KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO DWELLERS PREPAREDNESS TO DEAL WITH FLOOD IN BENDUNGAN VILLAGE, GRABAG DISTRICT, PURWOREJO REGENCY Oleh: Yuliana, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kesiapsiagaan masyarakat Desa Bendungan dalam menghadapi bencana banjir, 2) upaya masyarakat Desa Bendungan dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang tinggal di Desa Bendungan yang berjumlah 317 kepala keluarga terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Bonosari, Danasri, Sidorejo, dan Parirejo. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 76 kepala keluarga yang diambil dari jumlah seluruh kepala keluarga di empat dusun tersebut dengan menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 10 %. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel proportional random sampling. Variabel penelitian meliputi: pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana banjir, rencana untuk keadaan darurat, sistem peringatan bencana, dan kemampuan mobilisasi sumberdaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data dilakukan dengan tiga tahap yaitu editing data, coding, dan tabulasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data statistik sederhana (kuantitatif) dengan menggunakan tabel frekuensi, kemudian secara deskriptif diadakan analisis (analisis deskriptif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Bendungan dalam menghadapi bencana banjir tergolong pada kategori “kurang siap” rata-rata skor dari nilai keseluruhan responden yang menunjukkan angka 10,75. 2) Bentuk upaya masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir seperti menyiapkan peralatan untuk keadaan darurat, menyiapkan tempat pengungsian, melakukan perencanaan untuk evakuasi, menempatkan barang-barang berharga ke tempat yang aman, dan mengevakuasi kelompok rentan. Kata Kunci: Kesiapsiagaan, Bencana, Banjir, Masyarakat Desa Bendungan Abstrac The aim of this research are to find out : 1) The preparedness of Bendungan’s village dwellers to deal with the flood 2) The efforts of Bendungan’s village dwellers improve the preparedness for flood. This is descriptive research using quantitative analysis. The object of this study are all of the households who lived in Bendungan village totaled 317 consisting of four hamlets namely Bonosari, Danasri, Sidorejo, and Parirejo. The sample used amounted to 76 households taken from the total number of households in the four hamlets using the Slovin’s formula with 10% standard
error. The sampling technique using proportional random sampling technique. The variable research includes: knowledge and attitudes towards flood risk, plans for emergency, warning systems disaster, and the ability mobilization of human resources. Data collecting technique data using observation, interview, and documentation. Data processing technique completed in three stages, editing data, coding, and tabulating.Data analysis technique in this research was simple statistical data analysis (quantitative) frequency table continued with descriptive analysis. The research results show that: 1) Preparedness level of Bendungan’s village dwellers to deal with the flood is low, 10,75 in average from all respondense, 2) The efforts of Bendungan’s village dwellers to improve preparedness for flood are preparing emergency equipment, setting up refugee camps, planning evacuation, putting valuable items in safe place, and evacuating vulnerable groups. Keywords: Preparedness, Disaster, Flood, Bendungan’s village dwellers bantaran
PENDAHULUAN Bencana peristiwa
banjir
adalah
tergenangnya
sungai,
dan
sistem
drainase yang tidak memadai.
suatu
Kabupaten
Purworejo
daerah yang disebabkan oleh hujan
merupakan salah satu Kabupaten di
yang
tidak
Jawa Tengah yang rentan terhadap
mampunya bendungan menampung
bencana banjir dan longsor. Daerah
volume air sehingga terjadi luapan
banjir
air sungai. Banjir dapat terjadi
merupakan
karena
keseimbangan
sungai Butuh, Sungai Jali, yang
bantaran sungai secara alamiah
bertemu dengan Sungai Gentan,
seperti perkembangan erosi aliran
Sungai Gebang, Sungai Keceme,
sungai cepat, tingkat sedimentasi
Sungai
pesat, dan kondisi daerah peresapan
Kecamatan-kecamatan
yang rusak disekitarnya. Selain itu,
Pituruh, dan Grabag merupakan
aktivitas
daerah rawan banjir (Sudibyakto,
sangat
deras
gangguan
dan
manusia
sepanjang
bantaran sungai juga dapat memicu
2011:
terjadinya
tahun
banjir,
membuang sembarangan,
antara
sampah
lain secara
Kabupaten
Purworejo
pertemuan
Pucung
di
87-88). Dalam
Purworejo
terakhir mengalami
sungai-
Grabag. Butuh,
beberapa Kabupaten bencana
membangun
banjir yakni pada akhir tahun 2013,
pemukiman penduduk disepanjang
2014, dan 2016. Bencana banjir di
Kabupaten Purworejo yang terjadi
terjadi di Desa Bendungan karena
pada 20 Desember 2013 merupakan
sebagian
banjir
menyeret
merupakan daerah dengan topografi
korban jiwa, merendam rumah
datar yang daerahnya lebih rendah
warga,
dibandingkan daerah di sekitarnya.
