UNJUK KERJA EVALUASI JARINGAN HFC PADA AREA CIKINI Gema Persada Arihta & Dadang Gunawan Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK Sistem jaringan HFC (Hybrid Fibre Koaksial) merupakan hasil konvergensi antara jaringan serat optik (FTTH) dengan jaringan kabel koaksial. Jaringan serat optik berperan sebagai media transmisi utama sedangkan jaringan kabel koaksial berperan sebagai media transmisi kesisi pengguna. Pada makalah ini, dilakukan analisis mengenai suatu evaluasi jaringan HFC yang sudah ada untuk mengetahui unjuk kerja serta cara kerja dari jaringan HFC itu sendiri. Bahan evaluasi, diambil dari jaringan HFC pada area Cikini yang dimiliki oleh Biznet. HFC (hybrid fibre koaksial) Network System is a convergence between fibre optic (FTTH) and coaxial cable networks. The fibre optic network, takes part as a main transmission media meanwhile the coaxial cable network takes part as a media transmission to the user side. This paper analysed an evalution of existing HFC network to know the performance and the process in the networks. The location of evalution was done in HFC Network at Cikini area owned by Biznet. Kata Kunci / Keyword : HFC Network, FTTH, Performance 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang pesat dalam dunia telekomunikasi, mendorong para ilmuwan untuk mencari cara agar dapat menggabungkan teknologi yang ada. Beberapa penerapan penggabungan teknologi yang sudah ada seperti penggabungan jaringan serat optik baik dengan jaringan selular maupun dengan jaringan kabel koaksial. Salah satu pengkategorian tersebut adalah memberdayakan jaringan akses yang sudah ada, dimana hal ini diharapkan dapat membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Penggabungan antara jaringan serat optik dengan jaringan selular, membuat teknologi mobile menjadi primadona dalam dunia telekomunikasi. Namun, penggunaan jaringan mobile yang dipengaruhi oleh banyak faktor terutama cuaca, membuat jaringan komunikasi akses data dengan jaringan kabel tetap tidak bisa dinomorduakan. Penemuan jaringan kabel koaksial yang diikuti dengan penemuan jaringan kabel serat optik, membuat para ahli mencoba mengkombinasikan kedua jaringan ini. Kombinasi dari jaringan ini, terbukti dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan triple play. Konvergensi jaringan ini yang disebut dengan jaringan Hybrid Fibre Coaxial (HFC) membuat
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
masyarakat dapat menikmati hiburan dirumah masing – masing tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Dalam makalah ini dibahas mengenai suatu jaringan HFC yang sudah ada yang meliputi bagaimana proses penggabungan antara jaringan kabel serat optik dengan jaringan koaksial, serta unjuk kerjanya. Kedua jaringan ini memiliki perbedaan dalam media pengantaraan yaitu serat optik menggunakan cahaya sebagai medianya dan koaksial menggunakan frekuensi radio sebagai medianya.
2. JARINGAN FTTH DAN JARINGAN HFC 2.1 Struktur Jaringan FTTH Secara umum, struktur jaringan FTTH terbagi menjadi 3 yaitu Optical Line Terminal (OLT), Optical Distribution Network (ODN), dan Optical Network Unit (ONU)[1]. Struktur jaringan FTTH ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini :
Gambar 1 Struktur Jaringan FTTH [1]
OLT (Optical Line Terminal)
OLT merupakan perangkat yang berfungsi sebagai titik akhir dari sistem jaringan PON. Terdapat dua fungsi utama dari OLT yaitu mengkonversi dari sinyal elektrik agar dapat dibawa oleh kabel serat optik dan berkoordinasi untuk melakukan multiplexing dengan perangkat ONU.
ODN (Optical Distribution Network) ODN merupakan penghubung antara OLT dengan ONU. Unit pembentuk ODN
terdiri dari 2 yaitu kabel fiber optik dan juga splitter. Dalam pasif spliter, terdapat suatu nilai rugi – rugi atau redaman yang disebut splitter ratio. Besarnya redaman dinyatakan dalam decibel (dB) yang tergantung dari jumlah keluarannya.
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
ONU (Optical Network Unit) ONU merupakan perangkat optik yang mengubah sinyal optik menjadi elektrik yang
diperlukan oleh pengguna.
