POSITIVE DEVIANCE Pendekatan pemecahan masalah masyarakat berbasis masyarakat (A Community Based Approach to Solving Community Problems)
Dear Readers,
Agustus
2004
Pembaca yang Budiman,
I
T
The number of programs using the PD approach to address the problem of Under 5 malnutrition is increasing tremendeously. We all continue to learn from each other’s experiences through the Monthly PD Network Meeting and also through this Bulletin in the form of success stories and program progress statistics. The PD Bulletin is posted on the international website: www.positivedeviance.org. and is also available in hard or soft copy through Save the Children US (see box below)This way we can share our experiences with the global PD community. This is the main purpose of our bilingual bulletin rather than as a tool for learning English and Bahasa Indonesia. Our translations from one language to the other reflect accuracy of the information rather than accuracy of the word for word translation.
Jumlah program yang menggunakan pendekatan PD untuk mengatasi masalah kurang gizi pada anak balita sedang berkembang sangat pesat. Kita semua terus belajar dari pengalaman satu sama lain melalui pertemuan bulanan Jejaring PD dan juga melalui buletin dalam bentuk ceritera sukses dan statistik perkembangan program. Buletin PD ini dapat diakses pada website internasional: www.positivedeviance.org. dan juga dapat diperoleh melalui Save the Children US (lihat alamat dibawah ini). Dengan cara ini kita dapat membagi pengalaman dengan masyarakat PD global. Inilah tujuan utama dari buletin dua bahasa ini dari pada sebagai alat belajar Bahasa Inggeris dan Indonesia. Terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lainnya lebih menunjukkan ketepatan informasi dari pada ketepatan kata per kata.
t seems that our “Positive Deviance” Bulletin continues to attract interest from many people who want to learn more about the PD methodology and it’s application to health issues in Indonesia. This third edition will introduce you the application of the PD approach to other health issues. Several PD implementing agencies in Indonesia are trying to adapt this methodology to other projects besides malnutrition in Under 5 children i.e : anemia for children under five and pregnant women, trafficking, as well as Posyandu Quality. In the spirit of sharing let us learn from their experiences.
ampaknya bulletin kita “Positive Deviance” semakin menarik minat banyak pihak yang ingin belajar lebih lanjut mengenai pendekatan PD dan penerapannya dalam berbagai masalah kesehatan di Indonesia. Edisi ketiga ini akan memperkenalkan penerapan pendekatan PD terhadap masalah kesehatan lainnya. Beberapa lembaga pelaksana PD di Indonesia sedang melaksanakan pendekatan ini pada proyek lain selain masalah malnutrisi pada anak balita seperti: anemia pada anak balita dan ibu hamil, perdagangan gelap anak perempuan serta kualitas Posyandu. Dalam semangat saling bagi pengalaman, marilah kita belajar dari pengalaman mereka.
APPLYING PD APPROACH TO OTHER ISSUES
I
n addition to addressing malnutrition problems, Save the Children has experience applying the PD approach to other issues ie: Breastfeeding in Vietnam, Maternal and Newborn Care in Pakistan
PENERAPAN PENDEKATAN PD PADA MASALAH LAIN
D
isamping upaya penanggulangan masalah kurang gizi, Save the Children telah berpengalaman menerapkan pendekatan PD pada masalah lain seperti : Pemberian ASI (Air Susu Ibu) di Vietnam, Pe-
Staff Redaksi / Editorial Staff : Sam Nuhamara; Evie Woro; Ronald Gunawan; Caroline Butar-Butar; Maria Aruan; Randa Wilkinson; Vanessa Dickey. Layout : Aditias Alamat Redaksi/Contact Adress : Save the Children US. Jl. Wijaya II No 36 Jakarta Selatan.12160 Telp.(021)72799570 Fax : (021)72799571 e-Groups :
[email protected]
1
EDITORIAL
Vol. I No. 3
and Female Genital Circumcision in Egypt, and child trafficking, Posyandu performance and condom use among transvestites in Indonesia. Some other INGOs in Indonesia are now piloting the PD approach to address anemia, TB, and high risk pregnancies. Below are the some experiences we would like to share to you.
meliharaan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Pakistan, sunatan anak perempuam di Mesir, perdagangan gelap anak, kinerja Posyandu dan penggunaan kondom pada kelompok Waria di Indonesia. .Beberapa LSM Internasional di Indonesia saat ini sedang uji coba pendekatan PD untuk menanggulangi masalah anemia, TB dan kehamilan resiko tinggi. Dibawah ini adalah beberapa pengalaman yang ingin kami ceriterakan.
