kejahatan ( hukum publik ) dan tata tertib masyarakat yang berkaitan dengan ekonomi ( hukum privat/sipil)
UNDANG UNDANG ADAT TANJAB TIMUR Undang undang Adat Tanjung Jabung timur bermuara dari undang undang Adat Propinsi Jambi, yang memuat aturan aturan hukum adat istiadat yang berlaku di Tanjung Jabung Timur khusus mengatur ketentuan mengenai hukum adat. Istilah ini tidak tidak dikenal oleh kalangan masayarakat adat. Masyarakat adat hanya mengenal hukum pidana adat dengan istilah “ kesalahan “ atau “ salah “ dan “ Sumbang “ untuk menyatakan perbuatan salah dan sumbang yang bertentangan dengan nilai hukum adat. Ada dua bentuk kesalahan atau sumbang, yaitu kesalahan kecil atau sumbang kecil dan kesalahan besar atau sumbang besar. Kesalahan kecil atau sumbang kecil apabila perbuatan tersebut hanya mengakibat kerugian terhadap seseorang atau beberapa orang ( keluarga atau kerabat ) , kesalahan besar atau sumbang besar apabila perbuatan dimaksud merupakan kejahatan yang mengakibatkan kerugian dan mengganggu keseimbangan masyarakat adat secara keseluruhan. Aturan aturan hukum pidana adat tersebut sudah dikenal oleh masyarakat adat sejak dari nenek moyang jauh sebelum Belanda datang ke negeri kita ini. Jenis jenis aturan hukum adat, oleh masyarakat adat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dikenal dengan undang nan ( yang ) dua puluh. Secara sistimatika hukum adat itu dibagi dua bagian yaitu “ pucuk undang nan delapan “ dan “ anak undang nan dua belas ”, keduanya mengatur bentuk
Sistematika dan rumusan normanya adalah dari undang undang nan duapuluhtersebut adalah sebagai berikut :
I.
Pucuk undang nan delapan terdiri dari : 1. Dago dagi Maksudnya adalah segala bentuk perbuatan yang melanggar kepentingan orang ramai ( bersama/ umum) sehingga menimbulkan kekecauan dalam negeri. 2. Sumbang- salah Maksudnya adalah melakukan perbuatan yang menurut pendapat umum dipandang sebagai perbuatan yang tercela karena tidak layak. 3. Samun – sakai Maksudnya adalah mengambil harta orang lain dengan paksa disertai penganiayaan dan pengrusakan harta benda orang yang bersangkutan. 4. Upas – racun Maksudnya adalah melakukan pembunuhan dengan menggunakan ramuan yang disebut racun atau istilah lainnya, akibatnya orang yang terkena racun menderita sakit yang lama sebelum meninggal, sedangkan yang terkena upas biasanya mati seketika.
5. Siuk bakar Maksudnya adalah perbuatan sengajamembakar kampung, rumah, pertanian atau kebun.
dengan ladang
6. Tipu – tepok Maksudnya adalah tindakkan orang yang untuk memperoleh sesuatu barang atau suatu keadaan yang menguntungkan dirinya dengan cara tipu daya dan bujuk rayu. 7. Maling – curi Maksudnya adalah mengambil barang kepunyaan orang lain dengan maksud hendak memiliki tanpa setahu pemiliknya baik pada waktu siang hari maupun dimalam hari. 8. Tikam - bunuh Maksudnya adalah melakukan kekerasan terhadap orang lain dengan menggunakan senjata tajamatau alat lainnya sehingga mengakibatkan kematian.
II.
