KESEJAHTERAAN SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
DIYAH UTAMI HASAN F 100 104 039
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
i
KESEJAHTERAAN SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
NASKALH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
DIYAH UTAMI HASAN F 100 104 039
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ii
KESEJAHTERAAN SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN Diyah Utami Hasan Usmi Karyani Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Sekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman terbaik bagi siswa sehingga siswa dapat merasa sejahtera karena pemenuhan kesejahteraan siswa mempengaruhi hampir seluruh aspek optimalisasi fungsi siswa di sekolah dan menjadi faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar dan pengembangan kemampuan siswa. Dukungan terbesar sebagai faktor kesejahteraan siswa berasal dari orang tua. Namun siswa yang tinggal di panti asuhan harus jauh dari orang tua. Hal ini dapat menghambat perkembangan anak secara wajar karena pada kenyataannya, pengasuhan di panti asuhan hanya berfokus untuk memenuhi kebutuhan materi saja sedangkan kebutuhan emosional dan perkembangan kurang diperhatikan. Siswa yang tinggal di panti asuhan cenderung kesulitan dalam menyesuaikan diri, pendiam dan memiliki self esteem negatif lebih tinggi dari pada self esteem positif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan kesejahteraan siswa yang tinggal di panti asuhan. Informan dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling dengan karakteristik siswa yang bersekolah di SMP dan tinggal di panti asuhan berjumlah 8 informan. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendorong sejahtera adalah teman, sekolah, penghargaan dan pujian, guru, belajar dan orang tua. Hal ini membuat siswa yang tinggal di panti asuhan merasa sejahtera. Walaupun demikian, orang tua juga menjadi faktor penghambat sejahtera karena tinggal di panti asuhan membuat siswa jauh dari orang tua. Faktor penghambat sejahtera yang lain adalah mendapat perlakuan tidak baik dari teman, melihat teman bermusuhan, jarang belajar, lampu belajar kurang terang, sakit fisik kambuh, pengasuh yang suka marah serta menjadi siswa yang nakal. Faktor penghambat ini membuat siswa yang tinggal di panti asuhan merasa tidak sejahtera sehingga dapat diuraikan bahwa pengertian sejahtera menurut siswa yang tinggal di panti asuhan adalah damai, tentram, dan bahagia. Kata Kunci: Kesejahteraan Siswa, Panti Asuhan
v
di panti asuhan berfokus hanya untuk
PENDAHULUAN Sekolah diharapkan mampu melaksanakan
tujuan
memenuhi
pendidikan
kebutuhan
sementara
kolektif,
untuk
kebutuhan
nasional yang diatur dalam Undang-
emosional dan pertumbuhan anak
Undang Nomor 20 Tahun 2003
kurang diperhatikan (Sudrajat, 2008).
dengan
memberikan
pengalaman
Hasil
wawancara
terbaik bagi siswa sehingga siswa
Panti
dapat merasa sejahtera. Pemenuhan
Semarang
kesejahteraan siswa mempengaruhi
banyak
hampir seluruh aspek optimalisasi
kesulitan dalam menyesuaikan diri,
fungsi siswa di sekolah dan menjadi
terutama anak yang baru tinggal di
faktor penting yang mempengaruhi
panti asuhan. (Rahma, 2011). Tidak
hasil belajar dan pengembangan
adanya hubungan yang sehat dengan
kemampuan siswa (Frost, 2010).
orang
Salah
satu
faktor
yang
(Frost,
Hadlonah
menyatakan anak
lain
yang
menjadi
bahwa
mengalami
penghambat
2004).
sebagai siswa adalah berkumpul keluarga
Darul
siswa merasa sejahtera (Masters,
mempengaruhi kesejahteraan anak
dengan
Asuhan
dengan
Attachment yang kuat dengan
2010).
