VOLUME 18 Nomor 2, Desember 2003
ISSN 0216 - 3188
KARAKTERISASI PRODUK SAMPING HASIL PENGOLAHAN BIJIH TIMAH BANGKA
TITANIUM SILIKON KARBIDA : MATERIAL YANG MENGGABUNGKAN SIFAT FISIK KERAMIK DAN LOGAM
PEMBUATAN SERBUK TIMAH PUTIH MELALUI CARA ATOMISASI CENTRIFUGAL
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU PELARUTAN PERAK PADA PROSES THIOSULFATISASI
PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR Zr, Fe, Mg dan P TERHADAP UKURAN BUTIRAN DAN KEKERASAN PADA PADUAN Cu-Sn
PENGARUH PENAMBAHAN KOKAS DAN SULPHUR TERHADAP REDUKSI PELINDIHAN DENGAN LARUTAN AAC PADA PELET BIJIH NIKEL LATERIT
PROSES KARBONATASI DENGAN METODA PENGGELEMBUNGAN SKALA LABORATORIUM
PENINGKATAN NILAI KALOR LIMBAH BATUBARA KALIMANTAN TIMUR Diterbitkan Oleh :
PUSAT PENELITIAN METALURGI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Kawasan PUSPIPTEK Serpong-Tengerang 15314 Telp : 7560911,7560562 Ps. 3201 Fax : 7560553 E-mail :
[email protected]
TITANIUM SILIKON KARBIDA : MATERIAL YANG MEMADUKAN SIFAT FISIK KERAMIK DAN LOGAM
KARAKTERISASI PRODUK SAMPING HASIL PENGOLAHAN BIJIH TIMAH BANGKA Oleh :
Oleh :
Dr. Ir. F. Firdiyono
Solihin
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314 Banten Indonesia
INTISARI Ilmenit merupakan salah satu produk samping proses pengolahan bijih timah di Pulau Bangka. Untuk mempelajari dengan baik sifat-sifat dari bijih tersebut, maka telah dilakukan proses karakterisasi terhadap konsentrat ilmenit baik secara fisis maupun kimia. Proses konsebtrasi magnetik dilakukan dengan menggunakan alat Franz Isodynamic Separator model L – 1, dengan kuat arus listrik yang digunakan bervariasi antara 0,10 amper sampai 0,75 amper. Analisa komposisi kimia dan penyebaran mineral yang ada di dalam konsentrat dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometer dan difraksi sinar X. Hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrat ilmenit Bangka mengandung mineral yang lebih komplek dari pada ilmenit Australia. Makin tinggi magnetik yang digunakan akan menurunkan perolehan ilmenit dan meningkatkan perolehan ilmenorutil dan rutil. Kata Kunci : Kasiterit, Ilmenit, Rutile Sintetis,Ppigmen Ti02, Xenotim, Monazit, Zirkon, Konsentrasi Magnetik, Difraksi sinarX, Atomic Absortion Spectrometer
ABSTRACT Ilmenite is a by product of casseterite concentration process in Bangka. The physical and chemical analysis method was conducted to study the characteristic of that ore. The magnetic proses which current density as variable was done to the ore by using Franz Iso dynamic Separator Type L – 1. The current density was variated between 0,10 ampere to 0,75 ampere. Chemical composition and mineral distribution in the ore were analyzed by using Atomic Absorption Spectrofotometer and X – Ray Diffraction. The experimental results show that the ilmenite of Bangka contain a lot of gangue minerals comparing to the ilmenite of Australia. The increasing of magnetic current density will decrease the recovery of ilmenite and increase the recovery of ilmenorutile and rutile.
INTISARI Titanium silicon karbida adalah material unik yang menggabungkan sifat-sifat fisik unggulan logam dan keramik. Sintesa Ti3SiC2 umumnya dilakukan dengan pemanasan pada temperatur tinggi pada atmosfir inert atau vakum dengan berbagai modifikasi dan kombinasi pada teknik produksi dan starting material. Sampai saat ini, telah dapat dihasilkan Ti3SiC2 dengan kemurnian diatas 99 % dengan variasi modifikasi proses produksi dan starting material. Kata Kunci: Ti3SiC2, Keramik Lanjut, Proses Temperatur Tinggi.
