Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
URGENSI MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU
Toha Ma’sum1 Abstract: This study is aimed to analyse the madrasah head master in improving teacher performance. This study used literature analysis about correlation of school and management head master, to improve the teachers’ performance. The result of this study are the head master has to be able to be leader, innovator and motivator. So they can implement new paradigm of school management, such as head master must be educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, figure and mediator (EMASLIM-FM). Meanwhile in improving the school quality, a head master has to improve her or his ability to improve the teachers’ job performance by meeting, communicating to get professional job. Besides, a head master must be disciplined and obey school rule. For teachers, they have to be on time as good figure for students. Keywords: management, head master, improving, teachers’ performance Pendahuluan Pemimpin, dalam suatu lembaga pendidikan, harus mampu menciptakan situasi belajar mengajar secara efektif dan efesien, 1
20
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darussalam Krempyang Nganjuk.
Toha Ma’sum
sehingga para pendidik mampu mengajar dan para siswa menerima pelajaran dengan baik dan sempurna. Suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-programnya, jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut mampu melaksanakan tugastugasnya dengan baik sesuai bidang dan tanggung jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut mampu melaksanakan tugas dengan baik, diperlukan seorang pemimpin yang mampu mengarahkan segala sumber daya menuju ke arah pencapaian tujuan. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pemimpin dan orang yang dipimpin. Agar kepemimpinan yang dilaksanakan pemimpin tersebut efektif dan efesien, salah satu tugas yang harus dilaksanakan adalah memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpin. Dalam sebuah organisasi perlu diterapkan asas-asas, di antaranya adalah pembagian tugas. Hal yang perlu diperhatikan dalam asas pembagian tugas ini adalah kemampuan dari individu-individu yang diserahi tugas. Dengan demikian, dalam suatu organisasi perlu adanya manajemen efektif yang mampu mengarahkan dan membina perilaku organisasi dan administrasi.2 Peran dan fungsi manajemen sangat penting dalam suatu organisasi ataupun dalam tatanan hidup di masyarakat. Menurut Malaya S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lain dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen, terdapat dua sistem, yaitu sistem organisasi dan sistem administrasi.3 Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.4 Dengan demikian, aktivitas dari kegiatan organisasi ditentukan oleh peran seorang pemimpin dan dibantu oleh individuindividu yang menjadi bawahan. Di samping itu, di setiap lembaga satuan pendidikan tentu memiliki seorang kepala madrasah sebagai pemimpin dan guru serta karyawan sebagai bawahannya.5 2 Burhanudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 425-426. 3 Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 1. 4 Ibid, 3. 5 Burhanudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, 426.
21
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dinilai seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan jika perlu memaksa orang lain agar menerima pengaruh itu sehingga berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.6 Pekerjaan pemimpin pendidikan adalah menstimulir dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara kontinyu, sehingga mampu melaksanakan dengan lebih baik, sehingga akhirnya mampu menstimulir dan membimbing murid-murid untuk berpartisipasi di dalam masyarakat demokratis. Kepala sekolah harus mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Ini berarti bahwa harus mampu mengelola school plant, pelayanan-pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas pendidikan, sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan dan menikmati kondisi-kondisi kerja, mengelola personalia guru dan murid, membina kurikulum yang membina kebutuhan anak dan mengelola catatan-catatan pendidikan. Hal ini diharapkan agar mampu memajukan program pengajaran di sekolahnya. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang memiliki peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi, selain tenaga kependidikan lainnya, karena guru langsung bersinggungan dengan peserta didik. Untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan output yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus ditingkatkan dan dikembangkan sebagai upaya kontrol ketat terhadap manajemen sumber daya manusia (human resource management) dalam pendidikan. Artinya, kepemimpinan kepala madrasah dengan kinerja guru sangat erat kaitannya dalam menentukan tujuan pendidikan yang menjadi target utama proses pendidikan. Menurut Barlow, kinerja guru adalah the ability of a teacher to responsibly perfom his or her duties appropriately. Artinya, kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Artinya, guru yang ahli dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.7 6 7
22
Hendiyat Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1988), 1. Supriyadi, Strategi Belajar dan Mengajar (Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2011), 42.
