Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
ISSN 1411-3570
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI KELAS VII SMP NEGERI 25 PEKANBARU (Using Cooperative Learning STAD Model To Improve Writing Skill Of The First Year Students At SMPN 25 Pekanbaru) DARUSMAN AR*) *)
Dosen FKIP Universitas Islam Riau ABSTRACT This study was designed to improve the students’ writing skills using cooperative learning Students Teams Achievemenet (STAD) Model. The research problems formulated to find out using cooperative learning Students Teams Achievemenet (STAD) Model) to improve students writing of first year at SMPN 25 Pekanbaru. The design of the study was Classroom Action Research involving a collaborative teacher in the teaching learning process and in observation. The subjects of the study were the first year students at SMPN 25 Pekanbaru. This study focused on writing. The findings show that after applying STAD for two cycles in this study, the two criteria of success were achieved. The students made improvement in their writing. It was indicated by the increase of the mean score of students’ writing from 63 in preliminary study, 66 in Cycle I and finally 72 in Cycle II. The percentage of students who got equal or higher than 70 for their writing also increased from only 20.6 % in preliminary study, 75.8 % in Cycle I to 96.5 % in Cycle II. The students’ involvement in the writing process improved, too. It was shown by the percentage of the students’ participation in every stage of STAD. In Cycle I, only 75.8% of the students were actively involved in all stages of STAD while there was 96.5% of the students doing so in Cycle II. STAD by following three stages of pre-, during and post tasks/language focus implemented in this study was effective in improving the students’ writing skill. Keywords: Students Teams Achievemenet (STAD) Model, writing skill
PENDAHULUAN
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yang harus dilatihkan oleh guru kepada siswa. Untuk itu guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa guru dalam memberikan pembelajar an menulis lebih banyak teori daripada melatih keterampilannya. Selain itu, guru dalam menyampai kan pembelajaran masih mengguna kan pembelajaran model yang kurang bervariasi sehingga siswa tidak aktif sedangkan guru berdiri di depan kelas menjelaskan materi pelajaran. Dengan keadaan seperti di atas 169 161
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
suasana kelas tidak menyenangkan. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan nya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi adalah dengan menggunakan suatu model pembelajaran yaitu model konteks tual yang dijadikan salah satu acuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006). Model kontekstual bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih kreatif dalam mengembangkan kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Peningkatan kemampuan menulis dapat diketahui dari hasil penilaian teks proses pembelajaran dan penilaian di akhir pembelajaran. Aspek penilaiannya antara lain: kesesuaian isi dan ejaan (huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma). Berdasarkan pengalaman diperoleh penulis dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 25 Pekanbaru, penulis menemukan gejala di lapangan antara lain: (1) siswa merasa bosan dengan metoda ceramah yang selama ini digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. (2) nilai hasil belajar siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi belum mencapai sesuai nilai KKM-nya. Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi kurang bergairah sehingga siswa tidak terampilmenggunakan kemampuannya dalam mengikuti
ISSN 1411-3570
pembelajaran menulis. Hal itu perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dalam pembelajaran ini, siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat/lima orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembalajaran bahasa Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2008 : 16 – 19) tahapan PTK adalah: 1). Perencanaan.Dalam tahap ini penelitian menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan; 2) Pelaksanaan.Tahap kedua dari penelitian tindakan merupakan penerapan isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas; 3) Pengamatan.Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya; 4) Refleksi. Tahap ke empat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan dialog untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang perlu diperbaiki. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 25
162 169 162 170
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
Pekanbaru, yang berjumlah 29 orang siswa, terdiri atas 14 orang siswa Laki-Laki dan 15 orang siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dengan maksud penelitian ini berusaha memaparkan tentang gejala-gejala yang terjadi pada saat penelitian ini dilaksanakan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2009) terdiri atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Persiapan. Pada tahap ini disiapkan materi yang akan disajikan dalam pelajaran, menentukan skor dasar siswa dan membagi siswa ke dalam kelompok kooperatf. Materi yang akan disajikan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dirancang sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan bentuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, terlebih dahulu dibuat lembar kerja yang akan dipelajari siswa di dalam kelompok-kelompok kooperatif. 2. Penyajian Materi Pelajaran. Kegiatan ini dimulai dengan pendahuluan yang tujuannya untuk menginformasikan hal-hal penting dalam pembelajaran seperti menyampaikan tujuan pembelajaran menjelaskan teknis pelaksanaan model pembelajaran .