ABSTRACT Titanium silicon carbide is unique material that combines excellent properties of metal and ceramics. Synthesis of Ti3SiC2 is generally done by heating at high temperature in inert or vacuum atmosphere through various modification and combination of production technique and starting material. Until now, Ti3SiC2 with purity more than 99 % can be produced by means of various modifications of process production and starting material. Keywords: Ti3SiC2, Advanced Ceramic, High Temperature Process.
PEMBUATAN SERBUK TIMAH (Sn) MELALUI CARA ATOMISASI CENTRIFUGAL PIRINGAN PUTAR
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU PELARUTAN PERAK PADA PROSES THIOSULFATASI
Oleh : Yuswono dan Saefudin
Oleh : Dedy Sufiandi dan Solihin
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI Kawasan PUSPIPTEK Serpong
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang
INTISARI Pembuatan serbuk logam Sn dapat diperoleh melalui cara atomisasi sentrifugal piringan putar dengan kecepatan rotasi tinggi. Logam Sn cair dijatuhkan vertikal ke atas permukaan piringan. Proses atomisasi berlangsung pada saat Sn cair menempati posisi di daerah pinggir piringan putar, kemudian logam cair pecah menjadi serbuk logam akibat menerima gaya sentrifugal. Dengan menggunakan rotasi piringan 27.000 rpm., piringan putar (diameter 8 cm.) menghasilkan serbuk logam Sn murni dan paduannya (Sn-1,5%Ag0,3%Cu) dari ukuran ayak yang relatif halus dari 80 mesh sampai dengan 270 mesh. Bentuk butir logam Sn adalah batangan dan granular. Hasil percobaan ditunjukkan bahwa perolehan besar butir serbuk logam tergantung pada diameter orifice, yaitu lubang yang dialiri Sn cair menuju kepermukaan piringan putar. Pengecilan diameter lubang makin kecil dari 2,5 mm sampai dengan 0,5 mm diikuti dengan peningkatan perolehan besar butir serbuk logam logam yang bertambah kecil. Pemanasan logam Sn cair di atas titik lelehnya dari 250oC hingga 420oC tidak berpengaruh terhadap peningkatan perolehan serbuk logam Sn yang halus. Kata kunci : Sentrifugal, Atomisasi, Piringan Putar, Orifice, Serbuk Sn
ABSTRACT Manufacturing of tin powder can be obtained by centrifugal atomization method with high speed rotating disk (27.00 rpm). Tin liquid poured vertical direction on rotating disk. Centrifugal force is caused atomization processing, when tin liquid position is on the side of rotating disk. Atomization process take place when tin liquid accept centrifugal force on the side of rotating disk.Tin liquid is broken, become metal powders. High speed rotating disk is 27.000 rpm. (8 cm diameter) results fine tin powders with sieve size from 80 mesh to 270 mesh. Formation of metal powder grains are rod and granular. Experiment result has shown that obtained powder size is depend on orifice diameter, that is a holes which is flowed tin liquid metal to rotating disk. Decreasing of orifice diameters from 2.5 mm to 0.5 mm are followed by increasing of obtaining fine powder. Heating at above melting point for Sn metals from 250 oC to 420 oC are not affect to increase of obtaining fine powder. Key words: centrifugal, atomization, rotating disk, orifice, Sn powder
INTISARI Proses thiosulfatasi merupakan proses alternatif untuk mengekstrak emas dan pcrak dari bijihnya. Untuk mengetahui sensitivitas proses terhadap temperatur dilakukan percobaan pelindian perak dengan menggunakan perak murni. Metoda yang digunakan adalah piringan berputar. Hasil yang didapat adalah bahwa pada selang temperatur 25 – 35 oC proses pelarutan terkendali reaksi kimia dan kenailcan temperatur akan menaikkan laju pelarutan perak. Pada temperatur 35 - 45 oC proses terkendali difusi kenaikan temperatur tidak menaikkan laju pelarutan perak. Dan pada temparatur 45 - 55 °C proses terkendali reaksi kimia kembali dan kenaikkan temperatur menaikan la,ju pelarutan perak. Kata Kunci : Piringan Putar, Thiosulfatasi, Pelindian, Difusi, Laju Reaksi, Perak dan Reaktan