Sistem Transmisi Pada FTTH Ada beberapa sistem transmisi yang digunakan pada jaringan FTTH yaitu [2]: 1. Space Division Multiplexing (SDM). Sistem transiminya disebut simplex dimana sinyal yang dikirimkan dan diterima dihantarkan dengan menggunakan dua kabel optik dengan satu panjang gelombang. 2. Time Division Multiplexing (TDM). Sistem transmisinya disebut half-duplex dimana sinyal yang dikirim dan diterima dihantarkan dengan waktu yang berbeda secara bergantian dengan panjang gelombang yang sama. 3. Wave Division Multiplexing (WDM). Sistem transmisinya disebut full-duplex dimana sinyal yang dikirim dan diterima dihantarkan dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda. Dalam 1 jalur serat optik
2.2 Jaringan HFC Jaringan
Hybrid
Fibre
Koaksial
(HFC)
merupakan
jaringan
akses
yang
menggabungkan teknologi jaringan kabel serat optik (FTTH) sebagai media pembawa utama dengan jaringan kabel koaksial sebagai saluran distribusi kesisi pengguna. Jaringan HFC memiliki fleksibilitas dimana dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan layanan dan penetrasi kesisi pengguna. Jenis layanan pada jaringan HFC lebih beragam seperti layanan video, POTS, internet dan lainnya, untuk pengguna diperumahan, rekreational, private institution, pusat bisnis, dan lain – lain. Jaringan HFC beroperasi dalam dua arah yaitu downstream dan upstream. Penggunaan frekuensi baik untuk downstream maupun upstream, dilakukan berdasarkan spectrum frekuensinya. Pembagian spectrum frekuensi ini, ditunjukkan pada Gambar 2 berikut :
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
Gambar 2 Alokasi Spectrum Frekuensi Pada HFC [3]
Segmentasi Pada Jaringan HFC Jaringan HFC secara umum dibagi menjadi 5 segmen yaitu transportasi optik, distribusi optik, distribusi koaksial, amplifier, dan jalur drop kabel. Pembagian segmen pada jaringan HFC ini ditunjukkan pada Gambar 3 berikut ini [3]:
Gambar 3 Segmentasi Pada Jaringan HFC [3]
Transportasi optik Pada sistem transportasi optik, digunakan untuk pengiriman sinyal analog namun
dapat juga dilewatkan sinyal digital.
Distribusi optik Teknologi yang digunakan adalah optik analog. Digunakan untuk link jarak pendek
berkisar 3,2 km dan kebanyakan menggunakan laser AM (Amplitude Modulation).
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
Distribusi koaksial Pada distribusi ini, meyalurkan sinyal yang dikeluarkan oleh fibre node dengan
cakupan area dibawah 600 meter. Struktur jaringan ini dapat dikembangkan dan umumnya memiliki paguatan (gain) sebesar 28 – 31 dB.
Amplifier Pada segmen ini, amplifier memiliki dua fungsi yang penting yaitu sebagai dan juga
sebagai penguat level signal.
Jalur drop kabel. Segmen ini merupakan jalur distribusi kesisi pengguna yang dibagi menjadi dua yaitu
-
Outside wiring : jalur yang menghubungkan dari sisi TAP sampai ke wall outlet.
-
Inside wiring : jalur yang berada dirumah pengguna.
3. PENERAPAN TEKNOLOGI HFC PADA AREA CIKINI 3.1 Pengaplikasian Jaringan HFC
Headend IP-QAM memiliki output level maksimal adalah +56 dBmV dimana dapat dilakukan
penyetingan untuk keluarannya. Disisi IP-QAM, digunakan dua buah combiner yaitu combiner 16x1 dan juga combiner 2x1 sebelum
masuk kedalam optik TX. Optik TX
membutuhkan input sebesar antara 18 – 28 dBmV dimana Peletakan dari perangkat – perangkat ini berada didalam 1 lokasi yang sama. Gambar dari proses ini ditunjukkan dalam Gambar 4 berikut ini.
