Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN: 2580-0787
JURNAL PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
PENANGGUNG JAWAB Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan KETUA DEWAN REDAKSI D. Bawole RADAKTUR AHLI V. Nikijuluw, M.S. Baskoro, J. Hiariej,F. Rieuwpassa, P. Wenno REDAKTUR PELAKSANA St. M. Siahainenia, R.L. Papilaya, Y. Lopulalan, Y.M.T.N. Apituley, V.J. Pical, W. Talakua, E. Talakua PELAKSANA TATA USAHA L.M. Soukotta, A. Ruban, K. Pattimukay, J. Sangaji, F. de Lima, Y. Anaktototy PENERBIT Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura ALAMAT REDAKTUR Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Jln. Mr. Chr. Soplanit Poka-Ambon Telp. (0911) 379859. Fax 379196
PAPALELE merupakan jurnal penelitian ilmu sosial ekonomi perikanan dan kelautan yang menyajikan artikel tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang sosial ekonomi perikanan dan kelautan. Setiap naskah yang dikirim akan dinilai secara kritis oleh tim penilai yang relevan sebelum diterbitkan. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun, bulan Juni dan Desember.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Jurnal INSEI, Jurnal Penelitian Ilmi-Ilmu Sosial ekonomi Perikanan yang berganti nama menjadi PAPALELE, Jurnal penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan dengan tampilan dan tata letak baru telah diterbitkan. PAPALELE, Jurnal penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan sesuai dengan Keputusan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 0005.25800787/JI.3.1.SK.ISSN/2017.0529 Mei 2017 telah mengeluarkan nomor ISSN 2580-0787 untuk mulai penerbitan edisi volume 1 nomor 1, Juni 2017. Pada edisi ini, ditampilkan lima tulisan penelitianyang berkaitan dengan ilmu sosial ekonomi perikanan dan kelautan. Dengan diterbitkannya jurnal ini, diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah di bidang sosial ekonomi perikanan dan kelautan kepada pembaca. Saran dan masukan dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan penerbitan jurnal di waktu depan.
REDAKSI
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .........................................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
ii
MAKSIMASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA SATHEAN Oleh: Eygner Gerald Talakua dan Frichilla Pentury ..........................................................
1
PROSPEK PENGEMBANGAN UMKM PENGOLAHAN IKAN DI KOTA AMBON Oleh: Stevanus Marelly Siahainenia dan Johanis Hiariey .................................................
9
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE MELALUI PENDEKATAN EKOLOGI, EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI TELUK KOTANIA Oleh: Hellen Nanlohy, Ambaryanto, Azis Nur Bambang, dan Sahala Hutabarat ..............
16
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN PANCING TONDA (TROLL LINE) DI KECAMATAN LEIHITU Oleh: Yofita Anaktototy ................................................................................................................
22
ANALISIS KEUNGGULAN BERSAING IKAN ASAP TUNACA DI KOTA AMBON Oleh: Eva M Jadera, Yolanda MTN Apituley, Renoldy L Papilaya ..................................
30
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
MAKSIMASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA SATHEAN Profit Maximization of Seaweed Cultivation in Sathean Village Eygner Gerald Talakua1* dan Frischilla Pentury 2 1
Program Studi Agribisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura Jln. Mr. Chr. Soplanit, Desa Poka, Kota Ambon, Provinsi Maluku 2 Program Studi Agrobisnis Perikanan, Politeknik Perikanan Negeri Tual Jln. Langgur-Sathean Km.06, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku * Penulis korespondensi:
[email protected] Diterima 14 Februari 2017, disetujui 1 Mei 2017
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keuntungan maksimum yang dapat diperoleh pada usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil. Data primer dikumpulkan dari 15 responden melalui wawancara secara langsung dengan kuesionerdan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif, analisis pendapatan, dan analisis alokasi faktor produksi dan maksimasi keuntungan dengan menggunakan pemograman linier. Hasil penelitian menunjukan bahwa keuntungan maksimal yang dapat diperoleh usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil adalah sebesar Rp 5.010.716,-. Keuntungan ini lebih besar dari keuntungan aktual yang diperoleh responden saat ini baik pada musim puncak hanya sebesar Rp 4.666.545,- dan musim kurang sebesar Rp 1.717.894,-. Kata kunci: maksimasi keuntungan, usaha budidaya rumput laut, desa sathean.