orang
tua
dapat
menghindarkan
Namun pada kenyataannya beberapa
siswa dari kecemasan dan potensi
anak
perasaan-perasaan
harus
berpisah
dengan
depresi
atau
keluarganya akibat disfungsi sosial
tekanan emosional (Santrock, 2004).
keluarga. Kondisi seperti inilah yang
Remaja cenderung memiliki suasana
dapat membuat anak tinggal panti
hati
asuhan (Sudrajat, 2008; Sarwono,
termasuk
2014).
remaja akan identitas diri (Santrock, Sarsito N Sarwono (2014)
yang
naik-turun. bagian
dari
Hal
ini
pencarian
2004).
mengemukakan bahwa panti asuhan
Attachment yang kuat dengan
berperan sebagai tempat rehabilitasi
orang tua juga dibutuhkan remaja
sosial bagi anak-anak terlantar akibat
yang tinggal di panti asuhan untuk
disfungsi sosial keluarga. Namun
melewati
pada kenyataanya, pengasuhan anak
remajanya dengan baik dan anak
1
tahap
perkembangan
menjadi orang dewasa yang mandiri
kesejahteraan siswa yaitu mental,
(Santrock, 2004; Wong, 2008).
emosional, spiritual, sosial dan fisik.
Kesejahteraan siswa adalah
Ress
dkk
(2010)
juga
derajat dimana siswa merasa baik
merumuskan bahwa faktor penting
berada di lingkungan sekolah dan
yang
derajat
kesejahteraan anak adalah keluarga,
keefektifan
fungsi
siswa
berkontribusi
dalam lingkungan komunitas sekolah
teman,
(Fraine dkk, 2005 & Fraillon, 2004).
penggunaan waktu, orientasi masa
Tingkat kesejahteraan siswa dapat
depan, rumah, uang dan kepemilikan,
ditunjukkan melalui sejauh mana
kebebasan, keamanan, sekolah dan
prestasi akademik yang didapatkan,
juga pilihan hidup.
fungsi
sosial,
perilaku disekolah
emosional
siswa
kesehatan,
pada
penampilan,
serta
Faktor yang paling terlihat
ketika
berada
yang tidak dimiliki oleh siswa yang
dkk,
2008).
tinggal
(Noble
di
panti
asuhan
adalah
Gambaran mengenai kesejahteraan
keluarga. Panti asuhan merupakan
siswa dapat dilihat ketika guru
lembaga pengganti fungsi orangtua
percaya bahwa semua siswa mampu
(keluarga)
sukses dalam belajar, siswa merasa
kebutuhan anak baik secara jasmani,
bahagia
rohani
dan
sukses
ketika
dalam
maupun
pemenuhan
sosial
mendapatkan pelajaran baru dan
dikembangkan
siswa semangat untuk datang ke
pelayanan profesional dan menjadi
sekolah,
hubungan
pilihan untuk memberikan pelayanan
pertemanan yang baik dengan siswa
kesejahteraan anak (Argyo, 2009).
lainnya
mampu
Anak yang tinggal dipanti asuhan
yang
terdiri dari 1) Anak yatim, piatu dan
dimiliki ketika berada disekolah
yatim piatu, 2) Anak terlantar dari
(Kaplan dan Maehr dalam Avi dkk,
keluarga
1999 & Bonnie, 2004).
perpecahan, 3) Anak terlantar dari
memiliki
serta
mengoptimalkan
potensi
Masters (2004) berpendapat bahwa
terdapat
lima
sebagai
yang
yang
lembaga
mengalami
keluarga yang sakit kronis serta 4)
aspek
keluarga dengan kesulitan ekonomi (Argyo, 2009).
2
Pola pengasuhan anak di
terkait pengasuhan anak (Fuaida dkk,
panti asuhan digambarkan melalui tiga
proses
pengganjaran (Argyo,
2009).
yaitu
pengajaran,
dan
pembujukan
Kelebihan
2007). Berdasarkan uraian di atas, penulis
panti
merasa
mengadakan
tertarik
penelitian
untuk untuk
asuhan: 1) Memiliki teman yang
mengetahui bagaimana kesejahteraan
senasib,
siswa yang tinggal di panti asuhan.
