1
UNIVERSITAS INDONESIA FENOMENA DAKWAH MELALUI BUDAYA POPULER STUDI KASUS: MAJELIS TAKLIM NURUL MUSTHOFA
JURNAL
DHIRGO KUSUMO ADI NPM. 0806467111
PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA JAKARTA DESEMBER 2015
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
2
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
3
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
4
Dhirgo Kusumo Adi Afdol Tharik Wastono Program studi Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia
Abstrak Indonesia merupakan Negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia. Para ulama pastinya memiliki gaya tersendiri dalam berdakwah. Berbagai media digunakan sebagai alat untuk mendukung kelancaran proses penyebaran ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut. Makalah ini membahas fenomena dakwah melalui budaya popular dalam studi kasus terhadap Majelis Taklim Nurul Musthofa pimpinan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf di Jakarta Selatan. Habib Hasan adalah keturunan Alawiyin, pengemban tugas suci, mengajarkan agama pada setiap umat muslim. Gaya pengajarannya yang fenomenal yaitu berdakwah dengan cara-cara budaya popular sangatlah disenangi jama’ahnya yang kebanyakan kaum muda. Kata kunci: Budaya Populer; Habib Hasan; Nurul Musthofa.
Abstract Indonesia is the largest muslim population country in the world. The Priest has their own way in preaching. Many media used during the process of distribute Muhammad’s taught about Islam. This paper discuss about the preaching phenomenon through popular culture in case of Taklim Nurul Musthofa, lead by Habib Hasan bin Ja’far Assegaf in South Jakarta. Habib Hasan descendant of Alawiyin, Spread and teaching islam to every muslim. His teaching style is very different from the other priest because he using popular culture and many young muslim fascinated with his style and attend his study. Keyword: Habib Hasan; Nurul Musthofa; popular Culture.
1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia. Para ulama pastinya memiliki gaya tersendiri dalam berdakwah. Berbagai media digunakan
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
5
sebagai alat untuk mendukung kelancaran proses penyebaran ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut. Sebagai contoh, Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam melalui kesenian wayang dan hal tersebut sukses menarik minat masyarakat untuk mempelajari agama ini. Oleh karena itu, apa pun media dakwah yang digunakan bukanlah suatu masalah, karena hal terpenting adalah tersampaikannya ajaran Islam dengan baik sehingga syarakat dapat menerapkan nilainilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi, media dakwah bukan lagi dilakukan dengan cara-cara konvensional namun berupa budaya populer. Dakwah tidak selalu
dilakukan melalui
pengajian rutin di dalam sebuah mesjid, dimana ada guru yang menjelaskan kitab tertentu dan murid hanya mendengarkan ceramah. Dewasa ini, dakwah bisa dilakukan dengan cara-cara populer seperti konvoi, publikasi melalui media massa, bahkan melalui pembuatan album bernafas islam berisi lagu-lagu religi, qasidah, zikir ataupun wirid. Dengan demikian, penyebaran nilai-nilai Islam bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dakwah melalui budaya populer merupakan sesuatu yang unik dimana terdapat kolaborasi antara kreativitas dan pemeliharaan nilai-nilai Islam. Di satu sisi, para ulama harus bisa mencari cara kreatif untuk mengajak masyarakat agar tertarik mendalami agama Islam, namun di sisi lain para ulama tersebut juga harus tetap menjaga nilai-nilai Islam meskipun cara dakwah yang digunakan berbeda dari biasanya. Dakwah jenis ini banyak dilakukan oleh berbagai majelis taklim salah satunya Nurul Musthofa. Melalui budaya populer, majelis tersebut sekarang telah memiliki banyak pengikut. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai media dakwah melalui budaya populer dengan studi kasus Majelis Taklim Nurul Musthofa. Penelitian ini akan membahas dua masalah pokok terkait dengan penyebaran ajaran Islam melalui budaya populer, yaitu: -
Media dakwah apa saja yang digunakan Majelis Taklim Nurul Musthofa dalam menyebarkan ajaran Islam?
-
Bagaimana dampak penggunaan media dakwah tersebut terhadap masyarakat?
