UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA
PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN BENCANA PADA REMAJA DI KOTA PAYAKUMBUH
TESIS
AL IKHLASNIATI NIM. 120140203004
FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN BENCANA UNTUK KEAMANAN NASIONAL
BOGOR MARET 2016
HALAMAN PENGESAHAN Proposal tesis ini diajukan oleh: Nama
: Al Ikhlasniati
NPM
: 120140203004
Program Studi
: Manajemen Nasional
Judul Tesis
: Pengaruh Media Massa Terhadap Kesadaran Bencana Pada Remaja di Kota Payakumbuh
Bencana
Untuk
Keamanan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam bidang Ilmu Pertahanan pada Program Studi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional, Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng
(......................................)
Pembimbing : Mayor Sus Coky R. Bonavena, M.Si(Han)
(......................................)
Penguji
: Dr. Rudy Laksmono W, M.T
(......................................)
Penguji
: Dr. H. Fauzi Bahar, M.Si
(......................................)
Penguji
: Marsma TNI Tatan Kustana, M.Bus., M.A
(......................................)
Ditetapkan di : Bogor Tanggal : 17 Maret 2016
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya atau bagian karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan jenjang apapun di suatu Perguruan Tinggi; dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat istilah, frasa, kalimat, paragraf, subbab, atau bab dari karya yang pernah ditulis atau diterbitkan, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Referensi.
Bogor, 17 Maret 2016
Al Ikhlasniati
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Pertahanan Indonesia, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Fakultas Jenis Karya
: Al Ikhlasniati : 120140203004 : Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional : Manajemen Pertahanan : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas
Pertahanan
Indonesia
Hak
Bebas
Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN BENCANA PADA REMAJA DI KOTA PAYAKUMBUH beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Pertahanan Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tesis saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta/Karya Intelektual dari tesis ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Dibuat di
: Bogor
Pada tanggal : 17 Maret 2016 Yang menyatakan
Al Ikhlasniati
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang tidak pernah berhenti mencurahkan ampunan dan karunia-Nya kepada seluruh Makhluk-Nya di dunia. Berkat limpahan nikmat-Nya serta doa dari orang tua dan seluruh keluarga, maka Saya mampu menyelesaikan Tesis ini yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains Bidang Pertahanan di Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan. Adapun judul Tesis ini adalah: PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN BENCANA PADA REMAJA DI KOTA PAYAKUMBUH Tesis ini dapat diselesaikan tentu juga karena bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu Saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Letjen TNI I Wayan Midhio, M.Phil selaku Rektor Universitas Pertahanan Indonesia. 2. Laksma TNI Dr. Dadang S. Wirasuta,S.E.,S.Sos.,S.H.,M.M.,M.B.A selaku
Dekan
Fakultas
Manajemen
Pertahanan,
Universitas
Pertahanan Indonesia, yang selalu mengarahkan dan memberikan semangat selama perkuliahan hingga penyelesaian tesis. 3. Kolonel Laut (KH/W) Dra. Christine Sri Marnani, M.A.P selaku Ketua Program Studi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional, Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia. 4. Brigjen TNI Lasmono, M. Si(Han) selaku mantan Ketua Program Studi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional, Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia. 5. Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan tesis ini yang senantiasa sabar untuk selalu memberikan masukan dan arahan serta semangat kepada penulis.
v
6. Mayor Sus Coky R. Bonavena, M. Si(Han) selaku Dosen Pembimbing II penulis yang senantiasa memberi arahan, pengajaran dengan sabar dan motivasi kepada penulis. 7. Dewan Penguji Dr. Rudy Laksmono W, M.T, Dr. Fauzi Bahar, M.Si, dan Marsma TNI Tatan Kustana, M.Bus., M.A yang senantiasa memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan tesis. 8. Dosen Ir.Sugeng Triutomo,DESS, Kol. Kes, IDK Kertawidana, SKM, MKKK dan Kolonel Laut Dr.Yanif Dwi Kuntjoro yang bersedia berdiskusi dan memberikan arahan dalam penyelesaian tesis. 9. Kedua Orang Tuaku, adik-adikku, nenek dan keluarga besarku yang sangat ku cintai yang selalu mendoakanku dan memberikan semangat dalam hidupku. 10. Seluruh pihak yang membantu dalam pelaksanaan penelitian terutama para siswa SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA I Raudhatul Jannah, SMA IT Insan Cendikia, Dinas Pendidikan, dan BPBD Payakumbuh. 11. Mayor Devi yang sangat membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian tesis. 12. Teman-teman Manajemen Bencana Cohort 5 dan rekan angkatan TA 2014/2015 Universitas Pertahanan atas semangat dan kerjasamanya selama perkuliahan. 13. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Serta berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satupersatu namanya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Bogor, 17 Maret 2016
Al Ikhlasniati vi
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul Tesis
: Al Ikhlasniati : Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional : Pengaruh Media Massa Terhadap Kesadaran Bencana Pada Remaja di Kota Payakumbuh
Media massa dalam manajemen bencana terutama di fase kesiapsiagaan berfungsi sebagai public educator yang memberikan informasi terkait bencana sehingga dapat meningkatkan kesadaran bencana pada masyarakat termasuk remaja. Beragam jenis media massa seperti: televisi, radio, koran/majalah, internet, dan media sosial juga berpengaruh terhadap perkembangan remaja. Akan tetapi pada remaja di Kota Payakumbuh terdapat kecenderungan tingkat kesadaran bencana yang belum berada dikategori tinggi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesadaran bencana dan menganalisis pengaruh frekuensi akses jenis media massa dan durasi mengakses isi informasi bencana di media massa terhadap tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel two stage cluster sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 20% dari total populasi per cluster. Subjek penelitian adalah remaja pertengahan yang berusia 15-18 tahun yang berada di tingkat pendidikan sekolah menengah atas. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut didapat 4 sekolah SMA sebagai cluster pertama dengan total sampel 484 orang sebagai cluster kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh berada dikategori sedang, yaitu 74,83. Teknik analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa berpengaruh terhadap kesadaran bencana pada remaja secara simultan dan parsial. Akses jenis media massa berpengaruh positif sebesar 23,3% dan isi informasi bencana di media massa sebesar 23,9% terhadap tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh. Kata Kunci: Kesadaran Bencana, Pengaruh Media Massa, Informasi Bencana
vii
ABSTRACT
Name Study Program Research Title
: Al Ikhlasniati : Disaster Management of National Security : The Mass Media Influence towards Disaster Awareness on Adolescent in Payakumbuh City
The role of mass media in disaster management, both print and electronics, in informing the people and the authorities during disaster, becomes critical especially the ways in which media can play a vital role in public awareness and preparedness through educating the public about disasters (public educators). During any emergency, people seek up-todate, reliable and detailed information. Mass media communication about impending disasters can lead to appropriate individual and community action, including the youth as part of the community. In this research, solely focus on type of mass media i.e television, radio, newspapers/ magazines, internet, and social media. However, this research objectives is to discover the level of disaster awareness, and also to predict the effects of frequency in mass media access and duration to the disaster information content in mass media towards the level of disaster awareness in adolescents in Payakumbuh. The research uses a quantitative method with two stage cluster sampling. Samples are taken as much as 20% of the total population per cluster. The subject is the mid-teens aged 15-18 years who are currently in senior high school level. This sampling technique resulted 4 high school as the first cluster with total sample of 484 people as a second cluster. The results showed that the average level of disaster awareness in adolescents in Payakumbuh is at medium category, namely 74.83. Data analysis techniques with multiple linear regression obtained the results of studies showing that access to the mass media types and the contents of the disaster information in the mass media affect disaster awareness in adolescents simultaneously and partially. Access of any kinds of mass media has a positive effect of 23.3% and the contents of the disaster information in the mass media for 23.9% of the level of disaster awareness on adolescents in Payakumbuh. Keyword: Disaster Awareness, Mass Media Influence, Disaster Information Contents
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................. iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v ABSTRAK ................................................................................................. vii ABSTRACT .............................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii DAFTAR RUMUS .................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB
1.1
Latar Belakang ................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................ 6
1.3
Tujuan Penelitian dan Signifikansi Penelitian ................... 7
1.4
Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1.4.1
Aspek Teoritis ................................................................... 7
1.4.2
Aspek Praktis.................................................................... 8
1.5
Ruang Lingkup dan Gambaran Desain Penelitian ............ 8
1.5.1
Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 8
1.5.2
Gambaran Desain Penelitian ............................................ 8
2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ................................................................................... 9 2.1
Tinjauan Pustaka .............................................................. 9
2.1.1
Definisi Media Massa........................................................ 9
2.1.2
Teori Efek Media Massa ................................................. 10
2.1.3
Jenis Media Massa ......................................................... 14
2.1.4
Media sebagai Public Educator dalam Manajemen Bencana ......................................................................... 15
2.1.5
Kesadaran Bencana ....................................................... 16
ix
2.1.6
Karakteristik Remaja ...................................................... 16
2.1.7
Remaja dan Media Massa .............................................. 18
2.1.8
Tinjauan Penelitian Sejenis ............................................ 21
2.2
Kerangka Pemikiran ....................................................... 23
2.3
Hipotesis Penelitian ........................................................ 24
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................. 25 3.1
Desain Penelitian ............................................................ 25
3.2
Sumber Data/Subyek/Objek Penelitian........................... 25
3.2.1
Sumber Data .................................................................. 25
3.2.2
Subjek Penelitian ............................................................ 26
3.3
Teknik Pengumpulan Data ............................................. 28
3.4
Teknik Analisis Data ....................................................... 29
3.5
Prosedur Penelitian ........................................................ 32
3.5.1
Instrumen Penelitian ....................................................... 32
3.5.2
Data Primer .................................................................... 32
3.5.3
Data Sekunder................................................................ 32
3.5.4
Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data ............... 33
3.6
Definisi Operasional ....................................................... 33
3.7
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................... 38
BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................ 39 4.1
Data Penelitian ............................................................... 39
4.1.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 39
4.1.2
Gambaran Umum Karakteristik Responden ................... 39
4.1.3
Deskriptif Variabel Media Massa .................................... 40
4.1.3.1 Akses Jenis Media Massa (X1) ....................................... 40 4.1.3.2 Informasi terkait Bencana pada Media Massa (X2) ......... 44 4.1.3.3 Kesadaran Bencana (Y) .................................................. 45 4.2
Analisa Data ................................................................... 47
4.2.1
Tingkat Kesadaran Bencana pada Remaja .................... 47
x
4.2.2
Pengaruh Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana) terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja ........................................................................... 49
4.2.2.1 Analisis Hubungan Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana) terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja ................................................... 49 4.2.2.2 Analisis Multivariat Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana) terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja ................................................... 50 4.3
Pembahasan .................................................................. 58
4.3.1
Tingkat Kesadaran Bencana pada Remaja di Kota Payakumbuh................................................................... 58
4.3.2
Pengaruh Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana) terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja di Kota Payakumbuh ......................................... 60
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 66 5.1
Simpulan......................................................................... 66
5.2
Saran .............................................................................. 66
5.2.1
Saran Praktis .................................................................. 66
5.2.2
Saran Teoritis ................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Pengguna Media Baru Internet di Indonesia Maret 2015 1 Gambar 1.2 Pengguna Media Sosial Maret 2015 .............................. 2 Gambar 1.3 Waktu yang Digunakan Mengakses Media Massa Maret 2015 ............................................................................. 3 Gambar 1.4 Headline News pada 14 Maret 2011 .............................. 4 Gambar 2.1 Rentang Usia Remaja ................................................. 18 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .................................................... 24 Gambar 3.1 Rancangan Uji Regresi Linier Berganda ...................... 32 Gambar 4.1 Grafik Jumlah Responden Penelitian ........................... 40 Gambar 4.2 Grafik Akses Jenis Media Massa ................................. 42 Gambar 4.3 Grafik Isi Informasi Bencana di Media Massa .............. 45 Gambar 4.4 Diagram Tingkat Kesadaran Bencana pada Remaja .... 48 Gambar 4.5 Sebaran Data Uji Homoscedasticity ............................. 52
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Kejadian Bencana di Kota Payakumbuh .......................... 5 Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik SMA/SMK Negeri dan Swasta Kota Payakumbuh 2015 .................................................................. 26 Tabel 3.2 Kualifikasi Data Rentang 0-100 ............................................... 31 Tabel 3.3 Besaran Korelasi dan Definisi ................................................. 31 Tabel 3.4 Definisi Operasional ................................................................ 34 Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................. 37 Tabel 3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................. 38 Tabel 4.1 Karakteristik Responden ......................................................... 40 Tabel 4.2 Rekapitulasi Akses Jenis Media Massa .................................. 41 Tabel 4.3 Rekapitulasi Nama Saluran Media Massa yang Sering Diakses ................................................................................... 43 Tabel 4.4 Rekapitulasi Isi Informasi Bencana di Media Massa ............... 44 Tabel 4.5 Rekapitulasi Kesadaran Bencana pada Remaja ..................... 46 Tabel 4.6 Tingkat Kesadaran Bencana pada Remaja............................. 47 Tabel 4.7 Pengujian Sampel Menggunakan One Sample T-test ........... 49 Tabel 4.8 Analisis Hubungan Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja ........... 50 Tabel 4.9 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov.................. 51 Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Serial Durbin-Watson ................................. 52 Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................ 53 Tabel 4.12 Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) ........................ 54 Tabel 4.13 Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 54 Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) .................... 56
xiii
DAFTAR RUMUS Rumus 3.1 PSU Tingkat Pertama Two Stage Cluster Sampling ..... 27 Rumus 3.2 Jumlah Sampel Cluster Pertama ................................. 27 Rumus 3.3 PSU Tingkat Kedua Two Stage Cluster Sampling ........ 28 Rumus 3.4 Rumus Mendapatkan Nilai Variabel ............................. 30 Rumus 3.5 Model Analisis Rancangan Persamaan Matematika ..... 32 Rumus 4.1 Persamaan Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian .. 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian Kesbangpol Kota Payakumbuh ......... 72 Lampiran 1.2 Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh 73 Lampiran 1.3 Surat Izin Penelitian BPBD Kota Payakumbuh .................. 74 Lampiran 2
Data Sekunder Penelitian .................................................. 75
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian ......................................................... 76
Lampiran 4.1 Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas ......................... 78 Lampiran 4.2 Output SPSS Uji Korelasi dan Analisis Regresi ................. 79 Lampiran 5
Rekapitulasi Hasil Penelitian .............................................. 81
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Media massa adalah alat komunikasi yang efektif dan efisien untuk
menyebarkan informasi pada masyarakat luas. Perkembangan media massa terjadi semakin pesat setiap tahunnya. Tren media massa yang berkembang saat ini adalah penggunaan new media atau media baru yang sering disebut juga media digital. Media ini melibatkan jaringan internet dalam pengunaannya. Berikut data tren perkembangan media baru di Indonesia pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Pengguna Media Baru Internet di Indonesia Maret 2015 Sumber: wearesocial.net, 2015
Berdasarkan Gambar 1.1 diketahui bahwa di Indonesia terdapat 72,7 juta jiwa pengguna internet yang aktif, atau sebanyak 28% dibandingkan dengan total populasi. Selain media internet, media sosial juga termasuk dalam media baru yang semakin diminati masyarakat. Penggunaan media sosial di Indonesia juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.2 yang memperlihatkan jumlah pengguna social media aktif sebesar 29% dari total populasi Indonesia.
1
2
Gambar 1.2 Pengguna Media Sosial Maret 2015 Sumber: wearesocial.net, 2015
Tren penggunaan media baru atau digital di Indonesia tidak berarti membuat media massa tradisional seperti televisi, radio, dan koran langsung
mengalami
penurunan
minat.
Lembaga
survey
Nielsen
melakukan survei mengenai tingkat konsumsi media massa di lima wilayah kota besar di luar Jawa yaitu Medan, Palembang, Denpasar, Makassar dan Banjarmasin dibandingkan dengan lima wilayah kota besar di Jawa yang meliputi Jabodetabek, Surabaya dan Gerbangkertasila, Bandung, Semarang, serta Yogyakarta dan Sleman-Bantul (Nielsen.com, 2014). Berdasarkan survei tersebut secara keseluruhan, konsumsi media massa di kota-kota baik di Jawa maupun Luar Jawa menunjukkan bahwa televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%). Kemudian internet (33%), radio (20%), suratkabar (12%), tabloid (6%) dan majalah (5%). Data tersebut menunjukkan angka yang cukup besar dalam penggunaan media tradisional terutama televisi. Penggunaan radio, suratkabar, tabloid, dan majalah juga masih diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinisalu (dikutip dalam Putrisekar, 2013) yang menyatakan fenomena meningkatnya pengguna internet akan berdampak pada perkembangan media tradisional seperti Universitas Pertahanan
3
media cetak, televisi, dan radio yang mengalami penurunan. Akan tetapi, tidak berarti media tradisional akan punah dalam waktu dekat di Indonesia.
Gambar 1.3 Waktu yang Digunakan Mengakses Media Massa Maret 2015 Sumber: wearesocial.net, 2015
Gambar 1.3 memperlihatkan rata-rata penggunaan media massa khususnya internet, media sosial dan televisi. Total mengakses internet melalui komputer adalah 5 jam sementara melalui mobile phone selama 3 jam. Rata-rata mengakses media sosial kurang lebih 3 jam. Menonton televisi rata-rata menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam. Berdasarkan
data
tersebut
maka
dapat
dilihat
bagaimana
penggunaan media massa baik media baru maupun media tradisional. Terdapat durasi penggunaan yang berbeda, akan tetapi keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai alat komunikasi massa. Akses yang tinggi terhadap media massa tersebut akan berpengaruh terhadap penyebaran dan penerimaan informasi di masyarakat. Penyebaran dan penerimaan informasi oleh media tradisional dan media baru cukup beragam mulai dari informasi politik, ekonomi, pendidikan, hukum, dunia internasional
dan
sebagainya
termasuk
bencana.