Toha Ma’sum
Pembahasan A. Manajemen Kepala Sekolah 1. Pengertian Manajemen Kepala Sekolah Dalam memahami manajemen kepala sekolah, terlebih dahulu dipahami tentang makna manajemen dan kepala sekolah. Banyak ahli mendefinisikan manajemen sebagai proses pelaksanaan menuju tujuan yang ingin dicapai manajer. Melalui penggunaan bahasa yang berbeda, pendefinisian itu memiliki makna sama. Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage, yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Istilah manajemen biasa dikenal dalam ilmu ekonomi, yang memfokuskan kepada keuntungan (profit) dan komoditas komersial.8 Seorang pemimpin (leader), harus lebih memfokuskan kepada visi. Pemimpin berusaha mengajak dan memotivasi staf atau bawahannya untuk bersamasama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, seorang pemimpin (leader) biasanya berusaha mengelola sumbersumber emosional dan spiritual, yang berupa nilai-nilai (values), commitment (keberpihakan) dan aspiration (aspirasi) staf atau bawahannya, agar mampu melakukan kebanggaan dan kepuasan dalam bekerja. Menurut teori manajemen, bahwa manajer sukses adalah manajer yang memiliki unsur kepemimpinan (leadership) dan mampu menerapkan serta mengembangkannya. Dengan kata lain, manajer yang mampu bertindak sebagai pemimpin (manager as a leader).9 Kepemimpinan (manager) dan manajemen memiliki kaitan erat. Manajemen selalu diasosiasikan dengan resionalitas pencapaian tujuan. Kinerja manajer lebih difokuskan kepada pencapaian tujuan, tanpa perlu memperhatikan penerimaaan sosial atas kehadirannya. Pemimpin sebaliknya, tidak hanya mementingkan ketercapaian tujuan, tetapi juga peduli pada sisi penerimaan sosial. Dengan demikian peranan sebagai pemimpin lebih luas dibandingkan dengan peranan sebagai manajer. Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat (resources) 8 9
Muhaimin, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2012), 4. Ibid, 5.
23
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
yang tersedia dalam suatu organisasi. Resources tersebut dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu human resources dan nonhuman resources. Dalam lembaga pendidikan, yang termasuk salah satu unit organisasi, juga terdiri dari berbagai unsur atau sumber dan manusia merupakan unsur terpenting. Menurut Gorton, bahwa perangkat sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa, pegawai atau karyawan harus saling mendukung untuk saling bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kesuksesan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan pimpinannya untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah mampu menggerakkan sumber-sumber atau resources tersebut, sehingga mampu mendayagunakannya secara efektif dan efesien. Menurut Love, kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan jika perlu memaksa orang lain agar bersedia menerima pengaruh dan berbuat sesuatu untuk membentuk proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.10 Konsep kepemimpinan telah dipelajari melalui berbagai cara berbeda, tergantung kepada konsepsi kepemimpinan dan pilihan metodologi yang digunakan. Fred E. Fiedler dan Martin M. Chamers, dalam pengantar bukunya berjudul Leadership And Effective Management, sebagaimana dikutip Wahjosumidjo, mengemukakan bahwa persoalan utama kepemimpinan dapat dibagi ke dalam tiga pertanyaan pokok, yaitu (1) bagaimana seseorang dapat menjadi pemimpin, (2) bagaimana para pemimpin itu berperilaku, (3) apa yang membuat pemimpin itu berhasil. 2. Teori dan Gaya Kepemimpinan Berdasarkan beberapa pertanyaan yang dikemukakan Fildler dan Martin tersebut, mendorong penulis untuk mengetahui tentang konsep-konsep kepemimpinan, agar pelaksanaan aktivitas kepemimpinan dapat dicapai secara efektif dan efesien. Berikut ini dijelaskan tentang teori kepemimpinan, tipe dan gaya kepemimpinan dan pendekatan-pendekatan kepemimipinan.11 Salah satu10 Marno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2013), 29-30. 11 Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 40-41.