2. TINJAUAN TEORITIS Teori yang penulis gunakan adalah teori budaya populer yang dikemukakan oleh John Storey. Dalam buku berjudul Cultural Theory and Popular Culture, Storey menyebutkan bahwa “popular culture is mass-produced commercial culture, whereas high culture is the result of an individual act of creation”. Berdasarkan pendapat ini, budaya populer memang
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
6
bersifat komersil dan merupakan kreativitas individu. Dakwah yang dilakukan Nurul Musthofa merupakan terobosan baru dari dakwah konvensional sehingga kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai budaya populer.
3. Metode Penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif atau penelitian lapangan yang bersifat deskriptif, yaitu menemukan secara spesifik dan realistis tentang sesuatu hal yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat dengan mendeskripsikan sesuatu hal yang berlaku atau terjadi pada saat ini (Mardalis, 1990: 26-28).
Selain studi lapangan, penulis juga
memperoleh data sekunder melalui kajian pustaka melalui buku, skripsi, maupun artikel dari internet yang berhubungan dengan dakwah serta budaya populer. Salah satu penelitian yang berkaitan dengan Majelis Taklim Nurul musthofa yaitu skripsi mengenai peran sentral Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf. Penulis menjadikan penelitian tersebut sebagai acuan dan perbandingan untuk mempermudah penelitian di bidang yang sama. Adapun topik penelitian penulis yaitu mengenai media dakwah Majelis Taklim Nurul Musthofa melalui budaya populer memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Elvita (2010) Irma Elvita melakukan penelitian berjudul Peranan Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf Terhadap Aktivitas Majelis Taklim Nurul Musthofa Di Ciganjur, Jakarta Selatan. Dalam skripsinya, Elvita menjelaskan tentang peranan sentral dari Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf dalam aktivitas majelis serta pengaruhnya terhadap masyarakat Betawi. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf adalah tokoh sentral, pemimpin majelis. dan guru spiritual. Dalam bidang sosial, Habib Hasan berperan sebagai tokoh masyarakat, sementara dalam hal pengajaran Islam, Habib Hasan lebih mengutamakan segi-segi batin daripada pelaksanaan ibadah lahir. Adapun pendirian majelis taklim ini menjadi landasan utama lancarnya asimilasi dan integrasi pembauran fisik dan kultural dengan masyarakat Betawi.
4. PEMBAHASAN Kehidupan Majelis Taklim Nurul Musthofa 4.1 Asal Usul Majelis Nurul Musthofa Ilmu pengetahuan Islam mulai berkembang pada masa kekhalifahan Bani Abbas tahun 750-1258 M. Dibentuknya Bani Abbas yang turun temurun mewariskan kekhalifahan. Hal ini
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
7
menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam karena sebagian dari mereka bersikeras menyatakan bahwa khalifah harus dari keturunann Nabi. Akibat perpecahan ini banyak terjadi pembunuhan dan banyak orang masuk tahanan. Melihat kekacauan ini, akhirnya Ahmad Bin Isa Bin Muhammad Bin Ali Bin Ja’far Bin Muhammad Bin Ali Bin AlHusain r.a memutuskan untuk hijrah dari Basrah ke Hadramaut untuk memelihara keturunannya dari kesesatan. Keturunan dari Ahmad Bin Isa yang tinggal di Hadramaut dinamakan Alawiyin yang diambil dari nama cucunya Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa. Sebenarnya semua keturunan Al-Hasan dan Al-Husain juga disebut sebagai Alawiyin meskipun garis keturunannya bukan dari Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa. Sebagai contoh, keluarga Al-Qadiri dan Al-Qudsi yang tinggal di Indonesia merupakan Alawiyin namun bukan dari garis keturunan Alwi Bin Ubaidillah. Kalangan Alawiyin di Hadramaut harus menerima kenyataan bahwa sebagian besar penduduk disana merupakan abadhiyun yang membenci Sayidina Ali Bin