TUGAS AKHIR -MN 141581 ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN TANGKAP (FISHING GEAR) DALAM MENUNJANG PROYEK PENGADAAN KAPAL IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Fakhriy Khairi Rizaldi NRP 4112 100 090 Dosen Pembimbing : Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
TUGAS AKHIR -MN 141581 ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN TANGKAP (FISHING GEAR) DALAM MENUNJANG PROYEK PENGADAAN KAPAL IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Fakhriy Khairi Rizaldi NRP 4112 100 090 Dosen Pembimbing : Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Analisa Teknis dan Ekonomis Industri Komponen Peralatan Tangkap (Fishing Gear) dalam Menunjang Proyek Pengadaan Kapal Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, memotivasi dan membimbing penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan dan motivasi selama mengerjakan Tugas Akhir 2. Bapak Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.SC., Ph,D., selaku Ketua Departemen Teknik Perkapalan ITS 3. Bapak Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc., Bapak Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc., Bapak Sufian Imam Wahidi, ST., M.Sc, Bapak M. Solikhan Arif, ST, MT, Bapak Imam Baihaqi, ST, MT selaku dosen program studi industri perkapalan sekaligus penguji sidang Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan ilmu dalam pengembangan akademik dan pengembangan diri di ITS 4. Ibu Septia Hardy Sujiatanti, S.T., M.T. selaku dosen penguji pada sidang Tugas Akhir 5. Ibu Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. selaku Dosen Wali atas segala bimbingan, motivasi dan pengembangan diri selama menempuh perkuliahan di ITS 6. Bapak Arif Sukma selaku owner CV. Citra Adi Sari dan Bapak Muhammad Arifin selaku pemilik bengkel permesinan tangkap di TPI Palang atas waktu dan ilmunya yang disediakan kepada penulis selama pengerjaan Tugas Akhir 7. Orang tua dan keluarga besar Mahjuddin yang telah membimbing, memotivasi, membiayai serta mendoakan selama menempuh perkuliahan di ITS 8. Agnesia Nely Sheila, Harisuddin Hawali, Pandu Heru Satrio atas kerjasama dan informasi yang diberikan selama pengerjaan Tugas Akhir 9. Keluarga Besar Pentol atas bantuan, motivasi dan kerjasama selama menempuh perkuliahan di ITS 10. Mahasiswa seluruh angkatan untuk keahlian bidang Industri di Departemen Teknik Perkapalan atas kerjasama, motivasi, bantuan yang diberikan selama pengerjaan Tugas Akhir dan menempuh perkuliahan di ITS 11. Seluruh angkatan di Departemen Teknik Perkapalan FTK ITS yang telah memberikan dukungan dan berbagi ilmu dalam menyelesaikan Tugas Akhir Demikian penulis menyusun Tugas Akhir ini, apabila terdapat kesalahan sumber atau pengetikan, penulis mohon maaf. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih. Surabaya,
Januari 2017
Penulis ii
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN TANGKAP (FISHING GEAR) DALAM MENUNJANG PROYEK PENGADAAN KAPAL IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Nama Mahasiswa
: Fakhriy Khairi Rizaldi
NRP
: 4112 100 090
Jurusan / Fakultas
: Teknik Perkapalan / Teknologi Kelautan
Dosen Pembimbing
: Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
ABSTRAK Tujuan dari tugas akhir ini adalah mendapatkan informasi teknis dalam pembangunan industri komponen peralatan tangkap beserta kelayakan investasi dari pembangunan industri tersebut. Dalam hal ini diperlukan jumlah kebutuhan peralatan tangkap. Peralatan tangkap merupakan segala jenis peralatan yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri atas kapal, alat tangkap dan alat bantu tangkap. Tugas akhir ini difokuskan industri yang memproduksi jenis alat bantu tangkap berupa hauler yang terdiri dari 4 macam yakni net hauler, line hauler, combined net&line hauler, dan powerblock. Penelitian diawali dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi, pengumpulan data primer & data sekunder, pengolahan data berupa forecasting dengan metode time series, dan menganalisa secara teknis pembangunan industri serta menganalisa secara ekonomis untuk kelayakan investasi pembangunan industri komponen peralatan tangkap. Penelitian ini menghasilkan beberapa informasi yakni jumlah kebutuhan komponen peralatan tangkap untuk line hauler sebanyak 874 unit, net hauler sebanyak 874 unit, combined net&line hauler sebanyak 356 unit dan powerblock sebanyak 208 unit dimana disesuaikan dengan kebutuhan kapal ikan 6 GT – 30 GT. Pembangunan industri komponen peralatan tangkap diperlukan luas tanah sebesar 4290 m2 dengan total luas bangunan tertutup sebesar 2689 m2 di Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan. Produk-produk komponen peralatan tangkap merupakan jenis produk completely knocked down (CKD) dimana komponen-komponen utama setengah jadi dibeli baik impor maupun lokal dan dirakit di industri ini. Rangkaian aktivitas industri ini antara lain desain, fabrikasi & perakitan, pengecatan, instalasi elektrik & mekanik, inspeksi produk hingga pengiriman dan instalasi pada kapal. Biaya investasi pembangunan industri ini sebesar Rp 15.560.000.000,00 yang berupa biaya pembangunan, peralatan & permesinan, dan administrasi pendirian industri. Payback Period terjadi pada 5 tahun 5 bulan dengan ROI (return of investment) sebesar Rp 1.997.000.000,00 dengan Internal Rate of Retun (IRR) sebesar 14,67% dimana nilai IRR lebih besar dari suku bunga pinjaman yang ditetapkan sebesar 12% sehingga investasi ini dapat dikatakan layak.
Kata kunci: Peralatan tangkap, Industri penunjang, kelayakan investasi
iii
TECHNICAL AND ECONOMICAL ANALYSIS FISHING GEAR COMPONENT INDUSTRY IN SUPPORTING THE FISHING VESSEL PRODUCTION PROJECT OF MARINE AND FISHERIES MINISTRY
Author
: Fakhriy Khairi Rizaldi
ID No.
: 4112 100 090
Dept. / Faculty
: Naval Architecture & Shipbuilding Engineering / Marine Technology
Supervisors
: Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
ABSTRACT The purpose of this final project is to obtain technical information in building fishing gear components industry along with investment feasibility of the building the industry. In this case, it required the number of fishing gear needed. Fishing gear is all types of equipment used in fishing operations consisting of boats, fishing equipment and fishing tools. This final project is focused on industry that produce the type of fishing tools in the form of hauler that consists of four types namely net hauler, line hauler, combined net & line hauler, and powerblock. The study begins by identifying the problems that occur, the collection of primary data and secondary data, data processing i.e forecasting by the method of time series, and analyzing technically the construction industry as well as economically analyze for feasibility of fishing gear component industry investment. The results of research give some information that the required amount of fishing gear component on line hauler as many as 874 units, net hauler as many as 874 units, the combined net & line hauler as many as 356 units and powerblock as many as 208 units of which adapted to the needs of fishing vessels from 6 GT - 30 GT. Fishing gear component industry required land area of 4290 m2 with a total building area of 2689 m2 on Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Lamongan. The products of fishing gear component are type of completely knocked down (CKD) product in which some main components that half-finished purchased both local & import and assembled in this industry. The series of industrial activities include design, fabrication and assembly, painting, installation of electrical and mechanical, product inspection until delivery and installation on ships. The investment cost from building the industry in amount of Rp 15.560.000.000,00 which consist of development costs, equipment and machinery cost, and administration cost of industrial establishments. Payback Period occurs in 5 years and 5 months along with ROI in amount of Rp 1.997.000.000,00 and Internal Rate of Retun (IRR) at 14.67% which it higher than fixed loan interest rate at 12 % so that the investment is feasible
Keywords: Fishing gear, Supporting industry, Investment feasibility
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................................................i LEMBAR REVISI ..................................................................................................................................i KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii ABSTRAK ........................................................................................................................................... iii ABSTRACT ..........................................................................................................................................iv DAFTAR ISI .........................................................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1 I.2 Perumusan Masalah .......................................................................................................... 2 I.3 Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi.............................................................................. 2 I.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 3 I.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 3 I.5.1 Manfaat untuk Akademisi.......................................................................................... 3 I.5.2 Manfaat untuk Praktisi ............................................................................................... 3 I.6 Hipotesis ........................................................................................................................... 4 I.7 Sistematika Penulisan Laporan ......................................................................................... 4 BAB II STUDI LITERATUR ................................................................................................................5
II.1 Karakter Industri .............................................................................................................. 5 II.2 Klasifikasi Industri Penunjang Perkapalan...................................................................... 7 II.3 Fishing Gear.................................................................................................................... 8 II.3.1 Klasifikasi Alat Tangkap .......................................................................................... 8 II.3.2 Macam-macam peralatan bantu.............................................................................. 14 II.4 Konsep dan dasar Ekonomi Teknik............................................................................... 18 II.5 Penjadwalan Produksi ................................................................................................... 20
vi
II.6 Kapasitas Produksi ........................................................................................................ 21 II.7 Biaya Produksi .............................................................................................................. 22 II.8 Harga Pokok Produksi (HPP) ........................................................................................ 24 II.9 Harga Penjualan Produk ................................................................................................ 25 II.9.1 Penentu Harga Jual ................................................................................................. 25 II.9.2 Tujuan Penentuan Harga Jual ................................................................................. 26 II.9.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual ...................................................... 26 II.9.4 Cara Penghitungan Harga Jual ............................................................................... 26 II.9.5 Metode Penentu Harga Jual .................................................................................... 27 II.10 Forecasting .................................................................................................................. 27 II.11 Investasi ....................................................................................................................... 33 II.11.1 Kriteria Investasi .................................................................................................. 34 II.11.2 Metode Penilaian Investasi ................................................................................... 35 II.12 Kriteria penentuan Lokasi Industri .............................................................................. 38 II.12.1 Kondisi Lahan ...................................................................................................... 38 II.12.2 Ketersediaan Tenaga Kerja .................................................................................. 38 II.12.3 Ketersediaan Bahan Baku .................................................................................... 39 II.12.4 Pemasaran ............................................................................................................. 39 II.12.5 Rencana Tata Ruang Terkait Penetuan Lokasi ..................................................... 40 II.12.6 Kecukupan Infrastruktur....................................................................................... 40 II.12.7 Modal.................................................................................................................... 40 II.13 Perencanaan Tata Letak Pabrik ................................................................................... 41 II.14 Penentuan Struktut Organisasi .................................................................................... 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................. 51
III.1 Jenis Metodologi Penelitian ......................................................................................... 51 III.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................................. 51 III.2.1 Jenis Data .............................................................................................................. 51 vii
III.2.2 Sumber Data .......................................................................................................... 51 III.3 Proses Pengerjaan ........................................................................................................ 52 III.3.1 Tahap Latar Belakang Masalah ............................................................................. 52 III.3.2 Tahap Perumusan Masalah ................................................................................... 52 III.3.3 Tahap Pengumpulan Data ..................................................................................... 52 III.3.4 Tahap Pengolahan Data ........................................................................................ 53 III.3.5 Tahap Analisis Teknis ........................................................................................... 53 III.3.6 Tahap Analisis Ekonomis ..................................................................................... 53 III.3.7 Tahap Kesimpulan dan Saran ............................................................................... 53 III.4 Bagan Alir .................................................................................................................... 53 BAB IV ANALISA PASAR INDUSTRI PERALATAN TANGKAP ................................................. 55
IV.1 Kondisi Existing Industri Peralatan Tangkap .............................................................. 55 IV.1.1 Perlengkapan Tangkap yang Terpasang pada Kapal Ikan .................................... 55 IV.1.2 Kondisi Industri Komponen Peralatan Tangkap ................................................... 65 IV.1.3 Produk Permesinan Tangkap Dalam Negeri ......................................................... 66 IV.2 Potensi Pasar Industri Peralatan Tangkap .................................................................... 68 IV.2.1 Peta Pelabuhan Perikanan Indonesia .................................................................... 69 IV.2.2 Data Jumlah Penggunaan Alat Tangkap Berdasarkan Jenisnya ........................... 71 IV.2.3 Jumlah Armada Kapal Ikan .................................................................................. 72 IV.2.4 Data Rencana Pembangunan Kapal Ikan .............................................................. 73 IV.2.5 Proyeksi Jumlah Permintaan Pasar Industri Fishing Gear ................................... 73 BAB V PERENCANAAN INDUSTRI PERALATAN TANGKAP .................................................... 79
V.1 Analisis Teknis .............................................................................................................. 79 V.1.1 Pemilihan Lokasi Industri Fishing Gear ................................................................ 79 V.1.2 Perencanaan Produk ............................................................................................. 119 V.1.3 Proses Pembuatan Produk .................................................................................... 124 V.1.4 Pemeriksaan Hasil Produk ................................................................................... 135
viii
V.1.5 Peralatan dan Mesin ............................................................................................. 136 V.1.6 Kapasitas Produksi ............................................................................................... 159 V.1.7 Penjadwalan Produksi .......................................................................................... 166 V.1.8 Perencanaan Layout Industri ................................................................................ 172 V.1.9 Standar Keselamatan Kerja .................................................................................. 179 V.2 Analisa Ekonomis ....................................................................................................... 181 V.2.1 Analisa Investasi Pembangunan Industri Komponen Peralatan Tangkap ............ 181 V.2.2 Analisa Biaya Operasional Industri Komponen Peralatan Tangkap .................... 186 V.2.3 Analisa Penentuan Harga Pokok Produksi ........................................................... 187 V.2.4 Analisa Penentuan Harga Penjualan Produk ........................................................ 191 V.2.5 Analisa Target Produksi dan Pendapatan ............................................................. 192 V.2.6 Analisa Kelayakan Investasi ................................................................................ 194 V.2.7 Analisa Pesaing Usaha ......................................................................................... 196 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 201
VI.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 201 VI.2 Saran .......................................................................................................................... 201 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 202
LAMPIRAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI LAMPIRAN PERHITUNGAN HPP DAN HARGA PENJUALAN PRODUK LAMPIRAN ANALISA KELAYAKAN INVESTASI LAMPIRAN HASIL FORECASTING DENGAN MINITAB 17 LAMPIRAN LAYOUT INDUSTRI
