YAYASAN K.H GHOLIB DALAM MELESTARIKAN PENINGGALAN K.H GHOLIB SEBAGAI OBJEK WISATA DI KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh Dimas Rahmat Rafendi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
YAYASAN K.H GHOLIB DALAM MELESTARIKAN PENINGGALAN K.H GHOLIB SEBAGAI OBJEK WISATA DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh : Dimas Rahmat Rafendi Setelah berdiri sebagai daerah otonom baru, Kabupaten Pringsewu giat dalam membangun daerahnya, tidak terkecuali dalam bidang pariwisata. Sebagai sosok ulama dan pejuang kemerdekaan membuat K.H Gholib disegani oleh kawan maupun lawan, sehingga oleh pemerintah daerah Kabupaten Pringsewu makam beliau dijadikan tempat objek wisata ziarah di Kabupaten Pringsewu. Dengan melihat perjuangan dan jasanya yang begitu besar di Pringsewu, K.H Gholib diberikan piagam penghargaan sebagai salah satu tokoh pejuang kemerdekaan di Lampung. Namun tidak semua generasi muda saat ini mengetahui semua perjuangan yang telah dilakukan dalam mengusir penjajah dari tanah Pringsewu. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan pengembangan dan pembangunan wisata di Kabupaten Pringsewu terkhusus lagi objek wisata sejarah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa usaha-usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kepustakaan dan dokumentasi. Dari analisis data yang diperoleh, diketahui bahwa di kompleks K.H Gholib terdapat peninggalan K.H Gholib yang masih terawat baik. Perawatan peninggalan K.H Gholib tersebut dilakukan oleh Yayasan K.H Gholib. Dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib, pihak yayasan melakukan usaha pembangunan untuk memperindah dan merapikan areal makam yang semula hanya berupa bangunan makam saja, perawatan yang dilakukan untuk menjaga agar peninggalan K.H Gholib tidak mengalami kerusakan yang besar, perawatan ini dilakukan oleh keluarga dan masyarakat yang peduli dengan kompleks K.H Gholib, pengenalan tokoh yang dilakukan yaitu dengan pemberian wawasan pengetahuan tentang siapa K.H Gholib yang mereka ziarahi serta pembuatan buku agar setiap orang yang membutuhkan referensi tentang K.H Gholib dapat dengan mudah mendapatkannya, promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Disdikbudpar bidang pariwisata dengan menyebarkan pamflet dan memasang penunjuk jalan ke areal objek wisata makam K.H Gholib, perencanaan pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib dengan melakukan kerjasama dengan semua pihak terkait dengan kepariwisataan dan pembuatan rencana pembangunan untuk menambah saran dan fasilitas penunjang pariwisata.
YAYASAN K.H GHOLIB DALAM MELESTARIKAN PENINGGALAN K.H GHOLIB SEBAGAI OBJEK WISATA DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh Dimas Rahmat Rafendi
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1992 di Pringsewu. Penulis merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara pasangan Bapak Rokhimanudin dan Ibu Nurlaeli. Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 3 Rejosari, Pringsewu dan tamat belajar pada tahun 2004. Penulis
melanjutkan
pendidikan
kejenjang
sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu dan selesai pada tahun 2007 dan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pringsewu dan tamat belajar pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, di Program Studi Pendidikan Sejarah. Pada Semester VI penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Marang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 4 Pesisir Selatan, Pesisir Barat. Selama melaksanakan perkuliahan di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung penulis pernah menjabat sebagai Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni Pendidikan Sejarah (FOKMA) periode 2012-2013, penulis tertarik dengan internet dan juga kegiatankegiatan entrepreneur.
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :
Bapak Rokhimanudin dan Ibunda Nurlaeli yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran. Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa dari bapak dan Ibunda untuk kebahagiaan dan keberhasilan putramu ini, sungguh semua yang kalian berikan tak mungkin terbalaskan. Semoga anakmu ini dapat berguna bagi agama, bangsa, dan orang-orang sekitar.
Terima kasih pada istrikuku tercinta adinda Mujiatul Makinah, terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu diberikan. Bapak Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, sahabat, dan teman-teman yang telah mengukir sebuah sejarah dalam kehidupanku, serta almamater yang aku banggakan.
Semoga karya kecil ini dapat memberi manfaat dan memotivasi untuk dapat berkarya lebih baik lagi.
Moto
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Yayasan K.H Gholib dalam Melestarikan Peninggalan K.H Gholib sebagai Objek Wisata di Kabupaten Pringsewu” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II Bidang Keuangan, Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 4. Bapak Drs. Supriyadi. M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si., ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sekaligus pembahas seminar serta penguji yang telah memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini; 7. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., sebagai Pembimbing Akademik dengan ikhlas dan senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik; 8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, dosen pendidikan sejarah dan sebagai pembimbing II yang dengan ikhlas dan senantiasa sabar membimbing,
mengarahkan,
dan
memotivasi
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik; 9. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H, Bapak Drs. Hi. Ali Imron, M.Hum, Ibu Dr. Risma Sinaga, M.Hum, Bapak Drs. Hi. Tantowi, M.Si, Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd, Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang penulis banggakan dan pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung; 10. Bapak H. Syamsul Ma’arif, sebagai kepala Yayasan K.H Gholib yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitan;
11. Ibu Dr. Hj. Farida Ariyani, M.Pd, sebagai Narasumber yang telah memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian; 12. Bapak Suchairi Sibarani sebagai Kepala Bidang Pariwisata Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung yang telah memberi bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian; 13. Saudari Sariah Harahap, terimakasih partisipasinya sebagai moderator pada seminar-seminar yang penulis laksanakan. 14. Sahabat-sahabat terbaikku, Deka, Taufik, Irul, Anwar, Tila, Ria, Fadhil, Nofria, Dela, Nay, Linda, Bene, Yuliza, Rika, Memey, terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini; 15. Sahabat-sahabat karibku di Majelis Ahbaabul Musthofa Pringsewu dan Majelis yang lain, terimakasih atas motivasi dan doa dari kalian semua; 16. Teman- teman seperjuanganku yang banyak membantuku, angkatan 2010 terima kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini; 17. Kakak tingkat FKIP Sejarah angkatan 2008, 2009. 18. Semua keluarga besarku dan semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi. Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, Penulis,
Februari 2016
Dimas Rahmat Rafendi NPM. 1013033032
xi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAN GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1.2. Analisis Masalah ......................................................................................... 1.2.1. Identifikasi Masalah ......................................................................... 1.2.2. Pembatasan Masalah ........................................................................ 1.2.3. Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ..................................... 1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.3.2. Kegunaan Penelitian......................................................................... 1.3.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
1 7 7 8 8 8 8 8 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, Paradigma ............................................ 2.1.1. Tinjauan Historis .............................................................................. 2.1.2. Konsep Usaha Yayasan .................................................................... 2.1.3. Konsep Peninggalan Sejarah ............................................................ 2.1.4. Konsep Pariwisata ............................................................................ 2.1.4.1. Pengertian Pariwisata ......................................................... 2.1.4.2. Definisi Objek Wisata ........................................................ 2.1.4.3. Syarat Objek Wisata ........................................................... 2.1.4.4. Jenis-jenis Objek Wisata .................................................... 2.1.5. Pengembangan Objek Pariwisata ..................................................... 2.2. Kerangka Pikir ............................................................................................ 2.3. Paradigma....................................................................................................
