Volume 08 No. 02. November 2015
ISSN : 1907-1396
PERBEDAAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 3-4 TAHUN ANTARA ANAK YANG SEKOLAH PAUD DAN TIDAK SEKOLAH PAUD MENGGUNAKAN METODE DDST II DI DESA LEBAK PAKIS AJI JEPARA
Triana Widiastuti1, Ummi Haniek2, Anik Solikhah3
Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara
Email :
[email protected]
Abstract Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memberikan pendidikan yang mengacu pada aspek pertumbuhan dan perkembangan baik secara formal, informal, maupun non formal. Salah satu diantaranya adalah perkembangan bahasa.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun antara anak yang sekolah PAUD dan tidak sekolah PAUD di Desa Lebak Pakis Aji Jepara. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Analitik komparatif melalui pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 3-4 tahun di Desa Lebak Pakis Aji Jepara sebanyak 175 anak, 58 anak Sekolah PAUD dan 117 tidak Sekolah PAUD. Sampel yang digunakan adalah 40 responden, 20 anak yang mengikuti PAUD dan 20 anak yang tidak mengikuti PAUD dengan menggunakan teknik quota sampling. Penilaian perkembangan bahasa menggunakan lembar DDST II dan dianalisis menggunakan uji Mann Wihtney. Hasil penelitian telah dilakukan pada bulan Pebruari 2015 di Desa Lebak Pakis Aji Jepara menunjukkan bahwa dari total 40 responden, 20 anak yang sekolah PAUD memiliki perkembangan untestable sebanyak 1 anak (5,0%) dan normal terdapat 17 anak (85,0%) serta 20 responden yang tidak mengikuti PAUD terdapat 2 (10,0%) anak dengan nilai untestable dan 12 anak (60%) suspect dan dari hasil uji MANN withney didapatkan nilai P value <0,05 yaitu 0.001 hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun antara anak yang sekolah PUAD dan tidak sekolah PAUD. Terdapat perbedaan perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun antara anak yang sekolah PUAD dan tidak sekolah PAUD. Sehingga penting bagi orang tua untuk mengetahui peranan PAUD dalam hal perkembangan anak
Kata Kunci
: Perkembangan Bahasa, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
8
Volume 08 No. 02. November 2015
ISSN : 1907-1396
PENDAHULUAN Peristiwa tumbuh kembang pada anak meliputi seluruh proses atau kejadian sejak terjadinya pertumbuhan sampai dewasa. Mencakup dua peristiwa yang berbeda, tapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada individu. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik-biologiknya. (Syafruddin,dkk,2011. h.436). Karena dunia anak-anak itu unik, penuh kejutan, dinamik,selalu mengeksplorasi, dunia bermain dan belajar selalu berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anakanak itu sendiri. Dunia anak-anak penuh dengan warna, maka akan banyak suka duka dalam menghadapi tingkah polah anak-anak. Kondisi ini sangat disayangkan kalau dilewatkan begitu saja tidak diisi dengan pengarahan dan bimbingan yang baik kepada mereka(Susanto, 2011; hal.1). Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Pada masa kritis ini diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
agar potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal jika interaksi diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan (Kania, 2006; h.1). Tahun–tahun awal masa kanakkanak merupakan periode penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup (Susanto, 2011;37). Sekarang ini banyak didirikan kelompok belajar untuk anak pra sekolah dan taman kanak- kanak yang ditujukan untuk menstimulasi tumbuh kembang anak secara lebih berstruktur. Namun ternyata pendidikan usia dini khususnya di Indonesia masih banyak tersimpan berbagai kontroversi. Menurut Byrnes yang telah melakukan penelitian pendidikan usia dini di Indonesia menyatakan bahwa pendidikan usia dini di Indonesia digunakan sebagai bahan investasi, kurikulum pendidikan anak usia dini di Indonesia juga masih bersifat universal dan pendidikan ini pun juga belum merata (Kompas.2011). Upaya yang dilakukan pemerintah dalam masyarakat untuk meningkatkan akses pelayanan pendidikan usia dini terus dilakukan, namun data membuktikan dari 28 juta anak usia 0-6 tahun, sebanyak 73% atau sekitar 20,4 juta anak belum mendapat layanan pendidikan anak secara formal maupun nonformal, khusus anak usia pra sekolah, akses layanan pendidikan anak usia dini masih rendah ( sekitar 20.0%) artinya sebanyak 80% lainnya belum terlayani dipusat-pusat pendidikan anak usia dini. Hasil serupa juga ditemui pada 9
