V.
PEMODELAN PENJADWALAN
5.1 Asumsi Perhitungan Model Dalam perencanaan penjadwalan produksi ini, digunakan beberapa asumsi berkaitan dengan penjadwalan produksi secara keseluruhan. Pembuatan model dibatasi pada perencanaan produksi harian. Sehingga asumsi ini ditetapkan berdasarkan perencanaan produksi mingguan (MPS mingguan). Oleh karena itu asumsi-asumsi yang ditetapkan bisa dipastikan terlaksana dengan baik. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam pembuatan model penjadwalan ini adalah : 1. Sumber daya manusia selalu tersedia. 2. Selama proses produksi berlangsung, mesin-mesin yang digunakan untuk kegiatan produksi dalam kondisi baik, sehingga peluang terjadinya kerusakan mesin yang menghambat proses produksi sangat kecil dan dapat diabaikan. 3. Selama proses produksi dan penjadwalan produksi, diasumsikan bahwa seluruh bahan baku produksi selalu tersedia dan jumlahnya mencukupi untuk melaksanakan produksi sesuai dengan jadwal produksi yang disusun. Keseluruhan bahan baku yang dimaksud adalah bahan baku produksi, bahan tambahan pangan, bahan kemasan, dan bahan penunjang produksi lainnya. 4. Penyusunan jadwal produksi berdasarkan nilai CR masing-masing produk dan lini produksi yang digunakan untuk memproduksi produk yang bersangkutan. 5. Tidak memproduksi produk yang bertujuan untuk memenuhi pesanan tertentu atau “open tender”, jika ada maka akan dimasukan kedalam sistem sesuai dengan due date produk tersebut.
5.2 Perhitungan Penjadwalan Dalam sistem penjadwalan ini terdapat banyak perhitungan yang digunakan. Perhitunganperhitungan ini digunakan untuk menghasilkan sistem penjadwalan yang lebih baik dari penjadwalan sebelumnya. Herjanto (2007) menyebutkan bahwa urutan penjadwalan merupakan salah satu kunci untuk menghasilkan penjadwalan yang terbaik. Oleh sebab itu dalam sistem penjadwalan ini digunakan dua metode pengurutan yaitu CR dan SPT. Adapun dalam penyusunan jadwal harian sendiri digunakan aturan mesin kritis sebagaiman yang disebutkan oleh Mahfudz (1999), bahwa penjadwalan produksi dapat ditentukan oleh faktor kritis dari proses produksi suatu perusahaan. Dalam sistem penjadwalan ini mesin kritis yang digunakan adalah mesin pengemasan vakum. Pemilihan mesin vakum sebagai mesin kritis didasarkan pada hasil perhitungan yang menunjukan bahwa mesin pengemasan vakum merupakan mesin yang memiliki waktu proses paling lama dibandingkan mesin lainnya dan memiliki aturan yang lebih rumit dibandingkan mesin lainnya. Aturan disini maskudnya adalah aturan penggunaan mesin tersebut, yaitu penggunaan mesin harus benar-benar per-produk tidak seperti mesin lainnya yang memungkinkan digunakan per-item produk, sehingga memungkinkan dilakukan proses secara bersamaan. Adapun perhitungan secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah waktu kerja mesin selama satu periode produksi (per-minggu) Waktu kerja mesin selama satu periode (per-minggu) yaitu waktu kerja mesin yang tersedia selama satu periode tersebut dikalikan dengan waktu yang tersedia selama satu hari kerja.
17
Adapun hari kerja yang tersedia selama satu periode kerja adalah enam hari kerja yang terdiri atas tiga shift untuk lima hari kerja yaitu senin sampai jum’at dan satu shift untuk satu hari kerja yaitu pada hari sabtu. Shift pertama terdiri atas delapan jam kerja, shift kedua terdiri atas enam jam kerja, dan shift ketiga terdiri atas tujuh jam kerja. Hari minggu tidak digunakan untuk produksi, melainkan untuk membersihkan peralatan produksi. Penetapan jam kerja yang tersedia dapat dilihat dari persamaan berikut : Jam Kerja/periode = (Jumlah hari – 2 hari) 21 jam
15 jam
2. Menentukan mesin kritis produksi Untuk penentuan mesin kritis dilakukan simulasi perhitungan kelompok produk pada waktu tertentu. Simulasi perhitungan disini maksudnya adalah menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk pada kelompok tersebut. 3. Merekap jumlah stok gudang produk di gudang produk dan jumlah permintaan dari MPS mingguan Jumlah stok produk yang ada di gudang produk adalah jumlah stok produk yang ada saat tanggal pembuatan jadwal produksi. Selanjutnya dihitung jumlah rencana produksi masingmasing produk dengan menambahkan buffer stock produk. 4. Menentukan Nilai CR produk untuk urutan produksi produk CR (critical ratio) merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk menentukan urutan produksi sebuah produk yang memiliki banyak item produk, pengurutan produksi ini berguna untuk menghasilkan jadwal produksi yang lebih baik. 5. Membuat jadwal produksi harian dalam satu periode Urutan produksi berdasarkan nilai CR kembali diurutkan denagn metode Shortest Processing Time (SPT). Selanjutnya jadwal harian disusun berdasarkan urutan tersebut.
