UNIVERSITAS INDONESIA
KONFIGURASI FRAGMEN RUANG SENI PERTUNJUKAN BERBASIS BENTURAN
TUGAS AKHIR
FIDYANI SAMANTHA 1006775565
FAKULTAS TEKNIK
Universitas Indonesia Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR DEPOK JULI 2014
UNIVERSITAS INDONESIA KONFIGURASI FRAGMEN RUANG SENI PERTUNJUKAN BERBASIS BENTURAN
TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Arsitektur
FIDYANI SAMANTHA 1006775565
Universitas Indonesia Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
ii
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR INTERIOR DEPOK JULI 2014 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tugas akhir ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 21 Juli 2014
Fidyani Samantha
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Fidyani Samantha
NPM
: 1006775565
Tanda Tangan :
Tanggal : 21 Juli 2014
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
iv
HALAMAN
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
v
KATA PENGANTAR
Hal pertama yang ingin saya sampaikan ketika menyelesaikan tugas akhir ini adalah Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya, saya diperkenankan untuk menyelesaikan tugas akhir saya. Terimakasih Engkau telah memberikan bantuan, memberikan kekuatan dan memberikan hikmah yang luar biasa. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Arsitektur Program Studi Arsitektur Interior pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penyelesaian karya saya ini pun karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya ucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Yandi Andri Yatmo, S.T., Dipl.Arch., M.Arch., Ph.D., sebagai dosen pembimbing kami tercinta, yang selalu membuka cakrawala, memberi bimbingan "mikir",
selalu memberi encourage kepada anak-anak
bimbingannya, yang selalu bilang "kamu harus proud dengan karya kamu" dan masilh banyak lagi. Saya tidak akan pernah melupakan jasa Bapak karena sudah memberikan ilmu yang luar biasa di satu semester terakhir ini. Gak salah ikut TA. Terima kasih Pak Yandi.
2. Prof. Ir. Triatno Judho Hardjoko, M.Sc., Ph.D., Paramita Atmodiwirjo, S.T., M.Arch., Ph.D., Dr. –Ing. Ir. Dalhar Susanto dan Ir. Achmad Hery Fuad, M. Eng., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membuka wawasan dalam proses cara berfikir dan memahami ilmu.
3. Verarisa Ujung, S.Ars., sebagai asisten pembimbing yang selalu memberikan ilmu yang bermanfaat, yang sabar menghadapi kami, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada kami. Terimakasih kak Vera.
4. Dr. –Ing. Ir. Dalhar Susanto, Widyarko, S.Ars.,M.Ars., Nur Hadianto, S.Ars. yang sudah membimbing dalam perencanaan konstruksi desain.
5. Teman-teman pejuang TA(bah), berani mati (Ame, Riri, Tian, Ncess, Faris, Ocin, Mire, Ayeng, Hafizh, Thaja dan Valen). Terimakasih sudah saling
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
vi
memotivasi, saling diskusi, saling memberi masukan, dan terimakasih atas pemikiran hebat, kerja keras dan semangatnya. Berjuang bersama, lulus bersama. Bangga bersama kalian.
6. Geng Muslimah tersayang yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada saya. Vania yang sudah bantuin bikin maket, Dije yang jadi drafter dadakan, Pia yang selalu bawel nyuruh kerja, Chebe yang selalu berceloteh "mba Fi semangat", Wulan yang selalu memberikan desahan pantang menyerah, Rara yang sudah menjadi editor dan juga selalu memberikan semangat sixpack, Pidr yang selalu memotivasi serta teman seperjuangan Ame beserta "Rio" nya yang sudah mengantar saya kemana saja dan Ocin, dedek bocah yang terkadang pemikirannya lebih dewasa. Love you guys.
7. Keluarga besar Arsitektur 2010, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada pejuang TA.
8. Keluarga saya yang selalu mendukung secara moral maupun material. Trimakasih sudah selalu memberi semangat dan berdoa untuk Fifi, Alhamdulillah Fifi jadi sarjana.
9. Muhammad Adie Sammajid, adik saya tercinta yang dari luar kelihatannya cuek, tetapi selalu peduli sama mbaknya. Semoga jalan hidupnya selalu diberi kesuksesan dan diberkahi oleh Allah SWT.
10. Kedua orang tua saya, Eni Nuraini dan dr. Sam Eddyanto, Sp,Kj,. M.Kes, berjuta-juta trimakasih Fifi ucapkan kepada Mama dan Papa. Trimakasih atas segala fasilitas, trimakasih atas segala dukungan, trimakasih selalu menyebut nama Fifi di setiap doa Mama dan Papa dan trimakasih atas segala jasa yang lainnya. Semoga Fifi bisa membahagiakan Mama dan Papa di dunia dan di akhirat.. Fifi sayang Mama dan Papa. Saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu di masyarakat. Depok, 21 Juli 2011 Fidyani Samantha
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Fidyani Samantha
NPM
: 1006775565
Program Studi
: Arsitektur Interior
Departemen
: Arsitektur
Fakultas
: Teknik
Jenis Karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas tugas akhir saya yang berjudul : KONFIGURASI FRAGMEN RUANG SENI PERTUNJUKN BERBASIS BENTURAN beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Royalti Noneksklusif ini
Universitas
mengelola
Indonesia
dalam
bentuk
berhak
menyimpan
pangkalan
data
mengalihmedia/formatkan,
(database),
merawat,
dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada Tanggal : 21 Juli 2014 Yang menyatakan
Fidyani Samantha
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
viii
ABSTRAK Nama
: Fidyani Samantha
Program Studi
: Arsitektur Interior
Judul
: Konfigurasi Fragmen Ruang Seni Pertunjukan Berbasis Benturan
Tabrakan atau benturan merupakan fenomena yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Kesan pertama melihat tabrakan atau benturan adalah sesuatu yang memiliki sifat negatif karena ia merubah bentuk, merusak dan sangat memberikan dampak. Eksperimen benturan merupakan usaha untuk mencari sisi positif dan sistem pada tabrakan. Eksperimen benturan kemudian menghasilkan tumpukan, pergeseran, pantulan, jalinan dan lindasan, dimana hasil-hasil eksperimen tersebut kemudian diterapkan ke pencarian isu konteks dan program ruang, hingga didapat ruang seni pertunjukan sebagai konten utama. Pada proses desain ruang seni pertunjukan juga diterapkan sistem-sistem yang terdapat pada benturan untuk mencapai kualitas ruang benturan yang sesuai dengan konteks dan juga membenturkan karakter original dan futuris. Sehingga ruang pertunjukan yang dihasilkan merupakan rancangan ruang masa depan, namun juga tidak meninggalkan karakter original yang dimiliki.
Kata kunci
: Benturan, sistem, dampak benturan, ruang seni pertunjukan, original- futuris, ruang masa depan.
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
ix
ABSTRACT Name
: Fidyani Samantha
Study Program
: Interior Architecture
Title
: Fragment Configuration of Performing Art Space Based on Collision
Collision is one of phenomenon which we usually meet in our daily life. First impression about collision is a thing which have a negative nature. The negativeness is because collision can changes an object form, collision can destroys an object and collision can gives a strong effect. Collision experiment is a way to research about positive things from collision phenomenon and the system behind the collision result. Then, my collision experiment can produce drifting, thrusting, reflecting, plaiting and crushing. Collision experiments are carried out to looking for an issue in site and room programming, until I get performing art space to be my point keyword for my design. In process of designing my performing art space, the system of collision also conduct to reach the collision quality space based on site. Beside that, I collide originals and futuristics character in order to make a futurist performing art space based on collision which have modernity but still have the character of original or traditional itself.
Keywords
: Collision, system, effect of collision, performing art space, original-futurist character, futurist space.
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………............... i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
……….......... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………….......... iii LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………............... iv KATA PENGANTAR
……………………………………............... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... .......... vii ABSTRAK
……………………………………………………............... viii
ABSTRACT ………………………………………………………........... ix DAFTAR ISI ……………………………………………………............... x DAFTAR GAMBAR …………………………………………................... xiii BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah................................................................................. 2 1.3 Tujuan Perancangan................................................................................ 2 1.4 Batasan Masalah...................................................................................... 2 1.5 Sistematika Penulisan.............................................................................. 3 BAB II BENTURAN SEBAGAI DASAR METODE.............................. 4 2.1 Benturan atau Tabrakan......................................................................... 4 2.1.1 Pengertian Benturan atau Tabrakan.............................................. 4
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
xi
2.1.2 Fenomena Benturan dalam Kehidupan.......................................... 4 2.1.3 Benturan dalam Ilmu Fisika........................................................... 6 2.1.3.1 Tumbukan Lenting Sempurna........................................... 6 2.1.3.2 Tumbukan Lenting Sempurna pada Bidang...................... 7 2.1.3.3 Tumbukan Lenting Sebagian.............................................7 2.1.3.4 Tumbukan Tidak Lenting.................................................. 8 2.2 Riset Benturan......................................................................................... 9 2.2.1 Proses Eksperimen Benturan......................................................... 9 2.2.1.1 Form Objek Modelling...................................................... 9 2.2.1.2 Penerapan Sistem Pegas pada Proses Benturan................ 12 2.2.2 Hasil dan Analisa Eksperimen Benturan ...................................... 13 2.2.2.1 Menumpuk ....................................................................... 13 2.2.2.2 Mendorong........................................................................ 16 2.2.2.3 Menjalin.............................................................................19 2.2.2.4 Memantul.......................................................................... 21 2.2.2.5 Melindas atau Rusak......................................................... 25 BAB III IMPLEMENTASI BENTURAN PADA DESAIN..................... 29 3.1 Benturan pada Konteks............................................................................ 29 3.1.1 Benturan dalam Konteks Lingkungan........................................... 29 3.1.2 Bangunan Eksisting dalam Satu Lingkup Bangun....................... 35 3.2 Sistem Benturan dan Ruang yang Terbentuk.......................................... 38 3.2.1 Sistem Menumpuk dan Kaitannya dengan Ruang........................ 39 3.2.2 Sistem Mendorong dan Kaitannya dengan Ruang ....................... 40 3.2.3 Sistem Menjalin dan Kaitannya dengan Ruang ........................... 40 3.2.4 Sistem Memantul dan Kaitannya dengan Ruang.......................... 41 3.2.5 Sistem Melindas dan Kaitannya dengan Ruang ........................... 42 3.3 Konten Berdasar Sistem Benturan dan Konteks...................................... 42 3.3.1 Isu Futuris...................................................................................... 43 3.4 Konfigurasi Ruang seni Pertunjukan Berdasarkan Benturan................. 45 3.4.1 Pertunjukan................................................................................... 45 3.4.1.1 Jenis Pertunjukan.............................................................. 45
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
xii
3.4.1.2 Tektonik Benturan Ruang Seni Pertunjukan................... 46 3.4.1.3 Benturan Sifat Original-Futuristik Ruang Seni Pertunjukan.................................................................... 48 3.4.2 Museum dan Galeri....................................................................... 52 3.4.2.1 Tektonik Benturan pada Museum dan Galeri.................. 53 3.4.2.2 Benturan Sifat Original-Futuristik Museum dan Galeri............................................................................... 54 3.4.3 Kuliner.......................................................................................... 56 3.4.3.1 Tektonik Benturan Tempat Makan dan Pertunjukan....... 57 3.4.3.2 Benturan Sifat Original-Futuristik Tempat Makan.......... 58 3.4.4 Big Event........................................................................................ 60 3.4.4.1 Tektonik Big Event dengan Ruang Lainnya...................... 60 3.5 Aplikasi Modelling dalam Ruang Benturan........................................... 61 3.5.1 Pembagian Ruang Berdasarkan Benturan................................... 61 3.5.2 Penemuan Form Benturan............................................................. 62 3.5.3 Penerapan Form pada Sistem Benturan......................................... 64 3.5.3.1 Form sebagai Atraksi Pertunjukan Mapping.....................64 3.5.3.2 Form sebagai Benturan Lighting....................................... 65 3.5.3.3 Form sebagai Pendukung Objek Benturan....................... 66 BAB IV PENUTUP...................................................................................... 67 4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68 LAMPIRAN..................................................................................................69
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 2.22 Gambar 2.23 Gambar 2.24 Gambar 2.25 Gambar 2.26 Gambar 2.27 Gambar 2.28 Gambar 2.29 Gambar 2.30 Gambar 2.31 Gambar 2.32 Gambar 2.33 Gambar 2.34 Gambar 2.35 Gambar 2.36 Gambar 3.1