ABSTRACT This study aimed to assess the maximum profit that can be obtained on seaweed cultivation in the village Sathean of Kei Kecil Subdistrict.Primary data was collected from 15 respondents through direct interviews with questionnaires and direct observation of the object studied.Data were analyzed using descriptive analysis, revenue analysis, and analysis of the allocation of production factors and maximizing profits by using linear programming. The results showed that the maximum profit that can be obtained seaweed cultivation business in the village of Sathean Kecamatan Kei Kecil is Rp 5.010.716, -. This profit is greater than the actual profit that develops today both in the peak season is only Rp 4,666,545, - and the season is less than Rp 1,717,894. Keywords: maximizing profits, seaweed cultivation, village sathean.
1
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
akanmenyulitkan pemilik usaha budidaya rumput laut (nelayan/petani rumput laut) dalam menjalankan usaha. Ditambah lagi jika pemilik usaha menggunakan tenaga kerja dan harus membayar upah/gaji yang akan membebankan biaya operasional atau modal kerja. Menurut Sujarno (2008), faktor utama yang mempengaruhi keuntungan usaha nelayan di Kabupaten Langkat adalah modal kerja, selain faktor jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut. Data keuntungan rata-rata usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Kei Kecil yang diperoleh dari Ngamel (2012) berada pada nilai keuntungan sebesar Rp 236.400,tiap kali produksi melalui penerimaan penjualan rumput laut basah sebesar Rp 506.400,- dan penggunaan modal kerja (total biaya) sebesar Rp 270.000,-.Jika dibandingkan dengan rata-rata keuntungan usaha budidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar Rp 994.267,-/bulan (Maryunus, 2012) ataukeuntungan usaha tani rumput laut di Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan sebesar Rp 752.426,32 hingga Rp 1.983.267,99 tiap periode produksi (Suwariyati, dkk, 2014), maka terlihat dengan jelas masih rendahnya keuntungan usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Kei Kecil (di dalamnya terdapat sampel dari Desa Sathean). Hal ini menuntut pemilik usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean harus mampu mengelola usahanya dengan baik, terkait penentuan jumlah faktor produksi yang sifatnya terbatas untuk memperoleh keuntungan usaha yang maksimal. Hasil penelitian Yusup, dkk (2013) di Desa Lalombi, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala menunjukkan tidak mudah bagi pemilik usaha budidaya rumput laut dalam menentukan penggunaan faktor produksi yang dimiliki secara tepat untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keuntungan maksimum yang dapat diperoleh pada Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil.
PENDAHULUAN Penetapan komoditi rumput laut sebagai komoditi unggulan daerah Maluku tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor026 tanggal 26 Desember 2010 (Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Maluku, 2011). Khusus untuk Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2013 terdapat 2.624 rumah tangga perikanan budidaya rumput laut (Eucheumacottoni), dengan luas area budidaya sebesar 1.770 ha, mampu memproduksi rumput laut hingga 112.299 ton senilai Rp 428.158.801.000,- (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2013). Potensi budidaya rumput laut di kabupaten ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dan salah satu kecamatan yang memiliki potensi besar untuk melakukan usaha budidaya rumput laut adalah Kecamatan Kei Kecil, dengan luas area budidaya sebesar 2.418,9 ha. Kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Kei Kecil tersebar hampir di 40% wilayah perairan. Menurut Ngamel (2012), di Kecamatan Kei Kecil terdapat 1.071 petani rumput laut, terbanyak (273 petani atau 25,4%) di Desa Sathean. Jumlah petani rumput laut terbanyak di Desa Sathean sekilas dapat menggambarkan besarnyapotensi usaha budidaya rumput laut yang dimiliki. Namun kenyataannya potensi ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam usaha budidaya maupun usaha olahan rumput laut. Menurut Picaulima (2010), penyebabnya adalah harga produk rumput laut yang fluktuatif. Sebelumnya menurut Sulaeman (2006), dua dari lima masalah utama yang ditemui di tingkat petani (on farm) pada agribisnis rumput laut, baik jenis Eucheuma maupun Glacilaria yang banyak dibudidayakan di perairan pantai Indonesia adalah kurangnya ketersediaan bibit yang baik dan kesulitan mengakses sumber modal. Keterbatasan faktor produksi (input) seperti bibit, modal, dan tenaga kerja dalam menjalankan usaha budidaya rumput laut berdampak pada keuntungan yang akan diperoleh. Ketersedian bibit yang kurang mengakibatkan tingginya harga bibit sehingga terjadi peningkatan biaya produksi atau modal kerja, dan apabila modal kerja terbatas akibat dari kesulitas akses permodalan maka
