Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
UJI DAYA ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaemfera galanga L.) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Trichophyton verrucosum SECARA IN VITRO (Antifungal Effect of Kencur Tuber (Kaemfera galanga L.) Ethanol Extract on Mold Trichophyton verrucosum by In Vitro Test) DJAENUDIN GHOLIB Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No.30, Bogor 16114
ABSTRACT Kencur tuber extract (Kaemfera galanga L.) was extracted by mean of maceration using 96% ethanol as solution, was studied on its antifungal effect on dermatophyte mold Trichophyton verrucosum using dilution method. The extract for this study was diluted into 0.25, 0.5, 1 and 2%. The results revealed that Minimal Inhibition Concentration (MIC) was 1%. Phytochemical analysis of the extract showed that it contains the compound of alkaloid group, saponin, tannin, flavonoid, fenolic and glicosid. Key Words: Kaemfera galanga, Ethanol Extract, Trichophyton verrucosum, In vitro ABSTRAK Ekstrak kencur (Kaemfera galanga L.) dibuat dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, dan diuji efek antifunginya terhadap kapang dermatofit Trichophyton verrucosum dengan uji dilusi. Konsentrasi pengenceran untuk uji ini adalah 0,25; 0,5; 1 dan 2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) adalah 1%. Hasil penapisan fitokimia dari ekstrak kencur diketahui mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenolik dan glikosida. Kata Kunci: Kaemfera galanga, Ekstrak Etanol, Trichophyton verrucosum, In vitro
PENDAHULUAN Sumber kekayaan Indonesia terutama tanaman, akhir-akhir ini menarik untuk digali dan digunakan dalam kesehatan baik pada manusia atau hewan. Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Zaire. Di hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga dan diperkirakan 3.689 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat. Dari sejumlah tanaman obat tersebut menurut Ditjen POM sebanyak 283 spesies tumbuhan obat telah digunakan dalam industri obat tradisional (DJAUHARIYA dan HERNANI, 2004). Diantara tumbuhan obat tersebut yang menarik untuk dikembangkan adalah rimpang kencur (Kaemfera galanga L.) dari famili Zingiberaceae. Rimpang ini sudah umum digunakan sebagai rempah-rempah dalam memasak atau membuat makanan dan mudah
didapat serta harganya murah (SURATMAN, et al., 1999). Tanaman ini mempunyai khasiat sebagai antifungi. Penelitian sebelumnya tanaman dari familia Zingiberaceae, yaitu Jahe putih (Zingiber officinale varietas amarum), Jahe merah (Zingiber officinale varietas rubrum), Lengkuas putih (Alpinia galanga (L.) Willd.), dan Lengkuas merah (Alpinia galanga (L.) Swartz), dan rimpang Kencur (Kaemfera galanga L.) telah menunjukkan efek antifungi terhadap kapang dermatofit Trichophyton mentagrophytes, masing-masing dengan nilai KHM berturut-turut 0,30; 0,30; 1,5; 1,28 dan 0,15% (SORTA, 2008; HONEY, 2007; LENI, 2007; TUTIK, 2007; SEPTYA, 2008). Menurut TEWTRAKUL et al. (2005), ekstrak air suling rimpang kencur mengandung ethylp-methoxycinnamate, methylcinnamate, carvone, eucalyptol dan pentadecane, dan telah dilaporkan sebagai anti fungi dalam pengujian in vitro baik terhadap kapang dermatofit
865
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
maupun Candida albicans. Jamur terakhir ini menyebabkan penyakit kandidiasis, yaitu keputihan pada wanita dan sariawan pada bayi. Ekstrak etanol rimpang kencur juga mempunyai efek daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan ekstrak air panas mempunyai efek daya hambat terhadap bakteri Escheria coli (TEWTRAKUL et al., 2005). Jenis fungi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan antara lain kapang dermatofit Trichophyton verrucosum yang menyebabkan penyakit ringworm pada hewan terutama sapi. Indonesia mempunyai iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan berbagai jamur. Sehingga kasus mikosis pada hewan atau manusia menjadi penting untuk diperhatikan. Ringworm merupakan salah satu penyakit mikosis yang umum terjadi pada ternak dan hewan lainnya. Infeksi terjadi pada bagian permukaan tubuh seperti kulit, kuku, rambut atau tanduk, karena jaringan tersebut mengandung zat keratin yang diperlukan oleh dermatofit untuk pertumbuhannya. Berbagai obat sintesis dari