Tabrakan Mobil................................................................... 5 Piring Pecah......................................................................... 6 Highspeed Photo pada Tabrakan......................................... 6 Tumbukan Lenting Sempurna............................................... 7 Simulasi Tumbukan Lenting Sempurna pada Bidang........... 7 Simulasi Tumbukan Tidak Lenting ..................................... 8 Karakter Drawing................................................................ 9 Piring Pecah......................................................................... 10 Pecahan Berupa Geometri Segitiga...................................... 10 Form Modelling segitiga frame dengan material.................. 11 Sistem pegas yang bekerja pada benturan............................ 12 Proses eksperimen dengan hasil menumpuk ....................... 14 Proses eksperimen dengan hasil menumpuk ....................... 14 Proses eksperimen dengan hasil menumpuk ....................... 15 Diagram proses benturan dengan hasil tumpukan ........... 16 Diagram pergerakan objek................................................... 16 Grafik volume penumpukan objek...................................... 16 Proses benturan dengan hasil mendorong dan terdorong..... 17 Proses benturan dengan hasil mendorong dan terdorong..... 17 Diagram proses benturan dengan hasil mendorongterdorong............................................................................. 18 Diagram pergerakan objek .................................................. 18 Grafik volume penumpukan objek .................................. 18 Proses benturan dengan hasil jalinan ................................... 19 Diagram proses benturan dengan hasil jalinan..................... 20 Diagram pergerakan objek................................................... 21 Grafik volume penumpukan objek...................................... 21 Proses benturan dengan hasil pantulan ............................... 22 Proses benturan dengan hasil pantulan................................ 23 Diagram proses benturan dengan hasil terpantul................. 23 Diagram pergerakan objek................................................... 24 Grafik volume pertemuan objek.......................................... 24 Proses benturan dengan hasil terlindas................................ 25 Proses benturan dengan hasil rusak .................................. 26 Diagram proses benturan dengan hasil melindas................. 27 Diagram pergerakan objek................................................... 27 Grafik volume pertemuan objek.......................................... 28 Suasana yang terjadi di taman Fatahillah............................. 29
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
xiv
Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambra 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21 Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Gambar 3.28 Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31 Gambar 3.32 Gambar 3.33 Gambar 3.34 Gambar 3.35 Gambar 3.36 Gambar 3.37 Gambar 3.38 Gambar 3.39 Gambaa 3.40 Gambar 3.41
Peta Kawasan Kota Tua....................................................... 30 Peta Bagian Taman Fatahillah.............................................. 31 Titik kepadatan di area Taman Fatahillah............................. 32 Kegiatan di area Taman Fatahillah....................................... 33 Kegiatan yang berbenturan di area Taman Fatahillah.......... 33 Kegiatan yang berbenturan di area Taman Fatahillah.......... 34 Eksterior dan Interior Toko Merah .................................. 35 Konstruksi Toko Merah....................................................... 36 Struktur Toko Merah .......................................................... 36 Peraturan perubahan bangunan golangan A......................... 37 Peraturan perubahan bangunan golangan A......................... 37 Peraturan perubahan bangunan golangan A ....................... 38 Fungsi yang belum terdapat di kawasan Kota Tua ........... 38 Diagram Tumpukan............................................................. 39 Diagram Mendorong-Terdorong.......................................... 40 Diagram Menjalin................................................................ 40 Diagram Memantul .......................................................... 41 Diagram Melindas................................................................ 42 Suasana masa depan pada film Elysium.................................44 Kecanggihan Teknologi pada film Star Trek ....................... 44 Ilustrasi Pertunjukan yang saling memantul.......................... 47 Ilustrasi Pertunjukan yang saling menumpuk dan menjalin.. 47 Ilustrasi Pertunjukan yang saling mendorong dan bergeser.. 47 Ilustrasi Konsep Potongan..................................................... 47 Pertunjukan Seni Tari dan Musik.......................................... 48 Posisi pertunjukan seni tari dan musik (dulu)....................... 49 Posisi pertunjukan seni tari dan musik (sekarang)................. 49 Pertunjukan Seni Teater......................................................... 50 Posisi pertunjukan seni teater (dulu)...................................... 51 Posisi pertunjukan seni teater (sekarang)............................... 51 Pertunjukan di masa modern dan masa depan....................... 51 Ilustrasi pertunjukan di masa depan....................................... 52 Ilustrasi tumpukan museum dan galeri.................................. 52 Ilustrasi pantulan museum galeri dan pengunjung................ 53 Ilustrasi tektonik pantulan dan tumpukan.............................. 54 Ilustrasi potongan konsep...................................................... 54 Museum dulu dan masa depan............................................... 55 Koleksi dan display museum dulu dan masa depan.............. 56 Ilustrasi museum galeri di Toko Merah................................. 56 Ilustrasi tumpukan tempat makan dan pertunjukan............... 57
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
xv
Gambar 3.42 Gambar 3.43 Gambar 3.44 Gambar 3.45 Gambar 3.46 Gambar 3.47 Gambar 3.48 Gambar 3.49 Gambar 3.50 Gambar 3.51 Gambar 3.52 Gambar 3.53 Gambar 3.54 Gambar 3.55 Gambar 3.56
Ilustrasi tektonik tumpukan...................................................57 Ilustrasi potongan konsep..................................................... 58 Tempat makan dulu dan masa depan..................................... 58 Ilustrasi posisi tempat makan (dulu)..................................... 59 Ilustrasi posisi tempat makan (sekarang).............................. 59 Ilustrasi tempat makan masa depan...................................... 60 Ilustrasi aktivitas yang terlindas............................................60 Ilustrasi potongan konsep..................................................... 61 Diagram Pembagian Ruang ............................................... 61 Diagram Pembagian Ruang................................................... 62 Diagram penemuan form........................................................63 Diagram video mapping......................................................... 64 Diagram pergerakan video mapping...................................... 64 Diagram lighting pada form................................................... 65 Forming pada funitur ........................................................... 66
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai arsitek interior, kita harus dapat merancang ruang masa depan, karena kita akan hidup di masa depan dimana kecanggihan teknologi dan juga problema akan selalu berkembang, sehingga kita pun dituntut untuk terus berkembang. Namun, ketika dunia terus maju dan semakin modern banyak sebagian dari kita melupakan ke-originalitasan diri kita. Sebagai desainer, pikiran kita dituntut untuk bisa maju ke depan dan juga ke belakang. Untuk dapat berfikir dengan optimal kita memerlukan research by design. Research by design merupakan suatu cara untuk merancang desain yang dikembangkan dengan riset melalui desain di era modern ini. Riset menjadi salah satu faktor penting dalam desain dikarenakan ia adalah suatu proses yang mana kita mencari tahu sesuatu dan sesuatu tersebut disesuaikan dengan desain yang kita buat, sehingga desain untuk riset dan riset untuk desain. Produk desain melalui research by design pun memiliki basis yang signifikan dan juga dapat menjawab tantangan ruang masa depan melalui metode yang digunakan. Metode yang digunakan adalah berbasis pada benturan atau tabrakan. Tabrakan atau benturan merupakan fenomena yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari, misalnya kecelakaan, benda yang pecah dan lain sebagainya. Kesan pertama melihat tabrakan atau benturan adalah sesuatu yang memiliki sifat negatif karena ia merubah bentuk, merusak dan sangat memberikan dampak baik visual atau pendengaran. Maka dari itu, saya melakukan eksperimen mengenai benturan. Eksperimen ini ditujukan untuk mencari tahu sistem yang terjadi pada tabrakan. Sistem pada tabrakan kemudian diteliti untuk didapat karakter-karakternya, seperti timing, kecepatan, massa, material dan tentunya dampak, yang kemudian menjadi alat untuk
diterapkan ke dalam desain,
pencarian isu dan konteks serta kualitas ruang untuk mencapai tujuan desain, merancang ruang seni pertunjukan.
Universitas Indonesia Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana suatu sistem benturan yang terjadi berpengaruh kepada penciptaan ruang seni pertunjukan, aktivitas manusia dan desain serta mempertimbangkan konteks yang terdapat pada site serta tidak melupakan aspek originalitas dan futuristik.
1.3 Tujuan Perancangan Tujuan dari tugas akhir yang diangkat adalah:
Mempelajari sistem yang terdapat pada benda yang bertabrakan atau berbenturan untuk diterapkan ke dalam proses merancang ruang pertunjukan
Mempelajari flow, massa dan urgensi aktivitas manusia yang berbenturan di dalam konteks site
Mempelajari
sifat
originalitas
dan futuristik
seni
pertunjukan
dan
membenturkannya ke dalam ruang seni pertunjukan
Menjadikan studi riset, konteks site dan original-futuris sebagai alat untuk menciptakan kualitas ruang seni pertunjukan masa depan
1.4 Batasan Masalah Batasan masalah merupakan hasil yang dicapai melalui riset yang dilakukan serta munculnya isu site dan aspek original-futuris pada sistem yang nantinya menjadi batasan dalam pengolahan dan perancangan ruang.
Hasil riset tabrakan/benturan
Hasil riset terintegrasi dengan isu yang muncul dari konteks site
Hasil riset yang terintegrasi dengan aspek original-futuris
Hasil riset menghasilkan ruang seni pertunjukan masa depan
1.6 Sistematika Penulisan Guna mendapatkan gambaran umum mengenai tugas akhir ini, maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:
2 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang dari tema yang diangkat dan gambaran umum dari tema tugas akhir yang diambil, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II BENTURAN SEBAGAI DASAR METODE Berisi tentang dasar-dasar teori dan dasar-dasar analisis serta riset yang dilakukan sebagai proses dalam pengolahan dan perancangan ruang masa depan.
BAB III IMPLEMENTASI BENTURAN PADA DESAIN Berisi tentang penerapan eksperimen yang dilakukan terhadap desain serta akan dijelaskan tentang konteks atau pemilihan site, korelasi metode dengan site, konten yang akan digunakan dalam perancangan, korelasi metode, konten dan konteks serta konsep atau penerapan metode ke dalam desain dan penemuan dan fungsi form .
BAB IV PENUTUP Berisi tentang rangkuman hasil studi dan kesimpulan dari riset yang sudah dilakukan.
3 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
4
BAB II BENTURAN SEBAGAI DASAR METODE
2.1 Benturan atau Tabrakan Benturan atau yang biasa disebut dengan tabrakan merupakan suatu fenomena yang mana suatu benda bertubrukan dengan yang lain. Dalam desain pun istilah tabrakan juga sering digunakan dalam mendesain, misalnya seperti menabrakkan konsep, menabrakkan warna, dan lain sebagainya.
2.1.1 Pengertian Benturan atau Tabrakan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bentur memiliki arti sebagai tabrak atau tumbukan. Sinonim lain dari benturan yaitu tabrakan, tumbukan, singgungan, hantaman, bentrokan dan langgaran. Benturan terjadi apabila terdapat suatu benda bersinggungan dengan benda yang lainnya baik sengaja maupun tidak disengaja. Benda yang saling bertumbukan akan menghasilkan suatu dampak yang mana apabila semakin keras benturan yang terjadi pada benda, maka dampak yang dialami benda semakin besar. Terjadinya dampak ini juga bergantung pada massa dan kekuatan benda. Jika benda yang kuat menabrak yang lemah, maka benda yang lemah akan memiliki dampak yang lebih signifikan dibanding benda yang lebih kuat. Dampak yang terjadi pada objek yang berbenturan bisa berbeda-beda, seperti retak, pecah, tergeser dan lain sebagainya, tergantung pada material, massa, kecepatan dan kekuatan benda tersebut.
2.1.2 Fenomena Benturan dalam Kehidupan Fenomena benturan atau tabrakan merupakan suatu kejadian yang sudah sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Contohnya, kecelakaan maut yang terjadi di jalanan. Kecelakaan tersebut terjadi karena kendaraan satu bertabrakan dengan kendaraan yang lain, atau kendaraan membentur benda keras lainnya. Dampak yang terjadi pada kendaraan yang bertabrakan bisa bermacam-macam, tergantung dengan massa, kecepatan, kekuatan dan material kendaraan tersebut.
Universitas Indonesia Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Contohnya, pada gambar 2.1 sebelah kiri terjadi tabrakan yang melibatkan 2 mobil. Tabrakan tersebut terjadi dengan massa, kecepatan dan kekuatan yang hampir sama serta material yang sama, sehingga dampak yang terjadi pun juga hampir sama. Keduanya mengalami keretakan di area bumper mobil. Sedangkan di sebelah kanan, terjadi benturan yang melibatkan 3 mobil, dan ketiganya memiliki kecepatan, massa dan kekuatan yang berbeda. Mobil dengan kekuatan paling lemah (mobil berwarna merah) mengalami kerusakan yang sangat parah, hingga bagian belakang mobilnya hancur berkeping-keping, dan mobil dengan kekuatan dan kecepatan paling tinggi (mobil berwarna hitam) menabrak mobil hingga melindas mobil berwarna merah. Benturan bukan hanya memberikan dampak berupa visual (keretakan, rusak) saja, tetapi juga menghasilkan dampak melalui pendengaran dan
bahkan penciuman, karena ketika terjadi benturan,
barang yang berbenturan tersebut akan mengeluarkan suara dan jika yang berbenturan seperti mobil bisa memungkinkan mengeluarkan bau bensin dan lain sebagainya. Tabrakan ini pun juga dapat menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, orang-orang yang berniat untuk menolong atau sekedar melihat saja.