Volume 08 No. 02. November 2015 penelitian yang dilakukan Yuliana dkk. Di penghujung tahun 2004 dan awal tahun 2005 di pulau Jawa bahwa sebagian besar ( 86.3% di pedesaan dan 73.2% di perkotaan ) anak usia pra sekolah belum mengakses program-program pendidikan yang ada, baik dijalur formal maupun nonformal ( Fakhrudin,2009; vol.14). Pembentukan kelompok prasekolah dan taman kanak-kanak yang bermutu umumnya ditujukan bagi anak usia dini yang berasal dari keluarga mampu. Sedangkan anak usia pra sekolah dari keluarga miskin tidak atau sulit menjangkau kelompok prasekolah atau taman kanakkanak tersebut. Hal ini karena investasi untuk kelompok bermain yang bermutu bukanlah investasi yang murah. Akibatnya anak dari keluarga yang miskin tidak mendapatkan kesempatan untuk mengecap pendidikan yang berkualitas. Sehubungan dengan kontroversi kurikulum pendidikan anak usia dini yaitu diantaranya meliputi kurikulum, pendidikan pra-sekolah yang universal, apakah prasekolah penting, dan kesiapan sekolahnya sendiri. Kontroversi kurikulum di satu sisi adalah mereka yang mendukung pendidikan yang berpusat pada anak, pendekatan konstruktivis seperti yang ditekankan oleh National Association for the Education of Young Children (NAEYC) sepanjang garis praktik yang sesuai dengan tahapan perkembangan. Di sisi lain adalah mereka yang mendukung pendekatan akademis, pengajaran secara langsung (Santrock, 2011; hal.74). Berdasarkan acuan menu pembelajaran pada kelompok bermain yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas RI pada tahun 2002, program pembelajaran usia dini mengacu pada aspek-aspek pengembangan, yaitu pengembangan moral Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
ISSN : 1907-1396 dan nilai-nilai agama,fisik, bahasa, kognitif, sosial emosional, dan seni (Hastuti, 2009; Vol.2 h.45). Disisi lain anak yang tidak mendapatkan kesempatan untuk duduk di bangku kelompok bermain yang formal seperti mengikuti Play group dan kelompok belajar anak pra sekolah lainnya juga dapat mengakibatkan kurangnya anak tersebut mendapatkan stimulasi perkembangan yang lebih efektif dan edukatif bagi mereka. Banyak masyarakat pedesaan sekitar yang masih menganggap bahwa Pendidikan Anak Usia Dini tidak terlalu penting karena berbagai alasan yang mendasari anggapan mereka bahwa kesiapan anak untuk mandiri dan bersosialisasi di lingkungan luar belum cukup. Alasan waktu dan minimnya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan PAUD juga di alami oleh masyarakat pedesaan yang umumnya berpendidikan rendah. Vanilla Putri Aprilia pada tahun 2013 melakukan penelitian kepada 86 anak di Desa Ngorong Sragen dengan hasil anak memiliki tingkat perkembangan sosio emosional yang lebih baik yaitu sekitar 79,1% pada 43 anak yang mengikuti PAUD sedangkan pada 43 anak yang tidak mengikuti PAUD, presentasinya hanya 41,9% yang memiliki perkembangan sosio emosional baik. Peneliti melakukan study pendahuluan pada tanggal 14 dan 15 September 2015 didapatkan data di Desa Lebak Pakis Aji Jepara terdapat 175 anak usia 3-4 tahun. Peneliti menggunakan Lembar DDST II pada 10 anak, 5 anak sekolah PAUD dan 5 anak yang tidak sekolah PAUD. Didapatkan hasil berbeda pada masing-masing anak. Hasil pada anak yang mengikuti program PAUD di dapatkan 4 anak Normal dan 1 anak suspect. Sedangkan hasil pada anak yang tidak 10
Volume 08 No. 02. November 2015 mengikuti PAUD 3 anak suspect dan 1 normal, dan 1 untestable. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik ingin melakukan penelitian tentang Perbedaan Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Antara Anak yang Sekolah PAUD dan Anak yang Tidak Sekolah PAUD.
