Volume 1 Nomor 6, November 2006
ISSN 1907-3186
WARTA GEOLOGI MEDIA KOMUNIKASI INTERN BADAN GEOLOG I
PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI KEGEOLOGIAN
DAFTAR ISI
EDITORIAL 1
Tantangan Penting dalam Pelayanan Publik: Pengelolaan Sistem Informasi Geologi
PROFIL
11 Pameran Gelar Teknologi 2006 12 CASM-Asia Workshop on the State-
of-the Art of Science and Technology to Protect the environment and People
13 Kunjungan Bhakti Sosial Dharma
Wanita DESDM di Kabupaten Garut
2
FOKUS KITA Mengungkap Bumi dan Potensinya melalui Studi Magmatisme dalam Visi Profesor Riset Pertama Badan Geologi
14 Pengelolaan Data dan Informasi Kegeologian
SEPUTAR KITA 6
Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
7
Pengukuhan Profesor Riset Dr. Ir. Udi Hartono
8
Symposium UNESCO IGCP-507
9
Workshop Pengembangan Panas Bumi di Indonesia
9
Kunjungan Delegasi Vietnam ke Badan Geologi
AGENDA 20 Seminar Nasional, Geologi Indonesia: Dinamika dan Produknya
Penandatanganan Kerja sama Badan Geologi dengan PT Pertamina
EDITORIAL Tantangan Penting dalam Pelayanan Publik: Pengelolaan Sistem Informasi Geologi Pembaca yang budiman, Di penghujung tahun takwim 2006 ini – yang berarti pula akhir tahun anggaran – Warta Geologi (WG) kembali menjumpai Anda semua. Walaupun WG Volume I, Nomor 6, 2006, ini terbit di akhir tahun, namun substansi yang menjadi fokusnya belumlah merupakan sesuatu yang final dalam penyelengaraan pelayanan umum Pemerintah. Pengelolaan sistem informasi adalah suatu sarana penunjang pelayanan publik yang sangat penting, namun masih menyisakan beberapa masalah yang perlu mendapat penanganan segera. Hingga saat ini, sebagian besar tujuan ideal pengelolaan sistem informasi boleh dikatakan masih merupakan wacana. Hal itu, tidak saja di bidang geologi, melainkan pula untuk seluruh sektor pelayanan publik di Indonesia. Pengelolaan sistem informasi geologi diangkat menjadi Fokus Kita WG edisi akhir tahun 2006 ini. Hal itu memang diperlukan mengingat masih banyaknya persoalan dan urgensinya peran sistem informasi dalam pelayanan publik. Selain Fokus Kita, WG kali ini – seperti biasa – menyampaikan Profil, Seputar Kita, dan Agenda. Pembaca yang budiman, Pengelolaan sistem informasi kadang terasa sebagai sebuah ungkapan yang “klise” atau ibarat “nama besar” yang kurang memberikan “greget” dalam kinerja. Sebab, apabila kita evaluasi dengan sungguh-sungguh tentang hasil-hasil (outcome) dari sebuah kegiatan pengelolaan informasi pada hampir seluruh instansi Pemerintahan, segera akan tampak indikator-indikator yang masih menunjukkan kelemahannya. Sebagai contoh, mayoritas web site pelayanan publik Pemerintah lemah dalam penyajian informasi umum yang mendasar yang sangat diperlukan oleh publik dalam kegiatannya masing-masing. Hal itu diperoleh dari pengamatan selintas terhadap penyajian web site dari beberapa instansi Pemerintah. Permasalahan yang masih menghantui pengelolaan sistem informasi sebagaimana sekilas tampak dalam bahasan di atas terkait dengan masih adanya kelemahan dan besarnya kendala yang dihadapi instansi-instansi Pemerintah dalam aspek tersebut. Kelemahan itu antara lain: masih belum seragamnya pemahaman mengenai kekuatan dan peluang sistem informasi dalam mengefektifkan pelayanan publik oleh Pemerintah kepada masyarakat. Kelemahan ini “menumbuhkan” kelemahan berikutnya: kurangnya kesadaran dan tindakan (action) nyata yang sistematis dalam pengelolaan sistem informasi. Adapun kendala yang dihadapi antara lain perkembangan dan kinerja pengelolaan sistem informasi di daerah – sebagai partner Pemerintah – masih lemah, baik dalam struktur maupun infrastruktur. Kendala lainnya adalah berkenaan dengan sistem pembiayaan dan biaya yang diperlukan untuk pembangunan sebuah sistem informasi yang relatif mahal. Sistem anggaran yang berlaku saat ini juga menjadi kendala. Hal itu seiring dengan belum meratanya pemahaman mengenai karakter pengelolaan sistem informasi di seluruh jajaran sumber daya manusia (SDM) di instansi Pemerintah menjadikan substansi ini terasa sebagai persoalan klise atau “nama besar” kegiatan. Julukan sebagai sebuah kegiatan yang sering dianggap “tak pernah selesai” sering dialamatkan kepada usulan kegiatan pengelolaan sistem informasi. Padahal, harus disadari bahwa dalam beberapa aspeknya pengelolaan sistem informasi, sebagaimana kegiatan pembangunan, memang tidak akan pernah selesai. Di sisi lain, pengelolaan sistem informasi oleh Pemerintah dalam rangka efektivitas pelayanan publik sesungguhnya memiliki kekuatan dan peluang yang besar. Kekuatan itu antara lain adalah beberapa individu SDM yang sangat paham atau melek sistem informasi yang tersedia hampir di setiap instansi Pemerintah, tak terkecuali di lingkungan Badan Geologi. Kekuatan lainnya adalah aspek dana yang sesungguhnya tersedia dan potensial apabila dimanfaatkan secara berhasil guna dan tepat guna untuk pengelolaan sistem informasi yang handal. Adapun peluang yang dihadapi antara lain: semakin memudahkannya dan banyaknya pilihan tool teknologi di pasaran yang dapat digunakan untuk pengelolaan sistem informasi. Peluang yang lain adalah tuntutan global – yang berimbas pada tuntutan nasional – terhadap pemberdayaan sistem informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Mengingat semua paparan singkat persoalan sistem informasi di atas, Fokus Kita WG kali ini menyajikan persoalan pengelolaan sistem informasi, khususnya pengelolaan sistem informasi bidang geologi. Di dalamnya dikupas aspek-aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan kendala pengelolaan informasi geologi. Bagian akhir dari uraiannya akan mengemukakan sebuah solusi dan rencana tindak pengelolaan sistem informasi di lingkungan Badan Geologi. Para pembaca yang budiman, Pada tanggal 6 November 2006, di lingkungan Badan Geologi berlangsung sebuah momen acara yang sangat penting. Acara tersebut adalah pengukuhan Dr. Ir. Udi Hartono sebagai profesor riset. Momen tersebut sangatlah penting, mengingat sedikitnya tiga hal berikut. Pertama, Prof. Dr. Ir. Udi Hartono merupakan profesor riset pertama dari Badan Geologi, profesor riset keenam di lingkungan Departemen ESDM, dan profesor riset ke-116 di seluruh Indonesia. Dengan demikian, momen tersebut telah memecahkan telur kebuntuan Badan Geologi dalam melahirkan profesor riset di bidang jabatan fungsional peneliti. Kedua, Pak Udi – demikian beliau akrab dipanggil sehari-hari - telah memberikan teladan bagi kita semua tentang berkarir sampai di posisi puncak melalui pilihan karir jabatan fungsional. Hal ini penting, mengingat salah satu sasaran dibentuknya Badan Geologi dengan Pusat-pusat di bawahnya adalah mempromosikan jabatan fungsional. Ketiga, hasilhasil penelitian beliau selama bertahun-tahun - yang telah mengantarkannya meraih pangkat/golongan dan karir tertinggi di jabatan fungsional - merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pengembangan ilmu kebumian dan aplikasinya. Para pembaca dapat menyimak selintas pemikiran beliau berkenaan dengan riset dasar yang digelutinya pada rubrik Profil WG kali ini. Antara bulan Oktober sampai Desember 2006 banyak aktivitas kegeologian yang dilaksanakan oleh Badan Geologi beserta segenap komponennya. Dalam triwulan terakhir Tahun 2006 itu pun Badan Geologi telah pula melaksanakan kegiatan dalam rangka peningkatan kerjasama; serta kegiatan yang terkait dengan pembinaan kepegawaian dan bhakti sosial. Demikianlah, dalam rubrik Seputar Kita WG kali ini, para pembaca dapat melakukan review melalui berita terhadap kegiatan-kegiatan berikut yang telah dilaksanakan Badan Geologi dan Pusat-pusat di bawahnya, yaitu: 1) Symposium UNESCO IGZCP-507, 2) Workshop Pengembangan Panas Bumi di Indonesia, 3) Workshop Nasional Geologi Teknik, 4) mengikuti Pameran Gelar Teknologi 2006, 4) CASM-Asia Workshop on the State of the Art of Science and Technology to Protect the Environment and People, 5) Pengambilan Sumpah PNS DESDM, 6) Pengukuhan Profesor Riset Dr. Ir. Udi Hartono, 7) Kunjungan Delegasi Vietnam ke Badan Geologi, dan 8) Kunjungan Bhakti Sosial Dharma Wanita DESDM ke Kabupaten Garut. Para Pembaca yang budiman, Terbitan WG kali ini merupakan penutup dari seri WG Volume I yang direncanakan terbit sebanyak enam kali sepanjang Tahun 2006. Fokus Kita yang dihadirkannya melengkapi seri Fokus Kita yang telah disajikan WG Vol. I mulai No.1 sampai No. 5. Fokus Kita WG kali ini tentang sistem informasi bidang geologi telah melengkapi sajian fokus kita selama ini, berturut-turut dari WG No. 1 - No. 5, berkenaan dengan: aspek perencanaan, UU Kegeologian, sajian informasi Gunung Merapi di internet, kebencanaan geologi, dan sosialisasi bidang geologi. Semoga kehadiran WG penutup program penerbitan WG Vol. I tahun 2006 ini mengantarkan kita kepada program penerbitan WG Vol. 2 tahun 2007 yang rencananya ditujukan tidak saja untuk lingkungan intern Badan Geologi, melainkan pula untuk seluruh Pemda dan khalayak umum. Akhir kata, selamat Tahun Baru dan semoga kita bertemu kembali dalam seri WG Volume II di tahun depan yang Insya Alloh sudah berstatus skala Nasional. Terakhir dari yang akhir: “Selamat menikmati WG Nomor 6!” Bandung, November 2006 Oman Abdurahman dan Prima Muharam Hilman
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
1
PROFIL Prof. Riset Dr. Ir. Udi Hartono
Mengungkap Bumi dan Potensinya melalui Studi Magmatisme dalam Visi Profesor Riset Pertama Badan Geologi “...Selain itu penelitian bersifat eksploratif yang tidak dilandasi oleh ilmu pengetahuan geologi yang benar hasilnya tentu tidak akan optimal, bahkan mungkin tidak menyentuh permasalahannya secara menyeluruh. Apabila keadaan seperti ini kita biarkan terus, maka bukan tidak mungkin, pada suatu saat, bangsa ini hanya akan menyaksikan bangsa lain bekerja di “Laboratorium alam geologi Indonesia”, kemudian mengembangkannya dan kita menjadi pekerjanya.” DEMIKIAN salah satu potongan paragraf dari orasi ilmiah pengukuhan Dr. Ir. Udi Hartono sebagai profesor riset, beberapa waktu yang lalu. Profil WG nomor ini, menampilkan Pak Udi, demikian kita memanggil Dr. Ir. Udi Hartono, yang merupakan profesor riset pertama dari Badan Geologi, keenam di lingkungan Departemen ESDM, dan profesor reset ke-116 di seluruh Indonesia. Riwayat Hidup, Pendidikan, dan Karir Sang Profesor Pak Udi adalah seorang peneliti senior Badan Geologi yang berkarir di jabatan fungsional pada Pusat Survei Geologi. Jabatan beliau adalah APU (Ahli Peneliti Utama) dan karir puncak pada jabatan fungsional yang dicapainya adalah profesor riset. Lahir di Wates, Yogyakarta, pada 10 Desember 1948, beliau adalah anak tunggal dari pasangan Bapak Letkol. Inf. S. Purn. Hadiwijono (Almarhum) dan Ibu Siti Ngatiyah Suminah (Almarhumah). Beliau menikah dengan Sri Ety Sofyati binti Chamami Moektirahardjo dan dikaruniai empat orang anak, yaitu Anton Suryono Hadiputro, S.Si., Esty Wulansari Iadiputro, A.Md., Danang Pangaribowo Hadiputro, dan Eliza Kusumawardhani Hadiputro. Riwayat pendidikan Pak Udi dimulai dengan Sekolah Rakyat Negeri di Wates, Yogyakarta, tamat tahun 1961. Kemudian berturut-turut menamatkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 di Wates, Yogyakarta, tahun 1964; Sekolah Menengah Atas Negeri di Wates, Yogyakarta tahun 1967;