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian bertempat di Desa Sathean, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Lokasi ini ditentukan secara
2
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
sengaja (purposive), dengan pertimbangan merupakan salah satu desa yang memiliki jumlah nelayan/petani rumput lautterbanyak (berjumlah 273 orang) di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Berdasarkan jumlah populasi usaha budidaya rumput laut yakni 273 nelayan/petani.Maka sampel dalam penelitian ini adalah pemilik usaha budidaya rumput laut dan ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa: 1. Usaha budidaya rumput laut telah dijalankan selama 2 tahun atau 4 kali produksi dan hasil produksinya dipasarkan secara kontinu. 2. Usaha budidaya rumput laut yang dijalankan merupakan salah satu usaha utama dan dijalankan oleh nelayan/petani ikan sambilan utama. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperoleh 15 responden usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil sebagai sampel dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer ditempuh melalui wawancara secara langsung (tanya jawab lisan) dengan responden yang menjadi sasaran penelitian melaui daftar pertanyaan (kuesioner), dan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.Melalui data primer diperoleh keterangan aktual tentang penggunaan faktor produksi dan keuntungan yang diperoleh pada usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil. Selanjutnya pengumpulan data sekunder ditempuh melalui wawancara secara langsung (tanya jawab lisan) dengan instansi terkait (pemerintah desa) dan survei pustaka. Melalui data sekunder diperoleh informasi tambahan dan sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode sebagai berikut: 1. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan secara lengkap tentang penggunaan faktor produksi pada usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil. 2. Metode untuk menghitung keuntungan usaha budidaya rumput laut,menggunakan persamaanperhitungan pendapatanyang
dikemukakan oleh Soekartawai (2006), yaitu: π = TR – TC Dimana: π = Keuntungan usaha (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp) Dengan: TR = Q x Pdan TC = TVC + TFC Dimana: Q = Jumlah produksi (kg) P = Harga (Rp/kg) TVC = Total biaya variabel (Rp) TFC = Total biaya tetap (Rp) 3. Metode untuk menganalisis penggunaan faktor produksi dan memaksimasi keuntungan usaha budidaya rumput adalah menggunakan pemograman linier (linear programming).Dimulai dengan perumusan model program linier meliputi fungsi tujuan dan fungsi kendala. Formulasi model dimodifikasi dari Yusup, dkk (2013) adalah: a. Fungsi tujuan Maksimalkan nilai Z, dengan: Z = P1X1+ P2X2 b. Fungsi kendala 1) Keterbatasan lahan budidaya a1X1+ a2X2≤ A 2) Keterbatasan modal c1X1+ c2X2≤ C 3) Keterbatasan bibit rumput laut b1X1+ b2X2≤ B 4) Keterbatasan tenaga kerja l1X1+ l2X2≤ L Dimana: Z = Keuntungan maksimum (Rp) P1 = Keuntungan tiap kilogram rumput laut pada musim puncak produksi(Rp/kg) P2 = Keuntungan tiap kilogram rumput laut pada musim kurang produksi (Rp/kg) X1 = Produksi rumput laut (Kg/Musim puncak produksi) X2 = Produksi rumput laut (Kg/Musimkurang produksi) a1 = Luas lahan yang digunakan dalam proses produksi rumput laut pada musim puncak produksi (Ha/Musim atau m2/Musim)
3
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
a2 = Luas lahan yang digunakan dalam proses produksi rumput laut pada musim kurang produksi (Ha/Musim atau m2/Musim) A = Ketersediaan luas lahan budidaya (Ha atau m2per musim) c1 = Modal yang digunakan dalam proses produksi rumput lautpada musim puncak produksi (Rp/kg) c2 = Modal yang digunakan dalam proses produksi rumput laut padamusimkurang produksi (Rp/kg) C = Ketersediaan modal (Rp/Musim) b1 = Koefisien bibit yang digunakan dalam proses produksi rumput lautpada musim puncak produksi (Kg/Kg rumput laut) b2 = Koefisien bibit yang digunakan dalam proses produksi rumput laut pada musim kurang produksi (Kg/Kg rumput laut) B = Ketersediaan modal (Rp/Musim tanam) l1 = Koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi rumput laut pada musim puncak produksi (HOK/Kg rumput laut) l2 = Koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi rumput laut pada musiim kurang produksi (HOK/Kg rumput laut) L = Ketersediaan tenaga kerja (HOK/Kg rumput laut) Selanjutnya dilakukan analisis primal, analisis dual, dan analisis sensivitas terhadap hasil optimalisasi yang diperoleh melalui penggunaan softwarePOM-QM for WindowsVersion 3 build 23 (Weiss, 2006).
