50 Jurnal Pharmascience, Vol 2, No. 1, Februari 2015, hal: 50 – 57 ISSN : 2355 – 5386 Research Article
Validasi Metode dan Analisis Penetapan Kadar Sibutramin HCl Pada Jamu Pelangsing dengan KCKT Fase Terbalik *Liling Triyasmono, Rahmi Safitri, Malikhatun Ni’mah Prodi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat *Email:
[email protected] Abstrak Sibutramin hidroklorida (sibutramin HCl) merupakan bahan kimia obat yang sering ditambahkan pada jamu pelangsing. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memvalidasi metode penetapan kadar sibutramin HCl pada jamu pelangsing di Banjarmasin dengan menggunakan RP HPLC dengan detektor UV-Vis. Kondisi analisis menggunakan kolom Eurospher (5 µm, 250mm x 4,6 mm), fase gerak campuran dari kalium dihidrogen fosfat 50 mM dengan asetonitril (pH 5,5 dengan menambahkan asam ortofosfat 10%) (30:70 v/v), kecepatan alir 1 mL/menit pada panjang gelombang 225 nm. Waktu retensi dari sibutramin HCl adalah 4,69 menit. Hasil validasi metode dari linieritas, akurasi dan presisi telah sesuai dengan persyaratan validitas. Linieritas memperoleh koefisien korelasi (r)= 0,998 pada kisaran konsentrasi analisis 100 ppm sampai 300 ppm. Akurasi memperoleh nilai 99,02% hingga 103,73%, dan presisi 3,34% hingga 6,84%. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ) masing-masing 16 ppm dan 53 ppm. Hasil menunjukan bahwa metode validasi ini akurat dan baik diaplikasikan untuk penetapan kadar sibutramin HCl pada jamu pelangsing. Metode penetapan kadar menunjukkan bahwa jamu pelangsing merek A dan merek B mengandung sibutramin HCl dengan kadar masing-masing 15,39 mg/kapsul dan 12,83 mg/kapsul. Kata Kunci: KCKT, Fase Terbalik, validasi metode, sibutramin HCl Abstract Sibutramine hydrochloride (sibutramine HCl) is usually found in slimming traditional medicine as adulterant. The aims of this study were identification and validation method of quantitative determination of sibutramine HCl in slimming traditional medicine in Banjarmasin by reverse phase HPLC (High performance liquid chromatography) with UV-Vis detector. Condition analysis were used a Eurospher column (5 µm, 250 mm x 4,6 mm), mobile phase mixed buffer potassium dihydrogen phosphate 50 mM with acetonitrile (pH 5,5 adjusted with 10% Orthophosphoric acid) (30:70v/v), flow rate 1 mL/minute in 225 nm wave length. The retention time of sibutramine HCl was 4,69 minutes.Validation method result on linierity, accuracy, precision, limit of detection and quantification were effectively performed. The linierity was obtained with a correlation coefficient of 0.998 for analitycal range from 100 ppm to 300 ppm. Accuracy was 99.02% to 103.73%, and precision 3.34% to 6.84%. Limit of detection (LOD) and limit of quantification (LOQ) were found to be 16 ppm and 53 ppm. The results indicated that this validation method were accurate and successfully applied for quantitative determination of sibutramine HCl in slimming traditional medicine. Quantitative determination method showed the slimming traditional medicine brand A and brand B contain sibutramine HCl of 15.39 mg/capsule and 12.83 mg/capsule respectively. Keywords: RP HPLC, method validation, sibutramine hydrochloride. Volume 2, Nomor 1 (2015)
Jurnal Pharmascience
51 I.
makan, rasa haus berlebihan, insomnia, mediatris
PENDAHULUAN
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau campuran dari bahan
gangguan kardiovaskular, serangan jantung dan stroke (Jung et al., 2006). Masih
tingginya
peredaran
jamu
yang
tersebut, yang secara tradisional telah digunakan
mengandung BKO dan besarnya bahaya yang
untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Syarat
ditimbulkan, maka penelitian dilakukan dengan
obat tradisional menurut Permenkes RI No. 007
tujuan untuk mengetahui secara kualitatif dan
Tahun
kuantitatif BKO sibutramin HCl dalam jamu
2012
obat
mengandung
bahan
Riskesdas
2010
tradisional kimia
obat.