24
Toha Ma’sum
nya teori kepemimpinan kontingensi. Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers, berdasarkan hasil penelitiannya pada tahun 1950, disimpulkan bahwa seseorang menjadi pemimpin bukan saja karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga berbagai faktor situasi dan saling berhubungan antara situasi dengan kepemimpinan. Keberhasilan pemimpin bergantung kepada diri pemimpin maupun kepada keadaan organisasi. Menurut Fiedler, tidak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi dan ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu hubungan antara pemimpin dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan yang berasal dari organisasi. Berdasarkan ketiga dimensi tersebut, Fiedler menentukan dua jenis gaya kepemimpinan dan dua tingkat yang menyenangkan. Pertama adalah gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas, yaitu gaya ketika pemimpin merasa puas jika tugas bisa dilaksanakan. Kedua adalah gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung kepada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingakat kondisi yang menyenangkan dalam situaisi tertentu.12 3. Tipe Kepemimpinan Pendidikan Terdapat tiga tipe kepemimpinan dalam kehidupan suatu organisasi, termasuk organisasi sekolah, yaitu tipe kepemimpinan yang otoriter, laissez faire dan demokratis. Pertama adalah tipe otoriter. Dalam tipe kepemimpinan otoriter ini, seorang pemimpin lebih bersifat ingin berkuasa dan akibatnya suasana sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi kebebasan kepada bawahan untuk turut ambil bagian dalam memutuskan sesuatu persoalan dan keputusan hanya dibuat sendiri oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin selalu mendikte tentang hal-hal yang harus dikerjakan oleh karyawannya.13 Kedua adalah tipe laissez faire (kendali bebas). Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pada tipe ini, pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dilaksa12 Muwahid Shulhan, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sukses Offset, 2013), 126. 13 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada, 2009), 85.
25
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
nakan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpinnya dalam mengambil keputusan dirinya sebagai penasihat.14 Ketiga adalah tipe demokratis. Dapat dikatakan bahwa tipe kepemimpinan demokratis ini adalah tipe kepemimpinan yang diharapkan dalam sebuah sekolah, mengingat bahwa dalam tipe ini seorang pemimpin selalu mengikutsertakan seluruh bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin akan menghargai pendapat dan kreativitas para dosen, bawahan pun akan turut serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan program di sekolah tersebut.15 4. Pendekatan Kepemimpinan Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinan ditentukan oleh jenis pendekatan yang digunakan. Pendekatan merupakan sudut pandang yang dipakai oleh pemimpin dalam melaksanakan tugas dan berpusat pada proses atau caracara dalam berhubungan dengan orang lain. Menurut Wahjosumidjo, hampir dalam suatu penelitian yang dilakukan, pendekatan kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu pendekatan pengaruh kewibawaan, pendekatan sifat, pendekatan perilaku dan pendekatan situasional.16 5. Hubungan Manajemen dengan Kepemimpinan Pendidikan Islam Hubungan antara manajemen dengan kepemimpinan sangat erat. Sondang P. Siagian menegaskan bahwa inti manajemen adalah kepemimpinan. Manifestasi yang paling nyata dari manajemen adalah kepemimpinan. Dengan pengertian lain, manajemen lebih luas dari pada kepemimpinan. Kepemimpinan berada dalam lingkup manajemen. Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al-riayah, al-imarah, al-qiyadah atau al-zaamah. Kata-kata tersebut memiliki satu makna sehingga disebut sinonim murodif, sehingga bisa digunakan salah satu dari keempat kata tersebut untuk menerjemahkan kata kepemimpinan. Sementara itu untuk menyebut istilah kepemimpinan pendidikan, para ahli lebih memilih istilah qiyadah tarbawiyah. 14
Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, 44. Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, 85. 16 Andang, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, 46. 15
26
Toha Ma’sum
Menurut ajaran Islam, kepemimpinan begitu penting, sehingga memperoleh perhatian besar. Begitu penting kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan untuk memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam jumlah yang kecil sekalipun. Nabi Muhammad Saw sendiri menegaskan bahwa jika terdapat tiga orang sedang bepergian, hendaknya salah satu di antaranya harus diangkat sebagai ketua rombongan.17 Athoilah menulis bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi pengaruh yang melekat pada jiwa. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh persyaratan formal dan bisa juga pembawaan jiwanya. Pembentukan pengaruh kepemimpinan dapat bersifat natural, tidak diciptakan, tetapi merupakan bakat bawaan yang telah melekat dengan sendirinya. Pemimpin formal ataupun nonformal, natural ataupun struktural harus memiliki satu sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.18 Pemaknaan terhadap kata kepemimpinan seperti di atas memiliki beberapa implikasi, yaitu (1) melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin, (2) pemimpin efektif adalah seseorang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Kekuasaan itu dapat bersumber dari hadiah hukuman, otoritas dan kharisma, (3) pemimpin harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang tulus, pengetahuan, keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan para diri sendi dan orang lain dalam membangun organisasi, (4) kepemimpinan sering disamakan dengan manajemen, kedua konsep tersebut berbeda. Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis dan Nannus. Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar, sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat. Kepemimpinan memastikan tangga yang didaki barsandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar mendaki tangga seefesien mungkin. 17 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Bandung: Erlangga, 2012), 268-269. 18 Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 139.