Berikut
adalah
gambaran informasi yang pernah menjadi trending topic pada media cetak yang dirangkum dalam Gambar 1.4.
Universitas Pertahanan
4
Gambar 1.4 Headline News pada 14 Maret 2011 Sumber: Starbrain Indonesia, 2011
Gambar 1.4 memperlihatkan bahwa informasi mengenai ekonomi dan kondisi pascatsunami Jepang menjadi informasi yang paling banyak menjadi ditampilkan dalam media massa cetak yaitu koran. Hal ini menunjukkan bahwa informasi terkait kebencanaan menjadi informasi yang sering disampaikan terutama pada saat terjadi bencana dan pascabencana. Banyaknya informasi bencana yang menjadi headline news tentunya akan berpengaruh pada masyarakat yang terpapar berita tersebut. Informasi yang didapat baik informasi bencana ataupun informasi lainnya akan diproses oleh masyarakat dan berdampak pada aspek kognitif, afektif, dan konasi atau perilaku (Tommy, 2009, p.12). Aspek kognitif adalah aspek mendasar yang memengaruhi aspek lainnya. Semakin banyak pemberitaan media dan penggunaan beragam media dimasyarakat tentu akan berdampak pada kognitif masyarakat tersebut. Salah
satu
bagian
dari
aspek
kognitif
adalah
kesadaran
(awareness). Kesadaran masyarakat terkait bencana diharapkan juga meningkat seiring dengan akses dan pemberitaan bencana di media. Akan tetapi berdasarkan pengalaman peneliti kesadaran masyarakat terutama remaja terhadap bencana tidak berada pada tingkat tinggi di Kota Payakumbuh. Kota Payakumbuh yang terletak di Provinsi Sumatera
Universitas Pertahanan
5
Barat termasuk dalam kategori kota dengan kelas risiko sedang dilihat dari multiancaman bencana. Hal ini dijelaskan dalam Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013. Jika dibandingkan dengan seluruh kota dan kabupaten yang ada di Sumatera Barat, Payakumbuh berada diurutan ke-19 dari 19 kabupaten/kota (BNPB, 2014). Tabel 1.1 Data Kejadian Bencana di Kota Payakumbuh NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KODE 1376 1376 1376 1376 1376 1376 1376 1376 1376
KABUPATEN NAMA KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH KOTA PAYAKUMBUH
BENCANA
WAKTU KEJADIAN (TGL/BLN/THN)
BANJIR PUTING BELIUNG PUTING BELIUNG PUTING BELIUNG BANJIR GEMPA BUMI GEMPA BUMI PUTING BELIUNG PUTING BELIUNG
25/11/2014 02/05/2014 10/09/2011 09/09/2011 01/04/2010 12/09/2007 06/03/2007 19/04/2005 12/04/2005
Sumber: Dibi.bnpb.go.id, 2015
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa keseluruhan data DIBI BNPB terdapat 9 kejadian bencana di Kota Payakumbuh. Bencana puting beliung menjadi bencana yang paling sering terjadi yaitu 5 kejadian, diikuti banjir dan gempa bumi masing-masing 2 kejadian. Selain itu, berdasarkan data dari BPBD Provinsi Sumatera Barat (2015) juga diketahui matriks risiko bencana di Kota Payakumbuh. Matriks tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 yang menunjukkan bencana alam yang menjadi ancaman di Kota Payakumbuh pada Tahun 2015. Bencana tersebut adalah gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan angin puting beliung yang menurut matriks risiko bencana BPBD Provinsi Sumatera Barat berada pada kategori ancaman sedang. Ancaman bencana tersebut menjadi landasan agar masyarakat dan pemerintah daerah Payakumbuh memperhatikan dengan serius potensi risiko
bencana
yang
ada.
Akan
tetapi
masih
sedikit
penelitian
kebencanaan yang dilakukan di Kota Payakumbuh. Khususnya penelitian terkait kesadaran remaja terhadap bencana. Padahal remaja termasuk salah satu kategori kelompok yang rawan terpapar bencana. Hal ini
Universitas Pertahanan
6
karena beberapa kejadian bencana justru terjadi ketika para remaja sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pengalaman peneliti yang beberapa kali merasakan getaran gempa bumi pada jam sekolah yang berakibat pada dipulangkannya seluruh siswa sekolah. Berbeda dengan kota lainnya di Provinsi Sumatera Barat seperti Padang dan Padang Pariaman. Penelitian di kota tersebut banyak dilakukan terutama setelah kejadian gempa pada tahun 2009. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti remaja Kota Payakumbuh tentang pengaruh media massa terhadap kesadaran bencana. Pengaruh media massa dapat dilihat melalui dua variabel yaitu akses jenis media massa atau frekuensi penggunaan jenis media massa dan isi atau contents informasi terkait bencana. Media massa tersebut adalah media televisi, radio, koran, majalah, internet dan media sosial. 1.2
Rumusan Masalah Kesadaran bencana adalah salah satu faktor utama dalam
menciptakan pengurangan risiko bencana yang efektif. Seluruh lapisan masyarakat
diharapkan
memiliki kesadaran
bencana
yang tinggi,
termasuk remaja yang ada di Kota Payakumbuh. Hal ini karena remaja tersebut adalah kelompok yang rawan terpapar bencana. Tingkat kesadaran bencana yang tinggi tentu dapat mengurangi keterpaparan terhadap ancaman bencana yang ada di daerahnya. Hal tersebut perlu dilakukan pengkajian dan pengukuran tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh sebagai bahan dasar evaluasi. Kesadaran bencana berdasarkan
teori menjadi tujuan dari
penggunaan media massa. Media massa dalam manajemen bencana terutama pada fase kesiapsiagaan memiliki peran sebagai public educator, yang berarti media massa memiliki pengaruh terhadap kesadaran bencana dan penyebaran informasi bencana. Berdasarkan hal tersebut kita dapat melihat besarnya pengaruh akses jenis media massa dan isi informasi bencana yang ada di media massa terhadap kesadaran bencana. Oleh karena itu, berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: Universitas Pertahanan
7
1. Seberapa besar tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh? 2. Seberapa besar pengaruh media massa (akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa) terhadap tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh? 1.3
Tujuan Penelitian dan Signifikansi Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan, maka terdapat tujuan yang akan dicapai yaitu: 1. Mengukur tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh. 2. Menganalisis pengaruh media massa (akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa) terhadap tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh. 1.3.2 Signifikansi Penelitian Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu manajemen bencana terutama yang berhubungan dengan pengurangan risiko bencana. Pembahasan dalam penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh media massa terhadap kesadaran bencana. Hal tersebut termasuk bagian dari ilmu komunikasi dan psikologi. Pentingnya penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya pengurangan risiko bencana dengan meningkatkan kesadaran bencana khususnya pada remaja. Selain itu juga dapat membantu dalam pengembangan ilmu komunikasi terutama komunikasi massa dengan menggunakan media massa sebagai alat untuk menyebarkan informasi terkait bencana. 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Aspek Teoritis Manfaat teoritis terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang manajemen bencana khususnya terkait penggunaan media massa dalam upaya pengurangan risiko bencana. Hal tersebut berguna
Universitas Pertahanan
8
untuk mengembangkan kajian kesadaran masyarakat terhadap bencana pada remaja. 1.4.2 Aspek Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi seluruh pihak dalam meningkatkan kesadaran terhadap bencana pada remaja terutama di Kota Payakumbuh. Selain itu juga dapat mengetahui bagaimana kecenderungan remaja di Kota Payakumbuh dalam menggunakan media massa. 1.5
Ruang Lingkup dan Gambaran Desain Penelitian
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut: 1. Sampel
penelitian
yang
diambil
adalah
remaja
di
Kota
Payakumbuh, akan tetapi karena rentang usia yang cukup besar maka peneliti hanya mengambil remaja yang berada diusia 15-18 tahun yang termasuk kategori remaja pertengahan. 2. Banyaknya pengaruh media massa yang dapat dilihat terhadap kesadaran bencana maka peneliti hanya membatasi dalam hal frekuensi akses jenis media massa dan durasi informasi bencana. 3. Jenis media massa yang menjadi indikator dalam penelitian adalah media
tradisional
yaitu
televisi,
koran/majalah,
dan
radio,
sementara media baru adalah internet dan media sosial. 4. Kesadaran bencana yang dilihat adalah bencana alam secara umum yang berpotensi terjadi di Kota Payakumbuh, khususnya gempa bumi, angin puting beliung, tanah longsor, dan kebakaran . 1.5.2 Gambaran Desain Penelitian Gambaran
desain
penelitian
yang
akan
digunakan
adalah
pendekatan kuantitatif. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden penelitian. Hasil pengambilan data kemudian lalu diproses dengan menggunakan program analisis statistik.
Universitas Pertahanan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Definisi Media Massa Pemahaman mengenai media massa dapat dimulai dengan
memahami komunikasi. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi adalah bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Komunikasi telah menjadi “jantung” dalam kehidupan kita yang menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari (Tommy, 2009, p.2). Menurut Dani (2005, p.36) manusia telah memiliki naluri komunikasi yang dibawa sejak lahir. Naluri komunikasi yaitu dorongan untuk terus berupaya menyampaikan pesan kepada manusia lain. Komunikasi adalah koneksi menuju masa lalu, masa sekarang, dan masa depan kita sebagai manusia. Jadi, komunikasi sangatlah penting karena menjadi jembatan menuju masa depan, penghubung dengan manusia lainnya, dan alat yang kita gunakan untuk menciptakan jalan kita di dunia (Gamble & Gamble, 2004, p.5). Definisi sederhana komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antarmanusia (Dani, 2005, p.29). Komunikasi terdiri atas dua jenis yaitu komunikasi
antarpersonal
dan
komunikasi
massa.
Komunikasi
antarpersonal adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide, dan sikap kepada banyak orang dan biasanya menggunakan media atau mesin yang diklasifikasikan dalam media massa seperti radio siaran, televisi, surat kabar/majalah, dan film (Tommy, 2009, p.17). Komunikasi massa adalah proses organisasi media menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan kepada masyarakat luas dan proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami, dan dipengaruhi oleh audience (Littlejohn & Karen, 2014, p. 405).
9
10
Menurut Harold D. Lasswell (dikutip dalam Wiryanto, 2000, p.3) dalam komunikasi massa terdapat unsur-unsur yang diformulasikan dalam bentuk pertanyaan, yaitu: 1. Unsur who (sumber atau komunikator) 2. Unsur says what (pesan) 3. Unsur in which channel (saluran atau media) 4. Unsur to whom (penerima atau mass audience) 5. Unsur with what effects (unsur efek atau akibat) Model Lasswell menyusun bagian-bagian sistem komunikasi massa. Model ini mampu mengidentifikasi fungsi-fungsi utama media komunikasi, termasuk pengamatan, memberikan informasi tentang lingkungan, memberikan pilihan untuk memecahkan masalah, atau hubungan, dan sosialisasi serta pendidikan yang dikenal dengan transmisi. Oleh karena itu yang terpenting dari komunikasi massa adalah media
itu
memengaruhi
sendiri. dan
Organisasi
media
menggambarkan
menyebarkan budaya
pesan
masyarakat.
yang Media
memberikan informasi kepada audience yang heterogen yang menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan institusi masyarakat (Littlejohn & Karen, 2014, p. 405). Kelima unsur ini saling terkait satu sama lain, akan tetapi pada penelitian ini unsur in which channel atau media yang digunakan yang akan dianalisis lebih lanjut sebagai indikator pada variabel bebas (X1). Unsur with what effects atau unsur efek (akibat) menjadi landasan untuk menentukan dampak mengakses media terhadap variabel kesadaran masyarakat terhadap bencana (Y). Unsur says what (pesan) dijelaskan dengan informasi terkait bencana yang disampaikan menjadi variabel bebas (X2). Unsur to whom (penerima pesan) pada penelitian ini melihat remaja sebagai kelompok penerima pesan, sementara unsur who (sumber pesan atau komunikator) tidak menjadi fokus utama dalam penelitian. 2.1.2 Teori Efek Media Massa Terdapat tiga metafora yang mewakili sudut pandang mengenai media menurut Joshua Meyrowitz, yaitu media sebagai vessel, media
Universitas Pertahanan
11
sebagai bahasa, dan media sebagai lingkungan. Media sebagai vessel adalah gagasan bahwa media menjadi pembawa pesan yang netral. Sementara media sebagai bahasa melihat dari unsur-unsur struktural atau tata kalimat seperti sebuah bahasa. Media sebagai lingkungan dilandasi oleh gagasan bahwa kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan berbagai informasi yang disebarkan oleh keberadaan media dengan beragam
kecepatan,
ketepatan,
kemampuan
melakukan
interaksi,
persyaratan fisik, dan kemudahan belajar. Lingkungan media tersebut dengan cara-cara yang signifikan dan tanpa disadari membentuk pengalaman pada manusia (Littlejohn & Karen, 2014, p. 407). Berangkat dari metafora ketiga, yaitu media sebagai lingkungan, terdapat teori yang diajukan oleh Marshall McLuhan. Teori McLuhan disebut dengan teori media yang menyatakan bahwa media terlepas dari apapun isi yang disampaikannya, memberikan pengaruh kepada individu ataupun masyarakat (Littlejohn & Karen, 2014, p. 410). Sebagai contoh televisi memengaruhi penontonnya terlepas dari apa yang ditonton. Dunia maya memberikan pengaruh terlepas dari situs apa yang dikunjunginya. McLuhan memandang setiap media sebagai sebuah perpanjangan pikiran manusia (Littlejohn & Karen, 2014, p. 411). McLuhan menyatakan bahwa “media adalah pesan”, yang memiliki makna bahwa pesan yang disampaikan media tidaklah lebih penting dari media atau saluran komunikasi yang digunakan pesan untuk sampai kepada penerimanya. McLuhan menjelaskan bahwa media atau saluran komunikasi memiliki kekuatan dan memberikan pengaruhnya kepada masyarakat, dan bukan isi pesannya. Akan tetapi ketika menggunakan media orang cenderung mementingkan isi pesannya dan tidak menyadari bahwa media yang menyampaikan pesan itu juga memengaruhi pesannya (Morrisan, 2014, p. 39). Teori media tersebut mengalami perkembangan yang dikenal dengan teori media baru. Perbedaannya adalah pada era media pertama (klasik) digambarkan oleh: sentralisasi produksi (satu menjadi banyak), komunikasi satu arah, kendali situasi untuk sebagian besar, reproduksi
Universitas Pertahanan
12
stratifikasi sosial dan perbedaan melalui media, audience media massa yang terpecah, dan pembentukan kesadaran sosial. Sementara pada teori era media kedua digambarkan sebagai: desentralisasi, dua arah, di luar kendali situasi, demokratisasi, mengangkat kesadaran individu, dan orientasi individu (Littlejohn & Karen, 2014, p. 411). Pembahasan sebelumnya melihat pengaruh sosiokultural terhadap media terlepas dari konteks atau dengan kata lain melihat secara singkat bahwa jenis media tertentu yang ada dalam masyarakat pada waktu yang berbeda dalam sejarah telah memiliki pengaruh besar pada individu dan susunan sosial (Littlejohn & Karen, 2014, p. 415). Sementara untuk teori berikutnya melihat pengaruh media pada agenda sosial yang membahas tentang isi media dan metamorfosa media sebagai vessel. Teori yang membahas mengenai isi media salah satunya adalah fungsi penyusunan agenda. Teori ini salah satunya dikemukakan oleh Walter Lippmann, yang menyatakan bahwa masyarakat tidak merespon pada kejadian sebenarnya dalam lingkungan, akan tetapi pada “gambaran dalam
kepala
kita”
yang
disebut
dengan
lingkungan
palsu
(pseudoenvironment). Hal ini karena lingkungan yang sebenarnya terlalu kompleks dan terlalu menuntut adanya kontak langsung sementara manusia tidak dilengkapi dengan hal itu sehingga perlu menyusun kembali dalam sebuah model yang lebih sederhana. Media memberikan model yang lebih sederhana dengan menyusun agenda (Littlejohn & Karen, 2014, p. 415). Fungsi penyusunan agenda telah dijelaskan oleh Donal Shaw, Maxwell McCombs, dan rekan-rekan mereka (sebagaimana dikutip dalam Littlejohn & Karen, 2014, p. 416) yang menulis: “....ada bukti yang telah dikumpulkan bahwa penyunting dan penyiar memainkan bagian yang penting dalam membentuk realitas sosial kita ketika mereka menjalankan tugas keseharian mereka dalam memilih dan menampilkan berita....Pengaruh media massa ini-kemampuan untuk memengaruhi perubahan kognitif antarindividu untuk menyusun pemikiran mereka-telah diberi nama