Gambar 2.1 Tabrakan Mobil Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Contoh lain yang terjadi dalam kehidupan sehari hari adalah piring pecah. Piring yang melesat dari genggaman kita dan jatuh ke lantai juga mengalami benturan. Piring yang jatuh tersebut membentur lantai yang keras hingga akhirnya piring pun pecah. Piring pecah tersebut terjadi karena piring yang jatuh dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga berpengaruh pada kecepatan laju piring dan membentur lantai yang keras dan juga memiliki kekuatan pertahanan lebih tinggi.
5 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Piring Pecah Sumber: http://google.com/ (2014)
Gambar 2.3 High Speed Photo pada tabrakan Sumber: http://google.com/ (2014)
2.1.3 Benturan dalam Ilmu Fisika Istilah tabrakan atau benturan dalam dunia fisika biasa disebut dengan tumbukan. Makna dari kata tumbukan adalah suatu kejadian dimana dua partikel saling mendekat dan saling berinteraksi menggunakan gaya. Gaya interaksi diasumsikan sangat singkat (Kanginan:2006). Secara umum terdapat beberapa jenis tumbukan, antara lain tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sempurna pada bidang, tumbukan lenting sebagian dan tumbukan tidak lenting sama sekali.
2.1.3.1 Tumbukan Lenting Sempurna Dalam buku Fisika karya Marthen Kanginan, tumbukan lenting sempurna terjadi jika energi kinetik total benda-benda setelah tumbukan sama dengan energi kinetik total benda-benda sebelum tumbukan. Dengan kata lain, pada tumbukan
6 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
lenting sempurna energi kinetiknya tetap dan berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik. „Jumlah momentum benda-benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda itu‟ - Isaac Newton
Gambar 2.4 Tumbukan Lenting Sempurna Sumber: http://fisikamemangasyik.wordpress.com/ (2014) 2.1.3.2 Tumbukan Lenting Sempurna pada Bidang Tumbukan ini terjadi pada bidang dua dimensi yang tidak segaris, melainkan sebidang (dua dimensi). Contoh tumbukan semacam ini adalah tumbukan yang terjadi pada dua bola billiar atau tumbukan yang terjadi pada tumbukan dua mobil yang sejenis dan melaju dengan kecepatan yang sama.
Gambar 2.5 Simulasi Tumbukan Lenting Sempurna pada Bidang Sumber: http://fisikamemangasyik.wordpress.com/ (2014)
2.1.3.3 Tumbukan Lenting Sebagian Pada tumbukan lenting sebagian, hukum kekekalan momentum tetap berlaku, dengan anggapan bahwa tidak ada gaya luar yang bekerja pada bendabenda yang bertumbukan. Namun sebaliknya, hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku pada jenis tumbukan ini. Hal tersebut terjadi karena terdapat perubahan energi kinetik tumbukan berlangsung. Perubahan energi kinetik dapat berupa penambahan energi atau sebaliknya pengurangan energi. Pengurangan
7 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
energi kinetik terjadi karena sebagian energi kinetik awal diubah menjadi energi lain, seperti energi panas, energi bunyi dan energi potensial. Hal ini yang membuat total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Kebanyakan tumbukan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam jenis ini, di mana total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Energi kinetik akhir total juga bisa bertambah setelah terjadi tumbukan. Hukum Kekekalan Momentum tetap berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sebagian, dengan anggapan bahwa tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan. (Kanginan:2006)
2.1.3.4 Tumbukan Tidak Lenting Suatu tumbukan tidak lenting terjadi apabila energi kinetik total sistemnya sebelum dan setelah tumbukan adalah tidak sama (walaupun momentum sistemnya kekal). Tumbukan tidak lenting terbagi dua. Pertama adalah ketika dua benda yang bertumbukan menyatu atau saling menempel setelah tumbukan. Ini berarti setelah tumbukan kedua benda memiliki kecepatan yang sama. Tumbukan tersebut dinamakan tumbukan tidak lenting sempurna.
Gambar 2.6 Simulasi Tumbukan Tidak Lenting Sumber: http://pembelajaranfisikauny.blogspot.com/ (2014) Jenis tumbukan yang kedua adalah ketika benda yang bertumbukan tidak saling menempel, namun kehilangan sebagian energi kinetiknya, tumbukan tersebut dinamakan tumbukan tidak lenting (tanpa tambahan kata sempurna). Perbedaan terpenting antara tumbukan lenting dan tidak lenting sempurna adalah momentum sistem dalam semua tumbukan adalah kekal, tetapi energi kinetik sistem kekal hanya pada tumbukan lenting.
8 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
2.2 Riset Benturan 2.2.1 Proses Eksperimen Benturan Untuk mencari tahu bagaimana benturan terjadi dan apa saja hasilnya. Penulis melakukan eksperimen benturan dengan menabrakkan beberapa objek.
2.2.1.1 Form Objek Metode desain bedasarkan teori atau filosofi diambil dari buku A Minor Architecture oleh Jill Stoner dan Intimus oleh Preston Julianna dan Mark Taylor. Proses pencarian persepsi didasarkan pada desire atau keinginan, kebutuhan, kekuatan dan by doing. Maka, form objek yang digunakan untuk eksperimen benturan ini jugadidapat dari desire atau original karakter drawing yang saya buat.
Gambar 2.7 Karakter Drawing Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
9 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Dari gambar 2.7 didapat karakter-karakter gambar saya diantaranya adalah rangkaian frame, tebal-tipis garis dan figur-ground. Karakter-karakter gambar tersebut nantinya akan digunakan sebagai modelling objek. Selain dari karakter gambar, modelling juga diambil berdasar karakter benturan sendiri. Karakter yang paling dominan ketika benturan terjadi adalah dampak. Dampak dari benturan tersebut diantaranya, keretakan objek sampai objek mengalami kerusakan menjadi pecahan-pecahan.
Gambar 2.8 Piring Pecah Sumber: http://google.com/ (2014) Dari gambar di atas, dapat dilihat seperti apa bentuk dari objek yang retak dan pecah. Objek yang retak dan pecah tersebut memiliki geometri yang tidak beraturan dan memiliki sudut yang tajam. Setelah diamati lebih dalam, objek yang retak dan pecah tersebut dimiliki oleh bentuk geometri segitiga, dikarenakan dalam form objek tersebut bentuk asimetris dengan sudut yang tajam. Untuk mensimplifikasi bentuk asimetris dengan sudut yang tajam tersebut, diambillah bentuk segitiga sebagai dasar form modelling.
Gambar 2.9 Pecahan berupa geometri segitiga Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
10 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Setelah mendapat dasar form modelling, saya menggabungkan karakter objek benturan dangan karakter gambar saya, yaitu rangkaian frame, tebal-tipis garis dan figur-ground. Penggabungan tersebut menghasilkan modelling dengan form berupa frame dengan bentuk segitiga. Garis tebal-tipis pun juga menjadi acuan untuk modelling. Makna dari garis tebal-tipis pada gambar saya adalah kekuatan dan menjelaskan posisi gambar, siapa figure dan siapa ground. Semakin tebal garis, menunjukkan bahwa objek gambar tersebut merupakan figure atau pemeran utama dan semakin tipis garis menjelaskan hal sebaliknya, yaitu menunjukkan bahwa ia merupakan latar, pemeran pendukung dan ground. Makna kekuatan tebal-tipis garis tersebut sesuai dangan salah satu dasar pokok benturan yang mana kekuatan juga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi benturan dan pertahanan objek. Sehingga, tebal-tipis garis diterapkan pada pemilihan material modelling dari material yang bersifat lemah hingga kuat, yaitu artfoam, sedotan, strawboard, polifoam, karton birmet, lidi dan sumpit. Selain itu, makna kekuatan juga diterapkan di dalam kecepatan yaitu kecepatan lemah, sedang dan cepat, karena kecepatan memiliki pengaruh pada kekuatan benda, semakin cepat benda bergerak, maka kekuatan benda juga semakin bertambah.
Gambar 2.10 Form Modelling segitiga frame dengan material yang menunjukkan kuat-lemah objek (kiri-kanan: artfoam,sedotan, strawboard, polifoam, karton birmet, lidi dan sumpit)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
11 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Masing-masing modelling memiliki material yang berbeda, namun memiliki komposisi perakitan dan pengikat (lem) yang sama, yang membedakan hanyalah materialnya saja. Sisi positif dari modelling frame tersebut adalah secara visual ia terlihat bertabrakan, garis A menabrak garis B, garis B menabrak garis C dan seterusnya. Selain itu, model frame ini jika ditabrakkan dapat menembus model yang lainnya dikarenakan ia memiliki sudut yang runcing, sehingga diharapkan dapat menghasilkan dampak tabrakan yang bervariasi.
2.2.1.2 Penerapan Sistem Pegas pada Proses Benturan Sistem yang digunakan pada eksperimen benturan yang saya gunakan adalah gaya pegas. Dalam ilmu fisika yang dikemukakan oleh Tugiono pada artikelnya yang berjudul "Hubungan antara Gaya dan Gerak", gaya merupakan suatu tarikan atau dorongan yang dapat mempengaruhi suatu benda dan menimbulkan peribahan gerak. Gaya pegas sendiri memiliki elastisitas, perubahan panjang, tegangan dan renggangan. Pada tabrakan/benturan, gaya yang diberikan lebih besar dibandingkan kekuatan material benda dan gaya lah yang membuat benda bergerak serta mengalami pertambahan kekuatan.
Gambar 2.11 Sistem pegas yang bekerja pada benturan Sumber: Ilustrasi pribadi (2014) Dari gaya pegas tersebut, sistem yang saya ambil adalah sistem pada ketapel. Pada sistem ketapel terjadi suatu tarikan dan kemudian suatu dorongan yang menambah kekuatan benda. Prinsip sistem ketapel ini adalah, semakin kuat kita menarik benda makan kekuatan dan kecepatan benda semakin kuat dan benda semakin jauh terlontar (Tugiono:2012). Sistem ketapel ini saya gunakan karena saya ingin mencari tahu bagaimana hasil dari tabrakan yang memiliki kekuatan dan kecepatan lambat, sedang dan cepat.
12 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Mekanisme pada sistem ketapel ini adalah menarik karet ketapel, tarikan ini memberikan gaya pada ketapel. Semakin jauh rentangan karet, karet semakin kencang dan menunjukkan bahwa gaya yang terdapat pada karet semakin besar. Ketika karet dilepas (gaya dihilangkan), karet memiliki gaya yang lebih besar dibandingkan gaya tarik, disebut dengan gaya dorong. Semakin jauh karet ditarik, semakin besar gaya dan semakin jauh benda terlempar maka semakin besar kekuatan dan kecepatan benda (Tugiono:2012). Tahapan eksperimen benturan dengan sistem ketapel ini yaitu membenturkan antar objek modelling dengan material yang berbeda dengan jarak tarikan pegas yang juga berbeda-beda. Jarak tarikan pertama yaitu 10 cm, jarak yang rendah ini menghasilkan kekuatan dan kecepatan yang rendah pada objek. Jarak tarikan kedua yaitu 20 cm, jarak ini menghasilkan kekuatan dan kecepatan yang sedang. Jarak tarikan terakhir adalah 30 cm, menghasilkan kekuatan dan kecepatan yang tinggi pada objek. Dari masing-masing percobaan tersebut, saya mencari tahu bagaimana hasil atau dampak dari benturan yang terjadi.
2.2.2 Hasil dan Analisis Eksperimen Benturan Saya
melakukan
eksperimen
sebanyak
216
kali
benturan
dan
menghasilkan beberapa hasil dengan berbagai faktor yang sudah disebutkan di atas. Dari 216 kali eksperimen benturan tersebut didapat 5 jenis sistem benturan, diantaranya yaitu menumpuk, mendorong, menjalin, memantul dan menindas.
2.2.2.1 Menumpuk Sistem benturan yang didapat dari eksperimen ini salah satunya adalah menumpuk. Tumpukan terjadi ketika objek modelling satu (x) menumpuk objek yang lain (y). Penumpukan ini terjadi pada hampir semua modelling yaitu, sedotan, karton birmet, polifoam, strawboard
dan lidi yang kemudian
berbenturan dengan model bermaterialkan polifoam dan memiliki pergerakan lambat hingga sedang.
13 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 2.12 Proses eksperimen dengan sistem menumpuk (x: polifoam dan y: artfoam) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014) Pada gambar tersebut polifoam (x) yang berwarna putih bergerak menuju artfoam (y) yang berwarna hijau yang kondisinya diam, yang hasilnya adalah x menumpuk y. Artfoam memiliki pertahanan paling lemah di antara modelling yang lainnya, namun ia memiliki keunggulan berupa kelenturan dan polifoam memiliki kekuatan yang sedang serta keduanya memiliki masa yang sama. Dalam kasus ini polifoam lebih kuat dibandingkan artfoam. Kelenturan artfoam memiliki sifat menangkap benda, sehingga ketika polifoam bergerak datang dan menyentuh artfoam, yang terjadi adalah polifoam tertangkap oleh artfoam dan hasilnya polifoam menumpuk artfoam.