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Alat Tangkap Purse Seine ..................................................................................................8 Gambar II.2 Alat tangkap beach seine ....................................................................................................9 Gambar II.3 Pukat hela dasar (Bottom Trawls)..................................................................................... 10 Gambar II.4 Boat Dredges ................................................................................................................... 10 Gambar II.5 Jaring angkat berperahu ................................................................................................... 11 Gambar II.6 Cast Net ........................................................................................................................... 11 Gambar II.7 Macam-macam gill net ..................................................................................................... 12 Gambar II.8 Alat penangkap ikan perangkap berupa bubu ................................................................... 13 Gambar II.9 Alat tangkap ikan huhate.................................................................................................. 13 Gambar II.10 Tombak dan mata tombak .............................................................................................. 14 Gambar II.11 Net hauler ...................................................................................................................... 16 Gambar II.12 Line Hauler ................................................................................................................... 16 Gambar II.13 Power Block ................................................................................................................... 17 Gambar II.14 Combine Net and Line Hauler........................................................................................ 17 Gambar II.15 Grafik demand................................................................................................................ 18 Gambar II.16 Kegiatan ekonomi pandangan sistem produksi............................................................... 19 Gambar II.17 Siklus ekonomi berdasarkan sifat perputaran uang......................................................... 19 Gambar II.18 Skema pembagian metode peramalan ............................................................................ 29 Gambar II.19 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola tren ...................................................... 30 Gambar II.20 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola musiman .............................................. 30 Gambar II.21 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola siklik ................................................... 31 Gambar III.1 Alur Pengerjaaan Tugas Akhir ........................................................................................ 54 Gambar IV.1 Perlengkapan Kapal Ikan Purse Seine ............................................................................ 56 Gambar IV.2 Perlengkapan Kapal Ikan Trawl...................................................................................... 57 Gambar IV.3 Perlengkapan Kapal Ikan Dredger .................................................................................. 58 Gambar IV.4 Perlengkapan Kapal Ikan Lift Net ................................................................................... 59 Gambar IV.5 Perlengkapan Kapal Ikan Falling Gear .......................................................................... 60 Gambar IV.6 Perlengkapan Kapal Ikan Gill Netter .............................................................................. 61 Gambar IV.7 Perlengkapan Kapal Ikan Pole & Line ............................................................................ 62 Gambar IV.8 Perlengkapan Kapal Ikan Tonda ..................................................................................... 63 Gambar IV.9 Perlengkapan Kapal Ikan Longline ................................................................................. 64 Gambar IV.10 Bengkel permesinan tangkap di TPI Palang, Tuban ..................................................... 65 Gambar IV.11 Bengkel permesinan tangkap di Pelabuhan Benoa ........................................................ 66 Gambar IV.12 Permesinan tangkap (net hauler) yang umum dijumpai di perairan utara Laut Jawa .... 67
x
Gambar IV.13 Permesinan tangkap (line hauler) di pelabuhan Benoa, Bali ........................................ 68 Gambar IV.14 Peta Pelabuhan Perikanan Indonesia ............................................................................. 69 Gambar IV.15 Grafik jumlah jenis alat tangkap di Jawa Timur ........................................................... 72 Gambar IV.16 Grafik Jumlah Armada Kapal Ikan ............................................................................... 76 Gambar V.1 Lokasi lahan Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji Pasuruan ............................... 81 Gambar V.2 Peta Lokasi Pertama ......................................................................................................... 81 Gambar V.3 Jumlah Pengangguran Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2011-2015 ................... 82 Gambar V.4 Peta Rencana Tata Ruang Kabupaten Pasuruan tahun 2029 ............................................ 88 Gambar V.5 Data panjang jalan berdasarkan kondisi dan permukaan di wilayah Pasuruan tahun 2014 ............................................................................................................................................................. 91 Gambar V.6 Lokasi lahan Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan ............... 94 Gambar V.7 Peta Lokasi Kedua ........................................................................................................... 94 Gambar V.8 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan tahun 2011-2031 ........................ 101 Gambar V.9 Pelanggan listrik wilayah Brondong/Paciran di Kabupaten Lamongan tahun 2015 ....... 103 Gambar V.10 Perkembangan Sarana Air Minum di Kabupaten Lamongan tahun 2010-2015............ 104 Gambar V.11 Kondisi dan permukaan jalan wilayah Kabupaten Lamongan tahun 2014 ................... 105 Gambar V.12 Lokasi lahan Jalan Raya Deandles No.33, Wotan, Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.................................................................................................................................................. 107 Gambar V.13 Peta Lokasi Ketiga ....................................................................................................... 108 Gambar V.14 Kondisi angkatan kerja pada Kabupaten Gresik Tahun 2010-2013.............................. 108 Gambar V.15 Kondisi dan permukaan jalan wilayah Kabupaten Gresik tahun 2015 ......................... 116 Gambar V.16 Perencanaan produk electric line hauler ...................................................................... 120 Gambar V.17 Perencanaan produk Hydraulic Line Hauler ................................................................ 121 Gambar V.18 Perencanaan produk Combined Line & Net Hauler ..................................................... 122 Gambar V.19 Perencanaan produk Hydraulic Net Hauler.................................................................. 123 Gambar V.20 Perencanaan produk Power Block ................................................................................ 124 Gambar V.21 Alur produksi komponen peralatan tangkap ................................................................. 125 Gambar V.22 Contoh gambar spesikasi power block ......................................................................... 126 Gambar V.23 Hasil pemotongan pelat untuk main frame pada winch ................................................ 127 Gambar V.24 Proses fabrikasi dan assembly ...................................................................................... 129 Gambar V.25 Persiapan komponen permesinan ................................................................................. 132 Gambar V.26 Flow Chart Aliran Material ......................................................................................... 134 Gambar V.27 Personal Computer ....................................................................................................... 138 Gambar V.28 Tampilan Autodesk Fusion 360 .................................................................................... 139 Gambar V.29 Tampilan AutoCAD 2017 ............................................................................................ 140 Gambar V.30 Mesin Rol .................................................................................................................... 142 Gambar V.31 Mesin Potong Pelat ..................................................................................................... 143
xi
Gambar V.32 Hydraulic Bending Machine ........................................................................................ 144 Gambar V.33 Abrassive Cutoff Machine ............................................................................................ 145 Gambar V.34 Mesin Gerinda Tangan ................................................................................................. 146 Gambar V.35 Mesin Bor Meja ........................................................................................................... 147 Gambar V.36 Electric Hand Drilling Machine .................................................................................. 148 Gambar V.37 Bench Vice Clamp ........................................................................................................ 149 Gambar V.38 Mesin Ampelas ........................................................................................................... 150 Gambar V.39 Mesin Las SMAW......................................................................................................... 151 Gambar V.40 Mesin Las GTAW ......................................................................................................... 152 Gambar V.41 Kompresor Udara ......................................................................................................... 153 Gambar V.42 Spray Gun .................................................................................................................... 154 Gambar V.43 Forklift Kapasitas 5 ton ................................................................................................ 155 Gambar V.44 Manual Stacker ............................................................................................................ 156 Gambar V.45 Overhead Crane........................................................................................................... 157 Gambar V.46 Mobile Gantry Crane ................................................................................................... 158 Gambar V.47 Struktur Organisasi ...................................................................................................... 172 Gambar V.48 Activity Relationship Diagram ..................................................................................... 175 Gambar V.49 Space Relationship Diagram........................................................................................ 176 Gambar V.50 Denah Production Area/Hangar .................................................................................. 178 Gambar V.51 Layout Industri Industri Peralatan Tangkap ................................................................. 178 Gambar V.52 Aliran Material pada Layout Pabrik ............................................................................. 179 Gambar V.53 Peralatan safety operator .............................................................................................. 180 Gambar V.54 Masker untuk perlindungan painter ............................................................................. 180 Gambar V.55 Desain Net Hauler beserta dimensinya ........................................................................ 188
xii
DAFTAR TABEL Tabel II.1 Metode Penentuan Harga Jual .............................................................................................. 27 Tabel IV.1 Jumlah Pelabuhan Perikanan tiap Kelasnya di Perairan Indonesia ..................................... 70 Tabel IV.2 Data jumlah unit penangkapan di laut menurut jenis alat tangkap di Jawa Timur .............. 71 Tabel IV.3 Jumlah Armada Kapal Ikan di Jawa Timur Tahun 2006-2015 ........................................... 72 Tabel IV.4 Proyeksi Pembangunan Kapal Ikan sesuai dengan Proyek Pengadaan Kapal Ikan oleh KKP ............................................................................................................................................................. 73 Tabel IV.5 Hasil forecast dengan Minitab beserta indikatornya ........................................................... 74 Tabel IV.6 Hasil Peramalan Jumlah Armada Kapal Ikan Tahun 2016-2025 ........................................ 75 Tabel IV.7 Estimasi Kebutuhan Komponen Peralatan Tangkap per tahun ........................................... 77 Tabel IV.8 Jumlah Produksi dengan Market Share Sebesar 20% ......................................................... 78 Tabel V.1 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi pertama ............................ 80 Tabel V.2 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pertama pada lokasi pertama ..... 80 Tabel V.3 Status Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin di Kota Pasuruan Tahun 2008-2014 (Persen) ................................................................................................................... 82 Tabel V.4 Daftar Perguruan tinggi di sekitar Pasuruan ........................................................................ 83 Tabel V.5 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi pertama ....................................................... 83 Tabel V.6 Ketersediaan bahan baku pada lokasi pertama ..................................................................... 84 Tabel V.7 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi pertama ............... 85 Tabel V.8 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi pertama ........... 85 Tabel V.9 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi pertama ..................... 86 Tabel V.10 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi pertama ................................ 87 Tabel V.11 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi pertama ......................... 88 Tabel V.12 Data pengguna, pemakaian, dan nilai penjualan listrik di wilayah Pasuruan ..................... 89 Tabel V.13 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi pertama ........................................................... 90 Tabel V.14 Data pelanggan, jumlah penyaluran, nilai penjualan air di wilayah Pasuruan .................... 90 Tabel V.15 Kecukupan air bersih pada lokasi pertama ......................................................................... 90 Tabel V.16 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi pertama .................................................................. 91 Tabel V.17 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi pertama............................................. 92 Tabel V.18 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi kedua .............................. 92 Tabel V.19 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pada lokasi kedua.................... 93 Tabel V.20 Penduduk Berumur >15 Tahun Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2013 ............................................................................................................................................................. 95 Tabel V.21 Daftar Perguruan tinggi di wilayah Lamongan .................................................................. 96 Tabel V.22 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi kedua ......................................................... 96
xiii
Tabel V.23 Ketersediaan bahan baku pada lokasi kedua ...................................................................... 97 Tabel V.24 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi kedua ................ 98 Tabel V.25 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi kedua ............. 98 Tabel V.26 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi kedua ...................... 99 Tabel V.27 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi kedua ................................. 100 Tabel V.28 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi kedua .......................... 102 Tabel V.29 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi kedua ............................................................ 103 Tabel V.30 Kecukupan air bersih pada lokasi kedua .......................................................................... 104 Tabel V.31 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi kedua ................................................................... 105 Tabel V.32 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi kedua .............................................. 105 Tabel V.33 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi ketiga ........................... 106 Tabel V.34 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pada lokasi ketiga ................. 107 Tabel V.35 Daftar Perguruan tinggi di wilayah Gresik ...................................................................... 109 Tabel V.36 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi ketiga ...................................................... 109 Tabel V.37 Ketersediaan bahan baku pada lokasi ketiga .................................................................... 110 Tabel V.38 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi ketiga .............. 111 Tabel V.39 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi ketiga .......... 111 Tabel V.40 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi ketiga .................... 112 Tabel V.41 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi ketiga ................................. 113 Tabel V.42 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi ketiga .......................... 114 Tabel V.43 Informasi Kelistrikan Kabupaten Gresik Tahun 2015...................................................... 114 Tabel V.44 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi ketiga ............................................................ 115 Tabel V.45 Jumlah Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Gresik Tahun 2015 . 115 Tabel V.46 Kecukupan air bersih pada lokasi ketiga ......................................................................... 116 Tabel V.47 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi ketiga ................................................................... 116 Tabel V.48 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi ketiga.............................................. 117 Tabel V.49 Aspek Pertimbangan dan Pembobotan dalam Pemilihan Lokasi ..................................... 118 Tabel V.50 Penilaian Calon Lokasi Industri Komponen Fishing Gear .............................................. 118 Tabel V.51 Cheklist pemeriksaan produk ........................................................................................... 135 Tabel V.52 Checklist pengujian produk ............................................................................................. 136 Tabel V.53 Spesifikasi CPU ............................................................................................................... 138 Tabel V.54 Spesifikasi Monitor.......................................................................................................... 139 Tabel V.55 Spesifikasi Autodesk Fusion 360 ..................................................................................... 140 Tabel V.56 Spesifikasi Autodesk AutoCAD 2017 ............................................................................. 141 Tabel V.57 Spesifikasi Mesin Rol ...................................................................................................... 143 Tabel V.58 Spesifikasi Mesin Potong................................................................................................. 144 Tabel V.59 Spesifikasi Mesin Bending Hidrolik ................................................................................ 145
