V. ANALISIS SISTEM
5.1. ANALISIS SITUASIONAL 5.1.1. Profil Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan secara geografis terletak pada posisi 6019’ - 6047’ Lintang Selatan dan 10601’-1070103’ Bujur Timur. Luas wilayah berdasarkan data terakhir adalah 2.301,95 Km2. Batas-batas wilayah kabupaten Bogor adalah: Sebelah Utara : Kota Depok Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tangerang Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta Sebelah Timur Laut : Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2005, Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 desa/kelurahan, 13.541 RT dan 913.206 rumah tangga. Dari jumlah tersebut 234 desa mempunyai ketinggian sekitar kurang dari 500 m diatas permukaan laut (dpl), 144 desa diantara 500700 m dan sisanya 49 desa sekitar lebih dari 500 m dpl.
5.1.2.
Potensi Manggis Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pengembangan komoditas manggis yang cukup besar, mengingat potensi pengembangan komoditas manggis cukup luas, didukung oleh agroekosistem Kabupaten Bogor yang cocok untuk budidaya komoditas manggis. Pada tahun 2003, Departemen Pertanian telah menetapkan manggis sebagai ssalah satu komoditas unggulan nasional Kabupaten Bogor. Berdasarkan data tahun 2006, Kabupaten Bogor memiliki luas sekitar 299.990 Ha, dengan potensi lahan pertanian seluas 151.296 Ha. Pada luas pertanian tersebut, terdapat pertanaman manggis dengan populasi sebanyak 39.674 pohon, tambah tanam 10.137 pohon dan produksi sebesar 3.467 ton buah manggis. Kabupaten Bogor memiliki bebrapa daerah sentra penghasil manggis, antara lain Kecamatan Jasinga, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya dan Kecamatan Nanggung. (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2007). Tabel 5 menunjukkan jumlah tanaman dan produksi manggis di daerah sentra pada tahun 2005, 2006, 2007(sampai Triwulan II). Panen buah manggis di masing-masing daerah sentra berbeda-beda, tergantung pada umur tanam dan musim. Pada umunya panen dilakukan satu kali dalam setahun (pada musim kemaran) atau dua kali dalam 3 tahun (pada musim hujan) yang disebabkan masa vegetatif yang lama. Data bulan panen manggis daerah sentra dapat dilihat pada Tabel 6.
24
Tabel 5. Jumlah tanaman dan produksi manggis daerah sentra di Kabupaten Bogor Jumlah Tanaman Akhir Jumlah Tanaman Produktif Produksi (Ton) 2005 2006 2007*) 2005 2006 2007*) 2005 2006 2007*) Jasinga 32.029 32.281 46.281 12.420 20.925 14.294 1.721 1.234 408 Cigudeg 5.380 6.135 7.135 1.990 4.316 5.385 177 161 874 Sukajaya 770 1.070 1.150 470 570 570 38 135 710 Leuwiliang 10.200 12.500 24.500 8.100 8.400 6.400 119 723 2.500 Leuwisadeng 6.000 11.500 26.500 3.500 5.500 11.500 82 500 2.400 Nanggung 634 689 5.625 475 485 485 18 44 165 Sukamakmur 5.209 5.209 769 4.048 4.048 4.030 200 3.000 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor *) data sampai (Bulan Juni) 2007 Kecamatan
Tabel 6. Bulan panen di daerah sentra manggis Kabupaten Bogor Kecamatan
Jan
Feb
Mar
Apr √
Bulan Panen Mei Jun Jul Agt √ √
Jasinga Cigudeg √ Sukajaya √ Leuwiliang √ √ √ Leuwisadeng √ Nanggung √ Sukamakmur √ √ Sumber : Profil Manggis Kabupaten Bogor (2007)
Sep
Okt
√ √
Nov
Des
√ √
√ √
√ √
√ √ √
Puncak Panen Juni Januari Des Feb- Mar Nov-Des Nov-Des Februari
5.1.3. Budidaya Manggis Analisis situasional budidaya manggis dilakukan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Budidaya tanaman manggis di Kabupaten Bogor sebagian besar dilakukan dengan menggunakan sistem multikultur dan hanya sedikit yang menggunakan sistem monokultur. Pada umumnya, kebun manggis yang ada di Kabupaten Bogor merupakan warisan yang dibudidayakan secara turun menurun sehingga budidayanya belum dilakukan secara intensif. Kebanyakan petani tidak melakukan pemupukan, pengendalian pemberian obat, sanitasi, pemangkasan ranting maupun pembungkusan buah serta mengabaikan cara pemanenan sesuai dengan yang dianjurkan sehingga Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah, sering ditemukan tumbuh bersama dengan tanaman durian. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m di atas permukaan laut (dpl), suhu optimal berkisar antara 22-23 oC dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun dan kelembaban 80 persen. a.