Universitas Pertahanan
13
fungsi penyusunan agenda dari komunikasi massa. Disini terletak pengaruh paling penting dari komunikasi massa. Kemampuannya untuk menata mental, dan mengatur dunia kita bagi kita sendiri....” Penyusunan agenda, dengan kata lain membentuk gambaran atau isu yang penting dalam pikiran masyarakat (John,1989, p. 382). Hal ini terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui tentang situasi pada waktu tertentu adalah hasil dari penjagaan gerbang oleh media (Littlejohn & Karen, 2014, p. 416). Fungsi penentuan agenda mengacu kepada kemampuan media dengan liputan berita yang diulang-ulang untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik (Severin & Tankard, 2005, p. 261). Ada dua tingkatan penyusunan agenda. Pertama menentukan isuisu umum yang dianggap penting dan yang kedua menentukan bagian atau aspek dari isu-isu tesebut yang dianggap penting. Sebagai contoh, media mungkin memberitahu kita bahwa kejadian tsunami di suatu daerah sebuah isu yang penting (tingkat pertama), tetapi media juga memberitahu kita bagaimana memahami bahwa bantuan untuk korban tsunami tersebut terlambat diberikan oleh pemerintah (tingkat kedua). Penggambaran media memberikan kerangka kejadian dalam cara-cara tertentu dapat membatasi bagaimana audience menafsirkan kejadian tersebut. Hal ini dapat terjadi dengan berbagai tekstual dari “cerita”, seperti berita utama, komponen audio-visual, metafora yang digunakan, dan cara penceritaan (Littlejohn & Karen, 2014, p. 416). Fungsi penyusunan agenda terdiri atas tiga proses bagian, yaitu pertama adalah mengatur prioritas isu-isu yang akan dibahas dalam media atau agenda media, kedua, agenda media memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang masyarakat pikirkan yang menciptakan agenda masyarakat. Ketiga, agenda masyarakat memengaruhi atau berinteraksi dengan para pembuat kebijakan yang dianggap penting atau agenda kebijakan. Secara sederhana, agenda media memengaruhi
Universitas Pertahanan
14
agenda masyarakat, dan agenda masyarakat memengaruhi agenda kebijakan (Littlejohn & Karen, 2014, p. 416). Opini yang muncul di antara peneliti media menurut Littlejohn & Karen ( 2014, p. 417) adalah bahwa media tidak selalu memiliki pengaruh yang kuat dalam agenda masyarakat. Kekuasaan media bergantung pada faktor-faktor seperti kredibillitas media terhadap isu-isu tertentu pada saatsaat tertentu, tingkat pertentangan bukti yang dirasakan oleh individu anggota masyarakat, tingkat di mana individu berbagi nilai media pada waktu-waktu tertentu, dan kebutuhan masyarakat akan panduan. Efek media massa dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan
transmisi
pengetahuan,
keterampilan,
kepercayaan,
dan
informasi. Sementara efek afektif berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. Efek behavioral berkaitan dengan perilaku nyata yang dapat diamati (Rakhmat, 2005, p. 219). 2.1.3 Jenis Media Massa Karakteristik media massa menurut Cangara (2011, p. 153) adalah informasi diterima oleh mata dan telinga. Kemudian umpan balik yang terjadi tidak secara langsung. Kode yang diberikan dapat dalam bentuk tertulis dan lisan. Arus pesan bersifat satu arah dengan liputan banyak dan tanpa batas. Efek dari media massa adalah rendah pada sikap akan tetapi tinggi terhadap aspek kognitif. Informasi dapat tersebar dengan cepat dan luas serta khalayak massa yang tak terbatas. Muatan pesan yang ditampilkan banyak serta media yang digunakan beragam yaitu televisi, radio, film, surat kabar. Jenis media massa termasuk salah satu unsur komunikasi massa. Secara garis besar media massa terdiri atas traditional media (media tradisional) dan new media (media baru). Media tradisional adalah media televisi, radio, dan koran (Petrus, 2012, p.2). Selain itu juga secara khusus media tradisional termasuk media cetak seperti: leaflet, poster, banner, spanduk (Oktaviani, Sulastri, & Rina, 2014, p.4) Universitas Pertahanan
15
Sementara media baru menurut Dewdney & Ride (dalam Ido, 2009, p.69)
secara
eksklusif
merujuk
pada
teknologi
komputer
yang
menekankan bentuk dan konteks budaya yang mana teknologi digunakan, seperti dalam seni, film, perdagangan, sains dan diatas itu semua internet. Sementara digital media merupakan kecenderungan kepada kebebasan teknologi
itu
sendiri
sebagai
karakteristik
sebuah
medium,
atau
merefleksikan teknologi digital. Sehingga dengan kata lain menggunakan internet dalam proses penyebaran informasi. Media baru termasuk di dalamnya penggunaan internet dan media sosial. 2.1.4 Media sebagai Public Educator dalam Manajemen Bencana Media dalam manajemen bencana memiliki peran yang signifikan baik sebelum maupun setelah terjadi bencana. Menurut Burkhart (dalam Coppola, 2011, p.282) pada tahap sebelum terjadi bencana yaitu fase kesiapsiagaan
(preparedness)
media
berperan
sebagai
pendidik
masyarakat (public educator). Peran media tersebut termasuk di dalamnya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait adanya bahaya yang sedang terjadi atau yang akan terjadi serta informasi mengenai usaha pencegahan dan perlindungan yang perlu dilakukan kepada masyarakat tersebut. Peran media sebagai penyalur informasi edukasi yang efektif telah diteliti terutama di bidang kesehatan publik. Banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara penggunaan media dan peningkatan pengetahuan dan perilaku yang dipromosikan. Perubahan perilaku dan pelaksanaan persiapan diperlihatkan oleh penerima informasi media edukasi terkait ancaman alamiah dan teknologi (Coppola, 2011, p.282). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Romo-Murphy (2014, p.38) yang menyatakan bahwa komunikasi risiko bencana memiliki peranan yang penting dalam menciptakan kesadaran bencana. Tanpa adanya komunikasi tersebut tentu masyarakat tidak akan mengetahui adanya risiko bencana. Sehingga komunikasi risiko adalah hal yang harus diperhatikan terutama dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Universitas Pertahanan
16
2.1.5 Kesadaran Bencana Kesadaran bencana pada masyarakat (public awareness) menurut terminologi pengurangan bencana merupakan tingkat pengetahuan masyarakat umum tentang risiko-risiko bencana, faktor-faktor yang mengakibatkan bencana dan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan secara perorangan dan kolektif untuk mengurangi keterpaparan dan kerentanan pada ancaman bahaya (UNISDR, 2009). Kesadaran masyarakat akan bencana adalah salah satu faktor utama dalam menciptakan pengurangan risiko bencana yang efektif. Hal ini dapat dilihat dari hazard knowledge (pengetahuan mengenai ancaman bencana), risk perception (persepsi terhadap risiko) dan risk avoidance behaviour (perilaku menghindari risiko) (Joyce,
2011). Sementara
menurut Bird, Gisladottir dan Dominey-Howes (2010) terdapat lima faktor yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk merespon suatu “insiden” seperti bencana, yaitu hazard knowledge, risk perception, implementation of preparedness measures, response behaviour, dan hazard and risk education. Faktor-faktor tersebut sangat berkaitan dan tergantung pada kondisi sosial, politik, dan ekonomi pada masyarakat. Jadi, kesadaran bencana adalah suatu kondisi di masyarakat mengenai tingkat pengetahuan masyarakat terhadap ancaman dan risiko bencana yang terdapat di daerahnya yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik,
dan
ekonomi
masyarakat
tersebut.
Indikator
pengukuran
kesadaran bencana yang telah dijelaskan sebelumnya secara garis besar dapat terbagi tiga. Indikator pertama adalah pengetahuan masyarakat terhadap ancaman bencana. Indikator berikutnya pendidikan dan pelatihan mengenai ancaman dan risiko bencana. Terakhir adalah tindakan atau respon yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi kerentanan bencana yang ada. 2.1.6 Karakteristik Remaja Masa remaja lazimnya dianggap diawali pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum (Yudrik, 2011, p.221). Sarlito menyatakan masa remaja adalah Universitas Pertahanan
17
masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik (dalam Suryani, 2013, p.136). Sarlito juga menjelaskan definisi remaja menurut masyarakat Indonesia berpedoman pada
mereka
yang
berusia
11-24
tahun
dan
belum
menikah
(sebagaimana dikutip dalam Purwoko, 2014, p.4). Banyak teori terkait remaja baik pengertian remaja, rentang usia, dan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangannya. Santrock (2007, p.20)
mendefinisikan
masa
remaja
sebagai
periode
transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Menurut Santrock (2012, p. 402) Masa ini dideskripsikan sebagai masa evaluasi, pengambilan keputusan komitmen, dan mengukir tempat di dunia. Penentuan masa remaja tidak dibatasi dengan umur seseorang. Akan tetapi beberapa peneliti menjelaskan kisaran rentang usia yang disebut dengan masa remaja. Remaja menurut Newman (2012, p.360) secara garis besar dibagi atas dua fase yaitu remaja awal dan remaja akhir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Newman dan Newman (2012, p. 360) terdapat dua periode yang berbeda dalam perkembangan psikososial yang terjadi pada masa-masa tersebut, yaitu masa remaja awal (12-18 tahun) dan remaja akhir yaitu (18-24 tahun). Masa remaja awal ditandai dengan adanya pubertas dan diakhiri ketika lulus dari jenjang sekolah menengah atas atau kurang lebih diumur 18 tahun. Karakteristik dari tahapan ini adalah perubahan fisik yang cepat, kematangan kognitif dan emosional yang signifikan, mulai mengenal lawan jenis dan sensitivitas yang tinggi terhadap kelompok pertemanan (peer group). Sementara itu remaja akhir berlangsung pada usia 18-24 tahun dengan karakteristik kemajuan dalam kemandirian dari keluarga dan identitas diri (Newman, 2012, p.360). Santrock (2007, p. 20) menyatakan bahwa rentang masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Para ahli perkembangan membedakan masa remaja menjadi
Universitas Pertahanan
18
periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terjadi di masa ini. Kehidupan mereka sebagian besar dihabiskan di lingkungan sekolah dengan belajar. Masa remaja akhir kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Mereka cenderung memiliki kehidupan sendiri dan tidak semuanya yang melanjutkan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi. (Santrock, 2007, p. 21). Pendapat lain terkait fase-fase remaja dinyatakan secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir (Mönks, Knoers & Siti, 2004, p. 262). Berikut adalah gambaran rentang usia remaja pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rentang Usia Remaja Sumber: Mönks, Knoers & Siti, 2004, p. 262
2.1.7 Remaja dan Media Massa Berdasarkan pandangan ekologi terkait remaja yang dikemukakan oleh Urie Bronfenbenner dijelaskan bahwa remaja tidak berkembang dalam ruang hampa. Mereka berkembang tergantung berbagai hal dalam keluarga, komunitas dan negaranya. Mereka sangat dipengaruhi oleh dengan kontak terhadap teman, saudara, dan orang dewasa lainnya, serta organisasi, kelompok sosial, dan sekolah tempat mereka berada. Mereka juga dipengaruhi oleh media, budaya tempat mereka tumbuh, pemimpin komunitas, dan juga kejadian-kejadian tertentu. Remaja adalah produk dari pengaruh lingkungan dan sosial (Rice, 1996, p.41).
Universitas Pertahanan
19
Pengaruh lingkungan sosial pada remaja (Rice, 1996, p.13) dipengaruhi oleh tujuh hal, yaitu: perubahan teknologi dan sosial, urbanisasi dan suburbanisasi, materialisme dan kemiskinan, komunikasi (media) massa, tekanan sosial dan emosional, keluarga yang kacau, dan kejadian hidup dan stres. Khusus untuk perubahan teknologi dan sosial seperti yang dapat dilihat remaja saat ini hidup diera dengan perubahan teknologi yang intensif dan cepat. Hal ini dibuktikan dengan adanya listrik, radio,
televisi,
kendaraan
mobil,
pesawat,
nuklir,
komputer,
dan
sebagainya. Perubahan ini pada setiap budaya menjadi stimulus untuk perubahan sosial. Selain perubahan teknologi dan sosial, yang perlu diperhatikan juga adalah pengaruh komunikasi massa. Media massa memiliki tanggung jawab dalam menciptakan remaja yang konsumtif (Rice, 1996, p.17). Remaja saat ini dikelilingi oleh berbagai pesan dikoran, majalah, radio, dan televisi. Media massa juga menciptakan ”age of instant news”, dimana remaja dihadapkan pada informasi sensori yang berdampak terhadap emosi dan perasaan, serta persepsi kognitif. Komunikasi global tidak hanya mengubah pikiran akan tetapi juga memotivasi keinginan dan emosi untuk bertindak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Santrock yang menyatakan bahwa perkembangan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, status sosial-ekonomi, dan etnisitas, akan tetapi juga dipengaruh media (2012, p. 455). Lebih khusus Arnett (1994 dalam Santrock, 1998, p.299)
menjelaskan
fungsi
media
untuk
remaja
adalah
hiburan,
mendapatkan informasi, mencari sensasi, coping, gender-role modeling yang memengaruhi sikap dan perilaku, identifikasi budaya remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rideout, dkk (dalam Santrock, 2012, p. 455) diketahui bahwa remaja zaman sekarang dikelilingi oleh media. Rata-rata remaja menghabiskan waktu bersama media sebanyak 6,5 jam sehari (44,5 jam seminggu). Sebagian besar waktu tersebut dihabiskan untuk menonton televisi (lebih dari 3 jam per hari). Bahkan terjadi peningkatan dalam penggunaan teknologi. Perkiraan
Universitas Pertahanan
20
tersebut menegaskan ketika media multitugas diperhitungkan anak usia 818 tahun menggunakan media rata-rata 8 jam per hari. Contoh sering terjadi seorang remaja menonton TV sambil mengirimkan SMS kepada temannya. Menurut Sheck, dkk (dalam Santrock, 2012, p. 456) menjelaskan bahwa remaja di seluruh dunia semakin bergantung kepada internet, meskipun
terdapat
perbedaan
substansial
dalam
penggunaannya
diberbagai negara di seluruh dunia dan oleh berbagai kelompok sosialekonomi. Lingkungan sosial remaja diinternet meliputi chat rooms, e-mail, pesan instan, blog, situs web populer, jejaring sosial seperti facebook, dan sebagainya. Selain itu bermain video games juga sering kali memuncak pada masa ini sebagai respon terhadap persaingan media dan permintaan aktivitas sosial dan sekolah. Jumlah waktu yang dihabiskan dalam mengakses media massa memiliki peranan yang penting dalam hidup remaja (Fine, dkk 1990 dalam Santrock, 1998, p.299). Remaja menghabiskan sepertiga atau lebih waktu bangun mereka dikelilingi oleh media massa, sebagai fokus utama ataupun selingan. Media massa televisi menurut Santrock (1998, p.299) menjadi media yang paling banyak diakses oleh remaja. Selain juga ada media lain seperti radio, rekaman, musik rock, dan video musik yang berpengaruh terhadap remaja. Rata-rata estimasi remaja mengakses televisi selama 2-4 jam per hari dengan variasi lebih sedikit atau lebih banyak. Televisi berfungsi menyediakan informasi dan hiburan lebih banyak dibandingkan dari keluarga, teman sebaya, dan sekolah. Televisi juga dapat membuat remaja menjadi pembelajar yang pasif dan mengadaptasi gaya hidup pasif. Remaja juga lebih sering mengakses media cetak seperti koran atau majalah dibanding masa kanak-kanak. Akan
tetapi
perbedaan
karakteristik
individual
juga
memengaruhi
penggunaan media massa pada remaja. (Santrock, 1998, p.300).
Universitas Pertahanan
21
2.1.8 Tinjauan Penelitian Sejenis Penelitian Anggraeny Kusuma D.A.P, et. Al (2014) membahas mengenai kapasitas masyarakat sekitar kampus ITB dalam menghadapi gempa bumi. Penelitian ini menggunakan indikator awareness dan preparedness untuk melihat kapasitas masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan melakukan penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas masyarakat sekitar kampus ITB dalam menghadapi bencana gempa bumi berada pada kategori indeks sedang (0,51) ambang atas dengan rendah. Semakin kecil nilai indeks kapasitas masyarakat, berarti semakin rentan dan sangat mudah menerima risiko (resilience rendah). Efeknya jika terjadi bencana maka masyarakat akan sulit untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Peningkatan risiko akan semakin memudahkan masyarakat kehilangan harta benda bahkan nyawa dan sulit membangun kembali keadaan ekonomi yang normal. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh RomoMurphy
(2014).