2
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
memperoleh gelar Sarjana Teknik Geologi, Universitas Gajah Mada tahun 1978; dan menyelesaikan pendidikan Pascasarjana dan memperoleh gelar Doktor di bidang Petrologi dari Department of Geology, The University of Tasmania, Australia, tahun 1995. Disamping pendidikan formal yang menghantarkannya menyandang gelar doktor, Pak Udi juga banyak mengikuti pendidikan non formal tentang berbagai bidang sesuai kompetensinya. Di antara pendidikan non formal yang pernah beliau ikuti adalah kursus-kursu berikut: Remote Sensing di Bangkok, Thailand; kursus Geological Mapping and Report Writing
di NSW Australia, Volcanic Succession di Melbourne, Australia. Pak Udi adalah PNS yang sejak awal memang memilih karir jabatan fungsional. Karir jabatan fungsional Peneliti beliau dimulai sebagai Ajun Peneliti Muda pada tahun 1994. Jabatan Peneliti Muda diraihnya tahun 1996. Karir selanjutnya berturutturut adalah: Peneliti Madya, 1998, Ahli Peneliti Muda, 2000, Ahli Peneliti Madya, 2002, dan memperoleh jabatan Ahli Peneliti Utama bidang Geologi (Petrologi), 2004. Sebagai seorang yang setia berkarir di bidangnya, Pak Udi juga sangat produktif menulis 56 buah karya tulis
PROFIL
ilmiah yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain. Tulisan-tulisan ilmiah beliau diterbitkan dalam bentuk buku, laporan, jurnal dan prosiding dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain menulis, beliau aktif juga dalam pembinaan kader ilmiah dan organisasi profesi. Pak Udi adalah tenaga pembimbing skripsi mahasiswa program S1 Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, dan Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, serta membimbing tesis mahasiswa program S2 dari Universitas Padjajaran Bandung. Beliau juga adalah anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia sejak Tahun 1994 hingga sekarang. Dengan semua kesetiaan dan pengabdian terhadap karirnya, wajarlah apabila Pak Udi banyak mendapat penghargaan dan status kepangkatan yang tinggi dari Pemerintah Indonesia. Pada tahun 2000 beliau mendapat penghargaan Satya Lencana Karya Satya XX, dari Presiden RI. Kemudian, pada tahun 2005 yang bersangkutan diangkat sebagai Ahli Peneliti Utama terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2004. Pada Tahun 2006 beliau kemba-
li mendapat kenaikan pangkat hinga mencapai pangkat-golongan Pembina Utama-IV/e. Sebagai puncaknya, pada 6 November 2006 beliau dikukuhkan sebagai profesor riset. Pemikiran dan Hasil Penelitiannya tentang Magmatisme Busur di Indonesia Pemikiran Pak Udi tentang geologi Indonesia, sebagaimana dapat disimak dari pidato ilmiah beliau saat pengukuhannya sebagai profesor riset, terpusat pada aspek magmatisme, khususnya petrogenesa magma busur Indonesia dan aplikasinya. Dalam kerangka yang lebih luas, sumbangan pemikiran Pak Udi berdasarkan hasil riset yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun – sebagaimana dituangkan dalam orasi ilmiah tersebut – adalah sumbangan petrologi batuan beku terhadap perkembangan ilmu kebumian, terutama afirmasi dan elaborasi terhadap teori tektonik lempeng. Berikut intisari uraian beliau tentang petrogenesa magma busur di Indonesia dan aplikasinya serta aspek penelitian terkait, disarikan dari orasi ilmiah beliau, 6 November 2006.
Magmatisme Busur ”Magmatisme adalah salah satu bukti kedinamikaan kerak bumi di samping fenomena lain seperti kegempaan dan gerakan, baik horisontal maupun vertikal, yang mengakibatkan berbagai kenampakan struktur geologi”, demikian Pak Udi mengantarkan uraiannya tentang petrogenesa magma busur. Beliau selanjutnya menyatakan bahwa magmatisme dapat terjadi di berbagai lingkungan tektonik dan bahwa magmatisme busur (arc magmatism) ialah seluruh kegiatan magma hasil penunjaman lempeng samudera di bawah kerak bumi yang lain, baik kerak kontinen maupun kerak oseanik, yang umumnya membentuk busur yang dikenal sebagai busur vulkanik atau busur magmatik. Fokus kajian magmatisme busur beliau terungkap dalam paragrafnya berikut ini: ”Magmatisme busur dapat terjadi di bawah laut atau di daratan, sumbernya dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti mantel atas, kerak samudera dan atau kerak benua, dan prosesnya dapat berupa fraksinasi, asimilasi, percampuran lebih dari satu magma atau kombinasi dari berbagai
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
3
PROFIL proses itu. Proses petrogenesa itu juga akan sangat dipengaruhi oleh keadaan geologi atau perkembangan tektoniknya. Demikian kompleksnya proses magmatisme busur ini menuntut kita untuk mempelajari genesa, yang mencakup asal-usul (origin) dan mekanisme magma naik ke permukaan bumi sampai membentuk batuan plutonik dan atau vulkanik, sebelum kita mempelajari proses mineralisasinya.’ Inti dari penelitian Pak Udi disini adalah penjelasan mengenai variasi komposisi magma basal di dalam “magma busur” dan perbedaannya dengan magma basal yang berasal dari pemekaran samudra dan basal kepulauan yang masih menjadi bahan perdebatan tajam di antara para ahli petrologi. Butir-butir pemikiran beliau yang terpenting dalam kaitan ini adalah, bahwa: 1) magma busur merupakan magma primer hasil peleburan selubung atau kerak bumi, 2) Andesit kalk-alkali merupakan batuan yang mendominasi di daerah orogenik, 3) komposisi kimia andesit menunjukkan bahwa batuan ini tidak mungkin diterangkan dengan hanya sebagai hasil peleburan baik selubung maupun kerak bumi. Hasil studi dan penelitian Pak Udi memecahkan ketidakmampuan kita di dalam menerangkan komposisi kimia andesit di daerah orogenik. Hasil studinya menguatkan kembali pemikiran bahwa fraksinasi-kristalisasi magma basal bukanlah satu-satunya proses penyebab variasi geokimia di dalam “magma busur”. Fakta yang dijumpainya, yaitu asosiasi batuan andesitdasit-riolit dan batuan plutoniknya yang ekivalen tidak berasosiasi dengan basal, menunjukkan sulitnya mempertahankan konsep fraksinasi magma basalt sebagai satu-satunya proses penyebab variasi geokimia di dalam magma busur. Pak Udi menutup uraiannya tentang asal-usul dan proses magmatisme busur sebagai berikut: ”...betapa kompleksnya magmatisme di daerah penunjaman, sehingga secara umum disepakati bahwa generasi magma busur merupakan kombinasi berbagai proses dan berasal dari berbagai sumber. Kondisi geologi dan perkembangan tektonik adalah faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan magma.” Penelitian Magmatisme Busur Pak Udi menyerukan pentingnya
4
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
penelitian atau riset dasar petrologi berkenaan dengan busur vulkanomagmatik Indonesia yang merupakan batuan dominan di dalam geologi Indonesia. Beliau menyatakan bahwa studi dan penelitian magmatisme yang bersifat mendasar bukan saja memberi sumbangan terhadap ilmu pengetahuan kebumian, namun juga merupakan informasi awal yang dapat dikembangkan menjadi penelitian terapan guna membantu industri terkait dalam mengembangkan eksplorasinya. Dalam bidang ilmu kebumian, hasil riset dasar yang telah dilakukan Pak Udi menunjukkan empat hal penting terkait magmatisme busur, yaitu: 1) mantel sebagai sumber dan pengaruh unsur kerak, 2) kerak sebagai sumber, 3) pengaruh tektonik terhadap genesa magma, dan 4) kaitan antara genesa magma dan mineralisasi emas dan logam dasar lainnya. Mantel sebagai sumber magma dan pengaruh unsur kerak dalam magmatisme adalah kesimpulan Pak Udi dari hasil penelitiannya terhadap batuan vulkanik Kuater dari Gunung Wilis dan Gunung Lawu dan vulkanik Permo-Karbon di daerah Sumatera. Paragraf berikut dari beliau menunjukkan kesimpulan yang pertama tadi: “Penelitian kami dengan menggunakan isotop g7/86Sr dan 143i144Nd pada batuan vulkanik Gunung Wilis dan Gunung Lawu menunjukkan bahwa mantel yang bercirikan MORB Samodra Hindia merupakan sumber utama magma di daerah ini. Tingginya kandungan g7/86 Sr pada batuan yang lebih asam, terutama data Gunung Lawu, yang kami kombinasi dengan model kristalisasi-fraksinasi unsur jejak, kami tafsirkan sebagai kontaminasi kerak selama proses ini.” Tentang kerak yang menunjam sebagai sumber magma, Pak Udi simpulkan dari penelitiannya terhadap batuan intrusi di Sintang, Kalimantan Barat. Uraian beliau berikut ini merujuk pada kesimpulan itu: ”Berdasarkan sejumlah alasan tersebut (sifat adakit, tingginya rasio Zr/Sm, peran garnet dan amfibol pada tekanan tinggi di dalam genesa magma, tidak adanya anomali Eu, dan karakter Eu pada batuan intrusi Sintang-red) kami berkesimpulan bahwa magma intrusi Sintang di Kalimantan Barat bukan merupakan hasil deferensiasi dari magma basalt dari peleburan kerak bawah, tetapi sebagai hasil peleburan