Gambar 2.13 Proses eksperimen dengan sistem menumpuk (x: artfoam dan y: polifoam) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
14 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 2.14 Proses eksperimen dengan sistem menumpuk (x: artfoam dan y: strawboard) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
Gambar 2.15 Diagram proses benturan dengan sistem tumpukan (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Grafik di atas merupakan tracing dari eksperimen proses benturan. Dari grafik tersebut dapat dilihat bagaimana x menumbuk y dan pada akhirnya menumpuk y, sedangkan y tetap diam berada di tempat. Warna kuning pada gambar di atas menunjukkan volume penumpukan yang terjadi. Pada eksperimen ini penumpukan yang terjadi tidak terlalu besar. Pada grafik berikutnya (Gambar 2.16) menunjukkan proses tumbukan yang berlangsung dengan mengambil garis
15 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
pada sisi terluar objek yang berbenturan dan juga menunjukkan seberapa besar tumpukan yang terjadi.
Gambar 2.16 Diagram pergerakan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 2.17 Grafik volume penumpukan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Pada prinsipnya, sifat dasar dari tumpukan ini adalah objek x menumpuk objek y dan objek y tertimpa oleh objek x. Skenario yang terjadi adalah objek x bergerak menuju objek y, kemudian keduanya saling berbenturan dan x menimpa y dan kemudian terdiam dalam jangka waktu yang lama. Dari tumpukan ini, benda mengalami overlapping, terdapat bagian atas (x) dan bagian bawah (y).
2.2.2.2 Mendorong Mendorong-terdorong merupakan sistem yang sering muncul dalam eksperimen benturan ini. Dari 216 eksperimen, 64 % dampak benturan adalah mendorong-terdorong. Mendorong-terdorong terjadi ketika objek modelling satu (x) mendorong objek yang lain (y) dan objek (y) terdorong oleh objek (x) serta terjadi pada semua modelling (semua material) dengan kecepatan lambat, sedang dan cepat. Benturan antara modelling dengan kecepatan lambat akan mengalami pergeseran paling pendek, sedangkan benturan antara modelling dengan kecepatan cepat (kekuatan maksimal) akan mengalami pergeseran dengan jarak yang jauh. Perbedaanya adalah model dengan material yang bersifat kuat (lidi dan sumpit) akan mendorong model material lain lebih kuat walau dengan kecepatan lemah
16 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
sekalipun, sehingga pergeseran yang terjadi cukup banyak, sebaliknya modelling dengan material kuat ini memiliki pertahanan yang cukup besar, sehingga ketika diserang oleh model material lain, pergeseran yang dialami tidak cukup banyak.
Gambar 2.18 Proses benturan dengan sistem mendorong dan terdorong (x: sedotan/kuning dan y: polifoam/putih) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
Gambar 2.19 Proses benturan dengan sistem mendorong dan terdorong (x: sumpit/coklat dan y: polifoam/putih) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014) Gambar di atas merupakan proses benturan dengan sistem mendorong dan terdorong. Benturan yang terjadi pada gambar-gambar di atas dilakukan dengan tarikan pegas paling jauh (kecepatan maksimal). Proses yang terjadi pada benturan di atas adalah, x bergerak melalui tarikan pegas menuju y, x menyentuh y, kemudian x mendorong y dan y terdorong x, sehingga terjadi pergeseran posisi pada kedua objek tersebut.
17 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 2.20 Diagram proses benturan sistem mendorong-terdorong (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Grafik di atas merupakan tracing dari salah satu eksperimen proses benturan. Dari grafik tersebut dapat dilihat bagaimana x menumbuk y dan pada akhirnya terjadi pergeseran dengan x mendorong y dan y terdorong x. Warna kuning pada gambar di atas menunjukkan volume pertemuan yang terjadi pada kedua benda. Pada eksperimen ini, y mengalami pergeseran cukup jauh dari posisi awal. Pada grafik berikutnya (Gambar 2.17) menunjukkan proses tumbukan yang berlangsung dengan mengambil garis pada sisi terluar objek yang berbenturan dan juga menunjukkan seberapa besar tumpukan yang terjadi.
Gambar 2.21 Diagram pergerakan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 2.22 Grafik volume penumpukan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
18 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Pada eksperimen ini juga terjadi penumpukan ketika proses benturan terjadi. Penumpukan tersebut terjadi karena terdapat pertemuan yang semakin lama semakin besar. Pada gambar 2.22 dapat dilihat bahwa volume penumpukan objek semakin besar, hal ini terjadi karena ketika x mendorong y, bagian modelling x semakin lama semakin melingkupi y. Sifat dasar dari dorongan ini adalah benturan menghasilkan perpindahan atau pergeseran pada objek dan juga terjadi pemumpukan antar objek ketika proses benturan berlangsung.
2.2.2.3 Menjalin
Gambar 2.23 Proses benturan dengan sistem jalinan (x: lidi/coklat dan y: artfoam/hijau) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014) Sistem ketiga yang didapat dari eksperimen benturan ini adalah menjalin. Jalinan ini terjadi ketika modelling x membentur modelling y, kemudian terdapat pertemuan pada x dan y. Di pertemuan tersebut beberapa bagian dari model x masuk ke dalam bagian y, inilah yang disebut dengan jalinan. Jalinan ini terjadi karena model yang dipakai pada eksperimen berbentuk frame segitiga, sehingga bagian sudut segitiga pada modelling x masuk ke dalam frame modelling y. Di
19 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
dalam peristiwa ini terkadang juga terjadi tumpukan dan dorongan pada prosesnya, hingga hasil akhirnya berupa jalinan tersebut. Gambar 2.23
menunjukkan proses terjadinya benturan dengan sistem
jalinan pada model. Modelling dengan material lidi yang berwarna coklat merupakan x dan modelling berwarna hijau merupakan y. Model lidi (x) bergerak menuju model artfoam (y), kemudian terjadi pertemuan antar kedua model, karena lidi lebih kuat dibandingkan artfoam, artfoam pun terdorong oleh lidi dan hasil akhirnya (ketika keduanya berhenti bergerak) adalah lidi dan artfoam saling menjalin, salah satu sudut pada lidi masuk ke frame artfoam.
Gambar 2.24 Diagram proses benturan dengan sistem jalinan. (x: kuning dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Dari diagram tersebut dapat dilihat bagaimana x menumbuk y dan pada akhirnya terjadi pergeseran dengan x mendorong y dan y terdorong x, sehingga kedua objek bergerak dan pada akhirnya kedua objek berhenti bergerak dalam keadaan saling menjalin. Warna hijau pada gambar di atas menunjukkan volume pertemuan yang terjadi pada kedua benda. Pada grafik berikutnya (Gambar 2.25) menunjukkan proses tumbukan yang berlangsung dengan mengambil garis pada sisi terluar objek yang berbenturan dan juga menunjukkan seberapa besar tumpukan yang terjadi. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama x semakin mendekati y, kemudian terjadi penumpukan yang mana penumpukan
20 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
tersebut semakin lama semakin besar, hingga akhirnya berhenti dalam keadaan terjalin satu sama lain.
Gambar 2.25 Diagram pergerakan objek Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 2.26 Grafik volume penumpukan objek (x: kuning dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Dari kedua grafik di atas dapat dikatakan bahwa tumpukan atau pertemuan antar kedua objek terus stabil. Kestabilan tersebut terjadi karena terdapat jalinan ketika keduanya bergerak. Sifat dasar dari jalinan adalah keterikatan. Keterikatan didapat dari cara kedua objek bergerak dan diam dalam keadaan beberapa bagian dari x masuk ke bagian y dan sebaliknya sehingga seolah-olah ada suatu pertemuan yang mengikat mereka, yaitu jalinan yang terjadi antar kedua objek tersebut.
2.2.2.4 Memantul Sistem dari eksperimen benturan berikutnya adalah memantul. Peristiwa pantulan ini cukup sering terjadi pada eksperimen benturan yang dilakukan. Memantul terjadi ketika objek x berbenturan dengan y dan hasilnya salah satu atau kedua-duanya terpantul atau bergerak ke arah yang berbeda dari arah tujuan sebelumnya. Terkadang ketika salah satu objek (objek x) yang terpantul, objek y terdorong oleh objek x, sehingga objek y mengalami pergeseran posisi. Peristiwa pantulan ini terjadi ketika modelling yang berbenturan minimal memiliki kekuatan yang sama dan ketika salah satu modelling y memiliki kekuatan lebih besar dalam mempertahankan diri ketika berbenturan dengan x dan sebaliknya x memiliki
21 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
kekuatan menyerang lebih lemah. Pantulan ini juga terjadi dalam kecepatan yang lambat, sedang atau cepat.
Gambar 2.27 Proses benturan dengan sistem pantulan (x: sedotan/kuning dan y: lidi/coklat) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014) Pada gambar 2.27
x adalah sedotan (berwarna kuning) sedangkan y
adalah lidi (berwarna coklat). Pada peristiwa ini, kadar kekuatan x lebih lemah dibandingkan y (sedotan berada dalam kelompok lemah sedangkan lidi tergolong dalam kelompok kuat). Yang terjadi adalah x bergerak menuju y, kemudian terjadi pertemuan singkat dan y terpental kembali ke arah semula. Hal tersebut terjadi karena lidi memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan sedotan dan memiliki massa yang lebih berat dibandingkan sedotan, sehingga lidi dapat mempertahankan diri ketika terbentur oleh sedotan dan sedotan pun terpental jauh. Berbeda dengan eksperimen benturan dengan sistem pantulan pada gambar sebelumnya, gambar 2.28 merupakan eksperimen yang menghasilkan pantulan yang mana kedua model sama-sama terpental. Pada eksperimen tersebut x adalah polifoam dan y adalah strawboard, keduanya memiliki tingkat kekuatan yang sama yaitu sedang dan massa yang hampir sama. Proses yang terjadi adalah x dan y bergerak dalam waktu yang bersamaan, x menuju y dan y menuju x, kemudian keduanya bertemu dalam rentang waktu yang sangat singkat dan
22 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
hasilnya keduanya sama-sama terpental dan bergerak menuju ke arah yang lain. Hal tersebut terjadi karena adanya kesetaraan kekuatan dan massa, sehingga pertahanan benda pun juga sama besarnya.
Gambar 2.28 Proses benturan dengan sistem pantulan (x: polifoam/putih dan y: stroboat/hitam) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
Gambar 2.29 merupakan diagram proses dan perpindahan model ketika terjadi benturan dengan sistem terpantul. Dari grafik tersebut dapat dilihat bagaimana x menumbuk y dan pada akhirnya x terpantul ketika berbenturan dengan y dan y terdorong oleh x.
Gambar 2.29 Diagram proses benturan dengan sistem terpantul (x: hijau dan y: kuning) Sumber:Ilustrasi Pribadi (2014)
23 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Pada grafik berikutnya (Gambar 2.30) menunjukkan proses tumbukan yang berlangsung dengan mengambil garis pada sisi terluar objek yang berbenturan dan juga menunjukkan pergerakan objek satu sama lain. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa terdapat pertemuan yang sangat sebentar pada x dan y.
Gambar 2.30 Diagram pergerakan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 2.31 Grafik volume pertemuan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Grafik di atas merupakan diagram volume pertemuan yang terjadi pada kedua objek. Pada gambar tersebut warna kuning merupakan volume pertemuannya. Volume pertemuan tersebut terlihat sangat sedikit, karena pertemuan yang terjadi ketika kedua objek berbenturan sangat sebentar. Sedangkan garis hijau dan hitam semakin lama semakin menjauh, hal tersebut terjadi karena setelah bertemu, kedua objek terpental ke arah berlawanan. Dari eksperimen benturan dengan sistem pantulan ini dapat dikatakan bahwa sifat dari pantulan adalah objek x mendatangi objek y, keduanya bertemu sebentar, kemudian akhirnya adalah terjadi pantulan satu sama lain. Kata sederhananya, objek datang kemudian pergi atau meninggalkan objek yang lain, datang-pergi.
24 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
2.2.2.5 Melindas Sistem eksperimen benturan yang terakhir adalah melindas. Melindas merupakan sistem eksperimen yang mana objek y akan mengalami kerusakan setelah berbenturan dengan objek x. Peristiwa ini terjadi apabila x memiliki kekuatan dan massa lebih kuat dibandingkan y dan terjadi ketika modelling x dengan material sumpit/lidi (tergolong dalam kelompok kuat) berbenturan dengan modelling y yang materialnya lebih lemah dari lidi/sumpit (selain lidi dan sumpit). Prosesnya adalah x bergerak menuju y kemudian keduanya saling berbenturan dan di dalam proses atau hasil akhirnya adalah x menindih y atau x merusak y. Kerusakan yang terjadi misalnya objek y retak atau rusak menjadi puing-puing. Kerusakan terjadi karena y tidak mampu menopang x atau pertahanan yang dimiliki y lemah, terlebih dengan bentuk model yang berupa frame segitiga. Gambar 2.32 menjelaskan proses benturan dengan hasil salah satu dari model rusak. X adalah sumpit (memiliki kekuatan paling kuat dan massa paling berat) dan y adalah artfoam (memiliki kekuatan paling lemah dan massa ringan). Proses yang terjadi adalah x bergerak menuju y, kemudian keduanya saling berbenturan dan x melindas y ketika proses berlangsung dan ketika keduanya berhenti. Dapat dilihat dari gambar di atas, lindasan atau tindihan maksimal yang
Gambar 2.32 Proses benturan dengan sistem terlindas (x: sumpit/coklat dan y: artfoam/hijau) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
25 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
terjadi berada di dalam proses benturan dan hasil akhirnya x juga menindih y, namun tindihan yang terjadi lebih sedikit. Tindihan yang terjadi pada artfoam terlihat parah, dikarenakan artfoam memiliki sifat lentur, berbeda dengan material lainnya yang garis-garisnya memiliki sifat tegas. Kelenturan artfoam tersebut mengakibatkan artfoam tidak dapat mempertahankan diri ketika ditabrak oleh sumpit yang notabennya memiliki kekuatan dan massa paling besar di antara model-model dengan material yang lain.