Preparedness
Judul
penelitiannya
Education
via
adalah
Broadcast
“Developing
Media
and
Disaster
Community
Involvement”. Penelitian ini berusaha menemukan pemahaman yang lebih baik terkait dengan penggunaan media penyiaran yaitu radio dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah mix method. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa media penyiaran termasuk radio lokal dapat digunakan untuk edukasi kesiapsiagaan bencana. Hal ini dapat terjadi ketika
adanya
kolaborasi
antara
komunitas
dan
pihak
yang
berkepentingan dalam skala lokal. Radio dapat menjadi salah satu media edukasi akan tetapi keterlibatan media lain juga diperlukan. Selain itu kontinuitas penyiaran juga berpengaruh sehingga program kesiapsiagaan bencana harus menjadi sebuah agenda. Penelitian yang dilakukan oleh Joyce (2011) berjudul Public awareness campaigns as effective means to reduce disaster risk: a case study of the fire and flood campaign in the Western Cape. Penelitian ini
Universitas Pertahanan
22
mengangkat tema kesadaran masyarakat yang diketahui menjadi salah satu alat untuk mengurangi risiko bencana. Permasalahannya adalah untuk mengukur efektifitas kampanye terkait hal tersebut bukan suatu hal yang mudah. Kampanye pengurangan risiko bencana kebakaran dan banjir yang digunakan adalah Logic Model Framework. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan mengumpulkan data lapangan baik kualitatif maupun kuantitatif dan pra dan pascaintervensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan terhadap bahaya, persepsi risiko dari audience, meningkatnya komunikasi pengetahuan tersebut kepada penduduk lain dan mengembangkan budaya yang aman. Badan
Pengembangan
dan
Penelitian
SDM
Departemen
Komunikasi dan Informatika juga melakukan penelitian terkait yang berjudul “Efektifitas diseminasi informasi pengurangan risiko bencana di daerah rawan bencana”. Penelitian ini dilaksanakan oleh Puslitbang Aptel SKDI (2009) yang melihat adanya permasalahan bahwa sebagian besar masyarakat di Indonesia belum menyadari sepenuhnya jika banyak daerah di Indonesia yang rawan bencana. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah apakah diseminasi informasi pengurangan resiko bencana berjalan efektif dan masih menjadi kebutuhan masyarakat di daerah rawan bencana? Apakah diseminasi informasi pengurangan resiko bencana masih mempunyai daya tarik bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana? Apakah simbol-simbol komunikasi dalam diseminasi informasi pengurangan resiko bencana dapat dipahami oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana? Kemudian bagaimana masyarakat di daerah rawan bencana memperoleh informasi tentang permasalahan bencana alam di daerahnya? Penelitian ini menggunakan metode triangulasi (penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diseminasi
pengurangan
komunitas
masyarakat
resiko di
bencana
daerah
masih
rawan
dibutuhkan
bencana.
oleh
Diseminasi
pengurangan resiko bencana masih memiliki daya tarik, tetapi dalam
Universitas Pertahanan
23
implementasinya masih terjadi inkonsistensi. Simbol-simbol diseminasi pengurangan resiko bencana (formal) dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat di daerah rawan bencana. Demikian juga tanda-tanda alam di komunitas lokal. Media televisi paling banyak digunakan untuk mencari dan menyalurkan informasi tentang bencana alam. Setelah itu media interpersonal dan media tradisional. Penelitian terkait pengaruh media massa juga dapat dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewantary (2014) yang berjudul “Pengaruh Terpaan Media Online Wolipop.com terhadap Pengetahuan tentang Dunia Gaya dan Kecantikan pada Member Facebook Alumni SMA Stella Duce I Angkatan 2009”. Permasalahan penelitian adalah kehadiran media online yang menawarkan berbagai kemudahan dalam mengakses cepat, serta tampilannya yang menarik membuat khalayak lebih memilih untuk mencari informasi apapun dari segi berita hingga kebutuhan akan fashion melalui media online khususnya pada perempuan. Menyikapi hal tersebut maka muncul situs berita online yang membahas tentang dunia perempuan sebagai objek penelitian. Responden penelitian adalah member facebook alumni SMA Stella Duce I Yogyakarta angkatan 2009. Hasil penelitian terdapat
pengaruh
terpaan
media
online
wolipop.com
terhadap
pengetahuan tentang dunia gaya dan kecantikan pada sampel penelitian. Hal tersebut mampu menjelaskan pengetahuan responden tentang dunia gaya dan kecantikan sebesar 16,4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang diteliti. Selain itu, faktor individu dan sosial pun juga memengaruhi terpaan media online terhadap pengetahuan. 2.2
Kerangka Pemikiran Media massa yang ada saat ini secara garis besar terdiri atas
media baru (new media) dan media tradisional (traditional media). Kedua media massa menjadi memiliki pengaruh yang besar pada remaja. Hal ini disebabkan karena remaja tumbuh dan berkembang dikelilingi oleh media massa tersebut. Media massa yang ada dapat menyampaikan berita atau informasi terkait kebencanaan. Penyampaian informasi kebencanaan tersebut menjadi salah satu bentuk kegunaan media sebagai public Universitas Pertahanan
24
educator. Hal ini diharapkan memiliki pengaruh terhadap kesadaran bencana pada remaja khususnya remaja di Kota Payakumbuh. Melalui hal tersebut akan dilihat bagaimana tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh. Berikut kerangka pemikiran pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber: Olahan sendiri, 2015
2.3
Hipotesis Penelitian Jika jenis media massa dan isi informasi bencana mudah diakses
maka akan meningkatkan kesadaran bencana pada remaja. Sejalan dengan hipotesis secara umum berikut ini karakteristik pengaruh media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja, yaitu: 1. Rata-rata tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh tidak berada ditingkat tinggi. 2. Terdapat pengaruh media massa (akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa) terhadap kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh.
Universitas Pertahanan
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan
data dilaksanakan dengan teknik survei atau penyebaran kuesioner. Kuesioner yang diberikan adalah hasil penyusunan kuesioner yang sesuai dengan turunan dari teori dan definisi operasional untuk melihat pengaruh variabel akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja. Sebelum penyebaran kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan. Pengumpulan data dilakukan di Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat pada remaja yang sesuai dengan kriteria responden penelitian. Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif dan analisis regresi. Program pengolahan data yang dipakai adalah SPSS versi 16. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS tersebut kemudian dilihat bagaimana pengaruh variabel akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh. 3.2
Sumber Data/Subyek/Objek Penelitian
3.2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data primer dari hasil penyebaran kuesioner kepada remaja di Kota Payakumbuh. Hasil penyebaran kuesioner tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan penghitungan statistik. Obyek penelitian berasal dari data sekunder
berupa
data
dan
informasi
mengenai
jumlah
remaja
berdasarkan jumlah sekolah dan kelas yang didapat dari Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh.
25
26
3.2.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah remaja di Kota Payakumbuh. Populasi penelitian adalah seluruh remaja di Kota Payakumbuh yang termasuk dalam kategori usia remaja pertengahan yaitu usia 15-18 tahun Mönks, Knoers & Siti (2004, p. 262). Oleh karena itu pengambilan data akan dilakukan di Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat. Akan tetapi karena keterbatasan peneliti maka dalam penelitian ini populasi sasaran penelitian adalah remaja pertengahan yang menjadi pelajar di tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Kota Payakumbuh. Tabel 3.1 memperlihatkan data jumlah pelajar atau murid yang ada di SMA/SMK/MA Negeri di Kota Payakumbuh berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh. Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik SMA/SMK Negeri dan Swasta Kota Payakumbuh 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jumlah Peserta Didik
Nama Sekolah SMA/SMK Negeri dan Swasta
Pria
Wanita
Total
SMAN 1 Payakumbuh SMAN 2 Payakumbuh SMAN 3 Payakumbuh SMAN 4 Payakumbuh SMAN 5 Payakumbuh SMA PGRI Payakumbuh SMA Nusantara SMA I Raudhatul Jannah SMA Muhtar SMA IT Insan Cendikia SMKN 1 Payakumbuh SMKN 2 Payakumbuh SMKN 3 Payakumbuh SMK S2 Kosgoro SMK S1 Wirabakti Total
425 411 395 379 167 33 98 10 69 155 1635 346 134 10 4267
680 685 603 483 125 17 13 8 49 1129 64 837 372 72 5137
1105 1096 998 862 292 50 111 183 18 118 1284 1699 1183 506 82 9587
Jumlah Sampel (20%) 221 219 36 24 500
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh, 2015 (telah diolah kembali)
Universitas Pertahanan
27
Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui terdapat 15 sekolah setingkat SMA baik negeri maupun swasta di Kota Payakumbuh. Sesuai dengan jumlah populasi tersebut yaitu jumlah sekolah, maka dapat ditentukan jumlah sampel dengan menggunakan teknik two stage cluster sampling. Tahapan pengambilan sampel tersebut menurut Moh. Nazir (2014, p. 277) adalah: 1. Sampling tahap pertama, yaitu memilih primary sampling unit (PSU) dari total PSU. 2. Sampling tahap kedua, yaitu memilih unit elementer dari unit elementer yang ada dalam PSU yang terpilih pada sampling tahap pertama. Berikut pada Rumus 3.1 memperlihatkan rumus penentuan PSU tingkat pertama dalam two stage cluster sampling: (3.1) Keterangan: m
= jumlah sampel
M
= jumlah PSU = fraction tingkat pertama.
Jumlah sampel yang akan diambil sesuai dengan jumlah PSU (M = 15 sekolah dan fraction tingkat pertama 20%) adalah: (3.2) Penentuan ukuran 20% sesuai dengan teori limit distribusi normal menurut Scheaffer, Mendenhall & Gerow (2011, p.13). Berdasarkan hasil perhitungan sampel pada Rumus 3.2 diketahui bahwa jumlah sampel tingkat pertama adalah 3 sekolah yang ada di Kota Payakumbuh. Akan tetapi pada penelitian ini ditambah satu sekolah sebagai penyeimbang antara sekolah negeri dan swasta. Sekolah yang diambil adalah dua perwakilan sekolah negeri dan dua perwakilan sekolah swasta. Dalam penentuan sekolah karena keterbatasan penelitian maka sekolah yang diambil adalah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Islam Raudhatul Jannah, dan SMA IT Insan Cendikia. Jumlah sampel tahap kedua dapat Universitas Pertahanan
28
berbeda tergantung dari total jumlah peserta didik di masing-masing sekolah yang terpilih. Penentuan jumlah unit elementer pada tahap kedua dapat dilihat dalam Rumus 3.3. (3.3) Keterangan: ni
= jumlah unit elementer yang dipilih dari PSU ke-i
Mi
= jumlah unit elementer dari PSU ke-i = fraction tingkat kedua.
Hasil perhitungan jumlah unit elementer yang kedua yang diambil dari jumlah peserta didik yang ada dari tiap-tiap sekolah dapat dilihat dari Tabel 3.1. Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa untuk SMA Negeri 1 Payakumbuh total sampel yang harus diambil adalah 221 orang. SMA Negeri 2 sebanyak 219 orang. SMA Islan Raudhatul Jannah 36 orang dan SMA IT Insan Cendikia 24 orang. Total keseluruhan sampel dalam penelitian adalah 500 orang. Akan tetapi seiring dengan proses analisis data terdapat hasil jawaban kuesioner dari para responden yang gugur. Hal ini mengakibatkan total responden yang memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut kuesionernya dengan menggunakan uji statistik sebanyak 484 orang. 3.3
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah
dengan
menyebar kuesioner kepada sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Bentuk umum dari kuesioner yang akan dibagikan terdiri atas bagian pendahuluan yang berisikan petunjuk pengisian angket dan kesediaan responden. Terdapat bagian identitas yang berisikan inisial nama, umur, jenis kelamin, dan nama sekolah serta kelas. Bagian isi kuesioner terdiri atas dua kelompok soal, kelompok soal pertama terkait kesadaran bencana dan kelompok soal dua terkait penggunaan media massa. Skala Likert digunakan untuk pertanyaan terkait kesadaran bencana. Skala tersebut tersusun dari pilihan Sangat Tidak Setuju (1), Tdak Setuju (2), Kurang Setuju (3), Setuju (4), Sangat Setuju (5). Universitas Pertahanan
29
Sementara pertanyaan mengenai media massa menggunakan pertanyaan pilihan tertutup
berdasarkan kecenderungan yang sesuai dengan
responden. Jawaban terdiri atas Sangat Jarang (1), Jarang (2), Cukup Sering (3), Sering (4), Sangat Sering (5). Pertanyaan terkait kesadaran bencana sebagai variabel tak bebas (Y). Pertanyaan berikutnya mengenai media massa terdiri atas dua variabel bebas yaitu akses jenis media massa (X1) dan isi informasi bencana (X2). Pertanyaan dirancang dengan sederhana dan responden dapat menjawab dalam bentuk silang (X). Pertanyaan yang telah disusun akan diuji coba terlebih dahulu pada kuasi responden. Setelah uji coba dilakukan maka kuesioner direvisi berdasarkan pengalaman pada uji coba tersebut. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut. Kuesioner yang
telah
direvisi
akan
menjadi
instrumen
penelitian
untuk
mengumpulkan data sebenarnya di lapangan. 3.4
Teknik Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang telah diperoleh dari lapangan
melalui penyebaran kuesioner akan melewati beberapa prosedur sebelum diolah dengan SPSS (Burhan, 2005, p.175), yaitu: 1. Pemeriksaan (editing) Proses editing dilakukan setelah data berhasil terhimpun di lapangan. Proses ini dimulai dengan memberikan identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab. Kemudian melakukan pemeriksaan satu per satu lembar kuesioner. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tiap lembar kuesioner tersebut maka diketahui bahwa total responden yang dapat dianalisis lebih lanjut adalah 484 orang. 2. Pengkodean (coding) Setelah pemeriksaan data selesai maka tahap berikutnya adalah melakukan klasifikasi data. Data yang telah diedit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. Pengkodean dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengkodean frekuensi dan pengkodean lambang. Pengkodean frekuensi digunakan Universitas Pertahanan
30
pada jawaban yang memiliki bobot atau frekuensi tertentu, seperti penggunaan media. Sementara pengkodean lambang digunakan pada poin yang tidak memiliki bobot tertentu, seperti umur, alamat, jenis kelamin, dan pekerjaan. Pengkodean dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel dan SPSS versi 16. 3. Tabulasi (tabulating) Proses tabulasi merupakan proses terakhir dalam pengolahan data. Data yang telah ada dimasukkan pada tabel-tabel tertentu dan diatur angka-angka kemudian dilakukan penghitungan. Tabel yang digunakan adalah tabel data yang mendeskripsikan data sehingga memudahkan peneliti dalam memahami struktur data yang sudah diperoleh. Analisis data secara statistik deskriptif akan digunakan untuk mengolah data mengenai gambaran tingkat kesadaran masyarakat terhadap bencana. Sebelum dilaksanakan uji statistik data yang didapat diubah dari data ordinal menjadi interval sehingga didapat angka dengan Rumus 3.4 berikut: Nilai =
(3.4)
Keterangan: Nilai
= Nilai dari skor yang diperoleh
Skor
= Total skor jawaban responden
Skor Maksimal
= Total skor maksimal jawaban
Hasil perhitungan dengan Rumus 3.4 kemudian dilakukan uji statistik. Uji yang digunakan adalah uji t dari hasil perolehan skor variabel kesadaran bencana. Skor tersebut kemudian dimasukkan dalam lima kategori. Kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:
Universitas Pertahanan
31
Tabel 3.2 Kualifikasi Data Rentang 0-100 No 1 2 3 4 5
Kualifikasi Tinggi Sedang Cukup Kurang Rendah
Nilai 80,01 - 100 60,01 - 80 40,01 - 60 20,01 - 40 0,00 - 20
Sumber: Sukmadinata, Ayi & Ahman, 2006 (telah diolah kembali)
Pengolahan data terkait pengaruh penggunaan media massa terhadap kesadaran bencana sebelum dilakukan analisis regresi dilihat terlebih dahulu korelasi dari variabel X1 dan X2 terhadap Y. Hasil analisis korelasi tersebut menentukan apakah dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi atau tidak. Berikut besaran nilai korelasi dan definisinya pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Besaran Korelasi dan Definisi No
Besaran
Definisi
Korelasi
1
0,80-1,00
Korelasi tinggi, adanya saling ketergantungan
2
0,60-0,79
korelasi sedang/moderat
3
0,40-0,59
Cukup
4
0,20-0,39
sedikit, korelasi yang lemah
5
0,00-0,19
sangat sedikit, tidak berarti
Sumber: Morrisan et al., 2012
Apabila hasil korelasi menunjukkan sangat sedikit atau tidak ada korelasi makan analisis regresi tidak dapat dilakukan. Akan tetapi jika terdapat korelasi maka uji analisis regresi dapat dilakukan dengan memenuhi beberapa syarat yaitu uji asumsi klasik dan uji hipotesis statistik. Uji asumsi klasik terdiri atas uji normalitas, uji kesamaan varians, uji korelasi serial, uji multikolinearitas.Uji hipotesis statistik dilihat dari uji signifikansi pengaruh parsial (uji t), uji signifikansi simultan (uji F), dan analisis koefisien determinasi (R2).
Universitas Pertahanan
32
Apabila telah dilaksanakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis statistik maka dapat dibentuk model persamaan regresi yang menjelaskan pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y. Berikut model analisis rancangan atau persamaan matematika yang digunakan pada Rumus 3.5: (3.5) Berdasarkan
persamaan
uji
regresi
tersebut
maka
model
rancangan uji regresinya dapat dilihat dalam Gambar 3.1: Akses Jenis Media Massa (X1)
Isi Informasi Bencana di
Kesadaran Bencana pada Remaja (Y)
Media Massa (X2)
Gambar 3.1 Rancangan Uji Regresi Linier Berganda Sumber: Olahan Sendiri, 2015
3.5
Prosedur Penelitian
3.5.1 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner tersebut akan dianalisis dengan menggunakan program analisis statistik SPSS ver. 16.0. 3.5.2 Data Primer Data primer diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada sampel penelitian. Sampel penelitian adalah remaja di Kota Payakumbuh yang ditentukan dengan teknik two stage cluster sampling. 3.5.3 Data Sekunder Data untuk mendukung penelitian ini adalah data statistik jumlah sekolah dan siswa SMA se-Kota Payakumbuh yang diperoleh dari sumber dari dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh. Universitas Pertahanan
33
3.5.4 Pengujian Keabsahan dan Keterandalan Data Pengujian keabsahan data menurut Moleong (dikutip dalam Peraturan Rektor Universitas Pertahanan No.22 Tahun 2014, p.24) adalah bagaimana peneliti dapat meyakinkan pembaca mengenai kegiatan penelitian dilakukan dengan cara yang benar dan baik sehingga meningkatkan derajat kepercayaan terhadap kegiatan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari uji validitas dan reliabilitas penelitian. Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2012, p. 162).
Reliabilitas
adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran kembali dengan alat pengukur yang sama (Siregar, 2012, p. 173). Hasil pengukuran validitas dan reliabilitas dapat dilihat dalam Lampiran 4. 3.6
Definisi Operasional Berikut definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini,
pada Tabel 3.4.
