UPAYA PREVENTIF UNTUK MENURUNKAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA MELALUI PROGRAM “PEDULI DIRI”
Naskah Publikasi Minat Utama Bidang Psikologi Klinis
Disusun Oleh : Nama : Zahro Varisna Rohmadani, S.Psi NIM : T100120016
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
UPAYA PREVENTIF UNTUK MENURUNKAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA MELALUI PROGRAM “PEDULI DIRI”
Naskah Publikasi
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Psikologi Profesi Minat Utama : Bidang Psikologi Klinis
Disusun Oleh : Nama : Zahro Varisna Rohmadani, S.Psi NIM : T100120016 PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
ii
ABSTRAK UPAYA PREVENTIF UNTUK MENURUNKAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA MELALUI PROGRAM “PEDULI DIRI” Zahro Varisna Rohmadani, Nisa Rachmah Nur Anganthi, Usmi Karyani Magister Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email :
[email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program “Peduli Diri” dan psikoedukasi sebagai upaya preventif untuk menurunkan intensi merokok remaja. Subjek penelitian ini adalah 21 siswa; 7 siswa tergabung dalam kelompok eksperimen I, 7 siswa tergabung dalam kelompok eksperimen II dan 7 siswa lainnya tergabung dalam kelompok kontrol. Karakteristik subjek adalah: 1) siswa yang memiliki skor intensi merokok sedang hingga tinggi, 2) berumur 1218 tahun, 3) bersedia menandatangani kontrak menjadi peserta aktif serta mengisi lembar informed consent, 4) belum pernah mengikuti program “Peduli Diri” atau psikoedukasi dan tidak sedang mengikuti perlakuan apapun mengenai merokok selama menjadi subjek penelitian. Kelompok eksperimen I mendapat perlakuan program “Peduli Diri” berupa psikoedukasi serta teknik kontrol diri selama 365 menit, sedangkan kelompok eksperimen II mendapat perlakuan berupa psikoedukasi selama 130 menit. Desain eksperimen yang digunakan adalah multiple treatment and control with pretest. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala intensi merokok. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik nonparametrik dengan menggunakan teknik Kruskal Wallis untuk menguji perbedaan 3 kelompok, sedangkan pada masingmasing kelompok digunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok yang diberikan program “Peduli Diri”, psikoedukasi, dan kontrol, yang paling banyak menurun tingkat intensi merokoknya adalah kelompok yang diberikan psikoedukasi dengan mean rank 17.5, lalu kelompok yang diberikan program “Peduli Diri” mean rank 11.21 dan kontrol 4.29. Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan bahwa program “Peduli Diri” dan psikoedukasi efektif menurunkan intensi merokok remaja dengan masing-masing p=0.018 dan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan tidak mengalami penurunan intensi merokok (p=0.551). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu psikoedukasi lebih efektif dalam menurunkan intensi merokok remaja daripada program “Peduli Diri”. Kata kunci : program “Peduli Diri”, psikoedukasi, intensi merokok remaja
v
ABSTRACT PREVENTIVE MEASURES TO REDUCE TEEN SMOKING INTENTION THROUGH "SELF CARE" PROGRAM Zahro Varisna Rohmadani, Nisa Rachmah Nur Anganthi, Usmi Karyani Magister Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email :
[email protected] This study aims to determine the effectiveness of the "Self Care" program and psychoeducation as a preventive effort to reduce teen smoking intentions. The subjects are 21 students; 7 students belonging to the experimental as group I, 7 students belonging to the experimental as group II and 7 other students joined in the control group. Characteristics of the subjects are: 1) students who score smoking moderate intention to high, 2) aged 12-18 years, 3) willing to sign a contract and become an active participant as well as charge sheet of informed consent, 4) never completing the "Self Care" program or psychoeducation and does not take any treatment on smoking during the subject of research. The experimental group I get a treatment "Self Care" program in the form of psychoeducation and self-control techniques for 365 minutes, while the experimental group II receives treatment in the form of psychoeducation for 130 minutes. Experimental designs used are multiple treatment and control with pretest. Collecting data in this study is conducted using the smoking scale intention. Data analysis method used is nonparametric statistical techniques by using Kruskal Wallis to test the differences in three groups, whereas in each group uses the Wilcoxon Signed Rank Test. Results Kruskal Wallis test showes that there are differences between the groups given in the "Self Care" program, psychoeducation, and control, which the most widely declining level of the intention of smoking is group given psychoeducation with the mean rank of 17.5, and a group given the "Self Care" program mean rank 11.21 and 4.29. Wilcoxon Signed-Rank Test showes that the "Self Care" program and psychoeducation is effectively lower adolescent smoking intentions with each p = 0.018 and a control group that is not subjected to the treatment has no intention of smoking decreased (p = 0.551). The conclusion of this analysis is that psychoeducation is more effective in reducing teen smoking intention than the "Self Care" program. Keywords: “Self Care” program, psychoeducation, teen smoking intentions
vi
Pendahuluan Indonesia
dapat berkarya membangun negara. merupakan
satu
Para remaja di usia sekolah, misalnya
dari 16 negara yang menyumbangkan
yang
angka yang tinggi dari total jumlah
menengah pertama (SMP) beberapa
perokok
di
diantaranya ditemukan merokok di
memperlihatkan
sekolah. Padahal menurut peraturan
peningkatan. Perokok aktif laki-laki
di SMP, siswa tidak dibolehkan
di
untuk merokok di sekolah. Tetapi
di
dunia.
