UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
UPAYA KONSERVASI BANGSA KURA-KURA DI AREAL PENAMBANGAN EMAS DAN INTAN CATCHMENT AREA RIAM KANAN, KALIMANTAN SELATAN Oleh/By ABDI FITHRIA Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Unlam ABSTRACT South Borneo have wetland with 1 million Ha width (27% of total area), that used for wildlife habitat included tortoise. Tortoise is interesting and unique animal for pet. Tortoises have many kind locations as its habitat, such as from sea area, swamp, neutral water to hill, forest and clear land. Tortoise is slow in growth. This make Indonesian tortoise will have vanished in 2010 because over-exploitation and export for huge number every month (more than 10 thousand ton or thousand tail) (Iskandar, 2000). For management action input that will done, need action research to knowing the dispersal and habitat of tortoise. This research was located in Riam Kanan Catchments Area, South Borneo, with 15 rivers for sample. Ground survey method in all sample location was used in this research. The point that tortoise have been funded was taken by GPS then have been plotted in Basic Map by Arc.View.3.3. program. The right and left of river side was written the environment parameter and all of vegetation have been inventoried by Quadrate plot and then have been analyzed to knowing Important Value Index’s for each species that was funded. The result of this research have showed there are 3 species that funded in the location, like as: Kura-kura pipi putih (Siebenrockiella crassicolis), Biuku (Batagur baska), and Kuya Batok (Cuora amboinensis), and 1 species of labi-labi like as Forest Labi-labi (Pelochelys cantori), that dispersed in 38 point of Riam Kanan Catchments Area. The typical of tortoise and Labi-labi Habitat is the river that have 0-50 cm depth and more than 2,5 m width, with vegetation that have crowded canopy (>60%) that was dominated by Putat (Barringtonia acutangula), Kayu Kacang (Strombosia javanica) dan Sungkai (Peronema canescens). The river have good condition in water quality that was signed by the number of water animal that exist like as fish, crab, shrimp, and water insect that was consumed by tortoise and labi-labi. Key word: Riam Kanan, Habitat, Dispersal, Tortoise Alamat Korespondensi : Telp. +628164564693, e-mail :
[email protected] PENDAHULUAN Kalimantan selatan memiliki lahan basah dengan luas kurang labih 1 juta Ha (27% dari luas wilayah). Lahan ini memiliki tipe-tipe ekosistem yang terdiri dari hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan rawa payau, hutan sungai, dan hutan rawa air tawar, yang digunakan sebagai habitat satwa liar salah satunya
adalah satwaliar dari bangsa kurakura (Testudinata). Kura-kura adalah satwa yang menarik unutk dipelihara, karena memiliki perilaku dan penampilan yang unik dan menarik. Kura-kura menempati daerah yang beranekaragam mulai dari daerah laut, air payau, air tawar hingga daratan dari dataran rendah hingga perbukitan, hutan atau daerah
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
180
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
terbuka. Kura-kura tumbuh sangat lambat. Menurut perkiraan, ukuran dewasa tercapai biasanya setelah mencapai umur empat sampai sepuluh tahun. Selain itu kura-kura yang berukuran kecil hanya bertelur sekitar 2-4 butir dalam satu bulan. Dengan sifat tersebut pada tahun 2010 kura-kura Indonesia kemungkinan besar akan punah akibat pemanfaatan yang berlebihan terutama karena kura-kura diekspor dalam jumlah yang besar dalam setiap bulannya (meliputi puluhan ribu