Universitas Pertahanan
34
Tabel 3.4 Definisi Operasional No 1
Definisi Operasional Kesadar Kesadaran an bencana adalah Bencana tingkat (Y) pengetahuan masyarakat umum tentang risiko-risiko bencana, faktorfaktor yang mengakibatkan bencana dan tindakantindakan yang dapat dilakukan secara perorangan dan kolektif untuk mengurangi keterpaparan dan kerentanan pada ancaman bahaya (UNISDR, 2009) Variabel
Dimensi
Indikator
Pengetahuan masyarakat terhadap ancaman bencana (UNISDR,2009)
a. Pemahaman terkait bencana
b. Jenis ancaman bencana di Kota Payakumbuh
Pendidikan dan pelatihan terkait bencana (Bird, Gisladottir dan Dominey-Howes, 2010)
a. Pendidikan terkait kebencanaan
Tindakan atau respon yang akan dilakukan ketika terjadi bencana
a. Tindakan ketika bencana terjadi
b. Pelatihan terkait kebencanaan
Universitas Pertahanan
Alat Ukur Kuesioner Skala Likert (Pertanyaan 1-16)
Hasil Ukur 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Kurang Setuju 4. Setuju 5. Sangat Setuju
Skala Ukur Interval
35
(Joyce,2011)
2
Akses Jenis Media Massa (X1)
Akses media massa adalah frekuensi penggunaan media massa yang berarti keajegan responden dalam menonton televisi, membaca koran/majalah, mendengarkan radio, menggunakan internet dan media sosial secara harian (Dewantari, 2014, p. 15).
b. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana
Jenis media massa yang diakses adalah frekuensi mengakses media massa oleh responden per jenis media atau tingkat keterjangkauan dan ketergantungan untuk mendapatkan media massa ( Donggori & Margawati, 2012, p. 62) Nama saluran/channel media massa adalah nama saluran media yang sering diakses oleh responden per jenis media massa
TV Internet
Kuesioner (Pertanyaan 17-21)
1. Sangat Jarang 2. Jarang 3. Cukup Sering 4. Sering 5. Sangat Sering
Interval
Pertanyaan isian terbuka (Pertanyaan 27a, b, c, d, e)
Nama saluran/chan nel
Nomin al
Media Sosial Koran/Majalah Radio
TV Internet Media Sosial Koran/Majalah
Universitas Pertahanan
36
Radio 3
Isi informas i terkait bencana di media massa (X2)
Informasi terkait bencana di media massa adalah durasi lamanya waktu rata-rata per hari responden mengakses isi atau contents informasi bencana dalam hitungan menit. Pembagian durasi mengakses informasi sesuai dengan modifikasi dari penelitian Dewantari (2014, p. 21)
Durasi responden mengakses isi informasi terkait bencana dimasingmasing media massa
TV
Internet Media Sosial
Koran/Majalah
Radio
Sumber: Olahan Sendiri, 2015
Universitas Pertahanan
Kuesioner (Pertanyaan 22-26)
1. Sangat Jarang (1-15 menit) 2. Jarang (16-30menit) 3. Cukup Sering (3145menit) 4. Sering (4660menit) 5. Sangat Sering (>60menit)
Interval
37
Berdasarkan
penjelasan
definisi
operasional
tersebut
maka
dibentuk kisi-kisi instrumen penelitian. Definisi operasional diturunkan menjadi beberapa indikator. Berikut kisi-kisi untuk instrumen penelitian pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian No
Variabel
Dimensi
1
Kesadaran
Pengetahuan
a. Pemahaman terkait
masyaraka
masyarakat
bencana
t terhadap
terhadap
b. Jenis ancaman
bencana
ancaman
bencana di Kota
(Y)
bencana
Payakumbuh
Pendidikan
a. Pendidikan terkait
dan pelatihan
kebencanaan
terkait bencana
b. Pelatihan terkait 9,10,11
kebencanaan
respon yang
bencana terjadi
ketika terjadi bencana
1,2
6,7,8
a. Tindakan ketika
dilakukan
No Item
3,4,5
Tindakan atau
akan
2
Indikator
12,13
b. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi risiko
14,15,
bencana
16
Akses
Frekuensi
a. Televisi
17,27a
jenis
mengakses
b. Internet
18,27b
media
jenis media
c. Media sosial
19,27c
massa(X1)
massa dan
d. Koran atau majalah
20,27d
e. Radio
21,27e
nama media massa 3
Informasi
Durasi
terkait
mendapatkan
TV
22
Internet
23
Universitas Pertahanan
38
bencana di
isi informasi
media
terkait
massa
bencana
(X2)
dimasing-
Media Sosial
24
Koran/Majalah
25
Radio
masing media
26
massa Sumber: Olahan Sendiri, 2015
3.7
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.6
sebagai berikut: Tabel 3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
Kegiatan Utama
1.
Pembuatan
2015 Jun
Jul
Ags
Sep
2016 Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Draft Proposal 2.
Perbaikan Draft Proposal
3.
Sidang Ujian Proposal
4.
Perbaikan Draft Proposal
5.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
6.
Penyusunan Tesis
7.
Ujian Tesis
8.
Perbaikan Tesis
Sumber: Olahan Sendiri, 2016
Universitas Pertahanan
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Penelitian Data penelitian yang digunakan adalah data primer. Data tersebut
diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 484 responden. Total jumlah pertanyaan pada kuesioner adalah 27 pertanyaan. Berikut gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan karakteristik responden: 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan di Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Responden penelitian adalah para remaja yang yang berusia 15-18tahun yang termasuk dalam kategori remaja pertengahan (Mönks, Knoers & Siti, 2004, p. 262) . Rata-rata remaja yang berusia tersebut berada pada tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Terdapat empat SMA yang menjadi lokasi penelitian, yaitu: SMA IT Insan Cendikia, SMA Islam Raudhatul Jannah, SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Payakumbuh. SMA Islam Terpadu Insan Cendikia dan SMA Islam Raudhatul Jannah adalah sekolah swasta yang berada di Payakumbuh. Sementara SMA Negeri 1 dan 2 Payakumbuh adalah dua sekolah negeri favorit di Payakumbuh. Hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah murid yang bersekolah di SMA tersebut. 4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden Responden penelitian adalah remaja yang sedang menempuh pendidikan di SMA yang ada di Payakumbuh. Berikut gambaran umum karakteristik dan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dan usia pada Tabel 4.1.
39
40
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Total Jenis Kelamin 15 16 17 18 Laki-laki 23 64 64 33 Perempuan 33 123 116 28 Total 56 187 180 61
Total 184 300 484
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa total responden penelitian adalah
484
orang.
Responden remaja perempuan
lebih banyak
dibandingkan laki-laki yaitu 300 orang sementara laki-laki berjumlah 184 orang. Responden perempuan paling banyak berada pada usia 16 tahun (123 orang). Responden laki-laki terbanyak pada usia 16 dan 17 tahun masing-masing 64 orang. Perbandingan gambaran responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Responden Penelitian Sumber: Hasil analisis, 2016
4.1.3 Deskriptif Variabel Media Massa 4.1.3.1 Akses Jenis Media Massa (X1) Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah diolah memperlihatkan frekuensi remaja dalam mengakses media massa sesuai dengan jenis media massa di Kota Payakumbuh. Media massa tersebut terdiri dari media televisi, media sosial, internet, koran/majalah, dan radio. Data dapat dilihat dari Tabel 4.2 berikut.
Universitas Pertahanan
41
Tabel 4.2 Rekapitulasi Akses Jenis Media Massa
Indika tor
No Pert anya an
TV Intern et Media Sosial Koran Majal ah Radio
Skor Jawaban Sangat Jarang (1)
Jarang (2)
Cukup Sering (3)
Sering (4)
Sangat Sering (5)
N
N
N
%
N
%
N
%
17
3
0,6
10
2,1
36
7,4
18
7
1,4
45
9,3
122
25,2
19
6
1,2
7
1,4
56
11,6
20
2 5
5,2
14 3
29, 5
154
31,8
12 0
24,8
42
8,7
21
7 2
14,9
16 1
33, 3
130
26,9
82
16,9
39
8,1
12 5 17 6 16 9
% 25,8 36,4 34,9
31 0 13 4 24 6
% 64,0 27,7 50,8
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa media massa televisi (TV) dan media sosial adalah media yang sangat sering diakses oleh responden penelitian. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang memilih televisi sebanyak 310 orang atau 64% dari total responden. Sementara
yang
memilih
media
sosial
jumlahnya
lebih
sedikit
dibandingkan televisi yaitu 246 orang (50,8%). Selanjutnya media yang termasuk kategori sering diakses adalah media internet dengan jumlah 176 responden atau 36,4%. Media massa koran atau majalah adalah media yang cukup sering diakses responden yaitu sebanyak 154 orang (31,8%) memilih media tersebut. Terakhir adalah media massa radio yang menjadi media paling jarang diakses oleh responden dengan jumlah pemilih 161 orang (33,3%). Gambaran data pada Tabel 4.2 dapat dilihat dalam grafik Gambar 4.2 sebagai berikut.
Universitas Pertahanan
42
70,00% 64,00% 60,00% 50,80% 50,00%
40,00%
30,00%
36,40%
34,90%
27,70% 25,20%
25,80%
26,90%
24,80%
20,00%
14,90% 11,60%
10,00%
33,30%
31,80% 29,50%
7,40%
2,10% 0,60%
9,30%
8,70%
16,90% 8,10%
5,10% 1,40% 1,20%
1,40%
0,00% TV Sangat jarang
Media Sosial Jarang
Internet Cukup sering
Koran/Majalah Sering
Radio
Sangat sering
Gambar 4.2 Grafik Akses Jenis Media Massa Sumber: Hasil analisis, 2016
b. Nama Saluran Media Massa yang Diakses Berdasarkan data yang diperoleh dari responden diketahui nama saluran masing-masing media massa baik tradisional maupun baru yang sering diakses. Nama saluran media massa tersebut ditulis langsung oleh reponden tanpa ada pilihan jawaban. Pertanyaan tersebut berada di nomor 27. Berikut adalah lima nama saluran media massa yang paling banyak diakses oleh remaja di Payakumbuh pada Tabel 4.3.
Universitas Pertahanan
43
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nama Saluran Media Massa yang sering Diakses TV
Internet
Media Sosial
Koran/Majalah
Radio
No Nama
%
Nama
1
TV One
28,2%
Google
2
RCTI
20%
%
Nama
%
Nama
%
Nama
%
28,6% Facebook 30,6%
Padang Ekspres
58,4%
Harau FM
52%
Detik.com
25,8%
Instagram
Kompas
13,3% Safasindo 19,5%
25,9%
3
Metro TV 16,7%
Kompas.com
10,8%
BBM
4
Trans TV 15,3%
Youtube
6,5%
Twitter
9,7%
4%
Line
24,3%
Lainnya
5
Net TV
6
Lainnya
11,8% Okezone.com 8%
Lainnya
24,6% Singgalang
9,3%
Tiara FM
9,9%
Republika
8%
RRI
4,8%
7,4%
Seputar Indonesia
2,7%
Pass FM
3,6%
1,8%
Lainnya
8,3%
Lainnya
10,2%
Sumber: Hasil analisis, 2016
Universitas Pertahanan
44
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa saluran media massa yang paling sering diakses di masing-masing media dengan persentase yang berbeda-berbeda. Saluran media televisi yang paling sering diakses adalah TV One sebesar 28,2%. Media internet yang paling sering diakses adalah Google 28,6% dan 30,6% di media sosial memilih Facebook. Sementara untuk media massa koran sebanyak 58,4% memilih koran Padang Ekspres. Media massa radio sebesar 52% memilih Harau FM. 4.1.3.2 Informasi terkait Bencana pada Media Massa (X2) Hasil rekapitulasi penyebaran kuesioner pada responden remaja di Payakumbuh mengenai durasi isi informasi terkait bencana yang diterima responden di media massa dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Rekapitulasi Isi Informasi Bencana di Media Massa Skor Jawaban
Nom or Pert anya an
Sangat Jarang (1)
Jarang (2)
Cukup Sering (3)
Sering (4)
Sangat Sering (5)
N
%
N
%
N
%
N
%
N
%
TV
22
7
1,4
26
5,4
73
15,1
146
30,2
232
47,9
Internet
23
5
1,0
10
2,1
80
16,5
177
36,6
212
43,8
Media Sosial
24
2
0,4
14
2,9
112
23,1
180
37,2
176
36,4
Koran/ Majalah
25
3
0,6
35
7,2
205
42,4
161
33,3
78
16,1
Radio
26
3 3
6,8
15 7
32, 4
159
32,9
100
20,7
34
7,0
Indikator
Sumber: Hasil analisis (2016)
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa untuk variabel isi informasi bencana dimasing-masing media yang paling tinggi dipilih oleh responden adalah media televisi dengan jumlah pemilih Sangat Sering sebanyak 232 responden (47,9%). Kemudian dilanjutkan oleh media internet 212 responden atau sebesar 43,8% (Sangat Sering). Media sosial menjadi media yang Sering dipilih responden yaitu 180 responden (37,2%). Sementara media koran atau majalah dan persentase responden terbesar
Universitas Pertahanan
45
berada dikategori Cukup Sering yaitu 42,4% (N=205) dan 32,9% (N=159). Berikut gambaran lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik Isi Informasi Bencana di Media Massa Sumber: Hasil analisis, 2016
4.1.3.3 Kesadaran Bencana (Y) Kesadaran
bencana
pada
remaja
dapat
dilihat
dari
hasil
penyebaran kuesioner kepada 484 responden penelitian. Terdapat 16 pertanyaan mengenai variabel kesadaran bencana. Hasil rekapitulasi pertanyaan terkait variabel kesadaran bencana dapat dilihat pada Tabel 4.5. Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat 6 indikator dari 3 dimensi variabel kesadaran bencana yang diberikan dalam kuesioner. Indikator pertama terkait pemahaman bencana terdiri atas dua pertanyaan pertanyaan pertama jawaban dominan responden adalah Cukup Setuju (32,9%) dan pertanyaan kedua 37,2% memilih Setuju. Indikator kedua mengenai jenis ancaman yang terjadi di Payakumbuh terdapat tiga pertanyaan dengan jawaban dominan masing-masingnya Cukup Setuju (42,4%), Sangat Setuju (41,5%), dan Sangat Setuju (64%).
Universitas Pertahanan
46
Tabel 4.5 Rekapitulasi Kesadaran Bencana pada Remaja
Dimensi
Pengeta huan masyara kat terhadap ancaman bencana
Pendidik an dan pelatihan terkait bencana
Indikator
a. Pemaha man terkait bencana b. Jenis ancaman bencana di Kota Payakum buh a. Pendidik an terkait kebenca naan
b. Pelatihan terkait kebenca naan
Tindakan atau respon yang akan dilakuka n ketika terjadi bencana
a. Tindakan ketika bencana terjadi b. Usaha yang dilakuka n untuk mengura ngi risiko bencana
Nom or Pert anya an
Skor Jawaban Sangat Tidak Setuju (1)
Tidak Setuju (2)
N
%
N
%
N
1
13
2,7
97
20
2
2
0,4
14
3
3
0,6
4
3
5
Cukup Setuju (3)
Setuju (4)
Sangat Setuju (5)
%
N
%
N
%
159
32, 9
12 1
25
91
18,8
2,9
112
23, 1
18 0
37,2
17 6
36,4
35
7,2
205
42, 4
16 1
33,3
78
16,1
0,6
12
2,5
83
17, 1
18 3
37,8
20 1
41,5
2
0,4
10
2,1
36
7,4
12 5
25,8
31 0
64
6
7
1,4
45
9,3
122
7
4
0,8
7
1,4
56
25, 2 11, 6
17 6 16 9
8
22
4,5
14 3
29, 5
154
31, 8
12 0
24,8
42
8,7
9
72
14, 9
16 1
33, 3
130
82
16,9
38
7,9
10
5
1,0
10
2,1
80
17 7
36,6
21 2
43,8
11
33
6,8
15 7
32, 4
159
32, 9
10 0
20,7
34
7
12
7
1,4
26
5,4
73
15, 1
14 6
30,2
23 2
47,9
13
4
0,8
53
11
144
29, 8
16 3
33,7
11 7
24,2
14
7
1,4
56
11, 6
160
33, 1
12 5
25,8
13 2
27,3
15
16
3,3
58
12
168
34, 7
16
26
5,4
29
6
33
6,8
12 6 11 2
26, 9 16, 5
36,4 34,9
26 23,1
Sumber: Hasil analisis, 2016
Universitas Pertahanan
13 0 24 6
11 6 28 4
26,9 50,8
24 58,7
47
Indikator berikutnya adalah pendidikan terkait kebencanaan diwakili oleh tiga pertanyaan dengan jawaban dominan masing-masingnya pada Tabel 4.5 adalah Setuju (36,4%), Sangat Setuju (50,8%), Cukup Setuju (31,8%). Kemudian indikator pelatihan terkait bencana jawaban dominan masing-masingnya Kurang Setuju (33,3%), Sangat Setuju (43,8%), dan Cukup Setuju (32,9%). Selanjutnya adalah indikator terkait tindakan ketika bencana terjadi yang terdiri atas dua pertanyaan dengan jawaban dominan Sangat Setuju (47,9%), dan Setuju (33,7%). Indikator terakhir adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana terdapat tiga pertanyaan. Jawaban dominan masing-masing adalah Cukup Setuju (33,1%), Cukup Setuju (34,7%), dan Sangat Setuju (58,7%). 4.2
Analisa Data
4.2.1 Tingkat Kesadaran Bencana pada Remaja Tingkat kesadaran bencana sesuai hasil pengukuran tingkat kesadaran bencana pada remaja. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.6. Pengukuran tersebut dilakukan dengan menggunakan Rumus 3.4. Kemudian skor responden disesuaikan dengan kategori tingkatan kesadaran bencana. Tabel 4.6 Tingkat Kesadaran Bencana pada Remaja No 1 2 3 4 5
Nilai 81 - 100 61 - 80 41 - 60 21 - 40 <20 Total
Kualifikasi Tinggi Sedang Cukup Kurang Rendah
Jumlah 99 368 17 0 0 484
Persentase 20% 76% 4% 0% 0% 100%
Rata-rata
74,83
Sumber: Hasil analisis, 2016
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa sebanyak 368 responden berada pada kategori tingkat kesadaran bencana sedang (76%). Nilai rata-rata tingkat kesadaran bencana sebesar 74,83 atau berada pada kategori sedang. Berikut diagram hasil pengukuran kesadaran bencana disajikan pada Gambar 4.4.