xiv
Tabel V.60 Spesifikasi Abrassive Cutoff Machine ............................................................................. 146 Tabel V.61 Spesifikasi Mesin Gerinda Tangan .................................................................................. 147 Tabel V.62 Spesifikasi Mesin Bor Meja ............................................................................................. 148 Tabel V.63 Spesifikasi Electric Hand Drill ........................................................................................ 149 Tabel V.64 Spesifikasi Vice Clamp .................................................................................................... 150 Tabel V.65 Spesifikasi Mesin Ampelas .............................................................................................. 151 Tabel V.66 Spesifikasi Mesin Las SMAW .......................................................................................... 152 Tabel V.67 Spesifikasi Mesin Las GTAW .......................................................................................... 153 Tabel V.68 Kompresor Udara ............................................................................................................ 154 Tabel V.69 Spesifikasi Spray Gun...................................................................................................... 155 Tabel V.70 Spesifikasi Forklift .......................................................................................................... 156 Tabel V.71 Spesifikasi Manual Stacker ............................................................................................. 157 Tabel V.72 Spesifikasi Overhead Crane ............................................................................................ 158 Tabel V.73 Spesifikasi Mobile Gantry Crane .................................................................................... 159 Tabel V.74 Waktu untuk Proses Desain Satu Unit Peralatan Tangkap ............................................... 160 Tabel V.75 Jumlah permintaan peralatan tangkap per tahun .............................................................. 160 Tabel V.76 Jumlah Kebutuhan Lembaran Pelat Tiap Produk ............................................................. 161 Tabel V.77 Berat Konsumsi Pemakaian Pelat tiap produk ................................................................. 161 Tabel V.78 Konsumsi material untuk setiap produk per tahun ........................................................... 162 Tabel V.79 Perhitungan untuk Cutting Machine ................................................................................ 162 Tabel V.80 Perhitungan untuk Overhead Crane................................................................................. 163 Tabel V.81 Perhitungan untuk Bending Machine ............................................................................... 163 Tabel V.82 Perhitungan untuk Rolling Machine................................................................................. 164 Tabel V.83 Perhitungan untuk Welding Machine ............................................................................... 164 Tabel V.84 Perhitungan untuk Compressor........................................................................................ 165 Tabel V.85 Pehitungan untuk Tahap Electrical & Mechanical .......................................................... 165 Tabel V.86 Rekapitulasi jumlah pekerja keseluruhan di Production Area ......................................... 166 Tabel V.87 Penjadwalan Produksi Electric Line Hauler .................................................................... 167 Tabel V.88 Penjadwalan Produksi Hydraulic Line Hauler ................................................................. 168 Tabel V.89 Penjadwalan Produksi Combined Line & Net Hauler ...................................................... 169 Tabel V.90 Penjadwalan Produksi Hydraulic Net Hauler .................................................................. 170 Tabel V.91 Penjadwalan Produksi Power Block................................................................................. 171 Tabel V.92 Kode untuk Tiap Skala Prioritas ...................................................................................... 173 Tabel V.93 Kode Aktivitas Produksi .................................................................................................. 173 Tabel V.94 Activity Relationship Table .............................................................................................. 174 Tabel V.95 Rekapitulasi Area dari Space Relationship Diagram ....................................................... 177 Tabel V.96 Rincian Biaya Pembangunan Gedung Office ................................................................... 181
xv
Tabel V.97 Biaya Pembelian Tanah di daerah Lamongan .................................................................. 182 Tabel V.98 Biaya Instalasi Pendukung Industri Peralatan Tangkap ................................................... 182 Tabel V.99 Rincian Peralatan untuk Aktivitas Desain Produk .......................................................... 182 Tabel V.100 Rincian Peralatan untuk Handling&Transporting ......................................................... 183 Tabel V.101 Rincian Peralatan Manual .............................................................................................. 183 Tabel V.102 Rincian Peralatan dan Mesin Mekanik .......................................................................... 183 Tabel V.103 Rincian Peralatan dan Mesin Painting ........................................................................... 184 Tabel V.104 Rician Biaya Peralatan Kantor ....................................................................................... 184 Tabel V.105 Rincian Peralatan Keselamatan ...................................................................................... 185 Tabel V.106 Rekapitulasi Total Biaya Administrasi dan Kelengkapan Lainnya ................................ 185 Tabel V.107 Rekapotulasi Total Investasi Intangible Assets .............................................................. 186 Tabel V.108 Rincian Gaji Karyawan yang Direncanakan .................................................................. 187 Tabel V.109 Rincian Biaya Tagihan Listrik, PDAM, Telepon, dan Internet ...................................... 187 Tabel V.110 Rekapitulasi Luasan Dimensi dan Kebutuhan Bahan Baku ........................................... 188 Tabel V.111 Rincian Biaya Pengecatan Produk ................................................................................. 189 Tabel V.112 Rincian Komponen yang Terinstalasi ............................................................................ 189 Tabel V.113 Pembebanan Biaya Overhead berdasarkan Waktu Penggunaan Mesin .......................... 190 Tabel V.114 Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Langsung .................................................................. 191 Tabel V.115 Target produksi per Tahun ............................................................................................. 192 Tabel V.116 Target Produksi dalam 10 tahun .................................................................................... 192 Tabel V.117 Daftar Harga Produk Industri Komponen Peralatan Tangkap ........................................ 193 Tabel V.118 Jumlah Pendapatan Tahun 2016-2025 ........................................................................... 194 Tabel V.119 Rekapitulasi Cash Flow Industri Komponen Fishing Gear ........................................... 195 Tabel V.120 Rekapitulasi Perhitungan Kelayakan Investasi .............................................................. 195 Tabel V.121 Industri Skala Internasional untuk Komponen Peralatan Tangkap ................................. 197 Tabel V.122 Perbandingan Harga Produk Electric Line Hauler ......................................................... 198 Tabel V.123 Perbandingan Harga Produk Hydraulic Line Hauler ..................................................... 198 Tabel V.124 Perbandingan Harga Produk Combine Net&Line Hauler .............................................. 198 Tabel V.125 Perbandingan Harga Produk Hydraulic Net Hauler ....................................................... 199 Tabel V.126 Perbandingan Harga Produk Powerblock ...................................................................... 199
xvi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Laut merupakan harta terpendam yang dimiliki Indonesia. Dengan keadaan geografis Indonesia yang didominasi oleh laut sebanyak 70% dari luas wilayah Negara, Indonesia menyimpan kekayaan laut yang berlimpah. Menurut Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI), Dr. Yulius Paonganan, M.Sc, potensi laut Indonesia diperkiran mencapai Rp. 7.200 triliun per tahun, atau empat kali lipat dari dana APBN 2014 (Indonesia, 2014). Penjelasan tersebut memperlihatkan besarnya keuntungan yang seharusnya didapatkan Indonesia dari alamnya. Sayangnya, Indonesia masih belum dapat mengoptimalkan pendapatan dari sektor kelautan. Nelayan, salah satu mata pencaharian di Indonesia yang seharusnya makmur dengan keadaan kelautan yang ada, tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Menurut Dr. Ir. M. Ahsin Rifa’I, hingga tahun 2012 sekitar 1,5 juta nelayan tangkap memutuskan meninggalkan laut (Rifa’i, 2015). Hal ini diperburuk dengan kondisi kapal ikan yang dimiliki nelayan kalah saing dengan kapal-kapal dari perusahan swasta yang bergerak di Indonesia. Dari data KKP tahun 2010, hanya sekitar 2 % dari armada Kapal Indonesia yang tergolong modern dengan kapasitas diatas 30 GT (Kalituri, 2015). Fakta ini menunjukkan salah satu kemunduran Indonesia dalam mempertahankan kesejahteraan rakyatnya di sektor maritim. Untuk menanggulangi hal tersebut, sesuai dengan visi dari Presiden Republik Indonesia, Kementrian Perikanan dan Kelautan melakukan pengadaan sebanyak 3.500 unit kapal ikan. Pengadaan ini juga dikhusukan kepada industri dalam negeri guna mendongkrak industri galangan di Indonesia. Dalam mendukung program pengadaan ini, semua sarana prasarana terkait produksi kapal tersebut harus disiapkan baik dari SDM, teknologi produksi, industri pendukung dan lain-lain agar proyek kapal ikan ini tetap berjalan untuk jangka panjang. Salah satu hal penting yang harus dikembangkan adalah industri pendukung. Umumnya sebagian besar permasalahan bengkaknya biaya produksi yang terjadi di Indonesia disebabkan komponen-komponen peralatan dan raw material yang dibutuhkan masih diimpor dari luar negeri. Ketersediaannya juga tidak menentu sehingga menambah lama waktu produksi. Oleh karena itu, kemandirian dalam pengadaan barang-barang tersebut harus segera dipersiapkan.
1
Salah satu komponen yang berpontesial memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi adalah komponen peralatan tangkap (fishing gear). Alat tangkap membagi kapal menjadi 3 jenis yakni kapal yang menggunakan tombak, kapal yang menggunakan pancing dan kapal yang menggunakan jaring (net). Dengan tiga macam variasi jenis kapal ini, komponen peralatan tangkap yang dibutuhkan pun akan beragam menyesuaikan dengan jenis alat tangkap, ukuran kapal dan wilayah perairan yang dituju. Didukung dengan adanya proyek 3.500 unit kapal dari KKP, permintaan komponen peralatan tangkap (fishing gear) akan meningkat baik untuk pemasangan baru, pergantian ataupun perbaikan. Dengan penelitian untuk pengembangan industri pendukung komponen peralatan tangkap (fishing gear) ini, diharapkan industri berkaitan yang telah ada di dalam negeri bisa disinkronkan menjadi industri yang terintegrasi dengan menggunakan standar yang sama dan dapat mendukung Industri galangan kapal Nasional dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri terutama untuk masyarakat pesisir.
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa permasalahan yang akan diselesaikan adalah sebagai berikut : 1. Berapa jumlah permintaan komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) untuk kebutuhan di Indonesia? 2. Bagaimana analisis teknis pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia ? 3. Bagaimana analisis ekonomis pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia ?
I.3 Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini antara lain : 1. Komponen fishing gear yang dipakai merupakan komponen-komponen yang umum dipakai oleh nelayan di luar kepentingan sport/olahraga 2. Komponen utama fishing gear seperti jaring, kail, dan benang serta komponen alat bantu elektronik untuk navigasi seperti fish finder, GPS dan lain-lain tidak termasuk 3. Harga material, alat dan bahan-bahan lain disesuaikan dengan harga pasar atau standar yang di Indonesia 2
4. Proses produksi yang dimaksud adalah proses assembly komponen Dalam pengerjaan tugas akhir ini ditentukan juga asumsi-asumsi agar hasil sesuai dengan yang diharapkan, sebagai berikut : 1. Kurs Dollar yang digunakan dalam penelitian ini sebesar Rp 13.726 sesuai dengan nilai tukar rupiah Bank Indonesia pada tanggal 29 Desember 2015 2. Selama penelitian, faktor eksternal (kondisi perekonomian, politik, dan sosial) diasumsikan dalam keadaan stabil.
I.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Mendapatkan peramalan jumlah kebutuhan komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia 2. Mendapatkan analisis teknis untuk pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia 3. Mendapatkan analisis ekonomis pembangunan industri komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia.
I.5 Manfaat Penelitian I.5.1 Manfaat untuk Akademisi Manfaat penelitian dari tugas akhir ini bagi akademisi : 1. Memberikan informasi mengenai detail komponen perlengkapan tangkap (fishing gear). 2. Memberikan informasi mengenai proses pembuatan komponen perlengkapan tangkap (fishing gear) 3. Memberikan informasi mengenai proses pembangunan sebuah industri komponen perlengkapan tangkap di Indonesia I.5.2 Manfaat untuk Praktisi Manfaat penelitian dari tugas akhir ini bagi Praktisi : 1. Memberikan informasi
terhadap investasi
pembangunan industri
komponen
perlengkapan tangkap (fishing gear) di Indonesia. 2. Memberikan informasi potensi kebutuhan komponen alat tangkap di Indonesia. 3
I.6 Hipotesis Pembangunan industri komponen peralatan tangkap (fishing gear) layak direalisasikan dalam menunjang kebutuhan dalam negeri.
I.7 Sistematika Penulisan Laporan Laporan Tugas Akhir ini disusun menjadi 6 bab dimana bab-bab tersebut dijabarkan sebagai berikut: BAB. 1 Pendahuluan Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang Tugas Akhir, perumusan masalah, batasan masalah beserta asumsi, tujuan penelitan, manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir. BAB. 2 Studi Literatur Bab ini menjabarkan hasil review dari beberapa referensi terkait dengan judul penelitian Tugas Akhir meliputi karakter industri, klasifikasi industri penunjang, penjelasan fishing gear dan macamnya, konsep dan dasar ekonomi teknik, teori biaya produksi, teori harga penjualan produk, teori forecasting, teori investasi, teori penentuan lokasi dan perencanaan tata letak pabrik. BAB 3. Metodologi Penelitian Bab ini menjabarkan metode penelitian dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap analisis dari penelitian Tugas Akhir ini dilengkapi dengan bagan alir yang menggambarkan pengerjaan Tugas Akhir ini. BAB 4. Analisa Pasar Industri Peralatan Tangkap Bab ini menjabarkan kondisi existing beserta analisa pasar dari Industri Peralatan Tangkap yang menjadi sorotan dalanm penelitian ini. BAB 5. Perencanaan Industri Peralatan Tangkap Bab ini menjabarkan analisis teknis dan ekonomis dalam pembangunan Industri Peralatan Tangkap BAB 6. Kesimpulan dan Saran Bab ini menjabarkan kesimpulan dari hasil penelitian Tugas Akhir ini serta rekomendasi dan saran untuk penelitian selanjutnya.
4
BAB II STUDI LITERATUR
II.1 Karakter Industri Industri merupakan suatu bentuk usaha yang diarahkan pada proses produksi barang/jasa dengan menghasilkan suatu nilai tambah atas produk barang/jasa yang dihasilkan. Industri tersebut pada umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen/masyarakat dengan mengantisipasi keinginan dan daya beli konsumen. Ditinjau dari segi proses produksinya, secara umum dikenal ada 2 (dua) jenis industri utama, yaitu: 1. Mass-Product Oriented Industri 2. Project Oriented Industri Kedua jenis industri tersebut mempunyai karakter yang berbeda, antara lain: 1. Mass-Product Oriented Industri Ditinjau dari segi produk, maka jenis industri ini menghasilkan suatu produk yang tetap secara massal dengan jumlah produksi tertentu. Produk ini juga merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, dan mempunyai product life-cycle yang relatif singkat. Atau keluaran (output) dari industri ini sering merupakan suatu bahan baku (input) bagi pembuatan produk dari jenis industri yang lain. Ditinjau dari dari segi pemasaran, maka produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum, dan sangat peka terhadap gejolak keinginan dari masyarakat. Sehingga untuk meningkatkan usaha pemasaran dari produk ini, maka pembentukan selera masyarakat secara teratur sangat dipelukan, pemakaian jargon-jargon/ungkapan yang menarik juga akan sangat mempengaruhi masyarakat. Sehinga bentuk pemasaran melalui iklan di media massa akan merupakan pilihan yang sangat tepat serta secara langsung dapat meningkatkan omset penjualan. Ditinjau dari segi produksi, maka proses produksi yang dipilih umumnya sederhana dan bersifat rigid/kaku, sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat diubah menjadi suatu bentuk produk yang lain. Proses produksi yang digunakan umumnya menggunakan proses otomatis dengan ban berjalan, sehingga tenaga kerja yang diperlukan untuk menunjang proses produksi tersebut masing-masing mempunyai keahlian yang sangat spesifik. Ditinjau dari segi manajemen dan organisasi, maka industri tersebut mempunyai titik berat organisasi pada departemen pemasaran, mengingat kapasitas produksi/jumlah 5
produk yang dihasilkan serta dengan harga jual yang se-minimum mungkin, sehingga departemen litbang juga akan merupakan departemen yang penting. Ditinjau dari segi permodelan, maka nilai investasi awal yang diperlukan sangat tinggi dan merupakan suatu paket pembiayaan yang lengkap. Nilai investasi tersebut harus dilaksanakan secara sekaligus dan merupakan peryaratan minimum yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk yang kapasitas tertentu. Biaya produksi yang diperlukan untuk selanjutnya akan bersifat relatif tetap dan yang perlu diperhatikan adalah biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi yang rusak. Contoh: Industri pemrosesan bahan mentah (penyulingan minyak kelapa sawit, pabrik gula, pabrik tepung terigu, dll), industru makanan (mie, coklat, kue-kue, dll), industri kebutuhan rumah tangga (sabun, sampo, sikat gigi, dll), industri pakaian/garmen, industri sepatu, dll.