Indonesia Indonesia
Perokok
mencapai
67%
(Permanasari, 2012).
bersekolah
di
sekolah
pada kenyataannya, beberapa siswa
Kemenkes
menyatakan
tidak dapat mengontrol dirinya untuk
bahwa hal ini merupakan fakta
tidak
menyedihkan
lingkungan luar pagar sekolah atau
yang
dapat
memberikan dampak negatif pada kondisi
kesehatan
serta
merokok
di
sekolah,
di
bahkan di lingkungan sekitar rumah.
biaya
Remaja
seharusnya
telah
kesehatan di Indonesia. Berdasarkan
mampu melihat segala sesuatu dari
Kedaulatan
19
sudut pandang yang baik atau buruk,
November 2014, diketahui dari dr.
sehingga para remaja yang telah
Murdilan selaku Fungsional Rumah
mengetahui
Sakit Khusus Paru-paru (RSKP)
merokok bagi kesehatan seharusnya
Respira mengatakan bahwa 4,9 juta
juga tidak merokok lagi. Namun
orang
Rakyat
meninggal
Ditemukan
pula
tanggal
dampak-dampak
karena
rokok.
demikian, ditemukan bahwa remaja
bahwa
1,4%
ternyata tidak terlalu peduli dengan
perokok masih berumur 10-14 tahun
dampak-dampak
dan sebanyak 9,9% perokok pada
ketika mereka memutuskan untuk
kelompok tidak bekerja. (Sukarno,
merokok dan tidak peduli pula
2014).
dengan Perilaku merokok tidak hanya
dilakukan
oleh
kelompok
yang
menyertai
teman-temannya
yang
merokok sehingga mereka terkesan
orang
menjadi orang yang terlihat biasa
dewasa, tetapi juga oleh para remaja
ketika melihat seseorang berperilaku
yang diharapkan sebagai generasi
merokok
penerus bangsa yang sehat sehingga
perokok pasif. Diperlukan adanya
1
dan
bahkan
menjadi
kesadaran
diri
remaja
batang
mengenai
dalam
sehari.
Subjek
dampak yang ditimbulkan rokok
mengaku kurang dapat mengontrol
serta cara atau strategi mengontrol
dirinya meskipun ia mengetahui
diri pada remaja agar tidak terjebak
dampak buruk ketika ia meneruskan
dalam perilaku merokok.
kebiasaannya ini (wawancara pada tanggal 21 November 2014).
Beberapa siswa di salah satu
Berdasarkan hasil wawancara
siswa SMP swasta berbasis agama di yang
dan penyebaran angket terbuka pada
merokok sejak kecil meskipun tidak
siswa, diketahui bahwa di sekolah ini
diperbolehkan oleh orang tuanya dan
terdapat 45 siswa yang aktif merokok
juga
buruk
dan siswa yang belum/tidak merokok
merokok dan bahkan pernah muntah
terdapat 235 siswa seperti tabel 1 di
darah, namun belum dapat berhenti
bawah ini.
Kalibawang,
Kulon
mengetahui
Progo
dampak
merokok dan biasanya ia menghisap
Tabel 1. Jumlah Siswa Perokok dan
rokok minimal 5 batang per hari
Tidak Merokok SMP swasta
(wawancara
pada
tanggal
21
No 1
November 2014).
2
M yang juga bersekolah di SMP swasta berbasis agama di Kalibawang, Kulon Progo, siswa
Sekolah-sekolah SMP yang
kelas VII, menceritakan bahwa ia
siswanya
mulai merokok kelas V SD. Hal ini
Kalibawang,
diolok-olok bukan seorang laki-laki
Metode yang dipilih adalah teknik
dewasa
kontrol diri dan psikoedukasi yang
hingga
tergabung dalam program “Peduli
sekarang subjek merokok minimal 5
Diri” pada kelompok pertama, dan 2
ini
merokok tidak menyebar secara luas.
yang biasanya dihisap oleh ayah dan akhirnya,
Progo
upaya penanggulangan agar perilaku
juga penasaran dengan rasa rokok
Pada
Kulon
diperlukan upaya preventif sebagai
jika tidak merokok. Selain itu, subjek
lainnya.
merokok
di SMP swasta berbasis agama di
ikutan teman bermainnya. Subjek
laki-laki
teridentifikasi
tidak terlalu banyak, misalnya seperti
dilakukan karena pada awalnya ikut-
orang-orang
Aspek Jumlah Persentase Siswa yang 45 16,07% merokok siswa Siswa yang 235 83,93% tidak/belum siswa merokok
pada
kelompok
konsumsi
pembanding
rokok
pada
perokok
diberikan psikoedukasi saja karena
ringan. Penelitian ini menggunakan
remaja lebih mudah mengerti ketika
pendekatan behavioral dan berhasil
diberikan
karena
serta terbukti untuk menurunkan
kemampuan kognitif mereka yang
perilaku merokok pada seseorang
berkembang, hal ini juga sesuai
yang merokok pada kategori ringan.
ceramah,
Berdasarkan
dengan penelitian Bungawati (2004) mengenai
efektivitas
penelitian
pemberian
beberapa
tersebut,
dapat
informasi kesehatan melalui metode
disimpulkan bahwa strategi atau
ceramah, poster, dan liflet dalam
teknik kontrol diri dapat digunakan
pencegahan
kecenderungan
untuk upaya alternatif pengendalian
berperilaku merokok siswa SMP
diri dari seorang individu agar tidak
yang menunjukkan bahwa ketiga
sampai
metode tersebut dapat menurunkan
menurunkan
kecenderungan merokok remaja di
merokok pada remaja. Hipotesis
SMP,
pada penelitian ini adalah program
dan
kelompok
ceramah
merokok niat
atau
intensi
“Peduli
dibanding
efektif dalam menurunkan intensi
yang
lain
dan
dapat
menunjukkan hasil yang lebih baik kelompok
Diri”
serta
psikoedukasi
merokok remaja.