Penanaman
Tanaman manggis kebanyakan diperbanyak dengan biji, kerena bibit manggis adalah true-totype (identik dengan genetic induknya), batang tegak, kuat, tahan hama dan penyakit serta tidak mudah roboh. Tetapi kini mulai dikembangkan perbanyakan secara vegetatif dengan sambugan.
25
Pertumbuhan bibit lambat, sehingga perlu perawatan khusus, misalnya media harus remah dan subur, mengandung air cukup banyak tetapi tidak menggenang. Pengolahan tanah dilakukan sebelum musim hujan, dengan lubang tanam berukuran 100 x 100 x 50 cm untuk tanah gembur. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama dua minggu sebelum diisi dengan tanah galian bagian atas. Pemberian pupuk diberikan dengan dosis 30 kg untuk pupuk kandang, Urea sebanyak 50 gram, TSP 25 gram, dan KCL 20 gram. Jarak tanam ideal manggis adalah 10 x 10 m untuk tanaman asal biji dan 5 x 5 m untuk tanaman hasil sambungan. Sebagai tanaman pelindung dapat digunakan pisang dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m ditanam dua bulan sebelum tanaman manggis ditanam dan naungan perlu dipertahankan sampai tanaman berumur 2-4 tahun. Untuk menjaga kelembaban tanaman, sebaiknya diberi mulsa secukupnya di sekeliling tanaman. b.
Pemeliharaan
Pemupukan diberikan sesuai dengan umur tanaman, dan dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu setengah dosis sesudah panen dan setengah dosis lagi menjelang berbunga. Pupuk diberikan dalam larutan melingkar sedalam 10-20 cm tepatnya di bawah tepi ujung tajuk. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari pada fase awal pertumbuhan, terutama pada musim kemarau. Interval pengairan dikurangi secara bertahap setelah tanaman berumur diatas 5 tahun. Hama yang biasanya muncul pada tanaman manggis yaitu hama ulat daun (Stictoptera signifera) yang menyerang pada daun muda dan kutu api yang menyerang pada saat tanaman sedang berbunga dan berbuah. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida. c.
Panen
Buah manggis juga dipanen berdasarkan keperluan. Buah manggis yang dipanen pada indeks warna 1 biasanya untuk pasaran yang jauh. Indeks warna 2 dan 3 untuk ekspor, sedangkan indeks warna 4 dan 5 bisa langsung dikonsumsi. Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis. Secara umum buah manggis dapat dipanen setelah berumur 8-10 tahun jika dikembangkan dari biji dengan umur produktif hingga 80 tahun. Namun dengan berkembangnya teknik budidaya sekarang, pohon manggis dengan tinggi hanya 5 meter sudah dapat dipanen pada umur 5-7 tahun. Ciri-ciri buah manggis yang siap panen adalah kulit buahnya berwarna ungu kemerah-merahan atau merah muda. Pemanenan manggis pada tempat budidaya di desa Karacak biasanya dipanen berdasarkan indeks kematangan manggis. Indeks kematangan manggis dapat dilihat pada Tabel 7. d.