Anak undang nan dua belas terdiri dari : 1. Lebam – balu ditepung tawar Maksudnya adalah orang yang menyakiti fisik/badan orang lain yang berkewajiban mengobatinya sampai sembuh dan baik kembali sampai hilang bekasnya. 2. Luka – lekih dipampas Maksudnya adalah barang siapa yang melakuai badan/fisik orang lain dihukum membayar pampas yang dapat dibedakan atas tiga (tiga) kategori yaitu :
a. Luka rendah : pampasannya adalah seekor ayam, segantang beras,dan kelapa setali /dua buah b. Luka tinggi : pampasannya adalah seekor kambing dan 20 (dua puluh) gantang beras. c. Luka parah : pampasannya dihitung selengan separoh bangun yaitu 2 ekor kambing atau 1 ekor sapi 40 gantang beras. 3. Mati dibangun. Maksudnya adalah barang siapa membunuh orang lain dihukum membayar bangun berupa 1 ekor kerbau, 100 ( seratus ) gantang beras dan 1 kayu kain putih 30 yard. 4. Samun, Maksudnya adalah merampas milik orang lain dengan paksa, biasanya dilakukan dipinggir pinggir perkampungan atau tempat terpencil, penyamun ini bila ketahuan orangnya harus dihukum adat, pedomani anak undang nan dua belas nomor 2 dan 3. 5. Salah makan diludah, Salah bawak dikembalikan, Salah pakai diluruskan, Maksudnya adalah siapa yang telah berbuat sesuatu yang akibatnya menimbulkan kerugian ia wajib mengantikannya atau membayar senilai kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatannya. 6. Hutang kecil dilunasi,
Hutang besar diangsur, Maksudnya adalah apabila seseorang berhutang maka ia wajib melunasinya kalau jumlah hutangnya kecil maka dilunasi sekaligus, bila hutangnya besar maka harus diangsur / dicicil. Dalam hal hutang piutang ini yang memberikan hutang dan orang yang berhutang hendaklah membuat perjanjian diatas kertas tentang kapan akan dilunasi hutang tersebut. 7. Golok gadai timbang lalu. Maksudnya adalah harta atau sesuatu barang yang diserahkan kepada orang lain sebagai jaminan hutang, akan pindah kepemilikannya apabila sudah lewat waktu yang dijanjikan.
lebih tinggi kedudukannya , maka dihukum dengan 1 ekor kambing, 20 gantang beras dan 20 buah kelapa. 10. Menempuh nan bersamo, Mengungkai nan berebo, Maksudnya adalah memasuki suatu tempat atau memanjat yang ada tanda larangannya berupa pagar atau tanda khusus. Perbuatan ini dihukum dengan 1 ekor ayam, 1 gantang beras dan kelapa 2 buah.
8. Tegak mengintai lenggang, Duduk menanti kelam, Tegak berdua bergandeng dua Salah bujang dengan gadis dikawinkan. Maksudnya adalah pergaulan orang bujang dengan seorang gadis yang diduga kuat telah melanggar adat dan memberi malu keluarga dan kampung tanpa sisik siang harus dikawinkan.
11. Meminang diatas pinang, Menawar diatas tawar. Maksudnya adalah apabila seseorang gadis apabila sudah dipinang dan sudah jelas pinangannya itu diterima, maka status gadis tunangan orang itu tidak boleh dipinang lagi orang lain. Pelanggaran ketentuan ini dihukum satu ekor kambing dan 20 gantang beras serta mengembalikan antaran pihak lelaki kalau dalam pinangan telah mengantar tanda sebanyak 2 kali lipat dari antaran. Bila pihak lelaki yang melanggar maka apa yang telah diantar menjadi hangus/ hilang dan menjadi milik si gadis.
9. Memekik mengentam tanah, Menggulung lengan baju, Menyingsing kaki celana. Maksudnya adalah menentang orang untuk berkelahi, kalau yang ditantang itu orang biasa hukummannya adalah 1 ekor ayam, 1 gantang beras, dan 2 buah kelapa. Jika yang ditantang itu
12. Umo berkandang siang. Ternak berkandang malam, Maksudnya adalah para petani harus menjaga umo ( sawah ) atau tanamannya pada siang hari. Bagi yang punya kerbau atau ternak harus mengurungnya / dimasukkan kedalam kandang pada malam hari. Apabila tanaman petani dimakan
atau dirusak oleh ternak tersebut pada waktu siang hari maka pemilik ternak tidak dapat dituntut mengganti kerugian, tetapi apabila terjadi pada malam hari pemilik ternak harus mermbayar ganti rugi senilai tanaman yang dimakan atau dirusak oleh ternaknya karena dianggap lalai tidak memasukkan ternaknya kedalam kandang.
III.
Untuk mendapatkan pimpinan yang diinginkan, diadakan pemilihan yang diatur dengan syarat syarat tertentu, didalam pantun Melayu berbunyi : Banyaklah temu dijabut orang Temu berpilin batangnya rapat Banyaklah ilmu dituntut orang Ilmu memimpin jarang didapat.