2)
Anak
dapat
mengembangkan kreatifitas melalui
METODE PENELITIAN
fasilitas
yang
asuhan,
3)
disediakan
panti
Informan penelitian
Membiasakan
hidup
Siswa
yang
memiliki
mandiri. Kelemahan panti asuhan: 1)
karakteristik bersekolah di SMP dan
Terisolasi
tinggal di panti asuhan terdiri dari 8
dari
masyarakat
luas
sehingga muncul rasa rendah diri, 2)
informan.
Pembinaan bisa dianggap sebagai
Alat pengumpul data
pengekangan apalagi dengan sikap
Dalam penelitian ini alat
pengasuh yang kasar dan tidak
pengumpul
mendidik (Muhsin, 2003).
kuesioner terbuka dan wawancara.
Argyo
(2009)
data
mengunakan
Seharusnya
Hasil dari kuesioner terbuka dan
panti asuhan dapat digunakan sesuai
wawancara akan dianalisis dengan
fungsinya
cara sebagai berikut :
yaitu
memberikan
pelayanan, pemeliharaan baik secara
1. Organisasi data
fisik, mental maupun sosial terhadap
2. Koding
anak-anak
3. Kategorisasi
terlantar
namun
keterbatasan SDM profesional dalam
4. Pembahasan hasil penelitian.
pengasuhan anak di panti asuhan
HASIL
membuat pengasuh panti asuhan
PEMBAHASAN
biasanya terdiri dari orang yang bekerja
secara
suka
seadanya
(Muhsin
pengurus
panti
rela
2003).
asuhan
PENELITIAN
DAN
Berdasarkan hasil kuesioner
dan
terbuka dan wawancara didapatkan
Para
hasil mengenai kesejahteraan siswa
kurang
yang tinggal di panti asuhan, adapun
dibekali pendidikan dan pelatihan
pembahasannya sebagai berikut :
3
a. Pengertian sejahtera menurut
Hasil penelitian menunjukkan
siswa yang tinggal di panti
bahwa siswa menyatakan sejahtera
asuhan.
karena
menjalin
hubungan
baik
Pengertian sejahtera menurut
dengan teman sehingga memiliki
siswa yang tinggal di panti asuhan
banyak teman dan dengan tinggal di
adalah damai, tentram dan bahagia.
panti
Hal ini sesuai dengan teori yang di
meringankan keuangan keluarga. Hal
kemukakan oleh Noble dkk (2008)
ini
yang mendefinisikan kesejahteraan
kesejahteraan siswa menurut John
siswa
Ainley (dalam Masters, 2004) yaitu
sebagai
keadaan
dengan
asuhan
sesuai
dapat
dengan
membantu
aspek
suasana hati yang positif, sikap,
adanya
resilien, dan kepuasan terhadap diri
individu
serta kepuasan dalam berhubungan
membangun hubungan yang sehat
dengan orang lain dan harapan-
dengan
harapan dari sekolah.
kelompok
Damai adalah ketika memiliki
ketergantungan
sosial
dan
orang dan
antara
sekolah
lain,
untuk
individu,
lembaga
dapat
memudahkan siswa merasa sejahtera.
banyak teman dan tidak terjadi
Hasil
penelitian
juga
konflik di dalamnya sehingga diri
menyatakan bahwa siswa belum
merasa tentram. Damai juga ketika
sejahtera karena belum mendapatkan
melakukan hal-hal yang benar seperti
prestasi yang memuaskan. Noble dkk
taat peraturan dan rajin belajar.
