DOSENMUDA
UJI DAYA TAHAN PRODUK EKSTRAK PEGAGAN ( Centella Asiatica (L.) Urban) CAIR PA.DA BEBERAPA TINGKAT PENYIMPANAN
OLEH:
NURUDIN, S.Hut, MSi
Dibiayai oleh Direktorat Jendral Departemen Pendidikan Sesuai dengan Surat Perjanjian Nomor : 003/SP2H/PP/DP2M/III/2007
Pendidikan Tinggi Nasional Hibah Penelitian . tanggal 29 Maret 2007
FAKULTASKEHUTANAN UNIVERSIT AS WINAYA MUKTI JATINANGOR SUMEDANG 2007
DOSENMUDA
UJI DAYA TARAN PRODUK EKSTRAK PEGAGAN ( Centella Asiatica (L.) Urban) CAIR PADA BEBERAPA TINGKAT PENYIMPANAN
OLEH: . ,_NURUDIN, S.Hut., MSi.
Dibiayai oleh Direktorat Jendral Departemen Pendidikan Sesuai dengan Surat Perjanjian Nomor : 003/SP2H/PP/DP2M/III/2007
Pendidikan Tinggi Nasional Hibah Penelitian tanggal 29 Maret 2007
FAKULTASKEHUTANAN UNIVERSITAS WINA YA MUKTI JATINANGOR SUMEDANG 2007
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA
1.
Judul Penelitian
2. 3
Bidang Ilmu Penelitian Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin C.
4. 5. 6.
7. 8.
NIPY
d. Pangkat Golongan e. Jabatan f. Fakultas/Jurusan Jumlah Tim Peneliti Lokasi Penelitian Bila penelitian Merupakan Kerja sama Kelembagaan a. Nama Instansi b. Alamat Instansi Waktu Penelitian Biaya
Uji Daya Tahan Produk Ekstrak Pegagan ( Centella asiatica (L.) Urban ) Cair Pada Beberapa Tingkat Penyimpanan Pertanian/Kehutanan Nurudin, S.Rut, MSi Laki-Laki
1690188 Penata Muda/IIIb Dosen Kehutanan /Manajemen Rutan 1. Laboratorium Ekologi Rutan UNWIM 2. Lab Teknologi Pangan IPB
7 Bulan Rp 10.000.000,- (sepeluj juta rupiah Jatinangor, 27 November 2007 Mengetahui : K tua Peneliti
-------
Nurudin, S.Rut, MSi
DOKUMENTASI & ARSIP
BAPPENAS &
.J.:
Acc. No. : Class :_
~S/·fQ· · · · =~·~· -· i.
-
- ~, Cur-eked :
-·····---··
,,
I,
;1j
.
DAFTARISI Halaman DAFf AR ISi
i
DAFfAR TABEL
vii
DAFf AR GAMBAR
:
DAFfAR LAMPIRAN
ix x
v
PENDAHULUAN
1
PERUMUSAN MASALAH
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pegagan (Centela asiatica [L.} Urban) . . . . . .. . .. .. .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . 4
7
EkstrakPegagan Cair Syarat Makanan atau Minuman yang Aman Dikonsumsi. Cemaran Mikroba... .. . .. .. . . . .
.. .. . .. .. .. .
.. .. .. . . . .. . ..
.. 8
.. .. .. .
.. .. . .. .. .. . .. .. . . . .. . . . . 8
Sterilisasi clan Pengawetan Makanan Penentuan Poin yang Diteliti dalam Uji Cemaran Mikroba............. Uji Organoleptik
12 .. . . . .. . . . . . . . . .. . . . . 13 _.................
14
TUJUAN PENELITIAN .. TujuanPenelitian Manfaat Penelitian
18 18 :·.~.-.:.·...... . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. .. . . . . .. . .. . . . 18
METODE PENELITIAN
19
Lokasi dan Waktu . .. .. . . . . . . . . .. . .. .. . . .. .. . .. . .. .. . . . .. . .. . . .. . . . . . .. .. .. . .. .. .. .. . . .. . . . . .. .. . .. . . .. .. .. . .. .. . . 19
Bahan dan Alat . . . .. .. . .. .. . . . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. . . . .. .. . .. .. . .. .. . .. . . . . .. . .. . .. .. . . . .. .. . .. .. . . . . 19 Metode Pengumpulan Data
20
Analisis Data .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . .. . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . 3 5
IIASIL DAN PEMBAIIASAN . . .. . .. . . . .. . . .. . .. .. . . . .. .. . .. .. . . . .. .. ... .. . . . .. .. . . . . . . .. . . .. . . . .. .. .. .. 36 Pembuatan Produk Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) Cair
36
Daya Tahan Produk Berdasarkan Uji Cemaran Mikroba
38
Total Mikroba
41
Total Kapang dan Total K.hamir
40
Penentuan Tingkat Keamanan Produk untuk Dikonsumsi
44
Daya Tahan Produk Berdasarkan Uji Organoleptik dengan Metode Uji Segitiga
45
Daya Tahan Produk Pada Penyimpanan 10 Hari
46
Daya Tahan Produk pada Penyimpanan 20 Hari
48
KESIMPULAN DAN SARAN
53
Kesimpulan
53
Saran
53
DAFrARPUSTAKA
54
LAMPIRAN
55
~ ,.._-\
DAFTAR TABEL
No
Teks
Hal
Tabel 1
Batas Maksimum Cemaran Mikroba yang ditetapkan dalam SNI 01-3719
8
Tabel 2.
Tabel Pengisian Hasil Pengamatan Cemaran Mikroba
26
Tabel 3.
Tabel Pengisian perbandingan Basil Perhitungan Cemaran Mikroba dengan SNI
27
Tabel 4
Tabel Pengisian Basil Uji Segitiga.
32
Tabel 5
Hasil Perhitungan Total Mikroba Produk Ekstrak Pegagan Cair
39
Tabel 6
Basil Perhitungan Total Kapang Pada Produk Ekstrak Pegagan Cair.
42
Tabel 7
Basil Perhitungan Total Khamir Pada Produk Ekstrak Pegagan Cair
43
Tabel 8
Tabel Analisis Ragam untuk Pengamatan Total Mikroba
44
Tabel 9
Tabel Analisis Ragam untuk Pengamatan Total Kapang
44
Tabel 10
Tabel Analisis Ragam untuk Pengamatan Total Khamir
44
Tabel 11
Perbandingan Hasil Perhitungan Cemaran Mikroba dengan SNI.
45
Tabel 12
Hasil Analisis Uji Segitiga pada Pengujian Bari ke-10.
48
Tabel 13
Hasil Analisis Uji Segitiga pada Pengujian Hari Ke-20
50
Tabel 14
Analisis Ragam untuk Uji Organoleptik
52
~-·--.
DAFTAR GAMBAR
No
Teks
Hal
Gambar I
(A) Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). (B) Salah satu lokasi di UNWIM yang banyak ditumbuhi Pegagan. (C) Salah satu produk berbahan baku Pegagan
4
Gambar2
Alat untuk uji cemaran mikroba (A) water sprayer (1), tube (2), cawan petri (3), tabung reaksi (4), bunsen (5), mikropipet (6). (B) otoklaf (C) inkubator. (D) oven
20
Gambar3
Urutan Kerja Penelitian Ekstrak Pegagan Cair
34
Gambar7
Ekstrak Pegagan cair (A) sebelum direbus (B) sesudah direbus.
37
Gambar8
Pengendapan fraksi padat (A) sebelum direbus tidak ada endapan (B) setelah direbus terjadi endapan
37
Gambar9
Total mikroba setelah diinkubasi pada pengamatan hari ke-0, hari ke-10 dan hari ke-20
38
Gambar 10
Total Kapang/Khamir setelah diinkubasi pada pengamatan hari ke-0, hari ke-10 dan hari ke-20
42
Gambar II
Penampakan sampel pada pengujian hari ke-10 (A) tanpa penyimpanan (B) sampel setelah disimpan 10 hari.
48
Gambar 11
Penampakan sampel pada pengujian hari ke-20 (A) tanpa penyimpanan (B) sampel setelah disimpan 20 hari, yang terlihat sedikit lebih jernih
50
_°"I-~-
I
BABl PENDAHULUAN Pengelolaan hutan saat ini menggunakan pendekatan ekosistem dalam rangka menuju kelestarian hutan. dilaksanakan .
Namun pendekatan kelestarian manfaat dan hasil hutan tetap perlu
Peningkatan keanekaragaman hasil hutan terutama hasil hutan non kayu
merupakan salah satu perpaduan antara pendekatan kelestarian ekosistem dan kelestarian basil hutan, obat .
Salah satu basil hutan non kayu yang perlu dikembangkan adalah tanaman
Keanekaragaman jenis vegetasi yang tinggi pada hutan di Indonesia mendukung
keanekaragaman tanaman obat. Pegagan (Centel/a asiatica (L.) Urban) adalah salah satu tanaman obat hasil hutan yang mempunyai banyak manfaat. Tanaman ini tumbuh subur di Indonesia. dan banyak dijumpai pada pengelolaan hutan tipe agroforestri, kebun, sawah dan pekarangan, terutama ditempat dimana telah dilakukan pembersihan lahan. Selain berfungsi sebagai tanaman penutup tanah dan sayur, Pegagan juga digunakan untuk mengobati beberapa penyakit. .. •--.
Penelitian terhadap tanaman ini telah banyak dilakukan, dan telah terbukti bahwa Pegagan mempunyai banyak manfaat untuk pengobatan maupun kosmetika.
Secara
tradisional tanaman ini telah dimanfaatkan secara turun temurun, diantaranya untuk pengobatan Iuka. penyakit ginjal dan untuk suplemen nutrisi otak yang mendukung kinerja otak.
Pemanfaatan pegagan ini akan menjadi substistusi makanan suplemen nutrisi otak
dari luar negeri yang berasal dari Gykyo biloba. Produk kesehatan maupun kosmetika yang berbahan baku Pegagan sudah banyak diproduksi, namun yang menggunakan bahan baku Pegagan murni masih relatif sedikit, diantaranya produk berbentuk kapsul, teh celup maupun teh rebus. 1
Keunggulan Pegagan dibandingkan
Ginkyo biloba adalah bahwa tanaman ini
merupakan tanaman asli Indonesia, sehingga mudah diperoleh dan dikembangkan, sedangkan bahan baku Ginkyo biloba perlu diimpor. Dengan demikian obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi kelupaan seseorang akan lebih murah jik:a menggunakan Pegagan (Lasmadiwati et al, 2004).'
_,,. ...
-\
2
BAB II PERUMUSAN MASALAH
Produk Pegagan murni yang ada saat ini mempunyai beberapa kelemahan. Pengolahan pada produk teh celup, teh rebus serta kapsul yang memerlukan pemanasan dengan suhu tinggi, dapat menghilangkan minyak atsiri dari Pegagan (Adi, 2004), bahkan perlakuan penyangraian yang dilakukan pada pembuatan teh rebus dan teh celup dapat menghilangkan enzim triterpenoid, yaitu senyawa penting penyusun zat asiaticoside (Biofarmaka, 2005), dimana senyawa ini berperan dalam berbagai aktivitas penyembuhan penyakit dan berkhasiat anti lepra (PERSI, 2003). Berdasarkan hal diatas, maka perlu dibuat produk barn, yaitu ekstrak Pegagan cair, yang dikemas dengan botol kaca dan distrerilisasi tertutup dengan suhu 100 °C. Sebenarnya teknik pemanfaatan produk ekstrak Pegagan cair telah lama dilakukan oleh masyarakat, terutama di daerah Jawa Barat, akan tetapi produk ini biasanya hanya bertahan selama beberapa jam
. sampai satu hari, karena tidak dilakukan pengawetan. Metode pengemasan dan sterilisasi tertutup ini diharapkan dapat meningkatkan daya tahan ekstrak Pegagan cair, dengan tetap mempertahankan zat-zat penting yang terkandung didalamnya, diantaranya enzim triterpenoid dan minyak atsiri.
3
BAB ill
TINJAUAN PUSTAKA Pegagan (Centela asiatica [LJ Urban) Salah satu jenis tanaman obat yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Pegagan adalah tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah merangsang syaraf memori sehingga dapat digunakan untuk menggantikan ginggo biloba yang telah dikenal sebagai perangsang saraf memori. Keunggulan Pegagan dibandingkan Ginkyo biloba adalah bahwa tanaman
lill
merupakan tanaman asli Indonesia, sehingga mudah diperoleh dan dikembangkan, sedangkan bahan baku ginggo biloba perlu diimpor.