kerak oseanik yang menunjam. Mengingat tidak adanya penunjaman pada Oligosen-Miosen satu-satunya kandidat sumber magma ialah kerak Laut Cina Selatan yang tersisa (slab yang sudah mati) di bawah daratan Sunda, setelah proses tumbukan antara blok Luconia dan tepi utara Daratan Sunda pada Oligosen Tengah”. Adapun pengaruh tektonik terhadap genesa magma, beliau perjelas melalui hasil penelitiannya pada batuan vulkanik Pratersier dan Tersier di Kalimantan Selatan dan Paleogen dan Neogen di Irian Jaya. Hasil kajiannya di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa perkembangan tektonik daerah Tinggian Meratus sangat mempengaruhi pembentukan magma Pratersier dan Tersier di daerah tersebut. Sedangkan hasil kajiannya di daerah Irian Jaya antara tahun 1978 sampai 1982 antara lain menyimpulkan bahwa dua kegiatan magmatisme sebelum peristiwa tumbukan Tersier antara kontinen Australia dan Lempeng Pasifik dapat ditentukan atau dibedakan. Prof. Udi menutup uraian pengaruh tektonik terhadap genesa magma masa lalu di daerah Irian Jaya dengan pendapat berikut: ”... Ini berarti bahwa penunjaman kerak oseanik Neogen telah berganti arah ke selatan di bawah kontinen Australia, yang disebut sebagai pembalikan busur (arc reversal polarity).” Aplikasi Hasil Penelitian Magmatisme: Genesa Magma dan Mineralisasi Emas Prof. Udi juga menyampaikan aplikasi dari hasil penelitiannya tentang magma busur untuk eksplorasi mineral, terutama emas dan mineral bijih lainnya. Dalam pengantarnya pada sub uraiannya tentang aplikasi studi magmatisme, beliau menulis: “Sebelum muncul teori tektonik lempeng, eksplorasi mineral di Indonesia dikembangkan berdasarkan penemuan data geologi dan mineralisasi. Sesudah 1952 jalur magmatik Westerveld menjadi dasar pencarian mineral di negeri kita. Baru pada sekitar akhir tahun 1970-an penyelidikan tentang potensi mineral di Indonesia dikembangkan berdasarkan konsep tektonik lempeng, di mana wilayah busur kepulauan (island arcs) merupakan tempat yang sangat berpotensi terjadinya mineralisasi. Persoalan selanjutnya ialah bahwa tidak semua daerah di jalur
PROFIL volkano-magmatik akan menghasilkan mineralisasi yang potensial dalam ukuran industri. Hal inilah yang akan menjadi tantangan riset ke depan untuk membantu industri didalam pengembangan eksplorasinya” Selanjutnya, beliau menguraikan aplikasi hasil penelitian magmatisme busur untuk ekplorasi mineral emas berdasarkan hasil penelitiannya di daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Barat (Kalbar). Hasil penelitian beliau tentang sumber dan proses mamga busur mampu menjelaskan tentang prospek mineralisasi dan cebakan emas di daerah-daerah: Gunung Meratus dan sekitarnya (Kalsel), daerah Kelian dan sekitarnya (Kaltim), dan daerah Sintang dan sekitarnya (Kalbar). Berdasarkan hasil studi dan penelitian petrologi serta geokimia batuan magma busur, prof. Udi berkesimpulan bahwa di daerah Kalsel cebakan emas primer kurang potensial. Beliau setelah menganalisi petrologi, geokimia dan proses magma busur di daerah tersebut menyimpulkan sebagai berikut: ”....Cebakan emas akan bernilai ekonomis apabila sistem hidrotermalnya luas, prosesnya lama dan endapannya terkumpul. Kondisi demikian tidak dimiliki oleh sistem magma di Kalimantan Selatan, karena selain proses hidrotermalnya sebentar, terobosan Tersier hanya merupakan retas kecil 1 - 4 m yang tersingkap secara menyebar. Dengan demikian cebakan emas primer di Kalimantan Selatan tidak akan bernilai ekonomis untuk ukuran industri.” Untuk penjelasan tentang cebakan emas di wilayah Kelian dan sekitarnya, Kaltim, Pak Udi mengaplikasi pengetahuan sumber dan proses magmatisme melalui model pencampuran magma. Dengan model tersebut, Pak Udi sampai pada kesimpulan berikut : ”Berdasarkan model percampuran magma ini, kami berpendapat bahwa sistem hidrotermal Miosen telah diperpanjang waktunya akibat pengaruh kegiatan magma Plio-Plistosen. Lamanya waktu sistem hidrotermal akan mempengaruhi konsentrasi endapan bijih di dalam sistem endapan Kelian. Percampuran magma barangkali terjadi di dapur magma selama deferensiasi magma basalt menuju andesit dan yang lebih asam lagi.” Kesimpulan itu menjawab pertanyaan penting terkait daerah tersebut: ”Mengapa hanya
di daerah Kelian proses mineralisasi menghasilkan emas yang sangat ekonomis, dan sampai saat ini belum ditemukan endapan bernilai ekonomis di jalur magmatik yang sama?” Berdasarkan penelitiannya, aplikasi konsep magma busur untuk wilayah Sintang dan sekitarnya, Kalbar, memberikan implikasi bahwa daerah tersebut bukanlah daerah yang ekonomis untuk eksplorasi cebakan emas primer. Analisis beliau sehingga sampai pada kesimpulan tersebut antara lain: ”...Banyak sedikitnya endapan akan sangat bergantung pada seberapa banyak air magma yang terbentuk akibat dehidrasi amfibol dan ketebalan kerak di tempat tertentu yang mengkondisikan tekanan agar amfibol dapat teruarai. Mengingat batuan intrusi Sintang di Kalimantan Barat berasal dari magma hasil peleburan sisa kerak Laut Cina Selatan, kami berpendapat bahwa air yang dihasilkan akibat dehidrasi amfibol ini tidak cukup berarti untuk mengendapkan emas dalam jumlah yang ekonomis. Selain sumber magma, mekanisme tektonik juga kurang mendukung terciptanya pengulangan intrusi yang dapat memperpanjang umur sistem hidrotermal.” Kesimpulan Prof. Udi Hartono dari Hasil Studi Magmatisme yang telah dilakukannya Beberapa kesimpulan penting dari hasil-hasil penelitian Prof. Udi berkaitan dengan aspek magmatisme busur terungkap dibawah ini. Hal itu merupakan pula kesimpulan dari orasi ilmiah beliau pada acara pengukuhan profesor-risetnya, November 2006: Mengingat kompleksnya petrogenesa magma di daerah penunjaman, penelitian magmatisme di daerah tersebut perlu ditangani secara menerus. Proses kimiawi, termasuk geokimia isotop, magma yang sangat terpengaruh oleh kondisi geologi dan perkembangan tektonik, menuntut kita untuk tidak mudah membuat generalisasi tentang asal-usulnya. Magma di busur Sunda Sektor Jawa berasal dari peleburan mantel bumi dengan berbagai mekanisme pengaruh unsur kerak, sedangkan magma Tersier di Kalimantan Barat berasal dari peleburan kerak oseanik yang menunjam. Kondisi geologi Indonesia sebagai wilayah pertemuan lempeng dan memiliki fenomena geologi yang sangat kompleks tentu merupakan
tempat yang sangat ideal untuk penelitian magmatisme busur. Penelitian petrogenesa magma di daerah pertemuan lempeng bukan hanya dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan kebumian, tetapi juga bermanfaat sebagai alat bantu (tool dalam eksplorasi mineral). Model petrogenesa magma Tersier di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat menunjukkan bahwa endapan emas yang bernilai ekonomis dalam ukuran industri tidak mungkin terbentuk. Eksplorasi endapan primer sistem epitermal sangat tidak disarankan bukan hanya karena tidak ekonomis, tetapi juga endapan sistem ini sudah tererosi. Untuk di Kalimantan Barat eksplorasi ke arah endapan sistem porfiri lebih disarankan. Penelitian dasar geologi sangat penting sebagai landasan pengetahuan untuk memasuki tahapan penelitian terapan. Penutup Mengenal Pak Udi, serta buah pikiran dan hasil-hasil penelitiannya, kita diingatkan kembali akan profesionalisme kita sebagai pegawai negeri. Khusunya, kita-kita yang telah memilih karit jabatan fungsional. Sebagaimana dinyatakan oleh Kepala Badan Geologi dalam sambutan acara pengukuhan Pak Udi sebagai profesor riset, keberadaan pejabat fungsional merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam kelembagaan Pusat (Pusat-pusat dibawah Badan Geologi-red), karena mereka (para pemangku jabatan fungsioanred) ini mempunyai komitmen dan kompetensi di bidangnya serta diberi tugas untuk melaksanakan tugas pokok organisasi. Semoga kita yang sudah menetapkan karir dalam jabatan fungsional mampu meneladani kepeloporan Pak Udi dalam meraih karir tertinggi di di jabatan profesional, juga akan semakin banyak sumber daya manusia yang kompeten dalam aspek penelitian dan pelayanan bidang geologi. Dengan demikian, bidang geologi di masa mendatang akan semakin mampu memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan, khususnya untuk pengembangan sektor ESDM dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Oman Abdurahman
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
5
SEPUTAR KITA
Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melaksankan tugas dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab; menjunjung tinggi kehormatan, pemerintah dan pegawai negeri sipil; memegang teguh rahasia jabatan; bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara. Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan sektor untuk mencapai tujuan nasional diperlukan sosok aparatur yang profesional, jujur dan dilandasi oleh kesetiaan kepada pemerintah dan negara. Di akhir sambutannya Kepala Badan menyampaikan ucapan selamat melaksanakan tugas, semoga tuhan YME senantiasa melimpahkan rakhmat dan hidayahnya kepada kita semua.** (Priatna)
PENGAMBILAN Sumpah Pegawai Negeri Sipil baru di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2006 di Auditorium Geologi Bandung. Hadir sebagai undangan pada acara tersebut adalah para pejabat struktural eselon II, Kepala Biro Kepegawaian, Para Pejabat Strukural Eselon III dan IV, Para Koordinator Kelompok Program, dan Para Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional. Pegawai baru yang diambil sumpahnya terdiri dari 50 orang pegawai Badan Geologi dan 1 orang dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Kepala Badan Geologi, Bambang Dwiyanto, M.Sc. mewakili Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengambil sumpah Pegawai Negeri Sipil yang baru sekaligus menyampaikan kata sambutan. Pada acara sambutan Kepala Badan Geologi, antara lain menyampaikan bahwa Pegawai yang baru saja diambil sumpahnya telah berkomitmen secara pribadi untuk bekerja dan mengabdikan diri
6
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
kepada negara dan pemerintah Republik Indonesia. Menjadi Pegawai Negeri Sipil terdapat nilai-nilai pengabdian dan perjuangan, sebagaimana telah diucapkan dalam janji, antara lain: setia kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; taat kepada peraturan perundang-undangan;
SEPUTAR KITA
Pengukuhan ’Profesor Riset’ Dr. Udi Hartono
PARA peneliti diharapkan semakin aktif berkontribusi dalam menjawab berbagai tuntutan masyarakat, terutama yang menunjang sektor perekonomian. Demikian diungkapkan Kepala Badan Geologi dalam prosesi pengukuhan Dr. Ir. Udi Hartono sebagai profesor riset bidang geologi di Auditorium Geologi, Jln. Diponegoro 57 Bandung, Senin, 6 November 2006. ”Sudah menjadi tugas pokok seorang peneliti untuk menemukan hal-hal baru, seperti sumber-sumber energi baru bagi masyarakat. Hal itu untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat. Namun, harus diingat, penelitian hendaknya tidak hanya difokuskan pada hal yang bersifat
eksploratif,” ujarnya. Hal itu juga diutarakan Udi dalam orasi ilmiahnya. Menurut dia, Indonesia harus segera membenahi proses penelitian eksploratif yang masih dianutnya hingga saat ini. Jika tidak, suatu saat masyarakat Indonesia hanya akan menjadi penonton di laboratorium alam geologi miliknya. Padahal, Indonesia memiliki potensi geologi yang sangat kaya. Peneliti kelahiran 10 Desember 1948 itu meraih gelar profesor riset, dengan mengajukan orasi ilmiah berjudul ”Petrogenesa magma busur Indonesia dan aplikasinya”. Dia memulai kariernya sebagai Ajun Peneliti Muda pada 1994. Dalam kurun waktu 10 tahun, ia telah sampai pada jabatan
