i
USULAN PROGRAM KREATIVITASI MAHASISWA KULTUR POLLEN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN ILES-ILES (Amorphopalus muelleri Blume)
BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN
Disusun Oleh: Riska Aprisa
A24070034 (2007)
Siti Khalimah
A24070038 (2007)
Antonius Hari Kristanto A24070001 (2007) Arinal Haq Izzawati N. A24080180 (2008)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan
: Kultur Pollen untuk Mendukung Program Pemuliaan Tanaman Iles-Iles (Amorphopalus muelleri Blume)
2 . Bidang Kegiatan (Pilih salah satu)
: (x) PKM-P ( ) PKM-T
( ) PKM-K ( ) PKM-M
3. Bidang Ilmu (Pilih salah satu)
: ( ) Kesehatan (x) Pertanian ( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial ( ) Humaniora ( ) Pendidikan 4. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Riska Aprissa b. NIM : A24070034 c. Jurusan : Agronomi dan Hortikultura d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Pertanian Bogor e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Andaleb Jalan Babakan Tengah no. 38 /085651399477 f. Alamat email :
[email protected] 5. Anggota Pelaksana Kegiatan
: 4 orang
6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si b. NIP : 19700520 199601 1 001 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Meranti Kampus IPB, Darmaga 7. Biaya Kegiatan Total a. Dikti b. Sumber lain (sebutkan . . . )
: : Rp 10.000.000,:-
8. Jangka Waktu Pelaksanaan
: 4 bulan Bogor, Oktober 2010
Menyetujui, Ketua Dept. Agronomi dan Hortikultura
Ketua Pelaksana Kegiatan
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 11961101 198703 1 003
Riska Aprisa NIM. A24070034
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Dosen Pendamping
Prof. Dr. Ir. H. Yonny Koesmaryono, MS NIP. 19581228 198503 1 003
Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si NIP. 19700520 199601 1 001
1
A. JUDUL Kultur Pollen untuk Mendukung Program Pemuliaan Tanaman Iles-Iles (Amorphopalus mueleri Blume).
B. LATAR BELAKANG Pemulian tanaman secara konvensional telah secara nyata memberikan hasil dalam perbaikan tanaman, namun penerapan teknik ini terasa semakin meningkat tekanannya, seperti penggunaan lahan seleksi yang semakin terbatas, demikian kondisi iklim dan tanah untuk pelaksanaannya. Selain itu tujuan pemulian tanaman juga semakin komplek dan sulit, sehingga semakin terasa diperlukan teknik-teknik baru untuk menciptakan keragaman, mendeteksi dan seleksi keragaman tersebut. Kultur anter merupakan salah satu teknik dasar dalam penerapan bioteknologi untuk pemuliaan tanaman. Dari kultur anter akan didapatkan tanaman haploid. Pembentukan tanaman haploid melalui pembentukan kalus atau androgenesis langsung. Manfaat tanaman haploid dalam pemuliaan tanaman adalah apabila kromosomnya digandakan dengan menggunakan kolkhisin atau melalui fusi protoplas dua tetua haploid yang sama akan diperoleh tanaman 100 % homozigot. Dengan cara tersebut akan menghemat waktu dibanding denga cara seksual melalui penyerbukan sendiri yang memerlukan 5 – 6 generasi, dan dapat mengatasi hambatan adanya incompatibilitas sendiri. Tanaman iles-iles merupkan tanaman triploid yang memiliki biji bersifat apomiksis. Apomiksis adalah perkembangan suatu individu dari sel kelamin yang tidak mengadakan pembuahan, sehingga biji dihasilkan dari pertumbuhan vegetative dan bersifat sama dengan induknya. Oleh karena itu susah dilakukan pemuliaan secara konvensional. Negara-negara seperti Jepang, Taiwan, Hongkong, dan Amerika yang sudah mengonsumsi iles-iles secara komersil tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, dikarenakan keterbatasan negara-negara tersebut untuk membudidayakan tanaman ini. Oleh karena itu, negara-negara tersebut mengimpor iles-iles dari Indonesia dalam bentuk chips. Akan tetapi, di Indonesia sendiri belum banyak petani yang membudidayakannya secara komersil. Sehingga permintaan luar 1
2
negeri pun masih belum dapat terpenuhi. Mereka tidak bersedia membudidayakan iles-iles karena produksi yang lama. Pemuliaan tanaman pada tanaman iles-iles harus dilakukan karena iles-iles merupakan tanaman local Indonesia yang berpotensi untuk menjadi komoditas ekspor utama untuk umbi. Pemuliaan harus dilakukan secara non konvensional dengan menggunakan kultur pollen. Pollen (mikrospora) merupakan sel tunggal dan haploid dari sel kelamin jantan. Pollen ini baik bila digunakan untuk diinduksi mutasi dan manipulasi genetik lain. Diharapkan melalui kultur pollen ini bisa diperoleh tanaman dihaploid melaui penggandaan kromosom. Tanaman dihaploid yang dihasilkan merupakan galur murni dari tanaman iles-iles. Setelah itu, dilakukan pemuliaan berupa tanaman iles-iles yang memiliki keunggulan, umur pendek, menghasilkan glukomannan lebih banyak, dan lain-lain.