Dengan demikian obat-obatan yang digunakan
untuk mengatasi kelupaan seseorang akan lebih murah jika menggunakan Pegagan (Lasmadiwati et al, 2004).
Gambar 1.
(A) Pegagan (Centella asiattca (L.) Urban). (B) Salah satu lokasi di UNWIM yang banyak ditumbuhi Pegagan. (C) Salah satu produk berbahan baku Pegagan.
Wilayah Penyebaran Pegagan berasal dari asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Jepang, India, Cina dan Australia, kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Karena itu tanaman ini mudah dijumpai di Indonesia (IPTEKnet, 2004).
4
Di Cina, Pegagan ditemukan tumbuh secara liar di pinggir jalan, lereng bukit yang rindang clan lembab, dan cukup mendapat sinar matahari atau teduh. Di Indonesia umumnya tumbuh di Jawa Barat di daerah yang memiliki ketinggian 2500 m di atas permukaan laut (Visionnet, 2004 ).
Uraian Tanaman Tanaman Pegagan tumbuh sepanjang tahun, tidak mempunyai batang, dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang I 0 cm - 80 cm. Akarnya keluar dari setiap bonggol dan bercabang banyak membentuk tumbuhan barn. Pegagan adalah tumbuhan merayap yang biasanya tumbuh liar. Namun ada juga yang sengaja menanamnya sebagai penutup tanah. Daunnya bundar berhelai tunggal, berbentuk ginjal, tepinya bergerigi. Buahnya kecilkecil seperti buni, lonjong, dan agak wangi. Bunganya berbentuk payung dengan warna kemerahan. Tangkai bunga antara 5 mm - 50 mm. Buahnya wangi dan rasanya pahit, berwarna kuning-coklat, berigi, menggantung berbentuk lonjong I pipih (IPTEKnet, 2004). Dalam Lasmadiwati er al (2004), disebutk:an bahwa klasifikasi Pegagan adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sud Divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Umbillales
Famili
: Umbilliferae (Apiaceae)
Genus
: Cente/la
Spesies
: Cente/la asiatica (L.) Urban.
5
Kandungan Kimia Menurut PERSI (2003), Pegagan mengandung zat-zat
seperti asiaticoside,
thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoisde, brahminoside, brahmic acid, madasitic acid, hydrocotyline, mesoinositol, centellose, caretenoids, garam mineral (seperi garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi) zat pahit vellarine dan zat samak. Diduga senyawa glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam berbagai aktivitas penyembuhan penyakit. Asiaticoside berperan dan senyawaan sejenis juga berkhasiat anti lepra (kusta). Secara umum, Pegagan berkasiat sebagai hepatoprotektor yaitu melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya (PERSI, 2003).
Sifat dan Khasiat Pegagan mempunyai rasa yang manis, sifatnya sejuk. Secara tradisional, tanaman Pegagan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Asia, khususnya Indonesia (IPTEKnet, 2004). Sejak jaman Sansekerta, Pegagan telah digunakan untuk obat kulit, gangguan syaraf, dan memperbaiki peredaraiidarah. Di Jawa Barat Pegagan banyak tumbuh di perkebunan dan pekarangan.
Masyarakat Jawa Barat mengenal tanaman ini sebagai tanaman lalap
(Lasmadiwati et al, 2004) Dari hasil penelitian, Pegagan berkhasiat tonik, antiinfeksi, antitoksik, antirematik, penghenti pendarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuerik ringan), pembersih darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik), penenang (sedatif), mempercepat penyembuhan Iuka, dan melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer). Khasiat sedatif terjadi melalui mekanisme kolinergik di susunan syaraf pusat (Visionnet, 2004).
6
Dalam pengobatan, Pegagan dapat digunakan untuk mengobati penyakit radang hati disertai kuning
(hepatitis
ikterik
akut), pembengkakan
hati,
campak,
demam,
sakit
tenggorokan, selalu merasa haus, asam, bronkitis, radang pleura (pleuritis ), radang mata merah, infeksi dan batu saluran kencing, tekanan darah tinggi (hipertensi), bengkak terpukul
(memar), rematik, perdarahan (muntah darah, batuk darah, kencing darah, mimisan), wasir, sirkulasi pembuluh darah balik yang buruk, sakit perut, disentri cacingan, tidak nafsu makan, lepra, tuberkolosis, keracuanan makanan, keracunan bahan kimia (gelmisium elegans, arsen dan obat-obatan) (IPTEK.net,2004). Ekstrak Pegagan Cair
Ekstarak Pegagan cair adalah minuman yang dibuat dari daun Pegagan
dan air.
Metode pembuatan dilakukan dengan menghaluskan daun Pegagan yang dicampur air dengan cara chblender, kemudian diperas sarinya. Air perasan inilah yang disebut sebagai ekstrak Pegagan cair. Dalam pemanfaatan tradisional, air perasan ini langsung diminum untuk pengobatan penyakit (Widodo, 2005). Dalam SNI, definisi yang mendekati pengertian ini adalah definisi SNI 01-371'9:1995 tentang Minuman Sari Buah, yaitu minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN, 1995). Ekstrak cair Pegagan juga merupakan obat tradisional dan minuman fungsional. Balai Pengawasan Obat dan Makanan mendefinisikan obat tradisional sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM RI, 2005). Sedangkan makanan dan minuman
7
fungsional didefinisikan sebagai, makanan dan minuman yang dikonsumsi untuk diambil manfaat dari khasiat yang ada didalamnya (Astuti, 2002).
Syarat Makanan atau Minuman yang Aman Dikonsumsi Setiap makanan dan minuma yang dikonsumsi harus aman dari cemaran fisik, cemaran kimia maupun cemaran mikroba (BSN, 2004).
BPOM RI mensyaratkan bahwa untuk obat
tradisional pencemaran fisik, kimiawi atau jasad renik terhadap produk yang dapat merugikan kesehatan atau mempengaruhi mutu suatu produk tidak boleh terjadi.
Pencemaran Khamir,
Kapang dan atau kuman non patogen terhadap produk meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan hendaklah dicegah sekecil mungkin sampai dengan persyaratan batas yang berlaku (BPOM RI, 2005).
Cemaran Mikroba Cemaran mikroba adalah jasad renik (mikroba) yang tidak diharapkan, yang hidup dan mengkontaminasi makanan dan atau minuman, yang menyebabkan makanan atau minuman tersebut rusak atau berbahaya
untuk dikonsumsi.
Jasad renik yang penting
dalam
mikrobiologi pangan adalafibakteri, Kapang dan Khamir (Fardiaz, 1989). Batas maksimum Cemaran Mikroba yang ditetapkan dalam SNI 01-3719-1995 tentang Minuman Sari Buah dijelaskan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Batas Maksimum Cemaran Mikroba yang ditetapkan dalam SNI 01-3719 1995. No 1 2 3 4
5 6 7 8
Uraian Total Mikroba Bakteri koliform
E.coli Salmonella S. aureus Vibrio sp Kapang Khamir
Satuan Koloni/ml APM/ml APM/ml Koloni/25ml Koloni/ml Koloni/ml Koloni/ml Koloni/ml
Persyaratan Maks. 2xln~ Maks.20 <3 Negatif 0
Nezatif Maks 50
Maks 50 8
(Sumber : BSN 1995) Keterangan : APM =Angka Paling Mungkin
Mikroba atau jasad renik adalah mahluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya apat dilihat dengan pertolongan mikroskop. Salah satu penyebab kerusakan makanan adalah karena terjadinya pertumbuhan jasad renik pada makanan tersebut.
Total Mikroba Total Mikroba adalah jumlah total koloni mikroba yang ada pada suatu produk. Angka lempeng total dinyatakan dalam satuan koloni/ml atau koloni/gram.
Yang dimaksud mikroba
disini adalah semua protista yang ada baik berupa protista tingkat rendah atau prokariot, yang terdiri atas: Bakteri, Rickettsia dan Chlamydia, Mikoplasma
dan Ganggang Biru-Hijau,
maupun protista tingkat tinggi atau eukariot terdiri atas : Fungi (Kapang, Khamir, Jamur), Ganggang dan Protozoa (Fardiaz, 1989).
Bakteri Bakteri adalah suatu organisme prokariot yang mempunyai ukuran sel 0,5-1,0 µm sampai 2.0-5,0 µm, dan basilus dan spiral.
terdiri
dari tiga bentuk dasar yaitu: bulat atau kokus, batang atau
Bakteri tumbuh dengan cara pembelahan biner, yang berarti satu sel
membelah menjadi dua sel. Semua bakteri yang tumbuh pada makanan bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik
dalam
pertumbuhannnya.
Dalam
metabolismenya
bakteri
heterotropik
menggunakan protein, karbohidrat, lemak dan komponen makanan lainnya sebagai sumber karbon dan energi untuk pertumbuhannya. Jika tumbuh pada bahan pangan, bakteri dapat menyebabkan berbagai perubahan pada penampakan maupun komposisi kimia dan citarasa bahan tersebut. Perubahan dapat terlihat
9
dari luar, misalnya perubahan warna, pembentukan film atau lapisan pada permukaan seperti pada minuman atau makanan cair/padat, pembentukan lendir, pembentukan endapan atau kekeruhan pada minuman, pembentukan gas, bau asam, bau alkohol, bau busuk clan berbagai perubahan lainnya (Fardiaz, 2005). Bakteri Koliform, Ecoli, Salmonella, S. aureus, Vibrio sp yang disyratkan batas maksimalnya dalam SNI
01-3719-1995 adalah termasuk bakteri. Sedangkan Kapang dan
Khamir termasuk kelompok fungi.
a. Bakteri Koliform Bakteri koliform adalah sebutan untuk semua bakteri yang termasuk kelompok dalam bakteri koli. Bakteri ini termasuk kelompok bakteri basili gram negatif, anaerobik fakultatif dan familili enterobacteriaceae.
Jenis-jenisnya
adalah Escherichia, Enterobacter dan
K/ebsiella (Fardiaz, 2005). b. Escherichia Coli Merupakan satu-satunya spesies dari jenis Escherichia dan disebut koliform fekal, karena ditemukan dalam -salura usus hewan dan manusia, sehingga sering terdapat dalam feses. Bakteri ini sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Fardiaz, 2005). c. Salmonella
Salmonella termasuk famili dari Enterobacteriaceae.
Salmonella termasuk bakteri
patogen yang berbahaya. Selain dapat menyebabkan gejala gastrointestinal (gangguan perut), juga menyebabkan demam tipus (S. typhi) dan paratifus (S. paratyphi). Salmonella bersifat motil dengan flagella peritrikat (Fardiaz, 2005).
10
d. Vibrio sp.
Vibrio sp. Termasuk famili dari Vibrionaceae dan masih termasuk kelompok bakteri basili gram negatif, anaerobik fakultatif (Fardiaz, 2005).
e. S'lllphylococcus aureus S. aureus termasuk dalam kelompok bakteri koki gram positif, famili streptococcaceae. Staphylococcus aureus adalah salah satu spesies dari
Staphylococcus.
Staphylococcus
merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam bentuk tunggal atau berkelompok seperti buah anggur.
Kebanyakan galur S. aureus bersifat patogen dan memproduksi
enterotoksin, yang tahan panas dimana ketahanan panasnya melebihi sel vegetatifnya (Fardiaz, 2005)
f. Bakteri Pembentuk Spora Bakteri pembentuk spora tergolong dalam famili bacillaceae, dan yang ditemukan dalam
makanan
terutama
terdiri
dari
tiga
jenis,
yaitu :
Bacillus,
Clostridium,
Desulfatomaculum. Selain Famili ini, semua bakteri tidak dapat membentuk spora, dan akan .-·--\ mati dengan sterilisasi perebusan pada suhu 100 °C, termasuk bakteri koliform, E.coli, Salmonella, S. aureus, Vibrio sp. (Fardiaz, 1989) Fungi Fungi adalah organisme eukariotik yang mempunyai sifat yaitu mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis, dapat berkembang secara seksual dan aseksual, beberapa mempunyai bentuk tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel mengandung selulosa, khitin atau keduanya.
Jenis fungi yang
penting dalam pangan adalah Kapang dan Khamir (Fardiaz, 2005).
11
a. Kapang Kapang adalah fungi yang mempunyai filamen (misellium), clan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Kebanyakan Kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik: pada suhu kamar.