27
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
Menurut Hadari, kepemimpinan dapat dilihat dari dua konteks, yaitu struktural dan non-struktural. Dalam konteks struktural, kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti usaha mengarahkan, membimbing dan memengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok masing-masing. Pada konteks non-struktural, kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses memengaruhi pikiran perasaan, tingkah laku dan mengarahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.19 6. Keberhasilan Kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah*** Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung kepada kepemimpinan kepala sekolah. Karena merupakan pemimpin di lembaganya, maka kepala sekolah harus mampu membawa lembaganya ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah juga harus mampu melihat perubahan dan mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala sekolah juga harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasan atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didik. Kepala sekolah sebagai seorang pendidik, administrator, pemimpin dan supervisor, diharapkan dengan sendirinya dapat mengelola lembaga pendidikan ke arah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan masa depan.20 Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaan sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator dan motivator di sekolah. Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator (EMASLIM). 19 20
28
Ibid,145. Marno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, 33.
Toha Ma’sum
Perspektif ke depan mengisyaratkan bahwa kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai figur dan mediator, terutama bagi perkembangan masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian tugas kepala sekolah semakin hari semakin meningkat dan akan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini, tugas kepala sekolah tidak hanya sebagai EMASLIM, tetapi akan berkembang menjadi EMASLIM-FM. Semua itu harus dipahami oleh kepala sekolah dan yang lebih penting adalah upaya kepala sekolah mampu mengamalkan dan menjadikan hal tersebut dalam bentuk tindakan nyata di sekolah. Pelaksaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling terkait dan saling mempengaruhi serta menyatu dalam pribadi seorang kepala sekolah profesional. Kepala sekolah demikian akan mampu mendorong visi menjadi aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan.21 Kepala sekolah adalah pemimpin pada satu lembaga satuan pendidikan. Tanpa kehadiran kepala sekolah, proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Kepala sekolah adalah pemimpin yang proses keberadaannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan atau ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Mulyono, kepala sekolah harus memiliki beberapa persyaratan untuk menciptakan sekolah efektif, yaitu memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik, berperang teguh pada tujuan yang dicapai, bersemangat, cakap di dalam memberi bimbingan, jujur, cerdas, cakap di dalam mengajar dan memberikan perhatian kepercayaan yang baik dan berusaha untuk mencapainya.22 Kepala sekolah diharapkan mampu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kurikulum serta program pembelajaran dan melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah, kepala sekolah hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, namun harus menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh kehidupan peserta didik dan kebutuhan lingkungan. 21 22
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 98. Sebagaimana dikutip Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, 23.
29
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
Kepala sekolah merupakan seorang manajer di sekolah dan harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian perubahan atau perbaikan program pembelajaran di sekolah. Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program serta menilai perubahan program. Efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran dapat teerjamin jika kepala sekolah sebagai pengelola program pembelajaran bersama dengan guru-guru menjabarkan isi kurikulum, dalam bentuk kompetensi dasar (KD), secara lebih rinci dan operasional ke dalam indikator-indikator. Dalam hal ini, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan RPP antara lain, (1) tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan, (2) program itu harus sederhana dan fleksibel, (3) program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, (4) program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya, (5) harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program di sekolah.23 Selain sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah harus menguasai kompetensi dalam mengambil keputusan secara profesional dan mengatasi konflik yang terjadi dalam sekolah. Kedua kemampuan ini sangat penting, mengingat kepala sekolah memiliki fungsi kepemimpinan dalam menjabarkan kebijakan pemerintah dan menciptakan iklim sekolah yang memungkinkan agar tidak terjadi konflik. Dalam mengembangkan kemampuan profesional, terdapat beberapa keterampilan dan kemampuan yang harus dikuasai oleh kepala sekolah, yaitu (1) mengetahui dan menerima keberadaan filsafat pendidikan dalam keseluruhan sistem sekolah, (2) berusaha mengembangkan dan menggunakan filsafat hidup dan filsafat pendidikan secara profesional, (3) mendayagunakan 23 Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 82.