besar
hingga
serta
merusak
lahan
besar
wilayahnya
pertanian. Menurut Badan Nasional
Terjadinya
Penanggulangan Bencana (BNPB),
Bendungan sering dipicu oleh hujan
terdapat 13 kecamatan dari 16
yang
kecamatan di Kabupaten Purworejo
tersebut.
dilanda
Kecamatan
Dlangu dan Sungai Lereng yang
tersebut meliputi 53 desa yang
tidak mampu menampung volume
diantaranya
tanah
air hujan yang terus menerus
menimbulkan
mengguyur daerah tersebut. Jenis
korban tewas karena tertimbun
tanah berupa tanah aluvial dengan
longsor dan hanyut terseret arus.
tekstur
longsor
banjir.
13
juga
terjadi
hingga
Kecamatan
banjir
terus
di
mengguyur
Pendangkalan
lempung
yang
Desa
daerah Sungai
tingkat
Grabag
permeabilitas rendah, infiltrasi kecil
merupakan salah satu Kecamatan
juga menjadi pemicu terjadinya
yang terdampak bencana banjir.
banjir.
Kecamatan
ini
merupakan
Masyarakat
di
Desa
kecamatan yang ada di Kabupaten
Bendungan sebagian besar berada
Purworejo
dikategorikan
dalam kondisi rentan karena tinggal
sebagai kawasan yang memiliki
di daerah yang memiliki potensi
potensi bahaya banjir. Desa di
bahaya banjir. Kondisi tersebut
Kecamatan Grabag yang terdampak
menunjukkan bahwa masyarakat
banjir
memerlukan strategi khusus agar
yang
terdiri
diantaranya Rowodadi,
dari Desa
6
desa
Trimulyo,
tetap
bisa
hidup
di
daerah
Bendungan,
berpotensi bahaya banjir. Salah satu
Wonoenggal, Sumberagung, dan
usaha yang dapat dilakukan untuk
Aglik. Desa yang terdampak parah
memperkecil
di Kecamatan Grabag adalah Desa
banjir
Bendungan. Bencana banjir sering
upaya kesiapsiagaan masyarakat.
dampak
bencana
adalah dengan memiliki
Kesiapsiagaan adalah serangkaian
kesadaran
kegiatan tentang kebutuhan yang
pengetahuan
akan timbul jika terjadi bencana
upaya
guna untuk mengantisipasi bencana
meningkatkan
dan
mengahadapi bencana banjir yang
menyiapkan
ketataran lebih
masyarakat
kesiap/kesiagaan
baik
bencana.
dalam
menghadapi
Dengan
demikian,
kesiapsiagaan diperlukan
yang
untuk
dapat
dan
memberikan
akan
pentingnya
masyarakat
kesiapsiagaan
terjadi
sewaktu-waktu.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
peneliti
masyarakat
melakukan
memastikan
“Kesiapsiagaan
tertarik
penelitian
dalam
Menghadapi
bencana
Banjir
di
meminimalkan
sehingga dampak
dapat negatif
yang muncul dari bencana tersebut.
untuk
mengenai
Masyarakat
respon yang efektif apabila terjadi banjir
dalam
Desa
Bencana
Bendungan,
Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo”.
Peristiwa banjir akhir tahun 2013
telah
membangkitkan
kesalahan
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
10
%.