10 10 11 13 14 14 15 16 17 20 22 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Yang Digunakan ............................................................................ 3.2. Variabel Penelitian ...................................................................................... 3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 3.3.1. Teknik Wawancara........................................................................... 3.3.2. Teknik Observasi ............................................................................. 3.3.3. Teknik Kepustakaan ......................................................................... 3.3.4. Teknik Dokumentasi ........................................................................ 3.4. Teknik Analisis Data ...................................................................................
25 27 28 28 30 30 31 32
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ............................................................................................................ 4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................... 4.1.1.1. Letak Geografis Kabupaten Pringsewu ............................. a. Luas dan Batas Administrasi............................................. b. Demografi ......................................................................... 4.1.2. Perjuangan K.H Gholib .................................................................... 4.1.3. Peninggalan K.H Gholib .................................................................. 4.1.3.1 Makam K.H Gholib ............................................................. 4.1.3.2 Masjid Jami’ K.H Gholib .................................................... 4.1.3.3 Museum Peninggalan K.H Gholib ...................................... 4.1.4. Objek Pariwisata di Kabupaten Pringsewu ...................................... 4.1.5. Pengembangan Objek Wisata K.H Gholib ...................................... 4.2. Pembahasan ................................................................................................. 4.2.1. Pelestarian Peninggalan K.H Gholib sebagai Objek Pariwisata ......
33 33 33 33 35 36 39 39 42 45 46 47 53 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 56 5.2. Saran ............................................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel
Halaman
4.1
Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Pringsewu ........................ 34
4.2
Persebaran Penduduk di Kabupaten Pringsewu ............................ 35
4.3
Persebaran objek Pariwisata di Kabupaten Pringsewu ................. 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN DAN GAMBAR
1. Pedoman Wawancara 2. Rekapitulasi Hasil Wawancara 3. Surat Keterangan Penelitian Yayasan K.H Gholib 4. Surat Keterangan Penelitian Disdikbudpar 5. Surat Keterangan Komisi Pembimbing 6. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi 7. Akta Notaris Pembentukan Yayasan K.H Gholib
Gambar
1.
Makam K.H Gholib dan Nyai Sya’iyah Tampak Depan
2.
Makam Nyai Muksiti dan Nyai Aisyah
3.
Masjid Jami’ K.H Gholib
4.
Bedug peninggalan di Masjid Jami’ K.H Gholib
5.
Empat Pilar Penyangga Masjid Jami’ K.H Gholib
6.
Rumah Peninggalan K.H Gholib Sebagai Museum
7.
Kopyah atau peci Peninggalan K.H Gholib
8.
Jubah K.H Gholib saat Ditembak Belanda
9.
Peta Pariwisata di Kabupaten Pringsewu
10.
Wawancara dengan Bapak Syamsul Ma’arif
11.
Pamflet promosi Pariwisata di Pringsewu
12.
Peta Kompleks K.H Gholib
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang letaknya strategis, terletak di ujung Pulau Sumatera bagian selatan dan merupakan penghubung antara Pulau Jawa dan Sumatera. Kondisi alamnya yang terdiri dari dataran tinggi berupa pegunungan dan perbukitan, dataran rendah dan perairan mengakibatkan banyaknya keanekaragaman jenis potensi wisata yang menjadikan Lampung menjadi salah satu daerah tujuan wisata bagi para wisatawan. Potensi wisata yang terdapat di suatu daerah dapat dikembangkan sebagai aktivitas ekonomi yang dapat menjadi sumber penghasilan devisa yang bersifat quick yielding (Oka A. Yoeti, 2013: ix). Dalam pariwisata, Quick Yielding industri berarti cepat menghasilkan dengan mengembangkan pariwisata sebagai industri. Oleh karena itu pariwisata merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh lebih cepat sumber penghasilan dengan mengembangkan pariwisata sebagai penghasil devisa negara.
Dalam perjalanan sejarahnya, Daerah Pringsewu telah mengalami banyak perkembangan. Dewasa ini Pringsewu merupakan sebuah daerah otonomi mandiri berbentuk kabupaten yang dituangkan dalam Undang-Undang No.48 Tahun 2008 pasal 2 dan pasal 4, yang berbunyi:
2
“Dengan Undang-Undang ini dibentuk Kabupaten Pringsewu di wilayah Provinsi Lampung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia” (Pasal 2). “Dengan terbentuknya Kabupaten Pringsewu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Tanggamus dikurangi dengan wilayah Kabupaten Pringsewu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3” (Pasal 4).
Setelah berdiri sebagai daerah otonom baru, Kabupaten Pringsewu giat dalam membangun daerahnya, tidak terkecuali dalam bidang pariwisata. Menurut data yang didapat di Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu bidang pariwisata, terdapat 13 titik objek wisata yang telah didata di Kabupaten Pringsewu (Disdikbudpar, 2014). Objek tersebut meliputi wisata buatan, saluran irigasi, cekdam atau waduk, makam keramat dan tempat ibadah. Makam K.H Gholib merupakan salah satu destinasi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Pringsewu.
Industri pariwisata di Kabupaten Pringsewu lebih dominan ke objek wisata buatan seperti kolam renang dan tempat-tempat hiburan, sehingga wisata yang mengandung nilai sejarah kurang diminati oleh masyarakat dan hanya orangorang tertentu saja yang memanfaatkan objek wisata tersebut. Tidak dapat dipungkiri peran K.H Gholib dan perjuangannya di daerah Pringsewu telah banyak membawa perubahan pada masyarakat di waktu itu. Perjuangan K.H Gholib berawal dari gerakan hatinya untuk berdakwah berpindah-pindah tempat. Sampai akhirnya saat berada di Singapura, beliau bertemu dengan Bapak M. Anwar San Pawiro yang berasal dari Pagelaran. Dari keterangan yang didapat dari Bapak M. Anwar San Pawiro ini ternyata daerah Pringsewu banyak penduduk transmigran yang didatangkan dari Pulau Jawa hingga akhirnya K.H Gholib tertarik dan ingin berdakwah. Sampai di Pringsewu untuk sementara waktu
3
tinggal di rumah Bapak San Pawiro di Pagelaran hingga akhirnya mulai memasuki daerah Pringsewu. Di Pringsewu beliau membeli sebidang tanah yang terletak 500 meter dari pusat kota ke arah utara dan membangun sebuah masjid yang merupakan masjid pertama yang didirikan di daerah Pringsewu saat itu (Dewan Harian Daerah angkatan 45, 1994: 146).