C. PERUMUSAN MASALAH 1. Media kultur jaringan berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman dan perlakuan kultur. 2. Tanaman iles-iles dapat dimuliakan melalui kultur pollen 3. Tanaman iles-iles yang bersifat dihaploid dapat diperoleh melalui kultur polen
D. TUJUAN Tujuan dari program ini adalah untuk mendapatkan media kultur jaringan yang cocok untuk kultur polen iles-iles. Setelah didapatkan media yang sesuai, harapannya dari penenelitian ini akan mendapatkan tanaman iles-iles yang bersifat dihaploid untuk mendukung program pemuliaan iles-iles.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan adalah memperbanyak keberagaman tanaman iles-iles yang bersifat unggul, seperti umur pendek dan kandungan glukomannan tinggi.
3
F. KEGUNAAN 1. Dapat digunakan sebagai penelitian awal dari tanaman iles-iles 2. Menambah teknologi baru mengenai teknik pemuliaan iles-iles 3. Konservasi tanaman iles-iles 4. Memperbanyak keberagaman keunggulan tanaman iles-iles, seperti tanaman berumur pendek dan memiliki kandungan glikomannan yang tinggi
G. TINJAUAN PUSTAKA 1) Iles-Iles (Amorphopalus muelleri Blume) Bio-Ekologi Iles-iles Taksonomi Taksonomi tanaman iles-iles menurut Jansen et al. (1996) dan Ashrie (2009) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotiledone
Ordo
: Aracales
Famili
: Araceae
Genus
: Amorphophallus
Spesies
: Amorphophallus oncopphyllus Prain
Sinonim dan Nama Daerah Sinonim dari Amorphophallus muelleri Blume adalah Amorphophallus blumei (schott) Engler (1879), Amorphophallus oncophyllus Prain (1893), dan Amorphophallus burmanicus Hook.f. (1893) (Jansen et al., 1996). Iles- iles memiliki beberapa nama lokal atau daerah diantaranya, badur, badul, cumpleng, walur (Jawa); acung, iles, cocoan oray (Sunda); kruwu, lorkong,
4
labing, subeg bali, subeg leres (Madura); kerubut (sumatera) (Jansen et al. 1996 dan Lingga et al. 1989). Morfologi Ciri khas dari iles-iles adalah adanya bulbil pada setiap cabang daun. Pada fase vegetatif, tanaman iles-iles menghasilkan batang semu yang merupakan tangkai daun (gambar 1). Banyak orang mengira bahwa tangkai tersebut adalah batang. Morfologi iles-iles selengkapnya tersaji pada tabel 1. Tabel 1.