Abi Thalib. Hal tersebut merupakan suatu bentuk undang-undang kesukuan yang bertentangan dengan agama Islam. Dalam keadaan seperti ini Alawiyin mencoba menjalankan tugas suci dengan mengadakan tabligh, mendirikan perpustakaan, membangun pesantren dan juga mesjid. Alawiyin rela tinggal di lembah tandus demi menjalankan tugas suci tersebut. Alawiyin tidak hanya bergerak di bidang pendidikan namun berkiprah di panggung politik. Alawiyin yang sebelumnya bermazhab “ahli bait” ini mulai memperoleh sukses dalam menghadapi abadhiyun setelah Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Bin Ubaidillah melaksanakan suatu kompromi dengan memilih mazhab Syafi’i. Mulai saat itulah tugas suci Alawiyin dalam menyebarkan agama Islam mulai menyeberang ke Afrika Timur, India, Malaysia, Thailand, Cina, Filipina, dan juga Indonesia. Alawiyin di Indonesia juga menjalankan tugas suci dengan memberikan pendidikan Islam. Perjuangan Alawiyin sempat terhambat karena kedatangan Bangsa Belanda. Dengan berbagai tipu muslihat, Belanda mampu menguasai Indonesia dan keadaan ekonominya mulai berkembang pesat. Pada saat yang bersamaan, Bangsa Belanda berpikir bahwa Alawiyin merupakan pelopor dalam hal perang maupun agama. Keberadaan Alawiyin membuat resah pemerintah Belanda sehingga mereka memutuskan bahwa Alawiyin dilarang tinggal di pedalaman pulau Jawa. Oleh karena itu, Alawiyin berpindah dari pedalaman ke bandar-bandar pinggir laut dan salah satunya Jakarta. 4.2 Tokoh Organisasi
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
8
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam perjalanan Nurul Musthofa adalah Habib Hasan bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syeckh bin Segaf bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi bin Ahmad bin Alwi bin Syeckh Abdurrahman Segaf bin Muhammad Mauladawilaih bin Ali bin Alwi Guyur bin (Al-Faqihil Muqaddam) Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Marbath bin Ali Gholi Ghosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin (AlMuhajir) Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Husain Assibit bin Syaidina Ali KWH dan Syaidatuna Fatimah Az-Zahra Al-Batul binti Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir di Keramat Empang Bogor, 26 Februari 1977. Guru mengaji beliau di waktu kecil untuk mengenal huruf adalah Syaikh Usman Baraja, sementara guru bahasa Arabnya adalah Syaikh Abdul Qadir Ba’salamah, dan beliau belajar nahwu-shorof kepada Syaikh Ahmad Bafadhal. Beliau beraktifitas seperti layaknya anak-anak lain namun ketika beranjak dewasa beliau mulai sering menyambut tamu-tamu mulia yaitu para alim ulama dan mendapatkan doa-doa dari mereka. Habib Hasan belajar agama di salah satu pesantren di Malang yaitu Darul Hadist AlFaqihiyah. Setelah selesai menuntut ilmu di Malang, beliau memutuskan untuk belajar bersama para alim ulama yang berada di Jakarta. Selama setahun beliau tidak keluar rumah kecuali berziarah ke makam kakeknya Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Attas. Dalam kurun waktu satu tahun ini, beliau menghabiskan waktunya di kamar untuk bersyukur dan bertafakur kepada Allah guna mengamalkan ilmu yang diajarkan oleh guru-gurunya. Beliau mendapat bisyarah (petunjuk) untuk mengajarkan ilmu Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW. Cobaan terus berdatangan dalam perjalanan beliau mensyiarkan Islam. Ujian semakin berat ketika beliau ditinggal oleh ayahandanya yaitu Habib Ja’far bin Umar Assegaf. Tahun demi tahun berlalu dan muridnya pun semakin bertambah menjadi ratusan orang. Bahkan tahun 2005 jumlah jama’ahnya sudah mencapai 15.000 orang. Dari sinilah Habib Hasan membentuk sebuah perkumpulan bernama Majelis Nurul Musthofa yang mulai mendirikan gedung khusus (Istana Segaf) untuk kegiatan ta’lim pada tahun 2007. Bertempat di jalan RM.Kahfi, Cilandak, Jakarta Selatan.