(kelompok poster dan liflet). Penelitian mengenai kontrol diri diantaranya yang dilakukan oleh
Metode Variabel
Sandek dan Astuti (2007) bahwa
bebas
dalam
kontrol diri dapat berperan untuk
penelitian ini adalah program “Peduli
menumbuhkan sikap atau intensi
Diri” dan psikoedukasi, sedangkan
berhenti
dalam
variabel tergantung adalah intensi
aspek
merokok. Subjek penelitian dalam
mengontrol perilaku. Oleh karena itu,
penelitian ini 22 siswa dengan
kontrol
rincian
merokok
kontrol
diri diri
karena
terdapat
8
siswa
di
kelompok
dapat
menurunkan
merokok.
Penelitian
eksperimen I (diberikan program
menggunakan
“Peduli Diri”) namun 1 subjek gugur
teknik kontrol diri untuk mengurangi
karena tidak datang di pertemuan
intensi Ramdhani
(2013)
3
ketiga,
7
siswa
eksperimen
II
kelompok
perlakuan berupa program “Peduli
(diberikan
Diri”,
di
kelompok
eksperimen
psikoedukasi), 7 siswa di kelompok
dengan
kontrol. Cara yang dilakukan untuk
psikoedukasi dan kelompok kontrol.
membagi kelompok yaitu dengan
Penelitian
cara
proses
merokok yang dimiliki subjek pada
pembagian kelompok melalui skor
tiga kelompok, yaitu dua kelompok
yang hampir sama antarsubjek.
eksperimen
yaitu
matching,
kontrol
Metode pengumpulan data dilakukan
dengan
perlakuan
II
ini
mengukur
dan
pada
(sebelum
menggunakan
berupa
satu
intensi
kelompok
kondisi
pre-test
perlakuan),
post-test
skala intensi merokok yang disusun
(setelah perlakuan), follow up 1 (dua
berdasarkan
minggu setelah perlakuan) dan follow
aspek-aspek
Ogden
up 2 (satu bulan setelah perlakuan).
(2000), Fishbein & Ajzen (2011).
Intervensi
Digunakan pula laporan observasi diri
subjek
pada
yang
dilakukan
pada kelompok eksperimen I berupa
perilaku
merokoknya, yakni jumlah rokok
program
yang dikonsumsi dalam satu hari,
memadukan
satu
bulan,
berupa ceramah, video mengenai
wawancara kepada subjek setelah
bahaya merokok dan liflet serta
dilakukan perlakuan, serta observasi
penerapan teknik kontrol diri yang
ketika dilakukan perlakuan.
berupa teknik memonitor pikiran
minggu
atau
satu
“Peduli
Diri”
antara
yang
psikoedukasi
dalam
sendiri, teknik afirmasi diri serta
penelitian ini menggunakan teknik
beberapa cara untuk memetakan
multiple treatment and control with
problem diri sendiri untuk dapat
Desain
eksperimen
pretest,
yaitu
desain
perlakuan
dipecahkan dan menjadi perilaku
dengan
menggunakan
beberapa
yang lebih sehat. Sedangkan pada
kelompok perlakuan dan kelompok
kelompok
kontrol dengan pre-test (Shadish,
psikoedukasi
Cook and Campbell, 2002). Dalam
kondisi remaja, dampak dan bahaya
penelitian ini terdapat dua perlakuan
merokok serta perilaku sehat tanpa
yaitu kelompok eksperimen I dengan
rokok.
4
eksperimen mengenai
II
berupa
mengenal
follow up. Follow up dilakukan untuk
Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif yang diperoleh dari
melihat
skor skala intensi merokok pada saat
siswa, serta apakah para siswa yang
pre-test, post-test, follow up 1 dan
belum merokok sampai pada perilaku
follow up 2. Metode analisis data
merokok, dan untuk melihat siswa
yang
yang telah merokok apakah menurun
digunakan
statistik
adalah
dengan
analisis
tingkat
intensi
merokok
perilaku merokoknya.
non-parametrik
karena sampel yang kecil sehingga distribusi pengambilan sampel tidak
Hasil Analisis
mendekati normal (Supranto, 2001). Secara khusus, metode analisis data
eksperimen
yang
kelompok
I,
II
dan
kontrol
untuk
menguji
dilakukan untuk melihat efektivitas
menggunakan
Kruskal
kedua program pada dua kelompok
Wallis untuk menguji perbedaan 3
eksperimen serta perbedaan dengan
kelompok. Sedangkan pada masing-
kelompok kontrol pada saat sebelum
masing
digunakan
dilakukan perlakuan (pre-test) dan
Wilcoxon Signed Rank Test yang
setelah dilakukan perlakuan (post-
merupakan versi non-parametrik uji
test).
berpasangan,
berikut :
dilakukan
hipotesis
kelompok
dengan
cara
Hasil
analisisnya
sebagai
memasangkan antara skor pre-test
Tabel 2. Gainscore Rata-rata Tiga
dan post-test, post-test dan follow up
Kelompok
1, follow up 1 dan follow up 2. Proses
Kelompok
analisis data dibantu dengan SPSS
GAINSCORE Eksperimen I Eksperimen II Kontrol
versi 16 for windows. Dilakukan
pula
analisis
Total
kualitatif yaitu menggunakan data hasil observasi
dan
Chi-Square df Asymp. Sig.
setelah
perlakuan berlangsung serta saat
5
7 7 7 21
11.21 17.50 4.29
Test Tiga Kelompok
merokok, serta data hasil wawancara sebelum
Mean Rank
Tabel 3. Hasil Uji Kruskal Wallis
ketika dilakukan
perlakuan, data dari angket status mendalam
N
GAINSCORE 15.991 2 .000
Berdasarkan tabel diketahui
Berdasarkan tabel 4 diketahui
bahwa probabilitas (p) signifikansi
bahwa
0,000. Oleh karena probabilitas (p)
signifikan pada kondisi pre-test ke
lebih kecil dari ߙ = 0,05, maka dapat
post-test (p=0,018 < 0,05) dan tidak
disimpulkan
terdapat
perbedaan
yang
bahwa
terdapat
terdapat perbedaan antara kondisi
penurunan
intensi
post-test ke follow up 1 atau follow
merokok pada tiga kelompok, yang
up 1 ke follow up 2 (p=0,017 dan
mana kelompok yang paling tinggi
p=0,207 masing-masing > 0,05).