fungsional ahli peneliti utama (sekarang peneliti utama). ”Untuk jangka pendek, penelitian geologi yang eksploratif dan melihat dari sisi komoditasnya memang sangat menguntungkan. Akan tetapi, untuk jangka panjang, penelitian seperti itu akan berdampak buruk bagi lingkungan,” tutur Udi. Dr. Ir. Udi Hartono, merupakan profesor riset pertama bidang geologi pada Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Pemegang jabatan fungsional peneliti utama itu dikukuhkan menjadi profesor riset oleh Ketua Majelis Pengukuhan, Prof. Dr. Lukman Hakim, M.Sc. Menurut Udi, jika potensi alam Indonesia tidak diolah dengan bijak, bukan tidak mungkin potensi alam tersebut hanya akan menjadi cerita pengantar tidur bagi anak cucu bangsa ini kelak. Mereka hanya akan mewarisi sumber daya geologi yang sudah habis terkuras dan lingkungan yang rusak. Padahal, saat ini di dunia internasional Indonesia masih diakui sebagai ”laboratorium alam geologi” yang paling lengkap. Apalagi, secara geologis, kepulauan Indonesia terletak di antara dua lempeng benua. Kondisi itu menjadikan Indonesia sebagai kawasan vulkanik paling aktif dengan kondisi alam yang kompleks. ”Indonesia cukup diuntungkan dengan kondisi ini. Kekayaan alam berupa minyak, gas bumi, batubara, hingga energi panas bumi melimpah ruah. Namun di sisi lain, Indonesia juga dirugikan, karena menjadi daerah yang rawan gempa dan letusan gunung berapi,” katanya. Menilik kondisi alamnya yang cukup kompleks, kata Udi, Indonesia harus mulai bersungguh-sungguh mengelola potensi alam dengan profesional. ** (Priatna)
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
7
SEPUTAR KITA
Symposium UNESCO IGCP-507 terungkapnya proses geologi yang berlangsung pada zaman Kapur. Seperti telah diketahui, cekungan sedimen Tersier di Indonesia dilandasi oleh batuan berumur Kapur, oleh karena itu pemahaman yang mendalam mengenai stratigrafi, tektonik, dan magmatisme pada zaman Kapur akan sangat berguna untuk membantu eksplorasi sumber daya mineral dan energi di Indonesia. ** (Prima M. Hilman)
Delegasi dan peserta, IGCP-507 di Quezon City, Manila Philipina, pada 11-13 November 2006. PADA tanggal 11 – 13 November 2006, Dr. Hermes Panggabean sebagai Peneliti Madya Bidang Geologi pada Pusat Survei Geologi, Badan Geologi mengikuti Symposium on IGCP-507 Project yang bertema ‘Paleoclimates in Asia during the Cretaceous: Their variations, causes, and biotic and environmental responses’. IGCP-507 adalah ‘the International Geological Correlation Programme’ Proyek 507 di bawah UNESCO dan IUGS (International Union of Geological Science). Simposium di Manila, Filipina ini adalah yang pertama dilaksanakan dalam rencana rangkaian simposium yang akan diselenggarakan dari tahun 2006 – 2010. Beberapa kegunaan dari simposium ini adalah memberikan informasi perubahan iklim purba pada zaman Kapur di Asia, sekaligus mengetahui kerangka stratigrafi, litologi, ciri biotik, dan sifat-sifat kimia soil tua serta fosil yang terdapat di dalam batuan yang diendapkan di lingkungan darat maupun laut. Informasi perubahan variasi spasial dan temporal iklim purba akan mengungkapkan faktor kegiatan tektonik, perubahan muka laut, dan kegiatan magmatisme.
8
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
Pada simposium ini disajikan 10 makalah teknik. Indonesia mempresentasikan makalah berjudul ’The Introduction of Regional Cretaceous Geology in Indonesia’. Makalah ini membahas tentang penyebaran dan jenis batuan berumur Kapur di Indonesia serta informasi mengenai tingkat penelitian yang telah dilakukan. Respon dari para peserta simposium atas makalah ini cukup baik dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan mengenai kondisi geologi di Indonesia. Untuk Indonesia, kegunaan simposium sekaligus Proyek IGCP-507 ini adalah untuk memungkinkan
Peta Geologi ASia, merupakan sampul depan buku yang dibahas dalam simposium.
Ketua IGCP-507, Professor Lee, menyampaikan pidato saat pembukaan simposium.
SEPUTAR KITA
Workshop Pengembangan Panas Bumi Di Indonesia MENTERI Energi Sumber Daya Mineral mengemukakan para investor dapat mempercepat pengembangan panas bumi di Indonesia untuk kepentingan nasional yang berdampak dapat mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut Menteri, meskipun Undang-Undang No.27/2003 mengenai panas bumi telah selesai, akan tetapi Peraturan Pemerintah tentang kegiatan usaha panas bumi masih di Sekretariat Negara sehingga prosesnya masih memakan waktu cukup lama. Karena itu, pemerintah akan mengeluarkan keputusan menteri (kepmen) kegiatan usaha panas bumi kepada investor tentang penunjukan daerah konsensi yang tentu dapat dilakukan berdasarkan aturan-aturan dan hukum yang ada tanpa melanggar peraturan-peraturan yang ada. Dengan demikian, kepmen ini dapat membantu para investor untuk mengembangkan energi panas
bumi agar cepat berkembang, sambil menunggu PP. Menteri ESDM juga meminta kepada Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi untuk mengundang para investor, pemerintah daerah, dan pakar panas bumi karena mereka mempunyai peranan besar dalam pengembangan energi ini. Dengan undangan tersebut, diharapkan dapat menemukan solusi yang terbaik untuk mempercepat pengembangan panas bumi. Diakuinya, investasi panas bumi modal, teknologi tinggi yang harus diinvestasi, serta harus memperhatikan lingkungan. Menteri ini juga memberikan semangat kepada para investor untuk mempercepat pengembangan panas bumi, jika para investor gagal dalam ekplorasi, maka hal itu harus dianggap merupakan risiko seperti terjadi pada pengembangan minyak dan gas. Demikian sambutan Menteri ESDM
pada Workshop Pengembangan Panas Bumi Indonesia yang diselenggarakan di Auditorium ESDM pada tanggal 13 November 2006. Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Geologi yang menjadi salah satu pembicara dalam workshop ini memaparkan mengenai potensi sumber daya dan cadangan panas bumi di Indonesia saat ini serta usaha-usaha yang ditempuh oleh Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi dalam mendorong pengembangan usaha panas bumi terutama dari sisi eksplorasi. ** (Prima M. Hilman)
Workshop Nasional Geologi Teknik PADA tanggal 14 November 2006 bertempat di Auditorium Geologi diselenggarakan ‘Workshop Nasional Geologi Teknik’ oleh Pusat Lingkungan Geologi. Maksud dari penyelenggaraan workshop ini adalah untuk memperoleh masukan dari semua stakeholders sebagai bahan evaluasi kegiatan Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi terutama dalam hal pelayanan dan pemberian informasi geologi teknik kepada masyarakat luas. Selain itu pula, maksud lainnya adalah untuk memperoleh gambaran dan kebutuhan nyata dari pihakpihak yang memerlukan informasi geologi teknik sehingga diharapkan dapat dipenuhi oleh Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi. Workshop dihadiri oleh perwakilan dari:
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
9
SEPUTAR KITA
1. Instansi pemerintah tingkat pusat (DESDM, PU, LIPI). 2. Instansi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota (Dinas Pertambangan dan Energi, Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, BRR Aceh). 3. Perguruan Tinggi 4. Instansi swasta/BUMN/BUMD/ Konsultan 5. Organisasi dan Asosiasi Profesi 6. Masyarakat pemerhati geologi teknik Acara diawali dengan pembukaan dan sekaligus penyampaian makalah utama (Keynote Speech) oleh Kepala Badan Geologi dengan judul ‘Peranan dan Kontribusi Geologi Teknik dalam Pembangunan’ dibacakan oleh Kepala Pusat Lingkungan Geologi. Makalah utama kedua yang berjudul ‘Landslide Disaster and Risk Reduction’ disampaikan oleh Dr. Gonghui Wang mewakili Prof. Kyoji Sassa dari Kyoto University. Acara selanjutnya adalah pemaparan makalah berupa presentasi lisan yang dibagi dalam dua sesi, sesi pertama bertema Geologi Teknik dalam Tata Ruang dipandu oleh moderator Prof. Dott. Sampoerno dengan penyaji Eko Priastono, ST, MPPM dari Bappeda Propinsi Jawa Barat yang menyajikan makalah berjudul ‘Parameter Geologi dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Jawa Barat’. Sedangkan penyaji kedua Dr. Deny Zulkaidi, Ir., MUP dari ITB menyajikan makalah berjudul ‘Peraturan Bangunan (Building Code)’. Sesi kedua yang bertema ‘Geologi Teknik dalam Pembangunan Infrastruktur’ dimoderatori oleh Prof. Dr. Febri Hirnawan dengan penyaji Prof. Dr. Paulus Rahardjo dari Universitas Parahyangan dengan makalah ber-
10
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
judul ‘Aspek Geoteknik dan Geologi Teknik untuk Pembangunan Infrastruktur dan Penanganan Bencana Alam Geologi’. Penyaji kedua adalah Prof. Dr. Wiratman Wangsadinata (Wiratman & Associates) dengan makalah berjudul ‘Peranan Geologi Teknik dalam Pembangunan Proyek Infrastruktur’. Dari hasil diskusi dan tanya jawab pada kedua sesi tersebut didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Informasi geologi teknik sangat diperlukan dalam penataan ruang dan pembangunan infrastruktur. 2. Informasi geologi teknik yang diperlukan diantaranya adalah: sifat fisik dan mekanik tanah dan batuan; kondisi deformasi atau diskontinuitas tanah dan batuan; proses geologi yang dapat menggangu stabilitas tanah dan batuan (gempa bumi, likuifaksi, gerakan tanah, erosi, sesar aktif, dis-
persi, pengangkatan dan penurunan permukaan tanah); pola drainase dan air tanah; morfologi. 3. Perlu kesamaan persepsi tentang peristilahan dan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan oleh geologi dan teknik sipil. 4. Diusulkan agar dapat dibuat peraturan perundang-undangan (misal: Undang-Undang Kegeologian) yang mengatur tentang kewajiban semua pihak (instansi pemerintah dan swasta) untuk menyerahkan data dan informasi geologi teknik hasil penelitian/penyelidikan kepada pemerintah. 5. Perlu dibuat pedoman tata cara pemetaan geologi teknik skala besar untuk pemerintah daerah dan mewajibkan penggunaan informasi geologi teknik dalam perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur. ** (Prima M. Hilman)
SEPUTAR KITA
Pameran Gelar Teknologi 2006
PAMERAN Gelar Teknologi 2006 yang diselenggarakan pada tanggal 22 – 23 November 2006 oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Kementerian Ristek merupakan sarana untuk memvisualisasikan peran dan manfaat kemajuan teknologi bagi berbagai sektor industri di lndonesia, sekaligus manfaatnya bagi pembangunan bangsa dan negara.