1. Metode budidaya Untuk membudidayakan rumput laut jenis Eucheuma sp dan Sargassum sp responden di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil menggunakan metode budidaya longline. Metode ini umum digunakan pada nelayan pembudidaya rumput lautdi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sesuai hasil kerjasama penelitian IFAD, Universitas Diponegoro, dan Kementerian Kelautan Perikanan Tahun 2013 diuraikan bahwa secara umum budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara masih dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan metode long line. Pengetahuan tentang penerapan metode ini pada awalnya diperoleh dari pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan instansi pemerintah yakni Dinas Perikanan dan Kelautan pada tingkat kabupaten maupun provinsi. Dalam perkembangannya pembudidaya lain yang berkeinginan untuk berusaha kemudian melakukan transfer teknologi melalui pembelajaran dari pembudidaya terdahulu yang merupakan tetangga atau anggota keluarga. Pada metode long line ini diperlukan tali sebagai media pengikat bibit rumput laut yang nantinya diletakan di perairan laut. Panjang tali utama yang digunakan ratarata sepanjang 93 m dengan jumlah hingga 23 buah, jarak antara tali utama adalah kurang lebih 3 meter sehingga dapat diperoleh rata-rata luasarea budidaya rumput laut yang dimiliki tiap responden adalah 7.045 m2 atau 0,70 ha. Kegiatan budidaya dilakuan dengan mengikat bibit rumput laut pada tali utama dengan jarak rata-rata 22 cm. Proses pengikatan ini dapat dilakukan selam 2 hari, kemudian selama 2 hari juga bibit diletakan pada area budidaya diperairan laut desa, dan selama 45 hingga 60 hari proses budidaya dijalankan hingga panen. Waktu pemanenan dapat dilakukan selama 3 hari dan setelahnya dilakukan penjemuran kurang lebih selama 5 hari.Selama proses budidaya berlangsung dilakukan pemantauan terhadap proses pertumbuhan rumput laut secara rutin dilakukan oleh nelayan pembudidaya rumput laut (responden).Kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Sathean Usaha budidaya rumput laut yang dijalankan oleh responden di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil dapat digolongkan sebagai usaha kecil menengah (UKM) atau usaha keluarga (home industry). Dasar penggolongan usaha ini juga dapat dicermati dari metode budidaya, sarana prasarana, permodalan, produksi, dan pemasaran yang dijabarkan berikut ini:
4
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
budidayamulai dari pembibitan hingga pemanenanmerupakan satu siklus periode produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat nelayan pembudidaya melakukannya hanya 1 kali dalam setahun namun kedapatan juga bahwa nelayan melakukan kegiatan budidaya hingga 4kali, sehingga rata-rata nelayan pembudidaya di Desa Sathean melakukan 3 kali siklus produksi selama setahun. 2. Sarana dan Prasarana Sarana atau alatdan bahan yang digunakan dalam usaha budidaya rumput laut oleh responden di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil terdiri atas 4 macam tali, botol pelampung, para-para (tempat penjemuran), karung, dan pisau. Kemudian bahanyang digunakan adalah bibit rumput laut jenis Eucheuma sp dan Sargassum sp yang diperoleh daripembudidaya di desa sendiri (Desa Sathean) ataupun dibeli dari pembudidaya rumput laut di Desa Letvuan Kecamatan Hoat Sorbay Kabupaten Maluku Tenggara. Prasarana atau peralatan penunjang usaha budidaya rumput laut yang dimiliki oleh responden di Desa Sathean dalam menjalankan aktivitas kegiatan budidaya adalah ketinting atau perahu yang menggunakan motor luar (mesin) dengan poros panjang yang dipasang pada sisi dan dibenamkan di dalam laut. Prasarana ini penting sebagai alat transportasi nelayan menuju ke lokasi budidaya di perairam laut Desa Sathean. 