Kepemimpinan dalam masyarakat Adat. 1. Pengertian : Kepemimpinan dalam masyarakat adat disebut “ berjenjang naik bertangga turun “ mekanisme kepemimpinan dalam masyarakat ini ada hubungannya dengan jenjang / tata susunan pemerintahan ibarat anak tangga, tata urutannya dari bawah keatas dan dari atas kebawah secara teratur, ketentuan ini merupakan mekanisme dalam menampung aspirasi dan keinginan dari rakyat yang disampaikan kepada atasan menurut alur seperti jenjang anak tangga, secara bertingkat artinya setiap keputusan yang dibuat oleh pemimpin adat itu adalah merupakan apa yang diinginkan dari bawah, kesepakatan yang telah dibuat dari bawah, sedangkan pimpinan pada hakekatnya hanya memberikan ketetapan / memutuskannya, kepempmpinan ini mencerminkan kepemimpinan yang sangat demokratis, sehingga setiap keputusan yang dibuat dan ditetapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat, pengaturan yang demikian juga tercermin dalam tata cara penghidupan dan kehidupan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat.
Adapun sebutan pimpinan dalam masyarakat hukum adat adalah sebagai berikut : a. Tengganai Tengganai adalah saudara laki laki dari suami istri, sebutan tengganai ada dua bagian : 1. Tengganai dalam yaitu saudara laki laki dari pihak istri. 2. Tengganai luar yaitu saudara laki laki suami. Tengganai berhak dan berkewajiban menyusun yang silang, menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang keruh segala hal hal yang terjadi dalam keluarga yang dipimpinnya. Tengganai juga berkewajiban membentengkan dada, memagar betis, bertumpuh ditempat tajam, berdada ditempat hangat, mencincang putus, memakan habis dasn bertanggung jawab penuh dalam keluarga. b. Tua Tengganai Tua tengganai adalah orang tua tua dari sekumpulan tengganai tengganai dari keluarga dalam dusun/kampung/desa/Kelurahan. Tua tengganai berkewajiban mengarahkan mengajum, tukang tarik dan ulur menyelesaikan yang kusut, mengajum anak
pinak, cupak dengan gantang, kerak dengan kudung, makan habis, mamancung mutus dalam kampung yang bersangkutan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tua tengganai selalu berpedoman kepada “ adat langkawi pusaka lazim, adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah “ c. Datuk datuk Datuk datuk merupakan gabungan tua tua tengganai dalam satu wilayah yang terdapat dalam kampung/dusun/desa/kelurahan. Tugas dan kewajiban datuk datuk adalah mengarah, mengajum, menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang keruh, menarik mengulur, memakan habis, memancung putus bagi setiap persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh tua tua tengganai. Dalam melaksanakan tugas dan mengambil keputusan demi terciptanya kerukunan dan ketenangan dalam masyarakat selalu diambil jalan musyawarah untuk muifakat seperti pepatah adat “ bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat “ disamping itu datuk datuk juga berperan “ kayu gedang dalam negeri “ daunnya rimbun tempat berteduh, batangnya besar tempat bersandar, pergi tempat bertanya, balik tempat mengabarkan berita” menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat dalam wilayahnya melalui “ arah ajum, kusut menguasai, silang mematut, keruh menjernihkan “ Adapun kewenangannya dalam adat disebutkan “ berkata dulu sepatah, berjalan dulu selangkah, memakan habis, memancung putus “ kesemuanya tersebut diatas selalu dilandasi dengan musyawarah mufakat
yang selalu digunakan dengan acuan seperti kata pepatah adat “ bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat “ 2. Hak dan kewajiban pimpinan dan yang dipimpin. Dalam pengaturan jenjang kepemimpinan, ditentukan kedudukan dari pemimpin dengan yang dipimpin serta kewenangan yang ada padanya, seperti yang ada dikatakan dalam bahasa adat : 1.
Anak sekata Bapak ( anak dipimpin oleh Bapak )
2.
Kemenakan sekata paman (keponakan dipimpin oleh paman )
3.
Istri sekata suami ( istri dipimpin oleh suami )
4.
Rumah sekata tengganai ( rumah dipimpin oleh tengganai )
5.
Luak/dusun sekata Penghulu ( luak/dusun dipimpin Penghulu )
6.