Perjuangan K.H Gholib dalam mendidik Agama Islam selalu dicurigai oleh pemerintah yang berkuasa saat itu. Pada saat baru mendirikan masjid, banyak santri yang datang untuk belajar Agama Islam pada K.H Gholib sehingga juga didirikan sebuah madrasah. Madrasah yang didirikan dulu hanya dapat menampung 20 santri dan sangat sederhana, hanya berdinding geribig, beralas tanah dan beratap alang-alang (http://nu.or.id/k.h Gholib Lampu terang di “Bambu Seribu”). Madrasah itu semakin maju ditandai dengan banyaknya santri yang belajar agama dan guru pengajar yang datang untuk mengabdi baik dari Lampung maupun dari Pulau Jawa. Daya tampung madrasah ternyata tidak mencukupi sampai akhirnya mendirikan pondok pesantren agar para santri yang datang dari jauh dapat bermukim dan belajar di sana. Pada masa pemerintahan Jepang K.H Gholib sempat ditawan selama 15 hari sampai akhirnya dilepaskan dan diangkat sebagai penasihat Agama Islam di Pringsewu (Dewan Harian Daerah Angkatan 45, 1994: 146). Selain menjadi tempat ibadah dan belajar Agama Islam, di Pesantren K.H Gholib juga digunakan sebagai markas barisan Sabilillah dan Hizbullah cabang Pringsewu. Ketika Agresi Militer Belanda yang pertama dimulai, barisan ini digerakkan untuk membantu perjuangan di front Baturaja. Perjuangan K.H Gholib dalam melawan Belanda yang kembali ingin menguasai Indonesia sampai pada masa Agresi Militer Belanda yang kedua dimana barisan
4
Sabilillah dan Hizbullah yang terorganisir di Pesantren K.H Gholib selalu membantu perjuangan tersebut. Dari pihak Belanda juga tidak mau kalah dalam menghadapi pasukan-pasukan perjuangan yang ada di Pringsewu dan sekitarnya bahkan sampai menggeledah Pesantren K.H Gholib untuk menangkap para pemimpin yang bersembunyi di sana seperti K.H Gholib, Ustadz K.H. M. Nuh, K.H Abdul Fattah dan lainnya sehingga menyingkir ke Desa Sinar Baru yang terletak 7 kilometer di sebelah utara pesantren sampai 3 bulan lamanya. Hingga kepulangannya ke pesantren terdengar oleh kaki tangan Belanda dan menyuruh K.H Gholib untuk menghadap Pemerintah Kolonial yang berkuasa di Pringsewu namun ditangkap dan dipenjarakan. Sampai 3 hari sebelum peletakan senjata K.H Gholib dibebaskan dan baru berjalan 10 meter beliau ditembak oleh Belanda dan akhirnya gugur sebagai pejuang kemerdekaan (Dewan Harian Daerah Angkatan 45, 1994: 147).
K.H Gholib dimakamkan di Pringsewu, sebelah barat pesantren yang merupakan tanah yang diwakafkan untuk pemakaman umum. Dengan gugurnya K.H Gholib, meninggalkan cerita perjuangan di daerah Pringsewu harus selalu dikenang untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme. Daerah Pringsewu berkembang dengan sangat cepat karena pesantren yang K.H Gholib dirikan selalu ramai oleh santri dari dalam dan luar Lampung pada masanya. Pada waktu itu juga merupakan saudagar yang sukses dalam perdagangan. K.H Gholib mempunyai pabrik tapioka terbesar di Pringsewu dan merupakan pedagang kain yang sukses, sehingga dapat dengan cepat mengembangkan pesantrennya. Peninggalan K.H Gholib sampai saat ini masih terawat dengan baik, bahkan makam K.H Gholib sampai sekarang dianggap keramat oleh masyarakat dan orang yang pernah berziarah sehingga banyak orang
5
dari dalam dan luar Lampung yang datang untuk berziarah ke makamnya. Sebagai sosok ulama dan pejuang kemerdekaan membuat K.H Gholib disegani oleh kawan maupun lawan pada saat itu, sehingga oleh pemerintah daerah Kabupaten Pringsewu kompleks dan makamnya dijadikan tempat objek wisata ziarah di Kabupaten Pringsewu. Dengan melihat perjuangan dan jasanya yang begitu besar di Pringsewu, K.H Gholib diberikan piagam penghargaan sebagai salah satu tokoh pejuang kemerdekaan di Lampung. Namun tidak semua generasi muda saat ini mengetahui semua perjuangan yang telah dilakukan dalam mengusir penjajah dari tanah Pringsewu.
Pada saat ini pariwisata telah berkembang menjadi sebuah industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek cerah. Informasi dan komunikasi yang diperoleh seseorang tentang daerah wisata mendorong keinginan dari dirinya untuk berkunjung. Di jaman modern seperti saat ini, melakukan perjalanan wisata merupakan kebutuhan sekunder, karena di samping berekreasi wisatawan mempunyai motivasi yang beragam dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Hal ini senada dengan pernyataan Yoeti yang menyebutkan ada beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan wisata, yaitu: a. Untuk tujuan santai menenangkan pikiran setelah lama bekerja dan kesegaran badan yang akhir-akhir ini dirasakan di kehidupan modern; b. Untuk tujuan kesehatan dengan mendapatkan udara segar, cahaya matahari dan sebagainya; c. Mencari kesenangan, kegembiraan yang merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan hidup; d. Menaruh perhatian kepada negara lain, terutama tempat yang mempunyai nilai sejarah dan kebudayaan tinggi; e. Ikut aktif dalam kegiatan olahraga seperti mendaki gunung, berlayar, pesta olahraga yang bersifat nasional dan internasional; f. Untuk tujuan mencari hal-hal yang bersifat spiritual guna mendalami hal yang berhubungan dengan keagamaan, kebatinan, kerohanian dan lain-lain;
6
g. Ingin mengetahui lebih dalam tata cara hidup, adat istiadat, kebiasaan masyarakat setempat serta mempelajari seluk-beluk adat istiadat itu sendiri (Oka A. Yoeti, 2013: 7). Melihat dari alasan di atas, dapat diketahui bahwa kompleks K.H Gholib merupakan objek wisata ziarah berfungsi untuk mencari hal yang bersifat spiritual dalam keagamaan karena setiap orang yang datang pasti mendoakan sosok ulama serta mendapat pengetahuan tentang orang yang diziarahi tersebut sehingga dapat mengambil pelajaran darinya. Meskipun telah diketahui bersama terdapat objek wisata sejarah di Kabupaten Pringsewu, pengembangan pariwisata oleh Disdikbudpar terlihat masih kurang maksimal. Ini dapat diketahui dari kurangnya perhatian dinas tersebut dalam mengembangkan potensi wisata yang seharusnya menjadi pendapatan daerah. Menurut Muljadi pengembangan pariwisata dalam negeri saat ini telah diarahkan untuk memupuk cinta tanah air, menanamkan jiwa dan semangat serta nilai-nilai luhur bangsa, meningkatkan kualitas budaya bangsa, memperkenalkan peninggalan sejarah serta keindahan alam di daerah objek wisata (Muljadi, 2012: 31). Hanya beberapa objek wisata saja yang mendapat perhatian khusus dan dikelola oleh Disdikbudpar. Pengelolaan peninggalan K.H Gholib dilakukan oleh Yayasan K.H Gholib. Menurut pernyataan dari ketua yayasan, dari pihak yayasan sejauh ini masih sedikit usaha yang dilakukan untuk menjadikan kompleks K.H Gholib sebagai objek wisata sejarah, karena Yayasan K.H Gholib lebih fokus dalam bidang pendidikan dan masyarakat yang datang berziarah hanya memandangnya sebagai objek wisata ziarah saja. Namun beberapa usaha telah dilakukan pihak keluarga agar peninggalan K.H Gholib ini tidak hanya berupa benda mati yang tidak mempunyai cerita namun juga yang mempunyai nilai sejarah, salah satunya yaitu
7
dengan menceritakan perjuangan K.H Gholib kepada peziarah yang datang agar peziarah tahu selain seorang ulama K.H Gholib juga seorang pejuang kemerdekaan yang gigih.
