UPAYA CALON TENAGA PENDIDIK (CALON GURU) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Muhlis Fajar Wicaksana, S.Pd.,M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
[email protected]
Abstrak Menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Salah satu bentuk persaingan di dalam masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) ini dibidang pendidikan. Tenaga pendidik perlu menguasai berbagai keterampilan untuk menghadapi tantangan ini. Maka, lembaga pendidikan tinggi harus mampu mencetak calon tenaga pendidik (calon guru) yang profesional. Profesional dalam menguasai hard skills dan soft skills untuk membekali calon tenaga pendidik (calon guru) untuk bersaing dengan tenaga pendidik dari negara asing. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membekali calon tenaga pendidik (calon guru) dengan meningkatkan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional dalam menguasai hard skills dan soft skills yang dapat memberikan nilai lebih pada dirinya. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan membekali calon tenaga pendidik (calon guru) dengan keterampilan berwira usaha, penguasaan teknologi, dan mengubah paradigma pembelajaran. Selain itu, calon tenaga pendidik (calon guru) harus peka terhadap lingkungan di sekitar. Dalam artian calon tenaga pendidik (calon guru) harus mampu mengembangkan dirinya dengan mengoptimalkan segala hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Kata kunci: MEA, hard skills & soft skills, dan calon guru
PENDAHULUAN Menjelang akhir tahun ini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada situasi pasar global negara-negara ASEAN. Pada situasi ini, negara yang tergabung dalam ASEAN telah menyepakati bersama untuk meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, sosial-budaya, dan politik-keamanan. Kesepakatan kerja sama tersebut dengan nama MEA. Negara-negara anggota ASEAN yang tergabung dalam MEA berkomitmen untuk merealisasikan kesepakatan-kesepakatan tersebut. Melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini potensi masing-masing negara diharapkan dapat tumbuh dan mempersiapkannya dalam menghadapi berbagai tantangan yang melingkupi proses kesepakatan pembentukan MEA tersebut.
1
Integrasi ASEAN melalui MEA ini menjadi isu penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja, khususnya oleh Negara Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini Indonesia masih harus meningkatkan kualitas (hard skills dan soft skills) berbagai aspek, terutama dalam bidang pendidikan. Berdasarkan fakta, periode 2012-2013 peringkat daya saing Indonesia berada diposisi 50 dari 144 negara. Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia diposisi ke dua puluh lima, sedangkan Brunei diposisi dua puluh delapan, dan Thailand diposisi tiga puluh delapan. Melihat kondisi seperti ini, ada beberapa hal yang menjadi faktor rendahnya daya saing Indonesia menurut kajian Kementerian Perindustrian RI, yaitu kinerja logistik, tarif pajak, suku bunga bank, serta produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, masyarakat kita harus benar-benar mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA. Salah satu masyarakat kita yang akan menghadapi kompetisi antar negara se-ASEAN ini adalah tenaga pendidik yang menawarkan jasa pendidikan. Tenaga pendidik kita jangan sampai hanya menjadi penonton saja manakala jasa pendidikan yang ditawarkan kalah bersaing dengan tenaga pendidik dari luar. Seperti halnya yang kita lihat bersama, di Jakarta International School (JIS) dan Mahatma Gandhi School, tenaga pendidik dari negeri kita sendiri untuk menjadi guru di lembaga tersebut sulit sekali. Tenaga ahli yang dapat diterima di sana paling hanya sebagai SATPAM dan cleaning service. Hal inilah yang membuat kita prihatin. Ibaratnya di negara sendiri kita menjadi pekerja kasar (pekerja yang mengutamakan fisik) atau buruh. Tenagatenaga pendidik profesional diisi dari negara asing. Maka, kita sebagai salah satu komponen yang berada di pusaran MEA, negara kita harus mampu meningkatkan kualitas dan mutu dari berbagai aspek, terutama pendidikan. Pendidikan tidak bisa lepas dari tenaga pendidik dan yang di didik harus berusaha untuk menjadikan Indonesia tidak tertinggal jauh dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia harus dapat membuktikan bahwa kita merupakan negara berkembang yang patut disejajarkan dengan negara berkembang lainnya.
2
PEMBAHASAN 1.
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi
ASEAN dalam artian adanya sistem perdagaangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Menurut Suparnyo (2015), MEA membawa dampak bebas masuknya barang, jasa, maupun tenaga kerja terdidik negaranegara ASEAN memasuki wilayah Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. Dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), negara-negara ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan (asean.org.). Adapun bentuk kerjasamanya di dalam masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) ini ialah 1) pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas; 2) pengakuan terkait kualifikasi profesional; 3) konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi; 4) memilik langkahlangkah dalam pembiayaan perdagangan; 5) meningkatkan infrastruktur; 6) melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN; 7) memperpadukan segala industri yang ada diseluruh wilayah untuk dapat mempromosikan sumber daerah; 8) meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
3
2.
