UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHUN JARAN 2013/2014
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Gunak Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi
Oleh RINA SRI HARTINI A 210 100 154
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
TINIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos 1 - Pabelan Kartasura Telp (0271) 717417 ,Fax : 715448 Surakarta 57102
website:
http://www.ums.ac.id
Email:
[email protected]
Surat Persetuiuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir Nama
: Drs. H.
NIK
:216
:
Djalal Fuadi, MM
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsiltugas akhir dari mahasiswa: Nama
Rina Sri Hartini
NIM
A210100
Program Studi
Pendidikan Akuntansi
Judul Skripsi
UPAYA MENINGKATKAN AKTTVITAS BELAJAR IPS MELALUI
154
MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS
VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA
TAHLIN AJARAN
201312014.
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, Februai2014 Pembimbing
ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014
Rina Sri Hartini, A210100154, Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan penerapan model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS. Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 siswa dan subyek pelaksana adalah peneliti. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan dilapangan/pada waktu melaksanakan tidakan, lembar pedoman wawancara, lembar penilaian individu setelah mengikuti pembelajaran, dokumentasi. Prosedur dalam penelitian ini ada empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan dengan dua siklus dimana tiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan yang bertujuan untuk memperoleh data peningkatan aktivitas dalam pembelajaran IPS siswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebelum tindakan diperoleh rata-rata tingkat aktivitas siswa sebesar 15%. Pada siklus I tingkat rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 51,17%. Pada siklus II tingkat rata-rata aktivitas meningkat menjadi 84,72%. Hal ini berasrti peningkatan aktivitas siswa mencapai indikator yakni 85%. Berdasarkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik.
Kata Kunci: Aktivitas belajar, Model pembelajaran Make a Mtach, dan Pembelajaran IPS
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan berada. Pendidikan adalah menananmkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru. ( Soekidjo, 2003:68) Pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, apektif, dan psikomotor. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya. Dengan demikian perlu diciptakan sistem pembelajaran yang berkualitas. Sejalan perkembangan masyarakat dewasa ini pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan, salah satunya berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional Indonesia. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 11 tahun 2006 Pasal 4 merumuskan, Tujuan pendidikan nasional yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan karena interaksi pembelajaran adalah kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi sarana transfer keilmuan dari guru dengan siswa yang terstruktur dan terencana, sehingga bisa menjadikan siswa paham akan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kenyataan dalam pendidikan sekarang ini terdapat banyak masalah yang dihadapi pada saat proses pembelajaran. Salah satu masalah dari berbagai masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran adalah kurangnya aktivitas belajar siswa.
1
Begitu pula pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SMP Prawira Marta Kartasura belum berlangsung dengan sempurna, masih ada beberapa kekurangan sehingga menyebabkan aktivitas belajar tidak maksimal, seperti pemanfaatan fasilitas yang ada disetiap ruang kelas yang ada di SMP Prawira Marta belum maksimal, penggunaan model pembelajaran yang tidak bervariasi, kurangnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai atau kurang tepat sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS sehingga siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai materi yang disampaikan. Maka penggunaan model pembelajaran bagi guru merupakan hal yang cukup penting dalam peningkatan aktivitas belajar siswa. Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggaraan pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Mengenai rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura, maka salah satu pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh adalah merubah proses pembelajaran yang digunakan kearah pembelajaran yang mampu memberi peluang dan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu salah satunya penerapan model pembelajaran Make a Match. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014.
2
LANDASAN TEORI 1. Aktivitas belajar Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu model pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2011:132). Belajar memerlukan aktivitas. Tanpa aktivitas belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Menurut Mentessori yang dikutip oleh Sardiman berpendapat bahwa siswa memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengamat. Dengan kata lain siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembentukan diri. Sedangkan Roussen menjelaskan bahwa pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri. Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri (Sardiman, 2012:96). 2. Model Pembelajaran Make a Match Model pembelajaran Make a Match merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suatu yang menyenangkan (Rusman, 2010:223). Menurut Huda (2013:251), Tujuan dari model pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut: 1) Pendalaman materi 2) Penggalian materi 3) Edutainment Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang meruapakan jawaban/ soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Penggunaan model pembelajaran berpasangan memberikan pengalaman sosial kepada siswa. Pengalaman belajar
dengan model ini akan lebih bermanfaat dan
3
memberi peluang
kepada siswa untuk berinteraksi satu sama lain dalam
kelompoknya masing-masing. Siswa dapat saling bertanya, menjawab, berkomentar dan mendemonstrasikan konsep atau pengetahuan yang diperoleh dengan siswa lainnya. ( Depdiknas , 2003:14) Model pembelajaran Make a Match merupakan pembelajaran aktif yang dapat menghilangkan kejemuan dan tidak menarik terhadap suatu mata pelajaran serta dapat menimbulkan kegembiraan, menyenangkan, memotivasi belajar siswa sehingga sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. 3. Pembelajaran IPS Menurut karakteristik
Depdiknas
(2007:1)
mata
pelajaran
IPS
memiliki
tertentu, antara lain: (1) IPS merupakan keterpaduan dari
berbagai disiplin ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi dan ekonomi, (2) Materi bagian IPS terdiri dari sejumlah konsep, prinsip, dan tema yang berkenaan dengan hakekat manusia sebagai mahkluk sosial (homo socius), (3) kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama, yaitu functional approach. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan. c. Sistem social dan budaya d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP / MTs
(Depdiknas 2006:6 ) antara lain; a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi , bahkan bidang humaniora, pendidikan dan agama.