2. Project Oriented Industri Ditinjau dari segi produk, maka jenis industri ini mempunyai suatu keluaran produk yang mempunyai suatu spektrum yang luas/beragam dan akan sangat bergantung pada pesanan (Order Oriented). Produk yang dihasilkan sangat spesifik dan membutuhkan suatu rancang bangun yang khusus. Ditinjau dari segi pemasaran, maka jenis jenis industri ini memiliki pasar yang sangat spesifik. Jenis produk yang dihasilkan bukan untuk konsumsi masyarakat banyak dan hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan kelompok/golongan tertentu saja. Sehingga strategi pemasaran yang diperlukan adalah bentuk pendekatan khusus seperti melalui forum seminar, pameran industri, ekshibisi, kunjungan kerja, kerja sama, dll. Ditinjau dari segi produksi, maka jenis industri ini mempunyai suatu proses produksi yang tidak tetap, tergantung pada jenis produk yang diinginkan oleh konsumen. Proses produksi bisa bersifat sengat fleksibel, sehingga tenaga kerja yang mendukung proses produksi harus mempunyai spectrum keahlian yang cukup luas (multi trade). Jenis peralatan yang digunakan-pun harus bersifat general, sehingga mampu digunakan untuk menghasilkan produk-produk yang berbeda. Disamping itu, jenis industri ini sangat mudah dikembangkan menjadi bentuk industri lain yang menghasilkan produk yang berbeda pula, sebagai contoh: industri perkapalan juga mampu dikembangkan menjadi industri general engineering/steel construction yang menghasilkan keluaran berupa peralatan-peralatan pabrik. 6
Ditinjau dari segi manajemen dan organisasi, maka titik berat organisasi perusahaan adalah pada departemen produksi dan rancang bangun, mengingat bentuk keluaran atau produk yang dihasilkan sangat beragam, pekerjaan perancangan menjadi cukup penting, serta sumber daya yang diperlukan untuk mendukung proses produksi semakin besar pula. Mengingat begitu banyaknya faktor yang dapat berpengaruh pada proses produksi, maka konsentrasi kegiatan bertumpu pada departemen produksi. Ditinjau dari segi permodalan, maka jenis industri ini membutuhkan suatu investasi awal yang sangat bervariasi, tergantung dari tersedianya dana yang mendukung. Bentuk investasi dapat dilaksanakan secara bertahap tanpa mengganggu proses produksi yang telah ditetapkan. Biaya terbesar yang dibutuhkan selanjutnya adalah biaya produksi dan pemeliharaan. Memperhatikan penjelasan tentang kedua jenis industri tersebut diatas, maka dapat diperhatikan bahwa masing-masing industri memiliki karakter tersendiri, yang terutama sangat diperngaruhi produk yang dihasilkan. Karakter tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pola kerja dan permodalan yang diperlukan. Contoh: Industri perkapalan (bangunan baru dan reparasi), industri pembuatan bangunan lepas pantai, industri kereta api, industri pesawat terbang, industri mobil mewah, industri konstruksi bangunan, dll. (Subroto, 2010)
II.2 Klasifikasi Industri Penunjang Perkapalan Supplyer atau pemasok merupakan salah satu bagian penting dari proses pengadaan material atau komponen. Peranan industri penunjang perkapalan yang berperan sebagai supplyer dalam memasarkan produknya sangatlah penting bagi industri perkapalan. Dari industri penunjang tersebut galangan kapal dapat menentukan pilihan produk-produk komponen kapal yang akan digunakan untuk pembangunan kapal. Industri penunjang ini dapat dapat berupa industri manufaktur langsung maupun agen dari suatu industri yang memasarkan produknya. Untuk agen biasanya menawarkan produk impor beserta layanan perawatannya. Sedangkan industri manufaktur langsung adalah industri yang langsung memasarkan produknya. Untuk melihat besar kecilnya suatu industri penunjang dapat ditentukan dari penggolongan industri menurut Biro Pusat Statistik (BPS). Mereka menggunakan jumlah
7
pekerja sebagai kriteria untuk membedakan antara berbagai industri. Penggolongan industri menurut BPS adalah sebagai berikut (Statistik, 2015): 1. Industri Besar: Industri yang mempekerjakan 100 orang pekerja atau lebih 2. Industri Sedang: Industri yang mempekerjakan 20 sampai 99 orang pekerja 3. Industri Kecil: Industri yang mempekerjakan 5 hingga 19 orang pekerja 4. Industri Rumah Tangga: Industri yang mempekerjakan 1 hingga 4 orang pekerja
II.3 Fishing Gear Fishing Gear merupakan segala macam jenis peralatan yang digunakan dalam proses penangkapan ikan termasuk kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan. II.3.1 Klasifikasi Alat Tangkap Sesuai dengan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 6 tahun 2010, alat tangkap menurut jenisnya dibagi menjadi 10 kelompok yaitu : 1. Kelompok alat jaring lingkar (Surrounding Nets) Kelompok alat penangkapan ikan jaring lingkar adalah kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong yang pengoperasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis. Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain jaring lingkar bertali kerut (purse seine) yang ditunjukkan pada Gambar II.1 beserta susunannya dan lampara.
Gambar II.1 Alat Tangkap Purse Seine Sumber : (Authority, 2015)
8
2. Kelompok alat penangkapan ikan pukat tarik (Seine Nets) Kelompok alat penangkapan ikan pukat tarik adalah kelompok alat penangkapan ikan berkantong (cod-end) tanpa alat pembuka mulut jaring, pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan (schooling) ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalu kedua bagian sayap dan tali selambar. Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain pukat tarik pantai (Beach seines) seperti yang ditunjukkan ada Gambar II.2, pukat tarik berkapal (boat or vessel seines), payang, cantrang, dan lampara dasar
Gambar II.2 Alat tangkap beach seine Sumber: (FAO, 2015)
3. Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela (Trawls) Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela adalah kelompok alat penangkapan ikan terbuat dari jaring berkantong yang dilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulut jaring dan pengoperasiannya dengan cara dihela di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain pukat hela dasar (Bottom Trawls) yang ditunjukkan pada Gambar II.3, pukat hela pertengahan (Midwater trawls), pukal hela kembar berpapan, pukat dorong
9
Gambar II.3 Pukat hela dasar (Bottom Trawls) Sumber : (Wikipedia, 2016)
4. Kelompok alat penangkapan ikan penggaruk (dredges) Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela adalah kelompok alat penangkapan ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya, dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu. Contoh alat penangkap jenis kelompok ini yakni boat dredges dan hand dredges dapat dilihat pada Gambar II.4 dibawah ini :
Gambar II.4 Boat Dredges Sumber : (FAO, 2015)
5. Kelompok alat penangkapan ikan jaring angkat (Lift nets) Kelompok alat penangkapan ikan pukat hela adalah kelompok alat penangkapan ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya, dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu. Contoh alat penangkap jenis kelompok ini yakni anco dan jaring angkat berperahu yang dapat dilihat pada Gambar II.5.
10
Gambar II.5 Jaring angkat berperahu Sumber : (FAO, 2015)
6. Kelompok alat penangkapan yang dijatuhkan (falling gears) Kelompok alat penangkapan yang dijatuhkan adalah kelompok alat penangkapan ikan terbuat dari jaring, besi, kayu, dan/atau bambu yang cara pengoperasiannya dijatuhkan/ditebarkan untuk mengurung ikan pada sasaran yang terlihat maupun tidak terlihat Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain cast net dapat dilihat pada Gambar II.6.
Gambar II.6 Cast Net Sumber : (FAO, 2015)
11
7. Kelompok alat penangkapan jaring insang (gill nets) Kelompok alat penangkapan yang dijatuhkan adalah kelompok jaring yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujaun menangkap ikan pelagis dan demersal Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain jaring insang hanyut, jaring insang tetap, encircling gill net yang dapat dilihat pada Gambar II.7.
Gambar II.7 Macam-macam gill net Sumber : (FAO, 2015)
8. Kelompok alat penangkapan ikan perangkap (traps) Kelompok alat penangkapan ikan perangkap adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, dan/atau besi, kayu, bambu, berbentuk silinder, trapesium dan bentuk lainnya dioperasikan secara pasif pada dasar atau permukaan perairan, dilengkapi atau tanpa umpan Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain sero, stow nets, bubu, belat, dan lain-lain yang dapat dilihat pada Gambar II.8
12
Gambar II.8 Alat penangkap ikan perangkap berupa bubu Sumber : (FAO, 2015)
9. Kelompok alat penangkapan ikan pancing (hooks and lines) Kelompok alat penangkapan ikan pancing adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing dan atau sejenisnya Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain pancing ulur, pancing berjoran, huhate, squid-jigging, dan lain-lain dapat dilihat pada Gambar II.9.
Gambar II.9 Alat tangkap ikan huhate Sumber : (FAO, 2015)
10. Kelompok alat penangkapan ikan penjepit dan melukai (grappling and wounding) Kelompok alat penangkapan ikan penjepit dan melukai adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terbuat dari batang kayu, besi atau bahan lainnya yang mempunyai satu atau lebih bagian runcing/tajam, yang pengoperasiannya dengan
13
cara mencengkram, mengait/menjepit, melukai dan/atau membunuh sasaran tangkap. Contoh alat penangkap jenis kelompok ini antara lain tombak, ladung dan panah yang dapat dilihat pada Gambar II.10.
Gambar II.10 Tombak dan mata tombak Sumber : (FAO, 2015)
II.3.2 Macam-macam peralatan bantu Peralatan tangkap juga meliputi peralatan bantu dalam operasi penangkapan ikan untuk memaksimalkan hasil tangkap dan keamanan selama operasi. Peralatan tangkap dibagi beberapa kelompok sesuai fungsinya, yakni : 1. Peralatan navigasi Peralatan navigasi berfungsi sebagai penunjuk arah menuju suatu titik sasaran yang dengan tepat, hemat dan efisien juga sebagai keamanan selama operasi pelayaran. Macam-macam peralatan navigasi yang umum digunakan oleh nelayan antara lain : a. GPS GPS yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan penerimaan gelombang radio dari beberapa satelit yang mengorbit untuk mengetahui posisi, merekam arah haluan dan kecepatan kapal. b. RDF RDF (Radio Direction Finder) yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan penerimaan gelombang radio untuk mengetahui arah dan perkiraaan jarak pemancar. Suara yang dipancarkan akan mengalami penurunan energi maka sampai pada target (penerima suara) sudah tidak sekuat dari yang terdepan. c. SART SART yaitu suatu alat yang disyaratkan dalam GMDSS (Global Maritime Distress and Safety System) yang dapat diintrogasi oleh pancaran pulsa radar khusus (Radar
14
X-Brand atau Radar 3 cm) bila alat ini diaktifkan. Gunanya untuk pencarian kapal dalam marabahaya. d. Fish finder atau echosounder Fish finder yakni alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan pemancaran gelombang bunyi untuk mendeteksi kedalaman perairan, mendeteksi suatu obyek dalam perairan arah vertikal. Untuk tujuan perikanan sensitifitasnya ditingkatkan sehingga mampu mendeteksi adanya ikan dibawah permukaan air. e. Sonar Sonar yaitu alat bantu navigasi yang bekerja berdasarkan prinsip kerja energi akustik,
pemancaran gelombang bunyi untuk mendeteksi suatu obyek dalam
perairan arah horizontal dan vertical. Sonar dapat memberikan gambaran dan informasi tentang kedalaman, keadaan alami dasar serta konfigurasi bentuk dasar perairan kemudian pada kapal ikan digunakan untuk memperoleh informasi tentang ukuran, densitas, distribusi, kecepatan dan arah renang fish schools, serta mengetahui bentuk dan kedudukan jaring di dalam air, mengetahui ikan yang masuk ke dalam jaring 2. Permesinan tangkap Permesinan tangkap berfungsi sebagai penarik atau penebar baik jaring ataupun tali secara mekanis dalam operasi penangkapan ikan. Permesinan tangkap yang umumnya digunakan oleh nelayan antara lain : a. Net hauler/Net drum Net hauler/net drum adalah alat bantu dalam penarikan jaring yang telah ditebar di laut sehingga jaring lebih ringan ditarik dan mudah disusun untuk dipakai kembali. Net hauler umumnya digunakan untuk kapal ikan yang menggunakan alat tangkap berbasis jaring seperti kelompok surrounding nets, seine nets, trawls, dan gill nets dimana digambar pada Gambar II.11.
15
Gambar II.11 Net hauler Sumber: (Spencer Carter, 2016)
b. Line hauler Line hauler adalah alat bantu penarik tali seperti pada Gambar II-12. Peralatan ini digunakan karena ketidakmungkinan menarik tali yang sudah ditebar di lautan secara manual karena bobot tali yang sangat berat juga memerlukan waktu yang panjang. Line hauler umumnya digunakan untuk kapal ikan yang menggunakan alat tangkap berbasis rangkaian tali seperti kelompok hook & line khususnya alat tangkap long line/rawai
Gambar II.12 Line Hauler Sumber: (VIRHYDRO, 2016)
c. Power block Power block merupakan mesin bantu yang digunakan untuk menarik jaring dari dalam air ke atas deck kapal yang dapat dilihat pada Gambar II.13. Umumnya digunakan untuk alat tangkap jaring dengan skala besar dan alat terinstalasi pada suatu untuk memudahkan pengambilan jaring.