ton atau puluhan ribu ekor) (Iskandar, 2000). Penelitian ini bertujuan sebagai berikut mengetahui (1) jenis kura-kura dan labi-labi yang terdapat di Catchment Area Riam Kanan di Kalimantan Selatan; (2) persebaran jenis-jenis kura-kura dan labi-labi Di Catchment Area Riam Kanan di Kalimantan Selatan; dan (3) analisis habitat kura-kura dan labi-labi Di Catchment Area Riam Kanan di Kalimantan Selatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Catchment Area Riam Kanan yang berada di Propinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama 6 bulan , yakni mulai pada bulan AprilSeptember 2005. Penelitian dilakukan di 15 sungai yang berada di Catchments Area Riam Kanan, yakni : S. Lauhanin, S. Maliano, S. Pampukin, S. Pa’ao, S. Giling, S. Tambulihan, S. Hanaru, S. Atawang, S. Aranio, S.Tuyub, S. Hajawa, S. Tabatan, S.Tanjungan, S. Arta’in, dan S. Jangkul. Prosedur Pengambilan Data Lapangan dilakukan dengan dengan metode penjelajahan/survey yang dilakukan berdasarkan informasi dari masyarakat seluruh kawasan yang diduga menjadi habitat kura-kura. Kura-kura yang berhasil ditemukan dilapangan diidentifikasi agar bisa ketahui jenisnya berdasarkan ciri-ciri morfologisnya. Tempat-tempat dimana dapat ditemukan kura-kura diambil titik koordinatnya dengan menggunakan alat GPS, dan kemudian dicatat kondisi vegetasi penyusun habitat dan parameter
lingkungannya. Untuk pengambilan data vegetasi menggunakan petak ukur berbentuk kuadrat dengan ukuran 1x1m untuk rumput (A), 2x2m untuk tumbuhan bawah dan seedling (B), 5x5m untuk sapling (C), 10x10m untuk tiang (D), dan 20x20m untuk pohon (E). Analisis persebaran jenis kurakura dilakukan dengan memasukkan titik-titik koordinat tempat-tempat pertemuan dengan kura-kura dilapangan ke dalam program Arcview 3.3. Hasil keluaran dari analisis data ini adalah berupa peta persebaran jenis kura-kura di Catchment Area Riam Kanan. Analisis habitat kurakura dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan data vegetasi yang diambil dengan menggunakan PU yang berbentuk kuadrat dan data kondisi parameter lingkungan tempat ditemukannya kura-kura. Parameter lingkungan tersebut akan dianalisis secara diskriptif, sedangkan untuk data vegetasi akan dilakukan analisis secara kuantitatif sehingga dapat diketahui INP tiap jenis vegetasi penyusun habitat kura-kura dilokasi penelitian.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
181
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Kura-kura ditemukan Dari hasil penjelajahan yang dilakukan di lokasi penelitian, berhasil ditemukan beberapa jenis kura-kura air tawar dan labi-labi. Penjelajahan dilakukan dengan mendatangi tempattempat yang diduga menjadi habitat kura-kura berdasarkan informasi masyarakat. Setelah melakukan wawancara dengan masyarakat, kemudian dilakukan ground survey (survey lapangan) untuk melakukan pembuktian kebenaran informasi
yang didapat. Dalam melakukan penjelajahan ini team peneliti juga dipandu oleh guide lokal yang menguasai lapangan tempat dilakukannya penelitian. Guide lokal tersebut merupakan salah satu orang yang dulu pernah berprofesi sebagai pemburu kura-kura dan labi-labi atau bidawang. Dari hasil penjelajahan yang telah dilakukan berhasil ditemukan beberapa jenis kura-kura dan labi-labi atau bidawang
Tabel 1. Jenis kura-kura dan labi-labi yang berhasil ditemukan dilapangan Nama Lokal Nama Ilmiah Family Bidawang Phelochelys cantory Trionychid Kura-kura pipi putih Siebenrockiella crassicollis Geoemydida Kuya Batok Cuora Amboinensis Geoemydida Biuku Batagur baska Bataguridae Persebaran Kura-kura Data yang telah didapat dari hasil penjelajahan di lapangan dapat dilihat pada tabel yang disusun berdasarkan pada koordinat pada
GPS (Tabel 2), di temukan 3 jenis bangsa kura-kura dan 1 jenis labi-labi di 15 sungai kecil yang berada didaerah Cathmen Area Riam Kanan seperti berikut :
Tabel 2. Persebaran Bangsa Kura-Kura Koordinat Lokasi Sungai Malinau
Nama lokal Bidawang Bidawang Bidawang
Kura-kura Pipi Putih Kura-kura Pipi Putih Kuya Batok Sungai Kuya Giling Batok Kuya Batok Bersambung……..