IP QAM
Combiner 16x1
Combiner 2x1
TX 1550
Gambar 4 Proses Pada Headend Dengan range input untuk TX antara 18 – 28 dBmV, maka dengan menggunakan output maksimal IP-QAM yaitu 56 dBmV maka daya yang diterima oleh TX terlalu besar. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan pengaturan untuk keluaran dari IP-QAM menjadi maksimal +43 dBmV dan minimal +33 dBmV. Data hasil perhitungan yang terjadi pada Headend ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
Tabel 1 Data Perhitungan Headend
Output IP-QAM (dBmV)
Redaman Combiner 16x1 (dBmV)
Redaman Combiner 2x1 (dBmV)
Input TX (dBmV)
43
12
3
28
33
12
3
18
HUB Untuk area Cikini, perangkat HUB terletak pada Gedung Graha Kirana yang berlokasi
Jalan Yos Sudarso Kavling 88 Jakarta Utara. Media transportasi dari Headend sampai kesisi HUB menggunakan media fiber optik dengan panjang gelombang 1550 nm yang memiliki redaman 0,3 dB/km[4]. Jarak antara Headend sampai HUB (Graha Kirana) adalah 32 Km jika ditarik sebuah garis lurus. EDFA akan bekerja saat mendapatkan input sebesar -10 dBm sampai +3 dBm dengan output
yang dihasilkan minimal +23 dBm. Splitter yang digunakan adalah Splitter 1x8
dengan redaman sebesar 9 dB. Dari sisi OLT ouput keluarannya adalah sebesar +2 dBm .Panjang gelombang yang berasal dari EDFA dan OLT akan digabungkan didalam WDM dengan redaman maksimal 1,2 dB baik untuk panjang gelombang 1310/1490 nm maupun 1550 nm. Hasil keluaran dari WDM, akan diteruskan kedalam RK 1x4 yang berjarak 10 km jika ditarik sebuah garis lurus dari posisi OLT. Jarak dari RK sampai ke DP adalah 10 km jika ditarik sebuah garis lurus. Ilustrasi perangkat pada HUB ditunjukkan pada Gambar 5 sedangkan data perhitungan pada HUB ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.
OLT
EDFA
WDM
RK
SPLITTER
Gambar 5 Perangkat Pada HUB
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
DP
Tabel 2 Data Perhitungan HUB Output TX (dBm)
Redama n Kabel (dB)
Input EDFA (dBm)
Output EDFA (dBm)
6
9
-3.6
23
Input WDM (dBm)
EDFA
OLT
Redama n WDM (dBm)
14
2
1.2
Redama n Splitter 1x8 (dB) 9
Outputt WDM (dBm) EDFA
OLT
12.8
0.8
Output OLT (dBm) 2 Redaman Kabel (10 km) (dB) 1310/ 1550 1490 nm nm 4 3
Redaman Jarak DP-ONB 1 (dB)
Redaman (dB)
Output DP (dBm)
RK 1x4
DP 1x8
1310/14 90 nm
1550 nm
1310/14 90 nm
1550 nm
6
3
-16.2
-2.2
0.3
0.225
Redaman Jarak DP-ONB 1 (dB) 1310/1 1550 490 nm nm 0.4 0.3
Fibre Node Fibre node yang digunakan adalah ONB (Optical Networks Board) 2000 yang akan
menghasilkan keluaran diatas 104 dBµV untuk TV dan 110 dBµV untuk data. Input yang dibutuhkan oleh ONB 2000 untuk panjang gelombang 1550 nm antara 0 sampai -7 dBm, sedangkan untuk panjang gelombang 1310/1490 nm lebih besar dari -21 dBm. Keluaran DP akan masuk kedalam dua buah ONB yang dinamakan ONB 1 dan ONB 2. Jarak antara DP dengan ONB 1 adalah 0,75 km dan jarak antara DP dengan ONB 2 adalah 1 km jika ditarik sebuah garis lurus. Didalam ONB, akan dipisahkan kembali oleh WDM berdasarkan panjang gelombangnya. Panjang gelombang 1550 nm akan masuk kedalam node dengan output pada node adalah sebesar 87 dBµV. Sedangkan panjang gelombang 1310/1490 nm akan masuk kedalam EOC (Ethernet Over Koaksial) untuk diubah kedalam sinyal RF dan dapat dibawa oleh kabel koaksial. Output dari sisi EOC adalah sebesar 110 dBµV. Amplifier yang digunakan akan menguatkan power sebesar 34 dB. Bagian dari Fibre Node serta perhitungan yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 6 dan Tabel 3 berikut.