zat kimia telah ditemukan dan digunakan untuk pengobatan penyakit ini. Sebagai contoh adalah griseofulvin dan ampoterisin. Sebelumnya banyak senyawa zat kimia yang digunakan bensuldazic acid 0,5 – 1% senyawa sulfur, kalium sulfat, senyawa mercury (mercuric cloride /sublimat), mercury ammonia, phenyl mercuric nitrate), copper (sebagai sulfat, asetat, oleat dan sebagainya), silver nitrate, alumuniun nitrat, senyawa antimon, selenium sulphide, iodine (elemen atau iodides), kalium permanganate, dan borax. Adapun senyawa organik, yang digunakan adalah alkohol, asam asetat, asam propionat, asam kaprilat, asam undesilenat, asam oleinat, asam benzoat, dan salisilat, tannin, ter (dalam air atau salep), chrysarobin, podophyllin, dan zat warna gentiana violet dan carbolfuchsin. Di bidang veteriner, zat yang sama juga dianjurkan penggunaannya antara lain, oli, lard (lemak babi), sabun (soft soap) dicampur sulfur, iodine, atau copper oleate dianjurkan penggunaannya, mercury biniodide (HgI2), silver nitrate di dalam parafin lunak (AINSWORTH, 1986). Obat-obat baru yang terdiri dari ketokoazol, mikonazol, klotrimazol dalam bentuk krim dilaporkan efektif untuk pengobatan ringworm pada manusia dan hewan (JAWETZ et al., 1996). Akhir-akhir ini
866
ada kecenderungan pengobatan dengan menggunakan bahan alami, terutama yang berasal dari tanaman, hal ini didasari dengan alasan potensi kekayaan alami dalam negeri yang perlu digali, sehingga mudah didapat dan murah. Selain itu obat sintesis yang memang harganya mahal, juga efek samping yang relatif merugikan (WINARTO, 2007). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antifungi ekstrak rimpang kencur dengan pelarut etanol 96% terhadap kapang dermatofit T. verrucosum. MATERI DAN METODE Bahan penelitian terdiri dari ekstrak etanol rimpang kencur, media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan kapang dermatofit Trichophyton verrucosum yang berasal dari kasus ringworm sapi perah di Sukabumi (GHOLIB et al., 2009). Pengujian dilakukan secara in vitro dengan metode dilusi yang dilakukan di Bbalitvet sedangkan analisa fitokimia dilakukan di Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat). Prinsip uji ini adalah pencampuran bahan antimikroba dalam hal ini ekstrak etanol kencur dengan mikroba uji, yaitu Trichophyton verrucosum di dalam media agar Sabouraud. Hasil uji ini adalah berupa ada atau tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba. Pengerjaan uji ini meliputi pembuatan media agar Sabouraud (Sabouraud Dextro Agar/SDA), yaitu dengan cara melarutkan media Sabouraud sebanyak 65 gram ke dalam 1 liter akuades dalam gelas Erlenmeyer. Larutan dipanaskan sampai menjadi jernih dan dipindahkan ke botol Schott, lalu disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit. Media siap untuk digunakan untuk pengujian dan biakan jamur. Ekstrak yang diuji diencerkan dengan akuades steril secara seri menjadi 2; 1; 0,5 dan 0,25% dan koloni T. verrucosum dalam media agar SDA tabung dilarutkan dengan 5 ml air suling steril untuk dibuat suspensi. Masing-masing enceran ekstrak dipipet 1 ml dan disebarkan ke permukaan media SDA dalam cawan petri. Suspensi kapang T. verrucosum dipipet sebanyak 1 ml dan disebarkan pada permukaan media SDA yang sudah mengandung ekstrak. Untuk kontrol negatif, 1 ml suspensi kapang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
disebarkan ke media SDA tanpa ekstrak. Obat ketokonazol dengan konsentrasi pengenceran yang sama dengan ekstrak uji masing-masing 1 ml disebarkan ke permukaan media dengan 1 ml suspensi kapang T. mentagrophytes, sebagai kontrol positif. Inkubasi pada suhu 37C selama 7 – 14 hari. Hasil pengujian diperiksa berdasarkan terjadinya penghambatan pertumbuhan koloni untuk tiap enceran. Enceran yang tidak menunjukkan pertumbuhan koloni adalah merupakan nilai KHM ekstrak. Uji ini dibuat dengan 3 kali ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan adanya pertumbuhan koloni dengan ukuran kecil sekali, sehingga perlu dikonfirmasi dengan pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Hasil uji dilusi menunjukkan nilai KHM ekstrak etanol kencur terhadap T. mentagrophytes adalah 1%, yaitu konsentrasi pengenceran terkecil yang mampu menghambat pertumbuhan koloni. Pada gambaran di bawah mikroskop dapat dibedakan koloni yang tumbuh berkembang dan yang tidak tumbuh karena adanya efek penghambatan (Gambar 2). Sehingga penghitungan jumlah koloni untuk tiap pengenceran sulit dilakukan. Hasil analisa fitokimia disajikan pada Tabel 1. Hasil kontrol positif dengan menggunakan ketokonazol menunjukkan penghambatan pertumbuhan koloni pada semua pengenceran, sehingga nilai KHM nya adalah < 0,25 %. Tabel 1. Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol rimpang kencur Uji Fitokimia