Pasca panen
Buah manggis yang telah dipetik juga dapat tetap segar sampai 49 hari jika disimpan dalam ruangan bersuhu 4-6 0C dan dalam suasana yang lembab dan dapat tetap segar sampai 33 hari jika ruang penyimpanan bersuhu 9-12 0C. Kebiasaan petani di daerah sentra ialah hanya melakukan sortasi pada saat harga jatuh terutama saat musim panen. Pada saat harga bagus, petani tidak melakukan sortasi karena sudah merasa cukup dengan harga yang ada.
26
Tabel 7. Indeks kematangan manggis Tahapan
Indeks Kematangan
Ciri
Tahap 0
Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik
Tahap 1
Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen
Tahap 2
Warna kulit buah kuning kemerahan, dengan bercak merah hampir merah. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging
Tahap 3
Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah disarankan dapat dipetik untuk tujuan ekspor. Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor.
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik. Warna kulit buah ungu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap saji.
27
5.1.4. Agroindustri Xanthone Manggis Manggis dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Salah satu diantaranya manggis dapat diolah menjadi xanthone. Xanthone merupakan senyawa yang ada pada manggis yang bermanfaat bagi kesehatan karena banyak mengandung antioksidan dan berfungsi sebagai antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Namun begitu xanthone sekarang banyak digunakan sebagai nama dagang dari ektrak kulit manggis karena xanthone banyak terkandung dalam kulit manggis. Produk ini banyak diminati oleh masyarakat karena khasiatnya yang baik untuk kesehatan. Xanthone banyak terkandung dalam kulit manggis. Berdasarakan penelitian yang dilakukan Pebriyanthi (2010) kandungan xanthone dalam dalam kulit manggis yaitu sebesar 165,90 mg/ 100 ml kulit manggis. Kadar xanthone pada buah manggis merupakan yang paling besar dibandingkan buah lain yang juga memiliki xanthone. Selain itu, kadar xanthone dalam kulit buah manggis merupakan paling besar kadarnya dibandingkan pada bagian manggis yang lain. Proses produksi dari agroindustri xanthone ini diawali dengan mengekstrak xanthone yang terdapat pada kulit manggis. Hal pertama yang dilakukan pada proses ekstraksi ini yaitu pencucian buah manggis. Pencucian dimaksudkan agar kulit manggis terbebas dari segala kotoran yang melekat pada buah. Buah manggis yang telah bersih kemudian dipisahkan antara kulit dengan daging buah. Penggunaan kulit manggis ini dikarenakan bagian ini memiliki kandungan xanthone 27 kali lebih banyak dari daging buahnya. Daging buah
Kulit buah Gambar 8. Kulit buah dan daging buah manggis Kulit manggis yang telah terpisah kemudian mengalami proses pemisahan kembali dengan kulit lunak dan kulit keras (kulit terluar). Pemisahan dilakukan karena penggunaan kulit luar akan membuat rasa dari produk xanthone menjadi pahit. Rasa pahit yang ada disebabkan oleh kandungan senyawa tanin yang relatif lebih banyak pada bagian kulit luar. Kulit bagian lunak yang telah diperoleh selanjutnya mengalami proses penghancuran. Penghancuran dimaksudkan untuk memperkecil ukuran dari bahan sehingga dapat mempercepat pelarutan komponen xanthone dan mengingkatkan rendemen ekstraksi. Proses penghancuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin ekstraktor untuk mempermudah dan mempercepat proses penghancuran seperti ditunjukkan pada Gambar 9.