30
Toha Ma’sum
sumber-sumber material untuk pengembangan kurikulum, (4) menjabarkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan siswa, (5) mendayagunakan sumber-sumber masyarakat untuk mengimplementasi kurikulum, (6) mendorong penelitian dan variasi metode dalam mengajar, (7) bertanggungjawab atas pelaksanaan kurikulum dan kepemimpinan yang diterapkan.24 Mengingat tanggung jawab kepala sekolah berat, maka seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan, seperti (1) kemampuan memikul tanggung jawab besar yang dibebankan di pundaknya pimpinan tertinggi di sebuah lembaga pendidikan, (2) kemampuan untuk menerapkan keterampilanketerampilan yang bersifat konseptual, manusiawi dan teknis dalam melaksanakan perannya, (3) kemampuan untuk memotivasi para guru dan staf sekolah untuk saling bekerja sama secara suka rela dalam mencapai maksud-maksud unit dan organisasi, (4) kemampuan untuk memahami implikasi-implikasi dari perubahan sosial, ekonomi, politik dan pendidikan di lingkungan sekolah. Dalam arti, kepala sekolah harus memiliki kepekaan tinggi sehingga mampu mengatur gaya kepemimpinan sesuai dengan berbagai gejolak dan perubahan yang tengah berlangsung.25 7. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah Sargiovanni membedakan tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu tugas dari sisi proses administrasi (administrative proces) dan tugas dari sisi bidang garapan pendidikan (task areas). Tugas merencanakan, mengorganisir, mengkoordinir, melakukan komunikasi, mempengaruhi dan mengadakan evaluasi merupakan komponen-komponen dari tugas administrasi. Sedangkan program sekolah, siswa, personel, dana, fasilitas fisik dan hubungan dengan masyarakat merupakan komponen bidang garap kepala sekolah yang mendasar. Tugas kepala sekolah di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau mening24 Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 221. 25 Maya H, Kesalahan-Kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola Pendidikan (Yogyakarta: Buku Biru, 2012), 259-260.
31
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
katkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.26 Pemimpin yang membuat keputusan dengan memerhatikan situasi sosial kelompok atau organisasinya akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam proses pelaksanaan. Dengan demikian, akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkan. Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi atau serangkaian tugas-tugas yang harus dilaksanakan seorang pemimpin disebut sebagai fungsi kepemimpinan.27 B. Kinerja Guru Istilah kinerja berasal dari kata job perfomance atau actual perfomance, yaitu prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Menurut Mangkunegara, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. 1. Konsep Kinerja Guru Richard Gorton mengemukakan bahwa perangkat sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa, pegawai atau karyawan, harus saling mendukung untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kesuksesan suatu organisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas kemampuan pimpinan untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah dapat menggerakkan sumber daya manusia yang ada sehingga pendayagunaan dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Pada lembaga pendidikan, baik itu sekolah atau madrasah, di samping dibutuhkan kepala sekolah yang profesional, juga perlu adanya tenaga kependidikan yang kompeten dan profesional. Hal ini dikarenakan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada kualitas tenaga pendidik, dalam hal ini guru, karena guru harus berinteraksi secara langsung dengan para siswa. 26 27
32
Ibid, 263. Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, 438.