Perbandingan Ciri Morfologi Tanaman Amorphophallus muelleri Blume Macam Ciri Deskripsi Daun Warna
Iles-iles
atau
Hijau muda sampai hijau tua dengan warna tepi daun ungu muda (daun muda), hijau (umur sedang), dan kuning (daun tua) Halus bergelombang Elips dengan ujung daun runcing
Permukaan Bentuk Batang semu atau tangkai daun Warna Hijau muda sampai hijau tua dan terdapat bercak putih kehijauan Permukaan Halus dan licin Diameter 5-50 mm Batang Letak Bersatu disebelah atas umbi, berada di dalam tanah Umbi Batang Warna luar Kuning kecoklatan sampai krem Warna dalam Kuning sampai kuning kecoklatan Bentuk Bulat agak lonjong berserabut akar dengan bangun teratur Permukaan Halus sampai kasar Bobot 50-3 350 g Bulbil Warna luar Coklat Warna dalam Kuning Permukaan Kasar Bobot 1-23 g Letak Pada percabangan tulang daun dan anak daun, diatas percabangan tangkai daun pada umbi batang Bulat simetris sampai lonjong Bentuk 10-50 mm Diameter
5
Bunga Bentuk
Susunan Seludang bunga
Buah
Tangkai
Putik Benang sari Tipe Warna
Bentuk tandan
Seperti tombak ujung tumpul (diameter 4-7 cm), tinggi 10-20.5 cm, uniseksual Seludang bunga, putik, dan benang sari Pendek, membulat, agak tegak, satu buah. Bagian bawah hijau keunguan bercak putih, bagian atas juga bercak putih. Tinggi 20-28 cm dengan diameter 6-8 cm Hijau muda sampai hijau tua berbercak putih kehijauan, tinggi 25-45 cm, diameter 16.5-28 mm, dengan permukaan halus dan licin Merah hati Letak benang sari diatas putik. Benang sari terdiri atas benag sari fertil (bawah) dan benang sari steril (atas). Bagian steril kuning kecoklatan dan bagian fertil hijau.
Berdaging dan majemuk Hijau waktu muda, kuning kehijauan mulai tua, orange sampai merah waktu masak Tandan berbentuk lonjong yang meruncing ke pangkal, diameter 40-80 mm, dan tinggi 10-22 cm 100-450 butir per tongkol buah 2-4 biji per buah 8-9 bulan mulai dari pembungaan
Jumlah buah Jumlah biji Umur masak 1-2 bulan buah Masa dorman biji Sumber: Sumarwoto (2004b)
Gambar 1. Batang Semu Iles-iles Ekologi Iles-iles merupakan salah satu tanaman tahunan yang dapat tumbuh secara liar di daerah tropis sampai sub tropis. Iles-iles dibudidayakan secara tumpang sari
6
di bawah tanaman hutan, kelapa, dan jati. Iles-iles juga dapat ditemukan dibawah rumpun bambu, tepi sungai, semak belukar, dan tempat-tempat di bawah naungan. Tanaman ini membutuhkan naungan dalam siklus hidupnya, yaitu sebesar 5060% (Kasno et al., 2007). Menurut Sumarwoto dan Widodo (2008), di lapang, iles-iles banyak didapatkan pada naungan bervariasi antara lahan terbuka sampai sekitar 90% naungan. Menurut Jansen et al. (1996); Santosa dan Sugiyama (2008); Kasno et al. (2007); Lingga et al. (1989), Iles- iles tersebar pada ketinggian tempat dengan kisaran 0-900 m dpl dengan curah hujan 1 000-1 500 mm/tahun, atau 300-500 mm/bulan dengan suhu optimum 25-350 C. Pada dasarnya iles-iles dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, kecuali pada tanah rawa dan payau. Namun, iles-iles dapat tumbuh baik pada tanah berstruktur gembur dan kaya akan humus serta hara, bertekstur liat berpasir yang dalam, berdrainase baik, dan memiliki kisaran pH antara 6-7.5 (Jansen et al., 1996). Sumarwoto (2004) dan Kasno et al. (2007) menambahkan bahwa iles- iles juga mampu tumbuh pada tanah agak asam sampai netral.