28
Gambar 9. Mesin ektraktor buah Setelah proses penghancuran maka proses ekstraksi dilakukan dengan mencampurkan bahan dengan pelarut dengan perbandingan 1:2 (b/v). Pelarut yang digunakan saat proses ekstraksi adalah campuran antara pelarut ethanol 70% dan air. Proses ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi. Maserasi adalah teknik yang digunakan untuk mengekstrak senyawa yang diinginkan dengan suatu bahan dengan cara merendam bahan dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan. Proses maserasi pada ekstraksi xanthone kulit manggis ini dilakukan selama 24 jam pada suhu kamar. Waktu perendaman yang cukup lama dimaksudkan agar komponen senyawa xanthone yang terekstrak maksimal. Kulit manggis yang telah mengalami perendaman kemudian mengalami proses pemisahan. Pemisahan adalah tahapan akhir yang dilakukan pada proses ekstraksi yang bertujuan memisahkan ampas dan mendapat senyawa xanthone pada ekstrak kulit manggis. Setelah ekstrak xanthone didapat, selanjutnya akan dibuat produk xanthone. Proses pembuatan produk xanthone diawali dengan pencampuran bahan-bahan seperti ekstrak kulit manggis, madu dan ekstrak rosela hingga homogen. Proses pencampuran berlangsung bersamaan dengan proses pemasakan. Proses pemasakan dilakukan pada sebuah mixing tank berpengaduk. Hal ini dilakukan agar semua bahan tercampur hingga homogen dan tidak ada bahan yang mengendap di dasar tangki pengadukan. Setelah semua bahan tercampur selanjutnya bahan tersebut mengalami proses pemasakan pada suhu 90-95 oC selama 10 menit. Sirup yang telah dipanaskan kemudian didinginkan hingga suhu 80-85 oC untuk selanjutnya ditambahkan perasa sebagai penguat aroma sebesar 1% dari total campuran sirup. Proses pembuatan sirup xanthone manggis dapat dilihat pada Gambar 10. Ekstrak rosela 10%
Ekstrak Xanthone 50%
Madu 40%
Pencampuran Pemanasan pada suhu 90-95 oC Pendinginan t=80-85 oC
Perasa 1% Sirup xanthone Gambar 10. Diagram Alir proses pembuatan sirup xanthone manggis
29
Seluruh bahan yang telah tercampur tersebut kemudian akan diisikan kedalam kemasan botol kaca. Pemilihan botol kaca dimaksudkan agar produk tetap awet dan memperkecil kemungkinan berpindahnya unsur bahan pada produk ke kemasan. Proses pengisian ini dilakukan pada kondisi hangat atau biasa dikenal dengan sebutan hot filling. Metode hot filling ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi produk oleh bakteri. Setelah dilakukan pengisian produk ke dalam botol, selanjutnya botol akan diberi penutup dan disegel serta dikemas dengan menggunakan kemasan karton. Gambar 11 menunjukkan produk xanthone manggis.
Gambar 11. Produk xanthone manggis Produk ini memiliki khasiat dan banyak terkandung berbagai unsur didalamnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pebriyanthi (2010), produk xanthone ini memiliki kadar xanthone sebanyak 46,49 mg/100ml, kadar air sebesar 41,73 %, kadar protein 0.86%, kadar vitamin C 14,08%, total gula 60,41%, dan kadar alkohol 0.85%. Secara umum produk olahan xanthone ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Produk olahan ini juga memberikan nilai tambah yang besar bagi komoditas manggis. Namun masih ada beberapa kendala yang dihadapi industri untuk menjaga kontinuitas produksi seperti karakteristik bahan baku yang bersifat musiman, sentra produksi manggis yang cukup jauh dari lokasi industri, serta harga bahan baku yang fluktuatif.