tidak
boleh
Berdasarkan pelangsing. Menurut Permata (2012), suatu metode
persentasi
masyarakat
analisis secara kualitatif dan kuantitatif penting
pengkonsumsi jamu setiap tahunnya semakin
untuk dilakukan validasi metode analisis. Hal ini
meningkat. Meningkatnya penggunaan jamu dari
bertujuan untuk menjamin bahwa metode analisis
tahun ke tahun di masyarakat mendorong semakin mampu memberikan hasil analisis yang akurat, banyak industri obat tradisional dan jamu yang
spesifik, dan reprodusibel. Jika validasi metode
bermunculan. Banyaknya industri obat tradisional
telah memenuhi
tersebut membuat pemerintah kesulitan dalam
metode dapat dikatakan akurat untuk menganalisis
melakukan pengawasan terhadap kualitas dan
kandungan sibutramin HCl dalam jamu pelangsing.
peredarannya. melakukan
Hal
ini
kecurangan
mendorong untuk
produsen
meningkatkan
Mengingat masih tingginya peredaran jamu yang mengandung
penjualan dari produknya, salah satunya yaitu pengawasan dengan menambahkan bahan kimia obat (BKO) sibutramin
BKO,
Sibutramin
Hidroklorida
(Sibutramin
menganalisis HCl)
pelangsing.
maka
terhadap HCl,
dalam jamu agar dapat menimbulkan efek yang mengembangkan cepat (instan) (Firdaus and Utami, 2009).
persyaratan parameter maka
penyalahgunaan
beberapa metode
sibutramin Metode
sebagai
upaya BKO
peneliti
telah
kromatografi
untuk
HCl
dalam
jamu
dengan
KLT
analisis
merupakan BKO yang sering ditambahkan dalam (Phattanawasin et al., 2012), KLT-KT (Kamil & jamu pelangsing. Adanya kandungan sibutramin
Naji, 2011) dan KCKT (Ariburnu et al., 2012; Jung
HCl
efek
et al., 2006) dikembangkan untuk mendapatkan
penurunan berat badan yang ditimbulkan akan
metode yang lebih sederhana, cepat, selektif dan
semakin cepat. Sibutramin HCl yang ditambahkan
akurat dalam mendeteksi adanya sibutramin HCl
dalam jamu dapat menyebabkan timbulnya pusing,
dalam obat tradisional. Menurut Ariburnu et
dalam
jamu
pelangsing membuat
mual, diare, meningkatkan denyut jantung, palpitasi, al.(2012), metode KLT dan KLT-KT merupakan meningkatkan tekanan darah, hilangnya nafsu
Volume 2, Nomor 1 (2015)
metode kromatografi yang lebih sederhana, cepat
Jurnal Pharmascience
52 dan akurat dibandingkan KCKT akan tetapi matrik UV-Vis, injektor manual, kolom Eurospher® 100-5 dalam jamu dapat menggangu proses elusidasi
C-18 (4,6 x 250mm), komputer, pompa, wadah fase
sibutramin HCl sehingga memicu terjadinya tailing
gerak, ultrasonikator (Bandelin® Sonorex Digitec),
(berekor). Oleh karena itu, KCKT dipilih agar dapat
pipet volume (Pyrex®), neraca analitik (Adam®),
mengatasi masalah tersebut. Analisis sibutramin
vortex mixer (JEIO® Tech VM 98B), pH meter
HCl
(Jenway® 370), dan alat-alat gelas.