(2008) menyatakan bahwa Tingkat
Mendapatkan prestasi juga membuat
kesejahteraan
siswa yang tinggal di panti asuhan
ditunjukkan melalui sejauh mana
merasa sejahtera. Menjadi sukses dan
prestasi akademik yang didapatkan.
mencapai cita-cita adalah tujuan
Penyebab
siswa
belum
dapat
sejahtera
untuk mencapai bahagia sehingga
yang lain adalah belum dapat meraih
dapat membanggakan orang tua, dan
cita-cita dan menjadi sukses. Hal ini
diri sendiri.
sesuai dengan salah satu faktor yang
b. Penilaian tinggal
diri di
siswa
panti
yang
mempengaruhi kesejahteraan siswa
asuhan
menurut Ress dkk (2010) yaitu adanya orientasi masa depan.
terhadap kesejahteraannya
4
Ditinggal ayah pergi, dan
banyak teman yang baik. Sesuai
memiliki teman yang suka iri juga
dengan aspek mental kesejahteraan
menjadi penyebab belum sejahtera.
siswa menurut Masters (2004) yaitu
Huebner dkk (2003) mengemukakan
teman
bahwa
anak
penting yang dapat menghindarkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor
anak dari gangguan kesehatan mental
diantaranya adalah adalah keluarga
sehingga
dan teman. Karena faktor ini belum
kesejahteraan.
kepuasan
hidup
terpenuhi maka siswa menjadi belum belajar
siswa
juga
kesejahteraan
Hasil penelitian menunjukkan faktor
meraih
menjadi
faktor
pendapat Kanu & Rimpela (2002)
yang
tinggal di panti asuhan
bahwa
mampu
faktor
pendorong sejahtera. Sesuai dengan
pendorong
kesejahteraan
anak
merupakan
Memiliki kesempatan untuk
sejahatera. c. Faktor
sebaya
dikaitkan
dengan
pengajaran dan pendidikan serta
pendorong
dengan belajar dan prestasi.
kesejahteraan siswa yang tinggal di
Faktor
utama
pendorong
panti asuhan adalah banyak teman,
kesejahteraan siswa yang tinggal di
guru, fasilitas sekolah dan peraturan
panti asuhan adalah bersama orang
yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan
tua. Seperti pendapat beberapa tokoh
aspek sosial kesejahteraan siswa
bahwa ranah kesejahteraan siswa
menurut
(dalam
tertinggi adalah keluarga dan self
Masters, 2004) yang mengemukakan
(Huebner dkk, 2003; Ress dkk, 2010;
gagasan
ketergantungan
Evan, 2011; Hanafin & Brooks,
antara individu dan sekolah untuk
2005; dan Frost 2010) seperti halnya
membangun hubungan yang sehat
hasil penelitian bahwa mendapatkan
dengan
penghargaan dan pujian juga menjadi
John
adanya
orang
Ainley
lain,
individu,
kelompok dan lembaga.
faktor pendorong kesejahteraan.
Membangun hubungan yang
Walaupun jauh dari orang
sehat dengan orang lain, individu
tua, lingkungan membantu mereka
maupun kelompok dapat ditunjukkan
sehingga dapat menemukan sosok
dari hasil penelitian yaitu memiliki
pengganti peran orang tua yaitu
5
teman, kakak panti, pengasuh dan
ranah kesejahteraan siswa tertinggi
saudara kandung. Pengasuh sebagai
adalah keluarga (Huebner dkk, 2003;
bagian dari lembaga kesejahteraan
Ress dkk, 2010; Evan, 2011; Hanafin
sosial anak harus memahami bahwa
& Brooks, 2005; dan Frost 2010).
pemenuhan
hak-hak
anak
harus
Faktor
dilakukan secara menyeluruh. Hak-
kesejahteraan
hak anak meliputi hak terhadap
mendapat perlakuan tidak baik dari
perlindungan, hak terhadap tumbuh
teman. Salah satu aspek mental
kembang
serta
terhadap
kesejahteraan siswa yaitu teman yang
partisipasi
seperti
mendengarkan
juga merupakan faktor penting yang
hak
penghambat yang
lain
suara dan pilihan anak (Jufri, 2011).