ISSN 1411-3570
agar siswa termotivasi, menjelaskan materi pembelajaran yang ingin dicapai, selanjutnya siswa menyelesaikan soal dengan bimbingan guru. 3. Kegiatan Kelompok. Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor kegiatan kelompok. Guru memberikan lembaran kerja siswa (LKS) pada setiap kelompok sebagai bahan yang akan didiskusikan, mereka bekerja bersama, saling membantu untuk menyelesaikan tugas. 4. Evaluasi. Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan oleh guru, skor yang diperoleh setiap siswa, selanjutnya akan diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang disumbangkan sebagai skor kelompok.
5. Penghargaan Kelompok. Penghargaan kelompok dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a). Menghitung skor individu dan skor kelompok. Perhitungan skor individu ditujukan untuk menunjukkan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu dengan tes akhir. Dengan cara ini setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
171 163 163 170
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
ISSN 1411-3570
Tabel 1. Kriteria Nilai Perkembangan Individu No 1 2 3 4 5
Skor Test Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar Sama dengan skor dasar 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar)
b). Pemberian penghargaan kelompok Skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang disumbang kan anggota kelompok. Dalam
Nilai Perkembangan 5 10 20 30 30
menentukan kriteria pengharga an kelompok, peneliti mengguna kan kriteria yang ditetapkan Ratumanan dalam Trianto (2007:56).
Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok
Rata-rata Nilai Perkembangan Kelompok 5 – 14 15 – 24 25 – 30
Untuk menentukan nilai ratarata perkembangan kelompok dalam penelitian ini peneliti hanya menghitung jumlah nilai individu yang mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus. Siswa yang tidak hadir tidak diikutsertakan dalam perhitungan nilai rata-rata kelompok. 6.
Perhitungan skor ulang
Setelah satu periode diadakan penilaian atau dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru, Dalam penelitian ini ada tiga indikator permasalahan yang dibatasi : (1) aspek mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung dalam teks wawancara, (2) aspek mengubah teks wawancara menjadi narasi, (3) aspek menyunting narasi
Kriteria Baik Hebat Super
Nugroho dan Sutopo (2006:123 mengatakan wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditanyakan pada layar televisi. Sebelum mengubah teks wawancara menjadi narasi terlebih dahulu kita harus mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan apa yang diujarkan atau kalimat yang langsung diucapkan oleh sumbernya. Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang melaporkan ujaran orang atau mengulangi ucapan orang lain (Subagyo,2004). Karangan narasi 164 171 164 172
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
adalah karangan yang mengungkap kan suatu kejadian urut (kronologis) (Nugroho dan Sutopo, 2006:123). Setelah selesai penulisan narasi maka narasi tersebut disunting artinya ditulis dengan benar sesuai dengan sistematikanya menurut EYD. Analisis keberhasilan tindakan dilakukan pada skor hasil belajar sebelum tindakan (skor dasar) dan sesudah tindakan (skor hasil Tes 1 dan skor hasil Tes 2). Ada dua cara yang akan dilakukan yaitu analisis ketercapaian KKM dan analisis sebaran skor hasil belajar berdasarkan distribusi frekuensi. 1) Analisis ketercapaian KKM KKM yang ditetapkan adalah 70, siswa dikatakan mencapai KKM jika mempunyai skor lebih besar dari 70,5. Jika persentase siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan dari skor dasar ke skor hasil Tes Siklus I, maka dikatakan tindakan berhasil, artinya tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Analisis distribusi frekuensi Data tentang skor hasil belajar disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, jika pada interval skor yang rendah terjadi penurunan jumlah siswa dari skor dasar ke
ISSN 1411-3570
Hasil Tes I, atau pada interval skor yang tinggi terjadi peningkatan jumlah siswa dari skor dasar ke Hasil Tes II, maka dikatakan penelitian berhasil atau terjadi peningkatan hasil belajar. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN 1. Analisis Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II Aktivitas guru pada Siklus I tahap apersepsi, penyajian materi, membimbing kelompok, dan memberikan penghargaan sudah cukup baik atau sudah sempurna. Pada tahap mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok dan dalam memberikan pertanyaan masih dalam kategori kurang sempurna.