Suhu
optimum pertumbuhan untuk kebanyakan Kapang adalah sekitar 25-30 °C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37 °C atau lebih tinggi, misalnyaAspergi/us. Kapang banyak digunakan makanan.
dalam fermentasi
makanan
maupun
dalam industri
Namun, seperti halnya bakteri, fungi juga dapat menimbulkan penyakit yang
dibedakan atas dua golongan, yaitu : (1) infeksi oleh Kapang yang disebut mikosis, dan (2) mikotoksitosis,
yaitu gejala keracunan
metabolisme yang beracun dari Kapang.
yang disebabkan Mitotoksitosis
oleh tertelannya
suatu hasil
umumnya disebarkan melalui
makanan (Fardiaz, 2005).
b. Khamir Khamir termasuk fungi, tetapi dibedakan dari Kapang karena bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatif pada Khamir terutama dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal, Khamir tumbuh dan berkembang biak dengan lebih cepat dibandingkan dengan Kapang yang berkembangbiak dengan filamen (Fardiaz, 2005).
Sterilisasi dan Pengawetan Makanan Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga
jika ditumbuhkan pada suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas, yaitu spora bakteri.
12
Salah satu penyebab kerusakan makanan adalah karena terjadinya pertumbuhan jasad renik pada makanan tersebut. pengawetan makanan.
Supaya makanan menjadi lebih awet, maka dilakukan proses
Dalam pengawetan makanan, prinsipnya adalah memberi perlakuan
terhadap makanan sedemikian
rupa untuk mencapai
salah satu dari beberapa
tujuan
pengawetan makanan, yaitu : mengurangi jumlah awal sel jasad renik di dalam makanan, memperpanjang
fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan jasad renik
diperlambat, memperlambat fase pertumbuhan
logaritmik, mempercepat fase kematian sel
jasad renik. Beberapa prinsip pengawetan yang dapat diterapkan untuk memperpanjang simpan makanan yaitu : (1) mengurangi kontaminasi awal pada makanan
masa
(2) membuat
lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan jasad renik dan (3) memberikan perlakuan yang mempercepat kematian sel. Untuk membunuh jasad renik, dapat digunakan beberapa perlakuan fisik, misalnya dengan pemanasan basah, pemanasan kering, radiasi dan penyaringan. Diantara beberapa .metode sterilisasi yang ada, pada penelitian ini digunakan metode perebusan tertutup.
Metode ini relatif efisien diterapkan, selain karena alasan ekonomis,
metode ini mempunyai kelebihan dibanding beberapa metode yang ada.
Perebusan adalah
pemanasan di dalam air mendidih atau uap air pada suhu 100 °C selama beberapa menit, tetapi banyak spora bakteri yang tahan panas dan masih hidup setelah perebusan selama beberapa jam (Fardiaz, 2005). Penentuan Poin yang Diteliti dalam Uji Cemaran Mikroba Penentuan poin paling kritis dari cemaran mikroba dari sampel dilakukan dengan studi pustaka. Penelitian dilakukan dengan studi literatur dari penelitian serupa yang telah ada dan
13
berhubungan
serta telah menghasilkan
kesimpulan.
Penelitian
ini akan menghasilkan
keputusan untuk menentukan poin apa yang tidak perlu lagi dilakukan penelitian, karena dari penelitian yang sudah dilakukan telah diketahui kesimpulannya,
dan poin apa yang harus
diambil datanya karena sifatnya yang spesifik. Standar yang dijadikan acuan pada penelitian
ini adalah SNI 01-3719-1995 tentang Minuman Sari Buah. Sterilisasi dan penyimpanan produk yang dirancang dalam penelitian ini secara umum adalah perebusan tertutup dengan suhu 100 °C selama 15 menit, dengan penyimpanan dingin pada suhu 3-8 °C.
Berdasarkan acuan literatur, yaitu tentang Bakteri Koliform, E. coli,
Salmonella, S. aureus, Vibrio sp. Bakteri Pembentuk Spora, Kapang, Khamir dan Sterilisasi dengan perebusan, maka diputuskan bahwa poin kritis yang masih harus diteliti adalah total mikroba, jumlah Kapang danjumlah K.hamir.
Uji Organoleptik Uji organoleptik adalah uji yang menggunakana
kepekaan indera manusia untuk
menilai suatu produk. Proses penginderaan terjadi karena adanya rangsangan pada alat indera manusia. Soekarto (1981)
i:laiam Izza
(2005), mendefinisikan rangsangan sebagai sesuatu yang
dapat menggerakkan proses penginderaan dan menyebabkan tanggapan, kesan atau kesadaran. Benda yang mengeluarkan rangsangan disebut benda perangsang. Jenis rangsangan pada umumnya dapat digolongkan dalam kelompok fisik, mekanik dan kimiawi. Rangsangan tersebut mengenai alat indera dengan besaran atau intensitas tertentu. Besarnya rangsangan dapat diukur dengan satuan-satuan fisik. Kesan atau respon yang dihasilkan akibat suatu rangsangan tertentu mempunyai dimensi-dimensi.
Beberapa
dimensi mempunyai satuan fisik sehingga dapat diukur sedangkan yang lainnya tidak dapat diukur dengan satuan fisik karena termasuk dalam dimensi psikologik. Beberapa dimensi
14
kesan atau respon, yaitu (1) jenis kesan, (2) intensitas kesan, (3) luas daerah kesan, (4) lama kesan, (5) kesan hedonik (www. brewingtechnique .com, 2004 dalam Izza, 2005). Hubungan antara rangsangan fisik dan kesan atau tanggapan psikologis tidak dapat diukur dengan mudah. Hal ini disebabkan karena besaran tanggapan psikologis tidak selalu dapat diukur. panelis.
Tanggapan psikologis dihasilkan dari kemampuan fisio-psikologis seorang
Hal ini yang menyebabkan penilaian secara psikologis bersifat subjektif karena
kemampuan fisio-psikologis tiap orang berbeda-beda. Kemampuan
membedakan
(discrimination) yaitu kemampuan
untuk menyatakan
perbedaan jenis atau intensitas kesan-kesan berbeda atau tidak sama terhadap suatu sifat organoleptik antara dua contoh yang disajikan bersamaan. Kemampuan membandingkan
(scaling) lebih tinggi tingkatnya daripada kemampuan membedakan.
Pada kemampuan
membandingkan, panelis tidak hanya mampu membedakan dua contoh, tetapi juga mampu mengenali bahwa contoh sifat organoleptik yang satu lebih tinggi dari yang lain atau sebaliknya Dewasa ini tersedia-: beberapa metode untuk uji organoleptik. Tiga tipe dasar uji organoleptik adalah uji diskriminatif (pembeda), uji deskriptif dan uji afektif. Uji pembeda digunakan untuk menentukan
ada tidaknya perbedaan
diantara sampel.
Uji deskriptif
digunakan untuk menentukan sifat dasar dan intensitas perbedaan. Uji afektif berdasarkan pengukuran pilihan (atau penerimaan) atau pengukuran yang darinya kita dapat menentukan preferensi relatif (Poste, et al., 1991 dalam Izza, 2005). Uji pembeda ( diskriminatif) dapat digunakan baik untuk menunjukkan bahwa kedua sampel adalah berbeda maupun cukup sama untuk dapat digunakan bergantian. Diantara uji pembeda yang sering digunakan adalah uji segitiga, uji duo-trio dan uji pasangan. Uji segitiga
15
clan uji duo-trio termasuk kelompok uji pembeda keseluruhan (overall difference tests)
sedangkan uji pasangan termasuk kelompok uji pembeda atribut (attribute difference tests). Uji pembeda keseluruhan melibatkan keseluruhan sifat sedangkan uji pembeda atribut berkonsentrasi pada salah satu maupun beberapa sifat sampel. Hasil dari uji segitiga mengindikasikan ada tidaknya perbedaan yang dapat dideteksi pada sampel. Level signifikansi yang lebih tinggi tidak menunjukkan bahwa perbedaannya lebih besar tetapi menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan perbedaan nyata yang lebih besar (Poste, et al., 1991 dalam Izza, 2005). Menurut PPTP IPB (1997) dalam Izza (2005), uji segitiga digunakan untuk menilai perbedaan yang kecil dan uji ini lebih peka dari uji pasangan. Sedangkan menurut Meilgaard et al ( 1999), secara statistika uji segitiga lebih efisien daripada uji pasangan maupun uji duotrio. Pada uji segitiga tidak digunakan baku atau standar dan kesan yang diminta adalah mana diantara contoh-contoh tersebut yang sama atau beda.
Metode ini berguna dalam kerja
pengawasan mutu untuk menentukan apakah ada perbedaan pada sampel dari lot produksi yang berbeda.
-·--.
Metode ini juga digunakan untuk menentukan apakah bahan subtitusi atau beberapa perubahan dalam pembuatan menghasilkan perbedaan yang terdeteksi dalam produk. Uji segitiga ini juga sering digunakan untuk seleksi panelis (Poste, et al., 1991 dalam Izza, 2005). Menurut Meilgaard et al (1999), metode ini efektif pada situasi berikut : (1) menentukan apakah ada perbedaan yang dihasi1kan dari perubahan komposisi, proses, pengemasan, atau penyimpanan, (2) menentukan apakah ada perbedaan secara keseluruhan, dimana tidak ada atribut yang spesifik yang dapat diidentifikasi mana yang terpengaruh, (3) untuk memilih dan memonitor kemampuan panelis dalam membedakan perbedaan yang diberikan.
16
Sampel harus berbeda hanya pada variabel yang dipelajari karena panelis mencari sampel yang berbeda.
Perbedaan lainnya harus ditutupi, karena itu, aplikasi uji segitiga
terbatas pada produk yang homogen. Analisis hasil dari uji segitiga berdasarkan atas perbandingan jumlah identifikasi benar yang didapat dengan jumlah yang diharapkan diperoleh dengan peluang bila tidak ada perbedaan dalam sampel.
Peluang Terambilnya sampel adalah 1/3 (0,333) (Izza, 2005).
Untuk panelis tidak terlatih, nilai a yang ditentukan adalah a 0.05 (Meilgard et al, 1999).
·'--·
17
BAB IV TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain untuk : 1. Mengetahui tingkat keamanan produk ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) cair untuk dikonsumsi, pada penyimpanan
0, I 0 dan 20 hari, dengan parameter cemaran
mikroba yang ditentukan paling kritis, yaitu total mikroba, total Kapang clan total Khamir, dengan standar pembanding SNI 01-3719-1995. 2. Mengetahui terjadi atau tidaknya perubahan atribut organoleptik dari produk berupa rasa dan warna selama proses penyimpanan, dengan parameter Uji Organoleptik metode uji segitiga.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan produk , barn berbahan baku Pegagan (Centel/a asiatica (L.) Urban) cair murni, yang praktis, lebih tahan lama dibandingkan produk pegagan cair
sebelumnya,
sebagai diversifikasi produk yang telah ada. 2. Memberi nilai tambah pada tanaman Pegagan, sehingga menanibah nilai hutan non kayu.
18
BABV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor dan Sekitar Kampus Universitas Winaya Mukti. Waktu Penelitian selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Maret sampai Desember 2007. Uji Cemaran Mikroba dilaksanakan pada bulan April 2007 sampai Juni 2007. Sedangkan Uji Organoleptik dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai Juli 2007. Dahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) cair adalah: daun Pegagan segar, air dan botol kaca ukuran 100 mililiter berpenutup logam. Sedangkan alat yang digunakan adalah blender, lemari es, penyaring kain katun, baskom plastik, timbangan, corong, pipet, kompor, panci besar, kaos tangan dan celemek. Bahan yang digunakan untuk uji cemaran mikroba adalah ekstrak Pegagan, media ,_ ' agar yaitu Plate Count Agar (PCA) untuk total mikroba dan Potato Dekstrose Agar (PDA) untuk total Kapang/Khamir, larutan fisiologis NaCl 0.85%, dan alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan adalah : cawan petri, mikropipet skala 1-IOOOµml, tube, erlenmeyer, tabung reaksi berpenutup, bunsen dan spiritus, water spray, otoklaf, oven dan inkubator. Pada uji organoleptik digunakan alat yaitu kuisioner dan alat tulis menulis, gelas bening dan botol plastik bening.
19
Gambar 2. Alat untuk uji cemaran mikroba (A) water sprayer (1), tube (2), cawan petri (3), tabung reaksi (4), bunsen (5), mikropipet (6). (B) otoklaf. (C) inkubator. (D) oven.