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
WDM
NODE ONU 4 PORT SPLITTER 1x2 Amplifier
Amplifier
SPLITTER 1x2
H
SPLITTER 1x2
L
H
EOC
L
EOC
H
EOC
EOC
L
H
L
Filter
Filter
Filter
Filter
Output
Output
Output
Output
Gambar 6 Perangkat Pembentuk Fibre Node
Tabel 3 Data Hasil Perhitungan Fibre Node Input ONB 1 (dBm) 1310/1490 nm -16.5 Redaman Splitter 1x2 (dB) 3
1550 nm -2.425 Penguatan Amplifier (dB) 34
Input ONB 2 (dBm) 1310/1490 nm -16.6
1550 nm -2.5
Output (dBµV) EOC
NODE
110
87
Output Filter (dBµV) High Low Pass Pass 110 115
Jalur Distribusi Gambar 7 berikut ini menunjukkan jalur distribusi yang terdapat diarea Cikini untuk
ONB 1 dan ONB 2.
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
Gambar 7 Jalur Distribusi ONB 1 dan ONB 2
Pada jaringan ini digunakan Splitter dan Splitter DC (Directional Coupler). Splitter DC akan membagi menjadi 2 jalur dengan redaman yang berbeda tergantung jaraknya. Untuk jalur dengan jarak terjauh mendapatkan redaman sebesar 0,7 dB. Sedangkan untuk jalur dengan jarak terdekat mendapatkan redaman sebesar 8 dB. Untuk mengetahui performansi dari jaringan distribusi ONB, diambil contoh jaringan distribusi dari ONB 1. Contoh jaringan ditunjukkan pada Gambar 8 berikut. 43 m TAP (8)
37 m TAP (14)
5m TAP (20)
14 m Amplifier
Splitter DC - 2 TAP (8)
42 m
102 m 10 m
ONB
67 m Splitter DC - 1 TAP (11)
34 m
TAP (23)
43 m
TAP (20) 49 m
TAP (17) 43 m TAP (14) 41 m
TAP (8)
Gambar 8 Salah Satu Contoh Jaringan Distribusi ONB 1
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
Kabel yang digunakan adalah P3 500 Coax Cable Pada jaringan Biznet, frekuensi yang digunakan untuk data dan TV ditunjukkan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Frekuensi Atas dan Bawah Pada Jaringan Distribusi Biznet Layanan Data TV
Frekuensi Atas 40 Mhz 600 Mhz
Frekuensi Bawah 5 Mhz 120 Mhz
Berdasarkan Tabel penggunaan frekuensi tersebut, maka untuk redaman pada kabel P3 500 ditunjukkan pada Tabel 5 berikut yang diambil dari data sheet.
Tabel 5 Redaman Pada Kabel Coax P3 500 Frekuensi (MHz) 5 600
dB/100 ft Nom Max 0.16 0.16 1.83 1.91
dB/100 m Nom Max 0.52 0.52 6 6.27
Setelah melalui TAP, jarak antara TAP sampai kesisi perangkat pengguna adalah 80 m. Disisi pelanggan, modem EoC akan bekerja saat mendapatkan masukan daya antara 50 dBµV sampai 100 dBµV. Sedangkan untuk STB (Set Top Box) atau decoder akan bekerja saat mendapat masukan daya diatas 60 dBµV.
3.2 Analisa Hasil Perhitungan dan Pengukuran
Headend Dari data pengukuran yang didapat, dapat terlihat bahwa terjadi penurunan daya pada keluaran IP-QAM dan juga masukan untuk TX optical. Data perbandingan antara pengukuran dan perhitungan ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Perbandingan Hasil Perhitungan dan Pengukuran Headend Keluaran IP-QAM (dBmV)
Masukan TX Optical (dBmV)
Keluaran TX Optical (dBm)
Pengukuran Perhitungan Pengukuran Perhitungan Pengukuran Perhitungan 42.10 41.90 42.30
43.00
27.30 27.00 27.50
28.00
7.50 7.30 7.60
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
6.00
Dari data perbandingan, dapat dilakukan perhitungan persentase besarnya perbedaan tersebut. Tabel 7 berikut menunjukkan besarnya persentase perbedaan untuk hasil pengukuran dan perhitungan.