Dalam Pameran tersebut ditampilkan peran serta daerah dalam memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan mengundang 6 sektor yang terkait dengan Kebijakan Strategi Pembangunan Nasional (JAKSTRANAS) lptek yang memuat rumusan Arah, Prioritas Utama, dan kerangka Kebijakan Pemerintah. Keenam sektor yang berpartisipasi
mengikuti pameran tersebut adalah: 1) Teknologi Ketahanan Pangan dan Pertanian, 2) Teknologi Energi, 3) Teknologi dan Manajemen Transportasi, 4) Teknologi Kesehatan dan Obat - obatan, 5) Teknologi Inforrnasi dan Komunikasi, 6) Teknologi Pertahanan. Tujuan dari pameran gelar teknologi adalah supaya tersosialisasikannya hasil-hasil riset dan pengembangan teknologi ke-6 sektor yang tercakup dalam JAKSTRANAS lptek. Selain itu pula diharapkan pameran ini dapat menjadi ajang pertukaran informasi dan interaksi bisnis antara pemilik dan pengguna teknologi. Mensinergikan seluruh program dan anggaran iptek demi menjadikan iptek sebagai alat politik dan negara dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Memadukan arah pembangunan iptek dari unsur - unsur kelembagaan iptek. Informasi secara visual peran teknologi dalam memajukan berbagai sektor industri, yang pada akhimya mensukseskan pembangunan nasional. Badan Geologi tergabung bersama Balitbang ESDM, Badiklat ESDM dan Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas bumi menjadi salah satu peserta mewakili Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. ** (Priatna)
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
11
SEPUTAR KITA
CASM-Asia Workshop on the State-of-the-Art of Science and Technology to Protect the Environment and People CASM-Asia (Community and Artisanal Small Scale Mining in Asia) melalui CCOP-GSJ/AIST bekerjasama dengan Badan Geologi – ESDM menyelenggarakan workshop dengan tema “The State-of-the-Art of Science and Technology to Protect the Environment and People” pada tanggal 27 – 29 November 2006. Pelaksana kegiatan ini adalah Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi dengan Sekretariat Teknis CCOP. Tujuan kegiatan ini adalah untuk merumuskan dan memberikan bimbingan dalam permasalahan teknis untuk kegiatan artisanal-pertambangan skala kecil, sehingga para peserta memperoleh pengetahuan mengenai pemanfaatan teknologi pertambangan dalam pengembangan pertambangan skala kecil yang memperhatikan aspek lingkungan. Peserta workshop terdiri dari peserta dari luar negeri sebanyak 21 orang dan peserta dari dalam negeri sebanyak 19 orang. Peserta dari luar negeri datang dari: Jepang, Kamboja, Vietnam, Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Thailand, India, Mongolia, dan Papua Nugini. Sedangkan peserta dari
12
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
dalam negeri merupakan perwakilan dari: unit-unit di lingkungan Badan Geologi, unit-unit di lingkungan Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi, ITB, Pusdiklat ESDM, PPTMB “Tekmira”, Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Barat, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tasikmalaya, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya. Agenda utama dari workshop ini adalah pemaparan dari narasumber dan delegasi peserta pada tanggal 27 dan 28 November 2006, dilanjutkan dengan ekskursi ke daerah pertambangan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya pada tanggal 29 November 2006. Acara workshop dibuka oleh Kepala Badan Geologi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari masing-masing delegasi negara peserta menyangkut keadaan kegiatan pertambangan skala kecil di negara masing-masing. Dari hasil presentasi dapat disimpulkan bahwa di beberapa negara sudah dilakukan penataan usaha pertambangan usaha kecil dalam aspek kebijakan, teknis, maupun ekonomi, seperti pengaturan wilayah kerja, tenaga
kerja, dan sistem perpajakan. Hari kedua diisi dengan pemaparan hasil penelitian laboratorium untuk pengolahan mineral serta kajian tentang kebijakan dan perijinan. Kemudian dilanjutkan praktek pengambilan conto untuk penelitian laboratorium. Workshop ditutup secara resmi oleh Sekretaris Badan Geologi. Hari ketiga adalah ekskursi ke lokasi pertambangan emas KUD Mekar Jaya di daerah Cineam, Tasikmalaya. Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah: 1) adanya perhatian dan kepedulian terhadap keberadaan pertambangan skala kecil di kawasan Asia Timur – Asia Tenggara, 2) beberapa negara peserta telah berhasil menata pertambangan skala kecil menyangkut aspek kebijakan, peraturan, kewilayahan, maupun perpajakan, 3) secara khusus workshop ini berguna bagi Indonesia sebagai alat untuk memotivasi para pemegang kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah untuk lebih memberikan perhatian, mengawasi, dan mengelola pertambangan skala kecil.** (Prima M. Hilman)
SEPUTAR KITA
Kunjungan Delegasi Vietnam Ke Badan Geologi DELEGASI Vietnam yang dipimpin oleh Tran Hong Hai selaku Deputy Director General of Center for Information & Archives of Geology (CIAG) melakukan kunjungan ke Badan Geologi pada tanggal 20-24 November 2006. Maksud kedatangan delegasi Vietnam yang berjumlah 3 orang adalah untuk melakukan studi banding tentang tugas pokok dan fungsi institusi geologi di Indonesia. Selama 5 hari kunjungannya di Badan Geologi delegasi Vietnam mengadakan pertemuan di Sekretariat Badan Geologi serta kunjungan ke Pusat-Pusat di lingkungan Badan Geologi. Hari pertama kunjungan ke Sekretariat Badan Geologi, delegasi vietnam disambut oleh Sekretaris Badan Geologi. Dalam pertemuan tersebut Sekretaris Badan Geologi mempresentasikan Organisasi dan Tupoksi Badan Geologi yang dilanjutkan dengan presentasi dari Tran Hong Hai. Hadir dalam pertemuan tersebut adalah Para Kepala Pusat dan Kepala Bidang Informasi Unit di Lingkungan
Badan Geologi. Setelah selesai presentasi di Sekretariat Badan Geologi, Tran Hong Hai yang ditemani oleh 2 orang stafnya Dang Duc Thao dan Nguyen Cam melakukan kunjungan ke Pusat Survei Geologi, Pusat Lingkungan Ge-
ologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Pusat Sumber Daya Geologi. Di akhir kunjungannya Delegasi Vietnam melakukan ekskursi ke Gunung Tangkubanparahu serta wisata ke Ciater. ** (Priatna)
Kunjungan Bhakti Sosial Dharma Wanita DESDM di Kabupaten Garut DHARMA Wanita Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan kunjungan Bhakti Sosial di Kabupaten Garut pada tanggal 30 November – 1 Desember 2006. Rombongan berjumlah 38 orang yang dipimpin oleh penasehat DWP DESDM
Ibu Lis Purnomo Yugiantoro ini tiba di Garut hari Kamis pukul 11.40 WIB dan melakukan dua kegiatan utama. Kegiatan-kegiatan utama itu adalah melakukan ramah tamah dan memberi bingkisan kepada para pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Guntur Kabupaten Garut serta melakukan Bhakti Sosial di Pendopo Kabupaten Garut. Dalam acara Bhakti Sosial di Pendopo diserahkan cindera mata untuk sepuluh orang masing-masing tiga dari fasilitator kabupaten siaga, ibu hamil
tidak mampu, dan calon donor darah, serta satu orang dari kader penghubung. Selain itu rombongan mengunjungi pula beberapa pusat kerajinan seperti kerajinan akar wangi, kain sutera rami, kerajinan kulit, dan batik Garut-an. ** (Gatot & Bunyamin)
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
13
FOKUS KITA
PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI KEGEOLOGIAN Sebuah wacana untuk meningkatkan kemampuan Badan Geologi dalam penyebaran geodata dan geoinformasi bagi publik Oleh: Prima M. Hilman
PENGANTAR DENGAN makin tergantungnya masyarakat di dunia ini, baik masyarakat awam dan ilmiah, dalam menggunakan Internet sebagai salah satu sumber data dan informasi mengakibatkan makin meningkatnya nilai dari data dan informasi, terutama data dan informasi yang berbentuk digital. Hal ini juga sejalan dengan makin terjangkaunya harga perangkat keras komputer, dengan kemampuan yang makin tinggi dan harga yang makin murah maka komputer dapat ditemui hampir di tiap kantor dan rumah. Khusus untuk di Indonesia, dengan tingkat pendapatan masyarakat yang masih tergolong rendah, kepemilikan komputer terbatas di kalangan menengah ke atas saja, akan tetapi kebutuhan masyarakat dalam mengakses data dan informasi tidak dapat dibendung. Hal ini menumbuhkan peluang usaha baru berupa jasa penyewaan komputer dan akses Internet yang ditunjukkan dengan menjamurnya Warnet (Warung Internet) terutama di sekitar sekolah dan kampus perguruan tinggi. Melihat fenomena di atas maka pengelolaan informasi (information management) menjadi sangat penting, karena dengan makin tingginya nilai data dan informasi maka data dan informasi telah menjadi komponen utama dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta, dalam mempertahankan keunggulan komparatif suatu organisasi dibanding organisasi lain yang sejenis. DATA DAN INFORMASI DALAM BIDANG GEOLOGI Dalam bidang geologi dikenal sebuah istilah yang berhubungan de-
14
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
ngan data dan informasi yaitu geodata dan geoinformasi (geoinformation). Menurut Ensiklopedia Online Wikipedia, hubungan antara kedua istilah tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: Geoinformasi adalah sebutan pendek untuk “Informasi Geografis” (Geographic Information). Informasi geografis dihasilkan dari pengolahan data geografis (atau spasial) atau geodata dalam suatu sistem terkomputerisasi. Sistem tersebut dapat terdiri dari komputer dan jaringan komputer, termasuk pula standar dan protokol yang dipakai untuk akses dan pertukaran data di antara pengguna dalam lingkup aplikasi yang berbeda. Geodata terdapat dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah peta atau citra yang diambil dari udara atau luar angkasa (remote sensing data). Geodata dapat disimpan dalam suatu basis data (database) yang memiliki kemampuan tambahan dalam menyimpan, mengelola, dan mengolah data spasial. Geoinformasi adalah keluaran yang dihasilkan dari analisis geodata dengan menggunakan program komputer yang disebut geographic information system, atau GIS. Lingkungan tempat suatu GIS beroperasi (mesin, manusia, jaringan komputer) disebut suatu “sistem informasi spasial” (spa-