Metode Pengumpulan
Data
a. Uji Cemaran Mikroba Dalam uji Cemaran Mikroba, data yang diambil adalah : I. Jumlah total mikroba, yaitu jumlah total koloni mikroba yang dapat ditumbuhkan pada media Plate Count Agar-(PCA) pada 4 tingk:at pengenceran, dengan metode duplo, untuk masing-masing tingkatan umur simpan. Jumlah total mikroba ditentukan dalam satuan koloni/ml. 2. Jumlah total Kapang dan total Khamir, yaitu jumlah
total koloni Kapang dan total
koloni Khamir yang dapat ditumbuhkan pada media potato Dekstrose agar (PDA) pada 4 tingkat pengenceran, dengan metode duplo, untuk masing-masing tingkatan umur simpan. Jumlah total Kapang dan total Khamir ditentukan dalam satuan koloni/ml. Tahapan pelaksaan penelitian terdiri dari :
20
1. Pembuatan Sampel Produk Persia pan Tahap persiapan adalah tahap penyiapan alat clan bahan yang akan dignnakan untuk pembuatan produk.
Tahap persiapan dilakukan dengan sterilisasi alat, penyortiran bahan,
pencucian dan penirisan serta penimbangan bahan. Sterilisasi alat dilakukan dengan mencuci semua alat yang digunakan untuk pembuatan produk. Semua alat dicuci dengan air hangat dalam posisi mengalir. Khusus untuk botol yang akan digunakan sebagai wadah dan kain penyaring, sterilisasi dilakukan dengan perebusan selama beberapa menit, clan untuk botol ditiriskan dalam keadaan terbalik. Penyortiran Pegagan yang akan dipakai untuk ekstraksi dilakukan setelah pemanenan
dan pengumpulan Pegagan dari lapangan.
Penyortiran dilakukan dengan memilih Pegagan
yang berwama hijau segar dan bersih. Pegagan terpilih dibuang akar dan sebagian batangnya yang tidak berwarna hijau. Pegagan yang telah disortir kemudian dicuci dengan air hangat yang mengalir sampai benar-benar bersih dari tanah-dan kotoran lainnya. wadah tertutup dengan alas kertas selama 5 menit.
Setelah dicuci, Pegagan ditiriskan pada Pegagan ditimbang masing-masing
I0
gram untuk pembuatan 1 sampel.
PenyarianJEkstraksi Penyarian adalah proses pengeluaran sari dari pegagan dengan memisahkan produk dari serat kasar. Tahap penyarian pada pembuatan Produk dilakukan dengan penghalusan atau pemblenderan dan penyaringan.
21
Penghalusan dilakukan dengan memblender dengan perbandingan
pegagan yang dicampur arr matang
10 gram pegagan dicampur 25 ml air.
Campuran ini kemudian
chblenderselama beberapa menit sampai serat pegagan halus. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan penyaring dari kain katun. Kain penyaring sebelumnya telah direbus untuk sterilisasi. Pegagan yang telah halus kemudian diperas sehingga air sari pegagan yang berwarna coklat kehijauan keluar. Air perasan ini kemudian ditampung dalam wadah untuk dikemas. Pengemasan Air hasil perasan atau sari pegagan kemudian dimasukkan dalam botol kaca dengan penutup logam dengan bantuan corong. Botol yang digunakan adalah botol berukuran penuh 30 ml yang telah direbus dan ditiriskan. Sari Pegagan yang dimasukkan tiap botol adalah 25 ml. Setelah itu botol ditutup rapat dengan tutup yang juga telah disterilisasi. Sterilisasi Perebusan (Fardiaz, 1989) Pegagan yang telah dimasukkan ke dalam botol tertutup, kemudian direbus pada suhu 100 °C selama 15 menit-rPerebusan dilakukan dengan menggunakan baskom berukuran 5 liter. Perebusan ini bertujuan untuk mematikan seluruh mikroba yang ada dalam produk. Perebusan dalam suhu tidak lebih dari 100 °C ini bertujuan untuk menjaga agar zat ekstraktif yang ada, terutama glikosida triterpenoida (asiaticosida) tidak hilang (Salina, 2005). Dan perebusan dalam wadah tertutup ini, selain bertujuan untuk sterilisasai, juga untuk menjaga agar kandungan minyak atsiri dalam pegagan tidak hilang menguap (Adi, 2004). Penyimpanan (Fardiaz, 1989) Penyimpanan dilakukan dengan pendinginan secara cepat dengan menempatkan produk pada suhu 3-8 °C di dalam lemari pendingin setelah dikondisikan bertahap dalam suhu
22
ruang selama beberapa menit.
Penyimpanan pada suhu dibawah 10 °C ini bertujuan agar
beberapa spora bakteri atau jamur yang mungkin masih hidup pada saat perebusan tidak dapat berkembang.
2. Uji Cemaran Mikroba Persiapan Alat Semua alat yang digunakan, yaitu mikropipet skala 1-lOOOµml, tube, erlenmeyer, bunsen dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam otoklaf .
khusus untuk cawan petri
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100 °C. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mensterilisasi semua alat yang digunakan.
Pembuatan Media Agar Pembuatan media agar dilaksanakan untuk pembuatan 2 media yaitu Plate Count Agar (PCA) untuk pengujian total bakteri, dan Potato Dekstrose Agar (PDA) untuk pengujian total Kapang dan Khamir. Pelaksanaan pembuatan media agar ini juga dilaksanakan minimal satu hari sebelum pelaksanaan pengujian.
Pembuatan media agar dilakukan dengan mencampur
PDA instan dengan aquades(H20 murni), di dalam erlenmeyer. Untuk meratakan campuran, erlenmeyer dikocok sampai larutan merata.
Perbandingan antara PDA instan dan aquades
untuk pembuatan 1 liter PCA, maka dicampurkan 175 gram PDA instan dilarutkan dalam 1 liter aquades.
Sedangkan untuk pembuatan 1 liter PDA, maka dicampurkan 37 gram PDA
instan ke dalam 1 liter aquades. Erlenmeyer yang telah berisi media agar kemudian ditutup dengan penutup kapas dan dilapisi alumunium foil, kemudian dimasukkan otoklaf dalam suhu 121 °C selama 1 jam. Untuk menjaga agar media agar tetap cair, maka media agar dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50 °C.
23
Pembuatan Larutan Pengencer Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan fisilogis NaCl 0,85 %. Pembuatan larutan pengencer dilakukan dengan mencampur serbuk NaCl dengan Aquades.
Untuk
pembuatan 100 ml larutan, dilarutkan 0,85 gram serbuk NaCl ke dalam 100 ml aquades.. Larutan dicampur di dalam erlenmeyer dan dikocok sampai bahan tercampur rata. Larutan yang telah jadi kemudian diambil dengan pipet sebanyak 9 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi bertutup. Larutan disterilisasi dengan dimasukkan ke dalam otoklaf dalam suhu 121 °C selama 1 jam. Pemupukan dan Inkubasi Metode pemupukan dan inkubasi untuk mengukur total mikroba, total Kapang dan total Khamir relatif sama, hanya media agar yang digunakan berbeda. Untuk pengukuruan total mikroba digunakan media Plate Count Agar (PCA), sedangkan untuk pengukuran total Kapang dan total Khamir digunakan media Potato Dekstrose Agar (PDA). Pada penelitian ini pemupukan dilakukan pada-t tingkat pemupukan, yaitu 10° hingga 10-3, dengan cara duplo. Urutan metode pemupukan adalah sebagai berikut : 1. Tempat penelitian disterilisasi dengan menyemprotkan alkohol 70 % dengan water sprayer, termasuk tangan.
Kemudian bunsen yang telah diisi spiritus dinyalakan, dan untuk
selanjutnya semua kegiatan pemupukan dilakukan di dekat api bunsen 2. Pengenceran sampel dilakukan dengan mencampur sampel dengan larutan pengencer. Pengenceran dilakukan pada 4 tingkat pengenceran, yaitu 10°, 10-1, 10-2 dan 10-3. Pada pengenceran 1 o0, dilakukan dengan memipet 1 ml sampel, dan langsung dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambabkan 15 ml media agar. Pada pengenceran 10-1, dilakukan dengan mencampur 1 ml sampel ke dalam 9 ml larutan pengencer. Setelah
24
dicampur clan dikocok,
sampel
10-1 kemudian dipipet sebanyak 1 ml, kemudian
dimasukkan dalam cawan petri, dan ditambahkan 15 ml agar. Pada pengenceran 10-2, dilakukan dengan mencampur 1 ml sampel 10-1 ke dalam 9 ml larutan pengencer. Setelah dicampur dan dikocok, sampel 10-2 kemudian dipipet sebanyak I ml, kemudian dimasukkan dalam cawan petri, dan ditambahkan 15 ml agar. Pada pengenceran 10-3, dilakukan dengan memipet 0,1 ml dari larutan 10-2, kemudian dimasukkan dalam cawan petri, clan ditambahkan 15 ml agar. Semua perlakuan ini dilakukan secara duplo, artinya tiap tingkat pengenceran dari tiap sempel dimasukkan dalam 2 cawan petri. 3.
Petri yang telah berisi sampel clan media, kemudian diputar-putar seperti angka 8 agar sampel dam media tercampur. Setelah media membeku, petri dimasukkan pada inkubator pada suhu 30 °C dalam posisi terbalik, selama 2-3 hari.
Standar Penghitungan
Koloni (Rahayu et al, 2004)
Cara pengukuran data dalam uji cemaran mikroba yaitu penghitungan total mikroba, total Kapang dan total Khamir, dilakukan dengan menghitung jumlah koloni mikroba, koloni Kapang dan koloni Khaniii yang tumbuh pada media yang telah diinkubasi. Untuk melaporkan suatu hasil analisa mikrobiologi, digunakan suatu standar yang disebut Standar Plate Count (SPC) yang menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalam suatu contoh. Cara menghitung koloni adalah sebagai berikut : 1. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimanajumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni. 2. Satu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
25
Mengenali Koloni Mikroba
(Fardiaz, 1989)
Koloni mikroba bisa dilihat ketika ditumbuhkan dalam media dengan berbagai macam bentuk.
Ada yang berbentuk titik, rantai, bentuk beraturan maupun tak beraturan.
W ama
mikroba bermacam-macam sesuai dengan jenis mikroba. Koloni kapang dan khamir biasanya lebih mudah dikenali, karena mempunyai ukuran yang lebih besar dari koloni bakteri.
Membedakan Koloni Kapang dan Khamir (Fardiaz, 1989) Koloni kapang dan koloni khamir dapat dengan mudah dibedakan dengan melihat ada tidaknya filamen.
Kapang adalah fungi yang mempunyai filamen (misellium), dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Tabel 2. Tabel Pengisian Hasil Pengamatan Cemaran Mikroba Sampel
No Duplo Sampel 1 1 Produk Penyimpanan 2 0 hari 1 "-, 2 2 1 1 Produk Penyimpanan 2 10 hari 1 2 2 1 1 Produk Penyimpanan 2 20 hari 1 2 2
Pengenceran IOU
10-1
10-..l
10-j
Koloni/ml
Pada pertumbuhan awal, Kapang biasanya berwama putih, yang kemudian bisa berubah warna tergantung jenisnya.
Sedangkan Khamir tidak mempunyai filamen dan
cenderung berteksur licin.
26
Pengambilan Keputusan Penentuan tingkat keamanana produk untuk dikonsumsi berdasarkan tingkat cemaran mikroba dilakukan dengan membandingkan basil penelitian cemaran mikroba dengan syarat maksimal cemaran mikroba yang ditentukan dalam SNI 01-3719-1995 tentang Minuman Sari Buah.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan ketentuan jika ketiga komponen, yaitu total
mikroba, total Kapang dan total Khamir tidak melebihi batas yang ditetapkan dalam SNI, maka produk dinyatakan aman dikonsumsi. Namun jika salah satu komponen melebihi batas yang ditetapkan dalam SNI, maka produk dinyatakan tidak aman untuk dikonsumsi. Tabel 3.
Tabel Pengisian perbandingan Hasil Perhitungan Cemaran Mikroba dengan
Lama Penyimpanan
Hasil Pengamatan (koloni/ml)
Standar SNI (koloni/ml)
IO Hari
'.-.
Kesimpulan
2x10:.t Maks 50 Maks 50 2x10L. Maks 50 Maks50 2xl02 Maks 50 Maks 50
OHari
20 Hari
Perbandingan basil pengamatan dengan standar SNI
SNI.
-
Perhitungan cemaran mkroba adalah dengan menggunakan
metode Standar Plate
Count (SPC), ditung dengan rumus (Rahayu et al, 2004 ).