Teknik
merupakan
pengambilan sampel menggunakan
penelitian deskriptif dengan analisis
teknik sampel acak proporsi atau
data kuantitatif. Populasi penelitian
imbangan.
ini adalah kepala keluarga yang
Variabel
penelitian
ini
tinggal di Desa Bendungan yang
meliputi: pengetahuan dan sikap
tersebar di empat dusun yaitu di
terhadap risiko bencana, rencana
Dusun Bonosari, Danasri, Sidorejo,
untuk
dan
peringatan
Parirejo.
Sampel
dalam
keadaan
darurat, bencana,
sistem dan
penelitian ini berjumlah 76 kepala
kemampuan
keluarga yang diambil dari seluruh
sumberdaya. Teknik pengumpulan
kepala keluarga di empat dusun
data
tersebut
penelitian ini adalah observasi,
rumus
dengan Slovin
menggunakan dengan
taraf
yang
wawancara,
memobilisasi
digunakan
dan
dalam
dokumentasi.
Teknik
analisis
data
dengan
Tingkat
pendidikan
menggunakan teknik analisis data
responden
deskriptif
pendidikan terbanyak yaitu
dengan
pendekatan
kuantitatif. HASIL
dengan
tingkat
pada jenjang SD sebesar 50 PENELITIAN
DAN
persen. Responden dengan
PEMBAHASAN
tingkat
1. Karakteristik Responden
paling
sedikit
adalah
akademi/
perguruan
tinggi
a. Karakteristik
Responden
Menurut Tingkat Umur Responden
paling
pendidikan
yang
sebesar 2,63 persen. Secara keseluruhan
tingkat
banyak yaitu pada kelompok
pendidikan responden dalam
umur 40 – 49 tahun sebesar
penelitian ini cukup baik,
24 jiwa (31,58%), dan jumlah
sebagian
responden paling sedikit pada
mengikuti pendidikan formal
rentang umur < 20 tahun
dengan tahun sukses tamat
sebesar 1 jiwa (1,32%). Data
SD, SLTP, SLTA, maupun
tersebut menunjukan bahwa
tamat
hampir
sebesar
semua
responden
besar
responden
akademi/PT, 6,
58
hanya persen
penelitian tergolong dalam
responden yang tidak sekolah
umur produktif. Masyarakat
dan tidak tamat SD.
pada umur produktif akan lebih
aktif
meningkatkan
dalam
c. Karakteristik
Responden
Menurut Jenis Pekerjaan
pengetahuan
Sebagian
besar
terhadap bencana dan dalam
responden dalam penelitian
melakukan
ini
upaya
memiliki
pekerjaan
meningkatkan kesiapsiagaan
sebagai petani sebesar 72,37
dalam menghadapi bencana
persen
banjir.
responden
b. Karakteristik Menurut Pendidikan
dan paling
pekerjaan sedikit
Responden
dengan persentase terendah
Tingkat
adalah guru sebesar 1,32 persen.
Pertanian
menjadi
sektor yang paling banyak
darurat,
seorang
dikerjakan oleh masyarakat di
keluarga
bertanggungjawab
Desa
penuh
Bendungan
untuk
nafkah
guna
mencari memenuhi
kebutuhan
atas
kepala
keselamatan
seluruh anggota keluarga. 2. Kesiapsiagaan
Masyarakat
hidupnya. Semakin membaik
Desa
kondisi
Menghadapi Bencana Banjir
perekonomian
seseorang maka kemampuan
Bendungan
a. Pengetahuan
dalam
dan
Sikap
untuk menyiapkan tabungan
Terhadap Risiko Bencana
untuk menghadapi bencana
Banjir
dan
perlengkapan
untuk
Pengetahuan dan sikap
keadaan darurat ketika terjadi
masyarakat
merupakan
bencana dapat terpenuhi.
pengetahuan
dasar
yang
dimiliki
oleh
Responden
semestinya
Menurut Jumlah Anggota
masyarakat
Keluarga
pemahaman tentang bahaya
d. Karakteristik
Sebagian
besar
bencana,
meliputi
penyebab,
gejala
responden Desa Bendungan
atau tanda, pengalaman akan
memiliki
jumlah
bencana,
keluarga
3-4
sebesar
anggota
jiwa
55,26
dampak
yaitu
ditimbulkan, maupun sikap
persen.
apa yang harus dilakukan bila
Responden dengan 5-6 jiwa
terjadi
sebesar
pengetahuan
28,95
yang
persen,
banjir.