tial information system) yang dibangun untuk merespon kebutuhan manusia atau organisasi akan informasi spasial yang spesifik dan strategik. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa istilah GIS yang umum digunakan oleh banyak kalangan, sebenarnya mengacu pada proses pengolahan geodata menjadi geoinformasi dengan menggunakan bantuan teknologi komputer. Sedangkan teknologi komputer pada saat ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Internet, sehingga geoinformasi yang dihasilkan dari proses pengolahan geodata dengan GIS tersebut secara langsung dapat diakses oleh pengguna melalui media Internet, dengan catatan jika penyedia geoinformasi menyediakan informasinya agar dapat diakses oleh umum. Yang menarik dari hal ini adalah pada umumnya data dan informasi yang dimiliki oleh suatu organisasi bersifat tertutup dan hanya tersedia bagi kalangan sendiri, karena sebagian orang percaya bahwa dengan merahasiakan data dan informasi tersebut dapat meningkatkan keunggulan komparatif organisasi, akan tetapi dengan lahirnya Internet maka lahir pula paradigma baru dalam pengelolaan data dan informasi yaitu dengan dibukanya sebagian data dan informasi yang dimiliki oleh suatu organisasi agar dapat diakses oleh umum. Dari beberapa pengamatan tampak bahwa justru organisasi yang cukup terbuka dalam akses data dan informasi ini memiliki keunggulan komparatif yang relatif lebih tinggi dibanding dengan organisasi sejenis. Salah satu contohnya adalah bagaimana negara-negara yang telah maju dalam bidang pengelolaan geodata dan geoinformasi di antaranya Amerika Serikat, Kanada dan Australia mengemas data dan informasi
FOKUS KITA geologi dan sumber daya alamnya (minyak, gas, dan mineral) dalam suatu situs Internet yang antarmukanya (interface-nya) sangat bersahabat dengan pengguna (user-friendly) berupa suatu peta digital interaktif yang berisi geodata dan geoinformasi yang dapat diunduh (download) oleh pengguna di seluruh dunia. Dengan dibukanya akses terhadap data dan informasi tersebut secara luas, maka dampaknya dalam bidang ekonomi adalah adanya kecenderungan peningkatan penanaman modal di bidang eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam terutama sumber daya geologi di negara-negara tersebut. Selain itu pula, mengingat bahwa data dan informasi kegeologian tidak hanya berhubungan dengan sumber daya geologi tetapi mencakup pula data dan informasi bahaya geologi (geological hazards), geologi lingkungan (environmental geology), dan geologi teknik (engineering geology), yang dapat digunakan sebagai data dasar bagi usaha mitigasi bencana alam, tata ruang wilayah, konservasi sumber daya alam, dan pengelolaan lingkungan hidup yang tentunya berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat luas maka data dan informasi tersebut harus diusahakan dapat dengan mudah diakses dan akurasinya dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai akibatnya maka pengelolaan data dan informasi geografis (geodata dan geoinformasi) menjadi penting, mengingat geodata dan geoinformasi yang dihasilkan oleh suatu organisasi tidak hanya tersedia bagi personil dalam organisasi tersebut, akan tetapi juga terbuka bagi pihakpihak di luar organisasi terutama bagi masyarakat luas, bahkan informasi tertentu seperti misalnya status aktivitas gunung api, dapat menjadi sangat penting karena akan menentukan tindakan yang harus diambil oleh pihak-pihak yang berkompeten dalam rangka meminimalkan korban jiwa dan kerugian harta benda jika gunung api tersebut meletus. Dalam tulisan ini selanjutnya akan dikupas mengenai kondisi pengelolaan data dan informasi kegeologian yang terdapat di Badan Geologi pada saat ini termasuk potensi, kendala dan tantangan yang dihadapi. Pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan visi ke depan serta kondisi optimal yang diharapkan dapat terwujud dalam
usaha meningkatkan pelayanan Badan Geologi untuk menyebarkan data dan informasi kegeologian kepada masyarakat luas.
KONDISI SAAT INI Pembahasan kondisi pengelolaan data dan informasi di lingkungan Badan Geologi pada saat ini, ditekankan pada 4 aspek pokok yang menjadi dasar bagi pengembangan suatu sistem e-Government (e-Gov) Lembaga yaitu: suprastruktur, infrastruktur jaringan, infrastruktur informasi, dan infrastruktur aplikasi sesuai dengan Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government yang tertuang dalam Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-Government Lembaga yang dikeluarkan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika, hal ini dilakukan agar setiap unit di lingkungan Badan Geologi dapat dievaluasi secara obyektif berdasarkan pada tolok ukur yang seragam sesuai petunjuk pelaksanaan dalam panduan tersebut. Hasil evaluasi akan menjadi acuan sampai sejauh mana unit-unit di lingkungan Badan Geologi telah menerapkan atau membangun komponen-komponen penyusun e-Gov, sehingga dapat ditentukan unsur apa saja yang belum memenuhi persyaratan dan yang harus dikembangkan lebih lanjut untuk membentuk suatu sistem e-Gov yang lengkap. Suprastruktur Dalam panduan e-Gov di atas dinyatakan bahwa suprastruktur e-Gov harus memuat antara lain kepemimpinan manajemen lembaga (e-leadership), sumber daya manusia (human resources) dan peraturan di tingkat lembaga yang terkait dengan pengembangan e-Gov (regulation), atau dengan kata lain suprastruktur berhubungan sangat erat dengan unsur kelembagaan yang terdiri dari struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi masing-masing unit hingga jajaran terbawah, dan penyusunan regulasi dalam bidang informasi yang dapat berupa roadmap, blue print, maupun standard operating procedure (SOP). Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 0030 Tahun 2005 mengenai
struktur organisasi dan tata kerja Departemen ESDM maka secara umum dapat dikatakan bahwa Badan Geologi dan unit-unit di lingkungannya telah memiliki e-leadership, walaupun masih dalam tahap permulaan, dengan adanya pejabat eselon III dan/atau IV yang memiliki tugas dan fungsi dalam melakukan pengelolaan data dan informasi kegeologian yaitu dengan adanya Bidang Informasi dengan Sub Bidang Pelayanan Informasi Publik dan Sub Bidang Penerapan Sistem Informasi sebagai perangkatnya di masing-masing unit kecuali pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG), di unit ini tugas pengelolaan data dan informasi dibebankan kepada Bidang Evaluasi Potensi Bencana Geologi. Selain itu pada Sekretariat Badan Geologi pengelolaan sistem informasi ditangani oleh Sub Bagian Pengelolaan Informasi. Ditinjau dari sisi sumber daya manusia (SDM) maka dapat dikatakan bahwa unit-unit di lingkungan Badan Geologi masih sedikit sekali memiliki SDM yang handal dalam pengelolaan sistem informasi baik itu dalam pengelolaan, pengoperasian dan troubleshooting perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan jaringan (lokal dan akses Internet). Hal ini disebabkan oleh terlambatnya institusi ini melakukan perekrutan pegawai yang memiliki latar belakang atau kemampuan dalam teknologi informasi (TI), baru pada awal tahun 2000 dilakukan perekrutan pegawai dimaksud dan sampai saat ini (akhir 2006) jumlahnya masih belum memadai. Masalah juga makin berkembang dengan sulitnya mencari pegawai dengan latar belakang teknis ilmu kebumian yang juga memiliki kemampuan untuk mengelola sistem informasi, karena data dan informasi kegeologian memiliki kekhususan sehingga pengelolaannya tidak hanya membutuhkan ahli dengan latar belakang TI tapi juga para ahli dengan latar belakang ilmu kebumian. Peran dari para ahli ilmu kebumian ini adalah sebagai “penterjemah” atau translator dalam menuangkan ide pengelolaan data dan informasi kegeologian kepada para ahli TI, termasuk dalam hal penyampaian informasi kepada publik. Yang terakhir dibahas dalam kaitannya dengan suprastruktur adalah tersedianya regulasi atau peraturan dalam bidang pengelolaan data dan informasi. Di Badan Geologi hal ini WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
15
FOKUS KITA menjadi salah satu kelemahan yang cukup menonjol dengan belum adanya regulasi yang mengatur mengenai sistem informasi secara spesifik dan teknis. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa Badan Geologi sampai saat ini masih belum memiliki cetak biru ataupun roadmap pengembangan sistem informasi. Hal lainnya adalah juga tidak tersedianya SOP yang mengatur tentang hal-hal teknis yang berhubungan dengan pembangunan, penggunaan, dan pemeliharaan perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan baik itu jaringan lokal maupun akses Internet. Infrastruktur Jaringan Panduan e-Gov menyebutkan bahwa infrastruktur jaringan harus memuat antara lain protokol komunikasi, topologi, teknologi dan keamanan, sehubungan dengan hal itu maka dalam bagian ini akan dibahas mengenai kondisi dari jaringan baik lokal maupun Internet di masing-masing unit di lingkungan Badan Geologi. Secara umum, unit-unit di lingkungan Badan Geologi telah memiliki infrastruktur jaringan lokal dan Internet. Protokol komunikasi yang digu-
nakan adalah netbios milik Microsoft karena umumnya komputer yang ada di Badan Geologi memakai Microsoft Windows sebagai sistem operasinya dan terhubung ke Internet dengan menggunakan protokol komunikasi TCP/IP. Topologi yang digunakan adalah topologi hybrid dengan penggunaan switch hub dan ethernet card yang terpasang di masing-masing komputer, topologi ini merupakan gabungan dari topologi bus dan topologi star, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Kecepatan dari jaringan lokal (LAN) adalah di antara 10-1.000 Mbps. Media pengantarnya dapat berupa kabel unsheilded twisted pair (UTP) ataupun jaringan wireless yang berupa hotspot. Setiap jaringan lokal (LAN) di masing-masing unit terhubung dengan Internet melalui berbagai media dengan kecepatan akses yang juga berbeda-beda. Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan hal tersebut (Tabel 1). PMG, PSG, dan PLG menggunakan internet provider yang sama, sedangkan PVG dan SBG menggunakan masing-masing internet provider yang ber-
Gambar 1. Skema Topologi Hybrid. Tabel 1. Akses Internet Unit-Unit di Lingkungan Badan Geologi (Status: Des. 2006) No
Unit
Bandwidth (Kbps)
Media
1
Pusat Sumber Daya Geologi (PMG)
256
Wireless
2
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG)
128
Wireless
3
Pusat Lingkungan Geologi (PLG)
512
Wireless
4
Pusat Survei Geologi (PSG)
512
Wireless
5
Sekretariat Badan Geologi (SBG)
384
Cable SDSL
16
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