UPAYA MEMPERSIAPKAN CALON TENAGA PENDIDIK (CALON GURU) DALAM MENGHADAPI MEA Pada negara tertentu terdapat beberapa acuan yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemajuan setiap periode. Faktor penentu kemajuan suatu negara meliputi: penguasaan inovasi (45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), dan kekayaan sumberdaya alam hanya (10%). Maka, mau tidak mau mengacu pada hal tersebut, pendidikan kita harus lebih menekankan pada tiga kemampuan di atas. Salah satu faktor untuk mengukur tingkat kemajuan negara adalah penguasaan inovasi. Dalam hal ini inovasi di dalam segala bidang. Salah satu bentuk inovasi ini dapat dilakukan oleh para calon guru yang akan terjun dalam mengembangkan profesinya sebagai guru. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para calon guru yang akan terjun menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). a) Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru melalui Penguasaan Hard Skills dan Soft Skills Calon Guru Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh calon guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesioanal ini terletak pada penguasaan hard skills dan soft skills individu masing-masing. Pada proses pembelajaran di perguruan tinggi, sebagian besar mata kuliah lebih menitik beratkan pada aspek kognitif. Hal ini dapat dilihat pada prestasi mahasiswa yang ditunjukkan dengan indeks prestasi komulatif (IPK). Indeks prestasi komulatif ini dibuat berdasarkan hasil penilaian dari evaluasi dosen terhadap mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kemampuan mahasiswa yang ditunjukkan berdasarkan indeks prestasi komulatif seperti inilah yang sering disebut sebagai kemampuan hard skills. Menurut Bahrumsyah (2010) hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Menurut Syawal (2010) hard skills yaitu lebih beriorentasi mengembangkan intelligence quotient (IQ). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hard skills merupakan kemampuan untuk menguasai ilmu
4
pengatahuan teknologi
dan keterampilan teknis dalam mengembangkan
intelligence quotient (IQ) yang berhubungan dengan bidangnya. Lain halnya dengan soft skills, menurut Elfindri dkk (2011: 67), Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan skills membuat keberadaan
seseorang
masyarakat.
akan berkomunikasi,
Keterampilan
akan
semakin
mempunyai terasa
di
soft
tengah
keterampilan emosional,
keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual. Selain itu, Illah Sailah (2008: 17), menyebutkan soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan
orang
lain
(termasuk
dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru. Maka, untuk menjadi guru yang mampu bersaing dalam menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) hendaknya pembelajaran di perguruan tinggi tidak hanya menitikberatkan pada hard skills, melainkan soft skills para calon guru juga perlu dikembangkan. b) Membekali Calon Guru dengan Jiwa Kewirausahaan, Penguasaan Teknologi, dan Mengubah Paradigma Pembelajaran Menurut Suyanto (2015), kesiapan daerah menghadapi tantangan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak akan lepas dari peran guru profesional. Para guru profesional menjadi pencetak sumber daya manusia yang akan berkiprah di tingkat nasional maupun internasional. Namun, saat ini muncul kekhawatiran datangnya pesaing tenaga profesional ASEAN di pasar tenaga kerja Indonesia. Peran guru tidak luput untuk mempersiapkan era ini karena sekarang daya saing di Indonesia masih rendah. Selain itu, tingkat kewirausahaan dan kesiapan teknologi nasional bisa dikatakan masih jauh dibanding negara ASEAN lainnya. Maka, kini guru bukan
5
lagi satu-satunya sumber belajar, melainkan pembelajaran harus mendorong peserta didik mengobservasi berbagai sumber. Sudah ada pergeseran paradigma pembelajaran. Para peserta didik tidak hanya mampu menyelesaikan masalah tapi juga harus mampu merumuskan masalah. Dengan demikian, pola pikir peserta didik nantinya harus analitis. Menurut Umi Salamah (2015) menyiapkan sumber daya manusia memang bukan pekerjaan mudah dan bisa dilakukan secara instant. Akan tetapi, apabila pendidikan kita (guru dan sekolah) bisa membekali siswa dengan kedua ketrampilan tersebut (keterampilan berwirausaha & penguasaan teknologi), lulusan pendidikan kita akan memiliki rasa percaya diri dan motivasi untuk mengembangkan diri secara optimal sehingga mampu bersaing secara global. Pemerintah juga harus memberikan regulasi-regulasi yang mempermudah masyarakat untuk membuka lembaga-lembaga pelatihan yang membekali keterampilan calon guru untuk berinovasi, penguasaan teknologi, dan kemampuan membangun jaringan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Dengan demikian, pendidikan kita memiliki andil besar dalam menyiapkan sumberdaya yang siap menghadapi MEA 2015 maupun persaingan global. Menurut Isjoni (2006) bahwa guru masa depan yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi
yang jelas.