penurunannya
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbedaan
adalah
kelompok
eksperimen II dengan mean rank
program
17,50,
menurunkan intensi merokok remaja
kemudian
kelompok
Diri”
dapat
saat pre-test ke post-test.
eksperimen I dengan mean rank
Analisis
11,21, dan setelah itu kelompok
eksperimen
kontrol mean rank 4,29. Masing-masing
“Peduli
II
kelompok dilakukan
untuk
melihat bagaimana skor pada saat
kelompok
(sebelum
dilakukan
dianalisis menggunakan Wilcoxon
pre-test
Signed Rank Test, dilakukan untuk
psikoedukasi),
menguji perbedaan signifikan antara
setelah
dua kondisi yang berbeda. Berikut ini
follow up 1 (dua minggu setelah
hasil
program dilakukan), follow up 2
analisis
dari
kelompok
(satu
eksperimen I :
hasil
Eksperimen I
Pre-test ke post-test Post-test ke follow up 1 Follow up 1 ke follow up 2
psikoedukasi),
setelah apakah
analisis
eksperimen II:
Hasil Wilcoxon Signed Rank (Asymp. Sig 2-tailed) .018 .176 .207
6
bulan
(sesaat
program mengalami
kenaikan atau penurunan. Berikut ini
Signed Rank Test Kelompok Kondisi
dilakukan
dilakukan)
Tabel 4. Hasil Analisis Wilcoxon
post-test
dari
kelompok
kondisi
Tabel 5. Hasil Analisis Wilcoxon
pre-test
ke
post-test
Signed Rank Test Kelompok
meskipun pada kondisi post-test ke
Eksperimen II
follow up 1 skor intensi merokok
Kondisi Pre-test ke post-test Post-test ke follow up 1 Follow up 1 ke follow up 2
kembali naik. Pada kondisi follow up
Hasil Wilcoxon Signed Rank (Asymp. Sig 2tailed) .018
1 ke follow up 2 tidak terjadi perubahan skor intensi merokok pada
.018
subjek.
.310
Pada
kelompok
kontrol,
menghasilkan data seperti tabel 6
Berdasarkan tabel 5 diketahui
berikut ini :
bahwa terdapat perbedaan antara
Tabel 6. Hasil Analisis Wilcoxon
kondisi pre-test ke post-test (p=0,018
Signed Rank Test Kelompok Kontrol
< 0,05), dan terdapat perbedaan
Kondisi
antara kondisi post-test ke follow up Pre-test ke post-test Post-test ke follow up 1 Follow up 1 ke follow up 2
1 (p=0,018 < 0,05) hal ini karena subjek mengalami kenaikan intensi merokok yang cukup besar, serta tidak
terdapat
perbedaan
antara
kondisi follow up 1 ke follow up 2
.600 .715
Berdasarkan tabel 6 diketahui
(p=0,310 > 0,05). Maka
Hasil Wilcoxon Signed Rank (Asymp. Sig 2tailed) .551
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
dapat
disimpulkan
signifikan antara kondisi pre-test ke
bahwa terdapat penurunan intensi
post-test (p=0,551 > 0,05), post-test
merokok
pada
ke follow up 1 (p=0,600 > 0,05), atau
pada
follow up 1 ke follow up 2 (p=0,715
kondisi sebelum diberikan program
> 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
(pre-test)
tidak terdapat perbedaan signifikan
yang
kelompok
signifikan
eksperimen dan
II
setelah
diberikan
psikoedukasi (post-test).
intensi merokok pada kelompok yang
Berdasarkan pemaparan di atas,
dapat
disimpulkan
tidak diberikan perlakuan apapun.
bahwa
Secara
kualitatif
diketahui
program psikoedukasi efektif dalam
bahwa program “Peduli Diri” efektif
menurunkan intensi merokok pada
dalam menurunkan intensi merokok
7
remaja, serta subjek yang mengikuti
lebih terlihat pada kelompok yang
program “Peduli Diri” dapat lebih
diberikan
mengontrol diri dan lebih tahan
kelompok program “Peduli Diri”.
mengurangi
rokok
daripada
Hal ini diketahui dari hasil
terhadap godaan rokok sehingga dapat
psikoedukasi,
analisis
yang
menggunakan
Kruskall
Wallis yang menunjukkan bahwa
dikonsumsi. mengalami
nilai signifikansi (p) = 0,000, dan
penurunan intensi merokok secara
lebih kecil dari α = 0,05 yang mana
konsisten dari kondisi pre-test hingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
follow up 2 pernah mengalami
perbedaan
pengalaman sakit akibat merokok
merokok pada tiga kelompok, dan
pada
kelompok
Subjek
yang
kelompok
eksperimen
I.
penurunan yang
intensi
paling
kelompok
penurunannya
yang
diberikan
eksperimen
secara
kualitatif
perlakuan berupa psikoedukasi). Hal
dalam
tersebut dapat diketahui dari nilai
menurunkan intensi merokok remaja.
mean rank yang paling tinggi adalah
Meskipun
perilaku
kelompok eksperimen II yaitu 17,50,
merokok yang dilakukan oleh subjek
kemudian eksperimen I yaitu 11,21,
masih tetap dan jumlah rokok yang
lalu kelompok kontrol 4,29.