Parameter dan
sikap
sedangkan persentase paling
mengenai
bencana
banjir
rendah adalah 1,32 persen
memiliki
presentase
nilai
dengan
rata-rata keseluruhan sebesar
jumlah
anggota
keluarga ≥ 7 jiwa. Jumlah
91
anggota
menjadi
menandakan, hampir semua
karakteristik responden dalam
responden memahami risiko
penelitian ini karena dalam
bencana
proses evakuasi saat keadaan
penyebab, gejala atau tanda,
keluarga
persen.
Hal
banjir
tersebut
(bahaya,
pengalaman,
dan
dampak)
Sistem
peringatan
serta sikap apa yang harus
bencana merupakan awal dari
dilakukan bila terjadi banjir.
semua
b. Rencana untuk Keadaan
kesiapsiagaan
yang
dilakukan masyarakat, sistem peringatan bencana yang baik
Darurat Rencana
tanggap
akan
meminimalkan
darurat menjadi bagian yang
terjadinya korban jiiwa dan
penting dalam suatu proses
kerugian
kesiapsiagaan, terutama yang
dapat
terkait
evakuasi,
peringatan
meliputi
dan
peringatan
dan
dengan
pertolongan
akibat
bencana
berkurang.
Sistem tanda
distribusi
penyelamatan, agar korban
informasi
bencana dapat diminimalkan.
bencana. Parameter sistem
Parameter
terbagi
peringatan bencana terbagi
menjadi lima yaitu: rencana
menjadi tiga indikator yaitu:
evakuasi,
sistem
peringatan
lokal,
sistem
untuk
tersebut
alat
transportasi
keadaan
darurat,
jika
terjadi
berbasis peringatan
perlengkapan
evakuasi,
berbasis teknologi, dan sistem
barang-barang
keadaan
peringatan banjir. Dari ketiga
darurat, latihan dan simulasi
indikator tersebut, parameter
evakuasi.
sistem
Dari
kelima
peringatan
bencana
indikator tersebut, parameter
memiliki
rencana
rata-rata keseluruhan sebesar
untuk
keadaan
darurat memiliki presentase nilai
rata-rata
keseluruhan
sebesar 58 persen, artinya sebagian
besar
presentase
31 persen. d. Mobilisasi Sumberdaya Mobilisasi sumberdaya
responden
dibutuhkan
individu
sudah memiliki rencana untuk
masyarakat
dalam
menghadapi keadaan darurat.
pemulihan
atau
c. Sistem Peringatan Bencana
nilai
atau upaya
bertahan
dalam kondisi bencana atau keadaan darurat. Parameter
sistem
peringatan
bencana
menghadapi bencana banjir di
terbagi
menjadi
empat
Desa Bendungan, yaitu sebagai
indikator yaitu: keikutsertaan
berikut:
dalam
∑X = 817
pelatihan,
frekuensi
keikutsertaan
dalam
pelatihan, pendanaan untuk menghadapi jaringan Dari
bencana,
N = 76 Sehingga:
dan
sosial
responden.
keempat
indikator
tersebut, parameter mobilisasi sumberdaya presentase keseluruhan
memiliki nilai
rata-rata
sebesar
36
persen.
maka diperoleh nilai rata-rata kesiapsiagaan
sebesar
10,75
sehingga tingkat kesiapsiagaan
3. Tingkat
Kesiapsiagaan
Masyarakat Tingkat dapat
Dari perhitungan tersebut,
dihitung
masyarakat di Desa Bendungan termasuk pada kategori “kurang
kesiapsiagaan
siap”.
