Volume 08 No. 02. November 2015
ISSN : 1907-1396
HUBUNGAN RIWAYAT UMUR KEHAMILAN DENGAN RESIKO MENDERITA AUTIS PADA ANAK UMUR 18-36 BULAN DI POSYANDU WILAYAH DESA MENGANTI
Ita Rahmawati1
Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara Email :
[email protected]
Abstract Di dunia jumlah anak yang terkena autis semakin meningkat pesat diberbagai penjuru, autisme terjadi pada 10 anak dari 10.000 kelahiran. Kemungkinan terjadinya empat kali lebih sering pada bayi laki-laki dibanding bayi perempuan. Dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 10-17 persen per tahun, para ahli meramalkan bahwa pada dekade yang akan datang akan terdapat 4 juta penyandang autis. Autisme terjadi di belahan dunia manapun. Tidak peduli pada suku, ras, agama, maupun status sosial (Maulana, 2007). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan riwayat umur kehamilan dengan resiko menderita autis pada anak umur 18-36 bulan. Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 79 orang dengan teknik Total Sampling. Jenis data sekunder diperoleh dari buku KIA yang di bawa pada saat posyandu dan data primer yang didapat pada saat melakukan penellitian langsung pada responden kemudian diolah secara editing, coding, entry data, processing dan dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan prematur yaitu sebanyak 26 (89,7%), mengalami resiko rendah menderita autis dan ρValue (0,000) <0,05 ada hubungan antara riwayat umur kehamilan dengan resiko menderita autis pada anak umur 1836 bulan Sebagian besar anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan prematur yaitu sebanyak 26 anak (89,7%) mengalami resiko rendah menderita autis dan sebagian anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan postmatur yaitu sebanyak 1 anak (33,3%) tidak mengalami resiko menderita autis, pemberian penyuluhan terhadap ibu tentang resiko yang dialami anak jika mempunyai riwayat umur kehamilan prematur harus diberikan sedini mungkin. Kata kunci : Riwayat Umur Kehamilan, Resiko Menderita Autis
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
33
Volume 08 No. 02. November 2015
ISSN : 1907-1396
PENDAHULUAN Di dunia jumlah anak yang terkena autis semakin meningkat pesat diberbagai penjuru. Menurut penyelidikan di Amerika, autisme terjadi pada 10 anak dari 10.000 kelahiran. Kemungkinan terjadinya empat kali lebih sering pada bayi laki-laki dibanding bayi perempuan. Statistik bulan Mei 2004 di Amerika menunjukkan, satu di antara 150 anak berusia di bawah 10 tahun atau sekitar 300.000 anak-anak memiliki gejala autis. Dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 10-17 persen per tahun, para ahli meramalkan bahwa pada dekade yang akan datang di Amerika akan terdapat 4 juta penyandang autis. Autisme terjadi di belahan dunia manapun. Tidak peduli pada suku, ras, agama, maupun status sosial (Maulana, 2007). Di Inggris, pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat, dicurigai 1 di antara 10 anak menderita autism (Huzaemah, 2010). Prevalensi anak autis semakin bertambah. Pertambahan di Kanada dan Jepang mencapai 40% sejak tahun 1980. Di California, pada tahun 2002 ditemukan 9 kasus autis per harinya. Adanya metode diagnosis yang semakin berkembang hampir di pastikan jumlah anak yang terdeteksi menyandang autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut sangat mengkhawatirkan, mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia (Judarwanto, 2008). Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penderita, namun diperkirakan jumlah anak autis dapat mencapai 150 – 200 ribu orang. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2,6-4:1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat (Yatim, 2007). Ketua Yayasan Autisme Indonesia menyatakan adanya peningkatan yang luar biasa. Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autisme di Indonesia diperkirakan 1 : 5000 anak, sekarang meningkat menjadi 1 : 500 anak. Tahun 2.000 silam, staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak penyandang autisme di Indonesia (Moore, 2010). Prevalensi anak autis di Jawa Tengah pada tahun 2009 diperkirakan 1 anak mengalami autis per 500 kelahiran sedangkan anak autis di Semarang diperkirakan 1 : 150 anak (Priyatna, 2010). Banyak orangtua yang dengan terpaksa menerima keadaan anaknya. Keberadaan anak autis dalam suatu keluarga membuat orang tua pasrah atau sebaliknya, orangtua menganggap anak autis sebagai aib dalam keluarga. Kenyataan yang demikian ini dapat memberikan pengaruh pada dukungan orang tua terhadap anaknya yang autis (Safaria, 2011). Di Indonesia angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 10,4 – 12 % apabila diambil batas waktu 42 minggu dan 3,4 – 4 % apabila diambil batas waktu 43 minggu. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. Data statistic menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi dibandingkan kehamilan cukup 34
Volume 08 No. 02. November 2015 bulan. Data itu menunjukkan angka kematian dalam kehamilan cukup bulan 1 – 2 %, sedangkan dalam kehamilan lewat waktu mencapai 5-7 %. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih. Bayi prematur dengan berat lahir 1.500 - 2.499 gram di Indonesia masih merupakan masalah dalam kesehatan dan memiliki risiko untuk mengalami gangguan keterlambatan perkembangan. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif, tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.2 Jika persalinan prematur tidak bisa dicegah, maka bayi akan lahir secara prematur dan ini memiliki risiko terjadinya gangguan kesehatan pada si bayi, yaitu: berat badan lahir rendah (BBLR) meningkat, kemungkinan infeksi, perkembangan organ tubuh yang belum sempurna, dan gangguan organ tubuh, serta penyulit lainnya. Di negara berkembang kejadian persalinan preterm sekitar 7% dari seluruh persalinan per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan prevalensi kelahiran preterm di Indonesia menurut data terakhir adalah 18,5%. Persalinan preterm menyumbang angka kesakitan dan kematian neonatus sebanyak 75% - 80%, sedangkan angka kematian pada bayi mencapai hingga 65-75%. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
ISSN : 1907-1396 Pada survey awal pendahuluan pada tanggal 22 september 2014 dan tanggal 23 september 2014 di posyandu wilayah desa menganti dan di posyandu wilayah desa bugel dengan menggunakan ceklist deteksi dini autis pada anak umur 18 – 36 bulan di desa posyandu wilayah desa Menganti didapatkan 2 anak mengalami resiko tinggi menderita autis karena anak tidak pernah bernain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, anak tidak pernah menggunakan jari untuk menunjuk sesuatu, anak tidak tertarik dengan perhatian pemeriksa untuk menyuruhnya melihat benda yang ditunjuk pemeriksa, anak tidak mau menuruti instruksi pemeriksa untuk membuatkan secangkir kopi untuk ibu, anak tidak bisa menunjukkan benda yang ditunjuk oleh pemeriksa, kedua anak tersebut dengan riwayat umur kehamilan prematur, 3 anak mengalami resiko rendah menderita autis karena anak tidak pernah menggunakan jari untuk menunjuk sesuatu, anak tidak mau menuruti instruksi pemeriksa untuk membuatkan secangkir kopi untuk ibu,tiga anak tersebut dengan riwayat umur kehamilan matur dan 5 anak dalam batas normal karena tidak termasuk dalam kategori resiko tinggi dan resiko rendah dengan riwayat umur kehamilan matur. Di posyandu wilayah desa Bugel didapatkan 2 anak mengalami resiko rendah menderita autis karena anak tidak pernah menggunakan jari untuk menunjuk sesuatu, anak tidak mau menuruti instruksi pemeriksa untuk membuatkan secangkir kopi untuk ibu, kedua anak tersebut dengan riwayat umur kehamilan matur. 8 anak dalam batas normal karena tidak termasuk dalam kategori resiko tinggi dan resiko rendah menderita autis. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “Hubungan riwayat umur 35
Volume 08 No. 02. November 2015 kehamilan dengan resiko menderita autis pada anak umjur 18 – 36 bulan di posyandu wilayah desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan uji Chi-Square.