5.2. PENDEKATAN SISTEM Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi serangkaian kebutuhan dan menghasilkan sistem operasi yang efektif. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu analisa kebutuhan, formulasi masalah, serta identifikasi sistem. Pendekatan sistem dicirikan oleh adanya suatu metodologi perencanaan atau pengelolaan, adanya penggunaan model matematika, berfikir secara kualitatif, optimasi, serta pengaplikasian ke dalam komputer. Pendekatan sistem menggunakan abstraksi keadaan nyata untuk pengkajian suatu masalah. Gagasan utama mengenai pendekatan sistem adalah hubungan timbal balik antar data, model, dan keputusan yang dihasilkan. Titik awal pendekatan tujuan dan fokusnya adalah pada rancangan sistem secara keseluruhan. Tujuan pendekatan sistem adalah untuk mendapatkan suatu gugus alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi.
30
Pendekatan sistem dicirikan oleh dua hal, yaitu (1) mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah, (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan yang rasional (Eriyatno 1999). Tahapan kerja dalam mengkaji suatu permasalahan menggunakan pendekatan sistem dapat dilihat pada Gambar 12. Mulai
Analisa Kebutuhan
Formulasi Permasalahan
Identifikasi sistem
Pembuatan program komputer Tidak Memuaskan Ya Implementasi
Evaluasi Periodik Tidak Memuaskan Ya Selesai
Gambar 12. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem
5.2.1
Analisis kebutuhan
Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Dalam melakukan analisis kebutuhan ini, terlebih dahulu dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan tersebut. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang, dan lain-lain. Analisi kebutuhan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1) Petani a. Kelangsungan usahatani terjamin b. Pendapatan dan kesejahtraan petani meningkat c. Kemudahan pemasaran hasil produksi d. Harga jual yang stabil dan sesuai
31
2) Pedagang/Pemasok Bahan Baku a. Kemudahan memperoleh produk atau bahan baku b. Keuntungan dari penjualan yang optimal 3) Agroindustri a. Kelangsungan perusahaan terjamin b. Ketersediaan bahan baku terjamin c. Kontinuitas produksi d. Permintaan pasar terpenuhi e. Marjin keuntungan yang tinggi f. Kemudahan distribusi dan pemasaran 4) Pemerintah a. Meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara b. Produk memiliki kualitas sesuai standar c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi d. Memperluas kesempatan kerja 5) Konsumen a. Harga produk yang stabil dan terjangkau b. Mutu produk yang sesuai c. Kemudahan mendapatkan produk 6) Investor a. Tingkat keuntungan tinggi b. Pengembalian modal yang cepat c. Resiko investasi rendah
5.2.2
Formulasi Permasalahan
Permasalahan yang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini ialah masih rendahnya daya saing dan nilai tambah dari komoditas manggis. Hal ini banyak disebabkan oleh karakteristik manggis yang kompleks mulai dari pra panen hingga pasca panen. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pra panen pada tanaman manggis antara lain: 1) Masa juvenil manggis yang cukup lama sehingga banyak investor maupu petani yang enggan berinvestasi dalam usaha budidaya manggis 2) Karakteristik manggis yang bersifat musiman. 3) Mutu buah rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil buah dengan ukuran yang kecil dengan warna yang kurang menarik apabila dibandingkan dengan manggis di negara lain. 4) Produktivitas rendah. Hal ini disebabkan kebanyakan umur tanaman manggis di Indonesia sudah termasuk tua. Secara umum mutu buah manggis di Indonesia termasuk di Kabupaten Bogor masih rendah, jumlah buah layak ekspor berkisar 20% dari total produksi. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pasca panen manggis yang berkaitan dengan mutu antara lain. 1) Penampilan kulit buah kurang manarik 2) Terdapat getah kuning pada kulit dalam buah 3) Kelopak buah (sepal) rusak/ mudah rontok 4) Ukuran buah yang kecil dan tidak seragam 5) Buah menjadi keras
32
Beberapa permasalahan di atas menyebabkan banyak buah manggis yang tidak layak ekspor atau bahkan tidak layak konsumsi. Perbedaan mutu antara buah manggis kualitas ekpor dengan buah manggis curah menyebabkan perbedaan harga antara keduanya sangatlah signifikan. Harga jual buah manggis curah sangat rendah dibandingkan buah layak ekspor terlebih lagi pada saat musim panen. Hal ini menyebabkan banyak buah manggis yang tidak termanfaatkan dan menyebabkan petani enggan untuk berinvestasi dalam usaha budidaya manggis. Melihat kondisi tersebut dan permasalahan yang ada, agroindustri diharapkan dapat menjadi solusi untuk memberikan nilai tambah buah manggis dengan mengolahnya menjadi produk. Selain itu juga diharapkan hal ini dapat meningkatkan daya saing komoditas manggis agar dapat menjadi komoditas unggulan baik di pasar lokal maupun di pasar internasional. Namun dalam hal membangun dan merencanakan agroindustri juga banyak hal yang perlu diperhatikan terutama kontinuitas bahan baku, mengingat manggis ini memiliki karakteristik musiman sehingga banyak kajian yang perlu diamati untuk merealisasikan hal tersebut. Sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindusti manggis diharapkan dapat membantu memberikan alternatif-alternatif dalam rangka menentukan pengambilan keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan faktor dan parameter yang berpengaruh dalam sistem.