Berkaitan dengan pengembangan dan pembangunan pariwisata, ternyata dari sektor pariwisata juga dapat meningkatkan ekonomi daerah tersebut. Beberapa manfaat pembangunan dan pengembangan pariwisata diantaranya: kesempatan untuk usaha semakin besar, terbukanya lapangan pekerjaan baru, meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pembangunan daerah, melestarikan adat istiadat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan kesehatan serta dapat mengurangi konflik sosial (Kusno, 1998:24). Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjut agar dapat diketahui bagaimana upaya kedepannya dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata di Kabupaten Pringsewu khususnya pariwisata sejarah, karena jika pariwisata dapat berkembang dengan baik maka pendapatan daerah juga akan ikut naik.
1.2 Analisis Masalah 1.2.1
Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut: a. Yayasan K.H Gholib bergerak di bidang pendidikan dan sosial; b. Yayasan tersebut lebih banyak bergerak di bidang pendidikan; c. Kurangnya pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib; d. Adanya usaha-usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata.
8
1.2.2
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauan penelitiannya dan memudahkan pembahasan dalam penelitian serta mengingat keterbatasan tenaga, waktu dan biaya, maka penulis membatasi permasalahan pada usaha-usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata.
1.2.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa usaha-usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata? 1.3 Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Ruang Lingkup Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha-usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata.
1.3.2
Kegunaan Penelitian
a. Bagi peneliti, menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman dan menambah informasi mengenai tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Pringsewu. b. Bagi masyarakat umum dan wisatawan, untuk dijadikan referensi dalam mengunjungi objek-objek wisata di Kabupaten Pringsewu serta menumbuhkan kesadaran sejarah di daerah yang ditinggalinya.
9
1.3.3
Ruang Lingkup Penelitian
a. Subjek penelitian : Yayasan K.H. Gholib b. Objek Penelitian
: Kompleks K.H. Gholib (Masjid, Museum dan Makam)
c. Tempat Penelitian : Kelurahan Pringsewu Barat, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. d. Waktu Penelitian : Tahun 2015 e. Disiplin Ilmu
: Ilmu Budaya
10
REFERENSI
Oka A Yoeti. 2013. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung : Angkasa. Halaman ix Undang-Undang No.48 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Pringsewu. Pasal 2 dan Pasal 4 Disdikbudpar. 2014. Pariwisata Dalam Data Tahun 2014. Pringsewu: Disdikbudpar. Halaman 1 Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung Buku III. Jakarta: Agung Sidapore. Halaman 146 http://nu.or.id/k.h Gholib Lampu terang di “Bambu Seribu” Dewan Harian Daerah Angkatan 45. Op Cit. halaman 146 Ibid. Halaman 147 Oka A Yoeti. Op Cit. Halaman 7 Muljadi, A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Halaman 31 Abi Kusno. 1998. Selayang Pandang tentang Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan, Makalah pada seminar Islam dan Pariwisata. Bandar Lampung. Halaman 24
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1
Tinjauan Historis
Konsep Sejarah menurut Moh. Yamin dalam Tatanegara Majapahit Parwa I halaman 89 ialah ilmu pengetahuan yang disusun berdasarkan penyelidikan beberapa peristiwa yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan adanya sumber dan peninggalan sejarah (Hugiono dan P.K Poerwantana, 1992: 5), sedangkan Hugiono dan Poerwantana mengatakan sejarah sebagai gambaran tentang peristiwa masa lalu yang dialami oleh manusia disusun secara ilmiah, diberi urutan waktu dan tafsiran serta analisa agar mudah dimengerti dan dipahami (Hugiono dan P.K Poerwantana, 1992: 10)
Menurut Nugroho Notosusanto, ada empat fungsi yang dapat diambil dari mempelajari Sejarah, yaitu: 1) Memberi pelajaran (edukatif), bahwa kita dapat belajar dari pengalaman-pengalaman di masa lampau yang dapat dijadikan pelajaran sehingga hal buruk dapat dihindari. 2) Memberi ilham (inspiratif), bahwa tindakan kepahlawanan dan peristiwa di masa lampau dapat mengilhami kita semua pada taraf perjuangan yang sekarang. 3) Menyampaikan pesan masa lalu untuk alat bantu pembelajaran (instruktif). 4) Memberi kesenangan (rekreatif) bahwa kita dapat terpesona oleh kisah yang baik (Nugroho Notosusanto, 2007: 16).
11
Dari pengertian para ahli di atas mengenai sejarah dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang disusun berdasarkan penyelidikan peristiwa yang dialami oleh manusia di masa lalu, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa agar mudah dimengerti dan kebenarannya dapat dibuktikan dengan adanya sumber dan peninggalan sejarah. Dan dari mempelajari sejarah dapat memberikan pelajaran, inspirasi dan kesenangan dari peristiwa masa lalu dan dapat mengambil hikmahnya untuk bertindak di masa yang akan datang.
2.1.2
Konsep Usaha Yayasan
Yayasan sebagai sebuah badan organisasi masyarakat memiliki sebuah fungsi manajemen di dalamnya. Fungsi ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi usaha organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Harold Koentz fungsi manajemen organisasi meliputi proses planning, organizing, staffing, directing, dan controlling (H.B Siswanto, 2005). Kebanyakan yayasan membentuk sebuah badan usaha untuk mencapai maksudnya. Seperti penjelasan dalam Undang-Undang Yayasan yang berbunyi: “Yayasan dapat melaksanakan kegiatan usaha yayasan guna menunjang pencapaian maksud dan tujuan pendirian yayasan dengan cara mendirikan dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.” (UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Pasal 3 Ayat 1). “Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.” (UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Pasal 7 Ayat 1). “Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku .” (UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Pasal 8).
12
Chataramarrasjid berpendapat bahwa, dalam kegiatan usaha yang dilakukan yayasan, yayasan masih boleh mendapat keuntungan sejauh keuntungan yang diperoleh dipergunakan untuk tujuan yang idealistis yakni yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan (Chataramarrasjid, 2002). Dalam penjelasannya, Pasal 8 Undang-Undang Yayasan juga mengatur Kegiatan usaha dari badan usaha yayasan mempunyai cakupan, antara lain: hak asasi manusia, kesenian, olah raga, pendidikan, kesehatan, perlindungan konsumen, lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan (Fitri Pratiwi Rasyid, Jurnal Eksistensi Yayasan Sebagai Pihak Dalam Melaksanakan Usaha Ditinjau dari Undang-Undang Yayasan, 2013).