Gambar 2.33 Proses benturan dengan hasil rusak (x: sumpit/coklat dan y: polifoam/putih) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
Gambar di atas merupakan proses benturan dengan hasil rusak. Pada eksperimen ini x adalah sumpit dan y adalah polifoam. Keduanya bergerak menuju satu sama lain dengan kecepatan paling cepat (tarikan pegas paling jauh). Hasil yang terjadi adalah polifoam mengalami kerusakan ketika berbenturan dengan sumpit. Kerusakannya berupa framing pada polifoam patah tertembus oleh sumpit. Dalam hal ini sumpit memiliki kekuatan dan massa paling besar sedangkan polifoam memiliki kekuatan bertingkat sedang dan massa yang ringan, sehingga polifoam tidak dapat mempertahankan dirinya ketika bertabrakan dengan sumpit.
26 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 2.34 Diagram proses benturan dengan sistem melindas (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
Gambar di atas merupakan diagram proses dari benturan dengan sistem melindas. Dari diagram tersebut dapat dilihat bagaimana x menumbuk y dan pada akhirnya y terlindas ketika berbenturan dengan x. Warna kuning pada diagram di atas menunjukkan lindasan maksimal yang terjadi ketika proses berlangsung. Pada grafik berikutnya (Gambar 2.35) menunjukkan proses tumbukan yang berlangsung dengan mengambil garis pada sisi terluar objek yang berbenturan dan juga menunjukkan movement objek satu sama lain. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa terdapat lindasan maksimal di tengah proses benturan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya space paling besar di antara pertemuan x dan y.
Gambar 2.35 Diagram pergerakan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
27 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 2.36 Grafik volume pertemuan objek (x: hijau dan y: hitam) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Gambar di atas merupakan grafik volume pertemuan objek. Dari grafik tersebut dapat dikatakan bahwa setelah kedua objek berbenturan, keduanya saling bertemu yang mencapai pertemuan maksimal kemudian semakin lama semakin mengecil dengan hasil yang mana keduanya masih saling bertemu, pertemuan kedua objek tersebut berupa lindasan.Dapat disimpulkan, sifat dari lindasan ini adalah adanya unsur kuat dan lemah yang sangat mencolok. Istilahnya adalahnya siapa yang kuat dialah yang menang. Selain itu, juga terdapat overlapping antar objek sama seperti benturan dengan sistem menumpuk. Perbedaannya adalah salah satu objek tertindas (form yang tertindas tidak sama seperti form sebelumnya Pada akhirnya terdapat penemuan bahwa benturan atau tabrakan tidak hanya berakhir dengan sesuatu yang rusak, tetapi terdapat berbagai macam sistem seperti menumpuk, mendorong, menjalin, memantul dan melindas. Dari masingmasing sistem tersebut kemudian dibutuhkan suatu konteks (lingungan dan eksisting) yang didalamnya memiliki berbagai benturan dan kemudian sistem benturan tersebut diterapkan ke dalam konteks tersebut bersamaan dengan membenturkan sifat originalitas dan futuristik serta menjadikan sistem benturan sebagai tools dalam perancangan desain.
28 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
29
BAB III IMPLEMENTASI BENTURAN PADA DESAIN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang konteks atau pemilihan site, korelasi metode dengan site, konten yang akan digunakan dalam perancangan, korelasi metode, konten dan konteks serta
konsep atau penerapan metode ke dalam
desain.
3.1 Benturan pada Konteks 3.1.1 Benturan dalam Konteks Lingkungan Dalam pemilihan konteks saya mencari site yang mana site tersebut memiliki korelasi dengan metode yang saya gunakan yaitu, benturan. Site yang saya ambil adalah kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Di kawasan Kota Tua khususnya di taman Fatahillah, terdapat berbagai macam aktivitas yang terjadi. Aktivitas tersebut di antaranya adalah berjualan, nongkrong, foto, refreshing, belajar, street performing, bersepeda, komunitas dan lain sebagainya. Aktivitasaktivitas tersebut saling bertabrakan satu sama lain. Tujuan saya adalah saya akan menabrakkan aktivitas-aktivitas yang terdapat di kawasan Kota Tua dengan sistem yang saya dapat dari eksperimen.
Gambar 3.1 Suasana yang terjadi di taman Fatahillah Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014) Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan yang terkenal di Jakarta. Kawasan Kota Tua ini merupakan salah satu area yang sering dikunjungi oleh wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. Prinsip utama Kota Tua adalah sebagai area pariwisata, pendidikan, seni budaya dan sosial masyarakat. Kawasan Kota Tua memiliki
nilai
historis yang tinggi, dengan bangunan-
Universitas Indonesia Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
bangunan cagar budaya di dalamnya. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa prinsip dasar Kota Tua pun sebenarnya membenturkan aspek-aspek pariwisata, pendidikan, seni budaya, industri dan historis. Untuk mendapatkan hasil analisis yang maksimal saya mengikuti metode Diller dan Scofidio, yaitu temporary rightness. Caranya adalah dengan menempatkan diri kita sebagai pelaku dan seperti komposer, melakukan pengawasan secara ketat terhadap konteks secara temporer, sehingga hasil yang didapat akan tepat sasaran, tepat guna, dan menunjukkan suatu intisari keseharian budaya (Louis Welnthal:2011) Menurut guidelines Kota Tua yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, visi pengembangan kawasan ini berupa memori masa lalu, yang memberi fungsi baru bangunan cagar budaya
sebagai
museum,
industri
kreatif
dan
fungsi
campuran.
Gambar 3.2 Peta Kawasan Kota Tua Sumber: Ilustrasi kelompok Toko Merah PAI 5 (2013)
30 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar di atas merupakan ilustrasi benturan yang terjadi pada fungsi bangunan yang terdapat di kawasan Kota Tua. Pada gambar sebelah kiri dapat dilihat persebaran fungsi bangunan dengan penggolongan sebagai berikut, yaitu bangunan dengan fungsi pariwisata, bangunan dengan fungsi sebagai tempat perdagangan dan area pemukiman warga. Dapat dikatakan sebagian besar kawasan Kota Tua, sekarang digunakan sebagai kantor dan area perdagangan. Beberapa area bangunan cagar budaya yang memiliki nilai historis tinggi digunakan sebagai area pariwisata dengan fungsi, sebagai museum, multifunction building, restoran dan lain sebagainya. Namun, terdapat juga bangunan bersejarah yang difungsikan sebagai kantor dan perdagangan. Kawasan kota tua bukan hanya difungsikan sebagai area pariwisata saja, tetapi sekaligus dibenturkan dengan nilai historis, bisnis dan perdagangan. Gambar 3.4 bagian kiri menceritakan tentang tipe bangunan yang terdapat di kawasan Kota Tua, yaitu bangunan baru, bangunan lama dan bangunan lama yang belum difungsikan kembali.
Gambar 3.3 Peta Bagian Taman Fatahillah Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
31 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar di atas merupakan area benturan fungsi yang digunakan di kawasan Taman Fatahillah. Bagian yang berwarna merah merupakan bangunan yang difungsikan kembali sebagai museum. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, kawasan Kota Tua merupakan kawasan yang dilestarikan dengan membenturkan aspek pariwisata dan pendidikan maka terdapat beberapa museum di kawasan ini. Museum-museum tersebut antara lain, Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia. Bagian yang berwana kuning adalah kantor. Bagian yang berwarna orange adalah pusat jajanan atau kuliner, bagian berwarna biru adalah restoran dan bagian berwarna abu-abu adalah taman Fatahillah, yang mana terdapat berbagai macam aktivitas yang bertabrakan.
Gambar 3.4 Titik kepadatan di area Taman Fatahillah Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Gambar 3.6 merupakan titik kepadatan yang terdapat di area taman Fatahillah. Titik kepadatan maksimal terdapat tepat di taman Fatahillah. Di taman tersebut terdapat berbagai macam aktivitas, yaitu bersepeda, sekedar nongkrong, foto-foto, berjualan, atraksi pertunjukan, dan lain sebagainya. Gambar 3.7 dan 3.8 merupakan ilustrasi aktivitas-aktivitas di area Taman Fatahillah yang saling bertabrakan. Dapat dilihat dari ilustrasi di atas bahwa persebaran aktivitas yang terjadi tidak tertata. Misalnya, di bagian kanan taman Fatahillah terdapat
32 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
pengunjung yang sekedar nongkrong, pedagang, parodi, berfoto, bersepeda, makan dan lain sebagainya, sehingga taman Fatahillah terasa sesak oleh pengunjung dengan berbagai aktivitas yang dilakukan
Gambar 3.5 Kegiatan di area Taman Fatahillah Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.6 Kegiatan yang berbenturan di area Taman Fatahillah Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
. Sama halnya dengan sistem tabrakan yang saya temukan pada eksperimen, misalnya melindas dipengaruhi oleh kuat dan lemah, aktivitas yang berbenturan di Taman Fatahillah pun juga demikian. Kegiatan yang dikira
33 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
menarik perhatian pengunjung akan lebih diminati oleh pengunjung, kegiatankegiatan yang lainnya terlihat tidak menarik, sehingga kegiatan dengan minat pengunjung lebih banyak memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding yang lain.. Berikut gambar yang menggambarkan suasana keramaian dengan berbagai aktivitas yang terjadi di taman Fatahillah.
Gambar 3.9 Kegiatan yang berbenturan di area Taman Fatahillah Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
34 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
3.2 Bangunan Eksisting dalam Satu Lingkung Bangun Bangunan yang akan digunakan sebagai eksisting untuk mendesain sesuai dengan sistem benturan adalah Toko Merah. Toko Merah terletak di Jalan Kalibesar Timur nomor 11, Pinang Sinag, Tambora, Jakarta Barat. Alasan pemilihan Toko Merah adalah karena letaknya yang masih masuk di dalam area taman Fatahillah, namun kehadirannya seperti diabaikan. Toko Merah masih berdiri kokoh dengan kemegahan yang dimilikinya, namun keramaian yang terjadi hanya berada di taman Fatahillah saja. Hasil dari benturan seperti menumpuk, menjalin, mendorong, memantul dan menindas, membutuhkan ruangan yang tinggi dan luas, Toko Merah memenuhi kriteria tersebut dengan terdapat hall di tengah ruangan. Di area itulah sistem tabrakan akan diterapkan.
Gambar 3.8 Eksterior dan Interior Toko Merah Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014) Gambar di pojok kiri atas merupakan eksterior Toko Merah. Fasad bangunan Toko Merah terlihat mencolok dengan warna merah sebagai karakternya dan juga memiliki ciri khas berupa pintu dan jendela yang berukuran besar. Gambar lainnya adalah suasana interior Toko Merah. Interior bangunan bernuansa Belanda-China akibat pengaruh dari fungsi yang digunakan di masa lampau. Sekarang, Toko Merah memiliki fungsi sebagai gedung serbaguna untuk acara pernikahan, kongres, rapat dan lain sebagainya. Toko Merah dibangun di atas tanah rawa dengan kelembapan tinggi, sehingga struktur pondasi Toko Merah berupa kayu yang ditanam sekitar
35 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
kedalaman 13-20 meter sampai menyentuh tanah sedimen. Struktur utama bangunan ini adalah kayu, karena kayu merupakan komuditas utama Belanda pada masa itu. Pembangunannya adalah dengan memadukan bata dan kapur sebagai tembok dan kayu sebagai plat lantai. Tembok dibangun dengan bertahap dari lantai satu ke lantai berikutnya untuk kemudian dimasukkan balok penyangga terlebih dahulu di dalam tembok.
Gambar 3.9 Konstruksi Toko Merah Sumber: http://www.getty.edu/ telah diolah kembali (2014)
Gambar 3.10 Struktur Toko Merah Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Struktur yang menopang bangunan Toko Merah adalah kolom dengan ketebalan 50 sentimeter dan tinggi 6 meter. Kolom tersebut tidak terlalu terlihat dikarenakan memiliki ketebalan yang sama dengan dinding. Sehingga dalam hal ini disebutkan bahwa kolom-kolom membentuk dinding struktural yang sifatnya permanen.