ABSTRACT Thiosulfatasi process is an alternative process to extract gold and silver from its ores. In order to examine the process sensitivity of the temperature, an experiment is conducted to leach silver using pure silver. The used methode is the rotary disk and the result on the temperature range of 25 – 35 oC is that, the dissolving process of the controlled chemical reaction and the increase in temperature will raise the dissolving rate of silver. On the temperature range of 35 – 45 oC the controlled process of diffusion and the increase in temperature do not increase the dissolving rate of silver. On the temperature range of 45 – 55 oC the dissolving process of controlled chemical reaction and the increase in temperature will again raise the dissolving rate of silver
PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR Zr, Mg, Fe dan P TERHADAP UKURAN BUTIRAN DAN KEKERASAN PADA PADUAN Cu-Sn
PENGARUH PENAMBAHAN KOKAS DAN SULFUR PADA PELET BIJIH NIKEL LATERIT TERHADAP REDUKSI DAN PELINDIANNYA DENGAN LARUTAN AAC
Oleh : Bambang Sriyono
Arifin Arif*, Puguh Prasetiyo* dan Pramusanto**
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang INTISARI Pada penelitian ini dilihat pengaruh penambahan unsur Zr, Mg, Fe dan P dengan variasi temperatur cetakan dan waktu penambahan pada Paduan Cu-Sn. Unsur penambah berbentuk paduan multielemen(CuZr8Mg4Fe2P2) dan Cufine (paduan Cu-Zr-Mg dengan pengotor Fe dan P). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya unsur penambah Zr, Mg, Fe dan P baik berbentuk multi elemen atau cufine akan mengakibatkan ukuran butiran semakin kecil dan kekerasan akan naik dengan turunnya temperatur cetakan dan waktu penahanan. Akan tetapi dengan penambahan Cufine penghalusan butir relatif stabil terhadap temperatur cetakan dibandingkan multielemen. Kata Kunci : Paduan Cu-Sn, Paduan Multi elemen, Cufine, Ukuran butiran dan Kekerasan
ABSTRACT This research will refer influent of addition of Zr, Mg, Fe and P with various mold temperature and prolonged holding time from Cu-Sn alloy. The elements Zr, Mg, Fe and P were added either as multicomponent alloys (CuZr8Mg4Fe2P) or cufine (Cu-Zr-Mg alloy with Fe and P as impuirities). The experiments were carried out that by additives such as Zr, Mg, Fe and P the average grain diameter was found to decrease and the hardness increased, with decreasing mold temperature and holding time.But by additives cufine grainsize was relatief stable with increasing mold temperature, compare than by additives multielement alloys.
* Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI, Kawasan Puspiptek ** Pusat Penelitian Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung
INTISARI Proses pengolahan untuk bijih nikel laterit kadar rendah masih menghadapi masalah. Proses HPAL yang kinerjanya tinggi terkendala penggunaannya oleh kondisi bijih seperti batasan kandungan magnesiumnya yang dibawah 6 % dan jenis smectit. Sedangkan proses Caron atau AAC yang secara teknis mampu mengolah berbagai jenis bijih terkendala oleh kinerjanya yang masih relatif rendah. Dengan kenyataan kondisi di lapangan bahwa bagian dari bijih kadar rendah Indonesia yang termasuk pada jenis dengan kandungan magnesium lebih dari 6% cukup besar maka proses AAC masih tetap dibutuhkan. Oleh karena itu kinerjanya harus dapat ditingkatkan mendekati kinerja proses HPAL. Usaha untuk itu telah dilakukan dengan mengembangkan hipotesa penambahan kokas pada pelet akan dapat menghambat reaksi reduksi berantai Fe2O3 dengan pembentukan lapisan karbida. Hal ini telah dapat dibuktikan dengan reduksi yang lebih selektif dan turunnya metalisasi besi tetapi masih diperlukan usaha untuk mengatasi pengaruh negatif dari forsterit yang menghambat reduksi oksida nikel. Untuk itu telah dilakukan percobaan penggabungan kokas dan sulfur untuk melihat efektifitasnya dalam menekan reaksi reduksi terhadap oksida besi dan pengaruh negatif dari forsterit, yang hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi tidak efektif. Kata Kunci : Bijih Nikel Laterit kadar rendah, Proses HPAL, Modifikasi Proses Caron, Kokas, Besi Karbida, Forsterit dan Sulfur.