Toha Ma’sum
Paparan ini berimplikasi bahwa guru memegang peran yang sangat penting dan menentukan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian kinerja guru harus terus ditingkatkan agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi dalam mengemban amanat pendidikan seperti yang telah digariskan peraturan perundang-undangan. Berbagai upaya dan strategi harus dilakukan dengan baik dan terencana agar kinerja guru terus meningkat serta dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Menurut Prawirosentono, kinerja atau perfomance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja individu adalah dasar kinerja organisasi dan untuk memaksimalkan kinerja masing-masing individu berhubungan dengan perilaku individu. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhannya.28 2. Penilaian Kinerja Guru Proses penilaian kinerja dapat membantu organisasi mengimplementasikan sasaran-sasaran usahanya. Selain itu, proses tersebut menggambarkan berbagai rencana strategis yang dapat dihubungkan dengan penilaian kinerja untuk karyawan individu maupun untuk unit-unit usaha.29 Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja, yaitu perasaan individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan batin kepada seseorang, sehingga pekerjaan itu disenangi dan digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada pa28
Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 156. Siti Al Fajar, Manajemen Sumberdaya Manusia (Yogyakarta: Upp Stim Ykpn, 2013), 136. 29
33
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
rameter dan indikator yang ditetapkan dan diukur secara efektif seperti efisien seperti produktivitasnya, efektivitas mengguanakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak dipakai. Sedangkan evalauisi kerja melalui perilaku seseorang dengan teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam melaksanakan perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain, evaluasi atau penilaian kinerja menjadi penting sebagai feed back sekaligus sebagai follow up bagi perbaikan kinerja selanjutnya.30 Penilaian kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki guru terkait dengan proses dan hasil pelaksanaan pekerjaannya. Dalam tulisan ini, kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja guru adalah berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor: 025/01/1995 tentang standar prestasi kerja guru dalam proses belajar dan mengajar atau bimbingan, yang meliputi (a) penyusunan program belajar yang terdiri dari analisis materi pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan pelajaran, rencana pembelajaran, alat evaluasi, program perbaikan dan pengayaan, (b) pelaksanaan program pembelajaran yang meliputi pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan strategi pembelajaran, pengguanaan media dan sumber belajar, (c) pelaksanaan evaluasi yang meliputi evaluasi hasil belajar, evaluasi pencapaian target kurikulum dan evaluasi daya serap, (d) analisis evaluasi yang meliputi analisis ketuntasan belajar dan analisis butir soal, (e) pelaksanaan perbaikan dan pengayaan yang meliputi pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan pelaksanaan pengayaan pembelajaran.31 Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena guru mengemban tugas proses profesional. Artinya, tugastugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan, yaitu sebagzi pengajar, pembimbing dan administrator kelas. Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja guru meliputi kemampuan membuat pe30 31
34
Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, 446. Ibid, 158.
Toha Ma’sum
rencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, penguasaan metode dan strategi mengajar, pemberian tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi. 3. Profesi Guru Profesi adalah pekerjaan yang dalam pelaksanaan tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah dan dedikasi tinggi. Keahlian ini diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.32 Tugas guru sebagai profesi merupakan tugas utama. Tugas ini memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak mudah dilakukan oleh orang yang bukan ahli di bidang kependidikan. Oleh karena itu, tugas guru dalam hal ini adalah mendidik dan mengajar.33 Guru profesional tidak boleh terombang-ambing oleh selera masyarakat, karena tugasnya adalah membantu dan membuat siswa belajar. Seorang guru atau dosen memang tidak diharamkan untuk menyenangkan peserta didik dan mungkin orang tua mereka. Meskipun demikian, tetap harus diingat bahwa tugas profesional seorang pendidik adalah membantu peserta didik belajar (to help the others leam), yang bahkan terlepas dari persoalan apakah mereka suka atau tidak suka. Pekerjaan profesional berupa guru juga ditandai oleh orientasi yang lebih kepada masyarakat dari pada pamrih pribadi (community rather than self-intereset orientation). Pekerjaan profesional juga dicirikan oleh semangat pengutamaan orang lain (altruism) dan kemanfaatan bagi seluruh masyarakat dari pada dorongan untuk memperkaya diri pribadi. Meskipun secara praktik boleh saja menikmati pengahasilan tinggi, bobot cinta altruistik profesi memungkinkan diperolehnya pula prestise sosial tinggi. Karakteristik profesional minimal seorang guru, berdasarkan sintesis-sintesis penelitian, yaitu (a) memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (b) menguasai secara mendalam bahan 32 33
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 15. Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan, 173.