Yayasan K.H Gholib dalam penelitian ini merupakan subjek utama yang mengurus semua fasilitas makam serta semua peninggalan K.H Gholib. Kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh Yayasan K.H Gholib dalam pemeliharaan peninggalan diantaranya: pembangunan, pemeliharaan, dan merencanakan pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib. Selain itu, yayasan juga bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam hal ini Disdikbudpar berkaitan dengan pembangunan dan promosi makam sebagai tempat wisata. Yayasan K.H Gholib yang merupakan lembaga sosial juga menaungi beberapa sekolah binaan seperti SMK K.H Gholib, SMP Islam K.H Gholib dan TK K.H Gholib. Dibentuk berdasarkan Akta Notaris Imran Ma’ruf, S.H No. 19 pada tanggal 23 September 1997 dengan ketua yayasan sekarang adalah Bapak H. Syamsul Ma’arif.
13
2.1.3
Konsep Peninggalan Sejarah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peninggalan mempunyai arti barang yang ditinggalkan, pusaka, warisan, dan barang sisa peninggalan dari zaman dahulu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 949).
Menurut Sagimun, peninggalan sejarah merupakan sesuatu yang ditinggalkan dari peristiwa sejarah dan masa di setiap babakan waktu sejarah (Sagimun, 1987: 2). Lebih lanjut, Sagimun menerangkah bahwa tidak semua peninggalan dapat dikatakan peninggalan sejarah, hanya peninggalan yang mempunyai nilai sejarah dan dapat dijadikan pelajaran di masa yang akan datang saja, selain itu juga peninggalan tersebut bersifat asli dan tidak dapat dibantahkan kebenarannya (Sagimun, 1987: 12-13).
Dari pengertian peninggalan sejarah di atas dapat disimpulkan bahwa peninggalan sejarah yang terdapat Yayasan K.H Gholib merupakan peninggalan dari K.H Gholib saat hidup dan berjuang melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan. Dari peninggalan tersebut tentunya dapat memberikan pelajaran untuk mengenang dan mempelajari sejarah terbentuknya Kabupaten Pringsewu, serta jasa tokoh yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peninggalan yang terdapat di Yayasan K.H Gholib meliputi Masjid, makam, dan museum yang memuat benda-benda yang dahulu pernah digunakan oleh K.H Gholib saat masih hidup.
14
2.1.4
Konsep Pariwisata
2.1.4.1 Pengertian Pariwisata Pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu “pari”, berarti banyak, berkali-kali dan “wisata”, berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan atau bepergian yang dilakukan berkali-kali atau sering. Kata pariwisata sendiri merupakan sinonim bahasa Indonesia untuk istilah tourism dalam bahasa Inggris (Muljadi, 2012: 8).
Norval menyatakan bahwa pariwisata atau tourism adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota atau wilayah (Norval dalam Muljadi, 2012: 8). Sependapat dengan Norval, Herman V.Schulalard memberikan batasan pariwisata sebagai berikut: kepariwisataan merupakan sejumlah kegiatan yang ada kaitannya dengan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, berdiam dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara (Herman V.Schulalard dalam Yoeti, 1996: 114).
Hunziker dan Kraft mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan dan gejala yang ditimbulkan dari adanya orang asing yang melakukan perjalanan dan tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan untuk mencari nafkah (Hunziker dan Kraft dalam Muljadi, 2012: 8).
Batasan pariwisata harus memperlihatkan bagian yang terdiri dari tiga unsur, yaitu manusia yakni orang yang melakukan perjalanan wisata; ruang yakni daerah tempat dilakukannya perjalanan wisata; dan waktu yakni waktu yang digunakan
15
saat melakukan perjalanan dan tinggal di daerah wisata (Sahal Wahab dalam Yoeti, 2013: 2).
Dari beberapa pendapat mengenai pariwisata di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang secara berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain di dalam ataupun di luar kota, wilayah atau negara yang tidak dilakukan untuk menetap lama dan kegiatannya tersebut tidak untuk mencari penghasilan, tetapi untuk memberi hiburan jasmani dan rohani.
2.1.4.2 Definisi Objek Wisata Menurut Yoeti objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu tempat tertentu (Yoeti, 1996: 35), sedangkan menurut Pandit, objek wisata adalah segala sesuatu yang dapat bernilai untuk dikunjungi atau untuk dilihat (Pandit, 1999: 17).
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa objek wisata merupakan segala sesuatu yang bernilai dan mempunyai arti penting untuk di kunjungi serta mempunyai daya tarik tertentu baik dari segi keunikan, bentuk, dan nilai yang terkandung yang menjadikan tujuan bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut.
2.1.4.3 Syarat Objek Wisata Menurut James J. Spillane, suatu objek wisata atau destination, harus meliputi 5 unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanannya, maka objek wisata harus meliputi :
16
1. Atraksi Merupakan pusat dari industri pariwisata. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu seperti: keindahan alam, iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, etnik dan kemampuan untuk menuju tempat tersebut 2. Fasilitas Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi berkembang. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut. 3. Infrastruktur Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk infrastruktur penting dalam pariwisata adalah: sistem pengairan, sumber listrik, jaringan komunikasi, sistem pembuangan, jasa kesehatan, jalan raya. 4. Transportasi Meliputi informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal, informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan lokal, sampai peta kota.
17
5. Keramahtamahan Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing (James J. Spillane, 1994: 63-72).
2.1.4.4 Jenis-jenis Pariwisata Jenis-jenis pariwisata menurut James J. Spillane, berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu : 1. Pariwisata Menikmati Perjalanan Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingintahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati
keindahan
alam,
mengetahui
hikayat
rakyat
setempat,
mendapatkan ketenangan. 2. Pariwisata Rekreasi Pariwisata
ini
dilakukan
untuk
pemanfaatan
hari-hari
libur
untuk
beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan. 3. Pariwisata Kebudayaan Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adatistiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda,
18
mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain. 4. Pariwisata Olahraga Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori: a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya. b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain. 5. Pariwisata Bisnis Menurut
para
ahli
teori,
perjalanan
pariwisata
ini
adalah
bentuk
profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan. 6. Pariwisata Konvensi Pariwisata
ini
banyak
diminati
oleh
negara-negara
karena
ketika
diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunanbangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi (James J. Spillane, 1987: 29-31).
19
Menurut Undang-Undang No.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan bab III pasal 4, objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut adalah: 1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. 2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi, dan tempat hiburan. Jadi dari pengertian di atas, kompleks K.H Gholib termasuk wisata budaya karena di lokasi tersebut terdapat peninggalan masa lalu berupa masjid, makam dan juga rumah yang dijadikan museum yang berisi peninggalan K.H Gholib pada waktu berada di Pringsewu.
Enok Maryani menyatakan bahwa produk wisata budaya terdiri dari atraksi dan benda peninggalan. Rinciannya adalah sebagai berikut : 1. Archaelogical, Historical, and Cultural site, Yang termasuk ke dalam situs
budaya, sejarah dan arkeologi adalah monumen nasional dan budaya, bangunan peribadatan bersejarah contohnya gereja, masjid, kuil (klenteng), bangunan (gedung) bersejarah, daerah dan kota, dan berbagaitempat penyelenggaraan event bersejarah lain. 2. Distinctive Cultural Pattern, pola kebudayaan, tradisi dan gaya hidup ang tidak
biasa. 3. Art and Handycrafts, yang termasuknya adalah tarian, music, drama dan seni
melukis/memahat. 4. Interesting economic activities, yaitu atraksi observasi, deskripsi dan
demonstrasi dari aktivitas ekonomi.