Tabel 7 Persentase Perbedaan Pengukuran Dengan Perhitungan Keluaran IP-QAM (dBmV) Margin Error (%) 0.98 0.97 0.98
Masukan TX Optical (dBmV) Margin Error (%) 0.98 0.96 0.98
Keluaran TX Optical (dBm) Margin Error (%) 1.25 1.22 1.27
Redaman yang ada didalam perangkat IP-QAM serta keakuratan dari alat ukur dapat menjadi penyebab perbedaan antara data hasil pengukuran dengan perhitungan. Sedangkan disisi masukan TX optical, perbedaan yang terjadi dapat diakibatkan oleh redaman yang terjadi disisi masing – masing combiner yang digunakan. Dengan rata – rata perbedaan yang mencapai 0,98 %, tidak membuat perbedaan yang cukup berarti. Dengan data yang didapatkan dari sisi pengukuran keluaran IP-QAM, maka dapat dilakukan perhitungan untuk masukan disisi TX optical setelah melalui combiner 16x1 dan 2x1. Hasil perhitungan masukan TX optical dari hasil keluaran IP-QAM pengukuran serta perbandingannya dengan data pengukuran TX Optical ditunjukkan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Masukan TX Optical Hasil Pengukuran IP-QAM Perhitungan Keluaran IPMasukan TX QAM (dBmV) Optical (dBmV) 42.10 27.1 41.90 26.9 42.30 27.3
Pengukuran Masukan TX Margin Error Optical (dBmV) (%) 27.30 0.99 27.00 1.00 27.50 0.99
Dari data pada Tabel 8 terlihat tidak ada perbedaan data yang cukup besar dengan persentase eror hanya sebesar 0,99 %. Agar dapat bekerja, TX Optical harus mendapatkan daya maksimal sebesar 28 dBmV. Dari data pengukuran, maka syarat agar TX Optical dapat bekerja sudah dapat terpenuhi. Pada keluaran TX Optical, terlihat bahwa hasil keluaran lebih besar dari data sheet untuk TX Optical. Pada data sheet, TX optical akan mengeluarkan daya sama dengan atau
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
lebih besar dari 6 dBm. Perbedaan yang terjadi disisi TX optical dapat diakibatkan oleh adanya proses penguatan sinyal yang terjadi didalam TX optical itu sendiri.
HUB Disisi HUB, perbedaan antara hasil pengukuran yang dilakukan dengan hasil
perhitungan ditunjukkan pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9 Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Perhitungan HUB Input WDM (dBm) EDFA OLT Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung an an an an an an an an -2.09 23.1 14.3 1.8 -2.2 -3.6 23.9 23 14.09 14 1.75 2 -2.1 23.2 14.2 1.9 Output WDM Output DP (dBm) 1310/1490 nm 1550 nm 1310/1490 nm 1550 nm Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung an an an an an an an an 0.9 13.5 -15.9 -2.9 1.1 0.8 13.2 12.8 -16.2 -16.2 -2.5 -2.2 0.95 13.3 -16.1 -3.1 Input EDFA (dBm)
Output EDFA (dBm)
Dari data Tabel 9, perbedaan masukan disisi EDFA dapat diakibatkan oleh jarak antara headend dengan lokasi HUB. Data perhitungan dilakukan penarikan garis lurus antara lokasi headend dengan HUB. Dimana jika tidak ditarik sebuah garis lurus, jarak antara headend dngan HUB lebih jauh. Perbedaan sebesar 1,72 % antara data hasil pengukuran dengan perhitungan untuk masukan EDFA, tetap dapat membuat EDFA bekerja karena EDFA akan bekerja saat mendapatkan masukan antara -10dBm sampai +3dBm. Selain itu, penguatan yang terjadi disisi EDFA, juga dapat mengakibatkan perbedaan antara data hasil perhitungan dengan pengukuran. Namun penguatan yang terjadi tidak terlalu berbeda jauh dengan hasil perhitungan dengan persentase perbedaan sebesar 1%. Disisi masukan WDM, redaman yang diakibatkan oleh penggunaan kabel dari sisi OLT sampai WDM dapat mengakibatkan menurunnya masukan WDM. Namun dengan status WDM sebagai multiplexer, maka besarnya redaman tidak terlalu berpengaruh terhadap daya yang akan diteruskan. Berdasarkan data yang ada, redaman dalam WDM sebesar 1,2 dB akan mempengaruhi besarnya keluaran daya WDM.