Sedangkan
untuk
eksperimen
II
psikoedukasi, psikoedukasi
efektif demikian,
adalah
tinggi
II
kelompok
(yang
diberikan
Remaja memahami dirinya
dikonsumsi juga cenderung tidak
yang masih dalam tahap remaja
menurun.
dengan
tugas
perkembangannya,
keinginan untuk mencoba, sehingga
Diskusi
remaja
Hasil uji hipotesis yang telah
menjadi
lebih
bahwa
mengenai
dirinya
hipotesis yang menyatakan bahwa
membuat
remaja
menjadi
program
berpikir
agar
tidak
dilakukan
menunjukkan “Peduli
psikoedukasi
Diri”
efektif
dan
terpengaruh
dalam
dan
aware
dengan
hal
mulai mudah
kondisi
di
menurunkan intensi merokok pada
lingkungannya.
remaja dapat diterima. Penurunan
sebelumnya belum terlalu sadar dan
8
Remaja
ini
yang
paham mengenai diri sendiri yang
salah
sedang mengalami perkembangan
mengakibatkan kematian dini, atau
yang berbeda dari fase sebelumnya
kelompok remaja yang menderita
(kanak-kanak),
lebih
penyakit menghalangi kemampuan
ingin
mereka
mengerti
menjadi
bahwa
dirinya
satunya
merokok
untuk
diterima oleh teman sebaya tetapi
mengembangkan
kadang
sepenuhnya.
perilakunya
bertanggung merokok,
kurang
jawab, sesuai
pemberian
yang
tersebut,
diberikan
sesi
menjadi
lebih
subjek
dan
potensi
mereka
pengetahuan/ceramah
agar mereka lebih mencintai diri
dikemukakan Hurlock (2000). Setelah
tumbuh
Remaja disadarkan melalui
misalnya
dengan
serta
sendiri dengan cara mengusahakan kesehatan
tubuhnya
menyadari bahwa dirinya dalam
menghindari
kondisi mudah terpengaruh atau
remaja diberikan figur artis yang
memiliki sikap conformity (Sumarlin,
tetap keren meski tanpa merokok.
2009) yaitu motif untuk menjadi
Remaja
sama, sesuai, seragam dengan nilai-
pertumbuhan,
nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi),
sempurnanya otak menjadikannya
atau
sebayanya
meningkat pada kemampuan kognitif
sehingga subjek menjadi lebih sadar
(Piaget dalam Papalia, Olds &
dan paham mengenai dirinya.
Feldman,
budaya
teman
rokok,
mendapatkan mengerti
remaja sesi
bagaimana
ini
yang
setelah
sedang dan
2009)
itu
masa semakin
sehingga
lebih
mudah menyerap ilmu-ilmu yang
Pada sesi perilaku kesehatan tanpa
rokok,
serta
setelah
diberikan
padanya,
mereka
menjadikan
sesi
hal ini
ini
berhasil
mempengaruhi pola pikir remaja dari
berperilaku
secara sehat dan tanpa rokok, hal ini
awalnya
kemudian menjadikan remaja dapat
terlihat keren dan tidak berpikir
mengontrol niat merokoknya. Sesi
mengenai bahaya bagi tubuhnya,
yang berisi pemberian pengetahuan
setelah sesi mereka menjadi berpikir
mengenai beberapa penyakit serius
bahwa
yang diawali pada masa remaja, dan
9
ingin
merokok
merokok
tidak
supaya
membuat
keren
justru
kecenderungan berperilaku merokok
menjadikannya
serta
mengalami gangguan kesehatan.
Pada kelompok eksperimen I,
merokok serta liflet mengenai bahaya remaja
mengerti
pengetahuan
mengenai bahaya merokok.
Pada sesi dampak dan bahaya merokok,
meningkatkan
selain
dan
pemberian
pemahaman
memahami apa saja dampak dan
melalui psikoedukasi juga diberikan
bahaya
teknik agar remaja dapat mengontrol
merokok
diberikan
dengan
penjelasan
cara
dirinya
melalui
setelah
mereka
mulai
ceramah serta dari liflet. Seorang
memahami dirinya serta dampak dan
individu
mengetahui
bahaya merokok yaitu teknik kontrol
dampak dan bahaya merokok bagi
diri. Teknik ini berupa lembar kerja
kesehatan,
mendorong
yang berisi mengenali keuntungan
keinginan seseorang untuk berhenti
dan kerugian merokok, mengenali
merokok (Rosita, Suswardany &
situasi penyebab ingin merokok, jika
Abidin, 2012).
orang
yang
telah akan
dengan
Penurunan intensi merokok remaja
menggunakan
berupa merupakan
promosi
merokok,
orang
komitmen
terdekat,
cara
mengelola keputusan merokok, self
perlakuan
psikoedukasi
lain
yang
monitoring,
kesehatan
behavioral
management,
self
self
reinforcement,
sekolah sesuai dengan penelitian
serta cara untuk mengontrol diri
Bungawati (2004) yaitu mengenai
dengan
relaksasi.
pemberian
tersebut
secara
bahaya
pemahaman merokok
mengenai
dikategorikan
menggunakan
Beberapa umum
dalam
tiga
hal dapat aspek
metode ceramah, poster dan liflet di
kontrol diri yaitu kontrol kognitif,
SMP di kota Palu, serta Kuhu (2012)
kontrol
keputusan
yang menggunakan media berupa
perilaku
serta
kartu bergambar untuk memberikan
aspek intensi merokok yaitu sikap
pemahaman bahaya merokok pada
terhadap perilaku merokok, norma
siswa SD di kabupaten Banyumas
subjektif terhadap perilaku merokok
yang mana menunjukkan hasil yang
serta
efektif
perilaku.
dan
dapat
menurunkan
10
persepsi
dan
kontrol
mengintervensi
terhadap
3
kontrol
Aspek perilaku
sikap
tersebut memukul satpam stasiun,
terhadap
diintervensi
oleh
akan
sesi
menjadi
lebih
paham
mengenali keuntungan dan kerugian
bagaimana seharusnya berperilaku
merokok
situasi
menurut standar norma yang berlaku
penyebab ingin merokok. Remaja
di lingkungannya. Dengan cara ini
dalam tahap kognitif yang mulai
remaja menjadi lebih sadar bahwa
berkembang, akan dapat memikirkan
dirinya harus berperilaku menurut
untung dan ruginya jika mereka
standar norma yang berlaku di
merokok serta mereka mengenali
lingkungannya, misalnya jika tidak
situasi
dan
mengenali
penyebab
sehingga
ingin
merokok
diperbolehkan
dari
perilaku
lingkungan sekolah maka mereka
terhindar
merokok
di
tidak melakukannya.