Aktivitas guru pada siklus II tahap apersepsi, evaluasi dan pemberian penghargaan serta perhitungan skor sudah berkategori sempurna, sedangkan pada tahap pengelompokkan siswa penyampaian materi sudah sangat sempurna.
Tabel 3. Rata-Rata Perkembangan Aktivitas Guru
No
Siklus
1
I
2
II
Pertemuan
Aktivitas guru
Kategori
1
70 - 79
Sempurna
2
60 - 69
Kurang sempurna
1
70 - 79
Sempurna
2
80 - 100
Sangat sempurna
165 172 173 165
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
ISSN 1411-3570
2. Analisis Aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II Aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan membaca dan menjawab pertanyaan sudah berkategori baik. Dalam mengajukan pertanyaan mencatat materi penting, kesungguhan dalam mengerjakan tugas serta menulis kesimpulan masih dalam kategori cukup.
Pada siklus II, siswa dalam memperhatikan penjelasan guru dan membaca media pembelajaran sudah sangat baik. Keberanian dalam menjawab pertanyaan, kesungguhan dalam mengerjakan tugas, pemamfaatan waktu sudah baik.
Tabel 4. Rata – Rata Perkembangan Aktivitas Siswa
3)
No
Siklus
1
I
2
II
Pertemuan
Aktivitas siswa
Kategori
1
70 - 79
Baik
2
60 - 69
Cukup
1
80 - 100
Sangat Baik
2
70 - 79
Baik
Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I yang tuntas sebanyak 22 orang sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 7 orang. Nilai rata – rata siklus I adalah 68. Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I yang tuntas 22 orang dan yang tidak tuntas 7 orang dari 29 siswa. Pada siklus II yang tuntas 28 orang yang tidak tuntas I orang dari 29 siswa. Jadi proses kegiatan pembelajaran dari siklus I ke siklus II sudah mengalami peningkatan dengan
nilai siklus I rata-rata 68 siklus II nilai rata-rata 72. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa pada siklus I pertemuan ke-1 siswa yang tuntas berdasarkan KKM yang sudah ditetapkan yaitu 65, pada indikator 1 sebanyak 24 orang yang tidak tuntas sebanyak 5 orang dari 29 siswa. Pertemuan ke-2 pada indikator ke-2 yang tuntas sebanyak 23 orang, sedangkan yang tidak tuntas 6 orang dari 29 siswa. Indikator ke-3 jumlah siswa yang tuntas 19 orang yang tidak tuntas 10 orang dari 29 siswa. Pada siklus II Pertemuan ke-1, indikator 1 dan 2 jumlah siswa yang tuntas 166 174
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
masing-masing 28 orang siswa dan yang tidak tuntas masing-masing 1 orang siswa. Pada pertemuan ke-2,
ISSN 1411-3570
indikator ke-3 jumlah siswa yang tuntas sebanyak 28 orang dan yang tidak tuntas 1 orang dari 29 siswa.