20
5. Interesting Urban Areas, area perkotaan dengan variasi gaya arsitektual,
bangunan dan daerah bersejarah, merupakan suatu atraksi bagi para wisatawan yang suka menikmati pemandangan kota. 6. Museum and other cultural facilities, yang termasuk di dalamnya adalah
museum bersejarah dan fasilitas kebudayaan lainnya seperti galeri barang antik. 7. Cultural festivals, festival kebudayaan yang terkait dengan tradisi lokal dan
kesenian
(file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.../CULTURE_HERITAGE.pdf
Jurnal Enok Maryani, halaman 7-8).
2.1.5
Pengembangan Objek Pariwisata
Dalam melakukan pengembangan objek wisata, terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian agar mendapat minat dari pengunjung. Dalam hal ini Astarina menjelaskan ada tiga kriteria yang harus dipenuhi agar objek wisata diminati oleh wisatawan, yaitu: 1. Something to see Objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung ke objek tersebut. 2. Something to do Wisatawan yang berkunjung ke objek tersebut dapat melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, rileks, dan memberikan
21
pengetahuan tentang tempat yang dikunjunginya sehingga membuat wisatawan yang berkunjung merasa betah berlama-lama di tempat tersebut. 3. Something to buy Adalah fasilitas yang digunakan wisatawan untuk berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas dari daerah tersebut, sehingga dapat dijadikan oleholeh (Yoeti dalam Astarina, 2010: 32). Perencanaan dan pembuatan kebijakan merupakan hal yang penting dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata, karena dengan adanya hal tersebut, suatu objek wisata akan dapat berkembang dengan pesat dan dapat dikenal oleh masyarakat dengan cepat. Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang kepariwisataan, Pasal 30 yang berbunyi: Pemerintah kabupaten/kota berwenang: a. Menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota; b. Menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota; c. Menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota; d. Melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata; e. Mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya; f. Memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya; g. Memfasilitasi daya tarik wisata baru; h. Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup kabupaten/kota; i. Memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang berada di wilayahnya; j. Menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan k. Mengalokasikan anggaran kepariwisataan (Muljadi, 2012: 218)
Pemerintah Kabupaten Pringsewu dalam hal pengelolaan dan pengembangan pariwisata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu Bidang Pariwisata. Secara umum, rencana pengembangan
22
pariwisata di Kabupaten Pringsewu dilakukan mulai dari perencanaan pengembangan fasilitas yang memadai dan daya tarik yang terkandung di dalam objek wisata di Kabupaten Pringsewu.
2.2
Kerangka Pikir
Di era modern seperti saat ini rekreasi dipandang sebagai kebutuhan sekunder bagi manusia, karena dengan berekreasi seseorang tidak hanya mendapatkan kesenangan juga namun juga untuk memulihkan kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Selain itu dengan berpariwisata pula dapat membuat seseorang menjadi tertarik pada hasil suatu kebudayaan dan adat istiadat serta tata cara hidup masyarakat yang dikunjunginya, serta mengenal peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di tempat objek wisata.
Makam, masjid dan museum yang memuat peninggalan K.H Gholib yang berada di Pringsewu menjadi saksi bahwa di daerah Pringsewu juga merupakan daerah perjuangan kemerdekaan. K.H Gholib sebagai seorang ulama dan pejuang kemerdekaan harus selalu dikenang jasanya dalam perjuangannya memajukan daerah Pringsewu untuk mengembangkan Islam, membangun kegiatan ekonomi kreatif dan perjuangannya bersama rakyat dalam mengusir Belanda di tanah Pringsewu. Kabupaten Pringsewu dengan sejarahnya yang cukup panjang meninggalkan bukti-bukti sejarah masa lalu yang belum terekspos oleh publik. Hal ini disebabkan masyarakat Pringsewu lebih memilih untuk berwisata ke tempat wisata buatan yang ada di Kabupaten Pringsewu seperti kolam renang dan tempat pemancingan. sehingga tempat-tempat wisata bernilai sejarah kurang di minati oleh masyarakat. Semua peninggalan K.H Gholib yang dikelola oleh
23
yayasan sampai saat ini masih terawat dengan baik. Hal ini karena perhatian dari orang-orang yang berkepentingan seperti keluarga dan Disdikbudpar bidang pariwisata terhadapnya juga besar. Sampai saat ini terdapat beberapa usaha agar semua peninggalan K.H Gholib dapat lebih dikenal luas dengan pembangunan di sekitar tempat peninggalan, perawatan terhadap benda dan peninggalan tersebut, pegenalan tokoh kepada masyarakat, promosi kepada publik dan merencanakan pengembangan pariwisata.
Dilihat dari usaha tersebut, pengembangan dan pembangunan pariwisata di Kabupaten Pringsewu perlu dilakukan, terkhusus lagi wisata sejarah. Agar dapat dirasakan keberadaannya bukan hanya bagi para wisatawan yang datang dari luar kota namun juga oleh masyarakat di sekitar lokasi wisata tersebut. Seperti yang telah di tuliskan dalam undang-undang bahwa penyelenggaraan pariwisata dilakukan dengan asas manfaat, usaha bersama, dan kekeluargaan, sehingga penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan untuk dapat memberi manfaat sebesarbesarnya bagi kepentingan masyarakat dan pemerintah Kabupaten Pringsewu.
24
2.3
Paradigma
Yayasan K.H Gholib
Pembangunan areal makam
Perawatan terhadap benda peninggalan
Pengenalan tokoh kepada wisatawan
Promosi kepada publik
Melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata
Keterangan :
= Garis kegiatan = Garis tindak lanjut
Merencanakan pengembangan pariwisata
25
REFERENSI
Hugiono dan P.K Poerwantana. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 5 Ibid. halaman 10 Nugroho Notosusanto. 2007. Buku Sejarah 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira. Halaman 16 H.B Siswanto. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Pasal 3, 7, dan 8 Chatamarrasjid Ais. (2002). Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Fitri Pratiwi Rasyid. 2013. Jurnal Eksistensi Yayasan Sebagai Pihak Dalam Melaksanakan Usaha Ditinjau dari Undang-Undang Yayasan. Makasar: Universitas Hasanudin Departemen Pendidikan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 949 Sagimun M.D. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta : CV Haji Masagung. Halaman 2 Ibid. Halaman 12-13 Muljadi A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Halaman 8 Oka A Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. Halaman 114 A.J Muljadi. Loc cit. Halaman 8 Oka A Yoeti. 2013. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung : Angkasa. Halaman 2
26
I Nyoman, S Pandit. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Cetakan Ke-enam (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Halaman 17 James J. Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia : siasat ekonomi dan rekayasa kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 63-72 _______________. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 29-31 UU No 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan bab III pasal 4 http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.../CULTURE_HERITAGE.pdf Enok Maryani halaman 7-8)
(Jurnal
Yesita Astarina. 2010. Manajemen Pariwisata. Makalah. Pagaralam. Halaman 32 A.J Muljadi. Op Cit. Halaman 218
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Yang Digunakan
Dalam sebuah penelitian metode penelitian dibutuhkan untuk mengukur sebuah keberhasilan, karena metode merupakan salah satu faktor yang penting untuk memecahkan sebuah masalah dalam penelitian. Menurut suwardi, metode penelitian mempunyai pengertian sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013: 3). Metode adalah sebuah cara yang ditempuh oleh peneliti dalam menentukan pemahaman yang sejalan dengan fokus dan tujuan dari penelitian (Maryeini, 2005: 24). Menurut Winarno Surachmat, metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu (Winarno Surachmat, 1982: 121).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti dalam mendapatkan data yang akurat dengan menggunakan hipotesis dan alat serta teknik pengumpulan data dalam menguji sebuah fakta untuk mencapai tujuan dan kegunaan dalam melakukan sebuah penelitian. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif, karena data dan fakta yang diambil berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang serta perilaku mereka dan tidak berupa angka statistik
26
atau bentuk hitungan lain (Bogdan dan Taylor dalam Basrowi, 2008: 1). mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang diamati (Suwandi dan Basrowi, 2008: 1).