Kampung sekata tua ( kampung dipimpin oleh para tua tua yang ada dikampung tersebut )
7.
Negeri sekata batin ( negeri dipimpin oleh Pasirah )
8.
Rantau sekata jenang ( Rantau/ Kabupaten dipimpin oleh jenang/ Bupati)
Pemimpin dipercaya hendak binasa Keris dipinggang ngamuk diri.
9.
Alam sekata Raja ( Kerajaan / Negara dipimpin oleh Raja/ Presiden )
( pemimpin ini dipercaya tapi ia membuka rahasia yang seharusnya dirahasiakannya )
3. Larangan yang tidak boleh dimiliki pemimpin Peran pemimpin dalam masyarakat adat mempunyai kedudukan yang sangat penting. Menjadi panutan bagi masyarakat, berwibawa dan dipatuhi, maka menurut ketentuan adatada beberapa hal yang tidak boleh dimiliki dan dilarang serta tidak boleh mempunyai watak buruk, sifat sifat atau perangai atau perilaku yang dilarang sebagaimana dikatakan dalam bahasa adat : 1. Burung kecil juling matanya ( orang yang selalu mencari kesalahan orang lain dan diceritakannya kemana mana ) 2. Burung gedang besar suara ( pemimpin yang punya sifat ini lain kata dengan perbuatannya, tidak konsisten dalam perbuatannya. Pantun Melayu mengatakan : “ Lain pulut lain padi. Lain dimulut lain dihati “ 3. Titian galing dalam negeri. ( pemimpin yang tidak mempunyai pendirian, sering ingkar janji ) 4. Cincin tembaga dari suasa. Manis dipandang dijari kiri
5. Pagar makan tanaman ( orang yang dipercaya seharusnya memelihara kepercayaan itu tetapi justru sebaliknya merusak kepercayaan yang diberikan ) 6. Piawang mecah timba ( orang yang seharusnya memelihara malah merusak ) 7. Teluk pengusut Rantau ( datuk datuk yang dituakan dikampung membiarkan persoalan kecil menjadi besar ) 8. Orang tua berlaku budak ( orang tua kelakuannya seperti anak anak tidak punya malu ) 9. Malin tidak sekitab ( Kaum ulama berselisih paham sehingga masyarakat dibuat bingung ) 10. Cerdik tidak seandika ( Para cendekiawan berbeda pendapat akibatnya menjadi rusak )
Adapun persyaratan untuk menjadi pemimpin dengan sepuluh larangan yang harus depegang oleh pimpinan masyarakat adat dengan harapan agar pimpinan itu benar benar dapat dipercaya, bersih dan tidak memiliki watak watak yang buruk oleh karena apabila pimpinan telah benar benar dan memenuhi persyaratan tersebut maka pimpinan itu akan dicintai oleh masyarakatnya, diikuti, berwibawa dan menjadi panutan dalam kehidupan masyarakat, inilah dinamakan pemimpin bertuah, sebagaimana pantun Melayu mengatakan : Apa tanda kain yang basah Lipat benangnya beragi – ragi Apa tanda pemimpin bertuah Rakyatnya senang padipun menjagdi Setiap keputusan atau hukuman yang dijatuhkan haruslah hukum yang adil, hukum bagi rakyat adalah neraca untuk alat menimbang atau mengukur tentang salah atau benar sesuatuperbuatan dalam masyarakat, oleh karena itu rakyat melalui msyawarah datuk datuk, tua tua tengganai, alim ulama dan cerdik pandai berhak untuk menolak atau menerima suatu keputusan, terutama bagi keputusan yang bertentangan dengan kepentingan rakyat. Dalam bahasa adat disebutkan “ raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah “ Oleh sebab itu persyaratan tentang pimpinan dalam masyarakat adat sangat ketat, apalagi pimpinan tersebut harus tumbuh dari bawah, dalam bahasa adat mengatakan “ tumbuh karena ditanam, tinggi karena dianjung, gedang karena dilambuk, mulia karena dihormati, bukan cucur ( jatuh ) dari langit, tidak tumbuh dari bumi. Seorang pimpinan itu “ bercakap dulu sepatah, berjalan dulu selangkah, makan habis ,mencincang mutus” oleh karenanya
pimpinan itu harus memiliki watak “ kalau berfikir tidak sekali sudah, berunding tidak sekali putus, cukup dengan sisik siangnya, sebab seorang pemimpin itu adalah “ kayu gedang ditengah padang, daunnya rindang tempat berteduh, dahannya banyak tempat bergantung, banirnya lebar tempat bersandar, akatnya kuat tempat bersila, pergi tempat bertanya, balik tempat mengabarkan berita “ 4.