16
Gambar II.13 Power Block Sumber: (Marco Global, 2016)
d. Combined net and line hauler Combinet net and line hauler merupakan mesin bantu kombinasi dari net hauler dan line hauler yang terinstalasi menjadi satu bagian. Permesinan ini terbilang moderen, belum digunakan di perairan Indonesia. Salah satu pembuat permesinan ini adalah Hookline Fish Company, perusahaan dari Amerika, dengan produknya electric nets + pots hauler NLH200 dapat dilihat pada Gambar II.14.
Gambar II.14 Combine Net and Line Hauler Sumber: (Hookline Fish Company, 2016)
17
II.4 Konsep dan dasar Ekonomi Teknik Subjek baik perseorangan atau berkelompok yang secara simultan melakukan kegiatan transaksi ekonomi disebut pelaku ekonomi (economic entity). Sementara itu, kegiatannya disebut transaksi ekonomi. Kegiatan atau transaksi ekonomi akan terjadi sekurang-kurangnya bila ada dua pihak yaitu pihak penyedia barang (produsen/industri pendukung) dan pihak pemakai (konsumen/galangan). Transaksi ekonomi adalah suatu konsep aktivitas yang berorientasi pada proses didapatkannya keuntungan ekonomis (profit) dengan adanya perbedaan waktu, tempat, fisik atau kepemilikan terhadap objek tersebut. Nilai ekonomi dari suatu objek sangat tergantung dari hokum kebutuhan dan ketersediaan (supply and demand). Dimana jika supply banyak demand kecil, maka harganya jadi turun dan sebaliknya jika supply sedikit perminyaan banyak, maka harga naik. Untuk lebih kelasnya lihat grafik demand. Setiap pelaku ekonomi perlu memahami dan mengetahui kondisi supply demand tersebut secara baik dan memanfaatkan situasi sebagai peluang dalam mendapatkan keuntungan ekonomisnya secara optimal
Gambar II.15 Grafik demand Sumber: (Ramdani, 2015)
Keterangan: Harga dari suatu produk (P), ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat produksi pada harga tertentu (yaitu penawaran: S) dan tingkat keinginan dari orang-orang yang memiliki kekuatan membeli pada harga tertentu (yaitu permintaan: D). Grafik pada Gambar II.15 memperlihatkan adanya peningkatan permintaan, dari D1 ke D2, seiring dengan peningkatan harga dan kuantitas (Q) produk yang terjual.
18
Gambar II.16 Kegiatan ekonomi pandangan sistem produksi Sumber: (Pratama, 2014)
Kegiatan ekonomi pada sebuah perusahaan adalah keuntungan usaha yang diperoleh pada siklus kegiatan dan transaksi usaha. Siklus kegiatan usaha dapat digambarkan seperti pada Gambar II.16:
Gambar II.17 Siklus ekonomi berdasarkan sifat perputaran uang Sumber: (Pratama, 2014)
Perusahaan (corporate) hanyalah sebuah simbol formal dari kegiatan usaha, modal (capital) diperlukan perusahaan untuk peneneman investasi pada setiap unit aktivitas usaha (fasilitas produksi). Pada Gambar II.17, Cash Out dihasilkan setelah melewati proses dan faktor produksi dengan hasil produk. Produk yang dijual akan menghasilkan Cash In pada unit produksi. Siklus itu dijalankan secara silmultan, dimana tiap awal kemungkinan cash in < cash out, namun dalam jangka panjang kondisinya akan berbalik sehingga dihasilkan selisih positif (profit). Profit inilah yang dikembalikan pada perusahaan secara periodic dalam bentuk ROI (Return of Investment). Pada tahap berikutnya ROI dipakai oleh perusahaan untuk mengembalikan modal dalam bentuk ROC (Return of Capital). Jika ROI > ROC, perusahaan akan memperoleh profit atau keuntungan. Namun, jika kejadian sebaliknya, perusahaan akan merugi. Oleh karena itu, kondisi finansial perushaan perlu dijaga dengan ROI yang besar disbanding dengan ROC. Macam-macam kondisi usaha yang dapat dilakukan pada perusahaan, antara lain:
19
1. Memperbaiki ROC-Financial Management 2. Memperbaiki
ROI-Meningkatkan
produktivitas
fasilitas
produksi
dan
penambahan investasi baru (revitalisasi, rekapitulasi, reinvestasi, konversi dan sebagainya) agar mendapat ROI gabungan yang bertambah baik 3. Investasi baru dapat dilakukan dalam rangka: intensifikasi, diversifikasi, membuka usaha baru, dan sebagainya 4. Menutup perusahaan (likuidasi) jika perbaikan usaha tidak memungkinkan lagi
II.5 Penjadwalan Produksi Penjadwalan merupakan proses penentuan pekerjaan yang akan dilakukan. Penjadwalan produksi adalah suatu tahapan dari pengawasan produksi yang menetapkan pekerjaan dalam urutan-urutan yang sesuai dengan prioritasnya dan kemudian dilengkapi dengan pelaksanaan rencana tersebut pada waktu yang tepat dan urutan yang bener sehingga berhubungan dengan kapan suatu pekerjaan akan dilaksanakan pada suatu bagian produksi (Bethel, 1979). Menurut K. R. Baker, tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktivitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu mesin mengganggur 2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menunggu dalam antrian suatu mesin karena mesin tersebut sibuk 3. Mengurangi keterlambatan suatu pekerjaan. Setiap pekerjaan mempunyai batas waktu (due date) penyelesaian, jika pekerjaan tersebut diselesaikan melewati batas waktu yang ditentukan maka pekerjaan tersebut dinyatakan terlambat. Dengan metode penjadwalan, maka keterlambatan ini dapat dikurangi, baik waktu maupun frekuensi. Untuk ukuran keberhasilan penjadwalan sendiri dapat melihat beberapa faktor antara lain: 1. Berkurangnya rata-rata waktu alir (Mean Flow Time) 2. Berkurangnya makespan, yakni total waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan 3. Berkurangnya rata-rata keterlambatan (Mean Tardiness) 4. Berkurangnya pekerjaan yang terlambat 5. Berkurangnya jumlah mesin yang mengganggur 6. Berkurangnya jumlah persediaan
20
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penjadwalan produksi adalah sebagai berikut: 1. Jumlah pekerjaan yang akan dijadwalkan 2. Jumlah mesin yang dapat digunakan 3. Ukuran dari keberhasilan pelaksanaan penjadwalan 4. Cara pekerjaan dating 5. Jenis aliran proses produksi
II.6 Kapasitas Produksi Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Untuk berbagai keperluan, kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat penjualan yang sedang berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadwal produksi induk (master production schedule). Jadwal produksi yang realistik menjadi keberhasilan operasi suatu perusahaan yang mengakibatkan seluruh jenis sumberdaya terikat untuk memuaskan kebutuhan kuantitasnya dan komitmen hari pengiriman. Dalam hal ini, kapasitas juga berarti jumlah masukan sumberdayasumberdaya yang tersedia relatif untuk kebutuhan keluaran pada waktu tertentu. Tingkat kapasitas didapat melalui proses perancangan yang menghasilkan volume output yang tinggi dengan biaya rata-rata per unit minimum. Definisi-definisi lain tentang kapasitas produksi, dirinci sebagai berikut : a.
Design capacity, yaitu perusahan merancang jumlah output yang dapat dihasilkan per satuan waktu.
b.
Rated capacity, yaitu jumlah output yang dapat dihasulkan oleh perusahaan per satuan waktu dengan didukung kemampuan fasilitas untuk memproduksi. (Biasanya lebih besar dari design capacity karena perbaikan periodik dilakukan pada mesin-mesin atau proses-proses)
c.
Standart capacity, yaitu tingkat output per satuan waktu yang telah ditetapkan sebagai sasaran operasi sebagai dasar dalam penyusunan anggaran. Kapasitas standar adalah sama dengan rated capacity dikurangi dengan cadangan keperluan pribadi standar, tingkat sisa (scrap) standar, berhenti untuk pemeliharaan standar, cadangan untuk pengawasan kualitas, dsb.
d.
Actual dan/atau operating capacity, yaitu tingkat output rata-rata per satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat. Ini adalah kapasitas standar ± cadangan-cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata, dsb. 21
e.
Peak capacity, yaitu jumlah output per satuan waktu (mungkin lebih rendah daripada rated, tetapi lebih besar daripada standart) yang dapat dicapai melalui maksimisasi keluaran, dan akan dilakukan dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan, mengurangi-mengurangi jam istirahat, dan sebagainya.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan dalam satuan-satuan sebutan persamaan , seperti batang, ton, kilogram, meter, atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan waktu yang sangat penting bagi perencanaan kapasitas, dapat dinyatakan dalam satuan seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Bila informasi ini tidak tersedia, rated capacity digunakan dan dapat diperkirakan dengan rumusan : Rated Capacity = jumlah mesin x jam kerja mesin x persentase penggunaan x efesiensi sistem . ..........................(2.1)
Sebagai contoh, suatu pusat kerja beroperasi 6 hari per minggu dengan basis dua shift (8 jam per shift) dan mempunyai 4 mesin dengan kemampuan sama. Bila mesin-mesin digunakan 75 % dari waktu pada tingkat efisiensi sebesar 90%, tingkat keluaran dalam jam kerja standar per minggu dapat dihitung sebagai berikut : Rated Capacity = (4) (8 x 6 x 2) (0,75) (0,90) = 259 jam kerja standar/minggu Kapasitas yang dinyatakan dalam rate tesebut (misal, jam standar per minggu) dipengaruhi oleh berbagai faktor ; baik faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) seperti tanah, tenaga kerja, fasilitas alternatif urutan pengerjaan, pemeliharaan preventif, dan sebagainya, maupun faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) seperti kerusakan mesin, tingkat absensi, kekurangan bahan, pengerjaan kembali dan sisa produksi, prestasi tenaga kerja, dan masalah-masalah peraltan yang tidak biasa. (Handoko, 1999)
II.7 Biaya Produksi Dalam suatu biaya sebenarnya diketahui ada 2 istilah atau terminology biaya yang perlu mendapat perhatian, yaitu: 1. Biaya (cost) yang dimaksud dengan pengertian biaya adalah semua pengorbanan yang dibutuhkan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diukur dengan nilai uang 2. Pengeluaran (expence) yang dimaksud dengan expence ini biasanya berkaitan dengan sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibayarkan dalam rangka mendapatkan suatu hasil yang diharapkan. (Yamit, 2003)
22
Dalam kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya (cost) memiliki pengertian yang jauh lebih lengkap dan mendalam dari pengeluaran Klarifikasi Biaya Konsep dan istilah berkembang selaras dengan kebutuhan disiplin keilmuan dan profesi (ekonom, insinyur, akuntan, dan desainer) sehingga dalam pengklarifikasian biaya banyak pendekatan yang dapat detemui. Oleh karena itu klasifikasi biaya dapat terbagi menjadi: 1. Biaya berdasarkan waktu Biaya berdasarkan waktu, meliputi: a. Biaya masa lalu (hystorical cost), yaitu biaya yang secara rill telah dikeluarkan dan dapat dibuktikan dengan catatan historis pengeluaran kegiatan b. Biaya perkiraan (predictive cost), yaitu perkiraan biaya yang akan dikeluarkan bila kegiatan itu dilaksanakan c. Biaya actual (actual cost), yaitu biaya yang dikeluarkan sebenarnya diwaktu sekarang 2. Biaya berdasarkan kelompok sifat penggunaannya Biaya berdasarkan kelompok sifat penggunaannya, meliputi: a. Biaya investasi (investment cost), yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka mempersiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik. Biaya ini dikeluarkan pada awal-awal kegiatan usaha dengan jumlah relatif besar dan berdampak jangka panjang. Biaya investasi sering disebut juga sebagai modal usaha. b. Biaya operasional (operational cost), yaitu biaya yang dikeluarkan saat menjalankan aktivitas usaha. Biaya operasional bersifat periodik dan dikeluarkan secara rutin selama usaha itu masih berjalan c. Biaya perawatan (maintenance cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk merawat, menjaga, menjamin performa kerja suatu fasilitas dan peralatan usaha agar selalu baik dan siap digunakan
23
3. Biaya berdasarkan produknya Biaya berdasarkan produknya, meliputi: a. Biaya Fabrikasi (factory cost), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi. Biaya fabrikasi terbagi menjadi 3 unsur, yaitu biaya langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. b. Biaya komersial (commercial cost), yaitu akumulasi biaya yang dibutuhkan untuk membuat produk dapat dijual diluar biaya produksi dan dipergunakan untuk perhitungan harga jual produk. Biaya komersial terdiri dari biaya umum, biaya pemasaran, dan pajak usaha. 4. Biaya berdasarkan volume produk Biaya berdasarkan volume produk, meliputi: a. Biaya tetap (fixed cost), biaya yang dikeluarkan relatif sama walaupun volume produksinya berubah dalam batas tertentu b. Biaya variable (variable cost), biaya yang berubah besarnya secara proposional dengan jumlah produk yang dibuat c. Biaya semi variable (semi variable cost), biaya yang berubah tidak proposional dengan perubahan volume.
II.8 Harga Pokok Produksi (HPP) Harga Pokok Produksi (HPP) adalah penjumlahan dari tiga unsur biaya produksi yaitu bahan baku, upah langsung dan overhead pabrik (Machfoedz, 1995). Dalam menentukan harga pokok produksi, informasi dari biaya yang dikeluarkan selama proses produksi sangat penting. Ada dua metode pendekatan dalam menentukan harga pokok produksi, yaitu: 1. Full Costing Metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap. 2. Variable Costing Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. (Mulyadi, 2005)
24
II.9 Harga Penjualan Produk Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Harga merupakan jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk/jasa tersebut (Kotler, 2001).Sederhananya, harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan dan keinginan. Proses penetapan harga dilakukan sesuai dengan harga pasar. Karena itulah harga suatu barang merupakan struktur yang kompleks dari syaratsyarat penjualan yang saling berhubungan. Setiap perubahan dari struktur tersebut merupakan keputusan harga dan akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. II.9.1 Penentu Harga Jual Peranan perusahaan dalam proses penetapan harga jual barang sangat berbeda, tergantung dari bentuk pasar yang dihadapinya. Menurut Kusuma (2001), ada tiga bentuk penetapan harga jual: 1. Market Pricing Penetepan harga jual seperti ditentukan oleh pasar, jadi penjual tidak dapat mengendalikan harga yang dilempar ke pasaran. Harga suatu produk benar-benar ditetapkan oleh mekanisme penawaran dan permintaa. Keadaan ini memaksa penjual untuk tidak bisa menetapkan harga jual dengan pasti. 2. Government Controlled Pricing Penetapan harga jual dengan bentuk seperti ini dilakukan oleh pemerintah. Dalam beberapa hal, pemerintah berwenang untuk menetapkan harga barang atau jasa yang dijual di pasaran, terutama barang/jasa yang menyangkut kepentingan masyarakat. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis barang/jasa yang sudah tertulis dalam penetapan oleh pemerinah tidak dapat menetapkan harga jual barang/jasanya sendiri. 3. Bussiness Controlled Pricing Penetapan harga dengan bentuk ini dilakukan oleh perusahaan yang berwenang. Penjual menetapkan harga jual barang dan pembeli bebas memilih untuk membeli produk tersebut atau tidak. Harga yang diputuskan oleh perusahaan telah melewati berbagai pertimbangan pasar dan faktor mekanisme internal perusahaan. Walaupun penawaran dan permintaan pasar serta peraturan-peraturan pemerintah tetap diperhatikan, namun harga akhir suatu produk tetap ditentukan oleh perusahaan.