3. Modal Usaha Selain modal awal usaha sebesar Rp 6.084.174,- terdapat juga modal kerja yang dikeluarkan responden dalam menjalankan usahanya, yakni sebesar Rp 1.074.606,tiap periode kegiatanbudidaya (periode produksi) atau Rp 2.686.516,- per tahun. Modal kerja terdiri atau sering disebut juga sebagai biaya total usaha terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh responden. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden adalah biaya penyusutan alat dan upah tenaga kerja, sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bibit dan transportasi bibit, transportasi penjualan, biaya komunikasi saat
penjualan, biaya karung, hingga biaya bahan bakar minyak untuk ketinting. 4. Produksi Produksi atau hasil panen rumput laut oleh responden terdiri atas rumput laut kering dan rumput laut basah artinya terdapat responden yang menjual rumput laut kering (telah dijemur) dan rumput laut basah hasil panen langsung tanpa dijemur. Jumlah produksi oleh responden tergantung pada musim. Sesuai hasil wawancara dengan responden jumlah produksi tertinggi dapat diperoleh pada dua periode waktu yakni periode pertama pada bulan Januari, Februari dan Maret sedangkan periode kedua adalah pada bulan Agustus, September, dan Oktober.Selain periode waktu tersebut terjadi penurunan jumlah produksi.Hal sesuai dengan yang diungkapkan oleh Menurut Kurnianto dan Triandiza (2013), musim berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut di Maluku Tenggara, musim tanam dengan pertumbuhan paling rendah adalah musim tanam II (pertengahan Juni hingga awal Agustus), sedangkan produktivitas tertinggi adalah musim tanam IV (akhir September hingga Awal November). Dari data jumlah produksi rumput laut pada Tabel 1 diperoleh produksi total tiap kali produksi pada saat musim puncak produksi adalah 1.428 kg atau selama setahun sebanyak 3.570 kg, sedangkan pada saat musim kurang produksi adalah 870 kg tiap kali produksi atau selama setahun hanya sebanyak 2.176 kg. Sehingga terdapat selisih jumlah produksi atas dasar musim sebanyak 558 kg tiap kali produksi atau setahun sebanyak 1.394 kg. 5. Pemasaran Rumput laut kering atau basah hasil produksi usaha budidaya rumput laut oleh responden di Desa Satheandipasarkan langsung kepada pedagang pengumpul atau agen dari Kota Langgur Ibu Kota Kabupaten Maluku Tenggara. Proses penjualan dilakukan dengan komunikasi antara nelayan pembudidaya dan pedagang pengumpul atau agen melalui sarana komunikasi telepon sehingga pedagang pengumpul atau agen tersebut langsung
5
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
mendatangi nelayan pembudidaya di Desa Sathean atau sebaliknya nelayan pembudidaya yang mendatangi pedagang pengumpul atau agen untuk melakukan transaksi penjualan.Jika proses transaksi berhasil maka terjadi proses penjualan sehingga produk rumput laut kering atau
basah dari produsen/nelayan pembudidaya diserahkan kepada pedagang pengumpul atau agen yang selanjutnya melakukan penjualan melalui pengiriman ke luar daerah provinsi, yakni ke Surabaya, Makasar atau Jakarta.
Tabel 1. Jumlah Produksi Rumput Laut Produksi Rumput Laut
Musim Produksi Rumput Laut
Basah Kg/produksi Kg/tahun 1.003 2.583 758 1.896
Musim puncak produksi Musim kurang produksi
Kering Kg/produksi Kg/tahun 395 987 112 280
Sumber : Data primer diolah,2016.