L: Jumlah koloni/ml =
Jk x tp jkt
x
tpt
Keterangan : jk
=
Rata-rata jumlah koloni tiap tingkat pengenceran
tp
=
Tingkatan pengenceran
27
jkt
= Rata-ratajumJah koloni pada pengenceran tertinggi
tpt = Tingkatan pengenceran tertinggi Hasil yang didapat dari perhitungan cemaran mikroba, berupa total mikroba, total Kapang dan total Khamir dimasukkan dalam Tabel 3. Analisis Statistik Analisis statistik yang diilakuk:an untuk pengujian cemaran mikroba menggunakan uji sidik ragam dengan uji lanjut Duncan. RancanganPercobaan Percobaan dilakukan dengan 3 perlakuan umur simpan, yaitu penyimpananan 0 hari, I 0 hari dan 20 hari. Masing-masing perlakuan diteliti 2 sampel sebagai ulangan, dan masingmasing ulangan diamati 3 parameter, yaitu total Mikroba, total Kapang dan total Khamir. Rancangan percobaan
yang digunakan
adalah rancangan
acak lengkap. Metode
rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y1jk
-"'"--·
=
Jl + T1 + Eij + -../ijk
=
Nilai pengamatan ke-k, pada ulangan ke-j dan umur simpan
dii:nana: Yijk
ke-i µ
= Nilai tengah populasi
Ti
=
Pengaruh umur simpan ke-i
Bij
=
Faktor galat dari umur simpan ke-i dan ulangan ke-j
1
=
umur simpan (1,2,3)
J
=
ulangan sampel (1,2)
k
=
pengamatan (1,2,3)
28
b. Uji Organoleptik Uji Organoleptik dilakukan jika dalam uji mikroba, produk dinyatakan aman untuk dikonsumsi dari tiap tingkatan umur penyimpanan berdasarkan SNI organoleptik
dilakukan
untuk
dua tingkatan
umur
simpan
01-3719-1995.
dari produk,
yaitu
Uji pada
penyimpanan 10 hari dan penyimpanan 20 hari, dengan pembanding menggunakan produk barn atau penyimpanan 0 hari. Metode uji yang digunakan adalah uji segitiga. Panelis yang digunakan dalam penelitian adalah panelis yang tergolong tidak terlatih sebanyak 30 orang, terdiri atas 15 orang pria dan 15 orang wanita. Data yang diambil adalah data atribut dari produk, yaitu rasa dan wama. Data diambil dengan memberi skor yaitu 1 untuk produk yang berbeda dan 0 untuk produk yang sama dari masing-masing atnbut tersebut. Metode yang digunakan dalam uji organoleptik ini adalah uji segitiga. Panelis yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Winaya Mukti, Universitas Padjadjaran dan Institut Manajemen Koperasi Indonesia. Jumlah panelis adalah 30 orang. Terdiri atas 15 orang pria
dan 15 orang wanita, berumur antara 20-22 tahun. Pada masing-masing pengukuran, kepada panelis disediakan produk-dan form pengisian.
Urutan nomor produk dirahasiakan. Urutan
tahap pengukuran dijelaskan sebagai berikut:
Penyiapan Sampel Penyiapan sampel yang akan diuji harus dilakukan sebaik mungkin agar panelis dapat dengan mudah memberi nilai pada produk. Persiapan yang kurang baik dapat mempengaruhi kondisi panelis dalam memberikan penilaian. Penyiapan sampel dilakukan 2 .kali, yaitu pada uji hari ke-10 dan pada uji hari ke-20. Urutan persiapan sampel untuk pengujian atribut rasa adalah sebagi berikut :
29
I.
Diambil 25 ml ekstrak pegagan cair penyimpanan
IO hari untuk pengujian
hari ke 10,
clan
penyimpanan 20 hari untuk pengujian hari ke-20. 2. Ekstrak Pegagan cair dimasukkan ke dalam gelas sampel dan diberi kode 793 (diambil dari Tabel angka acak) untuk uji hari ke 10 dan kode 522 uji hari ke-10. 3. Diambil juga 25 ml ekstrak pegagan cair tanpa penyimpanan sebanyak dua kali. 4. Masing-masing dimasukkan ke dalam gelas sampel dan diberi kode 186 dan 461 (diambil dari Tabel angka acak) untuk pengujian hari ke-10 clan kode 218 dan 524 untuk pengujian harike-20.
Urutan persiapan sampel untuk pengujian atribut wama adalah sebagi berikut : I. Diambil I 00 ml ekstrak pegagan cair penyimpanan 10 hari untuk pengujian hari ke 10, dan penyimpanan 20 hari untuk pengujian hari ke-20. 2. Ekstrak Pegagan cair dimasukkan ke dalam botol bening dan diberi kode 431 (diambil dari Tabel angka acak) untuk uji hari ke-10 clan kode 662 uji hari ke-20. 3. Diambil juga 100 ml ekstrak pegagan cair tanpa penyimpanan sebanyak dua kali. 4. Masing-masing dimasukkan ke dalam botol bening dan diberi kode 183 dan 316 (diambil
dari Tabel angka acak) untuk pengujian hari ke-10 clan kode 926 clan 294 untuk pengujian hari ke-20.
Cara Penyajian Sampel Cara Penyajian sampel dalam uji segitiga dilakukan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:
Urutan cara penyajian untuk pengujian atribut rasa. 1. Sampel diatur pada bilik dan disusun secara acak. 2. Disediakan form pengisian beserta petunjuknya.
30
3. Dicicipi masing-masing sampel oleh panelis dengan meminum air putih sebagai penetral dan memberi waktu 30 detik sebelum mencicipi sampel berikutnya. 4. Diberi angka I pada sampel yang memiliki rasa berbeda dan 0 pada sampel yang memilki rasa yang sam.a. Urutan cara penyajian untuk pengujian atribut wama. 1.
Sampel diatur pada
bilik
dan disusun secara acak, diberi alas kertas putih dan
ditempatkan pada tempat dengan pencahayaan yang baik 2. Disediakan form pengisian beserta petunjuknya. 3. Diamati masing-masing sampel oleh panelis. 4.
Diberi angka I pada sampel yang memiliki warna berbeda dan 0 pada sampel yang memilki warna yang sama.
Form Pengisian Form pengisian untuk
UJI
segitiga pada uji organoletik
pada setiap pengujian
digunakan untuk mengukur atribut rasa dan atribut warn.a. Form dibuat semudah mungkin,
-~~-. sehingga panelis dapat dengan mudah mengisi dan mengikuti instruksi yang diharapkan. Contoh form pengisian yang digunakan dalam uji segitiga ini disajikan pada Lampiran 3. Cara Pengukuran Cara pengukuran data pada uji organoleptik
dengan
UJI
segitiga adalah dengan
mentabulasikan semua data yang diperoleh dari form pengisian tiap panelis yang kemudian dimasukkan dalam Tabel 4.
31
Tabel 4. Tabel Pengisian Hasil Uji Segitiga.
Panelis
Rasa
Uji hari ke-20 Warna
186 1 2
30
a n Kesim ulan Data yang ada kemudian dijumlahkan dan dibandingkan dengan angka kritis yang diperoleh pada isian dimana panelis
dapat membedakan
atribut secara benar.
Dari
perbandingan ini, kemudian disimpulkan apakah panelis dapat membedakan 2 sampel yang berbeda atau tidak.
Pengambilan Keputusan Analisis hasil dari uji segitiga berdasarkan perbandingan jumlah identifikasi benar yang didapat dengan juiitlah yang diharapkan diperoleh dengan peluang bila tidak ada perbedaan dalam sampel. Analisis dilakukan dengan mentabulasikan clan menghitung jumlah yang benar dari penilaian yang diberikan oleh panelis. Hasil ini kemudian dicocokkan dengan Tabel statistik untuk uji segitiga. Dari Tabel uji segitiga (Lampiran 5) diperoleh angka kritis pada penelitian
ini adalah 15. Nilai angka kritis ini diperoleh dari Tabel uji segitiga dengan nilai a 0.05 dan n=30. Nilai a diperoleh karena panelis yang digunakan dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah panelis tak terlatih. Dalam ketentuan metode uji segitiga, untuk panelis tidak terlatih,
32
ditentukan nilai a 0.05. Nilai n didapatkan darijumlah seluruh panelis yang digunakan, yaitu 30 panelis. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan
jumlah jawaban yang
benar dari panelis dengan angka kritis penelitian. Jika panelis yang menjawab secara benar :5 15 responden, maka sampel dinyatakan tidak berbeda terhadap taraf a 0.05, dan panelis dinyatakan tidak dapat membedakan 2 sampel yang berbeda.
Sebaliknya jika panelis yang
menjawab secara benar > 15 responden, maka sampel dinyatakan berbeda terhadap taraf a 0.05, dan panelis dinyatakan dapat membedakan 2 sampel yang berbeda.
Analisis Statistik Analisis statistik yang diilakukan untuk pengujian organoleptik menggunakan uji sidik ragam dengan uji lanjut Duncan. Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan terdiri atas 2 perlakuan umur simpan, yaitu penyimpananan hari ke-10 dan hari ke-20, dengan pembanding produk pada penyimpanan hari ke-0. Masing-
~- ---.
masing perlakuan diuji oleh 30 panelis tidak terlatih sebagai ulangan, dan masing-masing ulangan diamati 2 parameter perubahan atribut, yaitu rasa dan warna. Rancangan percobaan
yang digunakan
adalah rancangan
acak lengkap. Metode
rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y1jk
= 11 + T1 + Eij + -.Jijk
dimana: Yijk
µ
Ti eij
=
Nilai pengamatan ke-k, pada ulangan ke-j dan umur simpan ke-i = Nilai tengah populasi = Pengaruh umur simpan ke-i = Faktor galat dari umur simpan ke-i dan ulangan ke-j 33
= = =
1
J k
umur simpan (1,2) ulangan sampel (1,2,3, ... ,30) pengamatan ( 1,2)
c. Bagan Urutan Kerja Penelitian Urutan tahap-tahap pelaksanaan penelitian Uji Daya Tahan Produk Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Cair, dijelaskan dalam Gambar 6.
~I
Penyortiran
Pencucian
Pemblenderan ~
Penyaringan
Pengemasann
!
~I
Perebusan
Pendinginan
Penyimpanan ~
aman
Uji Mikroba hari ke-O
aman
Uji mikroba hari ke-10
tdkaman
aman
Uji mikroba hari ke-20
tdkaman
_ .....
tdkaman
-. Uji Organoleptik hari ke-IO
Uji Organoleptik hari ke-20
Analisis
Gambar 3. Urutan Kerja Penelitian Ekstrak Pegagan Cair.
34
Analisis Data
Metode analisis data untuk penelitian ini, baik untuk uji cemaran mikroba maupun untuk uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
. -.
,..
35
BAB VI BASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Produk Ekstrak Pegagan {Centella asiatica (L.) Urban )Cair Pembuatan ekstrak Pegagan (Cente//a asiatica (L.) Urban) cair menghasilkan produk dengan rasa yang tawar, sedikit getir dan sedikit pahit. Aroma Pegagan masih mirip dengan ekstrak sebelum dilakukan perebusan, yaitu aroma daun Pegagan, dengan aroma minyak atsiri yang agak pekat. Perebusan ekstrak Pegagan cair yang dilakukan pada penelitian, menghasilkan perubahan warna dan terjadinya endapan pada produk. Sebelum dilakukan perebusan, produk berwarna hijau tua kecoklatan dan keruh, sedangkan setelah perebusan produk berwarna kuning kehijauan jernih dan didasar produk terjadi endapan fraksi padat (Gambar 7 dan Gambar8).
~"' .
-.
Gambar 7. Ekstrak Pegagan _9air (A) sebelum direbus (B) sesudah direbus. ·~ .!J:~.~~:. ~~-~.;: ; -.
~t~ "',
Gambar 8. Pengendapan fraksi padat (A) sebelum direbus tidak ada endapan (B) setelah direbus terjadi endapan. Daya Tahan Produk Berdasarkan Uji Cemaran Mikroba 36
Analisis cemaran mikroba pada produk ekstrak Pegagan cair sangat penting dilakukan, karena terkait dengan keamanan pangan produk. Uji cemaran mikroba yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis total mikroba, total Kapang dan Total Khamir. Sebagai standar perbandingan digunakan SNI 01-3719-1995 tentang Minuman Sari Buah (BSN, 1995).
Total Mikroba Pengujian total mikroba digunakan untuk menghitung seluruh mikroba yang terdapat pada produk, baik Kapang, Khamir maupun bakteri. Metode yang digunakan adalah metode hitungan cawan (Standard Plate Count/SPC).