25
II.9.2 Tujuan Penentuan Harga Jual Perusahaan memiliki dua tujuan dalam penentuan harga, pertama adalah tujuan primer seperti target penjualan tertentu dan laba yang diinginkan, dan kedua adalah tujuan sekunder sepeti perluasan pangsa pasar. Adapun tujuan utama dari penentuan harga jual adalah sebagai berikut:
Memaksimalkan laba
Menstabilkan keuntungan
Mencapai target return of investment agar segera balik modal
Mencapai target penjualan dalam waktu sesingkat-singkatnya
Meningkatkan penjualan dan mempertahankan atau memperluas pangsa pasar
II.9.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Selain ditentukan oleh pasar dan pemerintah, harga jual dapat ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual, juga pertimbangan yang dipakai perusahaan untuk menentukan harga jual adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2005):
Harga bahan baku untuk produksi
Kualitas dan upah karyawan
Biaya penuh untuk memproduksi barang jadi
Biaya penuh ini dijadikan harga minimal untuk penjualan suatu produk. Biaya penuh ini jangan melebihi harga jual ke konsumen untuk mencegah adanya kerugian.
II.9.4 Cara Penghitungan Harga Jual Formula untuk menghitung harga jual per unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan berikut ini (Mulyadi, 2005): Harga Jual per Unit = Biaya (HPP) + % (persentase penambahan harga jual) . (2.2)
Persentase penambahan harga jual = ekspektasi laba + biaya lainnya .... (2.3) Keterangan: Biaya (HPP) = Harga pokok produksi untuk unit yang dijual Ekspektasi laba = Keuntungan dan besaran balik modal yang diinginkan Biaya-biaya = Biaya-biaya lain diluar HPP
26
II.9.5 Metode Penentu Harga Jual Ada beberapa metode untuk menentukan harga jual suatu produk. Metode ini nantinya dapat dipakai oleh perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan sesuai target perusahaan. Perbedaan dari ketiganya dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut ini: Tabel II.1 Metode Penentuan Harga Jual Pendekatan Unsur Biaya Unsur Mark-up Full Costing (Absorption
Biaya Produksi (HPP)
Approach)
Ekspektasi laba + biaya lain non produksi
Variable Costing
Biaya Produksi (HPP) + Ekspektasi laba + biaya lain
(Contribution Approach)
Biaya non produksi yang
non produksi yang bersifat
bersifat variabel
tetap
Total Costing
Biaya Produksi (HPP) + Ekspektasi laba biaya non produksi (Sumber: Prasetyo, 2016)
II.10 Forecasting Peramalan dapat dilakukan secara kuantatif ataupun kualitatif. Pengukuran kuantitatif menggunakan metode statistic, sedangkan pengukuran kualitatif berdasarkan pendapat (judgement) dari yang melakukan peramalan. Berkaitan dengan itu dalam peramalan dikenal dengan istilah prakiraan dan prediksi. Prakiraan didefinisikan sebagai proses peramalan suatu kejadian (variable) di masa yang akan datang dengan berdasarkan data variabel yang berkaitan pada masa sebelumnya. Sedangkan prediksi adalah proses peramalan suatu variabel di masa yang akan datang dengan lebih mendasarkan pada pertimbangan subjektif/intuisi daripada data kejadian pada masa lampau. Pada umumnya terdapat dua metode dalam pengukuran kuantitatif, yaitu metode serial waktu (deret berkala, time series) dan metode kausal. Metode serial waktu adalah metode yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi waktu, sedangkan metode kausal (causal explanatory model) mengasumsikan bahwa faktor yang diperkirakan menunjukan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas (independency), misalnya permintaan akan reparasi kapal berhubungan dengan jumlah kapal yang sedang beroperasi.
27
Dalam menentukan metode peramalan tertentu, tidak bisa dengan langsung memakai salah satu dari sekian banyak metode yang ada. Melainkan harus melalui pertimbanganpertimbangan yang sesuai untuk dapat menghasilkan prakiraan yang mendekati kebenaran. Berikut adalah klasifikasi metode yang dapat diterapkan (Sumayang, 2003), yaitu: 1. Metode kualitatif Metode ini digunakan bila hanya terdapat sedikit data historis. Pada umunya digunakan dalam meramal perkenalan produk dan jasa baru. Caranya adalah dengan menganalisis situasi pasar atau dengan pendekatan sistematik. 2. Metode kuantitatif- Time Series (Metode Extapolative) Metode ini dilakukan dengan cara membuat analisa yang selanjutnya akan diproyeksikan ke dalam peramalan permintaan atau demand untuk waktu yang akan datang. Rumus dasar metode ini adalah: Y(t) = (a+bt) [f(t)] + t .......................................................................................... (2.4) Dimana: Y(t) = demand selama periode t a
= average level
b
= trend
f(t) = seasonal 3. Metode Kuantitatif Kausal atau Metode Explanatory Metode ini dapat digunakan bila terdapat data historis dan data yang berkaitan dengan faktor ekonomi dengan pola kecendrungan musiman dan fluktuasi. Sehingga dapat dibuat ramalan demand untuk masa mendatang. Faktor ekonomi yang dibutuhkan adalah: a. Pendapatan (disposable income) b. Persediaan (inventories) c. Biaya hidup (cost of living) d. Pembangunan fasilitas baru e. Rumah tangga baru (new married) Dari metode-metode tersebut diatas terbagi menjadi beberapa metode lagi. Untuk lebih jelasnya akan digambarkan pada Gambar II.18 sebagai berikut:
28
Gambar II.18 Skema pembagian metode peramalan Sumber: (Aji, 2010)
Metode peramalan yang dipilih dalam tugas akhir ini adalah Exponential Smoothing Method. Exponesial Smooting Method adalah metode adalah metode peramalan Time Series yang didasarkan pada asumsi bahwa angka rata-rata baru diperoleh dari angka rata-rata lama dan data demand terbaru. Ada dua jenis Exponential, yaitu:
Simple Exponential Smoothing Method
Double Exponential Smoothing Method Secara umum metode Exponential Smoothing untuk meramalkan data yang telah
terpola, dalam artian data telah konstan sedangkan untuk data yang memiliki tren tertentu dapat menggunakan metode kedua yaitu metode Double Exponential Smoothing Method. Karakteristik penyesuaian dikontrol dengan menggunakan faktor smoothing (0 ≤ µ ≤ 1). Secara praktis nilai µ menurut Brown, dipilih pada interval 0,1-0,9 (Elsayed A. Elsayed, Thomas O. Boucher, 1985). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sumayang, 2003) At = µ Dt (1- µAt -1 ..............................................................................................(2.5) Dimana: At-1 = angka rata-rata lama µ
= faktor smoothing 29
Dt
= demand terbaru Model seri waktu (time series) memprediksi besaran asumsi bahwa masa depan adalah
fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, model ini melihat pada apa yang terjadi selama periode waktu dan menggunakan seri data masa lalu untuk membuat ramalan. Pada peramalan time series, terdapat beberapa komponen permintaan yang dapat diketahui yaitu tren (trend), rata-rata (average level), musiman (seasonality), fluktuasi (cycle), eratik (random), dan kesalahan/deviasi (error). Pola tren (trend) adalah suatu pola yang menunjukan adanya kenaikan atau bahkan penurunan atas data permintaan untuk jangka tertentu. Pola ini sesuai diterapkan dalam metode peramalan regresi linear dan exponential smoothing (Baroto, 2002). Grafik komponen permintaan berdasarkan pola tren dapat dilihat pada Gambar II.19.
Jumlah
Gambar II.19 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola tren
Sumber: (Hendro, 2015)
Sedangkan pola musiman adalah suatu pola yang menunjukan pergerakan permintaan yang dipengaruhi oleh musim. Sehingga biasanya interval perulangan terjadi dalam kurun waktu satu tahun. Pada pola ini, akan terlihat fluktuasi permintaan dalam satu interval waktu tertentu (periode) dapat dilihat pada Gambar II.20. Metode peramalan yang sesuai dengan
Jumlah
pola ini adalah metode moving average dan weight moving average (Baroto, 2002)
Gambar II.20 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola musiman Sumber: (Priyana, 2015)
30
Untuk pola siklikal (cycle), fluktuasi permintaan secara jangka panjang akan membentuk pola sinusoidal atau gelombang/siklus. Pola yang terbentuk hampir mirip dengan pola musiman, namun pada pola musiman bentuk dari kurva permintaan terhadap waktu adalah variatif dan waktunya secara umum berulang setiap tahunnya dapat dilihat pada Gambar II.21. Metode peramalan yang sesuai dengan pola ini adalah metode moving average dan exponential smoothing (Baroto, 2002)
Jumlah
Gambar II.21 Grafik komponen permintaan berdasarkan pola siklik
Sumber : (Dinten, 2015)
Apabila dalam suatu perhitungan atau data tidak terdapat beban suatu permintaan (Dt = 0), maka dapat dilakukan pendekatan besar (demand) berdasarkan besar demand sebelumnya, (Spyros Makridakis, 1999). Rumus pendekatan yang dapat digunakan adalah: 𝐷𝑡
At+1 = At + ( 𝑁 +
F1 𝑁
) ..........................................................................................(2.6)
Dimana: At+1 = angka rata-rata untuk periode berikutnya At
= angka rata-rata terbaru
Dt
= demand terbaru
N
= Jumlah periode Dalam perhitungan nantinya akan diperlukan harga error, dimana besar kecilnya harga
error ini tergantung dari besar kecilnya faktor smoothing yang dipilih. Selain itu juga akan terjadi absolute deviation (nilai error yang dijumlahkan dimana tanda negatif menjadi positif). Idealnya dalam melakukan peramalan dengan metode ini adalah mencari harga µ, sehingga didapatkan error dan absolute deviation sekecil mungkin. Harga error digunakan bertujuan untuk (Sumayang, 2003):
Menyiapkan safety stock agar selama proses produksi tidak terjadi kekurangan persediaan 31
Mengetahui ada tidaknya data yang tidak sesuai dan harus diperhitungkan dalam peramalan, jika mungkin dihilangkan
Mengetahui kapan peramalan tidak lagi mengikuti permintaan yang sesungguhnya, sehingga perlu diadakan pengaturan dan peramalan lagi
Pemeriksaan error atau kesalahan dalam perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
Mean Absolute Deviation
Error ini dihitung dari nilai absolute error dari setiap periode dan merupakan nilai rata-rata dari jumlah periode. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: 1
MAD = 𝑛 ∑𝑛𝑡=1|𝐸𝑡| .............................................................................................. (2.7) Dimana: Et
= Error untuk periode waktu t = Dt-Ft
Dt
= Demand tahun ke t
Ft
= ramalan pada periode ke t
n
= jumlah periode yang digunakan
Mean Square of Error
Merupakan total rata-rata error pangkat 2, sehingga nilai error menjadi positif namun nilai error akan tidak berpengaruh. Formula yang dipakai adalah: 1
𝑛
MSE = 𝑛 ∑𝑡=1 𝐸𝑡 2 ............................................................................................. (2.8) Nilai akar dari MSE disebut dengan standar deviation (E = √𝑀𝑆𝐸)
Cumulative Sum of Forecast Error
Merupakan angka rata-rata dari error yang ada. Formula yang dipakai adalah: CFE = ∑𝑛𝑡=1 𝐸𝑡 .................................................................................................... (2.9) Pada perhitungan peramalan dengan metode exponential smoothing, hal lain yang biasa dihitung adalah smoothing mean absolute deviation (MADt) dan Tracking Signal (TS). Smoothing Mean Absolte Deviation (MADt) adalah nilai rata-rata dari absolute deviation dari perhitungan ramalan dengan menggunakan metode exponential smoothing. Formula yang digunakan adalah:
32
MADt = 𝛼 (𝐷t − 𝐹t) + (1 − 𝛼 )MADt − 1 ........................................................(2.10) Dimana: α
= Faktor smoothing (0 ≤ α ≤ 1)
Dt
= Demand tahun ke t
Ft
= ramalan pada periode ke t
MAD t-1 = nilai MAD t-1 periode sebelumnya Kegunaan dari MADt adalah (Sumayang, 2003):
Untuk mengetahui adanya perilaku demand yang menyimpang dengan cara membandingkan antara standar deviasi dengan MADt (nilai demand dikatakan besar jika standard deviation > 3,75 MADt)
Untuk memeriksa apakah hasil ramalan masih terletak pada jalur yang benar
Tracking Signal (TS) adalah suatu metode untuk memeriksa error ramalan. Dimana pada umumnya bersifat data acak. Dengan kata lain untuk melihat apakah data masih pada jalur yang benar (Daniel Sipper, Robert L. Buffin, 1997). Formula dari tracking signal adalah (Sumayang, 2003): 𝐶𝐹𝐸
TS = 𝑀𝐴𝐷t ............................................................................................................(2.11) Dimana: CFE
= Cumulative sum of forecast error = ∑𝑛𝑡=1 𝐸𝑡
MADt
= Smoothing Mean Absolute Deviation periode t
II.11 Investasi Investasi memiliki beberapa pengertian diantaranya adalah sebagai berikut: Investasi menurut Kertonegoro (2000) “Investasi merupakan wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan akan dapat memelihara atau memperoleh nilai dan memberikan penghasilan yang meningkat atau return yang positif”. Sedangkan menurut Handaru (1998) “Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal baik langsung maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut”. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa keputusan investasi melibatkan tiga unsur pokok, yaitu: 33
1. Keuntungan yang akan diperoleh, Suatu proyek dimulai dari penanaman investasi yang dilanjutkan dengan pengembangan investasi tersebut dalam periode tertentu 2. Pengorbanan saat ini untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan dating 3. Dalam jangka panjang (umur proyek) Kegiatan investasi telah direncanakan dan dilaksanakan dalam bentuk kesatuan dan jangka waktu tertentu Proses yang dimaksud diatas terdapat proses perencanaan, maka perencanaan yang dimaksudkan adalah perhitungan akan untung atau rugi, perhitungan akan jangka waktu pengembaliannya dan perhitungan kelayakan, dimana proses-proses tersebut dilakukan dengan cara mengadakan studi kelayakan proyek. Menurut Husnan dan Suwarsono (1994) “Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil”. Keberhasilan ini dapat ditafsirkan dalam arti terbatas yaitu keberhasilan dalam arti manfaat ekonomis (biasanya dipergunakan oleh pihak swasta) dan keberhasilan dalam artian yang lebih luas yaitu manfaatnya bagi masyarakat. Sedangkan karakteristik dasar dari suuatu proyek (investasi) adalah investasi (proyek) umumnya memerlukan pengeluaran saat ini untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang. Tujuan dari pada diadakannya suatu studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran peneneman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan studi kelayakan ini relatif kecil dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu investasi dalam jumlah yang besar. Aspek-aspek studi kelayakan bisnis, yaitu: aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen. II.11.1 Kriteria Investasi Kriteria untuk suatu investasi sangat diperlukan untuk menentukan apakah suatu usulan investasi dapat diartikan Go Project atau Not Go Project. Apakah investasi tersebut feasible atau tidak. Dapat dikatakan bahwa semua kriteria menggunakan perbandinganperbandingan atau hubungan antara penerimaan dan seluruh pengeluaran. Usulan investasi yang feasible adalah usulan yang manfaatnya lebih besar atau paling tidak sama dengan pengeluarannya.