Universitas Pertahanan
48
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Kesadaran Bencana pada Remaja Sumber: Hasil analisis, 2016
Tabel 4.6 dan Gambar 4.4 memberikan gambaran pembagian tingkatan kesadaran bencana sesuai data yang diperoleh dari responden. Sementara untuk hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.6. Pengujian hipotesis terhadap tingkat kesadaran bencana perlu dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dikemukakan, yaitu: Ho = Rata-rata tingkat kesadaran bencana pada remaja berada di tingkatan tinggi (μ = 81) H1 = Rata-rata tingkat kesadaran bencana pada remaja tidak berada di tingkatan tinggi (μ ≠ 81) Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan teknik statistik one sample t-test . Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel. Berikut hasil uji statistik menggunakan aplikasi SPSS ver. 16 pada Tabel 4.7.
Universitas Pertahanan
49
Tabel 4.7 Pengujian Sampel Menggunakan One Sample T-test N Kesadaran Bencana 484
T df Kesadaran 483 Bencana 18.082
Std. Error Mean .34073764
Mean Std. Deviation 74.8388 7.49622814 One-Sample Test Test Value = 81 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2Mean tailed) Difference Lower Upper .000
-6.16116
-6.8307
-5.4916
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,000. Nilai signifikasi tersebut lebih kecil dari tingkat kesalahan 5% (0,05) sehingga H0 ditolak. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa dengan taraf uji 5%
rata-rata
tingkat
kesadaran
bencana
pada
remaja
di
Kota
Payakumbuh tidak berada di kategori tinggi, akan tetapi berada di tingkatan sedang (μ=74,83). 4.2.2 Pengaruh Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi
Bencana)
terhadap
Kesadaran
Bencana
pada
Remaja 4.2.2.1 Analisis Hubungan Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana) terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson pada SPSS versi 16. Uji korelasi tersebut melihat seberapa besar hubungan variabel media massa dengan variabel kesadaran bencana. Berikut hasil analisis korelasi pada Tabel 4.8.
Universitas Pertahanan
50
Tabel 4.8 Analisis Hubungan Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja Korelasi Akses Jenis Pearson Correlation Media Massa Sig. (2-tailed) (X1) N Isi Informasi Pearson Correlation Bencana (X2) Sig. (2-tailed) N
Kesadaran Bencana (Y) .357** .000 484 .382** .000 484
Sumber: Hasil analisis, 2016
Analisis hubungan media massa dengan kesadaran bencana menggunakan uji korelasi dengan melihat koefisien korelasi Pearson. Hubungan akses jenis media massa (X1) terhadap kesadaran bencana (Y) sebesar 0,357. Sementara hubungan isi informasi bencana di media massa (X2) terhadap kesadaran bencana (Y) adalah 0,382. Berdasarkan Tabel 3.3 hasil analisis menunjukkan adanya korelasi yang berada pada kategori sedikit antara akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa terhadap kesadaran bencana. Hubungan ini signifikan karena p=0,00 < 0,05 dan arah hubungan yang searah (+). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi akses jenis media massa dan isi informasi bencana di media massa maka akan semakin tinggi pula kesadaran bencana yang dimiliki remaja. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilanjutkan dengan analisis berikutnya yaitu uji regresi linier berganda. 4.2.2.2 Analisis Multivariat Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi Bencana) terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja a.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan sebagai syarat untuk melaksanakan
analisis regresi linier berganda. Uji tersebut terdiri atas uji kenormalan data, uji kesamaan varians, uji korelasi serial, dan uji multikolinieritas. Berikut hasil uji asumsi klasik dan uji hipotesis sesuai dengan hasil olahan data menggunakan SPSS versi 16.
Universitas Pertahanan
51
1. Normality (uji kenormalan data) Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian data pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai sig. adalah 0,664 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut telah memenuhi syarat normalitas dan dapat dilanjutkan untuk analisis regresi linier berganda. Tabel 4.9 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual N
484
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Mean
.0000000
Std. Deviation
6.66664216
Absolute
.033
Positive
.032
Negative
-.033
Kolmogorov-Smirnov Z
.728
Asymp. Sig. (2-tailed)
.664
Sumber: Hasil analisis, 2016
2. Homoscedasticity (uji kesamaan varians) Uji Homoscedasticity atau uji kesamaan varians dapat dilihat
melalui hasil pada Gambar 4.5. Hasil analisis data dapat diketahui dari hasil scatter plot dalam pengujian tersebut tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menandakan varians residual tersebar sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan uji homoscedasticity.
Universitas Pertahanan
52
Gambar 4.5 Sebaran Data Uji Homoscedasticity Sumber: Hasil analisis, 2016
3. Serial Correlation (uji korelasi serial) Persyaratan uji asumsi berikutnya adalah uji korelasi serial. Hasil uji korelasi serial ini digunakan untuk menyatakan ada tidaknya autokorelasi dalam variabel yang digunakan. Tabel 4.10 memperlihatkan hasil perhitungan statistik menggunakan uji Durbin-Watson. Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Serial Durbin-Watson Model
R
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.457a
6,680
1.710
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 4.10 diketahui bahwa nilai statistik Durbin-Watson adalah 1,710. Angka ini mendekati angka 2, yang berarti data tersebut tidak memiliki autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah dalam uji korelasi serial antara akses jenis media massa dan isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana. 4. Multicollinearity (uji multikolinieritas) Uji asumsi terakhir adalah uji multikolinieritas atau uji saling keterkaitan antar variabel bebas. Penelitian ini memiliki dua variabel bebas yaitu akses media massa (X1) dan informasi terkait bencana di
Universitas Pertahanan
53
media massa (X2). Melalui uji ini dapat dilihat apakah di antara dua variabel tersebut tidak saling berkolerasi. Hal tersebut dapat dideteksi dengan nilai Variance Inflation Faktor (VIF). Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Model
t
(Constant) 16.394 1
Sig. Tolerance
VIF
.000
X1
6.196
.000
.906
1.104
X2
7.061
.000
.906
1.104
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai VIF pada variabel X1 dan X2 adalah 1,104 dengan nilai toleransi 0,906. Nilai VIF tersebut kecil dari 10 dan nilai toleransi lebih besar dari 0,1. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kedua variabel bebas tidak saling berkolerasi, sehingga memenuhi syarat untuk dilaksanakan uji regresi linier berganda. b.
Uji Analisis Regresi Linier Berganda Setelah persyaratan uji asumsi klasik terpenuhi maka dilanjutkan
dengan melihat hasil uji kelayakan model regresi dan uji koefisien regresi. Uji kelayakan model regresi selain menggunakan uji asumsi klasik juga menggunakan uji F (Overall F-test) dan memperhatikan nilai koefisien determinasi (R2). Uji koefisien regresi didapatkan melalui uji t (t-test). Berikut penjelasan mengenai masing-masing hasil uji tersebut. 1. Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan) antara variabel akses media massa dan informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4.12 untuk membuktikan hipotesis yang diajukan. Hipotesis tersebut adalah: Ho = tidak terdapat pengaruh antara akses media massa dan informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (p>0,05)
Universitas Pertahanan
54
H1 = terdapat pengaruh antara akses media massa dan informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (p<0,05) Tabel 4.12 Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) Sum of
Model
df
Squares
Mean Square
Regression
5674.921
2
2837.460
Residual
21466.509
481
44.629
Total
27141.430
483
1
F
Sig.
63.579
.000a
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 4.12 diketahui bahwa F hitung adalah 63,579 dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model regresi sudah cukup baik. Secara keseluruhan variabel prediktor dalam persamaan regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang antara akses jenis media massa dan isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja secara bersama-sama, sehingga Ho ditolak dan H1 diterima (p<0,05). 2. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi diketahui dengan melihat nilai R2 pada hasil analisis menggunakan SPSS versi 16. Hasil uji tersebut dapat pada Tabel 4.13 sebagai berikut. Tabel 4.13 Koefisien Determinasi (R2) Model
R
1
.457a
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .209
.206
6.680
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai R square (R2) adalah sebesar 0,209. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya variasi yang memberikan pengaruh media massa yaitu akses jenis media massa dan
Universitas Pertahanan
55
isi informasi bencana terhadap kesadaran bencana remaja sebesar 20%. Sisanya sebesar 80% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. 3. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) Hipotesis yang diajukan terkait uji koefisien regresi secara parsial meggunakan uji t adalah: -
Nilai B constant Ho : a = 0 , p>0,05 H1 : a ≠ 0 , p<0,05
-
Variabel akses jenis media massa (X1) terhadap kesadaran bencana (Y) Ho =
tidak terdapat pengaruh yang antara akses jenis media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a=0, p>0,05)
H1 =
terdapat pengaruh yang antara akses jenis media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a≠0, p<0,05)
-
Variabel isi informasi terkait bencana di media massa (X2) terhadap kesadaran bencana (Y) Ho =
tidak terdapat pengaruh yang antara isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a=0, p>0,05)
H1 =
terdapat pengaruh yang antara isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a≠0, p<0,05)
Hipotesis di atas dibuktikan melalui hasil uji t. Selain itu, tabel hasil uji koefisen regresi secara parsial juga digunakan untuk membentuk fungsi
regresi
secara
matematik.
Nilai
koefisien
tersebut
dapat
memprediksi nilai variabel kesadaran bencana (Y) dalam kondisi tertentu. Berikut adalah hasil uji koefisien regresi secara parsial menggunakan uji t pada Tabel 4.14.
Universitas Pertahanan
56
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Model
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
16.394
.000
B
Std. Error
Beta
(Constant)
44.611
2.721
X1
.233
.038
.264
6.196
.000
X2
.239
.034
.301
7.061
.000
Sumber: Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa hasil signifikansi untuk nilai B constant, variabel media massa (X), variabel akses jenis media massa (X1) dan variabel isi informasi bencana (X2) adalah 0,000 (<0,05). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa keseluruhan hipotesis yang diajukan diketahui Ho ditolak dan H1 diterima. Nilai B constant sebesar 44,611 dalam taraf kepercayaan 95% dinyatakan signifikan. Hal ini berarti Ho ditolak sehingga nilai B constant tidak sama dengan nol (H1:a≠ 0). Hipotesis pada variabel akses jenis media massa (X1) dengan nilai B 0,233 juga dinyatakan signifikan karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan Ho ditolak. Jadi terdapat pengaruh yang antara frekuensi mengakses jenis media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a≠0, p<0,05). Hipotesis parsial variabel isi informasi terkait bencana di media massa (X2) tehadap kesadaran bencana juga memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai B 0,239. Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak, yang berarti terdapat pengaruh yang antara durasi mengakses isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a≠0, p<0,05). Persamaan regresi secara parsial untuk pengaruh variabel akses jenis media massa (X1) dan isi informasi terkait bencana di media massa (X2) dapat dilihat Rumus 4.1 sesuai dengan hasil analisis pada Tabel 4.14 sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + ɛ
(4.1)
Y = 44,611 + 0,233X1 + 0,239X2
Universitas Pertahanan
57
Keterangan: Y
=
Nilai yang diprediksikan yaitu kesadaran bencana
α
=
Konstanta atau Y,bila nilai X=0
β1
=
Koefisien regresi yaitu akses jenis media massa (%)
β2
=
Koefisien regresi yaitu isi informasi bencana (%)
X1
=
Akses jenis media massa
X2
=
Isi informasi terkait bencana di media massa
ɛ
=
Error term
Persamaan regresi linear frekuensi akses jenis media massa (X1) dan durasi isi informasi terkait bencana di media massa (X2) terhadap kesadaran bencana pada remaja dapat dijelaskan sebagai berikut: -
Konstanta sebesar 44,611 artinya jika frekuensi akses jenis media massa (X1) dan durasi isi informasi terkait bencana di media massa (X2) nilainya adalah 0, maka kesadaran bencana pada remaja (Y) nilainya adalah 44,611.
-
Koefisien regresi variabel akses jenis media massa (X1) sebesar 0,233 artinya jika variabel independen lain yaitu isi informasi terkait bencana di media massa (X2) memiliki nilai yang tetap dan akses media massa (X1) mengalami kenaikan 1%, maka kesadaran bencana pada remaja (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 44,611. Koefisien akses media massa bernilai positif artinya terdapat pengaruh positif atau searah antara variabel frekuensi mengakses jenis media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja.
-
Koefisien regresi variabel durasi isi informasi terkait bencana di media massa (X2) sebesar 0,239 artinya jika variabel akses media massa (X1) memiliki nilai koefisien yang tetap dan variabel informasi terkait bencana di media massa (X2) mengalami kenaikan 1%, maka kesadaran bencana pada remaja (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 44,611. Koefisien ini bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif atau
Universitas Pertahanan
58
searah antara durasi isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja. -
Standardized
residual
terstandarisasi.
adalah
Penelitian
nilai
ini
residual
memiliki
nilai
yang
telah
standardized
residual untuk akses media massa yaitu sebesar 0,264 dan nilai informasi terkait bencana di media massa sebesar 0,301. Dengan demikian, sesuai dengan teori bahwa apabila nilai standardized residual semakin mendekati 0 maka model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi, dan sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik model regresi dalam melakukan prediksi. Jadi dapat disimpulkan
bahwa
model
regresi
pengaruh
frekuensi
penggunaan jenis media massa dan durasi mengakses isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja cukup baik. 4.3
Pembahasan
4.3.1 Tingkat
Kesadaran
Bencana
pada
Remaja
di
Kota
Payakumbuh Daerah Payakumbuh termasuk daerah dengan kategori kota kelas risiko sedang dilihat dari multiancaman. Hal ini dijelaskan dalam Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI 2013) yang memperlihatkan bahwa jika dibandingkan dengan seluruh kota atau kabupaten yang ada di Sumatera Barat, Payakumbuh berada diurutan ke-19 dari 19 kabupaten/kota. Dapat dikatakan Payakumbuh adalah daerah yang memiliki risiko paling rendah (BNPB, 2014). Akan tetapi warga Payakumbuh terutama remaja diharapkan dapat memiliki tingkat kesadaran bencana yang tinggi agar dapat mengurangi keterpaparan ancaman bencana. Kesadaran bencana adalah salah satu faktor utama dalam menciptakan pengurangan risiko bencana yang efektif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Joyce (2011) yang juga mengangkat tema kesadaran masyarakat menjadi salah satu alat untuk mengurangi risiko bencana.
Universitas Pertahanan
59
Dimensi yang diturunkan menjadi indikator dalam penelitian ini adalah pengetahuan terhadap ancaman bencana, pendidikan dan pelatihan kebencanaan, dan tindakan atau respon yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko. Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat 6 indikator dari 3 dimensi variabel kesadaran bencana yang diberikan dalam kuesioner. Indikator tersebut dijabarkan dalam 16 pertanyaan tentang kesadaran bencana. Hasil penyebaran kuesioner penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat kesadaran bencana pada remaja berada dikategori sedang dengan nilai 74,83. Persentase remaja yang berada di kategori sedang adalah 76%. Selebihnya 20% sudah berada dikategori tinggi dan 4% berada dikategori cukup. Tidak ada responden yang tingkat kesadarannya berada dikategori kurang atau rendah. Hasil penelitian tersebut berbeda dari hasil penelitian Anggraeny Kusuma D.A.P, et. Al (2014) yang membahas mengenai kapasitas masyarakat sekitar kampus ITB dalam menghadapi gempa bumi. Penelitian ini juga menggunakan indikator awareness (kesadaran) yang digabungkan dengan indikator preparedness untuk melihat kapasitas masyarakat.