Gambar 9. Total mikroba setelah diinkubasi pada pengamatan hari ke-O, hari ke-10 dan harike-20 Prinsip dari metode-.hitungan cawan adalah, jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1989).
Hasil penghitungan total mikroba dari produk ekstrak pegagan cair yang dilakukan disajikan pada Tabel 5, sedangkan foto salah satu media penumbuhan setelah diinkubasi disajikan pada Gambar 9.
37
Tabel 5. Hasil Perhitungan Total Mikroba Produk Ekstrak Pegagan Cair. Sampel
No Sampel 1
Produk Penyimpanan 0 bari
2 1
Produk Penyimpanan 10 bari
2 1
Produk Penyimpanan 20 bari
2
Pengenceran 10-1 10-2
Duplo IOU 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 2
0 0 0 0 0
0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0
0 0 0
0
0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0
10-3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
Koloni/ml
0
0
0
Berdasarkan basil penghitungan didapatkan basil bahwa total mikroba yang terdapat pada produk pada penyimpnan 0 bari adalah 0 koloni/ml, pada penyimpanan 10 bari adalah 0 koloni/ml, dan pada penyimpanan 10 hari adalah 0 koloni/ml. Hasil ini didapatkan karena dari semua cawan yang diamati, tidak ditemukan pertumbuhan koloni mikroba, baik bakteri, Kapang maupun Khamir. Tidak adanya pertumbuhan mikroba pada produk dapat disebabkan oleb beberapa bal, diant&"a.Ilya matinya mikroba, rusak dan matinya spora mikroba,
tidak
adanya kontaminasi mikroba dari luar setelah sterilisasi, dan bisa juga disebabkan kondisi produk
memberikan
kondisi
lingkungan
yang
tidak
cocok
bagi
pertumbuhan
dan
perkembangan mikroba. Matinya mikroba dan spora mikroba dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, karena sterilisasi dan aktivitas enzim antimikroba yang terkandung dalam produk. (1989) memberikan penjelasan bahwa sterilisasi dapat memperlambat
Fardiaz
fase pertumbuhan
logaritmik dan mempercepat fase kematian jasad renik.
38
Sterilisasi yang dilakukan adalah perebusan tertutup, dimana uap air tidak keluar dari produk:, dalam suhu 100 °C selama 15 menit. Perebusan tertutup akan memberikan dampak tekanan yang lebih besar dari perebusan biasa, dimana uap air masih dapat keluar. Perebusan tertutup dimungkinkan akan memberikan kondisi lebih mendekati kondisi otoklaf.
Fardiaz
(1989) menjelaskan bahwa perebusan dengan suhu 100 °C selama beberapa menit dapat membunuh semua mikroba yang hidup, namun masih dimungkinkan bagi spora yang tahan panas untuk dapat hidup. Sedangkan dalam sterilisasi dengan pemanasan dan tekanan tinggi, dengan otokla:f, yaitu dengan tekanan 15 psi, dalam suhu 121 °C selama 15 menit akan membunuh semua spora bakteri, bahkan yang paling tahan panas. Walaupun teknik perebusan tertutup masih dibawah kondisi otoklaf, namun kondisinya melebihi kondisi perebusan biasa, sehingga dimungkinkan dapat mematikan lebih banyak mikroba dan spora mikroba. Selain sterilisasi produk, sterilisasi alat yang akan digunakan untuk pembuatan produk juga memungkinkan mengurangi kontaminasi mikroba pada produk:.
Seperti yang telah
dijelaskan dalam metodologi penelitian, bahwa semua peralatan dan bahan yang digunakanan untuk membuat produk.-dicuci sebelum digunakan.
Fardiaz (1989) menyebutkan bahwa
pembersihan dan pencucian dapat mengurangi kontaminasi awal mikroba pada makanan. Selain itu, perebusan beberapa alat, seperti kain penyaring dan botol pada suhu 100 °C selama beberapa menit, memungkinkan semua miroba yang mungkin menempel menjadi mati. Kemungkinan
matinya mikroba dan spora mikroba juga dapat disebabkan
aktivitas enzim antimikroba yang terkandung dalam produk:.
oleh
Enzim anti mikroba dalam
produk: dapat berasal dari dua sebab, yaitu terdapat secara alamiah dari baban baku, yaitu pegagan, dan karena pemanasan yang membentuk: enzim antimikroba.
39
Bahan baku produk yang digunakan adalah pegagan murm.
Visionnet (2004)
menyebutkan bahwa Pegagan mengandung enzim antimikroba yang dapat meghambat dan mematikan
mikroba,
seperti
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter aerogenes, dan Salmonella typhi. Komponen antimikroba juga bisa didapatkan dari proses pemanasan. Fardiaz (1989) menyebutkan pemanasan makanan dapat mengakibatkan terbentuknya komponen antimikroba, misalnya pemanasan lipid mengakibatkan otooksidasi sehingga terbentuk komponen yang mempunyai sifat antimikroba. Kondisi lingkungan penyimpanan juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan mikroba. Sebagian besar mikroba dapat tumbuh dengan baik pada penyimpanan suhu kamar, yaitu kisaran suhu 25-30 °C. Pada penelitian ini, produk disimpan pada suhu dibawah 10 °C. Pada suhu ini, hanya beberapa mikroba yang tahan pada suhu rendah yang dimungkinkan masih dapat berkembang.
,_-~
...
-.
Total Kapang dan Total Khamir
Dalam penghitungan total Kapang dan total Khamir juga digunakan metode hitungan cawan (Standard Plate Count/SPC). Media yang digunakan adalah Potato dekstrose Agar (PDA). Media ini mengandung nutrisi yang lebih sedikit daripada Plate Count agar (PCA). Kondisi ini masih memberikan kondisi lingkungan dan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan Kapang dan Khamir, namun memberikan kondisi lingkungan dan nutrisi yang tidak baik bagi pertumbuhan bakteri. Walaupun pada media PDA masih dimungkinkan adanya pertumbuhan bakteri, namun kemungkinan bakteri untuk terlihat dan membentuk koloni kecil (Fardiaz, 1989).
40
Gambar 10. Total Kapang/Khamir setelah diinkubasi pada pengamatan hari ke-0, hari ke-10 dan hari ke-20
Hasil penghitungan total Kapang dan total Khamir dari produk ekstrak pegagan cair yang dilakukan disajikan pada Tabel 6 dan 7, sedangkan foto salah satu media penumbuhan setelah diinkubasi disajikan pada Gambar 10.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Total Kapang Pada Produk Ekstrak Pegagan Cair. Sampel
No Sampel
I
Produk Penyimpanan 0 hari
2
Produk Penyimpanan IO hari
Produk Penyimpanan 20 hari
.
1 2 1
2
Duplo
IOU I 2 1 2 1
2 I 2 1
0 0
0 0 0 0 0 0
2
0 0
1 2
0 0
Pengenceran 10-1 10-;,:
10-j
0 0
0 0
0 0 0
0
0 0 0 0
0
0
0
0 0 0 0
0 0 0 0
0
0 0 0 0
0 0 0 0
0
0
0 0
Koloni/ml
0
0
0
41
Tabel 7. Hasil Perhitungan Total Khamir Pada Produk Ekstrak Pegagan Cair. Sampel
No Sampel
Produk Penyimpanan 0 bari
Produk Penyimpanan 10 bari
Produk Penyimpanan 20 hari
1 2 1 2 1 2
Duplo 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10° 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pengenceran 10-1 10·2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10·.)
Koloni/ml
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
Dari basil penghitungan didapatkan bahwa total Kapang yang terdapat pada produk pada penyimpanan 0 hari adalah 0 koloni/ml, pada penyimpanan 10 hari adalah 0 koloni/ml, dan pada penyimpanan 10 hari adalah 0 koloni/ml. Dari basil penghitungangan koloni Khamir juga didapatkan basil yang sama. Total Khamir yang terdapat pada produk pada penyimpanan 0 hari adalah 0 koloni/ml, pada penyimpanan
10 hari adalah 0 koloni/ml,
dan pada
penyimpanan 10 hari ;d;iab 0 koloni/ml. Hasil ini didapatkan karena dari semua cawan untuk menumbuhkan Kapang dan Khamir yang diamati, tidak ditemukan pertumbuhan Kapang maupun koloni Khamir.
koloni
Tidak adanya pertumbuhan Kapang dan Khamir ini juga
diduga disebabkan matinya Kapang dan Khamir serta sporanya, tidak adanya kontaminasi spora Kapang maupun Khamir dari luar setelah proses sterilisasi dan kondisi lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan clan perkembangan Kapang dan Khamir.
Matinya
Kapang
dan Khamir serta sporanya diduga disebabkan oleh sterilisasi dengan pemanasan tinggi dan aktivitas enzim antimikroba yang terkandung dalam produk.
42
Pemanasan tertutup pad.a suhu 100 °C selama 15 menit, memungkinkan
seluruh
Kapang maupun Khamir yang ad.a mati. Fardiaz (1989) menyebutkan bahwa sebagian besar Kapang clan Khamir bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pad.a suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan Kapang adalah sekitar 25-30 °C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37 °C atau lebih tinggi. Pemanasan inijuga memungkinkan rusak dan matinya spora dari kapang dan khamir. Analisis Statitistik untuk Uji Cemaran Mikroba Dari hasil analisis ragam yang dilakukan pada perhitungan total mikroba, total Kapang
clan total Khamir dengan menggunakan program SPSS, didapatkan tabel analisis ragam yang disajikan pada Tabel 8, 9 dan 10. Tabel 8. Tabel Analisis Ragam untuk Pengamatan Total Mikroba Sumber Keragaman Penyimpanan Gal at Total
JK ,000 ,000 ,000
db 2 15 17
KT 0,000 0,000
F
Sig.
~-- .
. Tabel 9. Tabel Analisis Ragam untuk Pengamatan Total Kapang Sumber
Keragaman Penyimpanan Galat Total
JK 0,000 0,000 0,000
db 2 15 17
KT 0,000 0,000
F
Sig.
Tabel 10. Tabel Analisis Ragam untuk Pengamatan Total Khamir Sumber
Keragaman Penyimpanan Galat Total
JK 0,000 0,000 0,000
db 2 15 17
KT 0,000 0,000
F
Sig.
43
Dari tabel analisis ragam tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan penyimpanan 0 hari, 10 hari clan 20 hari terhadap produk tidak berpengaruh terhadap penambahan jumlah koloni mikroba, koloni Kapang maupun koloni Khamir yang diamati.
Penentuan Tingkat Keamanan Produk untuk Dikonsumsi Penentuan
tingkat
keamanana
produk
untuk
dikonsumsi
berdasarkan
tingkat
kontaminasi cemaran mikroba, dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian cemaran mikroba dengan syarat maksimal cemaran mikroba yang ditentukan dalam SNI. Pengambilan keputusan dilakukan dengan ketentuan jika ketiga komponen, yaitu total mikroba, total Kapang dan total Khamir tidak melebihi batas yang ditetapkan dalam SNI, maka produk dinyatakan am.an dikonsumsi.
Namun jika salah satu komponen melebihi batas yang
ditetapkan dalam SNI, maka produk dinyatakan tidak aman untuk dikonsumsi.
Dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 01-3719-1995 tentang Makanan clan Minuman Sari buah (BSN, 1995).
Tabel 11. Perbandingan Hasil Perhitungan Cemaran Mikroba dengan SNI. - . Lama Penyimpanan OHari
10 Hari
20 Hari
Hasil Pengamatan (koloni/ml) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Standar SNI (koloni/ml) 2xlO:t. Maks50 Maks 50 2x10:t. Maks 50 Maks 50 2xl0:.t Maks50 Maks50
Perbandingan hasil pengamatan dengan standar SNI Lebihkecil Lebih kecil Lebih kecil Lebih kecil Lebih kecil Lebih kecil Lebih kecil Lebih kecil Lebih kecil
Kesimpulan Produkaman dikonsumsi Produkaman dikonsumsi Produkaman dikonsumsi
44
Dari perbandingan ini dapat diketahui bahwa dalam uji coba cemaran mikroba yang dilakukan dalam .produk, semua data yang dihasilkan jauh di bawah standar yang ditetapkan dalam SNI. Dari sini dapat disimpulkan bahwa produk ekstrak Pegagan cair yang dibuat pada penelitian ini dinyatakan aman untuk dikonsumsi dari segi cemaran mikroba.
Daya Tahan Produk Berdasarkan Uji Organoleptik dengan Metode Uji Segitiga Uji organoleptik adalah uji yang menggunakan indera manusia sebagai sensor.