4.3 Pusat Kegiatan Majelis
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
9
Kegiatan Majelis Nurul Musthofa berjalan sejak Senin sampai Ahad ba’da maghrib yang dihadiri sekitar 300 sampai 400 jama’ah. Berikut merupakan agenda dakwah Majelis Nurul Musthofa: No
Hari
Kegiatan
1
Ahad Pembacaan kitab Syarah Ainiyah karya Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas
2
Senin Pembacaan Safinatun Najah diikuti dengan ziarah ke makam Habib Kuncung
di Kalibata 3
Selasa Pembacaan shalawat dan kitab Riyadus Shalihin
4
Rabu Pembacaan nama-nama Nabi SAW dengan qasidahan
5
Kamis Pembacaan Dalailul Khairat dan kitab Arba’in Nawawi dan diteruskan ziarah
ke makam Habib Salim bin Thaha Al-Haddad 6
Jumat Pembacaan kitab Aqidatul Awam
7
Sabtu Habib Hasan menggerakkan jama’ahnya untuk mengikuti majelis taklim yang
berpindah-pindah sesuai undangan. Majelis Nurul Musthofa yang didirikan oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf ini adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah. Selanjutnya di tahun 2001 – 2002, Majelis Nurul Musthofa kedatangan para ulama Saudi yang mengijazahkan pembacaan Alquran, zikir-zikir, nasehat agama, dan bentuk ibadah lainnya. Majelis Nurul Mushtofa mulai berpindah tempat dari rumah ke masjid-masjid pada tahun 2003. Setahun kemudian jamaah majelis tersebut mulai berkembang pesat dari yang ratusan menjadi ribuan. Pada tahun 2005, Majelis Nurul Musthofa mengokokohkan Yayasan Nurul Musthofa yang diketuai oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dan mendapat izin resmi dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI). Nurul Musthofa mulai melebarkan sayap dakwahnya hingga ke 250 masjid di Jakarta. Syiar Majelis Nurul Musthofa diterima oleh semua kalangan. 4.4 Metode Dakwah Melalui Budaya Populer Nurul Musthofa merupakan majelis taklim yang menerapkan dakwah melalui budaya populer. Adapun sederet metode dakwah yang digunakan majelis tersebut disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kita dapat melihat bahwa majlis ini memiliki website resmi berisi informasi lengkap tentang berita-berita Nurul Musthofa. Selain itu majelis ini juga memiliki akun jejaring sosial yang kerapkali memberikan info seputar kegiatan-kegiatan Nurul Musthofa. Album kompilasi berisi lagu-lagu qasidah, shalawat, wirid, dan lain-lain pun bisa kita peroleh melalui majelis ini.
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
10
Budaya populer merupakan kreasi dari budaya konvensional. Hal ini sejalan dengan pendapat John Storey yang telah penulis sebutkan pada bab sebelumnya yaitu budaya-budaya yang sarat akan unsur komersialitas namun mampu menciptakan inovasi. Ulama konvensional mungkin tidak terpikir untuk menggunakan teknologi masa kini sebagai salah satu media dakwah, namun Majelis Nurul Musthofa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menggemakan syiar Islam. Metode dakwah bukanlah sesuatu yang monoton namun bergantung pada individu atau tokoh-tokoh organisasi di dalamnya. Adapun yang paling populer dilakukan majelis ini adalah konvoi sebelum pengajian. Inti dari rutinitas pengajian adalah zikir, shalawat, doa, dan pembacaan kitab-kitab agama. Rutinitas seperti ini pun bisa kita temui di Majelis Nurul Musthofa. Pengajian Majelis Nurul Musthofa diawali dengan pembacaan shalawat dan qasidah seraya menunggu kedatangan Habib, kemudian dilanjutkan dengan ceramah, doa, dan ziarah. Ada satu ritual unik yang penulis temukan dalam perkumpulan ini yaitu permadani terbang. Apabila Habib sudah selesai ceramah, nantinya akan ada empat orang pengurus majelis yang memegang ujung selendang (disebut sebagai permadani), kemudian mereka berjalan tanpa henti mengelilingi jama’ah. Pada saat ritual dilakukan biasanya para jama’ah memberikan infaq seikhlasnya dengan menaruh/melempar uang di selendang tersebut (anak majelis mengibaratkannya seperti lempar jumrah dalam ritual haji). 