Penyebaran Jenis liar iles-iles ditemukan dari Kepulauan Andaman ke arah timur terus ke Burma (Myanmar) masuk ke Thailand bagian utara dan ke arah tenggara ke Indonesia (Sumatra, Jawa, Flores dan Timor). Jenis ini sudah dibudidayakan secara luas di Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur (Jansen et al., 1996).
Perbanyakan dan Perkembangbiakan Iles-iles dapat diperbanyak melalui biji, umbi, bulbil dan dengan kultur jaringan. Biji, umbi, dan bulbil memiliki masa dormansi yang relatif sama yaitu 56 bulan, sehingga harus dilakukan pematahan dormansi agar bahan tanam tersebut dapat segera tumbuh. Perbanyakan dengan umbi diperlukan umbi yang berumur 2-3 tahun. Kerugian dari perbanyakan dengan umbi adalah dibutuhkannya sejumlah besar umbi (kira-kira dapat mencapai 25% dari hasil panen). Bulbil juga dapat ditanam seperti umbi-umbi kecil. Satu hektar Amorphophallus muelleri Blume dapat menghasilkan kira-kira 50 000 bulbil dan 1.8 juta biji (daya
7
berkecambah sekitar 60%), sedangkan kultur jaringan masih dalam taraf percobaan (Jansen et al., 1996). Iles-iles memiliki dua siklus hidup, yaitu fase vegetatif dan fase generatif yang dipisahkan oleh masa dorman. Fase vegetatif diawali dari penunasan, kemudian tumbuh akar pada dasar tunas diatas umbi, diikuti dengan batang dan daun. Pada musim kemarau batang dan daunnya mengering. Pada saat ini kondisi tanaman dorman. Hal ini akan berlangsung selama musim kemarau (6 bulan). Jika musim hujan tiba, tanaman akan memasuki fase vegetatif berikutnya atau fase generatif. Apabila mengalami fase vegetatif tanaman akan tumbuh batang dan daun, tetapi jika mengalami fase generatif tanaman akan menghasilkan biji (Jansen et al., 1996).
Kegunaan Umbi
iles-iles
mengandung
glukomannan
yang
cukup
tinggi.
Glukomannan adalah polisakarida hidrokoloid yang terdiri dari residu D-glukosa dan D-mannosa (Widjanarko, 2008). Glukomannan dapat digunakan sebagai bahan perekat, makanan, kosmetik, kertas, dan obat- obatan (Jansen et al., 1996; Long dan Lin, 1998). Selain itu umbinya juga dapat dibuat asam dan alkohol. Semua jenis Amorphophallus berpotensi sebagai tanaman hias. Umbi iles-iles sangat jarang digunakan untuk konsumsi langsung karena mengandung kristal kalsium oksalat yang menyebabkan rasa gatal, sehingga sering dibuat gaplek atau tepung. Komposisi kimia umbi dan tepung iles-iles dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Kimia Umbi Segar dan Tepung Iles-iles Analisis Air Glukomannan Pati Protein Lemak Serat berat Kalsium Oksalat Abu Logam berat (Cu) Sumber: Arifin 2001
Kandungan per 100 g conth (bobot basah) Umbi segar (%) Tepung (%) 83.3 6.8 3.58 64.98 7.65 10.24 0.92 3.42 0.02 2.5 5.9 0.19 1.22 7.88 0.09 0.13
8
