Tugas Filsafat Ilmu (BI-7101) Dosen : DR. Intan Ahmad
BIOETIKA TRANSPLANTASI DAN PENJUALAN ORGAN TUBUH MANUSIA
Disusun oleh :
ARIEF BUDI YULIANTI NIM: 30609004
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2009
2
Bioetika Transplantasi dan Penjualan Organ Tubuh Manusia. Oleh : Arief Budi Yulianti/NIM: 30609004
1. Pendahuluan. Transplantasi organ adalah pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya atau pemindahan organ dari donor ke resipien yang organnya mengalami kerusakan. Organ yang sudah dapat ditransplantasi adalah jantung, ginjal, hati, pancreas, intestine dan kulit, sedangkan jaringan, adalah kornea mata, tulang, tendo, katup jantung, dan vena. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi transplantasi organ, di satu sisi banyak membantu orangorang yang mengalamai kegagalan fungsi organ, tetapi disisi lain menjadi industri penjualan organ, yang cukup menjanjikan. Penjualan organ menjadi bisnis besar, bahkan menjadi mafia bisnis dan sasarannya adalah orang-orang tidak mampu, yang rela menjual organnya demi uang. Kasus penjualan organ banyak terjadi di negara India, China, Brazil, Afrika (Koran Tempo, 2003). Bahkan beberapa sendikat penjualan organ manusia berani memasang iklan untuk mencari pendonor dengan iming-iming uang dan bagi penerima organ, asalah memiliki uang yang banyak, maka sendikat ini akan mencarikan organ yang dibutuhkan (India abroad News Service, 2001; Mashberg, 2002, Kates, 2002). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik di bidang kedokteran, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman bioetik yang baik, maka akan terjadi banyak penyalahgunaan, yang tadinya bertujuan menolong pasien, bergeser menjadi mencari keuntungan sebesarbesarnya, dengan mengeksploitasi organ manusia. Bagaimana bioetik dapat dipahami oleh semua pihak, baik dokter, pendonor atau pun pasien?. Transplantasi organ dilaksanakan dengan alasan kemanusiaan, jadi tidak ada pemanfaatkan organ atas nama keuntungan satu pihak tertentu. Dalam paper ini akan dibahas bioetik transplantasi organ dan pencegahan terjadinya penjualan organ. Bioetik harus menjadi aturan yang mengikat semua komponen yang
3
terlibat dalam transplantasi organ, diperlukan aturan dan hukum yang mengikat, untuk mencegah terjadi penyalahgunaan transplantasi organ.
2. Transplantasi Organ. Pemindahan organ dari donor ke resipien bukan masalah yang sederhana, banyak faktor yang harus dipertimbangkan, misalnya medikal transplantasi, dimana donasi organ atau jaringan
memerlukan terapi transplantasi, meliputi persiapan resepien
transplantasi, saat
operasi dan sesudah transplantasi.
sebelum
Sering terjadinya penolakan
transplantasi, yaitu organ atau jaringan donor tidak diterima oleh tubuh resepien. Hal ini merupakan tantangan dan masalah yang kompleks bagi dunia kedokteran. Untuk mengatasi penolakan dari resepien diatasi dengan obat immunosuppressant, obat yang menghambat aktivitas sistem imun. Penggunaan obat ini mengambil resiko tinggi, karena dengan tidak aktifnya sistem imun, resepien menjadi rentan terhadap infeki dan penyebaran sel-sel malignant. Efek samping lain adalah menyebabkan hipertensi, dislipidemia, hiperglikemik, peptic ulcer, liver dan kerusakan ginjal. Obat ini pun biasana berinteraksi dengan obat lain dan akan mempengaruhi aktivitas metabolisme resepien. Transplantasi dapat dikelompokan menjadi, 1. Autograft. Transplantasi jaringan pada orang yang sama, biasanya dilakukan pada jaringan yang berlebih yang dapat beregenerasi atau jaringan yang terdekat, seperti pada skin graft atau vein extraction, pada coronary artery bypass surgery (CABG). 2. Allograft. Transplantasi organ atau jaringan antara dua orang yang tidak sama secara genetik, tetapi pada spesies yang sama. Transplantasi organ pada manusia umumnya adalah allograft, sehingga ada kendala penolakan organ atau jaringan dari resepien.
4
3. Isograft. Merupakan bagian dari allograft, hanya disini donor dan resepien mempunyai kesamaan genetik, seperti kembar identik, kelebihannya adalah tidak ada penolakan organ atau jaringan dari resepien. 4. Xenotransplantation. Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain, seperti transplantasi
katup jantung babi pada manusia, yang berjalan dengan baik.