4.5 Dampak Penggunaan Media Dakwah Suatu inovasi pasti menuai pro dan kontra. Fakta ini juga berlaku terhadap Majelis Nurul Musthofa. Dakwah melalui budaya populer di satu sisi mampu menarik minat ribuan umat sehingga majelis ini ramai dikunjungi jama’ah, namun di sisi lain terdapat beberapa pihak yang merasa terganggu dengan dakwah Majelis Nurul Musthofa. Meskipun demikian, dakwah melalui budaya populer terus dijalankan oleh majelis tersebut tanpa sedikitpun ada niat untuk meresahkan pihak tertentu. Intinya dakwah ditujukan untuk mensyiarkan agama Islam dana agar umat Islam bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah. Majelis Nurul Musthofa hingga kini sudah memiliki ribuan jama’ah. Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yang merupakaan pendiri yayasan tersebut berupaya meyakinkan anak-anak muda bahwa menghabiskan malam Minggu di majelis taklim itu tidak membosankan. Konvoi yang digunakan sebagai salah satu media dakwah nyatanya sukses menarik minat kalangan muda untuk mengahadiri pengajian. Dengan demikian, dakwah dikemas secara menarik namun tidak merusak nilai-nilai Islam. Pengajian Majelis Nurul Musthofa pernah mengundang komentar negatif dari masyarakat. Kasus ini juga pernah dimuat di surat kabar nasional. Masyarakat merasa
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
11
terganggu dengan pengajian Majelis Nurul Musthofa karena menyebabkan kemacetan hal ini disebabkan karena pihak majelis tidak koordinasi dengan polri. Metode dakwah majelis tersebut jelas melibatkan masyarakat luas dan berhubungan dengan ketertiban umum. Oleh karena itulah, membludaknya jama’ah terkadang menjadi gangguan tersendiri bagi pihak lain yang hendak melintas di kawasan pengajian Nurul Musthofa ini.
5. KESIMPULAN Majelis Taklim Nurul Musthofa didirikan oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pada tahun 2000. Pendirian majelis ini merupakan salah satu pelaksanaan tugas suci yang telah lama dilakukan oleh Alawiyin. Alawiyin berusaha untuk memberikan pendidikan Islam yang layak bagi semua umat muslim. Berdasarkan hal ini, didirikanlah Majelis Nurul Musthofa yang merupakan salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah. Metode yang digunakan adalah konvoi, jejaring sosial, album kompilasi. Dakwah melalui budaya populer ini sukses menarik minat umat Islam khususnya anak muda. Kesuksesan ini terbukti dengan jumlah jama’ah Nurul Musthofa yang hingga kini sudah mencapai angka 50.000 orang. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa budaya populer merupakan cara yang efektif dan berperan penting dalam pengemasan syiar Islam. Masyarakat pernah merasa dirugikan dengan keberadaan Majelis Nurul Musthofa. Banyaknya jama’ah Majelis Nurul Musthofa menyebabkan terjadinya kemacetan. Hal tersebut jelas mengundang berbagai kritik dari masyarakat karena merasa terganggu. Selain itu, polri juga menyayangkan kejadian semacam ini karena pihak Nurul Musthofa sendiri tidak berkoordinasi dengan polri. Seharusnya hal-hal seperti ini bisa diminimalisir dengan jalan komunikasi antara kedua belah pihak.
6. DAFTAR PUSTAKA 1. Elvita, Irma. 2010. Peranan Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf Terhadap Aktivitas Majelis Taklim Nurul Mushtofa Di Ciganjur, Jakarta Selatan. Depok: FIB UI. 2. Pengelola Donatur Nurul Musthofa. Juni 2012. Kumpulan Sholawat Nabi Majelis Nurul Musthofa. 3. Mardalis. 1990. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 4. Storey, John. 2009. Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction. New York: Longman. Website:
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015
12
1. Asal Usul Majelis Nurul Musthofa, artikel dalam www.nurulmusthofa.org (diakses pada Minggu, 27 November 2011, pukul 20.03). 2. Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, artikel dalam www.majalah-alkisah.com (diakses pada Minggu, 27 November 2011, pukul 20.27). 3. Malam Minggu Bersama Habib, artikel dalam www.majalah.tempointeraktif.com (diakses pada Minggu, 27 November 2011, pukul20.43). 4. Nurul
Musthofa
Tak
Koordinasi
Dengan
Polri,
artikel
dalam
www.megapolitan.kompas.com (diakses pada Minggu, 27 November 2011, pukul 20.36).
Fenomena dakwah…, Dhirgo Kusumo Adi, FIB UI, 2015