35
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
belajar atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya, (c) bertanggung jawab membantu hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (d) mampu berpikir sistematis tentang hal yang dilakukan dan belajar dari pengalamannya, (e) menjadi partisipan aktif masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.34 4. Peran Guru Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yaitu tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peran hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana mengajar yang tersedia.35 Guru, di satu sisi, adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah, di samping juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar memiliki kepribadian paripurna. Dengan keilmuan yang dimiliki, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.36 Tugas guru sebagai pengajar memiliki konsekuensi untuk memiliki peran-peran tertentu dalam kaitan dengan manajemen sekolah.37 Guru, dalam melaksankan peran, yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran (awwareness), keyakinan (belief), kedisiplinan (discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa secara optimal, baik fisik maupun psikis. Kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat tergambarkan dalam rumusan SERVICER. Pertama adalah Smile and Simpathy. Dalam melaksanakan tugas, guru secara sadar harus mempresentasikan wajah dengan penuh senyuman sebagai wujud simpati dan sambutan hangat terhadap pserta didik, sehingga siswa merasa betah untuk melakukan proses pembelajaran. Kedua adalah Em34
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, 33. Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), 166. 36 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Refika Aditama, 2014), 43. 37 Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 175. 35
36
Toha Ma’sum
pathy and Enthusiasm. Guru dalam melaksanakan tugas harus memiliki pribadi merasakan dan melayani hal-hal yang dirasakan dan dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, serta dalam hidupnya dengan penuh antusias berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan potensi yang dimiliki peserta didik denagn seoptimal mungkin. Ketiga adalah Respect and Recovery. Guru dalam melaksanakan tugas harus memberi rasa hormat dan menghargai terhadap peserta didik dengan setulus hati sehingga menjadi kesan mendalam dan sekaligus merupakan daya pikat di hati peserta didik. Keempat adalah Vision and Victory. Dalam melaksanakan tugas, guru harus menunjukkan komitmen terhadap masa depan siswa yang lebih baik (visioner) dan memberikan keuntungan (victory) atau nilai tambah bagi kehidupannya secara unggul komperatif dan kompetitif. Kelima adalah Intiative, Impresive dan Inovatif. Guru dalam melaksanakan tugas harus mampu membangun prakarsa dengan penuh kesan positif di hati para peserta didik sehingga peserta didik merasa betah dan bebas untuk melahirkan berbagai gagasan yang cemerlang sebagai wujud adanya dorongan untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran. Keenam adalah Care and Cooperative. Guru dalam melaksanakan tugas harus mampu mengayomi sebagai wujud kepedulian kepada peserta didik serta berupaya membangun perilaku peserta didik sesuai dengan standar norma yang berlaku dalam lingkungannya. Ketujuh adalah Empowering and Enjoying. Guru dalam melaksanakan tugas harus mampu memberdayakan potensi peserta didik sesuai dengan kecerdasan, bakat dan minatnya sehingga para peserta didik merasa senang dengan penuh kesadaran, komitmen dan rasa tanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran secar aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Kedelapan adalah Result Oriented. Guru dalam melaksanakan tugas harus ditujukan kepada pencapaian tujuan pembelajaran baik yang tertuang dalam kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator belajar, kriteria ketuntasan minimal (KKM) maupun dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL).38 Terdapat pandangan beberapa orang yang beranggapan bahwa peran guru hanya mendidik dan mengajar saja. Pandangan ini 38
Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2012), 106-108.
37
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
adalah kekeliruan besar dengan mengatakan bahwa tugas itu hanya satu-satu bagi setiap guru. Pandangan modern, seperti yang dikemukakan oleh Adams dan Dickey, bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, yaitu teacher as instructor, teacher as counsellor, teacher as scientist dan teacher as person. Dalam arti luas, mengingat sekolah berfungsi juga sebagai penghubung antara ilmu dan teknologi dengan masyarakat, karena sekolah merupakan lembaga yang turut mengemban tugas modernisasi masyarakat dan turut serta secara aktif dalam pembangunan. Fakta ini menyebabkan peran guru menjadi lebih luas, meliputi juga guru sebagai penghubung (teacher as communicator), guru sebagai modernisator dan guru sebagai pembangun (teacher as cotructor).39 Mengingat urgensi kehadiran seorang guru pada proses pendidikan, kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki sebagai fondasi profesinya merupakan tonggak awal bagi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas. Kemampuan mengajar guru merupakan refleksi dari penguasaan guru atas kompetensinya, sedangkan gugus kompetensi dasar keguruan adalah kemampuan merencanakan pengajaran, kemampuan melaksanakan pengajaran dan kemampuan mengevaluasi pengajaran.40 5. Kompetensi Guru Kompetensi, menurut Abdul Majid, merupakan seperangkat tindakan inteligent penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugastugas dalam pekerjaan tertentu. Hubungan kompetensi dengan guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam melaksanakan fungsi sebagai guru, bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Menurut Muhibbin Syah, terdapat sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan 39 40
38
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 123. Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, 38.