PD for Anemia Rehabilitation
PD untuk Rehabilitasi Anemia
By Erlyn Sulistiyaningsih/ Mercy Corps
H
igh prevalence of anemia (70.6%, HKI 2001) among children under 5 in Mercy Corps areas in Jakarta encouraged the Mercy Corps Hearth Program to conduct an anemia rehabilitation pilot project using the PD/Hearth approach. The selected pilot project site is RW 3 in Kelurahan Galur where Mercy Corps has been conducting malnutrition rehabilitation in another RW. According to a baseline study that identified children among 6 month – 36 months suffering from anemia, 53.4% of a total of 58 children are anemic, of which 24.1% suffer mild anemia and 29.3% suffer moderate anemia. The baseline study was conducted together with SEAMEO which has access to the Hemoglobin test the HemoCue B-Hemoglobin photometer. We informed the community of the baseline study result and provided information about the ramifications this has on children’s health and development. The community realized that this is a big problem for them and should be addressed immediately. Then we introduced the PD/Hearth approach to solve the problem and the community agreed to use this method and they fully support the implementation in order to free their children from anemia. Mercy Corps provided PD training to Posyandu cadres.Together with Mercy Corps assistance, those cadres have taken an active role in implementing the PD methodology step by step which is guided by the 3 goals as follows: • • •
Rehabilitate Anemia TODAY Maintain rehabilitation with practice at home Prevent anemia in the future
Because it is a new application for Mercy Corps as well as for the community RW 3 Galur, the learning process has been gradual but continous. The transition from a traditional nutrition program to incorporating the PD approach has raised the awareness of the cadres that they are learning a lot and that this process is interesting and useful. Their active participation in doing the PD steps; define the problem, determine wealth ranking, determine if there are PD families, discover common habits and PD behaviors and design an anemia rehabilitation program has enabled them to understand PD/Hearth
Oleh Erlyn Sulistyaningsih/Mercy Corps
T
ingginya prevalensi anemia (70,6%, HKI 2001) pada anak balita di wilayah kerja Mercy Corps di Jakarta mendorong Program Hearth Mercy Corps melakukan proyek uji coba Rehabilitasi Anemia dengan menggunakan pendekatan PD dan Pos Gizi. Sebagai wilayah uji coba, yang terpilih adalah RW 3 Kelurahan Galur dimana pada saat itu Mercy Corps juga sedang melakukan program rehabilitasi kurang gizi di RW yang lain. Berdasarkan hasil survey data awal telah diidentifikasi bahwa penderita anemia pada anak usia 6 bulan – 3 tahun mencapai 53.4% dari total 58 anak. Dari jumlah penderita anemia tersebut, sekitar 24.1% adalah penderita anemia ringan dan 29.3% adalah penderita anemia sedang. Studi data awal tersebut dilakukan dengan bekerja sama dengan SEAMEO dan dalam pemeriksaan kadar Hb menggunakan HemoCue BHemoglobin photometer. Hasil studi tersebut disampaikan kepada masyarakat setempat, dan diberi pemahaman mengenai dampak anemia terhadap kesehatan dan perkembangan anak-anak. Masyarakat mulai menyadari sebagai suatu masalah besar yang harus segera diatasi. Setelah diperkenalkan metode PD dan Pos Gizi untuk mengatasi permasalahan ini, masyarakat RW 3 Galur setuju penerapan metode ini dan mereka akan membantu sepenuhnya agar anak-anak mereka dapat terbebas dari anemia. Setelah itu, Mercy Corps melakukan pelatihan PD dan Pos Gizi kepada para kader posyandu. Atas bimbingan Mercy Corps, para kader berperan aktif dalam melakukan pendekatan PD ini langkah demi langkah dengan mengacu pada 3 tujuan yang akan dicapai yaitu :
• • •
Rehabilitasi Anemia yang terjadi HARI INI Mempertahankan rehabilitasi dengan PRAKTEK di rumah Mencegah terjadinya anemia di masa yang akan datang
Berhubung hal ini merupakan suatu hal yang baru baik untuk Mercy Corps maupun masyarakat RW 3 Galur, maka proses pembelajaran berjalan tahap demi tahap tetapi terus-menerus. Peralihan dari program gizi tradisional menuju pendekatan PD telah menimbulkan kesadaran para kader bahwa ternyata banyak pelajaran baru yang menarik dan berguna yang mereka peroleh. Keikutsertaan kader secara aktif dalam setiap langkah PD seperti: merumuskan permasalahan, menentukan peringkat kesejahteraan, memastikan
2
in the implementation. According to the findings from the Positive Deviance Inquiry to PD families, we found some special behaviors that enable their children to not suffer from anemia. Those behaviors are: • • • • • • •
Consume vegetables and fruit that are rich in Vitamin A and C such as carrots, green vegetables, papaya and oranges. Consume small salty fish, rebon, beans, tempe, fish, and egg Do not drink coffee Do not drink tea during meals Deworm regularly Complete immunization Practice good hygiene such as cutting fingers nails and washing hands with soap before eating
In March 2004, one anemia rehabilitation center opened and all the involved cadres managed the center by taking turns. This enabled them to learn how to manage the rehabilitation center. They have more skills to manage their own rehabilitation centers The rehabilitation center runs for 10 days and is off for 2 weeks each month. During the off days, the participants are encouraged to practice at home what they have learned at the center. The cadres also conduct home visits. The purpose of the home visit is to motivate the participants to practice new behaviours learned during the 10 days at the center and to help them solving some problems encountered in terms of practicing the new behaviors. Beside cadres’ and participants’ contribution, other community members also provide contributions organized by local leaders (RTs and RW). They collected money to complete ingredients and supplies needed during the program. Those PD behaviors are practiced in the anemia rehabilitation center to enable the mothers who have anemic children to learn those behaviors and practice them at home until they become a habit. This behavior change will free their children from suffering from anemia. In addition, Mercy Corps provides