Utara
Selatan
X Y X 294910,29241 9623196,18078 115,15399
Y 3,40725 296077,66826 9623657,06246 115,169246 3,40310 296603,85547 9623967,23044 115,16924 3,40030 296958,50502 9624860,05415 115,17245 3,39224 296921,40252 9625154,96756 115,17212 3,38957 297141,72276 9625361,33048 115,17410 3,38771 299331,21003 9623366,67675 115,19377 3,40578 299067,42537 9623840,23302 115,19140 3,40149
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
182
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
Tabel 2. (Lanjutan) Sungai Kura-kura Lauhanin Pipi Putih Kuya Batok Sungai Bidawang Jangkul Bidawang Sungai Pa’au
Sungai Pampukin
Sungai Tambulihan Sungai Hanaru
Sungai Atawang
Sungai Aranio
299235,91060 9622561,66777 118,19290 299706,99243 9623140,08606 115,19715 304300,38769 9623415,76620 115,23848 303811,31979 9623820,20369 115,23409
Bidawang
305189,84765 9625990,54437 115,24653
Bidawang
306688,17599 9625648,46721 115,26001
Bidawang
307868,91326 9625914,62317 115,27063
Bidawang
297247,44450 9625964,50123 115,17506
Kura-kura Pipi Putih Bidawang
297353,34334 9625715,53917 115,17601
Bidawang
280055,92041 9602620,76624 115,01994
Kura-kura Pipi Putih Kura-kura Pipi Putih Kuya Batok Biuku
279204,15637 9601161,33978 115,01225
297543,63614 9625800,66970 115,17773
279674,40537 9611118,36117 115,01668 280176,75681 9611162,99376 115,02120 281016,91487 9611513,63825 115,02876
Kuya Batok Kuya Batok Bidawang
277652,46970 9610064,25356 114,99846
Bidawang
286144,07735 9595481,65452 115,07460
Bidawang
286371,55279 9596854,63131 115,07667
Kuya Batok Kuya Batok Bidawang
308286,02617 9618742,25139 115,27427
Sungai Bidawang Tanjung Bersambung……..
299338,50829 9608069,99557 115,19357
Sungai Tuyub
Sungai Hajawa
278240,63415 9609653,90627 115,00375 285664,75409 9594092,42949 115,07025
309057,26807 9616641,28208 115,28118 310458,72883 9616351,49532 115,29379
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
3,41306 3,40784 3,40542 3,40175 3,38215 3,38527 3,38288 3,38225 3,39451 3,38374 3,59301 3,60619 3,51617 3,51578 3,51263 3,52567 3,52939 3,67023 3,65768 3,64527 3,44775 3,46676 3,46940 3,54410
183
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
Tabel 2. Lanjutan Sungai Bidawang Tabatan Bidawang
292415,35677 9599400,74307 115,12868
Bidawang
291463,56783 9598879,56979 115,12253
Bidawang
293922,04203 9611299,86936 115,14489
Bidawang
294409,14602 9611960,34934 115,14928
Bidawang
296101,62599 9612909,78933 115,16453
Sungai Artain
292777,48169 9599844,40371 115,13438
Habitat kura-kura Analisis Vegetasi Secara umum kondisi habitat bangsa kura-kura di Catchment Area Riam Kanan memiliki tipe habitat riparian. Kura-kura tinggal di dalam sungai, biasanya di bagian pinggir sungai yang memiliki lubang sebagai tempat persembunyiannya. Lubang yang digunakan untuk bersembunyi tersebut biasanya yang terbentuk dari akar-akat pohon yang terlihat muncul kepermukaan akibat adanya pengikisan tanah oleh aliran air sungai. Kondisi lingkungan dimana ditemukan kura-kura umumnya lembab karena terdapat di bawah pohon dan semak belukar, jenis-jenis vegetasi penyusun habitat kura-kura selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Di tempat ditemukan kura-kura dan labi-labi tersebut kemudian dilakukan analisis vegatasi berdasarkan ”life form” untuk mengetahui gambaran umum kondisi vegetasi ditempat yang menjadi habitat kura-kura dan labi-labi. Semua daerah yang telah dijelajahi mamiliki kemiripan dalam hal komposisi vegetasi, sehingga secara umum gambaran vegetasi penyusun habitat kura-kura dan labi-labi dapat dilihat dari hasil analisis vegetasi. Dari analisa yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa rumput Tapus memiliki INP yang