Penelitian
Anggraeny
menunjukkan
bahwa
kapasitas
masyarakat sekitar kampus ITB dalam menghadapi bencana gempa bumi berada pada kategori indeks sedang (0,51) ambang atas dengan rendah. Efeknya jika terjadi bencana maka masyarakat akan sulit untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Perbedaan ini terutama terkait perbedaan indikator yang digunakan tidak hanya kesadaran bencana tetapi juga ditambah dengan preparedness. Selain itu fokus bencana penelitian lebih spesifik yaitu bencana gempa bumi. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa remaja di Payakumbuh pada penelitan ini sudah memiliki pemahaman yang lebih dari cukup (kategori sedang) terkait pengetahuan dan sikap tentang kebencanaan. Hal tersebut penting karena remaja adalah bagian dari masyarakat yang juga diharapkan memiliki kesadaran bencana yang tinggi. Kesadaran bencana yang tinggi akan berpengaruh terhadap upaya
Universitas Pertahanan
60
pengurangan risiko bencana di Payakumbuh khususnya, dan di daerah lain secara umum. 4.3.2 Pengaruh Media Massa (Akses Jenis Media Massa dan Isi Informasi
Bencana)
terhadap
Kesadaran
Bencana
pada
Remaja di Kota Payakumbuh Media massa adalah salah satu bentuk penyampaian informasi yang menjadi bagian dari komunikasi massa. Secara garis besar media massa dapat dibagi berdasarkan jenis media massa yaitu media tradisional dan media baru. Media tradisional dalam penelitian ini adalah media televisi, koran/majalah, dan radio. Sementara media baru terdiri atas internet dan media sosial. Media massa baik tradisional maupun baru telah memberikan pengaruh kepada masyarakat, terutama dalam penelitian ini adalah remaja. Hal ini sesuai dengan pandangan ekologi terkait remaja yang dikemukakan oleh Urie Bronfenbenner yang menyatakan remaja juga dipengaruhi oleh media, budaya tempat mereka tumbuh, pemimpin komunitas, dan juga kejadian-kejadian tertentu. Remaja adalah produk dari pengaruh lingkungan dan sosial (Rice, 1996, p.41). Selaras dengan hal tersebut Rice (1996, p.13) menjelaskan bahwa pengaruh lingkungan sosial pada remaja di antaranya adalah perubahan teknologi dan sosial dan pengaruh komunikasi massa. Hal ini dibuktikan dengan adanya listrik, radio, televisi, kendaraan mobil, pesawat, nuklir, komputer, dan sebagainya. Perubahan ini pada setiap budaya menjadi stimulus untuk perubahan sosial. Remaja saat ini dikelilingi oleh berbagai pesan dikoran, majalah, radio, dan televisi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Santrock yang menyatakan bahwa perkembangan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, status sosial-ekonomi, dan etnisitas, akan tetapi juga dipengaruh media (2012, p. 455). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rideout, dkk (dalam Santrock, 2012, p. 455) diketahui bahwa remaja zaman sekarang dikelilingi oleh media. Media massa juga menciptakan ”age of instant news”, di mana remaja dihadapkan pada informasi sensori
Universitas Pertahanan
61
yang berdampak terhadap emosi dan perasaan, serta persepsi kognitif. Komunikasi global tidak hanya mengubah pikiran akan tetapi juga memotivasi keinginan dan emosi untuk bertindak (Rice, 1996, p.17). Besarnya pengaruh media massa terhadap remaja menjadi landasan mengapa remaja menjadi objek pada penelitian ini. Remaja yang menjadi sampel penelitian adalah remaja yang berada pada rentang usia 15-18 tahun. Remaja yang berada diusia tersebut dikategorikan dalam remaja pertengahan (Mönks, Knoers & Siti, 2004, p. 262). Berdasarkan hasil penelitian didapat 484 responden yang berada pada rentang usia tersebut yang terdiri dari remaja laki-laki (N=184) dan perempuan (N=300). Pengaruh media massa terhadap remaja dilihat melalui dua variabel bebas. Variabel bebas pertama adalah frekuensi menggunakan atau akses jenis media massa yang dilakukan oleh remaja (X1). Sementara variabel bebas kedua adalah durasi mendapatkan isi informasi terkait bencana di media massa yang diakses oleh remaja tersebut (X2). Pengaruh dari kedua variabel bebas tersebut dikaitkan dengan kesadaran bencana pada remaja. Variabel
akses
jenis
media
massa
(X1)
memperlihatkan
bagaimana responden mengakses media massa dan berapa lama mereka melakukan kegiatan tersebut per harinya. Pengambilan informasi terkait hal tersebut didasarkan pada teori media yang dikemukakan oleh McLuhan. McLuhan menyatakan bahwa media berpengaruh terhadap masyarakat terlepas dari konten atau isinya (Morrisan, 2014, p. 39). Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.2 diketahui bahwa dominan remaja mengakses televisi (64%) dan media sosial (50,8%) sebagai media yang Sangat Sering diakses. Kemudian internet (36,4%) dominan dikategori Sering. Media koran atau majalah dominan remaja menyatakan Cukup Sering (31,8%), dan terakhir radio (33,3%) adalah media yang dominan Jarang diakses responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (1998, p.299) yang menyatakan bahwa media massa televisi menjadi media yang paling
Universitas Pertahanan
62
banyak diakses oleh remaja. Melalui penelitian ini terbukti 64% responden menyatakan Sangat Sering mengakses televisi. Selain televisi, media baru seperti media sosial juga menjadi media yang Sangat Sering diakses diiringi dengan internet. Hasil ini selaras dengan pendapat Sheck, dkk (dalam Santrock, 2012, p. 456) yang menjelaskan bahwa remaja di seluruh dunia semakin bergantung kepada internet. Lingkungan sosial remaja diinternet meliputi chat rooms, e-mail, pesan instan, blog, situs web populer, jejaring sosial seperti facebook, dan sebagainya. Pengaruh akses media massa terhadap remaja juga dapat diketahui melalui nama saluran atau channel yang sering diakses. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian pada Tabel 4.3 diketahui bahwa saluran media televisi yang paling sering diakses adalah TV One sebesar 28,2%. Media internet yang paling sering diakses adalah Google 28,6% dan 30,6% di media sosial memilih Facebook. Sementara untuk media massa koran sebanyak 58,4% memilih koran Padang Ekspres. Media massa radio sebesar 52% memilih Harau FM. Berbeda dengan media massa lain, media massa koran dan radio yang paling banyak diakses termasuk dalam kategori media massa lokal. Pemilihan saluran yang diakses tersebut menurut opini yang muncul dari peneliti media adalah bergantung pada faktor-faktor seperti kredibillitas media terhadap isu-isu tertentu pada saat-saat tertentu, tingkat pertentangan bukti yang dirasakan oleh individu anggota masyarakat, tingkat di mana individu berbagi nilai media pada waktuwaktu tertentu, dan kebutuhan masyarakat akan panduan (Littlejohn & Karen, 2014, p. 417). Menurut responden saluran tersebut tentunya sudah memiliki tingkat kredibilitas tinggi, sedikitnya pertentangan bukti yang dirasakan, serta kebutuhan responden terhadap panduan yang cukup tinggi, dalam hal ini adalah panduan atau informasi terkait bencana. Variabel akses jenis media massa secara keseluruhan sesuai hasil analisis regresi secara parsial (uji t) diketahui memiliki pengaruh terhadap kesadaran bencana pada remaja. Nilai konstanta X1 (B=0,233) dinyatakan signifikan karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Jadi dapat dikatakan
Universitas Pertahanan
63
bahwa terdapat pengaruh antara frekuensi mengakses jenis media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a≠0, p<0,05). Hal ini sesuai dengan teori media yang dikemukakan oleh McLuhan. Teori tersebut menyatakan bahwa media terlepas dari apapun isi yang disampaikannya, memberikan pengaruh kepada individu ataupun masyarakat (Littlejohn & Karen, 2014, p. 410). Pengaruh akses media massa (X1) tersebut adalah sebesar 23,3% dan bersifat positif. Pengaruh akses media massa terhadap kesadaran bencana juga sesuai dengan penggambaran bagaimana media massa dalam teori media massa baik teori media klasik maupun teori media baru. Salah satu penggambaran tersebut adalah pembentukan kesadaran sosial dalam teori media klasik dan mengangkat kesadaran individu dalam teori media baru (Littlejohn & Karen, 2014, p. 411). Walaupun tidak secara spesifik menjelaskan tentang kesadaran bencana akan tetapi adanya pengaruh media massa terhadap kesadaran sosial dan individu telah mencakup juga kesadaran terkait bencana yang termasuk dalam aspek kognitif responden. Berikutnya adalah variabel durasi mendapatkan isi informasi terkait bencana di media massa yang diakses (X2). Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa untuk informasi bencana sebanyak 47,9% responden menyatakan Sangat Sering mendapatkannya melalui media televisi. Selain televisi media internet juga menjadi media yang memberikan informasi bencana Sangat Sering yang dipilih responden yaitu 43,8%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Penelitian SDM Departemen Komunikasi dan Informatika (2009). Salah satu hasil penelitian tersebut menunjukkan media televisi paling banyak digunakan untuk mencari dan menyalurkan informasi tentang bencana alam kemudian diikuti dengan media interpersonal dan media tradisional. Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui hipotesis parsial variabel isi informasi terkait bencana di media massa (X2) tehadap kesadaran bencana juga memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai B 0,239.
Universitas Pertahanan
64
Jadi terdapat pengaruh antara durasi mendapatkan isi informasi terkait bencana di media massa terhadap kesadaran bencana pada remaja (a≠0, p<0,05).
Besarnya
pengaruh
informasi
terkait
bencana
terhadap
kesadaran bencana adalah 23,9% dan berarah positif. Pengaruh ini lebih besar dari pengaruh akses media massa (X1) yaitu 23,3%. Pengaruh dari informasi terkait bencana yang diterima oleh responden dari media massa tersebut dapat dikaitkan dengan salah satu teori efek media massa yaitu teori fungsi penyusunan agenda. Fungsi penyusunan agenda membentuk gambaran atau isu yang penting dalam pikiran masyarakat. Hal ini terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui tentang situasi pada waktu tertentu adalah hasil dari penjagaan gerbang oleh media (Littlejohn & Karen, 2014, p. 416). Lebih khususnya dalam penelitian ini agenda yang disusun adalah agenda terkait informasi bencana. Media massa yang sering diakses oleh responden menyajikan informasi bencana yang menjadi hasil dari penjagaan gerbang. Sehingga informasi tentang bencana yang diketahui oleh responden pada waktu tertentu sesuai dengan apa yang ditampilkan oleh media tersebut. Pengaruh media massa terhadap kesadaran bencana dapat dilihat pada persamaan regresi sebagai berikut: Y = 44,611 + 0,233X1 + 0,239X2 Berdasarkan
persamaan
tersebut
dapat
diprediksikan
nilai
kesadaran bencana diketahui dari jumlah konstanta sebesar 44,611 ditambah dengan nilai dari variabel akses jenis media massa (0,233) dan variabel durasi mendapatkan isi informasi bencana sebesar 0,239. Model persamaan regresi tersebut dapat menjelaskan pengaruh akses jenis media massa dan durasi mendapatkan isi informasi bencana di media massa sebesar 20%. Sementara selebihnya tidak dapat dijelaskan melalui hasil penelitian ini.
Universitas Pertahanan
65
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Romo-Murphy
(2014).
Penelitian
tersebut
berusaha
menemukan
pemahaman yang lebih baik terkait dengan penggunaan media penyiaran khususnya radio dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa media penyiaran termasuk radio lokal dapat digunakan untuk edukasi kesiapsiagaan bencana. Radio dapat menjadi salah satu media edukasi akan tetapi keterlibatan media lain juga diperlukan. Penelitian terkait pengaruh media massa ini juga sejalan dengan penelitian diseminasi informasi bencana terhadap pengurangan risiko bencana yang diteliti oleh Badan Pengembangan dan Penelitian SDM Departemen Komunikasi dan Informatika. Penelitian ini dilaksanakan oleh Puslitbang Aptel SKDI (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa diseminasi pengurangan risiko bencana masih dibutuhkan oleh komunitas masyarakat di daerah rawan bencana. Media televisi adalah media yang paling banyak digunakan untuk mencari dan menyalurkan informasi tentang bencana alam yang diikuti dengan media interpersonal dan media tradisional. Pengaruh tersebut tidak terlepas dari peran media dalam manajemen bencana baik sebelum maupun setelah terjadi bencana. Menurut Burkhart (dalam Coppola, 2011, p.282) pada tahap sebelum terjadi bencana yaitu fase kesiapsiagaan (preparedness) media berperan sebagai pendidik masyarakat (public educator). Peran media tersebut termasuk di dalamnya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait adanya bahaya yang sedang terjadi atau yang akan terjadi serta informasi mengenai usaha pencegahan dan perlindungan yang perlu dilakukan kepada masyarakat tersebut. Selain itu, komunikasi risiko bencana menurut Romo-Murphy (2014, p.38) memiliki peranan yang penting dalam menciptakan kesadaran bencana. Tanpa adanya komunikasi tersebut tentu masyarakat tidak akan mengetahui adanya risiko bencana. Oleh karena itu dapat dikatakan media massa terbukti berpengaruh terhadap kesadaran bencana pada remaja baik secara simultan maupun parsial.
Universitas Pertahanan
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian yang
diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1 Tingkat kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat berada dikategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tingkat kesadaran bencana sebesar 74,83. Nilai tersebut berada pada rentang (61- 80) dengan taraf uji 5%. 5.1.2 Media massa berpengaruh terhadap kesadaran bencana pada remaja di Kota Payakumbuh. Besarnya pengaruh media massa dapat dilihat dari variabel frekuensi akses jenis media massa dan durasi mendapatkan isi informasi terkait bencana di media massa dengan arah hubungan positif atau searah dan p 0,00. Hal ini berarti semakin tinggi frekuensi mengakses berbagai jenis media massa dan semakin lama durasi mendapatkan isi informasi terkait bencana di media massa maka akan semakin tinggi kesadaran bencana pada remaja. 5.2
Saran
5.2.1 Saran Praktis a. Bagi BPBD Kota Payakumbuh agar dapat melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran bencana pada remaja dengan melakukan pelatihan dan pendidikan secara menyeluruh ke sekolah yang ada di Kota Payakumbuh. Pelatihan atau seminar tentang upaya pengurangan risiko bencana atau upaya yang dilakukan pada saat terjadi bencana akan membantu remaja untuk meningkatkan kesadaran bencana. b. BPBD dan dinas pemerintahan yang terkait dengan penyediaan jaringan dan penyiaran media massa agar menambah jaringan
66
67
baik media tradisional seperti televisi, koran/majalah, dan radio maupun media baru yaitu internet dan media sosial sehingga semakin
memudahkan
remaja
maupun
masyarakat
secara
keseluruhan dalam mengakses media tersebut. Selain itu BPBD diharapkan dapat menggunakan media massa secara intens untuk menyampaikan informasi lengkap terkait bencana. 5.2.2 Saran Teoritis a. Penelitian selanjutnya diharapkan agar melihat lebih dalam lagi pengaruh media massa per jenis media yang digunakan. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman terkait seberapa besar pengaruh masing-masing media massa khususnya televisi, internet, dan media sosial sebagai media yang sering diakses oleh remaja terhadap kesadaran bencana. Selain itu juga dapat dilihat bagaimana isi atau substansi informasi bencana di media tersebut terhadap kesadaran bencana pada remaja. b. Berdasarkan
hasil
analisis
diketahui
bahwa
20%
variabel
kesadaran bencana dapat dijelaskan oleh variabel media massa pada persamaan regresi hasil penelitian. Sementara masih ada 80% variabel lain yang memengaruhi kesadaran bencana yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melihat variabel apa saja yang memiliki pengaruh terhadap kesadaran bencana selain dari media massa. Variabel lain yang dapat diteliti adalah pengalaman bencana dan pendidikan khusus kebencanaan pada remaja yang berpengaruh terhadap kesadaran bencana.