4
b. Kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. c. Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Standart kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab, akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta
upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekeuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. PROSEDUR PENELITIAN Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menurut model Stephen Kemmis dan Robbin Mc.Taggrat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Karena didalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen / tahapan antara lain, (Zaenal Aqib, 2007:22 ): Perencanaan (planning), Tindakan/ aksi (acting), Oservasi (observing), Refleksi (reflecting). Subyek penelitian dalam tindakan kelas ini adalah siswa di SMP Prawira Marta Kartasura Kelas VIII semester genap Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 22 laki-laki dan 12 perempuan. Penelitian ini direncanakan selama 3 bulan sejak bulan Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 yang terbagi atas 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan (4x40 menit). Setiap akhir siklus diadakan refleksi untuk mengevaluasi pelaksanaan siklus tersebut dan melakukan perencanaan ulang dengan perbaikan tindakan untuk siklus berikutnya. Data penelitian diperoleh dari: 1. Data prestasi siswa yaitu nilai ulangan evaluasi sebelum tindakan / nilai pra
siklus 2. Data tentang tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I, siklus II
5
3. Data tentang hasil evaluasi setelah pembelajaran selesai baik pada siklus I dan siklus II 4. Data tentang sikap siswa terhadap penggunanaan model pembelajaran Make a Match Sumber –sumber penelitian antara lain Nara sumber yaitu siswa, guru dan kolabolator, Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tindakan, Foto / gambar pada saat terjadinya pembelajaran. Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar observasi, Catatan di lapangan / pada waktu melakukan tindakan, Lembar pedoman wawancara, Lembar penilaian individu setelah mengikuti pembelajaran. Untuk mendapatkan data yang valid maka data yang terkumpul harus dianalisa, yang dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Tehnik analisa data yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Milles & Huberman 1989 dalam Aqib, 2007).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sejak tahun 2002, dibawah yayasan pendidikan Oxford Course Indonesia ini memiliki lingkungan fisik cukup baik, hal ini diamati dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas, ruang-ruang kerja, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lain seperti toilet, mushola, dan kantin. Kerapian dan kebersihan ruang kelas selalu diperhatikan setiap hari. Ditinjau dari kuantitas dan kualitas guru, SMP Prawira Marta Kartasura mempunyai 15 orang guru dan karyawan, dengan 9 orang berstatus pegawai tetap, 5 orang berstatus guru tidak tetap dan 1 orang tenaga administrasi. Sebagian besar guru telah mempunyai pengalaman mengajar selama kurang lebih 6 tahun. Keadaan ruang kelas di SMP Prawira Marta Kartasura ini secara kuantitas ada 3 kelas yang terdiri kelas VII sebanyak 1 kelas, kelas VIII sebanyak 1 kelas sedangkan kelas IX sebanyak 1 kelas. Rata-rata banyak siswa setiap kelas ada 25-35 orang anak. Dan ruangan-ruangan lainnya antara lain: kantor kepala sekolah, kantor guru, tata usaha yang menjadi satu ruang, perpustakaan yang menjadi bagian dari SMA dan SMK, masjid, gudang, kamar mandi, dan tempat
6
parkir sepeda / motor. SMP Prawira Marta Kartasura memiliki Visi dan Misi. Visi, “Lebih Tangguh dan Religius”. Misi, 1) Bertakwa kepada Allah SWT, 2) Mengoptimalkan dalam KBM, 3) Meningkatkan pengembangan diri, 3) Layanan bimbingan konseling, 4) Tanggap dan Cerdas dalam menerima perubahan. SMP Prawira Marta Kartasura juga memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler diantaranya: Pramuka, Seni Tari, BTA, Band, Teater, Olahraga, Musik, Conversation, Mading, Pengembangan diri. Dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler tersebut diharapkan siswa bisa berprestasi di bidangnya masing-masing dan untuk meningkatkan prestasi siswa di SMP Prawira Marta Kartasura. Dalam observasi peneliti memperoleh catatan mengenai kondisi kelas dan belajar IPS siswa kelas VIII. Proses pembelajaran serta cara mengajar guru masih menggunakan model ceramah dan tanya jawab. Data dan hasil observasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, data kondisi awal aktivitas belajar menunjukkan presentasi 15,28%. Data yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah yaitu 15,28%. Dari kondisi itu maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengatasi kondisi tersebut. Data hasil dari observasi yang diperoleh, peneliti mengamati cara mengajar guru sebelum pelaksanaan tindakan, didapatkan kesimpulan bahwa guru menggunakan
model pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah
dilanjutkan tanya jawab. Penggunaan model pembelajaran satu arah dan pembelajaran hanya terpusat pada guru mengakibatkan siswa kurang mandiri dalam belajar, sehingga mengakibatkan aktivitas belajar siswa yang rendah. Dengan kondisi yang seperti ini, maka peneliti menawarkan untuk menggunakan model pembelajaran Make a Match guna untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penerapan model pembelajaran Make a Match diharapkan mampu mengatasi kondisi ini dan mampu meningkatkan aktivitas belajar IPS. Alasan dipilihnya model pembelajaran Make a Match karena teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suatu yang menyenangkan. Dengan demikian aktiviats belajar siswa juga akan lebih meningkat.