Di Jepang iles-iles sebagai bahan baku utama konyaku, oleh karena itu umbinya dibuat keripik untuk dapat diekspor ke Jepang. Keripik ini diproses lebih lanjut untuk dapat diperoleh glukomanannya. Di Singapura glukomanan sudah dibuat tablet untuk diet. Iles-iles di Filipina dan India, semua bagian tumbuhan juga digunakan sebagai pakan ternak. Banyak manfaat iles-iles dalam pengobatan tradisional yaitu sebagai obat disentri, sakit telinga, kolera, masalah pernafasan, untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol, untuk obat sakit rematik dan masalah pencernaan. 2) Kultur Pollen Secara konvensional, untuk menghasilkan suatu varietas unggul dengan sifat-sifat yang diinginkan perlu di tempuh prosedur penelitian yang sistemik, mulai dari pemilihan tetua , persilangan, seleksi galur, pengujian daya hasil dan perbanyakan benih, diakhiri dengan pelepasan varietas uggu, sehingga memerlukan waktu 7-10 tahun (Fehr, 1987). Untuk mempercepat perakitan varietas unggul harus diterapkan suatu kombinasi prosedur pemuliaan konvensional dengan prosedur bioteknologi. Salah satu prosedur alternatif yang dianjurkan dalam perakitan varietas baru adalah penggunaan system haploid, yaitu dengan terlebih dahulu membuat galur diploid homozigot atau galur murni dengan jalan menggandakan kromosom dari individu haploid (Croughan, 1995). Pemuliaan pada tanaman menyerbuk sendiri ditujukan untuk mendapatkan galur-galur murni yang hamper mendekati 100% homozigot dengan sifat-sifat yang unggul. Umumnya galur-galur murni tersebut diperoleh dengan cara persilangan yang diikuti oleh serangkaian proses seleksi pada tiap generasi, misalnya pada metode pedigree. Dengan menggunakan system haploid, proses pemuliaan untuk memperoleh galur-galur murni yang lama tersebut dapat lebih singkat melalui satu sampai dua generasi saja. Pada pemuliaan dengan cara menyilangkan (cross breeding) dimana sejumlah [n] gen independen (unlinked) terlibat, kemungkinanuntuk memperoleh individu homozigot yang spesifik pada generasi F2 adalah (1/2)n untuk system haploid. Oleh karena itu pada system haploid, efisiensi seleksi meningkat secara nyata jika n meningkat (Oono, 1997; Chung,1992; Sun dan Zhao, 1992). Galur
9
dapat diseleksi dari populasi haploid ganda yang homogen dan homozigot. Jadi hasil rekombinasi dari persilangan difiksasi sebagai galur-galur homozygot dan galur harapan diseleksi berdasarkan sifat agronominya. Populasi tanaman yang diseleksi juga akan lebih sedikit. Populasi haploid ganda minimum yang diperlukan untuk evaluasi bervariasi tergantung dari jumlah gen untuk diseleksi. Jika perbedaan pada tetua persilangan adalah sejumlah n gen dan dasumsikan tidak terpaut, maka minimum sebanyak 2n tanaman harus ditanam agar semua genotype homozigot dapat terwakili, sementara dengan pemuliaan konvensional diperlukan sebanyak 4n tanaman. Selain itu, tanaman haploid ganda yang terseleksi juga dapat digunakan sebagai tetua bagi pembentukan hibrida F1 (Oono, 1997; Dewi et al., 1996; Masyhudi, 1994; Chung, 1992) Galur murni dari tanaman haploid yang kromosomnya digandakan dapat diperoleh secara in vitro, antara lain dengan kultur anther (Dewi et al., 1996)
H. METODE PELAKSANAAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Febuari-Juni 2011 di Laboratorium Bioteknologi Wing 8 Level 6 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