merokok sehingga hal ini akan
Sesi
menjadikan sikap negatif terhadap
berkomitmen
dengan
rokok, kemudian tidak berkeinginan
orang-orang terdekat, maka remaja
merokok. Hal ini sesuai dengan
akan mulai berusaha tidak ingin
pendapat Elitha (2015) bahwa nilai
merokok
subjektif dari evaluasi akibat rokok
mengingatkan
berkontribusi
sikap
Elitha (2015) dalam penelitiannya
seseorang dalam bentuk kekuatan
mengatakan bahwa aspek subjective
dari kepercayaan atau dengan kata
norms (norma subjektif) merupakan
lain, berpikir mengenai keuntungan
tekanan sosial untuk menampilkan
dan
atau tidak menampilkan perilaku
terhadap
kerugian
merokok
dapat
(dalam
mengurangi perilaku merokok.
karena
ada
jika
penelitian
ia
ini
yang
merokok.
perilaku
subjektif
merokok), sehingga ketika seseorang
terhadap perilaku diintervensi oleh
sudah berkomitmen dengan orang-
sesi jika orang lain merokok dan
orang
komitmen
pengaruh
Aspek
terdekat. melihat
norma
dengan Remaja kasus
orang-orang dengan
ketika
yang
dianggap
dalam
memiliki
hidupnya,
akan
mengendalikan niat merokoknya.
cara
Aspek
seseorang
persepsi
terhadap
merokok di peron stasiun dan ditegur
kontrol perilaku diintervensi melalui
oleh satpam, namun justru orang
sesi respon relaks, cara mengelola
11
keputusan merokok, self monitoring,
meneliti
behavioral self management dan self
penerapan teknik kontrol diri untuk
reinforcement. Masing-masing sesi
mengurangi konsumsi rokok pada
cukup berpengaruh pada subjek, hal
kategori perokok ringan. Demikian
ini terlihat subjek menjadi lebih
juga Janah (2011) yang menekankan
segar, bugar dan nyaman setelah sesi
pada pelatihan kontrol kontrol diri
respon
dengan teknik TGMPM.
relaks/relaksasi
sehingga
terutama
niat
pada
dan teknik kontrol diri pada akhirnya
merokoknya
aspek
efektivitas
Kedua hal yaitu psikoedukasi
mereduksi tingkat stres subjek dan menurunkan
mengenai
secara
persepsi
bersama-sama
dapat
terhadap kontrol perilaku, sesuai
menurunkan intensi merokok remaja.
dengan penelitian Hasnida & Kemala
Hal ini dikarenakan peserta berfikir
(2005)
dan mulai memahami dampak dan
bahwa
stres
akan
mempengaruhi perilaku merokok.
bahaya
Selain itu, subjek juga diberikan cara
mengerti mengenai teknik kontrol
bagaimana mengelola agar tidak
diri yang dilatihkan, sehingga peserta
merokok,
memiliki kesempatan untuk berfikir
memonitor
mengenai
merokok
cukup
dirinya, memanage dirinya serta
dan
menggunakan
perlakuan yang juga berlangsung
kalimat
pengukuh
merenungi,
serta
3x
serta
pertemuan,
proses
untuk keberhasilan dirinya dalam
selama
membuat
mencegah niat merokok.
subjek menjadi lebih memiliki waktu mengenai
untuk memikirkan perilaku yang
efektivitas teknik kontrol diri sejalan
akan ditampilkannya. Namun, pada
dengan
kelompok kontrol hal ini tidak
Hasil
penelitian
penelitian-penelitian
terjadi.
sebelumnya, misalnya Friese dan
Subjek atau peserta dalam
Hafman (2009) yang mengemukakan akan
kelompok
salah
kelompok
eksperimen
satunya gangguan penyalahgunaan
menunjukkan
perubahan
zat, misalnya nikotin. Penelitian yang
penurunan
lain yaitu Ramdhani (2013), yang
cenderung stabil pada saat follow up
bahwa
kontrol
mempengaruhi
diri
penurunan
12
eksperimen,
intensi
terutama
merokok
I yaitu dan
1 serta follow up 2. Mereka juga
dampak dan bahaya merokok serta
dapat lebih mengaplikasikan teknik
perilaku sehat dan sehat tanpa rokok.
kontrol diri untuk mencegah agar
Di mana dalam ketiga materi tersebut
mengurangi
remaja
jumlah
rokok
yang
mengerti
bagaimana
dikonsumsi. Subjek yang tergabung
kondisinya sekarang sehingga ia juga
dalam kelompok eksperimen I juga
mengerti akan berperilaku seperti
cenderung
terhadap
apa, pada materi mengenai dampak
teman yang menawari rokok, dalam
dan bahaya merokok remaja juga
arti
terpengaruh.
sadar dan paham bahwa merokok
Beberapa subjek dalam kelompok ini
adalah suatu perilaku yang tidak baik
juga menyadari ketika ia telah mulai
bagi tubuh, pada materi perilaku
ingin
sehat dan sehat tanpa rokok peserta
lebih
tidak
tahan
mudah
merokok,
berusaha
namun
berpikir
masih
mengerti
dampak-
bahwa
untuk
tampil
dampaknya sehingga dapat lebih
menjadi gentle dan diterima oleh
mengurangi
lingkungan serta peer group tidaklah
jumlah
rokok
yang
harus merokok.