3.000,-/kg atau rata-rata sebesar Rp 2.500,-/kg, sedangkan harga rumput laut kering berkisar antara Rp 6.000,-/kg hingga Rp 10.000,-/kg atau rata-rata sebesar Rp 8.000,-/kg.Harga rumput laut tersebut berlaku tetap pada saat musim atau bukan musim tanam, kemudian ditambah dengan fakta bahwa nelayan pembudidaya (responden) lemah dalam penentuan harga rumput laut saat transaksi penjualan.Tabel 2juga menunjukkan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.074.606,tiap kali produksi baik pada musim puncak maupun musim kurang produksi. Hal ini sesuai yang diutarakan oleh responden bahwa, tiap kali berproduksi responden harus mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan total biaya adalahRp 1.074.606,-. Dengan demikian faktor musim tidak mempengaruhi besarnya pengeluaran yang dibutuhkan oleh responden untuk melakukan kegiatan budidaya.
Keuntungan Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Sathean Keuntungan usaha budidaya rumput laut yang diperoleh responden di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil merupakan selisih antara penerimaan usaha (hasil penjualan rumput laut basah dan kering) dan totalbiaya yang dikeluarkan.Tabel 2 menunjukkan bahwa penerimaan usaha pada musim puncak produksi sebesar Rp 5.741.152,- tiap kali produksi atau Rp 14.352.879,- per tahun, lebih besar dari penerimaan usaha pada musim kurang produksi sebesar Rp 2.792.500,- tiap kali produksi atau Rp 6.981.250,- per tahun.Hal ini disebabkan oleh pengurangan jumlah produksi rumput laut karena pengaruh musimsedangkan harga rumput laut basah maupun kering di pasar relatif tetap.Hasilwawancara dengan responden menunjukkan bahwa harga rumput laut basah berkisar antara Rp 2.000,-/kg hingga Rp
Tabel 2. Keuntungan Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Sathean Musim Produksi Rumput Laut Musim puncak produksi Musim kurang produksi Rataan
KeuntunganPer Produksi Penerimaan Biaya Total (Rp) (Rp) 5.741.152 1.074.606
Keuntungan Usaha (Rp) 4.666.545
Keuntungan Per Tahun Penerimaan Biaya Total Keuntungan (Rp) (Rp) Usaha (Rp) 14.352.879 2.686.516 11.666.363
2.792.500
1.074.606
1.717.894
6.981.250
2.686.516
4.294.734
4.266.826 Sumber: Data primer diolah, 2016.
1.074.606
3.192.219
10.667.064
2.686.516
7.980.549
Besarnya keuntungan usaha yang diperoleh tiap kali berproduksi sebesar Rp 4.666.545,- pada musim puncak produksi dan Rp 1.717.894,- pada musim kurang produksi
atau rata-rata sebesar Rp 3.192.219,-. Kemudian selama setahun keuntungan usaha adalah sebesar Rp 11.666.363,- pada musim puncak produksi dan Rp 4.294.734,- pada 6
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
musim kurang produksi atau rata-rata sebesar Rp 7.980.549,-. Terdapat perbedaan keuntungan usaha pada musim puncak produksi dan musim kurang produksi. Keuntungan usaha ini merupakan keuntungan bersih yang diperoleh pemilik usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil. Keuntungan usaha ini juga merupakan keuntungan aktual hasil survei di lokasi penelitian. Nilai keuntungan usaha di Desa Sathean ini berbeda dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Anna (2012) dimana keuntungan usaha berada pada besaran Rp 236.400,- namun masih dalam kisaran
keuntungan usaha (pendapatan bersih) yang dikemukakan oleh Rahayaan (2013) dimana keuntungan bersih usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara sebesar Rp 800.000,- hingga Rp 23.651.000,-. Berdasarkan keuntungan aktual atau keuntungan usaha budidaya rumput laut di Desa Satheans eperti di uraikan di atas, diperoleh koefisien keuntungan dan faktor produksi pada usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil. Dirumuskan fungsi tujuan dan fungsi kendala sesuai dengan model program linier seperti yang diurakan pada Tabel 3.
Tabel 3. Fungsi Tujuan dan Fungsi Kendala Fungsi Fungsi Tujuan Fungsi Kendala: a. Luas area budidaya b. Modal kerja c. Bibit d. Tenaga Kerja
Musim Puncak Produksi Musim Kurang Produksi (Variabel X1) (Variabel X2) Rp 3.500/kg Rp 2.000/kg 4,93 m2/kg Rp 623,-/kg 0.11 kg 0,98 HOK/kg
8,09 m2/kg Rp 1.022,-/kg 0,18 kg 1,61 HOK/kg
Ketersedian Faktor Produksi 5.218.455 m2 Rp 1.074.606,1.403 kg 1.403 HOK
Sumber: Data primer diolah, 2016
maksaimum dengan keuntungan aktual yang diperoleh dapat mencapai selisih Rp 344.169,pada musim puncak produksi dan Rp 3.292.820,- pada musim kurang produksi. Untuk mencapai keuntungan maksimum responden harus mampu meningkatkan jumlah produksi rumput laut sebanyak 3,57 kg pada musim puncak hingga mencapaijumlah produksi optimal sebanyak 1.431,63 kg.