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
Pengukuran juga dilakukan disisi DP dimana keluaran DP akan digunakan sebagai masukan untuk ONB. Disisi keluaran DP, tidak terjadi perbedaan data yang cukup berarti antara data hasil pengukuran dengan data hasil perhitungan. Perbedaan yang terjadi adalah sebesar 0,99% untuk panjang gelombang 1310/1490 nm dan 1,29% untuk panjang gelombang 1550 nm
Fibre Node Disisi fibre node, akan terjadi proses pemecahan dan perubahan dari sinyal optik
menjadi radio frekuensi. Proses ini akan terjadi disisi ONB dimana jika masukan untuk ONB tidak sesuai maka proses tidak akan berjalan. ONB akan bekerja saat mendapatkan daya sebesar 0 – -7 dBm untuk panjang gelombang 1550 nm dan lebih besar dari -21 dBm untuk panjang gelombang 1310/1490 dBm. Dari hasil pengukuran yang dilakukan, masukan disisi ONB sudah terpenuhi. Perbedaan dari hasil pengukuran dengan hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10 Hasil Pengukuran dan Perhitungan ONB Input ONB 1 (dBm) Output ONB 1 (dBµV) 1310/1490 nm 1550 nm Low Pass (dBµV) High Pass (dBµV) Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung an an an an an an an an -16.4 -2.1 108.5 115 -16.55 -16.50 -3 -2.43 109.3 110.00 115.2 115.00 -16.7 -2.5 109.7 114.9 Input ONB 2 (dBm) Output ONB 2 (dBµV) 1310/1490 nm 1550 nm Low Pass (dBµV) High Pass (dBµV) Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung an an an an an an an an -16.1 -1.9 109 114.5 -16.6 -16.60 -2.4 -2.50 109.5 110.00 115 115.00 -16.3 -2.3 108 116 Dari data diatas, pada masukan dan keluaran masing – masing ONB, tidak terjadi perubahan yang cukup berarti. Terjadinya penurunan daya diakibatkan oleh redaman yang terjadi didalam masing – masing perangkat pembentuk ONB. Dengan data yang ada dimana hasil keluaran disisi ONB adalah diatas 104 dBµV untuk hasil keluaran NODE, maka dengan data perhitungan dan pengukuran yang sebesar 115 dBµV dapat dilakukan suatu penghematan daya dengan cara menambahkan attenuator. Attenuator dapat ditambahkan dengan maksimal
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
redamannya adalah sebesar 10 dB. Pemasangan attenuator diletakkan sebelum high pass filter untuk layanan audio dan video. Sedangkan untuk low pass filter tidak perlu dilakukan penambahan attenuator dikarenakan dibutuhkan daya sebesar 110 dBµV untuk layanan data. Penurunan hasil keluaran dari low pass filter diakibatkan adanya redaman disisi ONU dan filter yang digunakan.
Jaringan Distribusi Pada jalur distribusi, dilakukan perbandingan untuk data perhitungan dan pengukuran
yang dilakukan disisi pengguna. Data yang dapat diambil adalah pengguna yang melalui jalur ONB 1 dimana hanya beberapa data yang dapat diambil dikarenakan pada saat proses pengambilan data bersamaan dengan penanganan gangguan yang terjadi disisi pengguna. Perbandingan antara data hasil pengukuran dan perhitungan ditunjukkan pada Tabel 11 berikut. Tabel 11 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Disisi Pengguna DC-1 DC-2 Input Perangkat Pengguna TAP 11(dBµV) Input Perangkat Pengguna TAP 8(dBµV) EOC STB EOC STB Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung an an an an an an an an 90.5 114.2 89.5 115.9 88.8 87.02 112.5 114.70 88.5 90.23 115.8 120.30 89.1 114.9 89.7 116.1 Input Perangkat Pengguna TAP 17(dBµV) Input Perangkat Pengguna TAP 20(dBµV) EOC STB EOC STB Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung an an an an an an an an 87.9 112.3 84.9 115.9 86.4 88.12 111.8 112.50 85.8 85.71 116.5 117.90 88.2 113.1 84.1 116.2 Input Perangkat Pengguna TAP 8(dBµV) EOC STB Pengukur Perhitung Pengukur Perhitung an an an an 96.4 112.6 95.9 96.72 109.5 116.40 97.2 110.6 Dari data Tabel 11, perbedaan antara data pengukuran dengan data perhitungan disebabkan oleh jarak dari sisi ONB sampai kesisi pengguna serta redaman yang terjadi didalam TAP yang digunakan.Terlihat juga semakin jauh jarak pengguna dengan ONB maka
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
daya yang diterima dapat semakin besar. Hal ini disebabkan oleh insertion loss yang diterima saat melewati TAP dapat berbeda – beda.