apakah ada keluarga PD, menemukan kebiasaan umum masyarakat dan perilaku PD serta turut aktif dalam merancang program perbaikan anemia, membuat para kader dapat lebih memahami proses pelaksanaan pendekatan PD dan Pos Gizi. Dari hasil Penyelidikan PD, ternyata banyak ditemukan perilakuperilaku khusus dari keluarga PD yang membuat anak mereka tidak menderita anemia. Perilaku tersebut diantaranya adalah:
• • • • • • •
Sering mengkonsumsi sayuran dan buah yang kaya vitaman A dan C seperti wortel, sayuran hijau, pepaya, dan jeruk; Sering mengkonsumsi teri, rebon, kacangkacangan,tempe, ikan, dan telur; Anak tidak diberi kopi Anak tidak diberi minum teh pada waktu makan Anak diberi obat cacing secara teratur Imunisasi lengkap Ibu rajin menjaga kebersihan anak seperti gunting kuku, cuci tangan dengan sabun sebelum makan
Pada bulan Maret 2004, dibuka satu pos rehabilitasi anemia dan semua kader terlibat secara aktif mengelola pos ini secara bergantian. Hal ini memungkinkan mereka belajar mengelola pos rehabilitasi. Mereka akan lebih terampil dalam mengelola sendiri pos rehabilitasi. Pos Rehabilitasi berlangsung selama 10 hari, kemudian libur selama 2 minggu setiap bulan. Dalam masa libur ini, peserta diharapkan dapat mempraktekan apa yang telah dipelajari di pos rehabilitasi sedangkan para kader melakukan kunjungan rumah. Tujuan dari kunjungan rumah adalah memotivasi peserta untuk mempraktekan perilaku baru yang dipelajari selama 10 hari di pos dan membantu mengatasi hambatan dalam mempraktekan perilaku baru tersebut. Selain kontribusi dari kader dan peserta, anggota masyarakat lain juga memberikan kontribusinya yang digerakan oleh tokoh masyarakat setempat (RT dan RW). Mereka mengumpulkan iuran/dana untuk melengkapi bahan makanan dan perlengkapan yang dibutuhkan selama program.
Perilaku-perilaku PD tersebut diatas dipraktekkan dalam pos rehabilitasi anemia untuk memampukan para ibu yang anaknya anemia dapat belajar perilaku-perilaku tersebut dan mempraktekkannya di rumah hingga menjadi suatu 58 60 56 kebiasaan. Terjadinya peruba50 47 han perilaku 42 42 tersebut akan 40 37 membebaskan 33 mild anak-anak 30 26 moderate mereka dari 22 22 anemia. 20 normal Disamping itu 11 10 Mercy Corps memberikan 0 0 suplemen zat H1-Anemia H10-Anemia 1st month 2nd month besi berupa sirup kepada anak–anak aneGrafik 1 : Perkembangan Status Anemia di Galur /Graph 1 Progress on Anemia Status in Galur. mia dengan
3
iron supplements to those anemic children with prevention dosage during rehabilitation. During the first two week session, an important message needed to be emphasized to the participants’ mothers. The children’s rehabilitation is due to new behaviors and not only due to the iron supplement.
dosis preventif selama program rehabilitasi. Selama sesi dua minggu pertama suatu pesan penting perlu ditekankan kepada para ibu peserta program bahwa rehabilitasi anaknya adalah disebabkan oleh perilaku baru dan bukan hanya karena suplemen sirup zat besi.
Two weeks later a 2nd center opened and other cadres started to manage their own rehabilitation center. In the first circle, 19 children participated in the program representing 58% with mild anemia and 42% with moderate anemia. After 10 days, 11% were rehabilitated and mild and moderate anemia decreased to 47% and 37% as described in graph 1.
Dua minggu kemudian Pos kedua dibuka dan kader lain mulai mengelola pos rehabilitasi mereka sendiri. Pada periode pertama sejumlah 19 anak mengikuti program dimana 58% menderita anemia ringan dan 42% menderita anemia sedang. Setelah 10 hari,11 % diantaranya menjadi pulih, sementara anemia ringan dan sedang menurun masing-masing menjadi 47% dan 37% seperti yang digambarkan pada grafik 1.
Of course rehabilitation should be maintained during caring at home by practicing new behaviors. Cadres conducted home visits to encourage mothers to practice the new behaviors. After 2 weeks off, the percentage of rehabilitated children increase to 26.3%, meanwhile mild and moderate anemia decreased to 42.1% and 31.5% as illustrated in the graph below. This data reflects behavior change among participants since they started to practice PD behaviors at home.
PD for High Risk Pregnancies By Maria - CARE
Tentu saja usaha rehabilitasi ini harus diteruskan selama perawatan di rumah dengan mempraktekkan perilaku baru. Para kader melakukan kunjungan rumah untuk mendorong para ibu mempraktekkan perilaku baru. Setelah 2 minggu libur, persentase anak yang normal meningkat menjadi 26.3%, sementara anemia ringan dan sedang menurun masing-masing menjadi 42.1% dan 31.5%. Data ini menunjukkkan terjadinya perubahan perilaku pengasuh peserta program karena mempraktekkan perilaku-perilaku PD dirumah.
PD pada Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh Maria - CARE
C
P
The activities are facilitated by the village midwife. During the session, a village midwife facilitates the antenatal care, weighing, monitoring, TT immuniza-
Aktifitas kelompok difasilitasi oleh bidan desa. Selama sesi berlangsung, bidan desa melakukan pemeriksaan kehamilan, penimbangan, monitoring, imunisasi TT, mengukur tekanan darah, promosi tablet besi.