3,61836 3,62236 3,62706 3,51480 3,50883 3,50028
paling tinggi (83.33331), hal ini menunjukkan bahwa rumput Tapus adalah jenis dominan yang menyusun habitat kura-kura dan labi-labi di Catchment Area Riam Kanan. Selain rumput Tapus, rumput yang memiliki INP tertinggi adalah paku dandang (33.33333). Untuk tingkatan seedling vegetasi dominan penyusun habitat kura-kura dan labi-labi adalah jenis Cambai (44.58333), Ampadu puyau (25.8333), dan Bambu (21.25). Pada tingkatat sapling jenis dominan penyusun habitat kura-kura dan labilabi adalah Tapin (42.67933), Bungur (40.62813), dan Ampadu puyau (30.81398). Pada tingkatan pole jenis dominan penyusun habitat kura-kura dan labi-labi adalah Bangkinang burung (33.87421), Bayur (33.87421), Tampang (32.4522), Tarap (32.4522), Buluan handuk (32.4522), dan Singkuang (32.4522). Pada tingkatan pohon jenis yang dominan menyusun habitat kura-kura dan labi-labi adalah Kayu kacang (48.95967), Putat (46.08517), dan Sungkai (30.59803). Di sepanjang sungai yang menjadi lokasi penelitian sering dijumpai banyak pohon yang tumbang karena ditumbangkan oleh manusia dengan tujuan tanah dibawah pohon tersebut akan ditambang. Penambangan dilakukan dengan jalan mengeruk tanah, sehingga meninggalkan lubang-lubang galian pasca kegiatan penambangan. Daerah sungai yang dijadikan lokasi penambangan umumnya adalah
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
184
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
daerah hilir yang tidak terlalu masuk kehutan dan memiliki aksesibilitas yang mudah. Akibatnya, selama penelitian kura-kura dan labi-labi kebanyakan ditemukan di daerah
yang mendekati hulu sungai yang tidak terambah oleh kegiatan eksploitasi manusia, dan masih memiliki kondisi vegetasi yang bagus.
Tabel 3. Jenis-jenis vegetasi penyusun habitat kura-kura di Catchment Area Riam Kanan Nama Sungai Nama Lokal Nama Ilmiah Family S. Malinau
Pandan Singkuang Sungkai Bambu tali Lowa Bayur Balik angin Mali-mali Laladingan Bambu buluh Paku jukut
Pandanus sp Pachyrrhizus erosus Penorema canescens Gigantochloa apus Ficus glomerata Pterospermum spp Mollatus paniculata Leea aequata Scleira hebecarpa Azadirachta indica Diplazium esculentum
Palmae Sterculiaceae Verbenaceae Gramineae Moraceae Sterculiaceae Euphorbiaceae Vitateae Cyperaceae Graminae Polypodiaceae
S.Giling
Anglau Sungkai Bambu tali Bambu Buluh Bulu lutung Paku jukut Paning-paning Laladingan Palir kambing
Garcinia nervosa Penorema canescens Gigantochloa apus Bambusa sp Borreria hispida Diplazium esculentum Parinarium costatum Scleira hebecarpa Sarcolobus spanoghei
Clusiaceae Verbenaceae Gramineae Gramineae Rubiaceae Polypodiaceae Rosaceae Cyperaceae Asclepiadaceae
S.Lauhanin
Sungkai Bambu buluh Bambu tali Suren Mahang Laladingan Bintangur Tempuran Putat Kilayu Wangon