pada
jamu
pelangsing
dengan
KCKT
sebelumnya telah dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis detektor terbaru seperti detektor B. Cara Kerja flouresensi (Ariburnu et al., 2012) dan detektor
1. Pembuatan fase gerak
photodiode array (Jung et al., 2006). Namun, pada
Sebanyak 3,4005g kalium dihidrogen fosfat
metode analisis tersebut detektor yang digunakan
ditambahkan ke dalam labu ukur 500mL kemudian
tidak selalu terdapat di semua laboratorium. Pada
ditambahkan akuabides sampai tanda batas, lalu
penelitian ini dilakukan metode analisis yang lebih
diultrasonikasi (Suneetha & Rao, 2011). Asetonitril
sederhana yaitu dengan meggunakan detektor dicampurkan dengan buffer kalium dihidrogen KCKT yang umum digunakan yaitu detektor UV- fosfat (70:30v/v) dan membuat pH nya 5,5 dengan Vis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
asam ortofosfat 10%. Kemudian diultrasonikasi dan
hasil analisis yang akurat dan cepat yang tidak jauh
disaring
berbeda dengan metode sebelumnya walaupun
(Radhakrishna et al., 2000; Suneetha & Rao, 2011;
menggunakan detektor yang lebih sederhana yaitu
Suthar et al., 2009).
dengan
membran
filter
0,45
µm
detektor UV-Vis. 2. Preparasi larutan baku standar II. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat
Sebanyak 50 mg sibutramin HCl ditimbang kemudian dilarutkan dengan 10 mL fase gerak
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
sebagai pelarut, kemudian divortex selama satu
ini dua merek dagang jamu pelangsing, Akuabides,
menit dengan kecepatan 2500 rpm dan ditambahkan
kalium dihidrogen fosfat (analytical grade, Merck),
pelarut hingga 50 mL, hingga didapatkan larutan
asetonitril (HPLC grade, Merck), asam ortofosfat
baku induk 1000 ppm. Selanjutnya dilakukan
(analytical grade, Merck), sibutramin HCl (99,63%, pembuatan larutan baku kerja dengan penambahan baku pembanding Farmakope), nilon membran
fase gerak menjadi 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm
filter 0,45µg (Wathman®).
dari larutan baku standar. Sebelum dilakukan
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT (Knauer® Isokratik) terdiri dari detektor
Volume 2, Nomor 1 (2015)
analisis
dengan
KCKT,
semua
analit
harus
diultrasonikasi selama 15 menit dengan suhu 25°C
Jurnal Pharmascience
53 dan disaring dengan membran filter 0,45 µm. 5. Kondisi KCKT yang digunakan Larutan baku standar dapat disimpan dalam suhu
Kondisi KCKT untuk analisis sibutramin HCl
5°C yang terlindung dari cahaya (Ariburnu et al., adalah menggunakan detektor UV-Vis dengan 2012).
panjang gelombang 225 nm dan volume injeksi sebanyak 20 µL. Waktu analisis adalah 9,5 menit
3. Preparasi sampel
untuk satu kali pembacaan kromatogram dengan
Sampel yang digunakan adalah dua macam merek
jamu
pelangsing
yang
paling
sering
diperjualbelikan di Banjarmasin. Secara seksama
elusi isokratik. Kolom menggunakan Eurospher C18 (5 µm, 4,6 x 250 mm) dan suhu kolom 25°C dengan kecepatan alir 1
mL
/menit (Suneetha & Rao,
bobot rata-rata dari masing-masing sampel yang 2011; Suthar et al., 2009). sebelumnya telah homogen dengan menimbang serbuk jamu dari 10 kapsul. Kemudian rata-rata 6. Linieritas bobot sampel tiap kapsul dilarutkan dengan fase
Larutan baku kerja dibuat dengan rentang
gerak dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan
konsentrasi 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm
ditambahkan lagi fase gerak sampai tanda batas.
masing-masing sebanyak 20 µL ke dalam sistem
Kemudian
dan
KCKT, dilakukan tiga kali pengukuran. Selanjutnya
diultrasonikasi, lalu disaring menggunakan kertas
ditetapkan kurva linier: y=bx+ a, dimana a adalah
saring dengan dua kali penyaringan, dan dilakukan
intersept (perpotongan dengan garis dengan sumbu
penyaringan ketiga dengan membran filter 0,45 µm
y) dan b adalah slope (kemiringan garis regresi),
(Ariburnur et al., 2012).