Pendapat tesebut mendapat dukungan dan sependapat dengan definisi Kirk dan Miller dalam Suwandi yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia secara individu maupun dengan kelompoknya dalam bahasannya dan dalam peristilahannya (Kirk dan Miller dalam Suwandi, 2008: 21).
Sementara itu, Haris Herdiansyah menyatakan bahwa ada beberapa poin yang mendasari pengertian kualitatif. Pertama adalah ilmiah yaitu penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Kedua konteks sosial yaitu dalam penelitian kualitatif fenomena yang diteliti harus satu kesatuan antara subjek dan lingkungannya. Ketiga alamiah yaitu dalam melakukan penelitian kualitatif tidak diperbolehkan mengubah latar ataupun konstruksi ranah penelitian. Keempat proses interaksi komunikasi yaitu sinkronisasi antara peneliti dengan subjek yang akan diteliti (Haris Herdiansyah, 2012: 9).
Ulasan Guba mengenai pengkajian penelitian kualitatif yang sebelumnya telah dilakukan oleh Willem dan Rausch disimpulkan oleh Basrowi dan Suwandi sebagai berikut: 1. Penelitian kualitatif adalah penelitian inkuiri naturalistik atau alamiah. 2. Sejauh mana tingkatan kenaturalistikannya merupakan kemampuan yang dilakukan oleh peneliti.
27
3. Peneliti harus mampu memberikan stimulus atau kondisi-anteseden yang mampu direspons oleh informan. 4. Peneliti harus mampu membatasi respons dari subjek (informan) sehingga hanya respons yang sesuai dengan tema saja yang disampaikan informan. 5. Inkuiri naturalistik, peneliti tidak perlu membentuk konsepsi-konsepsi atau pemahaman teoritik tertentu mengenai lapangan; sebaliknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni (grounded) dan memperkenalkan interpretasi-interpretasi muncul dari dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya. 6. Isilah naturalistik merupakan istilah yang tidak memodifikasi gejala-gejala Willem dan Rausch dalam Basrowi, 2008: 21)
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa penelitian kualitatif tidak melibatkan penghitungan dan angka untuk menguji fakta melainkan lebih kepada ucapan lisan maupun tulisan serta tingkah laku manusia. Oleh karenanya tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan gambaran umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan dari suatu masalah sosial. Hal ini sependapat dengan yang dinyatakan Basrowi dan Suwandi bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari subjek yang diteliti (Suwandi dan Basrowi, 2008: 23).
Dari beberapa pendapat tentang pengertian penelitian kualitatif dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang pengamatan berupa ucapan atau tulisan dan perilaku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendapatkan gambaran umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataaan-kenyataan.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, variabel penelitian adalah objek yang akan dijadikan perhatian dalam sebuah penelitian (Suharsimi Arikunto, 1985: 91).
28
Menurut Suryabrata variabel dapat diartikan sebagai gejala yang akan dijadikan objek pengamatan (Suryabrata, 2000: 126).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah titik fokus yang akan dijadikan penelitian. Selain itu variabel penelitian juga dapat dikatakan sebagai hal-hal penting yang dijadikan pokok bahasan yang akan diteliti.
Variabel yang akan dijadikan titik fokus dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu usaha Yayasan K.H. Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata di Kabupaten Pringsewu. Variabel tunggal digunakan untuk memudahkan dan memfokuskan peneliti dalam merumuskan inti dari penelitian yang akan dilakukan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang diperoleh dari penelitian yang akan diakukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 3.3.1
Teknik Wawancara
Menurut Koentjaraningrat, wawancara adalah salah satu pengumpulan data yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan dengan cara bercakap-cakap bertatap muka dengan informan (Koentjaraningrat, 1997: 162). Basrowi dan Suwandi mengemukakan, wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua belah pihak dengan maksud tertentu, yaitu pewawancara sebagai seorang yang
29
memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai yang memberikan jawaban (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127).
Maksud diadakannya wawancara seperti dijelaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Suwandi sebagai berikut: Mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan mendatang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi dari orang lainbaik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Suwandi dan Basrowi, 2008: 127) Menurut Warwick dalam Abdurrahmat Fathoni, pemilihan responden harus memerhatikan beberapa kriteria, diantaranya: a) Memiliki karakteristik yang sama dengan yang mewawancara. b) Memiliki kemampuan untuk memahami pertanyaan. c) Mampu memberikan jawaban yang tepat. Jika ketiganya dapat terpenuhi maka proses wawancara dapat berlangsung dengan lancar (Abdurahmat Fathoni, 2006: 106).
Wawancara yang penulis gunakan adalah untuk menambah informasi yang belum diperoleh dari teknik pengumpulan data sebelumnya. Teknik ini digunakan untuk mencari keterangan yang lebih lengkap dari kasus yang akan diteliti. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara baku terbuka dimana pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan baku, urutan dan penyampaiannya sama untuk setiap responden. Hal ini dilakukan untuk mengurangi variasi jawaban dari responden yang diwawancarai.
30
3.3.2
Teknik Observasi
Suwardi Endraswara mengemukakah bahwa observasi merupakan suatu penelitian secara sistematis dengan menggunakan indera manusia, pengamatan ini dilakukan ketika terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam (Suwardi Endraswara, 2006: 133), sedangkan Joko Subagyo berpendapat, observasi merupakan pengamatan yang dilakukan dengan sengaja mengenai fenomena sosial dan gejala psikis untuk dilakukan penelitian (Joko Subagyo, 1997: 63).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara megamati secara langsung dengan menggunakan indera manusia yang selanjutnya melakukan pencatatan terhadap fenomena yang timbul. Teknik observasi yang penulis lakukan yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti untuk membantu mengumpulkan data yang akurat berkaitan dengan pelestarian peninggalan K.H Gholib. 3.3.3
Teknik Kepustakaan
Menurut Nyoman Kuntha Ratna, metode kepustakaan adalah metode penelitian yang cara mengumpulkan datanya dikakukan di tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan (Nyoman Kuntha Ratna, 2010: 196), sedangkan Koentjaraningrat mengemukakah bahwa studi pustaka adalah suatu metode atau cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan dari bermacam-macam materi yang terdapat pada ruangan perpustakaan yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1997: 8).