beda. Ditinjau dari sisi interkoneksitas antar unit maka koneksi antar unit masih belum terbangun, dengan kata lain intranet Badan Geologi masih harus dikembangkan. Dengan belum terbangunnya intranet maka koneksi antar unit masih harus melalui Internet, hal ini mengurangi tingkat efisiensi pemakaian bandwidth, ini terjadi terutama untuk unit-unit yang terletak di komplek perkantoran jalan Diponegoro, Bandung yang secara fisik masih mungkin dihubungkan dengan menggunakan media kabel ataupun wireless. Khusus untuk penyampaian data dan informasi aktivitas gunung api dari pos pengamatan yang tersebar di seluruh Indonesia ke kantor PVG di Bandung, saat ini sebagian besar masih menggunakan teknologi radio berupa informasi verbal dari petugas pengamat mengenai kondisi gunung api tersebut, walaupun ada beberapa pos pengamatan gunung api yang telah dilengkapi infrastruktur jaringan komunikasi, umumnya berupa jaringan VSAT (Very Small Aperture Terminal), yang secara otomatis dapat menyampaikan data melalui satelit, akan tetapi jumlahnya masih sangat sedikit. Sedangkan infrastruktur jaringan untuk pengamatan gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah sampai saat ini masih belum terbentuk. Demikian pula dengan infrastruktur jaringan untuk penyampaian data ketinggian muka air tanah di sumur-sumur pantau milik PLG yang terdapat di beberapa kota besar di Indonesia, di antaranya terdapat di Jakarta, Bandung, dan Semarang, masih belum terbentuk sehingga data mengenai muka air tanah masih harus dicatat secara manual dengan mendatangi sumur-sumur pantau tersebut. Teknologi yang digunakan dalam infrastruktur jaringan ini, seperti telah disinggung di atas, adalah teknologi ethernet dengan kecepatan bervariasi antara 10 – 1.000 Mbps untuk jaringan lokal, selain itu juga digunakan teknologi wireless 802,1 b/g yang memiliki kecepatan antara 11 – 54 Mbps untuk jaringan lokal maupun akses Internet. Infrastruktur Informasi Struktur data, format data, metoda berbagi data, dan sistem pengamanannya adalah komponen-komponen yang
FOKUS KITA terdapat dalam infrastruktur informasi. Sehubungan dengan hal tersebut, unit-unit di lingkungan Badan Geologi telah mulai membangun infrastruktur informasinya dengan melakukan pembangunan basis data hasil kegiatan unit yaitu di antaranya PMG telah mengembangkan basis data komoditi mineral logam, mineral non-logam, batubara dan panas bumi. Pengembangan basis data ini diawali dengan pembuatan struktur basis data yang baku dan dilanjutkan dengan pengisian basis data. Struktur basis data PMG ini bahkan telah diadopsi oleh negaranegara ASEAN sebagai struktur baku bagi basis data mineral ASEAN, dengan beberapa penyederhanaan. Selain itu PMG juga mulai mengembangkan pembuatan metadata untuk basis data tersebut yang memuat mengenai format data, metoda akses, dan sistem keamanannya. Unit-unit lain di lingkungan Badan Geologi juga telah mengembangkan infrastruktur informasinya, PLG telah membangun basis data untuk data geologi lingkungan, geologi teknik, dan air tanah. PVG masih terus mengembangkan basis data gunung api dan mulai membangun basis data kebencanaan geologi meliputi gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah. Sedangkan PSG telah memiliki basis data peta geologi seluruh Indonesia, basis data stratigrafi, dan basis data geofisika. Jika ditinjau secara umum maka Badan Geologi telah memiliki infrastruktur informasi yang cukup memadai, walaupun ada beberapa hal yang masih harus terus dikembangkan dan diperbaharui menyangkut standar, prosedur dan teknologi yang digunakan. Infrastruktur Aplikasi Infrastruktur aplikasi berhubungan erat dengan aplikasi layanan publik, aplikasi antar muka (interface), dan aplikasi back-office yang dikembangkan oleh unit-unit di lingkungan Badan Geologi dalam menjalankan salah satu tugasnya yaitu melakukan penyebarluasan data dan informasi kegeologian kepada masyarakat. Pengembangan aplikasi layanan publik menjadi sangat penting karena aplikasi inilah yang merupakan jendela bagi seluruh kegiatan pengembangan e-Gov, dari aplikasi ini masyarakat luas dapat menilai sampai dimana
kesiapan suatu institusi dalam memberikan data dan informasi yang dimilikinya, dan seberapa jauh kegunaan dari data dan informasi tersebut dapat dirasakan oleh para penggunanya. Badan Geologi melalui unit-unit di lingkungannya telah mengembangkan aplikasi layanan publik berupa situs web yang berisi informasi umum mengenai organisasi, sedangkan beberapa unit seperti PMG (Gambar 2) telah pula menampilkan hasil kegiatan penelitian, penyelidikan, kolokium, dan simposium yang dapat diunduh oleh masyarakat melalui situs web unit tersebut. PVG juga menampilkan status aktivitas beberapa gunung api yang tingkatnya di atas aktif normal di situs web-nya berupa code-alert level, disamping memberikan informasi rinci mengenai status gunung api dalam fokus berita (Gambar 3). Di bawah ini terdapat tabel alamat situs web dari masing-masing unit yang ada di lingkungan Badan Geologi (Tabel 2). Aplikasi layanan publik lainnya yang dikembangkan oleh Badan Geologi adalah penampilan data dan informasi geografis (spasial) lewat web atau yang biasa disebut Web GIS. Alasan utama yang menjadi dasar pengembangan aplikasi ini adalah karena sifat data yang dimiliki oleh Badan Geologi sebagian besar berupa data spasial sehingga cara penyebarluasannya yang dianggap paling efektif dan efesien adalah dengan menampilkan data tersebut dalam bentuk peta interaktif. Dalam hal ini Web GIS memenuhi persyaratan tersebut. Saat ini
aplikasi tersebut telah digunakan oleh PMG dan SBG (Gambar 4). Untuk menunjang terlaksananya penyampaian data dan informasi melalui aplikasi layanan publik tersebut maka beberapa aplikasi back-office digunakan sebagai tulang punggungnya, di antaranya adalah: aplikasi GIS dan olah citra (Arc GIS, MapInfo, ER-Mapper, ENVI), aplikasi database (MS-SQL Server, PostgreSQL, MySQL) dan aplikasi-aplikasi penunjang lainnya seperti pengolah kata, pengolah gambar, web design, dll. Selain itu pula beberapa aplikasi back-office yang memiliki antar muka berbasis web dan dibuat sesuai kebutuhan organisasi juga telah mulai dikembangkan oleh unit-unit di lingkungan Badan Geologi. Aplikasiaplikasi tersebut antara lain adalah aplikasi surat dan nota dinas, aplikasi kepegawaian, aplikasi pencatatan aset, aplikasi perpustakaan, dan aplikasi keuangan. KENDALA YANG DIHADAPI, SOLUSI, DAN VISI KE DEPAN Setelah menelaah kondisi yang ada pada saat ini maka beberapa kendala pengelolaan data dan informasi di lingkungan Badan Geologi dapat diidentifikasi, untuk mempermudah pemahaman maka solusi dan visi ke depan juga disertakan langsung setelah kendala yang timbul dapat dirumuskan.
Gambar 2. Hasil kegiatan, makalah, dan prosiding kolokium dapat diunduh dari situs web PMG (tanda panah). WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
17
FOKUS KITA
2
1
Gambar 3. Code-Alert Level gunung api (dalam kotak nomor 1) dan fokus berita (dalam kotak nomor 2) yang ditampilkan dalam situs web PVG. Tabel 2. Daftar Alamat Situs Web di lingkungan Badan Geologi
No
Alamat Situs
Pengelola
1
http://www.bgl.esdm.go.id
SBG
2
http://www.dim.esdm.go.id
PMG
3
http://www.vsi.esdm.go.id
PVG
4
http://www.dgtl.esdm.go.id
PLG
5
http://www.grdc.esdm.go.id
PSG
1. Suprastruktur Dalam kaitannya dengan komponen suprastruktur maka salah satu kelemahan yang paling menonjol di Badan Geologi adalah belum adanya Master Plan pengelolaan data dan informasi kegeologian yang lengkap dan komprehensif. Hal lainnya adalah masih kurangnya tenaga teknis yang mampu untuk mengelola data dan informasi secara profesional, selain itu pula masih ada unit di lingkungan Badan Geologi yaitu PVG yang secara struktur belum memiliki pejabat struktural tingkat eselon III/IV yang khusus mengelola data dan informasi, sehingga kinerja penyebarluasan informasi terutama informasi kebencanaan geologi menjadi kurang optimal. Sebagai akibatnya ini menjadikan kinerja organisasi secara keseluruhan menjadi menurun, karena dalam penyebaran informasi kebencanaan faktor kecepatan, keakuratan, dan ketepatan menjadi komponen-komponen yang sangat penting, ini hanya dapat dicapai dengan terbangunnya
18
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
suatu sistem informasi kebencanaan yang dikelola dengan baik. Solusi dan visi kedepan untuk menanggulangi kendala-kendala di atas adalah: a. Harus segera di susun master plan pengelolaan data dan informasi di Badan Geologi yang juga dilengkapi dengan dokumen-dokumen turunannya berupa Standard Operating Procedure (SOP), Petunjuk Teknis (Juknis), dan Petunjuk Pelaksanaannya (Juklak). Penyusunan master plan diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2007, master plan ini memuat rencana induk pengembangan dan implementasi sistem informasi selama 5 tahun (2007 – 2012) dan penyusunannya akan dikoordinasikan oleh SBG. Sedangkan SOP, Juknis, dan Juklak diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2008 – 2009, untuk dokumen-dokumen ini masing-masing unit dapat menyesuaikan isinya dengan tupoksi serta dengan memperhatikan kondisi dan situasi pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengelolaan sistem
informasi di masing-masing unit. b. Dalam hal peningkatan profesionalisme tenaga pengelola data dan sistem informasi maka jika dimungkinkan adalah dengan melakukan penambahan pegawai baru yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengelola sistem informasi terutama informasi kegeologian, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan dikarenakan oleh terbatasnya anggaran pemerintah maka harus diupayakan peningkatan kualitas pegawai yang ada di antaranya dengan meningkatkan pengetahuan dan keahlian melalui pendidikan lanjutan ke jenjang yang lebih tinggi, diikutsertakan dalam pelatihan di luar institusi atau mengadakan pelatihan di dalam institusi (in-house training). c. Khusus untuk informasi kebencanaan geologi maka disarankan untuk melakukan evaluasi kinerja dari unit yang bersangkutan berkaitan dengan penyebarluasan informasi kebencanaan tersebut, jika memang ditemukan adanya kelemahan dalam tupoksi dan/atau struktur organisasinya maka sebaiknya dilakukan penyesuaian, hal ini sulit dilakukan karena berhubungan dengan berbagai hal di luar Badan Geologi sendiri, akan tetapi ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Alternatif lainnya adalah dengan memberdayakan Kelompok Kerja Sistem Informasi yang memiliki tugas dan fungsi yang menyerupai Bidang Informasi pada unit di luar PVG, sehingga dimungkinkan adanya kesamaan pandangan dalam melakukan pengelolaan data dan informasi di Badan Geologi. 2. Infrastruktur Jaringan Dalam komponen infrastruktur jaringan dapat dikatakan bahwa secara umum setiap unit di lingkungan Badan Geologi telah memiliki dan mengembangkan jaringan lokal maupun Internet, akan tetapi salah satu kendala yang muncul adalah belum terbangunnya jaringan lokal antar unit (Intranet Badan Geologi), terutama untuk unit-unit yang masih dalam satu lokasi. Seperti telah sedikit disinggung di atas, hal ini menyebabkan terbuangnya sumber daya jaringan dan mempersulit hubungan antar unit, yang akhirnya dapat memperlambat proses pengambilan keputusan. Kendala lainnya adalah belum optimalnya infrastruktur jaringan