Maksimasi Keuntungan Usaha Budidaya Rumput Laut Keuntungan maksimum yang diperoleh sebesar Rp 5.010.716,- tiap kali kegiatan produksi menunjukkan nilai keuntungan yang lebih besar dari keuntungan aktual yang diperoleh responden saat ini baik pada musim puncak hanya sebesar Rp 4.666.545,- dan musim kurang sebesar Rp 1.717.894,-. Tabel 4 menunjukkan perbandingan keuntungan
Tabel 4. Kuntungan Maksimum Pada Kondisi Optimal Keuntungan Pada Produksi Variabel Original Value Optimal (Kg) (Rp/Kg) Musim Puncak (X1) 1.431,63 3.500,Musim Kurang (X2) 0 2.000,Jumlah
Keuntungan Maksimum Pada Tingkat Produksi Optimal (Rp) 5.010.714,0,5.010.716,-
Sumber: Data primer diolah, 2016
Keuntungan ini lebih besar dari keuntungan aktual yang diperoleh responden saat ini baik pada musim puncak hanya sebesar Rp 4.666.545,- dan musim kurang sebesar Rp 1.717.894,-.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keuntungan maksimum yang dapat diperoleh pada usaha budidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil adalah Rp 5.010.716,-. 7
Jurnal PAPALELE Volume 1 Nomor 1, Juni 2017
ISSN-2580-0787
Ngamel, A. K. 2012. Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut dan Nilai Tambah Tepung Keraginan di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Sains Terapan Edisi II Volume-2 (1). Picaulima S. M. 2010. Pengambangan Agroindustri Rumput Laut Berbasis KomptensiInti di Kabupaten Maluku Tenaggara. Journal of Tropical Fisheries (2010) 5(2), ISSN 1907736X. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNPAR. Soekartawi, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Rajawali Press, Jakarta. Sulaeman, S. 2006. Pengembangan Agribisnis Komoditi Rumput Laut Melalui Model Klaster Bisnis. Infokop Nomor 28 Tahun XXII. Jakarta. Sujarno, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat. Tesis Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Suwariyati, N. W. E., I. K. B. Susrusa, dan I. K. Rantau. 2014. Perbedaan Pendapatan Usahatani Rumput Laut Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii di Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 3 No. 1 Januari 2014. ISSN: 2301-6523. Weiss, H. J. 2006. POM-QM for Windows Vertion 3 Build 23. Pearson education,Inc., Upper SaddleRiver, New Jersey,07458. Yusup, M. Y., A. Laapo, dan D. Howara. 2013. Maksimasi Keuntungan Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Jurnal e-J. Agrotekbis 1 (2): 198-203, Juni 2013. Palu.
Saran Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah pembudidaya rumput laut di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil harus cermat dan teliti melakukan pengelolaan usaha budidaya rumput laut jika ingin melakukan kegiatan budidaya pada musim kurang produksi (saat kondisi perairan laut tidak memungkinkan untuk melakukan proses budidaya dengan baik). Untuk itu perlu adanya kegiatan penyuluhan oleh instansi terkait untuk melakukan bimbingan teknis agar kegiatan budidayayang khusus dilakukan pada musim kurang produksi tetap berjalan baik dan menguntungkan. DAFTAR PUSTAKA Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Maluku. 2011. Analisis Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011. Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Maluku, Ambon. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, 2010. Laporan Akhir Kajian Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, Langgur. IFAD, UNDIP dan Kementerian Kelautan Perikanan, 2013. Laporan Survei Pemasaran Kabupaten Maluku Tenggara. Kerjasama IFAD, Universitas Diponegoro, dan Kementerian Kelautan Perikanan Tahun 2013, Jakarta. Kurnianto, D. dan T. Triandiza. 2013. Pengaruh Musim TerhadapPertumbuhan dan Hasil Rumput Laut Eucheuma cottonii Yang Ditanam Pada Dua Lokasi Perairan di Maluku Tenggara. Diseminarkan Pada Seminar NasionalSains dan Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung 19 – 20 November 2013, Lampung. Maryunus, R. P., 2012. Kajian Pengembangan Agribisnis Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Seram Bagian Barat. Tesis Pada Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon.