ISSN : 1907-1396 Tabel 2 Distribusi Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Anak yang Tidak Sekolah PAUD di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara Perkembangan Bahasa Anak Normal Suspect Untestable Total
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik Komparatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik quota sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan uji Mann Wihtney.
HASIL PENELITIAN a. Perbedaan Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Antara Anak yang Sekolah PAUD dan Tidak PAUD Tabel 1 Distribusi Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Anak yang Sekolah PAUD di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara Perkembangan Bahasa Anak Normal Suspect Untestable Total
Frekuensi Prosentase (n) (%) 17 2 1 20
85 10 5 100
Frekuensi Prosentase (n) (%) 6 12 2 20
30 60 10 100
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Penelitian dengan judul “Perbedaan Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Antara Anak Yang Sekolah Paud Dan Tidak Sekolah Paud Menggunakan Metode DDST II Di Desa Lebak Pakis Aji Jepara” yang dilakukan bulan Februari 2015 dengan cara menggunakan Lembar Penilaian DDST II pada sektor bahasa kepada responden sejumlah 40 anak dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat serta dianalisis menggunakan uji Mann Wihtney. BAHASAN 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun yang Sekolah PAUD di Desa Lebak Pakis Aji Jepara. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas anak usia 3-4
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
11
Volume 08 No. 02. November 2015 tahun yang sekolah PAUD memiliki perkembangan bahsa yang baik atau normal dengan jumlah 17 anak (85%). Hal ini disebabkan karena stimulasi yang didapatkan anak lebih baik. Anak lebih cenderung aktif dengan pembelajaran yang ada di kelas karena guru memberikan stimulasi lebih terarah dengan bernyanyi bersama, membacakan cerita, mengenal warna, gambar, dan memberikan permainan edukatif sehingga anak lebih aktif dan dapat menambah perbendaharaan kata. 2. Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Yang Tidak Sekolah PAUD Di Desa Lebak Pakis Aji Jepara Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa mayoritas anak usia 3-4 tahun yang tidak seklah PAUD memiliki perkembangan bahasa suspect yaitu sebanyak 12 anak (60 %). Hal ini terlihat pada hasil observasi sebagian besar anak usia 3-4 tahun pada sektor bahasa belum bisa menyebutkan 4 kegiatan, 2 kata sifat, kegunaan 3 benda. Hasil wawancara dengan orang tua banyak dari mereka mengatakan bahwa orang tua tidak ada waktu untuk menemani anak sekolah dan merasa bahwa anaknya belum siap untuk masuk sekolah serta kurangnya stimulasi yang diberikan orang tua dirumah yang memungkinkan anak mengalami keterlambatan dalam penambahan pembendaharaan kata karena anak bermain sendiri tanpa arahan yang baik dari orang tua.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
ISSN : 1907-1396 3. Perbedaan Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4Tahun Antara Anak yang Sekolah PAUD dan Tidan Sekolah PAUD Di Desa Lebak Pakis Aji Kabupaten Jepara Perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun yang sekolah PAUD memiliki perkembangan normal sebanyak 17 anak (85%), suspect sebanyak 2 anak (10%) dan untestable 1 anak (5%). Sedangkan anak yang tidak sekolah PAUD memiliki perkembangan bahasa normal semabyak 6 anak (30%), suspect sebanyak 12 anak (60%) dan untestable sebanyak 2 anak (10%) Hasil uji Mann withney dengan taraf signifikasi α = 0,05 didapatkan hasil ρvalue = 0,001 sehingga ρ value< α, maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun antara anak yang sekolah PAUD dan tidak sekolah PAUD. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang sekolah PAUD dapat memiliki perkembangan bahasa normal sedangkan anak yang tidak sekolah PAUD memiliki perkembangan bahasa yang suspect atau meragukan.
KESIMPULAN 1. Sebagian besar anak usia 3-4 tahun yang sekolah PAUD memiliki perkembangan bahasa normal sebanyak 17 anak (85%) 2. Sebagian besar anak usia 3-4 tahun yang tidak sekolah PAUD memiliki
12
Volume 08 No. 02. November 2015 perkembangan bahasa suspect sebanyak 12 anak (60%) 3. Perbedaan perkembangan anak 3-4 tahun yang sekolah PAUD dan tidak PAUD dengan nilai pvalue 0,001. Perkembangan bahasa anak yang sekolah PAUD 10,6 kali lebih cepat dibandingkan dengan anak yang tidak sekolah PAUD.