kelinieran
larutan
sampel
divortex
kurva
ditentukan
dengan
cara
menghitung koefesien korelasi (r) (Ariburnu et al., 4. Preparasi sampel 80%, 100% dan 120% spiked Larutan standar 300 ppm dipipet dengan
2012). Linieritas diterima apabila nilai r ≥ 0,997 (Ahuja & Rasmussen, 2007).
volume masing-masing sebanyak 2,7 mL, 3,35 mL, dan 4 mL untuk sampel jamu merek A dan 1,6 mL,
7. Akurasi
2,0 mL dan 2,4 mL untuk sampel jamu merek B ke
Akurasi dilakukan bersamaan dengan uji
dalam labu ukur 10 mL kemudian ditambahkan 5
presisi yaitu terhadap larutan sampel yang telah
mL larutan sampel terhadap masing-masing spiked dibuat sebelumnya dengan konsentrasi 80%, 100% ditambahkan fase gerak sampai tanda batas
dan 120%, lalu menyuntikkan masing-masing
(Ariburnu et al., 2012).
sebanyak 20 µL ke dalam sistem KCKT dengan tiga kali pengukuran tiap konsentrasi. Kemudian menghitung nilai % perolehan kembali (% recovery)
Volume 2, Nomor 1 (2015)
Jurnal Pharmascience
54 dari hasil didapatkan dari pembacaan. Akurasi
(Singh, 2013).
diterima jika memenuhi kriteria nilai % recovery 90-107% (Gonzales et al., 2010).
10. Penetapan kadar sibutramin HCl dalam jamu pelangsing
8. Presisi
Melakukan pengulangan pada masing-masing
Presisi dilakukan yaitu dengan keterulangan
sampel yang telah dibuat sebelumnya sebanyak 3
(repeatability) dengan tahap intraday. Caranya
kali. Menyuntikkan masing-masing larutan uji
menyuntikkan masing-masing sebanyak 20 µL tersebut ke dalam sistem KCKT sesuai prosedur larutan
sampel
recovery
yang
telah
dibuat
yang telah dipilih pada uji optimasi. Sebelum
sebelumnya ke dalam sistem KCKT. Uji intraday melakukan penyuntikan, sampel harus melalui adalah melakukan pengulangan tiga kali pada tiap
penyaring terlebih dahulu dengan menggunakan
konsentrasi dan melakukannya pada satu hari yang
membran filter 0,45 µm. Mengamati hasil dari
sama (Ariburnu et al., 2012). Kemudian melakukan kromatogram dan menghitung kadar sibutramin evaluasi hasil yang didapat dengan regresi data HCl dalam jamu pelangsing dengan menggunakan linier dan kemudian menentukan standar deviasi
kurva kalibrasi (Ariburnu et al., 2012).
(SD) dan persentase standar deviasi relatif (%RSD). Presisi
diterima
bila
memenuhi
kriteria
nilai %RSDH ≤ 8,63% (Gonzales et al., 2010).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar sibutramin HCl pada dua jamu pelangsing dilakukan dengan menggunakan KCKT.
9. Batas deteksi dan batas kuantitas
Kondisi KCKT yang digunakan adalah dengan
Uji penentuan batas deteksi (LOD) dan
kolom C-18 dan detektor UV-Vis dengan panjang
batas kuantitas (LOQ) adalah dengan menghitung
gelombang 225 nm, volume injeksi sebanyak 20 µL,
secara statistik melalui garis regresi linier dari
suhu kolom 25°C, kecepatan alir 1
kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama
waktu analisis selama 9,5 menit untuk satu kali
mL
/menit dan
dengan nilai b pada persamaan garis linier y=a +bx, pembacaan kromatogram dan elusi isokratik. sedangkan
dengan
Sebelum penelitian lebih lanjut dilakukan yaitu
simpangan baku residual (Sy/x) (Harmita, 2004).