7
Pada awal pelaksanaan siklus I peneliti menemukan banyak hambatan dalam penerapan model pembelajaran Make a Match. Suasana pembelajaran tidak dapat dikendalikan karena sebagian siswa membuat gaduh saat proses belajar dan sebagian
siswa
masih
bingung
dengan
langkah-langkah
dalam
model
pembelajaran Make a Match, namun hambatan tersebut mendorong peneliti untuk terus berusaha membuat siswa paham dengan apa yang diterapkan oleh peneliti. Hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan tindakan menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS masih belum mencapai indikator >85%. Pada siklus I ini diperoleh rata-rata aktivitas siswa adalah sebesar 51,17 % dari 34 siswa, maka tindakan siklus II perlu dilakukan. Uji Validitas, hasil tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Make a Match. Data yang diperoleh pada siklus I berupa data aktivitas belajar siswa serta data observasi terhadap guru hasilnya dilakukan cros chek untuk mengetahui kevalidan data yang diperoleh. Cros chek dilakukan antara pelaksana tindakan sebagai observer dan siswa. Cros chek dengan observasi dilaksanakan dengan lembar berupa lembar aktivitas belajar siswa siklus I. Sedangkan cros chek yang dilakukan terhadap siswa yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar tanggapan siswa siklus I dan dari hasil cros chek didapatkan hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh pada siklus I valid. Tindakan kelas siklus II dilaksanakan setelah siklus I selesai dilaksanakan. Pada tahap ini kemungkinan ada perubahan yang merupakan perbaikan hasil evaluasi dari pelaksanaan siklus I. Dalam pelaksanaan siklus II siswa terlihat antusias dalam melaksanakan model pembelajaran Make a Match, hal ini terlihat dalam kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Dalam pelaksanaan siklus II aktivitas siswa lebih meningkat dibandingkan siklus I. Perubahan demikian bisa dilihat dengan adanya peningkatan aktivitas dalam proses pembelajaran. Sebagian besar siswa aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan. Hasil siklus II yang diperoleh setelah dilaksanakan tindakan menyatakan bahwa aktivitas siswa
8
mengalami peningkatan daripada siklus I, ini diperoleh rata-rata aktivitas siswa sebesar 85,30% dari 34 siswa, maka siklus III tidaklah perlu dilakukan. Pada proses pembelajaran siklus II tersebut mengalami peningkatan dikarenakan peneliti sebelumnya menjelaskan lebih rinci dan belajar dari pengalaman mengajar pada siklus I mengenai langkah-langkah penggunaan model dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti melakukan perbaikan langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II ini tidak menemui hambatan yang berarti. Hal tersebut terbukti pada saat penggunaan model pembelajran Make a Match siswa cenderung lebih aktif jika dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan dengan dua siklus dimana tiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan yang bertujuan untuk memperoleh data peningkatan aktivitas dalam pembelajaran IPS siswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebelum tindakan diperoleh rata-rata tingkat aktivitas siswa sebesar 15%. Pada siklus I tingkat rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 51,17%. Rata-rata aktivitas meningkat 36,17%. Pada siklus II tingkat rata-rata aktivitas meningkat menjadi 85,30%. Rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II meningkat menjadi 34,13%. Hal ini berarti peningkatan aktivitas siswa mencapai indikator pencapaian yakni 85%. Berdasarkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik.
9
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/Mts. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sanjaya, Wina.. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.