Hasil
Alkaloid
++++
Saponin
+++
Tanin
++++
Flavonoid
++++
Fenolik
+++
Steroid/Triterpenoid Glikosida
++++
Hasil analisa secara kualitatif yaitu: + (lemah); ++ (sedang); +++ (kuat); ++++ (maksimal); (tidak ada)
Daya penghambatan pertumbuhan jamur oleh ekstrak disebabkan oleh komponen aktif yang terkandung di dalamnya. Rimpang kencur mengandung alkaloid dan minyak atsiri berupa borneol, kamfer dan sineol. Dalam ekstrak etanol, rimpang kencur mengandung fraksi minyak atsiri yang berwarna coklat kehitaman dan berbau khas yang apabila dioleskan di kulit memberikan rasa panas/hangat. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri dari rimpang kencur dapat menghambat pertumbuhan spora dari jamur Pestalotiposis versicolor (Spegazzini) Steyaert penyebab penyakit hawar daun pada kayu manis (Cinnamomum zeylanicum Blume). Berdasarkan data tersebut diduga bahwa zat yang berkhasiat sebagai anti fungi terhadap Trichophyton verrucosum dari ekstrak kencur adalah minyak atsiri (ANONIM, 1985; HAFID, 1998; YULIA, 2007). Senyawa polar yang tertarik dalam ekstrak etanol seperti saponin, flavonoid dan minyak atsiri mempunyai target aktivitas pada sel jamur dengan membentuk senyawa kompleks dengan sterol dari dinding sel, dan selanjutnya mempengaruhi permeabilitas membran sel, sintesis asam nukleat, fosforilasi oksidatif dan transport elektron yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan penghambatan pertumbuhan selnya (VIAZA, 1991). Penelitian ekstrak tanaman sebagai anti fungi terhadap dermatofitosis yang disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes, telah dilakukan yaitu dengan menggunakan tanaman sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness), ketepeng (Cassia alata L.), sirih (Piper betle), lengkuas merah dan putih (Alpinia galanga) dan jahe merah dan jahe putih (Zingiber officinale) (GHOLIB dan DARMONO, 2007 a;b). Dari penelitian tersebut ternyata semua ekstrak uji mempunyai efek hambat secara in vitro dengan metode difusi dan dilusi agar, dan dengan analisa pitokimia semua bahan alami tersebut mengandung komponen kimia seperti saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Analisa ini terbatas dengan mereaksikan zat warna yaitu seperti yang disajikan pada Tabel 1. Sehingga tidak meliputi analisa komponen kimia yang ditunjukkan TEWTRAKUL et al. (2005) dengan menggunakan teknik gas chromatography dan mass spectrometry (GC-MS).
867
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
A
B
C
A. Media larutan uji B. Media kontrol negatif C. Tidak terbentuk koloni pada media larutan uji Gambar 2. Bentuk koloni T. verrucosum yang terbentuk pada berbagai macam media uji (A, B, dan C), dengan perbesaran 100 ×
KESIMPULAN Ekstrak etanol rimpang kencur (Kaemfera galanga L.) pada uji in vitro dengan metode dilusi hasilnya menunjukkan efek daya hambat terhadap pertumbuhan koloni Trichophyton verrucosum isolat lokal. Nilai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) adalah 1 %. Sedangkan obat ketokonazol sebagai kontrol positif nilai KHM-nya adalah < 0,25%. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan untuk pengujian secara in vivo, sehingga diharapkan mendapatkan formula obat herbal rimpang kencur untuk penanggulangan penyakit ringworm. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Saudari Resti, mahasiswa Fakultas Farmasi, ISTN (Institut Sains dan Teknologi Negeri) Jakarta, yang telah membantu dalam penelitian sehingga dapat dilaporkan dalam tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA AINSWORTH, G.C. 1986. Introduction to the Hystory of Medical and Veterinary Mycology. Cambridge University Press. pp 88 – 100. ANONIM. 1985. Tanaman Obat Indonesia. Jilid 1. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departeman Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hlm. 43.