34
Menurut Sutrisno (2008) terdapat dua kriteria, yaitu: 1. Kriteria Internal Kriteria internal adalah kriteria yang terletak dalam proyek bersangkutan, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan investasi atau keadaan lain seperti inflasi, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Dalam kriteria ini tidak diperlukan suatu reevaluasi apabila terjadi perubahanperubahan yang bersifat eksternal, reevaluasi diperlukan apabila terjadi perubahan yang bersifat internal. Contoh daripada kriteria internal adalah metode Pay Back Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. 2. Kriteria Eksternal Kriteria eksternal adalah kriteria yang dibandingkan dengan keadaan lain, terutama dibandingkan dengan usulan investasi lain. Kriteria ini juga dibandingkan dengan keadaan eksternal seperti tingkat inflasi dan perkembangan ekonomi, oleh karenanya jika terjadi perubahan-perubahan seperti perubahan tingkat inflasi, maka pada kriteria ini perlu mengadakan re-evaluasi. Contoh dari pada kriteria ini Benefit Cost of Ratio. Untuk usulan investasi berdasarkan kriteria diatas haruskah benar-benar diperhitungkan dengan kecermatan yang tinggi, haruslah diadakan forecasting (peramalan) dengan tingkat keakuratan yang dapat dipercaya. Menurut Handoko (1999) forecasting (peramalan) dan lingkungan ekstern makro sangatlan penting bagi operasi atau investasi perusahaan. Hal ini juga tergantung pada antisipasi dan adaptasinya terhadap perkembangan lingkungan ekstern makro. II.11.2 Metode Penilaian Investasi Seperti disebutkan sebelumnya bahwa kriteria investasi terbagi menjadi dua yaitu kriteria internal dan eksternal, dimana yang internal menggunakan pay back period, Net Present Value dan internal of return sedangkan yang eksternal menggunakan metode benefit cost ratio. Berikut ini adalah metode-metode yang sering digunakan untuk mengajukan usulan investasi: 1. Metode Pay Back Period (PBP) Menurut Husnan dan Suwarno (1994) metode Pay Back Period adalah “Metode untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali, karena itu satuan hasilnya bukan prosentase, tapi satuan waktu”. Sedangkan menurut Riyanto (1998) metode Pay Back Period adalah satuan periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proses atau aliran kas netto (Net Cash Flow), dengan
35
demikian metode ini menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang ditanam pada saat investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Dengan berdasarkan pada metode Pay Back Period usulan yang diterima adalah usulan yang menghasilkan Pay Back Period yang lebih pendek dari Pay Back maximum yang ditetapkan (umur ekonomis proyek). Keuntungan dari metode Pay Back Period adalah: a. Mudah dimengerti b. Lebih mengutamakan investasi yang menghasilkan aliran kas yang lebih cepat c. Beranggapan bahwa semakin lama waktu pengembalian, maka semakin tinggi resikonya d. Cukup akurat untuk mengukur nilai investasi yang dibandingkan untuk beberapa kasus dan bagi pembuat keputusan Kelemahan metode Pay Back Period adalah: a. Mengabaikan nilai waktu daripada uang (time value of money) b. Mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proses setelah pay back period tercapai 2. Metode Net Present Value (NPV) Menurut Husnan dan Swarsono (1994) metode Net Present Value adalah menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. Pada metode ini menghitung selisih antara cash flow yang discounted pada tingkat bunga yang minimum (tingkat bunga yang relevan). Apabila jumlah Present Value dari keseluruhan proses yang diharapkan lebih besar dari Present Value investasinya, maka usulan dapat diterima. Dengan melihat Net Present Valuenya prositif yang berarti lebih besar dari nol, maka usulan diterima. Keuntungan dari metode Net Present Value adalah: a. Memperhatikan nilai waktu daripada uang (time value of money) b. Mengutamakan aliran kas yang lebih awal c. Tidak mengabaikan aliran kas selama periode proyek atau investasi
36
Kelemahan dari metode Net Present Value adalah: a. Memerlukan perhitungan Cost of Capital sebagai Discount Rate b. Lebih sulit penerapannya daripada Pay Back Period Untuk rumus perhitungan NPV adalah sebagai berikut:
Dimana, C0
= investasi awal
C
= aliran kas (cash flow)
R
= suku bunga
T
= waktu
3. Metode Internal Rate of Return (IRR) Menurut Riyanto (1998) menyebutkan bahwa metode ini adalah metode yang memperhitungkan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proses yang diharapkan akan diterima sama dengan jumlah nilai sekarang pengeluaran modal, pada dasarnya metode ini harus dicari dengan cara trial dan error atau coba-coba Penilaian untuk metode Internal Rate of Return ini adalah Jika Internal Rate of Return yang diperoleh lebih kecil dari biaya bunga yang dipergunakan, maka proyek tersebut ditolak. Sebaliknya jika Internal Rate of Return yang diperoleh lebih besar, maka proyek tersebut diterima. Kelebihan metode Internal Rate of Return adalah: a. Tidak mengakibatkan aliran kas selama periode proyek b. Memperhitungkan nilai waktu daripada uang c. Mengutamakan aliran kas awal daripada aliran kas belakangan Kekurangan metode Internal Rate of Return adalah: a. Memerlukan perhitungan COC (Cost of Capital) sebagai batas minimal dari nilai yang akan dicapai b. Lebih sulit dalam melakukan perhitungan Untuk perhitungan rumus IRR adalah sebagai berikut:
37
Dimana, R1
= Suku bunga rendah
R2
= Suku bunga lebih tinggi
NPV1
= NPV yang didapat dari R1
NPV2
= NPV yang didapat dari R2
II.12 Kriteria penentuan Lokasi Industri Dalam kriteria penentuan lokasi industri dengan metode beban skor dilakukan beberapa pertimbangan, yaitu: kondisi lahan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, pemasaran, rencana tata ruang terkait penentuan lokasi, dan kecukupan infrastruktur (Djojodipuro, 1992). II.12.1 Kondisi Lahan Kondisi-kondisi lahan dalam penentuan lokasi industri terdiri atas kemampuan lahan dan penggunaan lahan. 1. Kemampuan Lahan Kemampuan lahan diperoleh berdasarkan data kemiringan yang ada. Berdasarkan data tersebut diperoleh klasifikasi menjadi tiga kelas yaitu kemampuan lahan rendah (kelas 1), yaitu kemiringan >15%, sedang (kelas 2) yaitu kemiringan 5%-15%, (kelas 3) tinggi yaitu kemiringan 0%-5%. 2. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan memberikan pengaruh yang sangat penting bagi penentuan lokasi industri. Adapun penggunaan lahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: kawasan perumahan, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan II.12.2 Ketersediaan Tenaga Kerja Penentuan suatu lokasi industri mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja, seberapa banyak jumlah angkatan kerja yang secara resmi terdaftar sebagai pengangguran atau sedang mencari pekerjaan. Selain secara kuantitas, diperhatikan juga kualitas tenaga kerjanya, tingkat pendidikan, kemampuan, serta keterampilan yang menjadi kebutuhan industri tersebut.
38
Pada dasarnya tenaga kerja dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil, dan tenaga manajerial. Selain dua faktor di atas, yang juga dipertimbangkan adalah tingkat upah tenaga kerja, sebagai contoh untuk industri besar skala Internasional banyak yang mendirikan cabang di Negara berkembang dikarenakan upah tenaga kerjanya lebih rendah dibandingkan dengan Negara asal. II.12.3 Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor pertimbangan yang sangat penting dalam menentukan lokasi industri. Adapun sub variabel yang terkait dengan ketersediaan bahan baku adalah kuantitas dan kualitas bahan baku, kontinuitas bahan baku, serta jarak dari bahan baku ke lokasi industri. Berikut adalah penjelasannya: Kuantitas Bahan Baku Kuantitas bahan baku sangat penting karena digunakan sebagai input kegiatan produksi. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan kuantitas bahan baku untuk industri peralatan tangkap kapal adalah sebagai berikut: o Kontinuitas Bahan Baku Ketersediaan bahan baku yang kontinu pada setiap tahun sangat mendukung industri peralatan tangkap kapal. Untuk itu kontinuitas sangat perlu untuk diperhatikan dalam penentuan lokasi industri peralatan tangkap kapal. Berdasarkan analisa sebelumnya, diketahui bahwa tingkat kontinuitas bahan baku adalah tidak kontinu, kontinu sedang, dan kontinu tinggi o Jarak Bahan Baku Jarak bahan baku disini merupakan jarak kecamatan dengan kecamatankecamatan yang dapat digunakan sebagai penghasil bahan baku. Semakin dekat dengan kecamatan tersebut, maka akan mudah memperoleh bahan baku. II.12.4 Pemasaran Permintaan pasar dalam hal ini merupakan besaran pasar bagi industri. Adapun besaran permintaan pasar sesuai dengan jarak dari klien lokasi. Dalam hal ini klien tersebut adalah galangan kapal ikan, nelayan dan distributor. Selain itu faktor yang berpengaruh adalah keberadaan pesaing industri komponen peralatan tangkap ikan pada daerah tersebut.
39
II.12.5 Rencana Tata Ruang Terkait Penetuan Lokasi Faktor yang tidak kalah penting guna mewujudkan pembangunan industri adalah menyesuaikan dengan rencana tata ruang yang ada (Dahuri, 2001). Rencana tata ruang sangat berpengaruh karena merupakan suatu instrumen untuk mengembangkan suatu wilayah. II.12.6 Kecukupan Infrastruktur Infrastruktur penunjang pada Tugas Akhir ini adalah listrik, air bersih, telepon, jaringan jalan, dan pelabuhan. Keberadaan infrastruktur dapat mendukung industri peralatan tangkap kapal
Kecukupan Listrik dan telepon
Untuk mengoperasionalkan industri dibutuhkan kecukupan listrik untuk operasionalkan peralatan dan mesin produksi, serta penerangan. Selain itu jaringan telepon sangat penting untuk komunikasi jarak jauh. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan listrik dan telepon.
Kecukupan Air Bersih
Untuk mengoperasionalkan industri dibutuhkan kecukupan air bersih. Air bersih ditinjau dari ketersediaan PDAM maupun air tanah pada daerah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan air bersih
Kecukupan Jaringan Jalan
Keberadaan jaringan jalan yang baik dapat mendukung proses produksi dalam pengiriman bahan baku serta penyaluran hasil produk yang telah diproduksi. II.12.7 Modal Salah satu faktor terpenting dalam membangun sebuah usaha adalah modal awal, dalam hal ini modal yang dimaksud adalah harga tanah per m yang diperuntukan untuk lokasi pengembangan industri peralatan tangkap kapal.
40
II.13 Perencanaan Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri dan dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Dalam melakukan perancangan, apakah itu dalam upaya membangun sebuah pabrik yang baru ataupun melakukan perubahan, serta pengembangan dalam rangka meningkatkan produktivitas produksi. Diperlukan perencanaan dan konsep yang matang sebelum dilaksanakan. Karena ini sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha. Dimana dalam melaksanakan rancang bangun untuk menentukan suatu pabrik yang menghasilkan keuntungan dari segi ekonomi sering kali menghadapi bermacam-macam permasalahan yang kompleks. Untuk merancang suatu pabrik, berikut adalah proses tahapannya: 1. Dimulai dengan adanya ide awal atau gagasan 2. Melakukan analisa tentang aspek ekonomi dan pangsa pasar 3. Pencarian dan pengelolaan data untuk rancangan akhir (studi kelayakan) 4. Evaluasi ekonomi tahap akhir 5. Detail rancangan pabrik 6. Pengadaan peralatan pabrik 7. Proses pembangunan atau konstruksi 8. Perencanaan sumber daya manusia 9. Start up dan uji coba operasi 10. Produksi Tahap 1 disebut dengan inception atau pencetusan ide atau gagasan. Tahap 2 sampai dengan tahap 4 merupakan Basic Engineering Study (BES). Tahap 5 disebut dengan Detail Engineering Design and Construction (DEC). Tahap 6 dan 7 disebut dengan Engineering Procurement and Construction (EPC). Sedangkan tahap 8 sampai dengan tahap 10 adalah Start Up dan Operation. Tahapan suatu rancangan proyek selalu dimulai dengan adanya ide atau gagasan. Gagasan ini haruslah dimulai secara jelas dan juga konsisten. Sehingga memungkinkan untuk dibuat lingkup proyeknya. Spesifikasi umum, data laboratorium, dan yang terpenting adalah paling tidak data teknis haruslah sudah tercakup di dalam gagasan awal tersebut.