Transplantasi ini
sangat berbahaya, terutama masalah non-incompatibility,
penolakan, dan penyakit yang dibawa organ atau jaringan tersebut.
Berdasarkan catatan sejarah, pertamakali transplantasi organ berhasil dilakukan adalah transplantasi jantung yang dilakukan oleh seorang dokter China, Pien Chi’ao, sedangkan ransplantasi kulit pertama kali dilakukan Sushruta pada abad ke-2 sebelum Masehi, kemudian pada abad ke-3 Damian dan Cosman berhasil mentransplanasi kaki yang terkena gangrenous dan transplantasi kornea mata pertama kali berhasil tahun 1873. Time line keberhasilan transplantasi yang tercatat mulai abad ke- 19 (Paul, dkk, 2004) adalah, • 1905: transplantasi kornea mata oleh Eduard Zirm • 1954: transplantasi ginjal oleh Joseph Murray (Boston, U.S.A.) • 1966: transplantasi pancreas oleh Richard Lillehei dan William Kelly (Minnesota, U.S.A.) • 1967: transplantasi hati oleh Thomas Starzl (Denver, U.S.A.) • 1967: transplantasi jantung oleh Christiaan Barnard (Cape Town, South Africa) • 1981: transplantasi jantung dan paru-paru oleh Bruce Reitz (Stanford, U.S.A.) • 1983: transplantasi lobus paru-paru oleh Joel Cooper (Toronto, Canada) • 1986: transplantasi kedua lobus paru-paru oleh Joel Cooper (Toronto, Canada) • 1987: transplantasi seluruh paru-paru oleh Joel Cooper (St. Louis, U.S.A.)
5
•
1995: transplantasi ginjal dari donor yang masih hidup dengan teknik laparascopic oleh Lloyd Ratner dan Louis Kavoussi (Baltimore, U.S.A.)
•
1998: transplantasi pancreas dari donor yang masih hidup oleh David Sutherland (Minnesota, U.S.A.)
•
1998: transplantasi tangan (France)
•
1999: transplantasi melalui teknik Tissue Engineered Bladder oleh Anthony Atala (Boston Children's Hospital, U.S.A)
•
2005: transplantasi wajah (France)
•
2006: transplantasi rahang dikombinasi dengan transplantasi bone marrow oleh Eric M. Genden (Mount Sinai Hospital, New York)
•
2008: transplantasi dua kaki oleh Edgar Biemer, Christoph Höhnke and Manfred Stangl (Technical University of Munich, Germany)
•
2008: transplantasi indung telur dan berhasil melahirkan seorang bayi.
•
2008: transplantasi batang tenggorok , menggunakan sel punca dari pasien itu sendiri oleh Paolo Macchiarini (Barcelona, Spain)
Organ yang berasal dari donor yang masih hidup (living donor), harus mempunyai syarat , antara lain, pendonor harus tetap hidup layak, sehingga yang didonorkan adalah jaringan, sel atau cairan yang dapat diperbaharui, seperti kulit, darah atau organ yang dapat beregenerasi, seperti hati, intestine atau bila diambil masih dapat bekerja dengan baik, seperti ginjal. Organ pun dapat berasal dari donor yang sudah meninggal (cadaveric donor), pendonor sudah dinyatakan mengalami kematian batang otak, sehingga organ-organ yang akan didonorkan harus tetap berfungsi dengan baik dan dapat ditransplantasikan pada tubuh resepien. Pada saat ini pun cadaveric donor dapat dari donor yang sudah dinyatakan cardic-death. 3. Bioetik Transplantasi Organ. Bioetik secara umum adalah studi filosofi dari kontroversi etik tentang biologi dan kedokteran, sehinga bioetik
lebih memperhatikan permasalahan-permasalahan
yang
6
berhubungan dengan life science, bioteknolgi, kedokteran, politik, hukum, filosofi, dan agama. Isu-isu bioetik tentang transplantasi organ akan meliputi definisi mati, kapan dan bagaimana transplantasi organ dapat dilaksanakan, juga meliputi pembayaran organ yang ditransplantasikan. Bioetik transplantasi organ manusia diatur dalam medical ethic, yang lebih mengarah pada aturan suatu organisasi profesi, yaitu
kode etik kedokteran,
yang mengatur
hubungan dokter-pasien-keluarga pasien (Rotgers, 2007). Pada transplantasi organ akan terlibat dokter, donor dengan keluarganya dan resepien dengan keluarganya. Ada suatu prosedur yang harus dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam transplantasi organ. Prosedur yang harus dijalani adalah, pertama
dokter mendiagnosis pasien, yang