dapat
Hal ini sejalan dengan tanggung
gangguan kesehatan mental sehingga
jawab peran orang tua dan keluarga
anak mampu meraih kesejahteraan
menurut
Jufri
(John
mengasuh,
memelihara, mendidik
(2011)
yaitu
Toumbourou,
Douglas&
dan melindungi anak. Namun
menghindarkan
adalah
Alison
anak
dari
Elizabeth
Shortt
dalam
Masters, 2004).
peran
pengganti
Begitu juga dengan menjadi
orang tua dirasakan oleh semua
siswa yang nakal. Ketidak percayaan
siswa yang tinggal di panti asuhan
guru dan teman yang dirasakan oleh
sehingga perhatian yang diberikan
siswa
juga terbagi. Oleh karena itu, orang
kesehatan mental. Dalam hal ini
tua tetap menjadi faktor utama
adalah menjadi nakal. Guru dan
pendorong sejahtera.
teman merupakan faktor penting
d. Faktor kesejahteraan
untuk
penghambat siswa
menimbulkan
menghindarkan
gangguan
anak
dari
gangguan kesehatan mental (John
yang
Toumbourou, Elizabeth Douglas&
tinggal di panti asuhan Hasil penelitian menunjukkan
Alison Shortt dalam Masters, 2004).
bahwa siswa yang tinggal di panti
Faktor penghambat sejahtera
asuhan menyatakan tidak sejahtera
yang
karena jauh dari orang tua. Seperti
belajar
pendapat beberapa tokoh bahwa
memuaskan. Hal ini sesuai dengan
6
selanjutnya
adalah
jarang
sehingga
prestasi
belum
pendapat Kanu & Rimpela (2002)
1. Pengertian
sejahtera
menurut
bahwa belajar dan mendapatkan
siswa yang tinggal di panti asuhan
prestasi
adalah kehidupan yang damai
ada
kaitannya
dengan
kesejahteraan.
yaitu melakukan hal-hal yang
Sakit
fisik
yang
kambuh
benar
sebagai
siswa,
tentram
membuat siswa harus meninggalkan
ketika tidak ada konflik dan
pelajarannya.
bahagia
Salah
satu
aspek
ketika
bisa
menjadi
kesejahteraan siswa adalah aspek
sukses, membanggakan orang tua
fisik. Sakit fisik harus diatasi dengan
dan diri sendiri.
benar supaya tidak mengganggu
2. Siswa menilai dirinya sejahtera
siswa dalam belajar (Kathy rowe,
ketika memiliki banyak teman
Ken rowe & Jan pollard dalam
yang
Masters, 2004).
membantu keluarga. Sedangkan
Faktor
penghambat
siswa
menghargai
menilai
dan
dirinya
bisa
belum
kesejahteraan siswa yang tinggal di
sejahtera karena masih melanggar
panti asuhan yang terakhir adalah
tata tertib, belum
memiliki pengasuh yang suka marah.
belum sukses, jauh dari ayah dan
Pengasuh
memiliki teman yang suka iri.
sebagai
bagian
dari
berprestasi,
lembaga kesejahteraan sosial anak
3. Faktor pendorong kesejahteraan
harus memahami bahwa pemenuhan
siswa yang tinggal di panti asuhan
hak-hak anak harus dilakukan secara
paling utama adalah orang tua.
menyeluruh. Hak-hak anak meliputi
Karena jauh dari orang tua,
hak
lingkungan
membentuk
peran
terhadap tumbuh kembang serta hak
pengganti
orang
yaitu
terhadap
pengasuh, teman, kakak panti dan
terhadap
perlindungan,
partisipasi
hak
seperti
tua
mendengarkan suara dan pilihan
saudara
anak (Jufri, 2011).
pendorong sejahtera yang lain
KESIMPULAN
adalah memiliki banyak teman,
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
maka
hubungan
dapat
kandungnya.