SARAN Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan peneliti selanjutnya dapat memperluas wawasan dan dapat melakukan penelitian tentang perkembangan anak tidak hanyan dari sektor bahasa tapi juga dari semua sektor perkembangan. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat menjadi acuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan perkembangan pada anak, dan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan secara aktif di posyandu, sekolah atau di lingkup masyarakat tentang perkembangan anak. Bagi Institusi Pendidikan dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya dan menambah referensi mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Balita di Perpustakaan.Bagi Masyarakat (Orang Tua) dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan menambah pengetahuan orang tua tentang pentingnya PAUD bagi perkembangan anak sehingga orang tua dapat termotivasi untuk mengikutsertakan anak dalam program PAUD, serta orang tua dapat memberikan stimulasi dan media pembelajaran yang tepat ketika anak tidak dalam proses belajar di sekolah agar anak dapat berkembang secara normal. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
ISSN : 1907-1396 DAFTAR PUSTAKA Syafrudin,dkk.Penyuluhan KIA.Jakarta: Trans Info Media; 2011. h.436 Susanto,Ahmad.Perkembangan Anak Usia Dini.Jakarta: Kharisma Putra Utama; 2011. h.1;19; 36;37-39; 40;184-186 Kania,Nia.2010.http//content/uploads/2010/ 02/stimulasi_tumbuh_kembang_a nak_optimal.pdf (di akses tanggal 24 Mei 2014 pukul 09.00 WIB) Kompas 2011. www.Kompas.com. [Dikutip tanggal 24 mei 2014] Fakhruddin,Umar.Pendidikan anak usia dini sebagai alas pendidikan.Jurnal INSANIA STAIN Purwokerto.Vol.14,Nomor 2(MeiAgustus 2009) http://library.walisongo.ac.id/digilib/ files/disk1/23/jtptiain-gdl-s1-2006istimunaja-1118-bab3_310-8.pdf (di akses tanggal 24 Mei 2014 pukul 09.00 WIB) Santrock, John W. Masa perkembangan anak.Jakarta: Salemba Humanika; 2011. h.74 Hastuti,Dwi.Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain Dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Motorik Kognitif,Sosial Emosi Dan Moral Atau Karakter Anak.Vol.2 Hal.45.Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor;2009 Putri,
Apriliana Vanila.Perbedaan Perkembangan Sosial Emosional Anak Pra sekolah yang mengikuti PAUD dan Tidak Mengikuti PAUD 13
Volume 08 No. 02. November 2015 [ Dii akses tanggal 24 mei 2014 ]. Surakarta: Program D4 Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2013. Wicaksono,Kurniawan Erma.Perbedaan tingkatperkembangan personal sosial pada anak usia prasekolah yang menjalani PAUD dan tidak menjalani PAUD di dusun Krajan II Grenden Puger Kabupaten Jember.Universitas Jember.2012 Apriana,Rista. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang.Fakultas Kedokteran Diponegoro;2009 Hidayat, Alimul Aziz. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h.8; 10-13 Andriana,Dian.Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak.Salemba Medika:Jakarta; 2011. h. 3;15;16; 18; 20; 22-25
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
ISSN : 1907-1396 Sulistyowati,Ari.Deteksi tumbuh kembang anak.Jakarta:Salemba medika;2014. h.62-63 Harjaningrum,Agnes Tri dkk. Peran orang tua dan praktisi dalam membantu tumbuh kembang anak berbakat melalui pemahaman teori dan tren pendidikan. Jakarta: Fajar Interpratama Offiset; 2007 .h.6062;103 Wibowo,Agus. Pendidikan karakter usia dini. Yogyakarta: Pustaka pelajar;2012. h. .45; 55-60 Hasan,Maimunah.Pendidikan anak usia dini.Yogyakarta: Diva Press; 2009. h. 16; 315 Hidayat, Alimul Aziz.Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika; 2010. h.43;51;87;95;121-122 Sugiyono.Statistika untuk penelitian.Bandung: Alfabeta; 2010. h.2; 4; 61; 62 Notoadmodjo,Soekidjo.Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: RINEKA CIPTA; 2010. h. 37; 84; 87; 125 ; 151; 180; 182
14