5.3 Tahapan Perhitungan Model Untuk memahami pemodelan ini, berikut tahapan perhitungan model dalam penelitian ini : 1. Konversi satuan permintaan produk Konversi satuan ini berguna untuk memudahkan perhitungan pada tahap selanjutnya. Konversi satuan dilakukan dari satuan pack yang merupakan satuan pada MPS mingguan kedalam karton yang merupakan satuan yang digunakan dalam perhitungan jumlah rencana produksi masing-masing jenis produk. Satu karton terdiri atas beberapa pack produk. Adapun rumus konversi satuan tersebut adalah
Permintaan produk (karton) = produk (pack ) .
satu karton produk (karton) jumlah pack produk (pack )
2. Menentukan jumlah rencana produksi masing-masing produk Jumlah rencana produksi merupakan jumlah produk yang harus diproduksi pada periode tertentu. Jumlah rencana produksi sebelumnya sudah ditetapkan berdasarkan prakiraan produksi atau jadwal induk (MPS) mingguan yang sebelumnya diturunkan dari jadwal induk (MPS)
18
bulanan. Jumlah rencana produksi dari jadwal induk (MPS) mingguan tersebut dikurangi dengan stok gudang kemudian ditmbah buffer stock perusahaan. Buffer stock sendiri sudah ditetapkan oleh perusahaan yang besarnya 15% dari jumlah permintaan atau jumlah rencana produksi (MPS) mingguan. Untuk rencana produksi yang tidak utuh dalam satu batch, maka berlaku pembulatan keatas. Pembulatan ini berlaku untuk menghindari kekurangan produk. Selama proses penentuan jumlah rencana produksi ini digunakan beberapa rumus konversi untuk mempermudah proses pembuatan rencana produksi. Adapun rumus-rumus hitung konversi yang digunakan adalah sebagai berikut : Jumlah produksi (karton) = (jumlah permintaan – jumlah stok produk akhir) + 15% jumlah Permintaan Jumlah produk (pcs) = P . Q . R Keterangan :
P : jumlah produksi (karton) Q : isi per karton (pack/karton) R : isi per pack (pcs/pack)
3. Menghitung nilai critical ratio (CR) Setelah diketahui jumlah produk yang akan diproduksi, selanjutnya dihitung nilai CR. Susunan produksi berdasarkan nilai CR terendah sampai nilai CR tertinggi. Adapun rumus CR adalah sebagai berikut :
CR (%) =
satu produk (karton) jumlah permintaan (pack )
. 100 %
4. Menyusun jadwal harian Tahap berikutnya merupakan penyusunan jadwal harian. Untuk penyusunan jadwal produksi harian, urutan produksi yang telah disusun berdasarkan nilai CR pada perhitungan sebelumnya kembali dikelompokan berdasarkan waktu change over paling minimal. Maksudnya, produk yang sejenis akan dikelompokan dan dibuat susunan produksi baru berdasarkan kelompok tadi. Setelah produk terkelompokan, urutan produksi pada setiap kelompok produk kembali diurutkan dengan metode Shortest Processing Time (SPT). Pengurutan produksi dengan SPT ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu tunggu (idle) ketika proses produksi berlangsung. Pengurutan kembali dengan metode SPT ini dilakukan pada mesin vakum. Hal ini dikarenakan pada perhitungan pendahuluan, mesin vakum merupakan mesin kritis produksi. Urutan produksi yang dihasilkan dari proses pengurutan berdasarkan metode SPT pada mesin vakum ini merupakan urutan produksi terakhir untuk diproduksi. Adapun diagram alir proses pehitungan penyusunan jadwal harian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
19
Start
Jumlah yang harus diproduksi (Urutan produksi berdasarkan nilai CR)
Mengelompokan produk berdasarkan waktu change over
Produk Terkelompokan Tidak
Kesesuaian Kelompok
Ya Menyusun urutan produksi dengan metode SPT di mesin vakum
Urutan produksi sebagai jadwal alternatif produksi
End
Gambar 6. Flowchart Metodologi Penyusunan Alternatif Jadwal Produksi Jumlah produksi yang telah diurutkan dengan metode CR pada perhitungan sebelumnya akan dikelompokan berdasarkan waktu change over produk. Waktu change over produk merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan mesin saat terjadi penggantian jenis produk. Proses ini akan mengelompokan produk yang sejenis dan menggunakan bahan daging yang sama. Pengelompokan terbaik terjadi saat produk benar-benar terkelompokan berdasarkan jenis dan bahan produk tersebut. Oleh sebab itu, setelah dikelompokan akan akan dilihat apakah pengelompokan tersebut merupakan pengelompokan terbaik. Jika pengelompokan dinilai baik,
20
maka proses dilanjutkan dengan penyusunan kembali urutan produksi pada setiap kelompok yang disusun berdasarkan waktu change over produk tadi. Pengurutan dilakukan hanya pada kelompok produk saja, sehingga tidak berpengaruh pada urutan produk secara keseluruhan. Metode pengurutan pada tahap ini menggunakan metode SPT dan dilakukan pada mesin vakum. Proses SPT ini menyusun produk berdasarkan waktu proses terpendek produk tersebut, sehingga produk yang memiliki waktu proses yang lebih cepat akan didahulukan untuk diproduksi. Urutan produksi yang disusun berdasarkan metode SPT ini merupakan urutan produksi yang akan dieksekusi atau sebagai jadwal alternatif produksi harian.
21