Program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, akan tetapi guru harus merencanakan, bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan dan sudah terprogram secara baik. b) Innovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan yang berkenaan dengan pola pembelajaran termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi. Secara individu maupun bersama- sama mampu untuk mengubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal. Dengan mengubah pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal.
6
c) Motivator, artinya guru mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didiknya untuk belajar dan terus belajar. d) Capable, artinya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan dan sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. e) Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan dan menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. C) KOMPETENSI SOSIAL CALON GURU YANG PEKA TERHADAP LINGKUNGAN Dalam bersosial hendaknya calon guru ini peka terhadap lingkungannya. Dalam artian calon guru harus bisa mengembangkan dirinya dengan berbekal lingkungan yang selalu berubahh-ubah. Calon guru harus bisa memanfaatkan segala yang ada di sekitarnya.berbekal dari lingkungan itulah akan muncul ide-ide yang kreatif dan inovatif yang dapat digunakan untuk memaksimalkan potensi dirinya. Baik itu potensi dirinya sebagai seoorang guru, ataupun potensi dirinya dalam berwira usaha. SIMPULAN Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) negara Indonesia harus benar-benar mempersiapkan segala yang diperlukan dengan baik. Salah satu komponen yang disiapkan adalah sumber daya manusia, termasuk adalah calon guru. Calon guru hendaknya mempersiapkan diri sebelum menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Guru tidak hanya dituntut secara profesional dalam menghadapi siswa, akan tetapi guru harus mempunyai keterampilan pula diluar keterampilan mengajar. Hal ini dilakukan supaya calon guru tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi terhadap pasar. Dalam menghadapi Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) terdapat upaya yang dapat dilakukan oleh calon guru. Upaya yang pertama adalah meningkatkan kompetensi profesional melalui penguasaan hard skills dan soft skills. Calon guru tidak hanya menguasai secara teknis sebagai guru, namun di luar itu guru juga harus menguuasainya. Upaya yang kedua adalah membina jiwa kewirausahaan,
7
penguasaan teknologi, dan mengubah paradigma pembelajaran calon guru. Karena tiga faktor tersebut yang dapat memberikan nilai tambah bagi guru. Upaya yang terakhir adalah meningkatkan kompetensi sosial calon guru yang peka terhadap lingkungan. Melalui kepekaan terhadap lingkungan sekitar, diharapkan calon guru bisa berpikir secara kreatif dan inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan. Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan calon guru yang ada sekaraang ini benar-benar mempersiapkan dirii untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Maka, materi perkuliahan yang ada di perguruan tinggi sekarang ini hendaknya lebih menekankan pada penguasaan soft skills. Tidak hanya pengetahuan yang dibidanginya saja, melainkan di luar bidang keahliannya juga harus dikuasai. Sehingga, calon guru kita dapat bersaing di tingkat internasional.
Daftar Pustaka Elfindri dkk. 2011.Soft Skills untuk Pendidik. Baduose Media. Illah Sailah. 2008. Pengembangan Soft Skills Di PerguruanTinggi. Jakarta: DirektoratJenderalPendidikanTinggi.Diunduhdari http://illah- sailah. co.cc/ pada tanggal 22 September 2015. Syawal. Gultom.2010.Kompetensi Guru.Unimed, Medan. Suyanto. 2015, Entrepreneurship dan Profesionalitas Guru di Era MEA seminar Nasional di kampus UNY Wates. http://jogja .tribunnews. com /2015 /05/04 /guru - dituntut-siapkan-generasi-unggul-hadapi-tantangan-mea. Diunduh tanggal 13 Oktober 2015. Isjoni (2006) Gurukah Yang Dipersalahkan? Menakar Posisi Guru Di tengah Dunia Pendidikan Kita. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anonim. 2015. www.asean.org. http://seputarpengertian.blogspot. co.id/2014/ 08/ Pengertian-karakteristik -masyarakat-ekonomi-asean.html Umi. Salamah. 2015. Tantangan Pendidikan Menghadapi Mea 2015 http://umiartikel.blogspot.co.id/2015/01/tantangan-pendidikan-menghadapimea-2015.html.diunduh 9 Oktober 2015.
8