menyatakan kegagalan fungsi organ tertentu, dan direkomendasi untuk mengikuti program transplantasi organ dan dirujuk pada pusat transplantasi, disini pasien akan dievaluasi kesehatannya, juga status sosial yang mendukung dan kemungkinan adanya donor yang cocok. Ada dua sumber donor organ, yang pertama organ berasal dari donor yang sudah meninggal, atau disebut cadaveric donor. Orang menjadi cadaveric donor, harus ada persetujuan, bersedia menjadi cadaveri donor ketika dia meninggal dan ini harus dengan legalitas. Di beberapa negara, bila persetujuan cadaveric donor tidak ada, maka boleh dari keluarganya untuk memberikan izin mengambilan organ. Kedua, organ berasal dari donor yang masih hidup, biasanya yang masih mempunyai hubungan keluarga, teman atau orang yang tidak dikenal. Beberapa yayasan non-profit atau charity, seperti National Marrow Donor Program,
mempunyai daftar donor bone marrow, bila pendonor tidak ada
hubungan kekeluargaan dengan pasien, maka diberi tanda Non Direct Donor (NDD), yang sudah mengetahui kapan pun organnya akan diambil untuk ditransplantasikan pada resepien yang membutuhkan. Jumlah organ yang akan didonorkan sangat sedikit dibandingkan resepien yang membutuhkan organ. Data dari transplant center menyatakan, bahwa setiap hari orang yang membutuhkan transplantasi organ bertambah 106 orang, transplantasi organ tiap hari terjadi sebanyak 68 orang dan 17 orang meninggal, karena menunggu organ yang akan ditransplantasi. Dengan demikian transplant center harus membuat aturan yang ketat,
7
dengan membuat kriteria pemberian organ pada yang pasien yang membutuhkan, antara lain , 1. Setiap orang mempunyai hak yang sama 2. Pada orang yang membutuhkan 3. Pada orang yang berusaha 4. Pada orang yang memberi kotribusi 5. Pada orang berdasarkan free-market exchanges Juga dengan pertimbangan, lamanya waktu menunggu dan usia. Transplant center mencoba meningkatkan jumlah organ yang didonorkan dan lebih mengarahkan pada cadaveric donor, dengan beberapa langkah disiapkan, yaitu 1. Education, dengan memberikan kesadaran untuk menyumbangkan organnya saat meninggal, karena banyak orang yang membutuhkan organnya, sehingga dapat menolong jiwa orang lain. Juga pengertian pada keluarga untuk mendukung menyumbangkan organnya saat meninggal. 2. Mandated choice police, usaha yang dilakukan pemerintah menghimbau rakyatnya untuk peduli pada orang sakit yang membutuhkan organ, dengan memberi kemudahan mendaftrakan diri sebagai cadaveric donor 3. Presumed consent, adalah kebijakan suatu negara, bahwa pada saat seseorang meninggal maka jasadnya milik negara, sehingga setiap orang dapat menjadi cadaveric donor atas izin negara. 4. Pemberian incentive pada keluarga yang memberikan organ dari anggota keluarganya yang meninggal. 5. Orang tahanan yang dihukum mati, maka dapat menjadi cadaveric donor.
4. Penjualan Organ. Banyaknya orang yang membutuhkan transplantasi organ, ditambah dengan tekanan ekonomi yang cukup berat, sehingga memunculkan mafia-mafia menjualan organ yang berkedok yayasan kemanusiaan. Ini banyak terjadi di China, India, Brazil dan Afrika. Satu
8
organ yang didonorkan akan mendapat imbalan minimal US$ 1000 ( Rothman, D.J, 1997; Kapp, 2004). Sasaran mafia penjualan organ adalah keluarga kaya, yang anggota keluarganya ada yang membutuhkan donor organ, dengan memberi tarif berkisar dari US$ 100.000 – 200.000, sedangkan pendonor atau keluarganya hanya menerima US$ 1000 – 5000. Ini merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, bahkan di China dilaporkan tidak lagi mencari pendonor secara baik-baik, tetapi menggunakan orang tahanan (Samson, 2001;Asikin, 2006).
5. Pengawasan Transplantasi Organ. Tujuan mulia mendonorkan organ untuk menolong orang yang membutuhkan, sering disalah
gunakan
oleh
orang-orang
yang
tidak
bertanggung
jawab,
dengan
memperdagangkan organ tubuh manusia, bahkan sudah membentuk suatu jaringan penjualan organ manusia.