ISSN : 1907-1396 2. Analisa Bivariat Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hubungan Riwayat Umur Kehamilan dengan Resiko Menderita Autis pada Anak 18-36 Bulan. Riwayat Umur Kehamilan
F
%
F
%
F
%
Prematur
2
6,9
26
1
3,4
Matur
38 80, 9 2 66, 7 2
89, 7 17
1
2,1
Postmatur
HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat a. Riwayat Umur Kehamilan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Riwayat Umur Kehamilan di Posyandu Wilayah Desa Menganti Riwayat umur Jumlah kehamilan frekuensi (f) % Prematur 29 36,7 Matur 47 59,5 Postmatur 3 3,8 Total 79 100% b. Resiko Menderita Autis Tabel 2 Distribusi Frekuensi Resiko Menderita Autis pada Anak Umur 18-36 bulan di Posyandu Wilayah Desa Menganti. Jumlah Resiko menderita autis frekuensi (f) % Resiko Tinggi 2 2,5 Resiko Rendah 35 44,3 Kemungkinan 0 0 Gangguan Lain 42 53,2 Normal Total 79 100%
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Resiko Menderita Autis Normal Rendah Tinggi
Total
8 1 35
33, 3
0 42
0
Total F
%
29
100 100
47 3 79
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Penelitian dengan judul “Hubungan Riwayat Umur Kehamilan Dengan Resiko Menderita Autis Pada Anak Umur 18-36 Bulan Di Posyandu Wilayah Desa Menganti” yang dilakukan bulan Juni 2015 dengan cara membagikan kuesioner langsung kepada responden sejumlah 79 responden dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square
BAHASAN 1. Riwayat Umur Kehamilan a. Riwayat umur kehamilan matur Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan dari riwayat umur kehamilan matur yaitu sebanyak 38 anak (80.9%) tidak mengalami resiko menderita autis (normal).
36
100
ρValue
0,000
Volume 08 No. 02. November 2015 Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan dari riwayat umur kehamilan prematur yaitu sebanyak 26 anak (89,7%) mengalami resiko rendah menderita autis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi prematur identik dengan berat badan lahir rendah. Organ tubuh bayi prematur umumnya belum dapat bekerja secara sempurna. b. Riwayat postmatur
umur
kehamilan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan postmatur yaitu sebanyak 1 (33,3%) anak mengalami resiko tinggi menderita autis 2. Resiko menderita autis: a. Normal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti sebagian besar anak yang dilahirkan dengan riwayat kehamilan matur tidak mengalami resiko menderita autis (normal). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang mengemukakkan bahwa persalinan aterm bayi lahir dalam keadaan sudah matang dan kadar surfaktan dalam otak sudah memadai sehingga memungkinkan terjadinya kelainan perkembangan sangat kecil, oleh karena itu bayi aterm sering di dapati penilaian apgar skor yang baik (8-10 yang Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
ISSN : 1907-1396 meliputi seluruh merah,tangisan bernafas baik, diatas 100 kali tonus otot kuat.