FOKUS KITA
Gambar 4. Web GIS yang dikembangkan oleh SBG. pengamatan gunung api serta belum terbangunnya infrastruktur jaringan pengamatan gempa bumi, tsunami, gerakan tanah dan muka air tanah di sumur-sumur pantau, sehingga menyulitkan dalam melakukan peringatan dini (early warning) bahaya geologi (geological hazards). Beberapa solusi yang disarankan dan visi ke depan untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut adalah: a. Melakukan pembangunan infrastruktur jaringan baik perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) untuk pengembangan intranet Badan Geologi, perancangan dan permulaan pembangunan akan dilakukan pada tahun 2007, penyelesaian dan implementasi sistem diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2008. Ini juga menyangkut pada adanya beberapa usulan dari para pengelola sistem informasi di masingmasing unit yang menginginkan SBG dapat menjadi portal dan gateway bagi penyebarluasan informasi kepada publik. Salah satu usulan yang mengemuka adalah menjadikan SBG sebagai penyedia bandwidth Internet bagi seluruh unit di lingkungan Badan Geologi, secara umum hal ini baik akan tetapi harus pula dipertimbangkan mengenai kemampuan finansial, perangkat keras dan sumber daya manusia yang ada di SBG. b. Pengembangan dan perancangan infrastruktur jaringan pengamatan bahaya geologi dan pengamatan muka air tanah di sumur-sumur pantau diharapkan dapat dilakukan pada tahun 2008, kegiatan ini meliputi evaluasi mengenai teknologi yang akan digu-
nakan, meliputi baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Pada tahun 2009 diharapkan permulaan pembangunan dapat dilakukan dan dapat diselesaikan pada tahun 2010. 3. Infrastruktur Informasi Infrastruktur informasi berkait erat dengan infrastruktur jaringan, oleh sebab itu beberapa kendala yang terdapat pada infrastruktur jaringan juga terjadi pada infrastruktur informasi seperti belum terbentuknya basis data kebencanaan yang meliputi gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah. Selain itu pada saat ini belum semua unit di lingkungan Badan Geologi menstandarisasi struktur basis datanya serta belum terbentuknya metadata untuk basis-basis data yang mereka miliki. Untuk itu solusi dan visi kedepan untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut antara lain adalah: a. Mempercepat penyusunan struktur basis data yang standar untuk masing-masing jenis data sesuai tupoksi dari masing-masing unit, diharapkan pada tahun 2008 semua basis data yang terdapat di Badan Geologi telah memiliki struktur basis data yang distandarisasi. Setiap struktur basis data tersebut minimal harus memiliki pedoman penyusunan dan alangkah baiknya jika pedoman tersebut dapat dinaikkan tingkatnya menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). b. Melakukan pembangunan basis data kebencanaan geologi, dan memutakhirkan secara berkala basis-basis data lainnya seperti basis data komoditi sumber daya geologi, basis data
pemetaan geokimia, basis data air tanah, basis data geologi lingkungan, basis data geologi teknik, basis data peta geologi, basis data stratigrafi, dan basis data pemetaan geofisika yang didukung oleh infrastruktur jaringan yang handal. Pekerjaan pemutkahiran basis data adalah merupakan pekerjaan rutin yang harus dilakukan oleh semua unit di lingkungan Badan Geologi. Selama Badan Geologi melakukan kegiatan sesuai tupoksinya maka pada saat yang bersamaan juga dihasilkan data yang harus dikelola dan diolah untuk dijadikan informasi dan disampaikan kepada publik. c. Menyusun metadata bagi setiap basis data yang ada di Badan Geologi, dengan adanya metadata akan memudahkan bagi pengguna untuk melakukan klasifikasi dan pencarian data sesuai dengan minatnya. Kegiatan ini akan dimulai pada tahun 2007, sama seperti basis data maka pemutkahiran metadata juga harus dilakukan secara berkala. 4. Infrastruktur Aplikasi Kendala yang dihadapi dalam pengembangan infrastruktur aplikasi di antaranya adalah masih banyaknya aplikasi yang digunakan oleh Badan Geologi masih belum memiliki lisensi, terutama adalah sistem operasi dan aplikasi pendukung lainnya seperti aplikasi GIS, aplikasi perkantoran, aplikasi basis data, dan aplikasi olah gambar. Dengan tidak dimilikinya lisensi untuk aplikasi-aplikasi tersebut maka secara langsung organisasi ini telah melakukan pelanggaran hak cipta yang merupakan perbuatan melanggar hukum. Selain itu pula, belum semua unit di lingkungan Badan Geologi memiliki aplikasi e-Gov sehingga peningkatan kinerja unit-unit tersebut belum optimal, walaupun sebenarnya telah ada satu unit di lingkungan Badan Geologi (PLG) yang relatif telah memiliki hampir semua aplikasi e-Gov tersebut akan tetapi memiliki kendala dalam implementasinya karena kurangnya sosialisasi pada para pengguna (staf dan pejabat). Penyediaan informasi publik melalui situs web pun dirasakan masih belum memadai, hanya beberapa unit saja (PMG dan PVG) yang telah menyediakan data dan informasi hasil kegiatannya secara lengkap kepada publik. Solusi dan visi kedepan untuk menanggulangi kendala-kendala itu
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
19
FOKUS KITA antara lain: a. Mengupayakan penggunaan aplikasi yang legal dengan konsekuensi harus mengeluarkan biaya lisensi yang cukup besar setiap tahunnya, sebagai alternatif dapat digunakan sistem operasi dan aplikasi pendukung yang open source. Salah satu kekurangan dari aplikasi-aplikasi open source ini adalah dibutuhkannya waktu yang cukup lama untuk melakukan penyesuaian cara menggunakan aplikasi, akan tetapi jika hal ini sudah dilampaui maka keuntungan baik finansial maupun profesionalisme akan dicapai dengan mudah. Diharapkan pada tahun 2009 semua aplikasi yang digunakan adalah aplikasi legal atau open source. b. Memperkenalkan penggunaan aplikasi-aplikasi e-Gov berbasis web seperti aplikasi surat dan nota dinas, aplikasi kepegawaian, aplikasi pencatatan aset, aplikasi perpustakaan, dan aplikasi keuangan kepada staf dan pejabat di unit-unit di lingkungan Badan Geologi. Dalam hal ini SBG telah dan akan membangun aplikasiaplikasi tersebut untuk dapat digunakan oleh seluruh unit di lingkungan Badan Geologi. Pada tahun 2006 telah diselesaikan pembuatan aplikasi surat dan nota dinas yang implementasinya diharapkan dapat terlaksana pada tahun 2007. Pada tahun 2007 akan dibangun aplikasi kepegawaian dan menyusul aplikasi-aplikasi lainnya pada tahun-tahun berikutnya, sehingga diharapkan pada tahun 2010 semua aplikasi utama e-Gov sudah dimiliki oleh Badan Geologi. Diharapkan pada tahun 2011, semua aplikasi e-Gov tersebut dapat saling bersinergi dan membentuk suatu Enterprise Resource Planning (ERP) yang sangat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan. c. Lebih memberdayakan situs web masing-masing unit untuk lebih banyak menampilkan hasil kegiatan yang dapat diunduh oleh pengguna dan menjadikan situs web Badan Geologi yang dikelola oleh SBG sebagai portal informasi kegeologian yang akurat, handal dan dapat dipercaya. Pemutakhiran data dan informasi situs web harus dilakukan secara berkala dan sedapat mungkin selalu menampilkan informasi yang paling terkini (up to date). d. Mengembangkan dan memutakhirkan data situs Web GIS yang dikelola oleh SBG agar dapat me-
20
WARTA GEOLOGI, NOVEMBER 2006
nampilkan lebih banyak layer yang sumbernya berasal dari setiap unit di lingkungan Badan Geologi sehingga dapat menjadi etalase data spasial untuk unit-unit tersebut.
PENUTUP Demikian sekelumit kegiatan pengelolaan data dan informasi yang dilakukan oleh unit-unit di lingkungan Badan Geologi. Masih banyak hal yang harus dikerjakan dalam rangka mengoptimalkan penyampaian data dan informasi kegeologian kepada publik. Selain melalui media Internet, penyampaian data dan informasi tersebut dapat pula dilakukan melalui penerbitan brosur, jurnal, warta, dan buletin; pencetakan peta dan laporan kegiatan; serta dalam bentuk kolokium, seminar, simposium dan sosialisasi ke daerah-daerah. Akan tetapi, dengan melihat perkembangan teknologi informasi saat ini serta dengan mengamati jenis data dan informasi yang dimiliki
Badan Geologi yang pada umumnya berupa data spasial, maka penyebarluasan data dan informasi yang dianggap paling efektif dan efisien adalah melalui media Internet. Diharapkan dengan metoda tersebut, maka data dan informasi kegeologian dapat dengan mudah dimengerti dan sampai kepada para pengguna tanpa mengalami banyak penyederhanaan yang akan mengakibatkan berkurangnya nilai dari data dan informasi tersebut. Akhirnya, seperti telah sedikit disinggung di atas, akan terjadi penyatuan basis data, baik itu data teknis maupun non-teknis ke dalam suatu sistem ERP yang menjadi salah satu tulang punggung dari Executive Decision Making Support System yang pada gilirannya nanti akan sangat berguna tidak hanya bagi pengguna di dalam organisasi akan tetapi juga bagi para pengguna di luar organisasi. Jika hal ini telah dapat dicapai maka kinerja Badan Geologi dalam bidang pengelolaan dan penyebarluasan data dan informasi kegeologian bagi publik dipastikan akan meningkat. **
AGENDA Seminar Nasional Geologi Indonesia: “Dinamika dan Produknya” Badan Geologi melalui Pusat Survei Geologi akan menyelenggarakan Seminar Nasional bertema Geologi Indonesia: “Dinamika dan Produknya” pada tanggal 5-6 Desember 2006 di Hotel Horison Bandung. Panitia penyelenggara akan mengundang para peneliti ilmu kebumian untuk berbagi, menyokong dan mendiskusikan pengalaman kerjanya dalam bidang dinamika dan produk geologi Indonesia. Hasil seminar yang memuat informasi penelitian terbaru ini akan dibukukan dalam bentuk prosiding.
Kerja Sama Badan Geologi dengan Pertamina Badan Geologi akan melakukan kerja sama dengan PT Pertamina dalam bidang eksplorasi panas bumi di Indonesia. Kerja sama itu diresmikan dengan penandatangan MOU yang rencananya akan dilakukan pada acara Seminar Optimasi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan unutk mendorong Peningkatan Eksplorasi dan Produk Migas di Auditorium DESDM Jakarta 7 Desember 2006.