868
DJAUHARIYA, E. dan HERNANI. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm. 3. FAUJIAH, M. 2008. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Penebar Swadaya, Jakarta. hlm. 33 – 35. GHOLIB, D. dan DARMONO. 2007 a. Skrining ekstrak tanaman sebagai anti fungi pada kapang dermatofit Trichophyton mentagrophytes secara in vitro. Pros. Seminar Nasional dan Pameran Pengembangan Teknologi Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. hlm. 537 – 541. GHOLIB, D. dan DARMONO. 2007 B. Uji daya hambat ekstrak daun sambiloto (Cassia alata L.) dan Ketepeng (Andrographis paniculata (Burm F.) Ness) terhadap Kapang Dermatofit Secara In vitro dan In vivo. J. Bahan Alam Indonesia (The Indonesian J. Nat. Prod.) Perhimpunan Penelitian Bahan Obat Alami (PERHIBA). hlm. 94 – 98. GHOLIB, D., SRI RAHMAWATI dan P. MASNIARI. 2009. Beberapa Tanaman Biofarmaka Untuk Penanggulangan Penyakit Ringworm dan Kuman Enterobacter. Laporan Akhir Penelitian, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. HAFID, A.F. 1998. Pemanfaatan Fraksi Minyak Atsiri dari Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaemfera galanga L.) Untuk Produksi Asam Sinamat Secara Hidrolisis. Research Centre of Tradisional Medicine Airlangga University, Surabaya.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
HONEY. 2007. Pengaruh Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale varietas rubrum) Terhadap Kapang Dermatofit Trichophyton mentagrophytes Secara In Vitro dan In Vivo. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta. JAWETZ, E., J.L. MELNICK and E.A. ADELBERG. 1982. Review of Medical Microbiology, 15th Ed., Lange Medical Publication, California. pp. 297 – 298. LENI, A. 2007. Pengaruh Ekstrak Etanol Lengkuas Putih (Alpinia galanga (L.) Willd) Terhadap Kapang Dermatofit Trichophyton mentagrophytes Secara In Vitro dan In Vivo. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta. SEPTYA, S.F. 2008. Pengaruh Pemberian Krim Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaemfera galanga L.) Terhadap Kelinci Yang Diinfeksi Kapang Dermatofit Trichophyton mentagrophytes. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta. SORTA, M. 2008. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Jahe Putih (Zingiber officinale varietas amarum) Terhadap Kapang Dermatofit Trichophyton mentagrophytes Secara In Vitro dan In Vivo. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
SURATMAN, E.M. RACHMAT dan E. DJAUHARIYA. 1999. Pedoman Bercocok Tanaman Kencur (Kaemfera galanga L.), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 15 – 18. TUTIK, W. 2007. Uji Daya Antifungi Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga (L.) Swartz) Terhadap Kapang Trichophyton mentagrophytes Secara In Vitro dan In Vivo. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta. TWETRAKUL, S., S. YUENYONGWAD, S. KUMME and L. ATSAWAJARUWAN. 2005. Chemical componen and biological activities of volatile oil of Kaemfera galanga Linn. Songklanakarin J. Sci. Technol. 27: 503 – 507. YULIA, E. 2007. Aktivitas Anti Jamur Minyak Essential dan Ekstrak Beberapa Tanaman Keluarga Zingiberaceae dan Poaceae terhadap Jamur Pestaloptiosis versicolor Penyebab Penyakit Hawar Daun Pada Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum zeylanicum). Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran. hlm. 32. VIAZA, E. 1991. Pemeriksaan Pendahuluan Efek Anti Jamur Trichophyton mentagrophytes., T. rubrum dan Microsporum canis. Skripsi. Universitas Indonesia. hlm. 42. WINARTO, W.P. 2007. Tanaman Obat Indonesia. Untuk Pengobatan Herbal. Kryasari Herba Media, Jakarta. hlm. 1 – 15.
869