Penorema canescens Bambusa sp Gigantochloa apus Toona sureni Macaranga pruinosa Scleira hebecarpa Callophyllum sp Dillenia reticulata Barringtonia acutangula Erioglobosum rubiginosum Olax scandens
Verbenaceae Gramineae Gramineae Meliaceae Euphorbiaceae Cyperaceae Guttiferaceae Dilleniaceae Barringtoniaceae Sapindaceae Olacaceae
Bersambung
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
185
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
Tabel 3. Lanjutan S.Paau Binuang bini Buta-buta Sungkai Salam Palawan Bambu tali Tampang Lowa Singkuang S.Pampukin
Sungkai Bambu tali Lowa Binjai gunung Paku jukut Paning-paning Tuhu bula
S.Tambulihan
Binuang bini Tarap Sungkai Tengkorak ayam Lowa Bambu tali Buluan handuk Singkuang Singkuang Sungkai Bambu tali Bayur Medang pirawas Nanangkaan Bambu buluh
S. Hanaru
S. Atawang
Bambu tali Bayur Tarap Bungur Sungkai Jingah Cambai
Octomeles sumatrana Homalanthus populneus Penorema canescens Eugenia operculata Tristania maingayi Gigantochloa apus Artocarpus dadah Ficus glomerata Pachyrrhizus erosus Penorema canescens Gigantochloa apus Ficus glomerata Mangifera caesia Diplazium esculentum Parinarium costatum Hymenodictyon excelsum Octomeles sumatrana Artocarpus elastica Penorema canescens Nephelium sp Ficus glomerata Gigantochloa apus Gynotroches axillaris Pachyrrhizus erosus
Datiscaceae Leguminosae Verbenaceae Myrtaceae Myrtaceae Gramineae Moraceae Moraceae Sterculiaceae
Pachyrrhizus erosus Penorema canescens Gigantochloa apus Pterospermum spp Litsea firma Euphorbia hirta Bambusa sp
Sterculiaceae Verbenaceae Gramineae Sterculiaceae Lauraceae Euphorbiaceae Gramineae
Gigantochloa apus Pterospermum spp Artocarpus elastica Lagerstroemia speciosa Penorema canescens Gluta renghas Piper betle
Gramineae Sterculiaceae Moraceae Lythraceae Verbenaceae Anacardiaceae Piperaceae
Verbenaceae Gramineae Moraceae Anacardiaceae Polypodiaceae Rosaceae Rubiaceae Datiscaceae Moraceae Verbenaceae Sapindaceae Moraceae Gramineae Rhizophoraceae Sterculiaceae
Bersambung……..
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
186
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
Tabel 3. Lanjutan S. Aranio Bambu tali Bayur Medang pirawas Singkuang Tapinis Lowa Binjai gunung Bungur
S. Tuyub
S. Hajawa
Kayu kacang Kayu baru Tarap Bayur Suren Tempuran Jingah Sungkai Kenari batu Mali-mali Laladingan Cambai Kilayu Tampang Jambu burung Tarap Kayu kacang Binjai gunung Cambai Litu Bambu buluh Bayur Paku jukut
Gigantochloa apus Pterospermum spp Litsea firma Pachyrrhizus erosus Sloetia elongata Ficus glomerata Mangifera caesia Lagerstroemia speciosa
Gramineae Sterculiaceae Lauraceae Sterculiaceae Moraceae Moraceae Anacardiaceae Lythraceae
Strombosia javanica Pellacalyx axillaris Artocarpus elastica Pterospermum spp Toona sureni Dillenia reticulata Gluta renghas Penorema canescens Canarium pilosum Leea aequata Scleira hebecarpa Piper betle Erioglobosum rubiginosum Artocarpus dadah Eugenia sp. Artocarpus elastica Strombosia javanica Mangifera caesia Piper betle Bambusa sp Pterospermum spp Diplazium esculentum
Olacaceae Rhizophoraceae Moraceae Sterculiaceae Meliaceae Dilleniaceae Anacardiaceae Verbenaceae Burseraceae Vitateae Cyperaceae Piperaceae Sapindaceae Moraceae Myrtaceae Moraceae Olacaceae Anacardiaceae Piperaceae Gramineae Sterculiaceae Polypodiaceae
Bersambung…………….