menggunakan
rumus rata-rata dari seluruh nilai skor masing-masing responden, yaitu sebagai berikut:
4. Upaya
Masyarakat
Desa
Bendungan
dalam
Meningkatkan Kesiapsiagaan a. Menyiapkan peralatan untuk keadaan darurat
Keterangan:
Menyiapkan
M = Jumlah Rata-rata
untuk tindakan penyelamatan
X = Nilai individual
misalnya
N = Jumlah individu Rumus rata-rata tersebut yang
digunakan
peralatan
untuk
menentukan kategori parameter kesiapsiagaan masyarakat dalam
perahu
penting
untuk dilakukakan. Sebagian masyarakat sudah melakukan persiapan peralatan evakuasi. Masyarakat
di
di
Desa
Bendungan sebagian sudah
memiliki perahu kecil yang
berkaitan dengan koordinasi
dapat digunakan dalam proses
antara
evakuasi menuju lokasi yang
lainnya ketika dalam keadaan
aman. Perahu kecil tersebut
darurat, dan bagaimana cara
memiliki panjang 400 cm,
menyelamatkan diri menuju
lebar 80 cm, dan tinggi 85
tempat
cm.
Perahu
dimiliki
satu
dengan
yang
kecil
yang
Masyarakat
masyarakat
akan
Bendungan
yang
aman.
di
Desa memiliki
sangat
membantu
dalam
koordinasi yang cukup baik
proses
evakuasi
secara
saat
mandiri.
keadaan
Pembagian
b. Menyiapkan
tempat
pengungsian
tugas
dalam
keluarga saat akan melakukan proses evakuasi sudah cukup
Rumah
panggung
merupakan
tempat
pengungsian sementara telah dibuat
darurat.
oleh
pemerintah
baik, anggota keluarga saling bahu
membahu
berusaha
melakukan tugasnya. d. Menempatkan barang-barang
setempat dan telah disepakati
berharga ke tempat
bersama
sebagai
lokasi
aman
evakuasi
ketika
terjadi
Menempatkan barang-
bencana. Rumah panggung
barang berharga merupakan
didirikan pada tahun 2008-
bentuk
2009 yang bertujuan sebagai
mengantisipasi
rumah
dampak
dari
sebagai tempat pengungsian
sehingga
kerusakan
sementara
kerugian dapat diminimalkan.
tsunami
dan
ketika
atau
terjadi
banjir. c. Melakukan
upaya
e. Mengevakuasi perencanaan
untuk evakuasi Melakukan perencanaan untuk evakuasi
yang
masyarakat timbulnya bencana dan
kelompok
rentan Kelompok
rentan
merupakan kelompok yang memiliki kekhususan tertentu
yang menyebabkan mereka
ketiga dusun lainnya dengan
lebih berisiko menjadi korban
rata-rata skor 11,28.
sehingga
memerlukan
perlindungan
yang
dibandingkan
lebih dengan
2. Bentuk upaya masyarakat Desa Bendungan dalam meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi
mayoritas masyarakat pada
bencana
yang
umumnya. Kelompok rentan
dilakukan seperti: menyiapkan
meliputi
peralatan untuk keadaan darurat,
anak-anak,
lanjut
usia, perempuan, dan difabel.
banjir
menyiapkan
tempat
pengungsian, KESIMPULAN
perencanaan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan
yang
telah
menempatkan
dan
bahwa:
rentan.
di
Desa
Bendungan
tergolong pada kategori “kurang siap” yaitu dengan rata-rata skor dari nilai keseluruhan responden yang menunjukkan angka 10,75. Persentase
responden
yang
memiliki kategori siap sebesar 32,89 persen, kategori kurang siap sebesar 63,16 persen, dan kategori tidak siap sebesar 3,95 persen.
untuk
evakuasi,
barang-barang
mengevakuasi
kelompok
kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi banjir
melakukan
berharga ketempat yang aman,
dilakukan, maka dapat disimpulkan
1. Tingkat
telah
Dusun
Bonosari
memiliki tingkat kesiapsiagaan masyarakat lebih siap diantara
DAFTAR PUSTAKA Bevaola Kusumasari.(2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal. Yogyakarta: Gava Media. Dodon. (2013). Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan di Permukiman Padat Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Fase Bencana Banjir. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Volume 24 Nomor 2, Agustus 2013. Hlm. 125-140. Gangsar Edi Laksono. (2015). Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Menghadapi Bencana Erupsi Gunungapi