penetapan kadar sibutramin HCl dalam jamu
Menghitung nilai LOD dan LOQ berdasarkan garis
pelangsing, metode harus divalidasi terlebih dahulu.
regresi linier dari kurva kalibrasi adalah sebagai
Validasi metode dilakukan dengan tujuan untuk
berikut.
memastikan bahwa metode tersebut akurat dan
LOD =
simpangan
dan LOQ =
Volume 2, Nomor 1 (2015)
baku
sama
spesifik, dan reprodusibel. Validasi metode analisis
Jurnal Pharmascience
55 yang dilakukan adalah penentuan linieritas, batas
digunakan
adalah
deteksi dan batas kuantitas, akurasi dan presisi.
Sedangkan
nilai
pada presisi
rentang berdasarkan
90-107%. tetapan
Horwitz harus berada pada %RSDH ≤ 8,63%. Dari hasil yang didapatkan dari kedua uji menunjukan bahwa metode analisis yang digunakan memenuhi kriteria untuk suatu metode analisis yang akurat dan teliti. Hasil dari parameter validasi metode analisis yakni linieritas, batas deteksi dan batas kuantifikasi, akurasi dan presisi yang telah dilakukan secara keseluruhan telah memenuhi persyaratan yang Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa metode sibutramin HCl analisis sibutramin HCl dalam jamu pelangsing Tabel I. Hasil pengujian linieritas dengan tiga kali dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat replikasi digunakan untuk penetapan kadar. Tabel II. Hasil uji akurasi dan presisi dengan spiked 80%, 100% dan 120% dari larutan baku standar 300 ppm terhadap sampel Menutut Ahuja dan Rasmussen (2007), nilai keberterimaan hasil linieritas adalah r ≥ 0,997. Dari hasil
koefisien
menunjukan
korelasi
bahwa
dari
metode
tiga telah
replikasi memenuhi
persyaratan linieritas. Berdasarkan hasil pengujian
Metode penetapan kadar sibutramin HCl pada
linieritas dapat ditentukan nilai batas deteksi (LOD)
jamu pelangsing dilakukan pada dua merek jamu dan batas kuantifikasi (LOQ). Pada metode ini nilai pelangsing yang masih banyak diperjualbelikan di batas deteksi dan batas kuantifikasi adalah 0,016 pasaran di wilayah Banjarmasin. Dari kedua sampel µg/L dan 0,53 µg/L. Batas deteksi dan batas
jamu, dinyatakan untuk jamu merk A merupakan
kuantifikasi
statistik
jamu yang telah dicabut izin edarnya oleh BPOM
melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi
sedangkan untuk jamu merk B merupakan jamu
(Singh, 2013).
yang mencantumkan nomor izin palsu (fiktif).
didasarkan
perhitungan
Menurut Gonzales et al. (2010), nilai %recovery yang dapat diterima untuk konsentrasi yang
Volume 2, Nomor 1 (2015)
Jurnal Pharmascience
56 samping dan kontraindikasi. Hal ini disebabkan karena kebanyakan ditambahkan tanpa takar yang jelas sehingga jika jamu dikonsumsi secara rutin Tabel III. Hasil perolehan kadar sibutramin HCl maka akan sangat membahayakan konsumen. pada tiap kapsul dari sampel Jamu Pelangsing IV. KESIMPULAN Validasi metode penetapan kadar sibutramin HCl dalam jamu pelangsing menggunakan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) memberikan hasil LOD dan LOQ dengan nilai 16 ppm dan 53 Hasil analisis dilakukan dengan membandingkan
ppm, akurasi dengan nilai 99,02-103,73% dan
waktu retensi dan spektrum yang terdeteksi pada
presisi
sampel terhadap larutan standar sibutramin HCl.
menunjukan bahwa metode yang digunakan telah
Sampel dikatakan positif mengandung sibutramin
memenuhi persyaratan syarat validitas. Hasil dari
HCl, bila waktu retensi dari sampel sama dengan
analisis penetapan kadar kedua sampel merek jamu
larutan standar sibutramin HCl. Dari analisis kedua
pelangsing yang digunakan mengandung sibutramin
merk jamu tersebut diperoleh adanya puncak pada
HCl dengan kadar tiap kapsulnya masing-masing
daerah
sebesar 15,39 mg untuk merek jamu A dan 12,83
waktu
menunjukkan
retensi bahwa
4,69
menit.
kedua
Hal
jamu
ini
tersebut
dengan
nilai
3,34-6,84%.