ABSTRACT Low grade of nickel laterite processes still facing some handicap. The using of high performance HPAL process is limited to laterite ores with magnesium contents below 6 % besides smectite type. Caron or AAC process even can accept all type of ores is restricted by its low performance. In fact abundant of Indonesian laterite ores have magnesium contents higher than 6 %. Based on this fact AAC process still cannot be ignored but it need to increases its performance closes to the performance of HPAL. The effort to achieve that aim, have been done by developing a hypothesis that the reduction reaction chain of Fe2O3 can be stop by adding cokes in the pellets. The cokes shall provide condition for the forming of iron carbide on the surfaces of the iron oxides. The hypothesis has been proven, selective reduction and the decreases of iron metalization could be achieved. Even so as nickel laterite silicate type subsequent reduction problem is the existence of forsterite which restrict the reduction of the trapped nickel oxide. For that some tests has been done to know the effectiveness of the combination of sulfur and cokes as additives in the pellets to press the reduction reaction chain of iron oxides and negative effect of the forsterit simultaneously, and the results showed that the combination was not effective.
PROSES KARBONATASI DENGAN METODA PENGGELEMBUNGAN SKALA LABORATORIUM
PENINGKATAN NILAI KALOR LIMBAH BATUBARA KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Oleh : Immanuel Ginting dan Raharjo Binudi
Edi Herianto
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang
Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang INTISARI Proses karbonatasi dilakukan menggunakan sistem gelembung (bubling) dengan mereaksikan kapur tohor yang dihasilkan dari penyeduhan kapur yang telah dimurnikan, dengan CO2. Kondisi percobaan yang terbaik adalah pada 500 rpm, dengan laju alir gas CO2 pada 3 liter/menit, dimana ratio penambahan air terhadap kapur adalah 1 : 7. Waktu karbonatasi 40 menit. produk kapur ringan yang dihasilkan dengan CaCO3 reaktif 97.6 % dan bulk density 0.43 – 0.47 gr/ml. Kata Kunci : Slaking, penggelembungan, milk lime, karbonatasi dan CaCO3 ringan.
ABSTRACT Process of the carbonatation was carried out using the bubling system by way of react slaked lime resulted in pured quicklime scalding to corbon dioxide. The best experimental condition is obtained at the 500 rpm, rate of gas CO3 at 3 lt/minute and ratio of water to lime is 1 : 7 and carbonatation time of fourty minute. This condition can product the chalk with CaCO3 reaktif 97,6 % and bulk density of about 0.43 – 0.47 gr/ml.
INTISARI Sebelum dilakukan usaha untuk meningkatkan nilai kalor limbah batubara yang ada didaerah Kalimantan Timur terlebih dahulu dilakukan karakterisasi fisik dan kimia yang dimiliki limbah antara lain distribusi ukuran serbuk, jenis mineral pengotor, nilai kalor, kandungan abu, zat terbang (VM), karbon padat ( F.C ) dan kandungan air. Karakter dari limbah batubara ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan langkah apa saja yang dapat ditempuh untuk memanfaatkan jenis batubara tersebut sehingga memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Target dari penelitian ini adalah mencari cara untuk meningkatkan nilai kalor limbah batubara Kalimantan. Kata Kunci : Limbah Batubara, Distribusi Ukuran serbuk, Pencucian dan Nilai Kalor.
ABSTRACT Before upgrading of waste coals calorific value from East of Kalimantan island, characterization have been carried out in order to know the physical and chemical properties such as size distribution, kinds of mineral impurity, calorific value, ash content, volatile matter, fixed carbon and moisture. The character of wasted coal become basic data to decide what kind of evaluation must be chosen in order to create waste coal beneficiation up to achieved more higher added value. The target of research activity is looking for the way to increase the calorivic value of Kalimantan waste coal