OME (Center for Mother Education) project is royek COME ( Center for Mother Education) dirandesigned to reduce the risks of delivery for cang untuk mengurangi resiko melahirkan dari high risk pregnancies in Kapuas and Pulang Pisau kehamilan beresiko tinggi di Kabupaten Kapuas dan district in Central Kalimantan. CARE, in colloboraPulang Pisau-Kalimantan Tengah. CARE bekerjasama tion with the local Community Health Center, condengan Puskesmas setempat melakukan penyelidikan ducted a PDI (Positive Deviance Inquiry) on feedPD mengenai kebiasaan makan dan mendapatkan ing, health seeking and caring practices among pelayanan kesehatan dari para ibu hamil. Hasil tepregnant women. The findings of the PDI included muan penyellidikan PD meliputi : “kebiasaan “daily morning jalan/senam setiap pagi” walk/exercise” and “more dan “lebih banyak perattention by their husband hatian suami selama keduring pregnancy’. The hamilan”. Proyek ini dimulai project started in January pada bulan Januari 2004 dengan diawali dengan 2004 with PD training for pelatihan PD bagi staf kelocal health staff and sehatan dan kader setemcadres. The project now pat. Proyek ini melayani 11 covers 11 villages in two desa di dua kabupaten districts with the total total dengan jumlah peserta 132 number of participants ibu hamil. Setiap kelompok 132 pregnant women. terdiri dari 6-8 orang Each group consists of 6-8 menghadiri pos ibu hamil (2 participants attending the jam perhari) per bulan dan centers for 3 days (2 hours setiap peserta diminta per day) per month and mengikuti program ini seeach participant being banyak 3 kali selama keadvised to attend 3 times COME activities in Kalimantan/Kegiatan COME di Kalimantan hamilan. during pregnancy.
4
tion, blood pressure, promotion of iron tablets, group savings for delivery and supplemental feeding, as well as exercise which was discovered to be a PD behavior. The participants bring food contributions which are locally available and prepare meals together with the other participants.
Senam hamil, tabulin (tabungan ibu bersalin), pemberian makanan tambahan dan senam yang ditemukan sebagai perilaku PD. Kegiatan COME di Kalimantan Setiap peserta membawa kontribusi bahan makanan yang tersedia local serta menyiapkan makanan secara bersama-sama.
Is the PD Program Sustainable?
Apakah Program PD Berkelanjutan Oleh Dewi Saparini - PCI
By Dewi Saparini – PCI
B
P
ada dasarnya, pendekatan PD seharusnya berkesiy design, the PD approach should be sustainnambungan karena perilaku baru di-praktekan able because new behaviors are internalized terus menerus setelah kegiatan PD-Pos Gizi. Program and continue after the PD NERS (Positive Deviance Pemulihan dan Pendidikan Gizi dengan metode PD, Nutrition Education and Rehabilitation Session) tidak hanya merubah perilaku keluarga secara individu, ends. The PD NERP (Positive Deviance Nutrition Edutetapi juga merubah cara berpikir masyarakat terhacation and Rehabilitation Program) not only dap masalah kekurangan gizi dan bagaimana mengchanges the behaviors of individual families, but gunakan kemampuan mereka sendiri untuk merubah also changes how a community perceives malnutrisituasi tersebut sedapat mungkin hanya dengan bahantion and their ability to change the situation, if necbahan setempat. PCI telah membuktikan bahwa essary, with only local inputs. PCI has proven that pendekatan ini menjamin kesinambungan. Setelah PCI this methodology works. After PCI ended its matemengakhiri bantuan marial support at the terial pada akhir Maret end of March 2004, 2004, dua kelompok the two different masyarakat di Tanah communities in Tinggi dan Cengkareng Tanah Tinggi and Barat masing-masing Cengkareng Barat mengambil alih tanggung respectively took jawab dalam meyeover the responsibildiakan dana penyelengity of providing finangaraan 3 Pos Gizi yang cial support for the ada. Dua Tim Kesehatan three existing NERS. RW berhasil meya-kinkan The two RW Health tokoh masyarakat Committees sucmereka, pengurus RW/RT ceded in convincing dan donor lokal potensial their community melalui pertemuan leaders, RW staff and masyarakat maupun kunlocal potential dojungan kerumah-rumah. nors through comPertemuan masyarakat membahas program keberlanjutan Pos Gizi di Tanah Ketika Ibu Amran (Tim Kemunity meetings and Tinggi/Community meeting for PD-NERS sustainability in Tanah Tinggi sehatan RW) dan Ibu Evie door to door visits. (seorang kader) dari When Ibu Amran (Health Committee) and Ibu Evie ( Tanah Tinggi mempromosikan program PD-Pos Gizi a volunteer ) from Tanah Tinggi promoted the PD kepada tokoh masyarakat dan donor lokal potensial , NERP to the community leader and local potential mereka sangat mendukung dan langsung menyumdonors, they received positive support from the lobangkan dana bahkan menanyakan apakah mereka cal leaders as well as some money and were asked dapat menyumbang dalam bentuk bahan makanan whether they needed other food contributions. lain. Tiga belas RT di RW 7 Cengkareng Barat bertekad memThe 13 RT in RW 07 Cengkareng Barat are commitberi iuran bulanan masing-masing sebesar Rp 10.000,ted to providing Rp 10,000,- respectively on a Pada bulan pertama mereka berhasil mengumpulkan monthly basis. In the first month the committee sucdana sebesar Rp 210.000,-yang cukup untuk membiayai ceeded in collecting a total of Rp 210,00,- enough penyelenggaraan 2 Pos Gizi dengan peserta 15 anak to conduct 2 NERS with 15 malnourished children batita kurang gizi per pos. Di RW 08 – Tanah Tinggi under 3 years old per NERS. In RW 08 - Tanah Tinggi setiap RT menyumbang antara Rp 10.000 – Rp 30.000., each RT donated between Rp 10,000 – 30,000 on a berdasarkan kemampuan masing-masing dan diangvoluntary basis and succeeded in having enough gap memadai untuk mendanai penyelenggaraan 1 Pos funding to conduct 1 NERS with 10 participants. Gizi dengan jumlah 10 peserta These two communities have completed 2 PD NERS Kedua kelompok masyarakat tersebut telah menyelewith their own resources and they have asked PCI saikan 2 sesi Pos Gizi dengan menggunakan sumber 5
to only provide technical support. The two RW health committees are committed to being accountable and managing the donations and establishing a reporting mechanism to the community forum on monthly basis.