36 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Toko Merah merupakan bangunan cagar budaya. Menurut Guidelines Kota Tua, masing-masing cagar budaya memiliki panduan khusus yang sesuai dengan karakter dari masing-masing kawasan. Toko Merah masuk dalam bangunan cagar budaya zona 2, Kota Tua. Pelestarian bangunan cagar budaya didasarkan pada UU No. 5 Tahun 1992 dan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 1999, yang menggolongkan bangunan cagar budaya menjadi 3 golongan yaitu, bangunan cagar budaya golongan A, golongan B dan golongan C. Toko Merah masuk dalam golongan A. Pemanfaatan intensitas bangunan di bangunan cagar budaya golongan A dimungkinkan sebatas tidak merubah tampak, selubung bangunan dan interior bangunan yang dilestarikan.
Gambar 3.11 Peraturan perubahan bangunan golangan A Sumber: Ilustrasi Kelompok Toko Merah PAI 5 Selain itu, Toko Merah termasuk di dalam lingkungan cagar budaya golongan I, di mana golongan ini merupakan golongan yang urgent untuk tetap dilestarikan.
Gambar 3.12 Peraturan perubahan bangunan golangan A Sumber: Ilustrasi Kelompok Toko Merah PAI 5,2013
37 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.13 Peraturan perubahan bangunan golangan A Sumber: Ilustrasi Kelompok Toko Merah PAI 5,2013 Pemanfaatan makro bangunan golongan I adalah untuk kegiatan campuran dan kegiatan seni budaya, seperti hotel, apartemen, retail yang bercampur dengan fungsi budaya. Pemanfaatan mikro golongan I adalah pada lantai dasar diutamakan untuk fungsi kegiatan yang berhubungan langsung dengan ruang publik, antara lain restoran, museum, galeri, retail, tempat hiburan dan tempat masuk bangunan seperti, hall, lobi dan lain sebagainya. Sedangkan pemanfaatan lantai atas adalah digunakan sebagai tempat kegiatan yang bersifat semi publik antara lain, museum, galeri, pendidikan dan budaya, perkantoran, hotel dan hunian terbatas.
3.2 Sistem Benturan dan Ruang yang Terbentuk Dari konteks di atas dapat disebutkan poin utama fungsi bangunan yang terdapat di Kota Tua adalah sebagai tempat pariwisata, pendidikan, budaya dan sosial masyarakat. Karakter utama yang dicitrakan di kawasan Kota Tua adalah hiburan, pendidikan, budaya, kuliner, industri kreatif dan sosial, karena mayoritas pengunjung
Kota
Tua
bertujuan
untuk
refreshing.
Kemudian,
saya
menggabungkan karakter Kota Tua dengan fungsi yang belum terdapat di kawasan kota tua. Untuk mendapatkan konten, saya menganalisa sistem pada hasil benturan untuk diterapkan ke dalam ruang.
38 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
"The casual use of social context is particularly deplorable in the study of design, which by its very nature, brings ideas and beliefs up against the material realitis of production" - Andrian Forty, Objects of Desire: Design and Society since 1750, 1986.
Gambar 3.14 Fungsi yang belum terdapat di kawasan Kota Tua Sumber: Ilustrasi pribadi (2014) Dari hasil eksperimen benturan didapatkan karakter-karakter yang dimiliki oleh masing-masing sistem benturan. Karakter-karakter tersebut kemudian diterjemahkan kembali sebagai program ruang seni pertunjukan.
3.2.1 Sistem Menumpuk dan Kaitannya dengan Ruang Karakter utama tumpukan adalah objek satu menumpuk objek yang lain. Objek x datang menuju objek y, keduanya bertemu kemudian saling bertumpuk. Istilah sederhananya datang, bertemu, kemudian menempel dan diam dalam waktu yang lama. Sehingga, ruang yang dapat diciptakan dari sistem benturan
Gambar 3.15 Diagram Tumpukan Sumber: Ilustrasi pribadi (2014)
39 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Karakter utama tumpukan adalah objek satu menumpuk objek yang lain. Objek x datang menuju objek y, keduanya bertemu kemudian saling bertumpuk. Istilah sederhananya datang, bertemu, kemudian menempel dan diam dalam waktu yang lama. Sehingga, ruang yang dapat diciptakan dari sistem benturan dengan hasil tumpukan adalah suatu ruang yang mana ruang tersebut dapat menumpuk aktivitas kemudian orang yang melakukan aktivitas di dalam ruang tersebut membutuhkan waktu yang lama. Misalnya, kegiatan menonton seni pertunjukan membutuhkan waktu yang cukup lama. Contoh kegiatan lain yang membutuhkan waktu yang lama yaitu makan, membaca buku dan lain sebagainya.
3.2.2 Sistem Mendorong dan Kaitannya dengan Ruang
Gambar 3.16 Diagram dan ilustrasi aktivitas Mendorong-Terdorong Sumber: Ilustrasi pribadi (2014) Karakter yang dimiliki oleh hasil benturan berupa mendorong-terdorong adalah adanya suatu pergeseran tempat. Pergeseran tersebut kemudian berakibat pada perpindahan dan perubahan posisi pada objek. Seperti pada gambar di atas, terjadi perubahan posisi pada kedua objek. Jika diterjemahkan ke dalam ruang berarti ruangan tersebut memiliki aktivitas yang berpindah. Yang menggambarkan aktivitas ini adalah kegiatan mengantri. Misalnya, mengantri dalam pertunjukan performance ketika lakon atau pemain bergantian memasuki stage. Contoh yang lainnya mengantri pesanan, tiket dan lain sebagainya.
3.2.3 Sistem Menjalin dan Kaitannya dengan Ruang Karakter yang terdapat pada benturan dengan sistem menjalin adalah objek x menumpuk objek y, namun ketika objek tersebut saling menumpuk terdapat part objek yang masuk ke part objek yang lain. Istilahnya, kedua objek
40 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.17 Diagram dan Ilustrasi Aktivitas Menjalin Sumber: Ilustrasi pribadi (2014) mengizinkan objek yang lainnya masuk ke dalam objek tersebut, hingga seolah terdapat jalinan di antara keduanya. Kedua objek tersebut saling bertemu dan kemudian saling membaur. Jika diterjemahkan ke dalam ruang, berarti ruangan tersebut dapat membaur atau berjalan beriringan. Contoh aktivitasnya misalnya pertunjukan dan menonton, memasak dan makan, dan lain sebagainya.
3.2.4 Sistem Memantul dan Kaitannya dengan Ruang Karakter yang dimiliki pada eksperimen benturan dengan hasil memantul adalah peristiwa datang dan pergi. Objek x datang menuju objek y, kemudian salah satu objek terpental. Terdapat titik temu yang terjadi sangat singkat. Jika diterjemahkan ke dalam ruang, ruang tersebut merupakan ruang yang digunakan beraktivitas dengan waktu sangat sebentar, misalnya ruang transisi atau ruang perpindahan. Selain itu, pantulan tidak memilki titik temu yang mana kedua objek berdiri sendiri.
Gambar 3.18 Diagram Memantul Sumber: Ilustrasi pribadi (2014)
41 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Jika diruangkan, aktivitas di dalam ruangan tersebut sifatnya berdiri sendiri, tidak bisa dicampur dengan aktivitas yang lain. Contoh yang lainnya adalah, ketika seseorang melihat suatu benda di pameran, museum atau galeri. Pengunjung tersebut memantulkan dirinya dari satu benda ke benda yang lain.
3.2.5 Sistem Melindas dan Kaitannya dengan Ruang Karakter yang dimiliki oleh benturan dengan hasil melindas atau adalah karakter kuat dan lemah yang sangat dominan. Objek yang kuat akan selalu menang, yang lemah akan tertindas dan rusak. Dapat dikatakan bahwa objek yang kuat lebih berkuasa dibandingkan objek yang lemah.
Gambar 3.19 Diagram dan ilustrasi aktivitas melindas Sumber: Ilustrasi pribadi (2014) Jika diterjemahkan ke dalam ruang, karakter melindas ini akan menciptakan ruang yang di dalamnya terdapat aktivitas yang memiliki sifat berkuasa, sehingga aktivitas-aktivitas yang lain akan kalah dengan aktivitas tersebut. Contohnya adalah suatu ruang yang tadinya restoran kemudian dapat dijadikan sebagai big event seperti acara pernikahan, pesta dan lain sebagainya. Dalam hal ini big event akan lebih urgent sehingga restoran lebih lemah, dan event di dalamnya berubah dari restoran menjadi big event.
3.3. Konten Berdasar Sistem Benturan dan Konteks Pada buku Toward a New Interior-An Anthology of Interior Design Theory oleh Louis Welnthal, dijelaskan bahwa metode pembuatan desain adalah sesuai dengan bagaimana konteks dari desain yang akan dibuat. Konteks yang dimaksud disini adalah penggabungan dari ritual (kegiatan yang dilakukan berulang-ulang),
42 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
budaya, aktifitas, domesticity (hal yang dekat dengan kita) dan teknologi. Hasil dari desain dengan metode ini adalah desain yang memiliki tujuan yang spesifik, beridentitas, berkarakter dan akan mempengaruhi nilai serta tingkah laku penggunanya. Penjabaran sistem hasil tabrakan di atas dan kaitannya dengan konteks, maka didapat beberapa poin-poin sebagai dasar konten, yaitu pertunjukan, makan (kuliner), museum, galeri dan big event. Dari poin-poin tersebut didapatlah konten yang akan saya gunakan untuk merancang, yaitu ruang seni pertunjukan. Menurut Herbert Read (dalam Kasim,2006), seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati itu. Sedangkan pertunjukkan merupakan suatu substansi dasar pagelaran di hadapan penonton. Konsep pertunjukan didapat dari karakterkarakter yang terdapat pada kawasan Kota Tua, seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Alasan utama pariwisata Kota Tua adalah ingin mempertunjukkan suasana Batavia Lama dengan peninggalan-peninggalan bersejarahnya, bangunan cagar budaya, hiburan dan kuliner. Selain itu, pariwisata, pendidikan dan budaya juga "dipertunjukkan" melalui museum-museum yang terdapat di kawasan ini. Budaya pun juga dipertunjukkan oleh para seniman
dengan aksinya sebagai street
performance di Taman Fatahillah.
3.3.1 Isu Futuris Ruang seni pertunjukan juga didapat berdasarkan isu di masa depan. Untuk mendapatkan isu masa depan saya mempelajarinya melalui beberapa film, yaitu film Star Trek into The Darkness (2013) dan Elysium (2013). Dari kedua film tersebut didapat bahwa aktivitas kegiatan di masa depan akan semakin meningkat. Kesibukan dan tingkat stress manusia berbanding lurus, sehingga semakin sibuk beraktivitas, tingkat stress manusia juga akan meningkat. Terlebih di masa mendatang diramalkan akan lebih banyak tekanan, seperti masalah global warming, kepadatan penduduk, konsumsi makanan, kebutuhan dan masih banyak
43 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
lagi. Maka dari itu, seni pertunjukan diharapkan dapat memberi hiburan untuk menurunkan tingkat stress manusia. Di masa sekarang peminat seni pertunjukan semakin berkurang, khususnya pertunjukan yang berbau tradisional. Semakin lama kesadaran akan pelestarian budaya semakin hilang di kalangan masyarakat kita. Apa yang akan terjadi di masa mendatang jika di masa sekarang, masyarakat tidak peduli dengan pelestarian budaya. Maka tujuan dari ruang seni pertunjukan ini juga untuk
Gambar 3.20 Suasana masa depan pada film Elysium Sumber: Film Elysium (2013) menghidupkan kembali kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian budaya, sehingga di masa mendatang, generasi penerus kita juga mengerti akan budaya yang kita miliki. Sisi positif yang terdapat di masa depan adalah kecanggihan teknologi. Kecanggihan teknologi ini juga saya gunakan sebagai dasar perancangan untuk mendukung ruang seni pertunjukan.
Gambar 3.21 Kecanggihan Teknologi pada film Star Trek Sumber: Film Star Trek into The Darkness (2013)
44 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
3.4 Konfigurasi Ruang Seni Pertunjukan Berdasar Sistem Benturan Seperti yang disebutkan di atas konten desain adalah ruang seni pertunjukan. Konten utama ruang seni pertunjukan yang akan dirancang di Toko Merah adalah pertunjukan yang mempertontonkan hiburan dan budaya melalui performance, kuliner sebagai penunjang performance serta pendidikan melalui museum dan galeri.