Uji
organoleptik diperlukan, untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap suatu produk. Uji yang dilakukan adalah uji pembeda dngan metode uji segitiga. Soekarto (1981) dalam Izza (2004) menjelaskan menunjukkan
bahwa
uji pembeda
(diskriminatif)
bahwa kedua sampel adalah berbeda
dapat
digunakan
baik untuk
maupun cukup sama untuk dapat
digunakan bergantian. Diantara uji pembeda yang sering digunakan adalah uji segitiga. Uji segitiga termasuk kelompok uji pembeda keseluruhan (overall difference tests). Uji pembeda keseluruhan melibatkan keseluruhan sifat. "'--·
Sampel yang dipakai adalah Produk ekstrak cair pegagan dengan penyimpanan 10 dan 20 hari dengan perbandingan ekstrak cair pegagan barn yang tidak mengalami penyimpanan. Formulasi pembuatan produk sama, dengan pembedaan hanya pada tingkat penyimpanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Uji segitiga. Hasil dari uji segitiga mengindikasikan ada tidaknya perbedaan yang dapat dideteksi pada sampel. Menurut Meilgaard et al (1999), secara statistika uji segitiga lebih efisien daripada uji pasangan maupun uji duo-trio. Pada uji segitiga tidak digunakan baku atau standar dan kesan yang diminta adalah mana diantara contoh-contoh tersebut yang sama atau beda.
45
Sampel harus berbeda hanya pada variabel yang dipelajari karena panelis mencari sampel yang berbeda. Perbedaan lainnya hams ditutupi. Maka dari itu, aplikasi uji segitiga terbatas pada produk yang homogen. Analisis basil dari uji segitiga berdasarkan atas perbandingan jumlah identifikasi benar yang didapat dengan jumlah yang diharapkan diperoleh dengan peluang bila tida.k ada perbedaan dalam sampel. Panelis yang digunakan secara keseluruhan adalah panelis ta.k terlatih. Dalam perhitungan metode uji segitiga, untuk panelis trida.k terlatih, ditentukan nilai ex 0.05. Dari tabel uji segitiga diperoleh angka kritis 15, artinyajika panelis yang menjawab secara benar ~ 15 responden, maka produk dinyata.kan tida.k berbeda terhadap taraf ex 0.05.
Daya Tahan Produk Pada Penyimpanan 10 Hari Pada pengujian atnbut rasa dan atribut warna pada sampel dengan penyimpanan 10 hari, masing-masing ditempatk:an 1 sampel produk dengan penyimpanan 10 hari dan 2 sampel produk barn atau tanpa penyimpanan. Pada atnbut rasa sampel yang berbeda atau sampel pada penyimpanan I 0 hari "--. dileta.kkan pada nomor 793 (diambil dari angka acak), dan pada pengujian atribut wama, sampel yang berbeda diletakkan pada nomor 431 ( diambil dari angka acak). Kombinasi ini dirahasia.kan dari responden. Hasil analisis Uji segitiga disajikan pada Tabel 12, sedangkan data lengkap analisis Uji Segitiga disajikan pada Lampiran 3.
46
Tabel 12. Hasil Analisis Uji Segitiga pada Pengujian Hari ke-10. Uji Hari ke-10 Panelis Jumlah-yang meniawab benar Anzka Kritis
Perbandinzan Kesimpulan
Atribut Rasa
Atribut W ama
3
4
15 Lebih kecil Panelis tidak dapat membedakan sampel yang
15 Lebih Kecil Panelis tidak dapat membedakan sampel yang diuii
diuii
Gambar 11. Penampakan sampel pada pengujian hari ke-I O (A) tanpa penyimpanan (B) sampel setelah disimpan 10 hari. Dari hasil pengujian atribut rasa didapatkan 3 panelis yang mengidentifikasi dengan benar dari 30 panelis keseluruhan. Nilai ini kurang dari angka kritisnya yaitu 15,
sehingga
dapat disimpulkan bahwa panelis tidak dapat membedakan 2 sampel yang berbeda. Aroma dan rasa pegagan yang sama menyebabkan kebanyakan panelis tidak dapat membedakan
antar
sampel. Rasa produk yang cenderung tawar, agak pahit, dan beraroma juga menyebabkan panelis susah menentukan produk yang berbeda. Dari hasil pengujian atribut wama didapatkan 4 panelis yang mengidentifikasi dengan benar dari 30 panelis keseluruhan. Nilai ini kurang dari angka kritisnya yaitu 15,
sehingga
dapat disimpulkan bahwa panelis tidak dapat membedakan 2 sampel yang berbeda. Aroma dan
47
rasa pegagan yang sama menyebabkan kebanyakan panelis tidak: dapat membedak:an antar sampel. Warna produk pada penyimpanan hari ke 10 hampir sama dengan produk baru menyebabkan kebanyakan panelis tidak dapat membedakan perbedaan antar sampel. Dari atribut warna dan rasa disini dapat disimpulkan bahwa pada penyimpanan I 0 hari, produk belum mengsalami perubahan kualitas dari segi organoleptik. Hal ini diketahui bahwa panelis yang dapat mengenali perbedaan produk lebih sedikit dari angka kritisnya pada tiaptiap atribut.
Daya Tahan Produk Pada Penyimpanan 20 Hari Pada pengujian atribut rasa dan atribut warna pada penyimpanan sampel hari ke-20, masing-masing ditempatkan 1 sampel produk dengan penyimpanan 20 hari dan 2 sampel produk baru atau tanpa penyimpanan.
Pada atribut rasa sampel yang berbeda atau sampel
pada penyimpanan 20 hari diletakkan pada nomor 522, dan pada pengujian atribut warna, sampel yang berbeda diletakkan pada nomor 662. Kombinasi ini dirahasiakan dari responden. Hasil analisis Uji segitiga disajikan pada Tabel 10, sedangkan data lengkap analisis Uji •. '.'!i... -,
Segitiga disajikan pada Lampiran 3. Dari basil pengujian atribut rasa didapatkan 24 panelis yang mengidentifikasi dengan benar dari 30 panelis keseluruhan. Nilai ini lebih dari angka kritisnya yaitu 15, sehingga dapat disimpulkan bahwa panelis dapat membedakan 2 sampel yang berbeda.
48
Tabel 13. Hasil Analisis Uji Segitiga pada Pengujian Hari Ke-20. Uji Hari ke-20 Panelis
Jumlahyang menjawab benar Angka Kritis Kesimpulan Kesimpulan
Atribut Rasa
Atribut W arna
24
23
15 Lebih besar Panelis dapat membedakan sampel yang diuii
15 Lebih besar Panelis dapat membedakan sampel yang diuji
Gambar11. Penampakan sampel pada pengujian hari ke-20 (A) tanpa penyimpanan (B) sampel setelah disimpan 20 hari, yang terlihat sedikit lebih jernih. Dari basil pengujian atribut warna didapatkan 23 panelis yang mengidentifikasi
-
-~ ... ..
dengan benar dari 30 panelis keseluruhan. Nilai ini juga lebih dari angka kritisnya yaitu 15, sehingga dapat disimpulkan bahwa panelis dapat membedakan 2 sampel yang berbeda. Dari sini dapat diketahui bahwa pada hari ke-20 telah terjadi perubahan kualitas pada pegagan baik pada atribut rasa maupun warna.
Dari komentar yang diberikan responden,
sebagian besar mengemukakan bahwa aroma dan rasa dari produk lebih pekat, walaupun tidak terlalu mencolok, tetapi sudah dapat dibedakan. Dari segi warna, warna terlihat sedikit lebih jernih dari produk yang barn. Perubahan rasa yang terjadi pada sampel ini diduga disebabkan karena keluarnya zat ekstraktif dari fraksi padat ekstrak pegagan yang mengendap secara perlahan-lahan, dengan
49
semakin lamanya waktu penyimpanan.
Sedangkan perubahan warna, yaitu menjadi semakin
jemihnya warna produk diduga karena mengendapnya fraksi padat dari produk karena lama penyunpanan. Dugaan keluarnya lebih banyak zat ekstraktif ini didasari beberapa alasan.
Pertama
dari komentar panelis terhadap produk, terutama yang mengetahui tentang aroma pegagan, yang menyebutkan bahwa produk pada penyimpanan 20 hari terasa lebih pekat dan lebih terasa aroma pegagannnya. Hal ini bisa terjadi karena semakin lama penyimpanan akan semakin banyak zat yang keluar. Lasmadiwati et al (1994) menyatakan bahwa zat ektraktif dari tumbuhan obat akan semakin banyak keluar dan terlarut dengan pelarut, seiring lamanya waktu perendaman. Hal lain yang menyebabkan lebih cepatnya keluar zat diduga karena ketidakstabilan suhu penyimpanan.
Ketidakstabilan suhu penyimpanan ini terjadi karena selama dalam
proses penyimpanan, terutama mulai pertengahan bulan Desember 2005, di daerah penelitin hampir setiap hari terjadi pemadaman listrik selama beberapa jam setiap hari, yang menyebabkan lemari peadingin untuk penyimpanan produk tidak berfungsi. Hal ini dapat menyebabkan suhu dalam penyimpanan bisa meningkat sampai kisaran 16-20 °C. Lasmadiwati et al (2004) menyebutkan bahwa zat ekstraktif dari tumbuhan obat lebih mudah keluar dan bercampur dengan pelarut pada suhu yang lebih tinggi daripada pada suhu yang lebih rendah. Perubahan warna produk menjadi lebih jernih dimungkinkan karena proses pengendapan fraksi padat dari produk. Pada produk ekstrak pegagan cair ini, setelah ektrak disterilisasi, maka akan terdapat endapan di dasar botol.
Lamanya penyimpanan akan
50
mengakibatkan pengendapan :fraksi padat ini semakin banyak, sehingga warna cairan yang ada menjadi semakin jernih.
Analisis Statitistik untuk Uji Organoleptik Dari hasil analisis ragam yang dilakukan pada perhitungan Uji Organoleptik dengan menggunakan program SPSS, didapatkan tabel analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 14, dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan yang disajikan pada Tabel 15 dan 16.
Tabel 14. Tabel Analisis Ragam untuk Uji Organoleptik
Atribut Ras a
Warna
Sumber Keragaman Perlakuan Gal at Total Perlakuan Galat Total
JK 11,400 7,500 18,900 10,067 8,833 18,900
db 2 87 89 2 87 89
KT 5,700 0,086
F 66,120
Sig. 0,000
5,033 0,102
49,574
0,000
Dari tabel analisis ragam, dapat diketahui bahwa perlakuan penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata baik pada atribut rasa maupun pada atribut warna pada produk dengan nilai F Hitung sebesar 66,i20 untuk atribut rasa dan 49,574 untuk atribut warna. Dari uji Duncan diketahui bahwa untuk atnbut rasa, nilai tengah pada penyimpanan hari ke-10 masih berada dalam satu subset dengan nilai tengah pada penyimpanan hari ke-0, sehingga disimpulkan hasilnya tidak berbeda nyata. Sedangkan pada penyimpanan hari ke-20, nilai tengah yang diperoleh berada pada subset yang berbeda dengan subset pada penyimpanan hari ke-O maupun hari ke-10, sehingga disimpulkan hasilnya berbeda nyata. Untuk atribut warna, nilai tengah pada penyimpanan hari ke-l O masih berada dalam satu subset dengan nilai tengah pada penyimpanan hari ke-O, sehingga disimpulkan hasilnya
tidak berbeda nyata. Sedangkan pada penyimpanan hari ke-20, nilai tengah yang diperoleh 51
berada pada subset yang berbeda dengan subset pada penyimpanan hari ke-0 maupun hari ke10, sehingga disimpulkan hasilnya berbeda nyata.
,., ... '
52
BABVI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari basil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari basil pengujian cemaran mikroba produk pada penyimpanan 0 hari, 10 hari dan 20 hari, produk dinyatak:anaman untuk dikonsumsi. 2. Pada uji Organoleptik metode Uji Segitiga dan Uji Duncan pada hari ke-10, untuk atribut rasa, produk tidak mengalami perubahan rasa. Untuk atribut warna, produk tidak mengalami perubahan warna. 3. Pada uji Organoleptik metode Uji Segitiga dan Uji Duncan pada hari ke-20, untuk atribut rasa, produk telah mengalami perubahan rasa. Untuk atribut warna, produk telah mengalami perubahan warna. Saran
Dalam kesempatan ini penulis menyarankan. . ......
1.
-.