Universitas Pertahanan
68
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeny Kusuma D.A.P., et al.(2014). Kapasitas masyarkat sekitar kampus ITB dalam menghadapi gempa bumi. Jurnal Penanggulangan Bencana Vol. 5, No. 1 Tahun 2014, 11-24. Bird, D.K., Gisladottir, G. & Dominey-Howes, D. (2010). Volcanic risk and tourism in southern Iceland: Implications for hazard, risk and emergency response education and training. Journal of Volcanology and Geothermal Research 189 (1-2), 33-48. 31 desember 2014. Http://www.vegagerdin.is/vefur2.nsf/Files/ Volcanic_hazards_sice land/$file/Volcanic_hazards_siceland.pdf BNPB. (2014). Indeks risiko bencana Indonesia (IRBI) tahun 2013. Sentul: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan. BPBD Provinsi Sumatera Barat. (2015). Matriks kajian risiko sumatera barat. Padang. Burhan Bungin. (2005). Metodologi penelitian kuantitatif (edisi ke-2). Jakarta: Kencana. Cangara, H. (2011). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Rajawali Press. Coppola, Damon P. (2011). Introduction to international disaster management second edition. Burlington: Elsevier. Dani, Vardiansyah. (2005). Filsafat ilmu komunikasi: suatu pengantar. Jakarta: Indeks. Dewantary, A. P. (2014). Pengaruh Terpaan Media Online Wolipop. com Terhadap Pengetahuan Tentang Dunia Gaya Dan Kecantikan Pada Member Facebook Alumni SMA Stella Duce I Angkatan 2009 (Doctoral dissertation, UAJY). 4 Maret 2016 http://ejournal.uajy.ac.id/6479/1/KOM003954.pdf Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh. (2015). Data jumlah SMA/SMK negeri dan swasta peserta didik serta sarana pendukung uks tahun 2015. Payakumbuh. Donggori, R. I., & Margawati, A. (2012). Hubungan Akses Media Massa dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja (Studi Kasus di SMK Kristen Gergaji) (Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran). 29 Februari 2016. http://eprints.undip.ac.id /37751/1/Ratna_Indriana_Donggori_G2A008147_Lap.KTI.pdf
Universitas Pertahanan
69
Gamble, Teri Kwal & Michael Gamble. (2004), Communication work, eighth edition. New York:The McGraw-Hill. Ido Prijana Hadi.(2009). Perkembangan teknologi komunikasi dalam era jurnalistik modern. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 69 – 84. 07 Agustus 2015. Http://repository.petra.ac. id/16937/1/publikasi1_96022_38.pdf John, R. B. (1989). Mass Communication:“An Introduction”. United States of America: Prentice-Hall. Inc. Joyce, Carin Inge. (2011). Thesis: Public awareness campaigns as effective means to reduce disaster risk: a case study of the fire and flood campaign in the Western Cape. 27 Desember 2014. University of The Free State. Disaster Management Training and Education Centre for Africa. Http://natagri.ufs.ac.za/dl/userfiles /Documents/00002/2286_eng .pdf Kementerian Pertahanan RI. (2014). Peraturan rektor universitas pertahanan nomor 22 tahun 2014 tentang penulisan karya akhir studi universitas pertahanan. Universitas Pertahanan: Bogor. Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. (2014). Theories of human communication, 9th edition. Terj. Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Moh. Nazir. (2014). Metode penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Mönks, F.J., A.M.P. Knoers & Siti Rahayu Haditono. (2004). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Morrisan, Andy Corry W., Farid Hamid U. (2012). Metode penelitian survey. Jakarta: Kencana. Morissan. M.A (2014). Teori komunikasi massa: media, budaya, dan masyarakat. Ed. Andy Corry Wardahni & Farid Hamid. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Newman, Barbara M. & Philip R. Newman. (2012). Life-span development: a psychosocial approach. Canada: Wadsworth Cengage Learning. Nielsen. (21 Mei 2014). Konsumsi media lebih tinggi di luar jawa. 10 Agustus 2015. Http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/ nielsen-konsumsi-media-lebih-tinggi-di-luar-jawa.html Oktaviani, P, Sulastri, & Rina Ambarwati. (2014). Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Menggunakan Media Cetak Di Lingkungan Sekolah Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Smk Muhammadiyah Kartasura(Doctoral
Universitas Pertahanan
70
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). 4 Maret 2016. http://eprints.ums.ac.id/30729/16/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Petrus Ana Andung. (23 September 2012). Media sosial dalam pengurangan risiko bencana. Haluan. 6 Agustus 2015 http://www.harianhaluan.com/index.php/kultur/17768-media-sosialdalam-pengurangan-risiko-bencana?Format=pdf Puslitbang Aptel SKDI. (2009). Studi efektivitas diseminasi informasi pengurangan risiko bencana di daerah rawan bencana. Jakarta: Depkominfo. 2 Agustus 2015. Http://www.slideshare.net/ fsfarisya/studi-diseminasi-bencana-2009 Purwoko, Saktiyono B. (2014). Psikologi remaja. 20 Maret 2016. http://sman2sinsel.sch.id/downlot.php?file=psikologi-remaja.pdf Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Romo-Murphy, Eila. (2014). Dissertation: Developing disaster preparedness education via broadcast media and community involvement. Jyväskylä: University of Jyväskylä. Rice, Philip F. (1996). The adolescent: development, relationship, and culture. Massachusetts: A Division of Simon & Schuster. Santrock, John W. (1998). Adolescence, seventh edition. International edition. United States of America: mcgraw-Hill. Santrock, John W. (2007). Remaja edisi kesebelas, jilid I. Terj. Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2012). Perkembangan masa hidup edisi ketigabelas, jilid I. Terj. Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga. Scheaffer, R., Mendenhall III, W., Ott, R., & Gerow, K. (2011). Elementary survey sampling. Cengage Learning. 4 Maret 2016. https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=nUYJAAAAQBAJ& oi=fnd&pg=PR3&dq=scheaffer+elementary+survey+sampling+third +edition&ots=Kpxewc7Axu&sig=_0swt77WFroYsMBpLf38vlq2Rw& redir_esc=y#v=onepage&q=scheaffer%20elementary%20survey%2 0sampling%20third%20edition&f=false Severin, W. J., & Tankard Jr, J. W. (2005). Teori komunikasi: sejarah, metode, dan terapan di dalam media massa. Jakarta: Kencana. Sinisalu, Hando. (12 Juni 2013). Dalam Putrisekar. Media tradisional vs media digital, siapakah pemenangnya?. 10 Agustus 2015. Http://www.marketing.co.id/media-tradisional-vs-media-digitalsiapakah-pemenangnya/
Universitas Pertahanan
71
Siregar, S. (2012). Statistika deskriptif untuk penelitian: dilengkapi perhitungan manual dan aplikasi spss versi 17. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Starbrain Indonesia. (14 Maret 2011). Media headline news pada 14 Maret 2011. 06 Agustus 2015. http://www.starbrainindonesia.com/ trendissue/read/9/media-headline-news-14-mare-2011 Sukmadinata, N. S, Ayi N. J., & Ahman. (2006). Pengendalian mutu pendidikan sekolah menengah. Bandung, Refika Aditama. Suryani,L.S.L. (2013). Penyesuaian diri pada masa pubertas. Konselor, 2(1), 136-140. 20 Maret 2016. http://ejournal.unp.ac.id/index.php /konselor/article/viewFile/876/735 Tommy Suprapto. (2009). Pengantar teori dan manajemen komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo. 06 Agustus 2015. Http://eiboook.blogspot.com/2013/07/buku-pengantar-teorimanaje men.html UNISDR. (2009). Terminologi pengurangan risiko bencana 2009 (Versi Indonesia). 27 Desember 2014. Humanitarian Forum Indonesia. Http://www.unisdr.org/files/ 7817_isdrindonesia.pdf Wearesocial. (Januari 2015). Digital social mobile worldwide. 06 Agustus 2015. Http://wearesocial.net/blog/2015/01/digital-social-mobileworldwide-2015/ Wiryanto. (2000). Teori komunikasi massa. Jakarta: Grasindo. 06 Agustus 2015.Http://ebook4yu.blogspot.com/2013/07/buku-teori-komunikasi -massa-oleh.html Yudrik Jahja. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Universitas Pertahanan
72
Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian Kantor Kesbangpol Kota Payakumbuh
Universitas Pertahanan
73
Lampiran 1.2 Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh
Universitas Pertahanan
74
Lampiran 1.3 Surat Izin Penelitian BPBD Kota Payakumbuh
Universitas Pertahanan
75
Lampiran 2 Data Sekunder Penelitian Tabel Matriks Kejadian Bencana Kota Payakumbuh 2015 Tingkat Risiko No
Kabupate Kecamat Jenis n an Ancaman
Payakum buh Barat 1
KOTA Payakum Gempa PAYAKU buh Bumi MBUH Timur Payakum buh Utara Payakum buh Barat
2
KOTA Payakum Tanah PAYAKU buh Longsor MBUH Timur Payakum buh Utara Payakum buh Barat
3
KOTA Payakum Kekering PAYAKU buh an MBUH Timur Payakum buh Utara Payakum buh Barat
4
Kebakara KOTA Payakum n Hutan PAYAKU buh dan MBUH Timur Lahan Payakum buh Utara Payakum buh Barat
5
Kebakara KOTA Payakum n Gedung PAYAKU dan buh MBUH Timur Pemukim an Payakum buh Utara Payakum buh Barat
6
7
8
9
KOTA Payakum Angin PAYAKU Putting buh MBUH Timur Beliung Payakum buh Utara Payakum buh Barat Epidemi KOTA Payakum dan PAYAKU buh Wabah MBUH Timur Penyakit Payakum buh Utara
Ancaman
Kelas
Luas (Ha)
Persenta se (%)
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang
0 3.350 15 0 2.409 1 0 3.153 4 2.290 648 126 2.357 13 0 2.598 89 0 3.135 243 5 2.397 12 14 3.003 153 17 2.622 618 126 2.393 17 0 3.046 111 0 2.892 472 0 2.398 12 0 3.080 77 0 0 3.354 11 0 2.397 12 0 3.150 7 1.003 2.352
0 100 0 0 100 0 0 100 0 75 21 4 99 1 0 97 3 0 93 7 0 99 0 1 95 5 1 78 18 4 99 1 0 96 4 0 86 14 0 100 0 0 98 2 0 0 100 0 0 99 0 0 100 0 30 70
Tinggi
10
0
1.488 915 6 1.280 1.872 4 0 3.369 13 0 2.410 12 0 3.166 7 0 3.509 0 0 2.630 0 0 1.936 0
62 38 0 41 59 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Payakum Sedang buh Barat Tinggi Kegagala KOTA Payakum Rendah n PAYAKU buh Sedang Teknolog MBUH Timur Tinggi i Payakum Rendah buh Sedang Utara Tinggi Rendah Payakum Sedang buh Barat Tinggi KOTA Payakum Rendah Konflik PAYAKU buh Sedang Sosial MBUH Timur Tinggi Payakum Rendah buh Sedang Utara Tinggi
Kelas
Indeks
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Rendah
100
Ancaman Rendah
100
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
189
Ancaman Sedang
199
Ancaman Sedang
200
Ancaman Rendah
100
Ancaman Rendah
100
Ancaman Rendah
100
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Sedang
200
Ancaman Tinggi
300
Ancaman Tinggi
300
Ancaman Tinggi
300
Ancaman Tinggi
300
Ancaman Tinggi
300
Ancaman Tinggi
300
Kelas
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang
Terpapar (Jiwa) Kepadata Pendudu n k pendudu Terpapar k (Jiwa) 0 1.467 49.145 224 0 1.007 24.257 9 0 1.126 35.503 40 2.420 1.467 3.757 0 594 1.007 6 0 1.126
1.467
1.007
1.126
1.467
1.007
1.126
1.467
1.007
1.126
1.467
1.007
1.126
1.467
Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Kerentanan Harta Benda Fasilitas umum (Rp)
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000 46.490 2.879 0 24.013 233 14 34.445 1.057 41 33.421 9.465 1.832 23.616 134 0 29.109 1.001 0 42.437 6.939 0 24.146 116 0 34.678 864 0 0 49.212 163 5 24.136 121 0 35.468 75 14.716 34.516
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000
2.570.000.000
144 1.007
1.126
1.467
1.007
1.126
1.467
1.007
1.126
14.985 9.216 62 14.413 21.080 49 0 49.178 197 0 24.143 119 0 35.468 75 0 49.178 197 0 24.143 119 0 35.468 75
1.520.000.000
1.290.000.000
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000
2.570.000.000
1.520.000.000
1.290.000.000
Lingkungan (Ha)
Fasilitas Rumah Hutan Kritis Terpapar Lindung (Rp) (Unit) -
Kapasitas
Hutan Alam
Hutan Bakau
Semak Belukar
Rawa
-
-
-
-
-
-
0 13.885 86 0 4.947 1 0 9.673 5 4.559 9.413 0 4.046 903 0 6.445 3.237 0 12.493 1.478 3 4.883 52 11 7.645 2.031 0 8.115 4.490 399 4.782 25 0 4.909 2.038 0 11.117 2.852 0 4.927 20 0 7.182 2.498 0 0 13.923 48 0 4.928 17 0 9.670 9 1.629 12.294
160 -
-
46
-
-
-
-
-
-
2.280 2.655 10 2.361 7.313 5 0 13.917 54 0 4.928 17 0 9.670 9 0 13.917 54 0 4.928 17 0 9.670 9
160 160 -
-
-
25 25 -
-
160 160 -
160 -
-
Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum memiliki Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum Belum ada aturan tertulis, Ada lembaga yang khusus, Belum
Sumber: BPBD Provinsi Sumatera Barat, 2015
Universitas Pertahanan
76
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Selamat Pagi/Siang/Sore, Perkenalkan nama saya Al Ikhlasniati, mahasiswi S2 Program Studi Manajemen Bencana Untuk Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan Indonesia. Saya bermaksud melakukan penelitian tentang “Pengaruh Media Massa terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja di Kota Payakumbuh.” Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir untuk menyelesaikan studi saya di Universitas Pertahanan Indonesia. Saya berharap Saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner. Kuesioner ini hanya akan digunakan untuk tujuan ilmiah. Sehingga semua informasi serta jawaban yang Saudara/i berikan akan dijamin kerahasiannya sesuai dengan kode etik penelitian. Apabila Saudara/i telah membaca maksud dan kegiatan penelitian ini, maka saya mohon untuk mengisi kesediaan menjadi responden, diikuti nama tanggal pengisian dan tanda tangan. Saya setuju/tidak setuju* untuk menjadi responden penelitian ini. Nama
:_____________________________________
Tanggal Pengisian :_____________________________________
Tanda tangan
:_____________________________________
*coret yang tidak perlu
Universitas Pertahanan
77
Daftar Pertanyaan Kuesioner Pengaruh Media Massa terhadap Kesadaran Bencana pada Remaja Kota Payakumbuh 2015 a.
No Urut Kuesioner :
b.
Inisal Nama
:
c.
Jenis Kelamin
:
d.
Umur
:
e.
Nama Sekolah Kelas
: :
f.
(diisi petugas) L/P
(lingkari yang sesuai) Tahun
I. Kesadaran Bencana Petunjuk pengisian: Bacalah dengan seksama setiap pernyataan yang ada kemudian pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan saudara. Jawaban yang saudara pilih diberi tanda silang (X). Keterangan alternatif jawaban dari pernyataan 1-16 adalah sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
No
Alternatif Jawaban
Pernyataan
1
Menurut saya bencana selalu menganggu kehidupan manusia
2
Menurut saya bencana tidak hanya disebabkan oleh faktor alam
3
Menurut saya daerah Payakumbuh memiliki risiko kebakaran
4
Menurut saya di Kota Payakumbuh terdapat beberapa kejadian bencana
5
Kejadian gempabumi sepengetahuan saya pernah dirasakan di Kota Payakumbuh
6
Saya pernah mendapatkan pelajaran tentang bencana di sekolah
7
Menurut saya pelajaran tentang bencana penting diajarkan di sekolah
8
Sepengetahuan saya terdapat kegiatan luar sekolah yang berkaitan dengan kebencanaan di Kota Payakumbuh
9
Saya pernah mengikuti simulasi bencana selama di sekolah
1
2
3
4
5
10 Cara menghadapi berbagai kejadian bencana menurut saya perlu diberikan pelatihan 11
Pemerintah telah memberikan pelatihan bagaimana cara menghadapi bencana yang ada di Kota Payakumbuh
12 Ketika terjadi hujan disertai angin kencang saya tidak akan berlindung di bawah pohon 13 Pada saat terjadi kebakaran saya tahu apa yang harus saya lakukan 14 Menurut saya membangun rumah di tepi bukit bukanlah hal yang tepat 15 Ketika terjadi gempabumi saya akan mencabut peralatan listrik terlebih dahulu 16 Menurut saya membuang puntung rokok di semak-semak akan menyebabkan kebakaran Total II. Media Massa Petunjuk pengisian: Bacalah dengan seksama setiap pernyataan yang ada kemudian pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan saudara. Jawaban yang saudara pilih diberi tanda silang (X). Keterangan alternatif jawaban dari pertanyaan 17-26 adalah sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Sangat Jarang Jarang Cukup Sering Sering Sangat Sering
No
Alternatif Jawaban
Pertanyaan
1
2
3
4
5
17 Menonton media televisi 18 Mengakses atau melakukan pencarian di internet 19 Mengakses atau menggunakan media sosial 20 Membaca koran atau majalah 21 Melakukan kegiatan mendengarkan radio 22 Memperoleh informasi tentang bencana alam dari media televisi 23 Mendapatkan informasi mengenai bencana alam melalui media internet 24 Mendapatkan informasi terkait bencana alam melalui media sosial 25 Membaca informasi terkait bencana alam dikoran atau majalah 26 Mendengarkan informasi terkait bencana alam diradio Total
27 Tuliskan nama saluran/channel yang sering Saudara akses! a. Menonton televisi
...............................................................................................................
b. Menggunakan internet
...............................................................................................................
c. Mengakses media sosial
...............................................................................................................
d. Membaca koran/majalah
...............................................................................................................
e. Mendengarkan radio
...............................................................................................................
Universitas Pertahanan
78
Lampiran 4.1 Output SPSS Uji Validitas dan Reliabililitas
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 456
94.2
28
5.8
484
100.0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.709
26 Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1
93.90
71.500
.166
.707
P2
93.23
72.229
.187
.705
P3
93.73
72.440
.168
.706
P4
93.12
72.790
.150
.707
P5
92.79
71.567
.278
.699
P6
93.51
69.600
.308
.696
P7
92.96
70.954
.301
.697
P8
94.25
67.918
.394
.688
P9
94.59
67.443
.361
.690
P10
93.09
70.167
.335
.695
P11
94.41
69.420
.296
.696
P12
93.13
71.523
.196
.704
P13
93.60
71.497
.195
.704
P14
93.65
70.271
.246
.700
P15
93.74
72.202
.125
.711
P16
93.05
71.844
.131
.711
P17
92.80
72.132
.230
.702
P18
93.52
69.789
.294
.697
P19
92.96
71.352
.271
.699
P20
94.26
68.267
.374
.690
P21
94.59
67.626
.354
.691
P22
93.13
71.985
.167
.706
P23
94.41
69.323
.305
.696
P24
93.09
71.352
.253
.700
P25
93.22
72.517
.168
.706
P26
93.73
72.777
.145
.707
Universitas Pertahanan
79
Lampiran 4.2 Output SPSS Uji Korelasi dan Analisis Regresi
Correlations X1 X1
X2
Pearson Correlation
1
N Pearson Correlation
.000
.000
484
484
484
.307**
1
.382**
Sig. (2-tailed)
.000
N Y
.357**
.307
Sig. (2-tailed) X2
Y **
.000
484
484
484
.357**
.382**
1
Sig. (2-tailed)
.000
.000
N
484
484
Pearson Correlation
484
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
484
Normal Parametersa
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
6.66664216
Absolute
.033
Positive
.032
Negative
-.033
Kolmogorov-Smirnov Z
.728
Asymp. Sig. (2-tailed)
.664
a. Test distribution is Normal. Model Summaryb
Model 1
R
Std. Adjusted Error of R R the Square Square Estimate
.457a
.209
.206
Change Statistics R Square Change
6.680
F Change
.209
63.579
df1
Sig. F Change
df2
2
Durbin Watso n
481
.000
1.710
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
5674.921
2
2837.460
Residual
21466.509
481
44.629
Total
27141.430
483
F
Sig.
63.579
.000a
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 44.611
2.721
X1
.233
.038
X2
.239
.034
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
16.394
.000
.264
6.196
.000
.906
1.104
.301
7.061
.000
.906
1.104
a. Dependent Variable: Y
Universitas Pertahanan
80
Universitas Pertahanan
Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Penelitian
81
Universitas Pertahanan
82
Universitas Pertahanan
83
Universitas Pertahanan
84
Universitas Pertahanan
85
Universitas Pertahanan
86
Universitas Pertahanan
87
Universitas Pertahanan
88
Universitas Pertahanan
89
Universitas Pertahanan
90
Universitas Pertahanan
91
Universitas Pertahanan
92
Universitas Pertahanan
93
Universitas Pertahanan
94
Universitas Pertahanan
95
Universitas Pertahanan
96
Universitas Pertahanan
97
Universitas Pertahanan
98
Universitas Pertahanan