Tabel 5. Hasil Kemampuan Siswa Dalam Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Setiap Siklus Dan Pertemuan Di Kelas Vii Smp Negeri 25 Pekanbaru Siklus I No
Rentang Nilai
Kategori
Pert ke- 1
Siklus II
Pert ke- 2
Pert-1 Ind Ind I II
Pert-2
Ind I
Ind II
Ind III
Ind III
–
–
–
–
–
–
–
–
–
3
4
4
1
85 - 100
2
80 - 84
Sangat istimewa Istimewa
3
75 - 79
Baik sekali
3
6
–
5
5
8
4
70 - 74
Baik
10
7
4
10
8
8
5
65 -69
Cukup
11
10
15
10
11
8
6
60 - 64
Sedang
5
6
10
1
1
1
Jumlah Siswa
29
29
29
29
29
29
8
Tuntas
24
23
19
28
28
28
9
Tidak Tuntas
5
6
10
1
1
1
7
Keterangan: Pert ke-1 : pertemuan ke-1 Pert ke-2 : pertemuan ke-2 Ind I : Indikator I Ind II : Indikator II Ind III : Indikator III
Peningkatan kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi adalah karena siswa mulai terampil dalam bekerjasama dan berkolaborasi. Dalam kooperatif STAD siswa saling memotivasi dan memberi semangat serta saling membantu dalam menuntaskan keterampilanketerampilan yang ditugaskan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman tim dalam pempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya yang
melakukan yang terbaik, menyatakan norma bahwa belajar itu penting, bermanfaat, dan menyenangkan. Siswa bekerja sama setelah guru mempresentasikan pelajaran. Mereka dapat bekerja sama dalam kelompok dengan cara membandingkan jawaban-jawabannya, mendiskusikan perbedaan yang ada, dan saling membantu satu sama lain saat menghadapi jalan buntu. Mereka dapat mendiskusikan bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2007:54) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa 167 175
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam. 4. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Sesuai dengan data yang telah penulis deskripsikan dapat disimpulkan bahwa ketuntasan atau
ISSN 1411-3570
keberhasilan siswa SMP Negeri 25 Pekanbaru dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi sudah terlihat dari data awal ke nilai siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Jumlah siswa yang tuntas pada nilai awal 6 orang dan yang tidak yang tidak tuntas sebanyak 23 orang. Pada siklus I sebanyak jumlah siswa yang tuntas sebanyak 22 orang dari 29 orang siswa atau 75,8 % dan yang tidak tuntas 7 orang. Pada siklus II siswa yang tuntas 28 orang atau 96,4 % dan yang tidak tuntas sebanyak 1 orang dari 29 orang siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 25 Pekanbaru Dalam Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD N o
Kategori/Nilai
1
Istimewa 85 – 100
2 3 4
Baik Sekali 80 – 84 Baik 75 – 79 Cukup 70 – 74
Data Awal
Siklus I
Siklus II
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
10,3 %
0
0
0
0
3
10,3 %
3
10,3 %
6
20,6 %
7
24,1 %
5
Sedang 65 – 69
3
10,3 %
16
55,1 %
15
51,7 %
6
Kurang 60 – 64
23
79,3 %
7
24,1 %
1
3,44 %
Jumlah Tuntas Tidak Tuntas
29 6 23
100 % 20,6 % 79,3 %
29 22 7
100 % 75,8 % 24,1 %
29 28 1
100 % 96,5 % 3,44 %
Nilai ulangan harian pada siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 25 orang dan yang tidak tuntas ada 4 orang. Pada siklus II ulangan harian jumlah siswa yang tuntas 28 orang
dan yang tidak tuntas 1 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.
168 176
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol III, No. 6, Oktober 2012
ISSN 1411-3570
TABEL 8. NILAI HASIL TES SIKLUS I DAN II Rentang Nilai 90 – 100 85 – 89 80 – 84 75 – 79 70 – 74 65 – 69 60 – 64
Kategori
Jumlah Siswa
Sangat istimewa Istimewa Baik sekali Baik Cukup Sedang Kurang Jumlah siswa Tuntas Tidak tuntas
0 0 0 3 5 17 4 29 25 4
Siklus I Persentase 0 0 0 10,3% 17,2% 58,6% 13,79% 100% 86,2% 13,79%
Jumlah Siswa
Siklus II Persentase
0 0 3 7 9 9 1 29 28 1
0 0 10,3% 24,1% 31,0% 31,0% 3,44% 100% 96,55% 3,44%
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa kelas VII SMP Negeri 25 Pekanbaru dapat memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan aktivitas siswa menjadi lebih baik serta meningkatkan hasil belajar siswa tahun pelajaran 2011/2012.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini & Suhardjono & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas., Jakarta: Bumi Aksara. Nugroho, Mariati & Sutopo. 2006. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP dan MTs Kelas VII. Karanganyar : Graha Multi Grafika. Subagyo, Sugeng. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara Slavin, E. Robert. 2009. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung : Nusa Media. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
169
177