daya mereka sendiri dan mereka hanya meminta bantuan teknis dari PCI. Kedua Tim Kesehatan RW bertekad untuk mengelola donasi masyarakat secara bertanggung jawab dan mengembangkan suatu mekanisme pelaporan kepada masyarakat dalam forum pertemuan bulanan.
PD Posyandu Orientation
Orientasi PD Posyandu Oleh Randa Wilkinson – SC
By Randa Wilkinson – SC
A
S
The next step in the orientation workshop was to discover if there were any PD Posyandus. Out of the 2295 posyandu being run in the district of
Langkah berikut dalam lokakarya ini adalah menemukan apakah ada Posyandu PD, yang dimiliki
uatu pelatihan orientasi 3 hari mengenai Posi3 day Orientation training in Positive Deviance tive Deviance telah dilaksanakan oleh Jerry was conducted by Jerry Sternin, Nanang SuSternin, Nanang Sunarya dan Randa Wilkinson senarya, and Randa Wilkinson to orient DHO and bagai orientasi Dinkes dan staf Puskesmas Cianjur Puskesmas staff from Cianjur in how to apply the PD dalam hal penerapan pendekatan PD pada kinerja Approach to Posyandu Performance and Goiter. Posyandu dan gondok. Peserta orientasi terdiri dari Participants included staff from the Cianjur DHO staf Dinkes Cianjur yang mewakili departemen Modepartments of Community Mobilization, Vaccinabilisasi Masyarakat, vaksinasi, Gizi, dan Pelayanan tions, Nutrition, and Health Services, Puskesmas staff Kesehatan, staf Puskesmas dari beberapa kecamafrom several sub districts, Mercy Corps PD team tan; anggota tim PD Mercy Corps : Vanessa Dickey, members; Vanessa Dickey and Pak Ma’ad and Pak Pak Ma’ad dan Pak Solet; sekretaris desa Makasari, Solet, the village secretary from Makasari, Naringgul Naringgul dimana pilot proyek Gondok PD akan where a PD goiter pilot project will begin later in the dimulai pada akhir tahun ini. year. Pak Jerry facilitated the first morning with Pak Jerry memfasilitasi sesi pagi hari pertama destories and power points about Positive Deviance, ngan ceritera dan presentasi slide mengenai PD, and coached everyone in the correct process for dan membimbing setiap orang kedalam proses using this approach. The yang benar bagi penerapan participants then broke up pendekatan ini. into small groups to find PD Para peserta dibagi dalam besituations in their own lives berapa kelompok untuk menemunot related to nutrition. kan situasi PD dalam kehidupan The task was to define exmereka yang tidak ada hubunactly what the problem is gannya dengan gizi. Tugas kelomand what the desired outpok adalah menentukan secara come would be. This first tepat apa masalah yang dihadapi step- DEFINE is sometimes dan apa hasil yang ingin dicapai. quite difficult to articulate. Langkah pertama ini – After presenting back to MENENTUKAN –kadangkala sulit the whole group, we then dipahami. Setelah presentasi kemlooked at Posyandu perbali dihadapan semua kelompok, formance. What is the kemudian melihat pada kinerja Poproblem? After much desyandu. Apa masalahnya? Setelah bate, the following definiberdebat panjang lebar, akhirnya tion was agreed upon by menyepakati definisi sebagai berithe group – kut : PROBLEM: Lack of MASALAH : masyarakat kurang ownership of poysandu by merasa memiliki Posyandu, menyethe community leads to babkan berkurangnya partisipasi, decreased participation, dukungan dari masyarakat, tokoh lack of support by commumasyarakat, sector lain dan menunity, leaders, other sectors Penimbangan dilakukan oleh ibu dan kader / runnya kualitas pelayanan. and to lack of quality ser- Weighing done by mother and cadres HASIL POSITIVE : masyarakat merasa vices. memiliki Posyandu yang ditunjukkan POSITIVE OUTCOME: Community has sense oleh partisipasi yang tinggi, pelayanan yang of ownership of posyandu which is demonstrated berkualitas dan dukungan masyarakat, tokoh by high participation, quality health services being masyarakat, petugas kesehatan maupun sektor provided, and support from community, leaders, lainnya. health and other officials.