3.4.1 Pertunjukan 3.4.1.1 Jenis Pertunjukan Pertunjukan yang dimaksud pada bahasan ini merupakan seni pertunjukan. Seni pertunjukan atau performing art merupakan karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Biasanya melibatkan 4 unsur, yaitu waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan dibagi menjadi 3 bagian di antaranya, musik (vokal, instrumen
atau
gabungan
keduanya),
tari
(representasional
dan
non-
representasional) dan teater (dengan orang, boneka atau wayang sebagai dramatisasi) (Kasim:2006). Jenis pertunjukan yang akan dipertontonkan di Toko Merah adalah seni musik, seni tari dan seni teater yang nantinya berupa penggabungan antara seni tradisional dan seni modern. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seni musik merupakan seni menyusun suara sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan, terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat musik. Jaman dulu, manusia menyatakan perasaan takut dan gembira menggunakan musik. Di jaman sekarang mendengarkan musik merupakan hiburan yang menjadi tren di kalangan masyarakat. Seni tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan si pencipta (Hawkins: 1990). Seni tari memiliki kaitan dengan seni musik yang biasa disebut sebagai musik pengiring. Musik
45 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
pengiring tari membantu mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang disampaikan. Teater berasal dari kata Yunani, theatron (bahasa Inggris,Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Seni teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindak- tanduk pemain di atas pentas disebut acting.Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi. Karena aktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut aktor dan pemain wanita disebut aktris (Harymawan, 1993).
3.4.1.2 Tektonik Benturan Ruang Seni Pertunjukan Pertunjukan seni musik, seni tari dan seni teater juga memiliki karakter yang sama sepeti benturan. Pertunjukan-pertunjukan dapat saling memantul, saling menumpuk, saling menjalin dan saling menjali mendorong. Pertunjukanpertunjukan yang saling memantul berarti pertunjukan tersebut dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini pertunjukan musik berjalan sendiri tanpa ada ikatan dengan pertunjukan-pertunjukan lainnya dan sebaliknya, sehingga penonton juga hanya akan menonton seni pertunjukan saja. Pertunjukan seni yang saling menumpuk dan menjalin, berarti pertunjukan-pertunjukan dapat dimainkan secara bersamaan dan pertunjukan seni musik, tari dan teater saling mengisi satu sama lain menjadi satu kesatuan. Dalam suatu pertunjukan terdapat pergeseran dan perpindahan di mana pertunjukan seni satu mendorong pertunjukan seni yang lainnya, sehingga kedudukan
menjadi
saling
bergantian.
Dari
penjelasan
di
atas
saya
menerjemahkan ruang sesuai dengan benturan yang terjadi dalam bentuk potongan. Potongan tersebut bertujuan untuk membantu realisasi desain dan kualitas ruang.
46 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.22 Ilustrasi Pertunjukan yang saling memantul Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.23 Ilustrasi Pertunjukan yang saling menumpuk dan menjalin Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.24 Ilustrasi Pertunjukan yang saling mendorong dan bergeser Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.25 Ilustrasi Konsep Potongan Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
47 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Dari potongan tersebut, modelling dapat difungsikan sebagai pembagian ruang, leveling, skenario, stage dan furnitur.
3.4.1.3 Benturan Sifat Original-Futuristik Ruang Seni Pertunjukan Pada bagian ini akan dijelaskan original dan futuris masing-masing seni pertunjukan. Aspek-aspek original dan futuris kemudian dibenturkan untuk mendapat desain ruang seni pertunjukan yang baru. Gambar 3.31 merupakan foto pertunjukan seni musik dan seni tari di zaman dulu (kiri) dan sekarang (kanan). Foto sebelah kiri merupakan foto penari Gandrung keliling bersama gamelannya (foto diambil tahun 1910-1930), sedangkan foto sebelah kanan merupkana foto Sendratari Ramayana yang digelar di Garuda Wisnu Kencana (2013). Penari Gandrung keliling biasanya memiliki
Gambar 3.26 Pertunjukan Seni Tari dan Musik Sumber: //http:www.google.com/ (2014) anggota 1-3 orang penari, dan 4-5 pemain musik gamelan, mereka sering berkeliling dari satu desa ke desa lainnya. Berkeliling di hari-hari tertentu saja menurut tanggalan Jawa ataupun ketika sebuah desa mengalami panen (phesolo:2012). Sendratari Ramayana yang digelar di Garuda Wisnu Kencana difungsikan sebagai salah satu hiburan dan daya tarik pariwisata di Bali. Perbedaan pertama pertunjukan seni tari dulu dan sekarang adalah kedatangan. Pada tari Gandrung, para rombongan tari sengaja mendatangi suatu desa untuk acara tertentu, sedangkan pertunjukan seni tari sekarang penonton yang mendatangi pertunjukan tari.
48 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.27 Posisi pertunjukan seni tari dan musik (dulu) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.28 Posisi pertunjukan seni tari dan musik (sekarang) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Perbedaan yang kedua adalah letak. Pada tari Gandrung, letak penari berada di depan, pengiring tari berada tepat di belakang penari, dan penonton mengelilingi rombongan tari tersebut dan tidak terdapat panggung, penari, pemusik dan penonton berada pada posisi sejajar. Background penari dan pemusik ini adalah alam dan suasana desa.
Pada sendratari Ramayana, penari dan
pengiring berada di atas panggung. Penari berada di tengah panggung dan pemusik berada di samping panggung sedangkan penonton berada di depan penonton.
49 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.29 Pertunjukan Seni Teater Sumber: //http:www.google.com/ (2014) Gambar sebelah kiri foto merupakan rombongan wayang orang dengan pengiring musik gamelan, foto ini diambil di Jawa pada tahun 1910. Gambar sebelah kanan merupakan pertunjukan seni teater di masa sekarang sebagai media hiburan yang semakin sedikit peminatnya. sama halnya dengan pertunjukan seni tari dan seni musik, rombongan seni teater juga berkeliling dari desa ke desa. Para seniman yang berkeliling ini bukan semata-mata memamerkan seni, tetapi juga dimanfaatkan sebagai tujuan-tujuan politis ataupun sebagai alat masyarakat untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Sedangkan seni teater di masa sekarang dipertontonkan di gedung pertunjukan dan penonton yang mendatangi seni teater ini. Sama halnya dengan seni pertunjukan musik dan tari, letak juga merupakan hal yang membedakan pada deni pertunjukan teater. Pada wayang orang para lakon berada di tengah-tengah, pengiring musik berada di belakang dan penonton menontong secara berkeliling dari depan, samping dan belakang. Wayang keliling ini juga tidak beraksi di atas panggung. Lakon, pemusik dan penonton sejajar. Teater di masa sekarang dipertujukan di gedung pertunjukan khusus dengan panggung yang besar. Bedanya dengan seni musik dan tari, pengiring musIk pada seni teater ini berada di bawah panggung sambil melihat akting para lakon dan penonton berada di tribun penonton (di depan lakon dan pemusik).
50 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.30 Posisi pertunjukan seni teater (dulu) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.31 Posisi pertunjukan seni teater (dulu) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.32 Pertunjukan di masa modern dan masa depan Sumber: //http:www.google.com/ (2014) Gambar 3.32 di atas merupakan pertunjukan yang digemari masyarakat era modern yaitu menonton melalui televisi dan pertunjukan yang akan terjadi di masa depan, hologram. Masyarakat di masa sekarang lebih memilih menonton televisi dibandingkan menonton pertunjukan secara langsung. Alasannya adalah
51 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
melalui televisi, penonton dapat melihat pertunjukan lebih dekat dan lebih jelas. Hologram merupakan hasil kecanggihan teknologi. Ia merupakan sebuah tiruan benda yang kemudian dipancarkan melalui laser dan wujudnya menyerupai aslinya dengan bentuk tiga dimensi (3D). Dengan adanya hologram, manusia di masa datang dapat melihat pertunjukan yang seolah real.
Gambar 3.33 Ilustrasi pertunjukan di masa depan Sumber: Ilustrasi pribadi (2014)
3.4.2 Museum dan Galeri Museum berakar dari kata Latin “museion”, yaitu kuil untuk sembilan dewi Muse, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Dalam perkembangannya museion menjadi tempat kerja ahli-ahli pikir zaman Yunani kuno, seperti sekolahnya Pythagoras dan Plato. Dianggapnya tempat penyelidikan dan pendidikan filsafat sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian adalah tempat pembaktian diri terhadap ke sembilan Dewi Muse tadi. Lama kelamaan, gedung museum tersebut yang pada mulanya tempat pengumpulan benda-benda dan alat-alat yang diperlukan bagi penyelidikan ilmu dan kesenian, ada yang berubah menjadi tempat mengumpulkan benda-benda yang dianggap aneh. Sekarang, museum digunakan sebagai penunjang pendidikan dengan memamerkan seni dan warisan budaya (Direktorat Museum Inonesia,2010). Sama halnya dengan museum, galeri memiliki fungsi sebagai tempat koleksi dan
52 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
pameran. Namun, koleksi-koleksi yang terdapat pada galeri dapat dijual sedangkan di museum tidak.
3.4.2.1 Tektonik Benturan pada Museum dan Galeri Benturan yang terjadi pada museum dan galeri adalah tumpukan. Museum dan galeri memiliki fungi ruang yang hampir sama, namun berbeda. Kesamaan tersebut yang membuat museum dan galeri dapat ditumpuk.
Gambar 3.34 Ilustrasi tumpukan museum dan galeri Sumber: Ilustrasi pribadi (2014) Penumpukan museum di atas dan galeri di bawah, karena sifat dari museum yang lebih pusaka dan berharga. Sehingga letaknya berada di atas, semakin ke atas semakin istimewa.
Gambar 3.35 Ilustrasi pantulan museum galeri dan pengunjung Sumber: Ilustrasi pribadi (2014) Selain menumpuk, museum dan galeri juga memiliki karakter benturan berupa memantul. Memantul disini dilihat dari aktivitas pengunjung museum atau galeri. Cara pengunjung melihat karya dalam galeri/museum adalah dengan memantul, melihat karya satu kemudian melihat karya yang lain. Begitu seterusnya. Sama seperti salah satu hasil tabrakan yang memantul satu sisi.
53 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.36 Ilustrasi tektonik pantulan dan tumpukan Sumber: Ilustrasi pribadi (2014)
Gambar 3.37 Ilustrasi potongan konsep Sumber: Ilustrasi pribadi Gambar 3.37 merupakan tektonik dari pantulan dan tumpukan. Dari tektonik tersebut didapat bahwa pergerakan objek yang memantul dan menumpuk memiliki leveling, misalnya pada tumpukan objek x (yang menumpuk) bergerak semakin lama semakin ke atas, sama halnya dangan objek yang memantul. Hasil dari tektonik tersebut kemudian diterapkan ke dalam potongan konsep. Dari potongan konsep tersebut terlihat bahwa model dapat diterapkan sebagai pembagian ruang, leveling, dan alur. Selain itu model juga dapat dimanfaatkan sebagai media display.
3.4.2.2 Benturan Sifat Original-Futuristik Museum dan Galeri Seperti yang disebutkan di atas pada zaman dulu, fungsi museum adalah tempat penyelidikan, pendidikan dan tempat penyimpanan benda-benda sakral.
54 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Sekarang museum dan juga galeri digunakan sebagai pusat informasi, pendidikan dan hiburan dengan memamerkan ilmu, teknologi, warisan dan seni budaya.
Gambar 3.38 Museum dulu dan masa depan Sumber: //http:www.google.com/ (2014) Gambar sebelah kiri merupakan foto koleksi dari Bataviaasche Genootschap Van Kunsten en Watenschapen (museum pertama di Indonesia, sekarang Museum Nasional) pada tahun 1986, sedangkan foto sebelah kanan adalah foto museum yang dirancang untuk masa depan, museum dengan konsep conteiner for ideas. Mengungkap sejarah terbentuknya pikiran pada manusia di New York, Amerika. Perbedaan pertama adalah koleksi. Museum di masa lalu menyimpan berbagai macam koleksi di antaranya pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis; serta naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan (Direktorat Museum Inonesia,2010). Koleksi-koleksi tersebut didisplay di sebuah lemari kaca kemudian diletakkan berjajar. Koleksi museum rancangan masa depan berupa koleksi digital yang ditampilkan melalui layar digital. Selain itu juga terdapat museum virtual, dengan bantuan teknologi. Museum virtual ini dapat membawa pengunjung merasakan suasana yang sebenarnya (secara langsung), bukan hanya melihat display saja. Perbedaan kedua adalah pengunjung, museum di zaman dulu merupakan tempat penyimpanan atau tempat koleksi benda-benda yang dianggap penting dan tidak semua orang diperkenankan untuk masuk. Sedangkan museum di masa
55 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
mendatang, pengunjung dapat mendapat ilmu melalui informasi yang ditampilkan dalam bentuk digital serta juga merasakan museum virtual (merasakan langsung).
Gambar 3.39 Koleksi dan display museum dulu dan masa depan Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Dari penjabaran aspek origin dan futuris, didapatkan poin-poin yang dapat diterapkan pada museum dan galeri di Toko Merah. Penerapan tersebut berupa adanya koleksi asli dan suasana virtual, menggabungkan yang tradisional dan yang modern.
Gambar 3.40 Ilustrasi museum galeri di Toko Merah Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
3.4.3 Kuliner Kuliner yang akan diterapkan di Toko Merah adalah restoran A La Carte Restaurant dan cafe. Menurut Marsum (2001), ada beberapa klasifikasi restoran, yaitu:
56 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
A La Carte Restaurant
Adalah restoran yang telah mendapatkan ijin penuh untuk menjual makanan, lengkap dengan banyak variasi. Di mana konsumen bebas memilih sendiri makanan yang mereka kehendaki. Tiap-tiap makanan yang tersedia di restoran jenis ini memiliki harga tersendiri.