2. Bahan dan Alat Alat-alat yang akan digunakan laminar, alat sterilisasi (autoclave), botol selai, gelas ukur, pipet, labu erlenmeyer, kompor, jas laboratorium, masker, pinset, scalpel, gunting, panci, plastik transparan, karet, spidol marker, handsprayer, bunsen (pembakar), alat tulis, tissue, dan timbangan digital. Sementara bahan yang diperlukan adalah media N6, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), pollen iles-iles, agar-agar swallow, aquades, alkohol 90%, dan sabun cuci tangan dan alat 3. Rancangan Percobaan Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiap perlakuan terdiri dari 10 botol dan ulangannya sebanyak 3 ulangan., sehingga
10
terdapat 240 botol. Setiap ulangan terdiri atas satu cawan petri berisi + 150 pollen. Perlakuan yang diberikan pada media induksi kalus yaitu N6 + 0.5 mg NAA dan 0.125 mg/l kinetin, N6 + 1 mg/l NAA dan 0.25 mg/l kinetin, N6 + 1.5 mg/l NAA dan 0.375 mg/l kinetin, N6 + 2 mg/1 NAA dan 0.5 mg/l kinetin, N6 + 2 mg/l NAA dan 0.125 mg/l kinetin, N6 + 1.5 mg/l NAA dan 0.25 mg/l kinetin, N6 + 1 mg/l NAA dan 0.375 mg/l kinetin, N6 + 0.5 mg/l NAA dan 0.5 mg/l kinetin. Model linear yang digunakan adalah: ψij = µ + αi + εij Dengan i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 j = 1, 2, 3 Keterangan ψij = Nirespon perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ
= Nilai tengah pengamatan
αi = Faktor pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat percobaan ke-j dan perlakuan ke-i
4. Peubah dalam penelitian Peubah yang diukur untuk menentukan keberhasilan penelitian adalah mutu kalus iles-iles yang dihasilkan yang diukut berdasarkan pengukuran, panjang permukaan kalus, lebar permukaan kalus, bentuk kalus (remah atau kompak), tipe kalus, dan warna kalus. 5. Pelaksanaan a. Persiapan bahan tanam Memilih bunga iles-iles yaitu bunga iles-iles dari pohon yang telah berbuah dan bebas dari hama dan penyakit. Mengambil beberapa beberapa ukuran kuncup bunga, diperiksa tingkat perkembangan polen. Bunga yang telah disterilisasi dengan clorox 5 %, Kemudian diberi perlakuan suhu antara 5-100C selama 10 hari. Kemudian bunga yang telah disterilisasi dicuci dengan aquades 3 kali. Kelopak bunga dan mahkota bunga dibuka dengan hati-hati dan diisolasi (Muslim, 2009). b. Penanaman
11
Anther dimasukkan ke dalam media cair dan dibiarkan terapung sampai dehiscent. Saring media dan pollen dengan filter 40 mm untuk tembakau, kemudian ditaburkan ke media. Kemudian pollen yang ditaburkan di atas media akan tumbuh menjadi kalus. Kemudian dilakukan pengukuran.
I. JADWAL KEGIATAN Waktu (Bulan ke-) Kegiatan I
II
III
IV
Pengadaan bahan dan Alat Pencarian bahan pustaka Pengamatan Rutin Pengolahan data Analisis dan kesimpulan Laporan Akhir PKMP
J. RANCANGAN BIAYA Bahan Habis Pakai Bunga Iles- iles
30 buah x @ Rp 30000
Rp
900.000
Alkohol 90%
5 liter x @Rp 35.000
Rp
175.000
Aquades
10 liter x @ Rp 1.000
Rp
10.000
Media N6
18 liter x @ Rp 35000
Rp
630.000
Agar Swallow
126 bungkus x @ Rp 3.000 Rp
378.000
Zat Pengatur Tumbuh
10 mg x @ Rp 10.000
100.000
Rp
Biaya Listrik
Rp 1.000.000
Biaya Air
Rp
Sub Total
Rp. 3.793.000
600.000
Peralatan Penunjang PKM Gelas piala Peralatan Kultur Jaringan
5 buah x @ Rp 20.000
Rp
100.000
+
12
Scalpel
5 buah x @ Rp 15.000
Rp
75.000
Pinset
5 buah x @ Rp 5.000
Rp
25.000
Gunting
5 buah x @ Rp20.000
Rp
100.000
Gelas piala
5 buah x @ Rp 5000
Rp
25.000
Pengaduk plastik
5 buah x @ Rp 5.000
Rp
25.000
Cawan Petri
15 buah x @ Rp 10.000
Rp
150.000