Toha Ma’sum
belajar mengajar. Pertama adalah menguasai bahan, yang meliputi menguasai bahan mata pelajaran dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman atau aplikasi mata pelajaran. Kedua adalah mengelola program belajar mengajar, yang meliputi merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, memilih dan menyusuri prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan (entry behavior) peserta didik dan merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial. Ketiga adalah mengelola kelas, yang meliputi mengajar tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Keempat adalah menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi (a) mengenal, memilih dan menggunakan media, (b) membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, (c) menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar, (d) mengembangkan laboratorium, (e) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar, (f) menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan. Kelima adalah menguasai landasan-landasan kependidikan. Keenam adalah mengelola interaksi belajar mengajar. Ketujuh adalah menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran. Kedelapan adalah memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasilhasil pendidikan guna keperluan pengajaran. Kesembilan adalah mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dari penyuluhan, yang meliputi mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah dan menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah. Kesepuluh adalah mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang meliputi mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.41 6. Kode Etik Guru Istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang mendasari perilaku manusia. Tema etik berasal dari bahasa filsafat, bahkan menjadi salah satu cabangnya. Etik juga disamakan dengan istilah adab, moral dan akhlak. Etik berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Sementara adab adalah keluhuran budi yang 41
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, 45.
39
Urgensi Manajemen Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
berarti menimbulkan kehalusan budi atau kesusilaan, baik yang menyangkut batin ataupun lahir. Makna kode etik guru adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (realitionship) antara guru dengan lembaga pendidikan (sekolah), guru dengan sesama guru, guru dengan peserta didik serta guru dengan lingkungannya. Fungsi kode etik guru adalah menjaga kredibilitas dan nama baik dalam menyandang status pendidik. Dengan adanya kode etik guru tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran terhadap kewajibannya. Berdasarkan definisi ini, substansi pemberlakuan kode etik guru sebenarnya menambah kewibawaan dan memelihara image agar profesi guru tetap baik.42 Penutup Proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, keaktifan dan kedisiplinan guru tidak lepas dari peran kepala sekolah. Pelaksanaannya adalah dengan adanya pengawasan (supervisi) yang dilakukan kepala sekolah. Peningkatan kualitas sekolah membutuhkan agar seorang kepala sekolah harus terus meningkatkan kemampuan dalam meningkatkan kinerja guru dengan mengadakan rapat, komunikasi antar atasan dengan bawahan. Dengan demikian guru dapat mengoptimalkan profesionalitasnya. Kepala sekolah, di sisi lain, harus bersikap lebih tegas kepada tenaga pendidik, agar tenaga pendidik memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Sebagai salah satu contohnya adalah tidak terlambat dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru profesional.* DAFTAR PUSTAKA Andang. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014. Burhanudin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Daryanto. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2013. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. 42
40
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, 27
Toha Ma’sum
Hanafiah. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama, 2012. Hasanah, Aan. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Pustaka Setia, 2012. Marno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: Refika Aditama, 2013. Maya H. Kesalahan-Kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola Pendidikan. Yogyakarta: Buku Biru, 2012. Muhaimin. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group, 2012. Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada, 2009. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. ______. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Mustofa, Syaiful. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003. Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam. Bandung: Erlangga, 2012. Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2012. Shulhan, Muwahid. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sukses Offset, 2013. Soetopo, Hendiyat. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 1988. ______. Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010. Supriyadi. Strategi Belajar dan Mengajar. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2011.
41