6
Cianjur, there are 27 that meet the criteria of providing the community with the desired services, reflected in a consistent monthly attendance rate for growth monitoring activities of over 90%, and quality health services. The 2nd day of the training the participants spent studying and learning from two Posyandu taking place that morning, one was in a rural setting, and the other in the city of Cipanas. Posyandu PD observations included; pre and post natal care; growth monitoring, immunization, community mobilization. PD Posyandu behaviors identified by the participants included – direct and immediate results of KMS (growth monitoring) are communicated to the mother or care giver, the KMS cards are kept by the family and not by the kaders, the religious leaders announcing the Posyandu dates and immunization dates to the community, and the Bidans consult with pregnant women in a semi private area. The third day of training was spent on action plans for the participants. Because this was an orientation, before the participants can implement a program on Posyandu performance they need to prepare their communities and receive more training and technical assistance. The awareness of PD examples in everyone’s lives provided the participants with “new eyes” for program development.
SUCCESS STORY
oleh masyarakat. Dari 2.295 posyandu yang ada di kabupaten Cianjur, ada 27 posyandu yang memenuhi kriteria menyediakan pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat, dengan melihat angka kehadiran bulanan yang konsisten mengikuti Posyandu lebih dari 90%. Hari kedua lokakarya, para peserta belajar dari 2 Posyandu yang berjalan pagi hari, satu dari daerah pedesaan dan satu lagi dari daerah perkotaan di Cipanas. Observasi Posyandu PD mencakup : pemeriksaan kehamilan dan setelah melahirkan; penimbangan, imunisasi, dan mobilisasi masyarakat. Praktek Posyandu PD yang diidentifikasi peserta adalah : hasil penimbangan pada KMS dikomunikasikan kepada ibu atau pengasuh anak secara langsung dan segera, KMS disimpan oleh ibu dan bukannya kader, tokoh agama mengumumkan hari posyandu dan imunisasi kepada masyarakat, dan Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan di tempat yg semi tertutup. Hari ketiga digunakan untuk menyusun rencana kerja dari para peserta. Karena hal ini baru merupakan orientasi, maka sebelum peserta dapat melaksanakan program kinerja Posyandu mereka harus menyiapkan masyarakat mereka dan menerima pelatihan dan bantuan teknis. Kesadaran terhadap contoh PD dari kehidupan masing-masing peserta akan “membuka mata” mereka bagi pengembangan program.
KISAH KEBERHASILAN
Reducing Costly Snacking By Maria (CARE)
Mengurangi Jajanan Mahal By Maria (CARE)
A
A
After attending 2 PD NERS of 12 days, Dursti looks differently on caring for Aas. Now she always washes her hands and Aas’s hands with soap before feeding Aas whereas she often forgot before. She is trying to actively feed her child now whereas before she was impatient when Aas ran away. She now only spends Rp 3000,- over 2-3 days on snacks compared to Rp 5,000-Rp 10,000 per day before.
Setelah mengikuti 2 sesi Pos Gizi (12 hari per sesi), Dursti kelihatan berbeda dalam hal mengasuh Aas. Dia selalu mencuci tangannya maupun tangan Aas dengan sabun sebelum memberi makan Aas dimana sebelumnya dia sering lupa melakukannya.
srudin (Aas), a 37 month old little boy from Longkali, East Kalimantan, was identified as being moderately malnourished at the beginning of NERS; He weighed 11.8 kg and his young mother Dursti (18 years old) usually spent Rp 5,000 to Rp 10,000,- per day just to buy CHIKI snacking for Aas. Most of the mothers in Longkali are “rubber tapper” and they would prefer to earn money and provide snacking money rather than care for and provide affection to their children. Some mothers say “ my child is very difficult to feed taking too much time to feed” and the mother would preferred going to the field to earn money, “rubber tapp”
srudin (Aas),seorang bocah laki-laki usia 37 bulan dari Longkali, Kalimantan Timur, diidentifikasi sebagai anak kurang gizi sedang pada awal mengikuti Pos Gizi; Berat Badannya 11,8 kg dan ibunya yang masih muda berusia 18 tahun biasanya menghabiskan Rp 5000,- sampai Rp 10,000,- per hari hanya untuk membeli jajanan CHIKI untuk Aas. Kebanyakan ibu-ibu di Longkali adalah “penyadap karet” dan mereka lebih cenderung mencari uang dan memberikan uang jajan dari pada merawat dan memberi kasih sayang kepada anaknya. Beberapa ibu mengatakan bahwa “anak saya sangat sulit makan” menghabiskan banyak waktu untuk menyuapinya dan para ibu lebih suka pergi ke ladang untuk menyadap karet yang mendatangkan uang.
7
Dursti no longer buys CHIKI but chooses more healthy snacks. Aas is no longer malnourished; he now weighs 12.2 kg since Aas now eats 4 meals a day instead of only 2 meals. Dursti is very happy with her child’s weight plotted in the green area. She hopes to maintain Aas’s growth and she is proud that not only has she reduced costly snacking, but her child is healthy.
A hope to Prevent Younger Siblings from Becoming Malnurished By Yayuk- Perdhaki
R
izky Hendrawan, a 19 month old little boy from RW 011- Johar Baru- Central Jakarta is the youngest of five children and his mother is pregnant with the sixth child. The first day of the NERS in April 2004, his weight was 8.2 kg and based on the Growth Monitoring Card he was identified as being severely malnourished. He was pale, weak with a swollen stomach, constantly crying and clinging to his mother. Two days after joining the NERS, Rizky was treated for worms and since then his appetite has improved and he no longer crys all the time. He doesn’t cling to his mother and has started to interact with other children. After 2 months of partipating in PD NERP, Rizky has increased his weigh to 10.5 kg and is no longer malnourished.