baik
dengan
Faktor
guru,
mendapatkan penghargaan dan
disimpulkan:
pujian, fasilitas sekolah beserta
7
peraturannya
dan
Being in Secondary School with Multilevel Growth Curve Models and Multilevel Multivariate Models. Quality & Quantity, 39, 297 – 316.
memiliki
kesempatan untuk belajar. 4. Faktor penghambat kesejahteraan siswa yang tinggal di panti asuhan adalah
jauh
dari
orang
Frost, P. (2010). The Effectiveness of Student Wellbeing Program and Service. Melbourne: Victorian Auditor-General's Report.
tua,
mendapatkan perlakuan tidak baik dari teman, menjadi nakal, jarang belajar dan lampu untuk belajar yang
kurang
terang,
Fuaida, L. D., Kartika, T., & Basuki, U. (2007). Laporan Penelitian Kualitas Pengasuhan Anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) di Indonesia PSAA AL IKHLAS Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. UIN, Save the children & UNICEF.
melihat
teman musuhan, sakit fisik yang kambuh serta memiliki pengasuh yang suka marah.
DAFTAR PUSTAKA Argyo. (2009). Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaten Klaten. Pusat Penelitian Kependudukan LPPM UNS & UNICEF.
Huebner, E.S., Suldo, S.M., & Valois, R.F. (2003). Psychometric Properties of Two Brief Measures of Children’s Life Satisfaction; The Students’ Life Satisfaction Scale and the Brief Multidimensional Students Life Satisfaction Scale. Paper prepare for the Indicators of Positive Development Conference, March 12 – 13, 2003. www.childrens.org/files/huen bersuldovaloispaper.pdf, diakses tanggal 20 Februari 2014 pukul 17.00 WIB.
Avi, K., & Martin, L.M. (1999). Achievement Goals and Student Well-Being. Contemporary Educational Psychology, Vol.24 , 330-38. Bonnie, B. (2004). Resiliency: What We Have Learned. San Francisco: Wested. Fraillon, J. (2004). Measuring Student Well-Being in The Context of Australian Schooling: Discussion Paper.
Jufri, Salim S A. (2011). Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. http://www.pksa-
Fraine, B.D., Landeghem, G.V., Damme, J.V., & Onghena, P. (2005). An Analysis of Well-
8
kemensos.com/wpcontent/uploads/2011/01/stan dart-pengasuhan.pdf. diakses pada tanggal 24 April 2014 pukul 18.00 WIB
Februari 2014 pukul 17.00 WIB. Santrock, J. W. (2004). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Kanu, A., & Rimpela, M. (2002). Well-Being in School: A Conceptual Model. Health Promotion International, Vo. 17 (1), 79 – 89.
Sarwono, S. N. (2014). Kasus Panti Asuhan, Sebab dan Akibat. http://www.kompas.co.id/. diakses tanggal 10 Maret 2014 pukul 18.00 WIB.
Masters, G.N. (2004). Conceptualising and Researching Student Wellbeing. Australia: Research Conferences.
Sudrajat, T. (2008). Kurangnya Pengasuhan di Panti Asuhan. http://www.kemsos.go.id/. diakses tanggal 10 maret 2014 pukul 18.00 WIB.
Muhsin. 2003. Mari Mencintai Anak Yatim. Jakarta: Gema Insani Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Noble, T., McGrath, H., Wyatt, T., Carbines, R., & Robb, L. (2008). Scoping Study Into Approaches to Student Wellbeing. Brisbane, Sydney, Canberra, Ballarat, Melbourne: Australian Catholic University. Rahma, A. N. (2011). Hubungan Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan. PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI), Vol.8, 232.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Ress, G., Goswani, H. & Bradshaw, J. (2010). Developing an Index of Children’s Subjective Well Being in England. (http://www:childrenssociety. org.uk. diakses tanggal 20
9