dikonsumsi. Berdasarkan
Theory
Program
of
“Peduli
Diri”
Planned Behavior, munculnya suatu
(psikoedukasi dan teknik kontrol
perilaku
niat
diri) dikatakan dapat menurunkan
(intention), dan sikap dan perilaku
intensi merokok. Hal ini berdasarkan
dapat diubah dengan memodifikasi
wawancara
sistem keyakinan dominan yang
mengatakan bahwa mereka ingin
mendasarinya.
mengurangi
didahului
Pada
oleh
kelompok
dengan atau
subjek bahkan
yang tidak
eksperimen, baik I dan II, cara yang
merokok. Subjek pada kelompok
digunakan
memodifikasi
eksperimen
sistem keyakinan yang dimiliki oleh
menerapkan
seorang individu adalah dengan cara
misalnya dengan berpikir mengenai
diberikan psikoedukasi. Psikoedukasi
untung rugi merokok dan menyadari
yang diberikan dapat memberikan
bahwa mereka kelompok yang rentan
pengetahuan dan pemahaman kepada
terhadap pengaruh teman sebaya.
untuk
subjek mengenai kondisi remaja,
13
I
beberapa
teknik
kontrol
kali diri,
Pada kelompok eksperimen
di kelompok eksperimen II melalui
II, peserta mengalami penurunan
pencatatan indera menuju ingatan
skor intensi merokok saat post-test,
jangka pendek. Transfer informasi
dan hal ini terjadi cukup signifikan
dari ingatan indera (ingatan sensori)
namun mengalami kenaikan kembali
menuju
saat follow up 1, dan mengalami
dikendalikan oleh perhatian, terlihat
penurunan kembali saat follow up 2.
hal ini dari keadaan pre-test menuju
Dapat
pada
post-test sehingga subjek mengalami
kelompok yang diberikan perlakuan
penurunan intensi merokok karena
berupa psikoedukasi, pada kondisi
proses psikoedukasi yang secara
setelah diberikan perlakuan berupa
langsung (satu kali pertemuan dan
psikoedukasi mengalami penurunan
langsung diberikan skala post-test)
niat merokok. Hal ini terjadi karena
yang diberikan perhatian (informasi
psikoedukasi
dianggap penting) oleh subjek.
diartikan
bahwa
dilakukan
secara
ingatan
Oleh
berturutan dan subjek mengalami
jangka
pendek
kelompok
kepintaran sesaat secara kognitif
eksperimen
yang menyebabkan secara afektif
diterima
turut berpengaruh yakni menurun
tersebut
tingkat intensi merokoknya.
proses rehearsal atau repetition, yakni
Pada kondisi follow up 1
II,
subjek
informasi
melalui
yang
psikoedukasi
tidak dikendalikan oleh pengulangan
informasi
di
yakni dua minggu setelah perlakuan,
dalam pikiran atau ingatan sehingga
subjek
peningkatan
informasi tersebut tidak terpelihara
kembali dalam skor intensi merokok
ketika follow up 1 sehingga subjek
serta cenderung stabil pada saat
mengalami kenaikan skor intensi
follow up 2. Hal ini terkait dengan
merokok. Pada saat follow up 2,
memori/
subjek
mengalami
ingatan
subjek
dalam
mengalami
penurunan
kelompok eksperimen II sesuai yang
kembali intensi merokok karena
dikemukakan oleh Atkinson dan
terdapat
Shiffrin (Suharnan, 2005). Informasi
bercerita bahwa terdapat orang-orang
yang diterima mengenai dampak dan
yang sakit seperti yang disebutkan
bahaya merokok diproses oleh subjek
ketika
14
beberapa
sesi
orang
intervensi.
Hal
yang
ini
menjadikan subjek mengalami proses
membawa liflet dan menceritakannya
rehearsal dari psikoedukasi sebulan
kepada teman-temannya, sehingga
sebelumnya karena beberapa subjek
hal
masih membawa liflet yang sebulan
subjek yang lain.
ini
Faktor
lalu dibagikan bahkan salah seorang siswa
membacakan
teman-temannya,
di
yang
beberapa
mendukung
keberhasilan program diantaranya
hadapan
meskipun
mempengaruhi
adalah fasilitator dan co-fasilitator.
tidak
Penguasaan materi, pengalaman serta
terlalu formal. Berdasarkan
hasil
hubungan
analisis
interpersonal
antara kondisi post-test dan follow up
merupakan
1 pada kelompok eksperimen II,
mendukung keberhasilan program
diketahui bahwa terdapat kenaikan
ini. Fasilitator yang telah dikenal dan
skor intensi merokok. Terlihat skor z
juga guru BK sendiri, serta seorang
menunjukkan
yang dianggap positif oleh siswa
-2,371
dan
nilai
modal
fasilitator
probabilitas (p) signifikansi 0,018 <
juga
turut
0,05. Skor intensi merokok pada saat
keberhasilan
yang
dapat
mempengaruhi
program
perlakuan,
1
yang berupa program “Peduli Diri”
kenaikan.
serta psikoedukasi. Fasilitator yang
Kenaikan yang terjadi antara kondisi
mampu menjelaskan materi secara
post-test ke follow up 1 pada
baik,
kelompok
eksperimen
sangat
dengan peserta tanpa membuat sekat
signifikan
karena
tidak
atau jarak di antara guru dan siswa
mengalami proses rehearsal, namun
mampu menumbuhkan kepercayaan
pada saat follow up 1 ke follow up 2
subjek
subjek
mengalami
keberhasilan program.
kembali
karena
post-test cenderung
menuju
follow
mengalami
up
II
subjek
penurunan
adanya
dengan
sehingga Hal
proses
diselingi
lainnya
guyonan
mendukung yang
turut
rehearsal dan repetition dari salah
berpengaruh juga modul yang telah
seorang
bercerita
melalui proses validasi modul dari
mengenai seorang yang sakit/bolong
tiga expert judgement, yakni dosen
bagian tenggorokannya akibat rokok
yang pernah meneliti tema yang
dan
hampir sama, psikolog klinis dan
subjek
subjek
yang
tersebut
bahkan
15
dosen
yang
terbiasa
1. Program preventif “Peduli Diri”
menangani
permasalahan remaja, serta dosen
dan
psikologi kesehatan serta modul yang
menurunkan
telah
merokok
diujicobakan
pada
subjek
psikoedukasi
dapat
tingkat
remaja.
intensi
Psikoedukasi
remaja awal hingga tengah, ikut serta
lebih efektif dalam menurunkan
dalam mempengaruhi keberhasilan
intensi merokok daripada program
program ini. Hal ini dilakukan agar
“Peduli
materi yang disampaikan dapat lebih
kontrol
mudah dipahami serta waktu yang
penurunan intensi merokok.