Dia sekarang telaten menyuapi dan membujuk Aas untuk makan dimana sebelumnya dia kurang sabar ketika Aas berlarian. Dia sekarang hanya mengeluarkan Rp 3000 untuk jajanan Aas selama 2-3 hari dibanding dengan sebelumnya yang menghabiskan Rp 5000 – Rp10.000 per hari. Dursti tidak lagi membeli jajanan CHIKI tetapi membeli jajanan yang lebih sehat. Aas saat ini tidak lagi kurang gizi, beratnya sudah mencapai 12,2 kg karena sekarang Aas makan 4 kali sehari daripada hanya 2 kali. Dursti sangat senang dengan berat badan Aas yang berada pada daerah hijau di KMS. Ia berharap dapat mempertahankan pemulihan gizi anaknya dan ia bangga karena telah berhasil mengurangi jajanan mahal dan ternyata anaknya sehat.
Secercah Harapan Kelahiran Baru Bebas Dari Malnutrisi Oleh Yayuk- Perdhaki Hendrawan, bocah laki usia 19 bulan dari R izky RW 011 – Johar baru, Jakarta Pusat merupakan anak kelima dan saat ini ibunya sedang hamil anak keenam. Pada hari pertama Pos gizi di bulan April 2004, beratnya hanya 8,2 kg dan berdasarkan KMS dia dikategorikan gizi buruk. Dia pucat, lemah, cengeng, perutnya buncit dan senangnya gandulan pada ibunya. Dua hari setelah mengikuti Pos Gizi, Rizky diberi obat cacing, dan sejak itu nafsu makannya membaik dan tidak lagi cengeng. Tidak lagi gandulan pada ibunya dan mulai berinteraksi dengan anak-anak yang lain. Setelah 2 bulan mengikuti Pos Gizi, Rizky bertambah berat badannya menjadi 10,5 kg dan tidak lagi kurang gizi.
His mother, Samsia has felt the benefit of attending the Ibunya, Samsia merasakan manfaatnya PD NERS. She practices feedmengikuti Pos Gizi. Dia membiasakan meming him more protein, vegetaberi anaknya lebih banyak protein, sayurbles and fruits and has resayuran dan buah-buahan serta menguduced the amount of unrangi jumlah jajanan tidak sehat. Dia juga Rizki setelah 2 bulan mengikuti healthy snacking. She also pracmempraktekkan perilaku baru seperti menpos gizi/ Rizky after 2 months of tices new behaviors such as NERS cuci tangannya Rizky dengan sabun sebewashing Rizky’s hands with soap lum makan dan tetap menjaga kebersihan before eating, and keeping Rizky Rizky. clean. Samsia mengatakan bahwa “saya berharap bayi Samsia said that “I hope my new baby will not be saya yang akan lahir kemudian tidak mengalami severely malnourished since I now practice some gizi buruk”, karena sekarang saya melakukan bernew behaviors” mentioned above. bagai perilaku baru seperti tersebut diatas.
Mother’s Active Feeding and Father’s Affection Bertha – World Vision
A
ndhika, a 19 month old little boy from Ciracas-East Jakarta was identified as suffering from moderate malnutrition. He weighed 8.5 kg be-
Ibu Telaten Menyuapi dan Ayah Memberi Kasih Sayang Oleh Bertha – World Vision
A
ndhika, bocah laki usia 19 bulan dari Ciaracasjakarta Timur diidentifikasi menderita kurang gizi sedang. Berat badannnya 8,5 kg sebelum mengikuti Pos Gizi dan tingkahnya sedikit paranoid 8
fore joining the PD NERP and acted a little bit paranoid, because he had never interacted with other children under five. He was very difficult to feed, and his mother Mariani never tried to persuade Andhika to eat. His Father, Tatang Riswandi is a public transportation driver with an average income Rp 20,000per day. He works until 11 pm at night to earn this amount.