8
PEDOMAN PENULISAN
1. Pedoman Umum a. PAPALELE, Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan memuat hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang sosial ekonomi perikanan dan kelautan. b. Naskah yang dikirim merupakan karya asli dan belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan. c. Naskah diketik dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak diperkenankan menggunakan singkatan yang tidak umum. d. Naskah diketik pada kertas A4 dengan menggunakan program microsoft word dengan 2 spasi, margin 2.5 cm (kiri), 2 cm (atas), 2 cm (bawah) dan 1,5 cm (kanan), font 12 times new roman, setiap halaman diberi nomor secara berurutan dengan berkolom 1 (satu), dikirim beserta soft copy maksimal 15 halaman. e. Naskah dikirim melalui alamat ke redaksi pelaksana PAPALELE, Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura, Jln. Mr. Chr. Soplanit Poka-Ambon Telp. (0911) 379859, email:
[email protected]. 2. Pedoman Penulisan Naskah a. Judul tidak lebih dari 15 kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. b. Nama lengkap penulis tanpa gelar, penulis korespondensi disertai dengan alamat email. c. Nama lembaga/institusi disertai alamat lengkap dengan kode pos. d. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak lebih dari 200 kata. e. Kata kunci dalam bahasa Inggris dan Indonesia maksimal 5 kata kunci ditulis dibawah abstrak f. Pendahuluan, memuat latar belakang, perumusan masalah, keragka teoritis dan tujuan penelitian yang dibuat secara ringkas. g. Metodologi, memuat lokasi dan waktu penelitian, bagaimana data diperoleh dan sumbernya, bagaimana metode analisis data, jika metode yang digunakan telah diketahui sebelumnya harus dicantumkan acuannya. h. Hasil dan Pembahasan, memuat suatu topik atau permasalahan yang terkait dengan judul, didukung dengan tabel dan gambar yang dibahas secara komperhensif, dikomplementasikan dengan referensi primer yang mendukung, update dan advance. i. Kesimpulan dan Saran, memuat pokok-pokok bahasan serta kemampuan mengartikulasi temuan pokok untuk saran yang diberikan. j. Ucapan terima kasih (bila diperlukan). k. Daftar Pustaka, dicantumkan dalam naskah bila ada pengutipan dari sumber lain. Proporsi daftar pustaka yang diacu yaitu 80% merupakan rujukan primer dan 80% merupakan terbitan 10 tahun terakhir. Disusun berdasarkan abjad, dan penulisan sesuai dengan peraturan yang sudah baku, misalnya: [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Perikanan Tangkap 2011. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Bataglia P, Romeo T, Consoli P, Scottie G, and Andoloro F. 2010. Characterization of The Artisanal Fishery and Its Socio-Economic aspect in The Central Menditerranean Sea (Aeolian Islands, Italy). Fisheries Research 102 : 87 – 9. Pingkan W, Hamzens S, dan Sumardjo. 2007. Strategi Inovasi Sosial Pengembangan Mutu Sumberdaya Manusia Nelayan. Jurnal Penyuluhan Volume 3 Nomor 1. Fauzi A. dan Anna S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Untuk Analisis Kebijakan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wibawa TJ, Novianto D, dan Nugroho B. 2012. Sebaran Spasial Kelimpahan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Berdasarkan Analisis Data Satelit Oseanografi. Prosiding InSINas, 2930 Nopember 2012. Muksin D. 2006. Optimalisasi Usaha Perikanan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Syandri H. 2013. Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri. http://www.bunghatta.ac.id/ (diunduh pada 12 September 2013). l. Tabel, diketik dalam bahasa Indonesia, diberi judul pada bagian atas tabel, diberi nomor urut (tidak dalam bentuk JPEG). m. Gambar dan grafik, diketik dalam bahasa Indonesia, diberi judul singkat pada bagian gawah gambar dan diberi nomor urut.