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
187
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
Tabel 3. Lanjutan S. Tanjungan Salam Terentang langit Tempuran Lowa Kayu kacang Paning-paning Jambu burung Tampang Buluan handuk Tapinis Bayo Anglau S. Tabatan Tarap Kayu kacang Jambu burung Bambu tali Bayur Mata pelanduk Bulu lutung Binjai gunung Jambu burung Palir kambing S. Artain Salam Jela Margatahan Carini Wangon Bintangur Bayur Putat Singkuang Tapinis Cambai Binjai gunung S.Jangkul
Buluan handuk Tapinis Binjai gunung Bungur Bambu buluh Wangon Salam
Eugenia operculata Fagraea auriculata Dillenia reticulata Ficus glomerata Strombosia javanica Parinarium costatum Eugenia sp. Artocarpus dadah Gynotroches axillaris Sloetia elongata Musa paradisiaca Garcinia nervosa
Myrtaceae Gentianaceae Dilleniaceae Moraceae Olacaceae Rosaceae Myrtaceae Moraceae Rhizophoraceae Moraceae Musaceae Clusiaceae
Artocarpus elastica Strombosia javanica Eugenia sp. Gigantochloa apus Pterospermum spp Baccaurea stipulata Borreria hispida Mangifera caesia Eugenia sp. Sarcolobus spanoghei Eugenia operculata Willughbeia apiculata Arenga pinnata Jasminum pubescens Olax scandens Callophyllum sp Pterospermum spp Barringtonia acutangula Pachyrrhizus erosus Sloetia elongata Piper betle Mangifera caesia Gynotroches axillaris Sloetia elongata Mangifera caesia Lagerstroemia speciosa Bambusa sp. Olax scandens Eugenia operculata
Moraceae Olacaceae Myrtaceae Gramineae Sterculiaceae Euphorbiaceae Rubiaceae Anacardiaceae Myrtaceae Asclepiadaceae Myrtaceae Apocynaceae Palmae Oleaceae Olacaceae Guttiferaceae Sterculiaceae Barringtoniaceae Sterculiaceae Moraceae Piperaceae Anacardiaceae
Kondisi air Sungai yang menjadi habitat kura-kura memiliki beberapa karakter yakni memiliki kualitas air yang jernih tidak berbau dan tidak berasa dengan
Rhizophoraceae Moraceae Anacardiaceae Lythraceae Graminae Olacaceae Myrtaceae
kedalaman berkisar antara 10-50 cm, lebar sungai 1-3 m memiliki arus yang cukup deras, dasar sungai berbatu, dibawah tajuk dengan prosen penutupan lebih dari 60%. Sedangkan untuk labi-labi atau bidawang
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
188
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
umumnya tinggal di daerah sungai yang memiliki karakter kualitas air jernih dan bersih dengan kedalaman lebih dari 50 cm, dengan lebar sungai lebih dari 2,5 m dan memiliki arus yang cukup tenang sampai deras. Kualitas air sungai secara umum memiliki DO = 5.30, BOD = 12.60, pH = 7.26, NH3 = <0.05, suhu = 27°C, hal ini menandakan bahwa air di sungai yang menjadi habitat kura-kura dan labi-labi atau bidawang memiliki kondisi yang bagus. Pakan Di habitat alaminya kura-kura umumnya memakan tumbuhantumbuhan seperti buah luwa yang jatuh dari pohon kedalam sungai serangga, udang, dan kepiting. Hal ini bisa diketahui dengan mengamati sisa makanan terdapat di kotoran kurakura yang ditemukan di lokasi penelitian. Untuk labi-labi atau bidawang lebih canderung karnivora yang mengkonsumsi hewan air seperti ikan, kerang, siput dan udang. Karena pola konsumsi yang demikian inilah yang dimanfaatkan para pemburu labi-labi atau bidawang untuk menggunakan hewan air sebagai umpan dalam menangkap labi-labi atau bidawang. Apalagi labilabi atau bidawang merupakan hewan nokturnal yang berburu dengan mengandalkan indera penciumannya, sehingga sangat mudah termakan jebakan para pemburu yang berburu dengan menggunakan hewan air sebagai umpan. Akibatnya saat ini jumlah bidawang di habitat alaminya menjadi sangat menurun. Selain itu penurunan populasi ini juga dipacu oleh tingginya permintaan pasar untuk jenis labi-labi atau bidawang untuk keperluan konsumsi makanan manusia dan harganya cukup mahal, serta statusnya yang belum dilindungi. Di tempat yang menjadi habitat kura-kura dan labi-labi atau bidawang juga sering ditemukan beberapa jenis ikan air tawar, udang