paranoid karena tidak pernah berinteraksi dengan anak balita yang lain. Dia sangat sulit makan dan ibunya Mariani tidak pernah berusaha membujuk Andhika untuk mau makan. Ayahnya, Tatang Riswandi adalah supir angkutan umum dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 20,000 per hari. Ia bekerja sampai jam 11 malam untuk mendapatkan uang sejumlah itu. Setelah mengikuti beberapa sesi Pos Gizi, berat badan Andhika bertambah menjadi 9.5 kg pada bulan Maret After joining several NERS, Andhika’s weight inyang lalu dan terus meningkat menjadi 10,3 kg pada creased to 9,5 kg by March and continued to inbulan Juni 2004. Dia sekarang kelihatannya dan tingcreased to 10.3 kg by June 2004. He now looks and kahnya berbeda; ia lebih aktif, ia dapat bermain denacts differently; he is more gan anak yang lain, menyanyi, active, he plays with other menari dan mulai belajar berhitung children, singing, dancing dan dapat mengenali bagianand starting to count and bagian dari tubuhnya. Walaupun able to indicate many parts sudah dinyatakan lulus dari Pos Gizi, of his body. Even though ibunya lebih suka datang terus di he has graduated from Pos Gizi, karena dia telah belajar NERS, his mother would prehal baru dan mempraktekkan perifer to continue coming to laku baru. Dia sekarang lebih terthe NERS since she has motivasi untuk tetap telaten learned new things and menyuapi Andhika. Dia memprakpractices new behaviors. tekkan perilaku baru seperti cuci She is now more motivated tangan dengan sabun sebelum to be persistant in actively memberi makan kepada anaknya feeding Andhika. She pracdan sebelum menyiapkan tices new behaviors such makanan, lebih memperhatikan as: washing hands with kebersihan Andhika : potong kuku 3 soap before she feeds her x seminggu, membersihkan telinga child and before she predan sikat gigi. Andhika sekarang pares meals, being more juga mencuci tangannya dengan attentive to Andhika’s hysabun sebelum makan yang mana giene- cutting nails 3 times tidak pernah dilakukan sebelum a week, cleaning ears and mengikuti Pos Gizi. Mariani terbiasa brushing teeth. Andhika dengan menyediakan makanan now also washes his hands yang seimbang dan bervariasi. with soap before eating Menurut Mariani, kenaikan berat which he never did before Andhika dan ibunya bersama piala “Balita Sehat” badan Andhika juga dipengaruhi participating in the NERS. Andhika and his mother with “Balita Sehat “ trophy oleh perhatian dan kasih sayang Mariani practices preparyang diberikan oleh suaminya: bering balanced and varied meals. main bersama Andhika ketika dia berada dirumah, According to Mariani, the increase in Andhika’s dan memberikan mainan untuk Andhika. Pada bulan weigth is also influenced by the affection shown by Mei 2004, Andhika mengikuti lomba “Balita Sehat” se her husband; playing with Andhika when he is at kecamatan Ciracas yang diselenggarakan oleh pehome, and providing toys for Andhika. In May 2004, merintah setempat dan Andhika terpilih sebagai juara Andhika participated in a subdistrict competition tiga dari seluruh peserta di kecamatan tersebut. event for “Balita Sehat” organized by the Ciracas “Rasanya tidak percaya” kata Mariani. subdistrict officer and Andhika was selected as one of “the best three” out of all participants in the subdistrict. “Unbeliveable” said Mariani.
Andhika terpilih sebagai juara tiga dari seluruh peserta di kecamatan tersebut. “Rasanya tidak percaya” kata Mariani. Andhika was selected as one of “the best three” out of all participants in the subdistrict. “Unbeliveable” said Mariani.
9
THE NERS PROGRESS
PERKEMBANGAN POS GIZI
PERKEMBANGAN POS GIZI DI INDONESIA BULAN MARET – MEI 2004 THE PROGRESS OF NERS IN INDONESIA DURING MARCH – MAY 2004
Nama Lembaga/ Name of organization
Jml Pos Gizi dan Anak Kurang Gizi yang Dilayani/ No of NERS and Malnourished Children involved
Wilayah/ Location
Maret/March a
CARE YBS DINKES CIANJUR MERCY CORPS YPMK PERDHAKI PROJECT CONCERN WORLD VISION
Kab. Pasir, PenajamKalimantar Timur Jakarta Gekbrong-Cianjur Galur-Jak. Pusat, Penggilingan-Jakut Johar Baru Jak Pusat Cengk. Barat-Jak. Barat dan Tanah Tinggi- Jak Pusat Jakarta Timur dan Utara serta Surabaya TOTAL
b
c
April/April d
a
b
c
Mei/May d
a
b
c
d
10
32
11
10
10
63
23
19
10
108
29
30
8
48
22
9
8
44
20
12
8
44
22
10
10
92
39
15
9
84
42
3
9
69
58
6
3
21
12
3
14
163
65
64
7
77
20
41
2
25
10
1
7
74
27
1
7
83
36
16
14
127
31
45
3
38
13
13
3
39
12
15
83
567
160
232
89
714
211
216
93
628
193
171
130
912
285
315
140
1180
401
328
137
1048
370
289
Keterangan/note : Kolom/column a: # Pos Gizi/NERS b: # anak kurang gizi yang dilayani/malnourish children involved c: # anak yang naik berat badan < 400 gram/gain weigth children <400 gram d: # anak yang naik berat badan >= 400 gram/ gain weigth children >= 400 gram # anak yang berat badan tidak naik dan turun tidak termasuk/ children remain or lost weigth excluded.
Berdasarkan table di atas, maka persentase anak yang kurang gizi dan mengalami kenaikan berat badan >= 400 gram / bulan (ambang batas untuk “mengejar ketertinggalan pertumbuhan”) berkisar antara 27,6% s / d 34,5% seperti pada grafik 2 dibawah ini. Based on the data from the table above, the % of malnourished children who gained weight >= 400 gram / month (a cut of point for “catch up growth”) is 27,6% to 34,5% as described in graph 2 below.
GRAFIK 2: KENAIKAN BERAT BADAN ANAK (%) PERBULAN/ GRAPH 2: GAIN WEIGHT ( % ) PER MONTH
40
31.3
34.5
35.3
34
27.6
27.8
30 KENAIKKAN BB 20 GAIN WEIGHT 10 < 400 GRAM >= 400 GRAM
0 MARET
APRIL
MEI
BULAN / M ONTH
Jaringan Lembaga PD/The PD network: CARE Indonesia; Catholic Relief; Dinas Kesehatan Cianjur; Mercy Corps ; Perdhaki; Project Concern International,; Save the Children; World Vision, Yayasan Aulia, YPSI, YPMA, YBS.
10