SELUKE ADAT TANJUNG JABUNG TIMUR DAN UNGKAPAN DALAM PERGAULAN HIDUP SEHARI HARI SEBAGAI PEDOMAN UNTUK MELAKSANAKAN ADAT DAN HUKUM ADAT. Musim elok ketike baik, Teluk tenang, Rantau selesai, Padi disawah telah menjadi, Ke air bubu lah penuh dengan ikan, Kedarat jeratpun lah kene, Balek kerumah durian lah runtuh, Naik kerumah bini lah melahirkan, Kedapur lemanglah masak, Rumput mude kerbaunye gemuk, Air jernih ikannye jinak, Beduk berbunyi suraupun sesak, Mesjidpun penuh, Ape yang dikehendak ade tersedie Ape dicinte apepun buleh, Bibir tersungging senyum, Para nak dare tertawe gelak,
Lelap kemalingan, lupe ketinggalan, Berumah, bertangge, berjamban bertepian, Pergi pagi balek malam, Sayang dengan bini ditinggal tinggal, Sayang ke anak dilepas lepaskan, Beternak berkandang malam, Behume berkandang siang, Beriring berkawalan, betali betijak tijakan, Beketuk bertalu talu, Kandang empat sebeban tige sedepe, Berparemban berteras dalam, Besokong antare so, Bepengebat ikat akar sebasau, Tetukik tijak lalu naik, Tersalah tijak lalu turun, Tepekik, terpikau, Cundung mate orang ramai, Ayam putih terbang siang, Hinggap dikayu meranggas, Jelas pulak kukoknye, Ayam hitam terbang malam, Hinggap dirumpun pandan, ngukok bunyinye, Salah hukum penghulu dipecat, Tidak dihukum penghulu dipecat, Lain yang berkotek, lain pulak yang bertelur,
Bertirai api berbantal tumang, Berkelambu asap, berkain basah, Berbadan litak, berbaju peluh, Mulai dari depan sampai kedapur balai bertanak, Lapok li berganti li, Patah puar jelupung tumbuh, Bak napoh diujung tanjung, Ilang sikok berganti sikok. Kempas dulu beliung dulu, Kempas kini beliung kini, Sekali air dalam sekali pulau beralih, Sekali tanjung putus namun tepiah tetaplah disane, Parang tercakuk ke tunggul, Tunggul lapuk barulah parang terjatuh, Bagai aur ke dengan tebing, Tebing sayang ke aur, Aur sayang ke tebing, Tebing runtuh aur ikut terbawak, Mudek serentak satang, Ke ilir serengkuh dayung, Berbiduk biduk selantai bersame, Segendang seirame, Hati kuman same dicecah, Hati gajah same dilapah, Datar seperti lantai kulit, Licin seperti dinding bemban,
Dimakan kutuk bise kawi, Terseruduk ke balai panjang, Bungkuk pinggang, Terpijak arang hitam tapak, Terpijak galah panjang bungkuk pinggang, Jauh tidak terulang, Dekat tidak ditinjau, Jauh diulang dekat ditinjau,
Menohok kawan seiring, Menggunting dalam lipatan, Telunjuk lurus kelingking berkait, Lain dimulut lain dihati, Merengkuh tunggul dihadapan, Menyembelih menampung darah, Mengulu ulu dikampung penghulu, Meraje reje dikampung raje, Lebih lantai daripada bendul, Besar pasak dari tiang, Kacak lengan bagaikan lengan, Kacak betis bagaikan betis, Tepuk dade tanye selere, Selarik bendul ditepi, Ico pakai selingkung bendul dirumah, Larang dengan pantang, Rumah berpagar adat, Tepian berpagar bahase, Negeri berpagar undang, Becupak bergantang, Ber hakam ber hukum, Ruas berketak, ketak berbuku, Penat berhenti, petang bermalam, Berjalan melintang tapak, Bekate melintang pusake,
5.