sungai, kerang, dan kepiting yang biasa digunakan sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi. Jenisjenis ikan air tawar yang berhasil diinventarisasi yakni; saluang, hadungan, puyau baan, tembelang, sanggiringan, kihung, pentet, sili-sili, dan habang-habang . Perburuan terhadap kura-kura dan labi-labi umumnya dilakukan oleh penduduk lokal bersamaan dengan berburu ikan. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada malam hari karena labi-labi merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari, selain itu juga kebanyakan ikan karnivor, seperti ikan kepala ular juga aktif pada malam hari. Pada malam hari labi-labi dan ikan karnivor keluar dari sarangnya/lubang persembunyian untuk melakukan perburuan pada mangsa yang akan menjadi makanannya Pelindung (cover) Secara alami kurakura mempunyai pertahanan alami di tubuhnya yang berupa cangkang keras yang dapat digunakan untuk sebagai pelindung tubuh lunaknya seperti kepala kaki dan ekor. Perlindungan dilakukan dengan menarik bagian tubuh yang menyembul dari cangkang ke dalam cangkang. Meskipun demikian, kurakura tetap memerlukan tempat sebagai cover untuk pelindung dari cuaca buruk dan persembunyian dari serangan predator. Dihabitatnya kurakura memilih sungai dengan kondisi dasar yang berbatu dengan warna batu yang hampir menyerupai warna cangkang, yang digunakan untuk kamuflase sehingga dapat terhindar dari intaian predator dan juga digunakan untuk mengintai binatang buruannya seperti kepiting dan udang. Selain itu tempat yang biasa digunakan sebagai cover bagi kurakura adalah lubang-lubang pada pinggir sungai, baik itu berupa lubang.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
189
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan dapat disimpulkan (1) Di Catchment Area Riam Kanan terdapat 3 jenis kura-kura yakni : Kura-kura Pipi Putih (Siebenrockiella crassicollis), Biuku (Batagur baska), dan Kuya Batok (Cuora amboinensis), dan satu jenis labi-labi yakni Labi-labi Hutan (Pelochelys cantori); (2) Terdapat 38 titik persebaran bangsa kura-kura dan labi-labi di 14 anak sungai yang terdapat di Catchment Area Riam Kanan; dan (3) Habitat yang merupakan tempat tinggal kura-kura dan labi-labi berada di perairan yang dangkal (0 – 50 cm) dengan lebar kurang lebih 2,5 m, dengan keadaan vegetasi pohon memiliki penutupan tajuk yang rapat (< 60%) yang didominasi oleh jenis Putat (Barringtonia acutangula), Kayu Kacang (Strombosia javanica) dan Sungkai (Peronema canescens). Sungai tersebut memiliki kondisi dengan kualitas air yang baik yang ditandai dengan banyak terdapat hewan air seperti ikan, kepiting, udang dan serangga air yang juga menjadi pakan labi-labi dan kura-kura. Saran. Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dimana persebaran kura-kura dan labi-labi cukup merata di seluruh Catchment Area Riam kanan, hal ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan habitat yang cocok untuk kehidupan kura-kura dan labi-labi. Yang menjadi masalah adalah jumlah
populasi yang terus menurun yang diakibatkan oleh adanya perburuan dan perubahan habitat akibat aktivitas penambangan liar. Apabila hal ini dibiarkan terus berlarut-larut tanpa adanya tindakan pengelolaan dari semua pihak yang terkait terutam dalam hal ini adalah BKSDA Kalimantan Selatan, maka kemungkinan besar kura-kura dan labi-labi akan punah dalam waktu yang tidak lama. Untuk mencegah kepunahan tersebut maka diperlukan tindakan pengelolaan yang berdasarkan informasi dari hasil penelitian (Informed management), sehingga dapat dilakukukan tindakan pengelolaan yang terarah dan tepat sasaran. Tindakan yang perlu dilakukan adalah : (1) melakukan penelitian lanjutan