Perlakuan sterilisasi pada penelitian ini telah mengindikasikan produk terbebas dari cemaran mikroba pada penyimpanan sampai 20 hari, Karena itu metode sterilisasi pada penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada produk sejenis.
2. Penyimpanan produk pada penelitian ini masih dilakukan pada suhu rendah sehingga akan mengalami kesulitan pada aplikasi pemasaran dilapangan yang sering menggunakan suhu ruangan. Karena itu diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mengetahui daya tahan produk pada penyimpanan suhu lingkungan.
53
DAFTAR PUSTAKA Adi, S. 2004. Ekstraksi Tanaman Obat. Tam.anSringanis. Bogor. BSN. 1992. SNI 19-2897-1992. Cara Uji CemaranMikroba. BSN, Jakarta. BSN. 1995. SNI 01-3719-1995. Minuman Sari Buah. BSN, Jakarta. Emdchemicals. 2006. Http:// www.emdchemicals.com/images006.htm. Accesed at 01-012006. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Tama. Jakarta. IPTEKnet. 2004. Tanaman Obat Indonesia. Http://www.ipteknet.com/tanaman obat.html. Accesed at 10-12-2005. Izza, F. 2005. Pembuatan Serpihan Telur Kering Instan dengan Freeze Dryer. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Pertanian Bogor.
Skripsi. Institut
Lasmadiwati, E. et al, 1994. Pegagan. Penebar Swadaya. Jakarta. Meilgaard, M., Pille G. V. and Carr B. T. 1999. Sensory Evaluation Technique 3rd ed. Crc press. Bocaraton. Florida. PERSI. 2003. Pegagan (Centella asiatica /berita_persi.htm-.-Accesedat 01-02-2006
(L.) Urban). Http: //www.pdpersi.co.id
Rahayu, P.W, Nuraida, L, Suliantari, Anjaya, N.C.C. 2001. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan II. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian. Insttitut Pertanian Bogor. Bogor. Salina. 2005. Enzim Triterpenoid. Biofarmaka. Bogor. Visionnet. 2004. Pegagan Pengganti Ginko Biloba. /tanaman obat.htm. Accesedat 01-01-2006.
Http
//www.vision.net.id
Widodo, AS. 2005. Pegagan. Universal Lestari Center. Sumedang.
54
2
Lampiran 1. Perhitungan Analisis Cemaran Mikroba Rumus Penghitungan Cemaran Mikroba Metode SPC
L: Jumlah koloni/ml =
Jk x tp jkt
x
tpt
Keterangan : jk = Rata-rata jumlah koloni tiap tingkat pengenceran (yg ditemukan koloni) tp = Tingkatan pengenceran jkt = Rata-rata jumlah koloni pada pengenceran tertinggi (yg ditemukan koloni) tpt = Tingkatan pengenceran tertinggi Perhitungan Cemaran Mikroba Dari Produk Pada Penyimpanan 0 Harl Total Mikroba Sampel
Produk Penyimpanan 0 hari
No Sampel 1 2
Duplo
Pengenceran 10u
1
0 0 0
2
0
1 2
10-1 0 0 0 0
10-.l 0 0 0 0
10-J 0 0
0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni mikroba, maka dinyatakan tidak terdapat koloni mikroba atau jumlah koloni 0 koloni/ml. Total Kapang Sampel
Produk Penyimpanan 0 hari
No Sampel I 2
Duplo
Pengenceran
IOU 1 2
1 2
0 0 0 0
10-.l
10-J
0
0 0 0
0 0 0
0
0
0
10-1 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni Kapang, maka dinyatakan tidak terdapat koloni Kapang atau jumlah koloni 0 koloni/ml.
3
Total Khamir Sampel
Produk Penyimpanan
0 hari
No Sampel
1 2
Duplo
Pengenceran
IOU 1 2 1 2
0
0 0 0
10-1 0 0 0 0
10-.l 0 0 0 0
10-j
0 0 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni K.hamir, maka dinyatakan tidak terdapat koloni Khamir atau jumlah koloni 0 koloni/ml,
Perhitungan Cemaran Mikroba Dari Produk Pada Penyimpanan 10 Harl Total Mikroba Sampel
Produk Penyimpanan
0 hari
No Sampel
1 2
Duplo
Pengenceran IOU
10-1 0
10-.l 0 0 0
1
0
2
0 0
0
1 2
0
0
0
0
10-j 0 0 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni mikroba, maka dinyatakan tidak terdapat koloni mikroba atau jumlah koloni 0 koloni/ml.
Total Kapang Sampel
Produk Penyimpanan
0 hari
No Sampel 1 2
Duplo
Penzenceran
1
0 0 0
10-1 0 0 0
10-z 0 0 0
2
0
0
0
IOU 1 2
10-J 0 0 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni Kapang, maka dinyatakan tidak terdapat koloni Kapang atau jumlah koloni 0 koloni/ml.
4
Total Khamir Sampel
Produk Penyimpanan 0 hari
No Sampel I 2
Duplo
IOU 0 0 0 0
I 2 1 2
Pengenceran
10-1 0 0 0 0
10-z 0 0 0 0
10-3 0 0 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni Khamir, maka dinyatakan tidak terdapat koloni Khamir atau jumlah koloni 0 koloni/ml.
Perhitungan Cemaran Mikroba Dari Produk Pada Penyimpanan 10 Harl Total Mikroba Sampel
Produk Penyimpanan
0 hari
No Sampel
1 2
Pengenceran
Duplo
1 2 1 2
10u 0 0 0 0
10-• 0 0 0 0
10-..1. 0 0 0 0
10-..1 0 0 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni mikroba, maka dinyatakan tidak terdapat koloni mikroba atau jumlah koloni 0 koloni/ml. Total Kapang Sampel
Produk Penyimpanan 0 hari
No Sampel I 2
Duplo
IOU
1 2 1 2
0 0 0 0
Pengenceran 10-• 0 0 0 0
10-:.1. 0 0 0 0
10-..1 0 0 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni Kapang, maka dinyatakan tidak terdapat koloni Kapang atau jumlah koloni 0 koloni/ml.
5
Total Khamir Sampel
Produk Penyimpanan 0 hari
No Sampel 1 2
Duplo 1 2 1 2
Pengenceran 10° 0 0 0 0
10-1
10-z
10-3
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
Karena dalam pengamatan tidak ditemukan koloni Khamir, maka dinyatakan tidak terdapat koloni Khamir atau jumlah koloni 0 koloni/ml.
:-._-.
6
Lampiran 2. Hasil analisis uji laboratorium untuk uji cemaran mikroba
• Produk
Laboratorium Mikrobiologi Departemen llmu dan Teknologi Pangan lnstitut Pertanian Bogor
Hasil Uji Cemaran Mikroba
: Ekstrak Pegagan Gair
Waktu
: 4-24 Oktober 2007
Metode
: SPC
Pengujl : Nurudin Total Mlkroba Sampel
No Sampel
Produk Penyimpanan o hari
Produk Penyimpanan 10 hari
Produk Penyimpanan 20hari
1 2 1 2
1 2
Duplo 1 2
1 2 1 2
1 2 1 2 1 2
Penoenceran
10u 0 0 0
100 0 0
10-L 0
0
0 0
0 0
0 0 0 0
0
0 0 0
0
0 0
0 0 0
0
0
0
0 0
0 0 0
0 0
Koloni/ml
10-0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
Total Kapang Sampel .,..
.-~
Produk Penyimpanan 0 hari
Produk Penyimpanan 10 hart
Produk Penyimpanan 20 hart
No Sampel 1 2 1
2 1 2
Duplo 1 2
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10· 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0
Penoenceran 1010-·
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Koloni/ml 10~
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
0
0
0
7
•
Laboratorium Mikrobiologi Departemen llmu dan Teknologi Pangan lnstitut Pertanian Bogor
Total Kapang Sampel
No Sampel
Produk Penyimpanan 0 hari
Produk Penyimpanan 10 hari
Produk Penyimpanan 20 hari
1 2 1 2 1 2
Duplo
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
10" 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penaenceran 10-~ 10· 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Koloni/ml 10... 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bogor, 16 Oktober 2007 Asisten Penguji Nurmala Triswandari. S.TP
..... -.
0
0
0
8
Lampiran 3. Contoh Form Kuisioner Uji Segitiga KUISIONER UJI SEGITIGA Produk
: Ekstrak Cair Pegagan
Nama:
Tanggal Atribut Rasa
Satu dari tiga sampel yang disajikan mempunyai rasa yang berbeda dengan dua sampel yang lainnya. Cicipi sampel secara urut sesuai dengan urutan yang telah ditentukan dan identifikasi
sampel yang berbeda. Disediakan
air putih untuk
menetralisir indera pengecap anda sebelum mencicipi antar sampel. Tuliskan angka 1 pada sampel dengan rasa yang berbeda dan angka 0 pada sampel dengan rasa yang sama. Kode
Identifikasi
186 461 793
....
~--
Atribut Warna
Satu dari tiga sampel yang disajikan mempunyai warna yang berbeda dengan dua sampel yang lainnya. Amati sampel secara urut sesuai dengan urutan yang telah ditentukan dan identifikasi sampel yang berbeda. Tuliskan angka 1 pada sampel dengan warna yang berbeda dan angka 0 pada sampel dengan warna yang sama. Kode
183 431 316
Identifikasi
9
Lampiran4. Hasil Analisis Uji Segitiga
Analisis Uji Segitiga HariKe-10 Uii hari ke-l O Panelis
Rasa
0
461 1 1
186 0 1
0
Wanto Rere Rino
0 0 0
1 0 1
Kilci
1 0
0
0
0 0 0
Dela Siwi Nisa Isnanto Eli Anton Rudi Freedes Andi Wawan Lamedia Wida Yulfikar Eka Fidhdhotul Dena Ane
Ami A en I:
a Angka kritis Kesimpulan
1 1 0 1 1 0 0
1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 14
1
1 0 0
1 1 0
0 0 1 0 0 1 0 1 0
1 1 0 0 13 0.05 15
Panelis tidak dapat membedakan sam el an diuii
0.05 15 Panelis tidak dapat membedakan
10
Analisis Uji Segitiga Hari Ke-20
Uji hari ke-20 Panelis
Rasa
218 0 0 0 Wanto Rere Rino Kilci Yana
0
0 0 0 0 0 0
1 Siwi Nisa Isnanto Eli Anton Rudi Freedes Andi Wawan Lamedia Wida Yulfikar - -Eka Fidhdhotul Dena Ane Arni Ayen I: a
Angka kritis Kesimpulan
0 0 0 0 0
Warna 524 0 0
926
294
0
0
0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 I
0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1
1
0
1 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2 0.05 15 Panelis dapat membedakan
0
0
0 0
0 0 0 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0
0
1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1
1
1
1 0 0
0
0 0 0 0
0 6
0.05 15 Panelis dapat membedakan sam el an diuii
11
Lampiran 5. Tabel Penentuan Angka Kritis untuk Uji Segitiga Tabel Penentuan Angka Kritis untuk Uji Segitiga (Somber. Meilgard et al, 1999) ""~
''.;(\·'"n.1·'".~);'~':,.
',~~:
·ji
'1(•
:·;ji ~30~\1~i!lJ:{~~~,~<1ii(~:~i' ~!,i~y tt:i;
'\~:i1':'
~r-~· ,~,
,J;
·4\
•Ji~
{.ff
e:
'.!f,
:r1 ·'l!;
'~#/
Ji'
,:j:,f 't·
t~-~
,~i*:
~ ~tit
~1';. If! ,K "U' t,:~
·'}i~
'14'
I~
'.ur
11! Ii
"" ,~
~~~~
Ve
... -ti~~'U) p~~ 1n: ~l?'i jj
.,:
'[~: :'*
12
Lampiran 6. Uji Duncan untuk uji Organoleptik Tabel 15. Uji Duncan untuk Atnbut Rasa Subset untuk a= 0,05 1 2 0,0000 (a) hari ke 0 30 hari ke 10 30 0,1000 (a) hari ke 20 30 0,8000 (b) Sig. 0,191 1,0000 Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan angka tersebut masih berada dalam satu subset yang berarti tidak berbeda nyata. Perlakuan
N
Tabel 15. Uji Duncan untuk Atribut Warna Subset untuk a= 0,05 1 2 hari ke 0 30 0,0000 (a) harike 10 30 0,1333 (a) harike 20 0,7667 (b) 30 Sig. 0,109 1,0000 Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan angka tersebut masih berada dalam satu subset yang berarti tidak berbeda nyata. Perlakuan
N
6' .....