Diri”,
dan
tidak
kelompok mengalami
2. Penurunan intensi merokok pada
disediakan cukup efektif.
subjek yang diberikan program
Selain itu, keadaan subjek yang kooperatif pada saat program
“Peduli
juga turut mempengaruhi pada hasil
hingga dua minggu, dan pada
penelian ini. Subjek pada kedua
subjek
kelompok
psikoedukasi
eksperimen,
meskipun
Diri”
dapat
yang
bertahan diberikan
hanya
bertahan
terkadang terlihat kurang antusias,
hingga sesaat setelah diberikan
namun ternyata ketika dilakukan
program. 3. Subjek
wawancara mereka mengerti dan
yang
mendapatkan
sanggup berubah. Subjek juga datang
program “Peduli Diri” dapat lebih
tepat waktu, bahkan pada kelompok
mengontrol
eksperimen
mengurangi
I,
berkeinginan
peserta jika
malah
agar
materi
diberikan
terutama
jumlah
untuk konsumsi
rokok per harinya dan dapat
waktunya
ditambahkan
dirinya
yang
mengaplikasikan
teknik-teknik
video
kontrol diri yang diberikan. 4. Temuan yang didapatkan yaitu
diperbanyak.
psikoedukasi dapat menurunkan intensi
Kesimpulan
merokok
lebih
cepat
analisis
daripada program “Peduli Diri”,
secara kuantitatif maupun kualitatif,
namun program “Peduli Diri”
maka dapat disimpulkan bahwa :
penurunan intensi merokoknya
Berdasarkan
hasil
16
lebih
bertahan
daripada
Experimental Social Psychology, 51, pag. 56-59. Hasnida dan Kemala, I. (2005). Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki. Jurnal Psikologia vol.1, no.2, hal.105-111. Hurlock, E.B. (2000). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Janah, M.R. (2011). Pengaruh Pelatihan Kontrol Diri Dengan Menggunakan Metode Teknik Gerakan Mengontrol Perilaku Merokok (TGMPM) Untuk Mengurangi Perilaku Merokok Pada Siswa SMK Harapan Kartasura. Tesis (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kuhu, M.M. (2012). Pengaruh Penggunaan Kartu Bergambar sebagai Media Promosi Kesehatan di Sekolah Terhadap Peningkatan Pengetahuan Bahaya Merokok pada Siswa SD Negeri Karangmangu Kabupaten Banyumas. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Ogden, J. (2000). Health Psychology. New York: McGraw Hill. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.
psikoedukasi. 5. Temuan lain yaitu subjek yang memiliki
pengalaman
buruk
akibat rokok dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penurunan intensi merokok secara konsisten sejak kondisi awal hingga sebulan setelah program berlangsung.
Daftar Pustaka Bungawati, A. (2004). Efektivitas Pemberian Informasi Kesehatan Melalui Metode Ceramah, Poster, Liflet dalam Pencegahan Kecenderungan Berperilaku Merokok Pada Siswa SLTP Kota Palu. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Elitha, C. (2015). Studi Korelasional Prediktif Mengenai Intensi Mengurangi Perilaku Merokok pada Siswa Lakilaki Usia 15-18 tahun di SMAN 20 Bandung Berdasarkan Theory of Planned Behavior. Jurnal Penelitian Online. Diunduh pada: pustaka.unpad.ac.id. Fishbein, M & Ajzen, I. (2011). Predicting and Changing Behavior. Buku Online, diakses pada: tanggal 12 Juni 2015. Friese, M & Wanke, M. (2014). Personal Prayer Buffers Self Control Depletion. Journal of
17
Rosita, R., Suswardany, D.L. & Abidin, Z. (2012). Penentu Keberhasilan Berhenti Merokok pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan Masyarakat, no.8, hal.1-9. Permanasari, I. (2012). Perokok Laki-laki di Indonesia Capai 67 Persen. Diakses pada : http://health.kompas.com tanggal 24 November 2014. Ramdhani, M. (2013). Penerapan Teknik Kontrol Diri untuk Mengurangi Konsumsi Rokok pada Kategori Perokok Ringan. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, vol. I (3), hal.240-254. Sandek, R dan Astuti, K. (2007). Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Merokok dan Kontrol Diri dengan Intensi Berhenti Merokok. Jurnal Penelitian Publikasi, diakses pada:
fpsi.mercubuana-yogya.ac.id tanggal 27 Februari 2015. Shadish, W.R., Cook, T.D & Campbell, D. (2002). Experimental and QuasiExperimental Design for Generalized Causal Inference. New York: Houghton Mifflin Company. Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. Sukarno, P.A. (2014). Jumlah Perokok Terus Meningkat, Indonesia Tertinggi Kedua di Dunia. Diakses pada: pada tanggal 22 November 2014. Sumarlin, R. (2009). Perilaku Konformitas pada Remaja yang Berada di Lingkungan Peminum Alkohol. Artikel Penelitian Online. Diunduh pada: http://www.gunadarma.ac.id. Supranto, J. (2001). Statistik : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
18