Timbul satu pertanyaan, siapakah yang bertanggungjawab ?
Pemahaman bioetik dengan memperhatikan hak hidup setiap organisme, sehingga dapat memperlakukan makhluk hidup, terutama manusia dengan benar. Sikap ini diharapkan menjadi pembatas manusia untuk tidak melakukan penjualan organ manusia, tetapi terkadang pertimbangan ekonomi lebih dikedepankan daripada pertimbangan hak hidup seseorang. Orang rela melakukan kejahatan demi uang yang diperoleh. Dalam kasus transplantasi organ yang paling berperan adalah dokter, dia yang mendiagnosa, menangani operasi dan
merawat setelah
transplantasi organ. Jadi
penyalahgunaan organ tubuh manusia, pertama-tama terletak pada dokter yang menanganinya. Jika dokter ingin mendapat uang sebanyak-banyaknya, maka dokter akan menempuh segala cara untuk mendapat organ dengan mudah dan murah. Dokter terikat kode etik profesi dokter, izin praktek akan dicabut bila melakukan kecerobohan, jadi dalam hal ini organisasi profesi menjadi penting untuk menangani dokter yang melakukan kecurangan. Sendikat penjualan organ manusia sudah lama diketahui, tetapi seperti tidak ada penyelesaian, pemerintah setempat seperti tidak berdaya, badan dunia seperti WHO, terlihat
9
berusaha mengatasinya dengan memberikan rambu-rambu prosedur transplantasi organ, yang diatur dalam suatu deklarasi di Istambul yang mengatur transplantasi dan penjualan organ (International Summit, 2008; Delmonico, 2008). Dengan melibatkan semua pihak, seperti tim medis, peneliti, pemerintah, organisasi sosial, permasalahan penjualan organ ini dapat diatasi dengan baik.
6. Penutup. Transplantasi organ adalah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang patut disyukuri, karena harapan untuk sembuh setelah divonis kegagalan fungsi organ dapat terwujud. Program transplantasi organ ini pun membawa dampak negatif, dengan munculnya penjualan organ manusia, Pemahaman bioetik, pada semua pihak yang terlibat dalam transplantasi organ diharapkan dapat menghentikan penjualan organ manusia, dan pengawasan badan yang berkompeten.
7. Daftar Pustaka. 1. Asikin, M.N. (2006). Penyiksaan Pengikut Falung Gong RRT, Kesaksian Pengacara Kanada,
Dua
Tahun,
2000
Tahanan
Diambil
Paksa
Korneanya.
Jakarta.http://www.kebijakanjernih.net/ 2. Delmonico, F. (2008). The Development of Declaration of Istambul on Organ Trafficking and Transplant Tourism. Nephrol Dial Transplant (23) : 3381-3382 3. India Abroad News Service (2001). Adoption Body Suspects Organ Sale racket in Andhra Pradesh. http://www.vachss.com/ 4. International Summit (2008). The Declaration of Istambul on Organ Trafficking and Transplant Tourism. The Council of American Society of Nehprology 5. Kapp, C.N. (2004). Organ Trafficking and Transplantation Pose New Challenges. World Health Organization. http://www.who.int/bulletin/ 6. Kates, B.(2002). Black Market in Transplant Organs. Published in New York Daily News. http://www.vachss.com/
10
7. Mashberg, T. (2002) Med Examiner’s Office Has Secret Body-Parts Deal. Published in Boston Herald. http://www.vachss.com/ 8. Paul, B; Valapour,M: Bartels, D, Penny, S.B; Kahn, J (2004). Ethics of Organ Transplantation. University Minnesota, Bioethics center. 9. Peryanto, A. (2003). Hidup
Layak
Berkat
Jual Organ.
Koran tempo.
http://www.kebijakanjernih.net/ 10. Rotgers, F. (2007). Bioethics and Addiction Treatment. ProQues Healt and Medical complete (5): 29-33. 11. Rothman,D.J; Rose, E; Atawa, T; Cohen, B; Daar, A; Dzemeshkevich, S.L; Lee, C.J; Munro, R; Reyes, H; Rothman,S.M; Schoen, K.F; Hughes, N.S; Shapira, Z and Smit, H. (1997). The Bellagio Task Force Report on Transplantation, Bodily Integrity and the International Traffic in Organs. Transplantation Proceedings (29): 2739-2745. 12. Samson, K. (2001). Prisoners’s Organs Sold in China. United Press International. http://www.vachss.com/