.12Tambahkan 280 ml etanol 95% yang telah dipanaskan sebelumnya hingga suhunya 60oC (volume diukur setelah pemanasan) ke dalam larutan (SDF) 4.13Inkubasi pada suhu kamar selama 60 menit agar terbentuk endapan SDF dan dilanjutkan ke tahap 4.14 sebagai residu SDF 4.14 Cuci residu dengan 2 x 10 ml akuades, 2 x 10 ml etanol 95%, dan 2 x 10 ml aseton 4.15 Keringkan pada suhu 105oC hingga berat tetap (sekitar 12 jam), dinginkan dalam desikator dan ditimbang (Wres) 4.16 Satu ulangan sampel diletakkan dalam tanur 525oC selama minimal 5 jam, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang (Wabu) 4.17 Satu ulangan sampel dihitung kadar protein menggunakan metode Kjeldahl (Wpro) 4.18 Sampel blanko digunakan untuk mengetahui berat kontaminan yang berasal dari reagen dan enzim (Wb) 5.
Perhitungan Kadar Serat Pangan Rumus : IDF (%) dan SDF (%) = [(Wres – Wpro – Wabu – Wb) / W] x 100 W
= Bobot sampel (g)
Wres
= Bobot residu (g)
Wpro
= Bobot protein dalam residu (g)
Wabu
= Bobot abu dalam residu (g)
Wb
= Blanko (g)
Satuan akhir kadar serat pangan = %
65