Handsprayer
5 buah x @ Rp 20.000
Rp
100.000
Botol selai
160 buah x @ Rp 2.500
Rp
400.000
Labu Erlenmeyer
5 buah x @ Rp 250.000
Rp 1.250.000
Gelas ukur
5 buah x @ Rp150.000
Rp
750.000
Corong
5 buah x @ Rp5.000
Rp
25.000
Teko penakar
5 buah x @ Rp30.000
Rp
30.000
Pembakar Bunsen
5 buah x @ Rp100.000
Rp
500.000
Jas laboratorium
5 buah x @ Rp 50.000
Rp
250.000
Masker
5 buah x @ Rp 2.000
Rp
10.000
Tisu gulung
2 buah x @ Rp 4.000
Rp
8.000
Spidol marker
5 buah x @ Rp 6.000
Rp
30.000
Sabun tangan
1 buah x @ Rp 2.000
Rp
2.000
Sabun cuci
1 sachet x @ Rp 1.000
Rp
1.000
Sewa tempat Laboratorium
4 bulan x @ Rp 200.000
Rp
800.000
Sub Total
+
Rp 4.656.000
Perjalanan Sub Total
Rp 151.000
Lain-lain Pertemuan penyusunan proposal
Rp
200.000
Penelusuran pustaka
Rp
300.000
Penggandaan laporan
Rp
300.000
Seminar hasil
Rp
300.000
Pembuatan poster
Rp
300.000
Sub Total
Rp 1.400.000
Total
Rp. 10.000.000
+
13
K. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.A. 2001. Pengeringan Keripik Umbi Iles-iles secara Mekanik untuk Meningkatkan Mutu Keripik Iles. [Tesis]. Bogor: Teknologi Pasca Panen. PPS IPB. Ashadi, R. W. dan Mardiah, 2006, Utilization of Amorphophallus Oncophyllus for Decreasing Blood Sugar on Hyperglycaemic Rat, Bogor: Faculty of Agribusiness and Food Technology, Djuanda University. Chung, G.S. 1992. Anther culture for rice improvement in Korea. P. 8-37. In K. Zheng and T. Murashige (Eds.). Anther Culture for Rice Breeders. Seminar and Training for Rice Anther Culture at Hangzhou, China. Croughan, T. P. 1995. Anther culture for double haploid production. P. 134-154. In O. L. Gambong and G. C. Philips (eds.). Plant, Cell, Tissue, and Organ Culture. KLuwe Acad. Publ. Netherland. Dewi, I. S., I. Hanarida, and S. Rianawati. 1996. Anther culture and its application for rice improvement program in Indonesia. Indon. Agric. Res. Dev. J. 18: 51-56. Fehr, W. R. 1987. Principle of cultivar Development. Vol. I., McGraw-Hill, inc, NY. 536 p. Hanif, Z. 1991. Pengaruh Cara Pengeringan dan Cara Ekstraksi terhadap Rendemen dan Mutu Tepung Mannan Umbi Iles-iles Kuning (Amorphophallus oncophyllus Prain). [Skripsi]. FATETA. IPB. Irawati, T. 1985. Standar dan Metoda Analisis Iles-iles. [Karya Ilmiah]. Bogor: Pusbinlat Idustri Sekolah Analisis Kimia Menegah Atas, Departemen Perindustrian. Jansen, P. C. M., C. Van Der Wilk, dan W. L. A. Hetterscheid. 1996. Amorphophalus Blume ex. Decaisne. In M. Flach and F. Rumawas (Eds). PROSEA: Plant Resources of South- East Asia. No. 9. Plant Yielding Non Seed Carbohydrates. Backhuys Publisher. Kriswidarti, T. 1980. Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl) kerabat bunga bangkai yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat. Buletin Kebun Raya. Masyhudi, M. F. dan S. Rianawati. 1995. Pengaruh genotipe hibrida dan media terhadap indduksi kalus dan generasi tanaman pada kultur antera padi. J. Biol. Indon. 1: 58-64. Muslim, A. 2009. Kultur seerbuk sari (pollen culture). Blog invitro. Blogspot.com. [16 Agustus 2010]
14