mengenai study populasi dan habitat kura-kura dan labi-labi di selurah wilayah Kalimantan Selatan, khususnya Catchment Area Riam Kanan; (2) Melakukan kegiatan penyadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan konservasi satwa liar, khususnya kura-kura dan labilabi; (3) melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan cara mengembangkan sistem konservasi eksitu dengan penangkaran untuk memenuhi kebutuhan daging kura-kura dan labilabi, untuk mengurangi penangkapan di alam; dan (3) melakukan pembinaan habitat kura-kura yang telah rusak pasca kegiatan penambangan.
DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar, Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen DIKTI Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB. Bogor.
Anonim, 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor. Indonesia. Anonim. 2004. Petunjuk Praktikum Pengelolaan Satwa Liar. Pasca
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
190
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
Sarjana Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, UGM. Yogyakarta Aronoff, S., 1989. Geographic Information System: A Management Perspective”. WDL Publications. Canada. Bratawinata, 1995. Ekologi Hutan Hujan Tropis dan Analisa Vegetasi Hutan, Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur. Djuwantoko, 1986. Pemanfaatan Satwa liar di Hutan Tanaman Industri. Makalah Seminar. Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ewusie, 1980. Ekologi Tropika. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Helvoort, 1981. Study of Bird Population in The Ruler Ecosystem of West Java Indonesia. Nature Conservation Dept. Agricultural. University Wageningn. Netherland. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid I. Badan LITBANG Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II. Badan LITBANG Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Badan LITBANG Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid IV. Badan LITBANG Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Iskandar,D.T. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini. Jurusan Biologi , Fakultas Biologi dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Bandung. Kreb and Davies, 1981. Behavioural Ecology, An Evolutionnary Approach. Sinaver Associates, Inc., Publishers, Sunderland, Massachusetts. Ludwig and Reynold, 1988. Statistical Ecology, a Primer on Methods and Computing. Jhon Wiley & Sons, New York. Moen, 1972. Wildlife Ecology, An Analitical Approach. Cornell University, W.H. Freeman and Company. San Fransisco. Moga, F., 1997. Karakteristik Vegetasi pada Habitat KupuKupu di Taman Nasional Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak Diterbitkan. Noor,P.M. 1994. Laporan Hasil Inventarisasi Populasi Kura-kura (Coura amboinensis) di Kalimantan Selatan. Departemen Kehutanan Kantor Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Gadjah University Press. Yogyakarta. Prahasta, E., 2001. Konsep Dasar SIG. Informatika. Bandung. Riney, T., 1982. Study and Management of Large Mamals, John Willey and Sons, New York. Riyanto dan Mumpuni. 2003. Metode Survey dan Pemantauan Populasi Satwa, Seri Ketiga Kura-kura. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
191
UPAYA KONSERVASI …..(24):180-192
Bogoriense) Puslit Biologi, LIPI. Cibinong. Shaw, J.H. 1985. Introduction to Wildlife Management, Mc Graw Hill Book CO., New York. Soendjoto. 2001. Buku Ajar Pelestarian Alam dan Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Trianggono, 1999. Studi Keanekaragaman Jenis Satwa Liar pada Areal Bekas Tebangan di PT Aya Yayang Indonesia. KAL-SEL. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. (Tidak dipublikasikan).
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 24, Desember 2008
192