5.2.3
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhankebutuhan dengan pernyataan khusus dari permasalahan yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut (Marimin 2004). Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram. Dalam tahap ini diidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung dalan perencanaan pengembangan agroindustri manggis.
a.
Diagram Lingkar Sebab Akibat
Diagram sebab akibat menggambarkan interkoneksi antar peubah–peubah penting yang diturunkan dari identifikasi kebutuhan dan masalah yang telah diformulasikan pada suatu sistem tertutup. Hubungan antara komponen tersebut dapat positif atau negatif serta dapat berlangsung searah maupun timbal balik. Selain itu, diagram sebab akibat harus mempertimbangkan komponenkomponen yang digambarkan pada diagram input output. Diagram sebab akibat perencanaan pengembangan agroindustri manggis dapat dilihat pada Gambar 13. b.
Diagram Input Output
Menurut Marimin (2004) hal yang penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (black box). Dalam penyusunan kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu peubah input, peubah output, dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Diagram input output Sistem Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dapat dilihat pada Gambar 14.
33
+
Investasi
Lembaga Keuangan
+
+
Permintaan
Industri Penunjang
+ Daya Dukung Lingkungan
+
+ +
+ Lapangan Pekerjaan
Pendapatan Wilayah
-
_
Agroindustri Manggis
_
+
+
+
Produk Stabilitas Harga Bahan Baku Bahan Baku + Motivasi Petani
+
+ Pendapatan Petani
Gambar 13. Diagram sebab akibat perencanaan pengembangan agroindustri manggis
34
INPUT LINGKUNGAN 1. Kebijakan Pemerintah 2. Kondisi Sosial-Ekonomi 3. Globalisasi Perdagangan OUTPUT DIKEHENDAKI
INPUT TAK TERKENDALI
1. Stabilitas Harga Produk 2. Jaminan Kualitas 3. Perluasan Lapangan Kerja 4. Keuntungan Optimal 5. Ketepatan Pengembalian dana Investasi
1. Produktivitas Lahan 2. Tingkat Bunga Bank 3. Harga Bahan Baku 4. Industri Penunjang 5. Kualitas SDM
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN AGROINDUSRI MANGGIS
INPUT TERKENDALI
OUTPUT TAK DIKEHENDAKI
1. Kebutuhan Bahan Baku 2. Volume Produksi 3. Mutu Produk 4. Jumlah Investasi 5. Sarana dan Prasarana
1. Kelangkaan Bahan Baku 2. Harga yang Fluktuatif 3. Kegagalan Produksi 4. Kredit Macet 5. Investasi Tidak Efisien
MANAJEMEN PERENCANAAN
Gambar 14. Diagram input output sistem perencanaan pengembangan agroindustri manggis
35