Oono, K. 1981. In vitro method applied to rice. P. 273-298. In T. A. Thorpe (Ed.). Plant Tissu Culture: Methodes and applications in agriculture. Acad. Press, Inc., New York. Outsuki, T. 1968. Studies on reserve carbohydrates of flour Amorphophallus species, with special reference to mannan. Botanical Magazine Tokyo 81: 119-126. Perum Perhutani. 1995. Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus). Surabaya: Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Purwadaria, H.K. 2001. Pengembangan Proses Fraksinasi untuk Meningkatkan Mutu Tepug Iles-iles (Konjac Flour) untuk Ekspor. [Laporan Akhir Tahun RUT VIII-1 Tahun Anggaran 2001]. Bogor: FATETA IPB. Rijono. 1999. Buku Pengelolaan Tanaman Iles-iles (Amorphophallus onchophyllus). Madiun: Perum Perhutani KPH Saradan, Madiun, Jawa Timur. Rosman, R., Hobir, dan R. Suryadi. 1994. Tanaman Iles- iles. Edisi khusus Littro. Sait, S. 1995. Mutu umbi iles-iles liar (Amorphophallus oncophyllus) Jawa sebagai bahan baku industri. Warta AKAB 6: 15-21. Sugiyama, N. and Santosa, E. 2008. Edible Amorphophallus in IndonesiaPotential Crops in Agroforestry. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Suhirman, S., S. Yuliani, E. Imanuel, dan M.P. Laksmanahardja. 1995. Penelitian Pengolahan Lanjut dan Penganekaragaman Hasil Tanaman Iles-iles. [Laporan Hasil Penelitian Tanaman Industri]. Bogor: BALITRO. Sumarwoto. 2005. Iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume); Deskripsi dan Sifat-sifat Lainnya. Yogyakarta: Biodiversitas VI (3): 185-190. Syaefullah, M., 1990. Studi Karakteristik Glukomanan dan Sumber “Indegenous” Iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) dengan Variasi Proses Pengeringan dan Dosis Perendaman. [Tesis]. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
15
L. LAMPIRAN 1. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA KELOMPOK Ketua Kelompok Nama lengkap
: Riska Aprisa
NRP
: A24070034
Tempat, tanggal lahir
: Pangkalan Bun, 27 April 1989
Departemen/Fakultas
: Agronomi dan Hortikultura/Pertanian
Universitas
: Institut Pertanian Bogor
Waktu untuk kegiatan PKM
: 7 jam/minggu Tanda Tangan,
Riska Aprisa NIM. A24070034
Anggota Kelompok a. Nama lengkap
: Siti Khalimah
NRP
: A24070038
Tempat, tanggal lahir
: Pemalang, 30 Juli 1989
Departemen/Fakultas
: Agronomi dan Hortikultura/Pertanian
Universitas
: Institut Pertanian Bogor
Waktu untuk kegiatan PKM
: 7 jam/minggu Tanda tangan,
Siti Khalimah NIM. A24070038
16
b. Nama lengkap
: Antonius Hari Kristanto
NRP
: A24070001
Tempat, tanggal lahir
: Punggur, 26 Januari 1990
Departemen/Fakultas
: Agronomi dan Hortikultura/Pertanian
Universitas
: Institut Pertanian Bogor
Waktu untuk kegiatan PKM
: 7 jam/minggu Tanda tangan,
Antonius Hari Kristanto NIM. A24070001
c. Nama lengkap
: Arinal Haq Izzawati N.
NRP
: A24080180
Tempat, tanggal lahir
: Magetan, 23 Oktober 1990
Departemen/Fakultas
: Agronomi dan Hortikultura/Pertanian
Universitas
: Institut Pertanian Bogor
Waktu untuk kegiatan PKM
: 7 jam/minggu Tanda tangan,
Arinal Haq Izzawati N. NIM. A24080180
17
II. Nama dan Biodata Dosen Pendamping 1.
Nama lengkap dan gelar
: Edi Santosa
2.
Fakultas/Departemen
: Fakultas Pertanian
3.
Perguruan Tinggi
: Institut Pertanian Bogor
4.
Bidang Keahlian
: Pangan
5.
Waktu untuk kegiatan PKM
: 4jam/minggu Tanda tangan
Dr. Ir. Edi Sabtosa, M.Si. NIP. 19700520 199601 1 001