badan tampak kuat, usaha denyut janyung permenit, dan
b. Resiko Rendah dan Resiko Tinggi Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti sebagian besar bayi yang di lahirkan dengan riwayat umur kehamilan prematur mengalami resiko rendah dan mengalami resiko tinggi menderita autis. Hal tersebut sesuai dengan penelitian bahwa pada 26% dari bayi dengan riwayat premature di temukan hasil positif melalui alat skrining autis. Skor abnormal sangat berkaitan dengan masalah perilaku internal berdasarkan daftar periksa perilaku anak dan defisit kemampuan sosial dan komunikasi pada skala Vineland. Berat badan lahir rendah, usia kehamilan, jenis kelamin laki-laki chorioamnionitis, perdarahan intrapartumakut, tingkat keparahan penyakit, dan studi MRI yang abnormal dikaitkan dengan skor skrining autis yang positif. 3. Hubungan Riwayat Umur Kehamilan dengan Resiko Menderita Autis pada Anak 1836 Bulan. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan prematur yaitu 26 anak (89,7%) 37
Volume 08 No. 02. November 2015
ISSN : 1907-1396
mengalami resiko rendah menderita autis dan sebagian kecil yaitu 1 anak (3,4%) mengalami resiko tinggi menderita autis. Sebagian besar anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan matur sebanyak 38 anak (80,9%) tidak mengalami resiko menderita autis dan sebagian kecil anak yaitu 1 anak (2,1%) mengalami resiko tinggi menderita autis, sedangkan sebagian besar anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan postmatur sebanyak 2 anak (66,7%) tidak mengalami resiko menderita autis dan sebagian kecil yaitu 1 anak (33,3%) mengalami resiko rendah menderita autis. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang di lahirkan dengan riwayat umur kehamilan prematur mengalami resiko rendah menderita autis, dan anak yang di lahirkan dengan riwayat umur kehamilan matur mengalami resiko normal Hasil uji statistik dengan menggunakan uji kolmogrov smirnov didapatkan hasil ρValue < 0,05 (0,000) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara riwayat umur kehamilan dengan kejadian resiko menderita autis pada anak umur 18-36 bulan.
KESIMPULAN 1. Sebagian dilahirkan
besar dengan
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
anak riwayat
kehamilan matur yaitu sebanyak 47 anak (59,5%) dan sebagian kecil anak yang dilahirkan dengan riwayat umur kehamilan postmatur 3 anak (3,8%). 2. Sebagian besar anak yang tidak mengalami resiko menderita autis (Normal) yaitu sebanyak 42 anak (53,2%) dan sebagian kecil anak yang mengalami resiko tinggi menderita autis yaitu sebanyak 2 anak (2,5%). 3. Ada hubungan yang bermakna antara riwayat umur kehamilan dengan resiko menderita autis pada anak umur 18-36 bulan, berdasarkan nilai ρValue < 0,05 (0,000).
SARAN Bagi peneliti diharapkan peneliti selanjutnya mampu menambah pengetahuan, memperluas wawasan dari hasil penelitian ini untuk dijadikan masukan dalam melakukan penelitian tentang hubungan riwayat umur kehamilan dengan komplikasi saat kehamilan. Tempat Penelitian (Bidan Desa) diharapkan bagi bidan desa dapat membuat program skrining resiko menderita autis secara rutin pada saat posyandu terutama pada anak yang dilahirkan dari riwayat umur kehamilan prematur dan postmatur. Bagi Responden diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang responden yang mengalami resiko menderita autis untuk aktif melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan datang ke pelayanan kesehatan sehingga mendapatkan informasi lebih lanjut.
yang umur 38
Volume 08 No. 02. November 2015 DAFTAR PUSTAKA Sugiyono, 2007. Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfa Beta. Sugiarmin, M.,Dkk. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Autis. Diknas Jabar. Arikunto, 2006. Prosedur Penel sitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Alfabeta. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Saryono, 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan (Penuntun Praktis Bagi Pemula). Yogyakarta : Mitra Press. Saryono dan Setiawan, 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bina Pustaka. Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
ISSN : 1907-1396 Wijayanti, Erna Eka. Hubungan Kehamilan Lewat Waktu Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir. Tuban: Jurnal Kesehatan; 2010. Hartatik, Dina. Pengaruh Umur Kehamilan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Asfiksia. Surakarta: Jurnal Kesehatan; 2010. Fahrudi, M. Gambaran Umum Deteksi Dini Gangguan Mental Dan Faktor Pencetus Gangguan Mental. Surakarta: Jurnal Kesehatan; 2005. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : 2010
39