4. KESIMPULAN Dari hasil evaluasi untuk jaringan HFC diarea Cikini baik dari sisi pengukuran maupun perhitungan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil pengukuran dan perhitungan disisi headend, persentase perbedaan antara kedua proses rata – rata sebesar 0,98 % dimana dilakukan pengaturan disisi IP QAM menjadi sebesar +43 dBmV 2. Hasil keluaran disisi TX Optical, terdapat perbedaan sebesar 1,25 % antara hasil pengukuran dan perhitungan dimana keluaran dari TX Optical adalah lebih besar atau sama dengan 6 dBm. 3. Proses yang terjadi disisi headend akan mempengaruhi jalannya proses pentransmisian audio dan video. 4. Redaman yang terjadi untuk input EDFA disebabkan oleh jarak antara HUB dengan headend dimana perbandingan antara perhitungan dengan pengukuran adalah sebesar 1,72%. 5. Disisi WDM akan menerima dua buah input yang berasal dari EDFA untuk sinyal optik audio video dan juga OLT untuk sinyal optik data. 6. Penambahan attenuator 10 dB disisi ONB dapat menghemat daya sebesar 10 dBµV dimana daya ini dapat dijadikan cadangan untuk menjaga kualitas layanan. 7. Dengan range masukan untuk modem EoC antara 60 – 100 dBµV, masukan untuk modem EoC sangat dipengaruhi oleh jarak dan juga redaman perangkat. 8. Dengan nilai toleransi sebesar 15 – 20 % dari masukan maksimalnya, hasil dari pengukuran dan perhitungan disisi modem EoC dan STB tidak mempengaruhi kualitas layanan. 9. Semakin jauh lokasi pengguna dari ONB, daya yang masuk dapat semakin besar.
5. DAFTAR REFERENSI [1] Sulton Salim, “FTTH = Jaringan Kabel Optik yang Efisien”, diakses dari http://my.opera.com/sultonpro/blog/ftth-jaringan-kabel-optik-yang-efisien pada 14 Juni 2012. [2] Riani Purnamasari, “Perencanaan Jaringan Akses Fiber Optik Dengan Passive Splitter Dalam Arsitektur FTTB (Fiber To The Building) Di Area Bandung Dago”, diakses dari
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=426:jaringa n-lokal-akses-fiber-optik&catid=23:sistem-komunikasi-optik&Itemid=14 pada 14 Juni 2012. [3] Herera Fridayanti, “Basic Knowledge CATV and HFC”, Presentation, Mei 2011 [4] The Fiber Optic Association, Inc, “Cable Plant Link Loss Budget Analysis”, diakses dari http://www.thefoa.org/tech/lossbudg.htm, pada 15 Juni 2012. [5] FTTH Council, “Fiber To The Home”, 4th Edition, 2010 [6] Rigby, Pauline, “FTTH Handbook”, FTTH Council, Edition 4.1, Europe, 2011. [7] Admin,
“Jaringan
Lokal
Akses
Fiber
Optik”,
diakses
dari
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?view=article&catid=23:sistem-komunikasioptik&id=426:jaringan-lokal-akses-fiber-optik&tmpl=component&print=1&page,
pada
23 Juni 2012. [8] “Passive Optical Networks”, diakses dari http://www.pptuu.com/show_777747_1.html, pada 23 Juni 2012. [9] “Decibell, Gain, Loss”, diakses dari http://www.almuhibbin.com/2012/07/decibel-gaindan-loss_6195.html, pada 25 Juni 2012. [10]
Abdul Rasyid Nur, “Konsep Dasar Sistem Jaringan Access Fiber Optic”, diakses dari
http://mandorkawat2009.wordpress.com/tag/active-optical-network-aon/,
pada
10
Agustus 2012. [11]
“Metro
FTTH”,
diakses
dari
http://www.biznetnetworks.com/Id/MetroNET/?menu=MetroFTTH, pada 12 Agustus 2012. [12]
Alfin
Hikmaturokhman,
“HFC
(Hybrid
Fiber
Coax)
“,
diakses
dari
http://sinauonline.50webs.com/Artikel/Hibrid%20Fiber%20Coaxial%20HFC.html,
pada
12 Oktober 2012.
Unjuk kerja..., Gema Persada Arihta, FT UI, 2013