31
Kedua pendapat tersebut sejalan dengan Hadari Nawawi yang berpendapat bahwa studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti (Hadari Nawawi, 2001: 133).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik kepustakaan adalah suatu metode atau cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mencari data penelitian dengan cara mempelajari buku-buku literatur yang berada di perpustakaan dan tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 3.3.4
Teknik Dokumentasi
Hadari Nawawi menjelaskan bahwa teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, tentang arsip dan buku lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi, 2001: 58). Pendapat ini diperkuat
oleh
Koentjaraningrat
yang
berpendapat,
teknik
dokumentasi
merupakan suatu cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan buku, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diselidiki (Koentjaraningrat, 1997: 188).
Dengan menggunakan metode ini penulis mengumpulkan data dari catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga yang diharapkan akan memperoleh data yang lengkap dan bukan merupakan perkiraan. Data yang dicari berupa catatan dokumen tertulis yang sudah ada baik dari arsip maupun dari buku. Dan data yang didapat dari teknik dokumentasi ini digunakan
32
untuk menjadi data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang telah diperoleh dari teknik pengumpulan data sebelumnya. 3.4 Teknik Analisis Data Setelah data yang diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data di atas terkumpul, selanjutnya data-data tersebut dianalisis untuk dijadikan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Teknik analisis data ada dua macam, yaitu: teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Dan data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif karena dalam pengumpulan dan tekniknya tidak menggunakan perhitungan-perhitungan angka, dengan demikian teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
Menurut Miles dan Huberman dalam Basrowi, ada tiga tahap kegiatan dalam proses analisis data kualitatif, yaitu: (1) reduksi data (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. 2. Penyajian Data Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara apik. 3. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan ‘temuan baru’ yang berbeda dari temuan yang sudah ada (Miles dan Huberman dalam Basrowi, 2008: 209)
33
REFERENSI
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta. Halaman 3 Maryeini. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara. Halaman 24 Winarno Surachmat. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. Halaman 121 Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 1 Ibid. Halaman 21 Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Halaman 9 Suwandi dan Basrowi. Op Cit. Halaman 21 Ibid. Halaman 23 Surahsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bandung : Bina Aksara. Halaman 91 Sumardi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Halaman 126 Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia. Halaman 162 Suwandi dan Basrowi. Op Cit. Halaman 127 Abdurahmat Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 106 Suwardi Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Widya Tama. Halaman 133 Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia. Halaman 63 Nyoman Kuntha Ratna. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Sosial Humaniora Pada Umumnya. Jakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 196 Koentjaraningrat. Op Cit. Halaman 8
34
Hadari Nawawi. 2001. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Pers. Halaman 133 Ibid. Halaman 38 Koentjaraningrat. Op Cit. Halaman 188 Suwandi dan Basrowi. Op Cit. Halaman 209
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dalam pelestarian peninggalan K.H Gholib sebagai objek pariwisata, Yayasan K.H Gholib melakukan serangkaian usaha, kegiatan usaha tersebut meliputi: 1. Pembangunan, dimaksudkan untuk memperindah dan merapikan areal makam yang semula hanya berupa bangunan makam saja. 2. Perawatan yang dilakukan untuk menjaga agar peninggalan K.H Gholib tidak mengalami kerusakan yang fatal. Perawatan ini dilakukan oleh keluarga dan masyarakat yang peduli dengan kompleks K.H Gholib. 3. Pengenalan tokoh yang dilakukan yaitu dengan pemberian wawasan pengetahuan tentang siapa K.H Gholib yang mereka ziarahi. Serta pembuatan buku agar setiap orang yang membutuhkan referensi tentang K.H Gholib dapat dengan mudah mendapatkannya. 4. Promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Disdikbudpar bidang pariwisata dengan menyebarkan pamflet dan memasang penunjuk jalan ke areal objek wisata makam K.H Gholib. 5. Perencanaan pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib dengan melakukan kerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan kepariwisataan dan pembuatan rencana pembangunan untuk menambah saran dan fasilitas penunjang pariwisata.
57
5.2
Saran
Mengenai pelestarian peninggalan K.H Gholib sebagai objek pariwisata terdapat beberapa saran, diantaranya: 1. Yayasan harus lebih banyak melakukan kerja sama dengan pihak manapun dalam kaitannya pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib. 2. Lebih intens dalam mengenalkan objek pariwisata K.H Gholib kepada masyarakat baik dari Yayasan maupun dari Pemerintah daerah; 3. Bersama-sama menjaga dan merawat peninggalan K.H Gholib karena itu merupakan aset yang berharga.
Daftar Pustaka
A.J., Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Arikunto, Surahsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bandung : Bina Aksara. Ais, Chatamarrasjid. (2002). Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Bina Aksara Astarina, Yesita. 2010. Manajemen Pariwisata. Makalah. Pagaralam. Bappeda, BPS. 2014. Pringsewu Dalam Angka. Pringsewu: Bappeda. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdikbud. 1990. Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung Buku III. Jakarta: Agung Sidapore. Disdikbudpar. 2014. Selamat datang di Pariwisata Pringsewu. Pringsewu : Disdikbudpar. ___________. 2014. Pariwisata Dalam Data Tahun 2014. Pringsewu: Disdikbudpar. Diskominfo. 2015. Sejarah Pringsewu. Pringsewu: Diskominfo Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Widya Tama. Fathoni, Abdurahmat. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia. Kusno, Abi. 1998. Selayang Pandang tentang Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan, Makalah pada seminar Islam dan Pariwisata. Bandar Lampung. M.D., Sagimun. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta : CV Haji Masagung Maryeini. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. 2001. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Pers. Notosusanto, Nugroho. 2007. Buku Sejarah 1 SMA Kelas X. Jakarta Yudhistira Poerwantana P.K, dan Hugiono. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Rineka Cipta. Rasyid, Fitri Pratiwi. 2013. Jurnal Eksistensi Yayasan Sebagai Pihak Dalam Melaksanakan Usaha Ditinjau dari Undang-Undang Yayasan. Makasar: Universitas Hasanudin. Ratna, Nyoman Kuntha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Sosial Humaniora Pada Umumnya. Jakarta: Pustaka Pelajar. S Pandit, I Nyoman. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Cetakan Ke-enam (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara Spillane, James J. 1994. Pariwisata Indonesia : siasat ekonomi dan rekayasa kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. _______________. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius. Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta Suryabrata, Sumardi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada Surachmat, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. ___________. 2013. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung : Angkasa.
Sumber Lain: http://pringsewukab.go.id/sejarah-pringsewu/ diakses tanggal 20 September 2014 http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.../CULTURE_HERITAGE.pdf (Jurnal Enok Maryani) http://nu.or.id/k.h Gholib Lampu terang di “Bambu Seribu” Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan Undang-undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Undang-Undang No 48 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Pringsewu Wawancara dengan Bapak H. Syamsul Ma’arif, 22 Maret 2015 Wawancara dengan Bapak Suchairi Sibarani, 25 Maret 2015 Wawancara dengan Ibu Farida Ariyani, 5 Mei 2015