Hasil
ini
mg untuk merek jamu B.
mengandung BKO (Bahan Kimia Obat) sibutramin HCl. Kadar sibutramin HCl yang terhitung pada jamu merk A adalah sebesar 15,39 mg tiap kapsul sedangkan jamu merk B adalah sebesar 12,83 mg tiap kapsulnya. Adanya kandungan sibutramin HCl dalam jamu tersebut menyatakan bahwa kedua jamu tersebut tidak sesuai dengan persyaratan obat tradisional dari Permenkes RI No. 007 Tahun 2012. Adanya kandungan BKO pada jamu sangat berbahaya
karena
kebanyakan
BKO
yang
ditambahkan tergolong obat keras yang dalam pemakaian harus dengan resep dokter sehingga akan
timbul efek bahaya karena adanya efek
Volume 2, Nomor 1 (2015)
DAFTAR PUSTAKA Ahuja, S & H. Rasmussen. 2007. HPLC Method Development for Pharmaceuticals: Volume 8 of Separation Science and Technology- Elsevier Academic Press. United Kingdom. Ariburnu, E., M. F. Uludag, H. Yalcinkaya & E. Yesilada. 2012. Comparative Determination of Sibutramine as an Adulterant in Natural Slimming Products by HPLC and HPTLC Densitometry. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis. 65: 77-81. Firdaus, M. I. & P. I. Utami. 2009. Analisis Kualiatif Paracetamol Pada Sediaan Jamu Serbuk Pegal Linu yang Beredar Di Porwokerto. Pharmacy. 06: 1 González B. G., M. Á.Herrador, A. & G. Asuero. 2010. Intra-laboratory Assessment of Method
Jurnal Pharmascience
57 Accuracy (Trueness and Precision) by Using Validation Standards. Talanta. 82: 1995-1008. Jung, J., M. H. Clausen., & W.W. Weinmann. 2006. Anoretic Sibutramin Detected in a Chinese Herbal Drug for Weight Loss. Forensic Science International. 161 : 211-222.30 Kamil, M. & M.A. Naji. 2009. Determination of Undeclared Chemicals in Herbal Slimming Medicines using HPTLC. VIVECHAN-IJR.02: 1417. Permata, D. 2012. Optimasi Metode Identifikasi Antalgin dan Klofeniramin Maleat Secara KCKT Photoidiode Array setelah Pemisahan dengan Solid Phase Extraction pada Sediaan Serbuk Obat Tradisional. Skripsi Program S-1, Universitas Indonesia, Depok. Permenkes RI, 2012. Permenkes RI : No.007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Radhakrishna, T., Ch. L. Narayana, D. S. Rao., K. Vyas & G. O. Reddy. 2000. LC Method for The Determination of Assay And Purity Of Sibutramine Hydrochloride And Its Enantiomers by Chiral Chromatography. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analyisis. 22: 627-639. Singh, R. 2013. HPLC Method Development and Validation- an Overview. Journal Pharmacy Education Research. 4: 26-33. Suneetha, D & A. L. Rao. 2011. A Stability Indication HPLC Method for The Determination of Sibutramine Hydrochloride in Bulk and Commercial Formulations. International Journal of Research in Pharmacy and Chem. 01: 1-6. Suthar, A.P., S. A. Dubey & S. R. Patel. 2009. A Validated Spesific Reverse Phase HPLC for Estimation of Sibutramine Hidrochloride Monohydrate in Bulk Drug and Capsule Dosage Forms. International Journal of ChemTech Research. 01: 793-801.
Volume 2, Nomor 1 (2015)
Jurnal Pharmascience