Cafetaria atau Café
Adalah restoran kecil yang mengutamakan penjualan kue, roti isi, kopi dan teh. Pilihan makanan terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.
3.3.3.1 Tektonik Benturan Tempat Makan dan Pertunjukan
Gambar 3.41 Ilustrasi tumpukan tempat makan dan pertunjukan Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Tempat makan yang akan dirancang di Toko Merah bertujuan untuk mendukung pertunjukan seni (performing art), sehingga jika tujuan pengunjung adalah untuk makan, maka pengunjung makan sambil melihat pertunjukan, dan sebaliknya jika pengunjung datang ingin menonton pertunjukan, maka pengunjung dapat menonton sambil makan, makan dan menonton menjadi saling melengkapi.
Gambar 3.42 Ilustrasi tektonik tumpukan Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
57 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.43 Ilustrasi potongan konsep Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Dari analisa tektonik didapat poin-poin untuk kemudian diterapkan ke dalam potongan konsep. Dari potongan tersebut terlihat bahwa model dapat digunakan sebagai pembagian ruang, levelling, dan furniture.
3.4.3.2 Benturan Sifat Original-Futuris Tempat Mekan
Gambar 3.44 Tempat makan dulu dan masa depan Sumber: //http:www.google.com Foto sebelah kiri adalah Kedirie Aloon Aloon (Javaansche Restaurantie). Begitulah orang Belanda menyebut pedagang makanan lesehan yang berjualan di bawah pohon yang teduh dan rindang di Alun Alun Kediri pada tahun 1900-an. Foto sebelah kanan merupakan restoran modern dimana pengunjung memesan
58 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
menu melalui tablet yang ditempatkan di atas meja, dan makanan disajikan oleh pelayan. Perbedaannya, pada pedagang makanan lesehan jaman dulu, pengunjung datang kemudian duduk dan memesan makanan dengan menunjuk makanannya, kemudian pengunjung melihat bagaimana proses pembuatan makanan oleh si pemasak. Sedangkan pada restoran modern, pengunjung datang kemudian duduk manis di tempat yang sediakan sambil memilih menu makanan yang ditampilkan melalui tablet. Pengunjung tidak melihat proses pembuatan makanan berlangsung karena makanan dimasak di sebuah dapur. Kemudian, pelayan yang akan mengantarkan makanan ke pengunjung.
Gambar 3.45 Ilustrasi posisi tempat makan (dulu) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.46 Ilustrasi posisi tempat makan (modern) Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Tempat makan yang akan saya rancang di Toko Merah merupakan gabungan dari poin-poin origin dan futuris yang sudah dijabarkan. Pengunjung dapat memesan makanan melalui hologram yang akan ditampilkan di masingmasing meja makan. Hologram tersebut akan memberikan bentuk asli tiga
59 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
dimensi makanan yang sebenarnya. Memasak pun juga akan dijadikan sebagai atraksi melalui video, sehingga pengunjung juga dapat melihat proses pemasakan.
Gambar 3.47 Ilustrasi tempat makan masa depan Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
3.4.4 Big Event Big Event merupakan suatu acara yang memiliki karakter kuat, seperti pesta, acara pernikahan dan lain sebagainya. Ketika big event sedang berlangsung, kegiatan-kegiatan lain dihentikan atau tetap ada, namun dalam arti mendukung keberlangsungan acara big event. Misalnya, ketika sedang terdapat acara pernikahan, restoran dan pertunjukan tutup. Namun, tetap terdapat dalam acara pernikahan sebagai pendukung acara pernikahan. Restoran untuk menjamu tamu undangan dan pertunjukan untuk menghibur tamu undangan.
3.4.4.1 Tektonik Benturan Big Event dengan Ruang Lainnya Dalam hasil eksperimen benturan, big event memiliki karakter yang sama dengan melindas. Objek yang melindas memiliki kekuatan yang jauh lebih besar, sehingga ia dapat merusak atau menyingkirkan objek yang lain, big event juga memiliki sifat yang sedemikian.
Gambar 3.48 Ilustrasi aktivitas yang terlindas Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
60 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.49 Ilustrasi potongan konsep Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Dari potongan tersebut terlihat bahwa model juga dapat difungsikan sebagai pengalaman ruang, pembagian ruang, leveling, dan furniture.
3.5 Aplikasi Modelling dalam Ruang Benturan 3.5.1 Pembagian Ruang Berdasarkan Benturan
Gambar 3.50 Diagram Pembagian Ruang Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
61 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.51 Diagram Pembagian Ruang Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Modelling yang berupa segitiga framing bukan hanya diterapkan sebagai eksperimen saja, tetapi juga diterapkan dalam proses pembagian ruang sesuai dengan sistem yang didapat dari eksperimen benturan dan analisa tektonik yang sudah dijelaskan di atas. Diagram ruang tersebut disesuaikan dengan sifat yang dimiliki oleh masing-masing ruangan, seperti pertunjukan dan tempat makan yang memiliki sifat menumpuk dan menjalin, museum dan galeri yang memiliki sifat menumpuk dan lain sebagainya. Dari diagram tersebut, saya mendapatkan volume penumpukan yang kemudian saya terapkan ke dalam form.
3.5.2 Penemuan Form Benturan Dalam membuat form pada desain, saya menggunakan karakter-karakter yang terdapat dalam hasil ekserimen benturan. Hasil yang paling sering didapat pada eksperimen adalah, tumpukan, jalinan dan pantulan. Ketiga karakter tersebut juga didapat ketika modelling diterapkan untuk melihat kedekatan ruang.
62 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Gambar 3.52 Diagram penemuan form Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) "Form is not merely a manifestation of optical illusion, not neutral, but initiated by linguistic and institutional relationships " - Peter Eisenmen, Diagram Diaries,2005. Form kemudian bukan hanya berupa frame saja, tetapi beberapa dari frame diisi oleh sebuah bidang. Bidang tersebut kemudian diberi warna merah transparan dan kuning transparan. Warna merah dan kuning diambil dari warna utama yang dimiliki oleh Toko Merah. Warna merah melambangkan kebaikan dan keberuntungan dan warna kuning menghasilkan yin dan yang, pusat dari segala sesuatu (makna warna pada budaya Cina). Selain itu, penambahan warna merah dan kuning transparan untuk menambah kesan permainan tabrakan secara visual, ketika warna kuning bertabrakan dengan warna merah, warna yang dihasilkan berupa warna orange. "Colors especially plays a significant role in bringing new identity to interior through a minimal amount of material." - Louis Welnthal, Toward a New Interior-An Anthology of Interior Design Theory, 2011 “Colours
give the eye pleasure, but
that
pleasure is
purely
sensory”__Jean-Jacques Rousseau, Discourses and Essay on the Origins of Language, 1986
63 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
3.5.3 Penerapan Form pada Sistem Benturan 3.5.3.1 Form sebagai Atraksi Pertunjukan Mapping
Gambar 3.53 Diagram video mapping Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
Gambar 3.54 Diagram pergerakan video mapping Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
64 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Forming yang dapat diterapkan secara terbangun adalah forming dari eksperimen benturan dengan hasil. menumpuk dan menjalin, sedangkan benturan dengan hasil menggeser dan memantul tidak dapat diaplikasikan, karena sifatnya yang terus bergerak. Maka dari itu, saya menerapkan pergerakan tersebut melalui video mapping. Bukan hanya menggeser dan memantul saja, tetapi hasil benturan yang lain seperti menumpuk dan menjalin juga dapat diterapkan. Video mapping merupakan hasil teknologi modern yang diterapkan pada pertunjukan melalui pengaturan cahaya yang dihasilkan melalui laser. Video mapping ini akan menyesuaikan framing pada form kemudian bergerak sesuai dengan tabrakan yang terjadi. Video mapping ini bertujuan agar arsitekturnya juga bertabrakkan, bukan hanya visual, tetapi dirasakan secara langsung. Selain itu, video mapping ini merupakan background dari pertunjukan seni, sehingga video mapping ini akan mengiringi pertunjukan seni yang juga menyesuaikan dengan karakter tabrakan seperti memantul, menggeser dan menumpuk.
3.3.5.2 Form sebagai Benturan Lighting
Gambar 3.55 Diagram lighting pada form Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014)
65 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Forming juga diterapkan pada lighting. Lighting tersebut ada 2 macam, yaitu lighting untuk menambah kualitas ruang melalui lampu LED dan lighting untuk mendukung pertunjukan melalui lampu spotlight.
3.3.4.2 Form sebagai Pendukung Objek Benturan
Gambar 3.56 Forming pada funitur Sumber: Ilustrasi Pribadi (2014) Diagram-diagram di atas merupakan explanation dan analyze penerapan hasil dari eksperimen benturan dengan mengaitkan konteks, karakter Toko Merah, konten dan original-futuris. Diagram merupakan bagian dari anteriority, suatu evolusi untuk membentuk kualitas interior (Peter Eisenman:2005). Dengan mengaitkan berbagai unsur di atas, saya dapat merancang ruang pertunjukan yang baru dengan hasil eksperimen tabrakan. Kesan pertama tabrakan adalah sesuatu yang mengerikan, karena sering dikaitkan dengan kecelakaan. Namun, Ternyata dengan metode tabrakan atau benturan ini menghasilkan desain yang cukup menarik dengan fungsi-fungsi ruang yang memiliki sistem tabrakan hingga akhirnya memberi kualitas dengan sendirinya.
66 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
67
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Tabrakan atau benturan merupakan fenomena yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari, misalnya kecelakaan, benda yang pecah dan lain sebagainya. Kesan pertama melihat tabrakan atau benturan adalah benturan akan merubah bentuk, merusak dan sangat memberikan dampak pada benda yang sedang berbenturan. Kemudian saya melakukan riset berupa eksperimen benturan dengan membenturkan modelling yang
didapat dari karakter benturan dan
karakter drawing saya. Dari eksperimen tersebut, saya mendapatkan bermacammacam sistem benturan, yaitu menumpuk, mendorong, memantul, menjalin dan melindas. Semua hasil benturan tersebut merupakan dampak dari tabrakan. Bukan hasil akhirnya yang dilihat, tetapi sistem yang terdapat pada hasil eksperimen tersebut. Masing-masing sistem benturan tersebut memiliki karakteristik yang kemudian menghasilkan konigurasi ruang seni pertunjukan. Hasilnya, terdapat penumpukan ruang dan fungsi/kegiatan ruang pada hasil penerjemahan ruang dari sistem tabrakan menumpuk (resto-cafe-performing,museum-galeri), terdapat ruang yang aktivitasnya saling memantul hasil dari sistem pantulan (seni pertunjukan teater-musik-tari,pengunjung-museum-galeri), terdapat ruang yang saling membaur dan mendukung aktivitas satu sama lain walau aktivitasnya berbeda hasil dari benturan dengan sistem menjalin (pertunjukan-tempat makanmuseum-galeri), terdapat ruang yang di dalamnya terdapat pergeseran aktivitas hasil dari benturan dengan sistem menggeser dan hasil dari sistem menindas adalah terdapat aktivitas yang sifatnya lebih mendominasi, sehingga aktivitas yang lain dihilangkan atau untuk mendukung kebutuhan aktivitas yang lebih dominan tersebut (big event, pesta, dan lain sebagainya).
Universitas Indonesia Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Eisenman, Peter. 2005.
Diagram Diaries.
New York: Universe, Eisenman
Digitale. Forty, Adrian. 1986. Objects of Desire: Design and Society since 1750. London: Thames&Hudson. Weinthal, Lois. 2011. Toward A New Interior: An Anthology of Interior Design Theory. New York: Princeton Architectural Press. Pickard, Quantine. 2002. Architect's Handbook. UK: Blackwell Science. Jean-Jacques Rousseau, 1986. Discources and Essay on the Original of Language,trans. New York. Preston, Julianna dan Taylor, Mark. 2006. INTIMUS: Interior Design Theory Reader. Stoner, Jill. 2012. Towards a Minor Architecture. United States: MIT Press. Hawkins, Alma M.
1990. Mencipta Lewat Tari. Terj. Y Sumandiyohadi.
Yogyakarta: ISI Yogyakarta. Kanginan, Marthen. 2006. Fisika. Jakarta: Erlangga. Kasim Achmad, 2006. Mengenal Teater Tradisional di Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Marsum, WA. 2001. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta: Andi. Muttaqin, dkk. 2008. Musik Klasik. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Penyusun. Guidelines Kota Tua. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Daerah Khusus Ibukota. Penyusun. Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia. Jakarta: Direktorat Museum Indonesia Setiawati, Rahmida. 2008. Seni Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Santosa, dkk. 2008. Seni Teater. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
68 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN Denah Interior
69 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
70 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
71 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
72 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Potongan Interior
73 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
74 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
75 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
Perspektif Ruang
76 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
77 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia
78 Fragment configuration…., Fidyani Samantha, FT UI, 2014
Universitas Indonesia