41
Tahapan proses desain pabrik biasanya diurutkan sebagai metode desain, studi kelayakan, pengembangan proses, desain serta kontruksi, dan operasi. Berikut adalah penjelasannya: 1. Metode Desain Metode desain yang dapat digunakan didalam membuat suatu desain proyek dapat mengacu pada metode desain sebagai berikut dan tergantung kepada detail serta ketelitian yang dibutuhkan. Antara lain: a. Preliminary atau Quick Estimate Design b. Detail Estimate Design c. Detail Design Preliminary atau quick estimate design atau disebut juga dengan desain pendahuluan. Pada tahap ini diletakkan dasar-dasar pokok desain engineering. Dalam arti segala sifat dari produk atau instalasi hasil proyek harus sudah dijabarkan. Biasanya dipergunakan sebagai basis untuk menentukan pekerjaan apa selanjutnya yang akan dilaksanakan pada proses proposal. Tugas penting dari desain pendahuluan ini adalah memberikan besaran kuantitatif dari berbagai parameter, sehingga dapat digunakan untuk menyusun atau menghitung kebutuhan biaya. Walaupun dengan akurasi yang belum begitu baik. Jika hasil preliminary design menunjukkan bahwa pekerjaan selanjutnya layak dan potensi keuntungan serta kebakuan proses, dapat ditentukan melalui analisa dan perhitungan. Namun bagaimanapun juga, spesifikasi yang tepat dari peralatan yang akan digunakan belum dapat diberkan disini. Bilamana detail estimate design menunjukkan adanya indikasi keberhasilan secara komersil, maka proses mendesain proyek dilanjutkan ke tahap berikutnya. Sebelum mencapai tahap rencana kontruksi untuk pabrik, persiapan untuk pelaksanaan proses desain harus sudah dipastikan. Spesifikasi lengkap untuk semua peralatan pabrik harus sudah ada. Kebutuhan biaya yang akurat sebagaimana yang diperlukan juga harus sudah didapatkan. Cetak biru atau blue print dari detail desain harus sudah memuat informasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin melaksanakan perencanaan akhir, yaitu melaksanakan kontruksi pabrik. 2. Studi Kelayakan Sebelum melakukan pekerjaan detail desain, faktor-faktor teknis dan ekonomis, serta lainnya harus diuji kelayakannya. Survey awal kelayakan haruslah memberikan indikasi ada kemungkinan berhasilnya pelaksanaan proyek tersebut. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan didalam melakukan studi kelayakan, yaitu: 42
a. Raw Material/bahan baku (ketersediaan, kuantitas, kualitas, dan harga) b. Fasilitas dan peralatan yang tersedia saat ini c. Fasilitas dan peralatan yang harus disediakan/dibeli d. Estimasi biaya produksi dan total investasi e. Keuntungan (kemungkinan dan optimumnya produk per tahun, return of investment) f. Material konstruksi g. Safety h. Market/pasar (supply dan demand saat ini dan waktu yang akan datang, pengguna saat ini, kemungkinan pengguna baru, kemampuan membeli saat ini, kondisi harga produk sejenis, lokasi penjualan, kemungkinan jumlah pengguna/pembeli i. Persaingan (rata-rata statistic produksi, perbandingan dari bermacammacam proses manufaktur, persaingan spesifikasi produk) j. Penjualan dan pelayanan dalam penjualan (metode penjualan dan distribusi, iklan yang dibutuhkan, teknik pelayanan yang dibutuhkan) k. Syarat pengiriman dan kemasan pengangkut l. Paten dan persyaratan hokum Bilamana data detail atau proses dan spesifikasi produk yang ditetapkan telah tersedia, analisa lengkap tentang keadaan pasar, serta pertimbangan semua faktor penjualan telah dibuat. Maka analisa tersebut dapat menguraikan kebutuhan yang menyangkut keberadaan item h sampai l sebagaimana dicantumkan diatas. 3. Pengembangan Proses Dalam banyak hal survey kelayakan terindikasi adanya kebutuhan tambahan dana riset seperti laboratory atau pilot-plant. Sehingga program untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Karena hal itu perlu segera diadakan guna mendapatkan data yang akurat untuk desain 4. Desain Apabila informasi yang cukup telah tersedia, maka preliminary design dapat dilakukan dalam kerangka preliminary survey kelayakan (preliminary feasibility survey). Langkah pertama didalam persiapan preliminary design adalah pemantapan basis untuk desain. Langkah 43
berikutnya adalah menyiapkan proses diagram alir sederhana (simplified flow diagram), guna menggambarkan keadaan proses yang diinginkan. Disamping itu juga dibuat neraca massa (material balance) proses yang meliputi kecepatan alir produk, kondisi aliran produk dan spesifikasi bahan baku termasuk produknya. Langkah akhir adalah menyiapkan typical process design dalam bentuk tulisan atau laporan dari proses desain sebagai hasil kerja desain. Dari sinilah titik tolak akhir keputusan proyek ditentukan, yaitu dapat dilaksanakan atau harus dihentikan. Semuanya tergantung pada feasibility survey yang dilakukan, sebelum sejumlah dana dikeluarkan untuk membangun proyek tersebut. Sebab, sebelum final process design dimulai, pemilik perusahaan normalnya akan memastikan telah mendapatkan dana guna membangun proyek. Bilamana gambaran aspek ekonomi dari hasil kajian menunjukan hasil yang memuaskan, maka proyek pada dasarnya siap untuk dimulai. 5. Konstruksi dan Operasi Bilamana keputusan untuk melakukan kontruksi telah dibuat, maka target selanjutnya adalah bagaimana agar pabrik bisa segera beroperasi. Disini peranan waktu didalam fase konstruksi sangat penting karena keterlambatan akan mempengaruhi biaya investasi. Oleh karena itu didalam pemesanan peralatan utama harus benar-benar memperhatikan masalah waktu. Biasanya keterlambatan dapat disebabkan terlambatnya fabrikasi dari peralatan yang dipesan atau hambatan dalam transportasi. Tahap ini termasuk ke dalam tahapan yang kritis dan para ahli harus siap untuk bekerja sama dalam satu tim kerja dengan orang-orang yang terkait dengan pekerjaan konstruksi dan pembelian peralatan proyek. Selama berlangsungnya proses kontruksi para ahli harus hadir dilapangan untuk mengawasi dan mengevaluasi semua aktivitas yang berkaitan dengan desain. Karena kemungkinan perubahan dapat saja terjadi setiap saat sehingga jadwal pelaksanaan proyek dapat diperbarui atau direvisi guna menghindari keterlambatan waktu penyelesaian proyek.
II.14 Penentuan Struktut Organisasi Struktur organisasi adalah sistem tugas, alur kerja, hubungan pelaporan dan saluran komunikasi yang dikaitkan secara bersama dalam pekerjaan individual maupun kelompok (Schermerhorn, 1996). Struktur organisasi menentukan strategi dan besarnya perusahaan yang dijalankan. Hal ini juga menyangkut ruang kerja yang dibutuhkan dalam menentukan layout industri dimana disesuaikan dengan jumlah kebutuhan orang yang tercantum pada struktur organiasasi 44
1. Formal Stucture, yaitu struktur organisasi yang disebutkan secara resmi (official state). Struktur organisasinya biasanya dalam bentuk diagram yang menggambarkan hubungan pelaporan dan pengaturan formal posisi kerja dalam sebuah organisasi. Keunggulan struktur/bagan organisasi seperti ini biasanya meliputi aspek-aspek berikut:
Pembagian kerja
Pengawas hubungan
Saluran komunikasi
Adanya beberapa sub-unit besar dalam organisasi tersebut, serta ada
Tingkat manajemennya.
Kelemahan dari struktur organisasi formal adalah segala sesuatunya harus diatur sesuai dengan formalitas yang ada, dan biasanya jika organisasi berkembang semakin besar akan ada banyak hambatan birokrasi didalamnya. 2. Informal Structure, adalah sebuah hubungan yang bersifat “bayangan”, tidak resmi, namun sering kritis dalam menanggapi suatu hal yang bersifat kolektif, dan terdapat hubungan kerja antara anggota organisasi tersebut yang bisa dilakukan secara langsung tanpa batas-batas formalitas. Adapun potensi keuntungan dari struktur informal ini diantaranya adalah:
Membantu orang menyelesaikan pekerjaan mereka
Mengatasi batas-batas struktur formal
Mendapatkan akses ke jaringan interpersonal
Dapat pelajaran informal
Sedangkan kerugiannya bisa terjadi over-laping jika anggota dalam organisasi tersebut tidak bisa menempatkan tugas semestinya atau tanggungjawabnya, seperti:
Kemungkinan bekerja melawan kepentingan terbaik dari seluruh organisasi.
Kerentanan terhadap rumor/issue
Adanya kemungkinan untuk membawa informasi yang kurang akurat
Susah jika nantinya diajak untuk berubah
Akan ada banyak pengalihan upaya kerja dari tujuan yang penting
Merasa keterasingan jika ada orang luar yang masuk dalam organisasi tersebut. 45
3. Functional Structure, yaitu struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas serupa yang kemuadian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja. Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian mereka. Jenis struktur organisasi seperti ini tidak terbatas pada bisnis saja. Jenis struktur seperti ini juga dapat bekerja dengan baik untuk organisasi kecil yang memproduksi beberapa produk atau jasa. Potensi keuntungan dari struktur organisasi fungsional:
Dapat mencapai skala ekonomis pada masing-masing bagian
Tugas sesuai dengan keahlian dan pelatihan tugas
Berkualitas tinggi pemecahan masalah teknis
Mendalam pelatihan dan pengembangan keterampilan
Hapus jalur karir dalam fungsi
Kekurangan struktur organisasi fungsional adalah:
Adanya kesulitan dalam penunjukkan tanggung jawab secara tepat karena hanya mendahulukan rutinitas tugas
Tempatnya cerobong asap masalah, dan tidak langsung ke akar permasalahan
Kurang rasa kebersamaan dalam meraih tujuan bersama
Menumbuhkan perspektif fungsional yang
Terlalu banyak rujukan untuk membuat keputusan
Kurang memperhatikan aspek strategis jangka panjang
Menumbuhkan ketergantungan antar-fungsi dan kadang membuat koordinasi dan kesesuaian jadwal kerja menjadi sulit dilakukan
4. Divisional Structure, stuktur organisasi yang dikelompokkan berdasarkan pada produk yang sama, proses yang sama, kelompok orang yang melayani pelanggan yang sama, dan atau berlokasi di daerah yang sama di suatu wilayah geografis. Secara umum dalam struktur organisasi seperti ini biasanya bersifat kompleks, dan menghindari masalah yang terkait dengan struktur fungsional. Potensi keuntungan struktur divisi:
46
Lebih banyak fleksibilitas dalam menanggapi perubahan lingkungan
Peningkatan koordinasi
Poin tanggung jawabnya jelas
Keahlian berfokus pada pelanggan tertentu, produk, dan wilayah
Banyak kemudahan dalam restrukturisasi.
Potensi kerugian struktur divisi:
Duplikasi sumber daya dan upaya di seluruh divisi
Persaingan dan koordinasi yang buruk bisa terjadi antar divisi
Penekanannya hanya pada tujuan dan biaya devisi tersebut.
5. Matrix Structure, yaitu struktur organisasi yang menggabungkan antara struktur fungsional dengan struktur divisional untuk mendapatkan keuntungan dari kedua struktur tersebut dan meminimalkan kekurangan dari masing-masing struktur tersebut. Keuntungannya dari struktur matrik adalah:
Lebih baik kerjasamanya antar lintas fungsi
Peningkatan pengambilan keputusan
Meningkatkan fleksibilitas dalam restrukturisasi
Pelayanan pelanggan jadi lebih baik.
Akuntabilitas kinerja lebih baik.
Adanya peningkatan manajemen strategis karena mampu mencapai tingkat koordinasi yang diperlukan untuk menjawab tuntutan “ganda” lingkungan.
Sangat sesuai untuk organisasi ukuran sedang.
Kerugian dari struktur organisasi matrik adalah:
Adanya sistem dua boss yang rentan terhadap perebutan kekuasaan
Adanya sistem dua boss yang dapat membuat kebingungan tugas dan konflik dalam prioritas kerja.
Rapat Team biasanya banyak memakan waktu.
Adanya “groupitis” yang merugikan organisasi itu sendiri
Peningkatan biaya karena menambah struktur tim
6. Horizontal Structure, biasanya fokus organisasi sekitar proses, dan bukan pada fungsi, menempatkan orang-orang yang bertanggung jawab atas proses inti dan dalam penurunan hirarki digunakan untuk meningkatkan penggunaan tim. Memberdayakan 47
orang untuk membuat keputusan kritis terhadap kinerja, dan biasanya sudah memanfaatkan teknologi informasi yang ditekankan pada multiskilling dan beberapa kompetensi. Dalam struktur organisasi ini orang-orang diajarkan bagaimana bekerja dalam kemitraan dengan orang lain, termasuk membangun budaya keterbukaan, kerjasama, dan komitmen kinerja. Keunggulan struktur organisasi horizontal adalah:
Tingkatan managernya sedikit, sehingga biaya-biaya yang terkait dengan jabatan relatif kecil.
Jalur perintah dan tanggung jawabnya pendek, sehingga lebih komunikasi lebih efektif, dan hambatan lebih mudah diatasi.
Hambatan birokrasi dapat dihindari, dan penyelesaian pekerjaan dapat lebih cepat.
Potensi kerugiannya adalah:
Koordinasinya sulit dilakukan karena mengkoordinasi bawahan jadi banyak dan relatif lebih sulit.
Pembinaan dan kontrol kurang efektif
Spesialisasi tugas kurang mendalam
7. Team Structure, secara luas stuktur organisasi seperti ini menggunakan tim permanen atau sementara untuk memecahkan masalah, atau jika ada proyek khusus yang harus diselesaikan. Selain itu, dalam stuktur organisasi seperti ini sering menggunakan tim lintas fungsional. Potensi keuntungan struktur organisasi tim adalah:
Menghilangkan kesulitan dengan komunikasi dan pengambilan keputusan
Menghilangkan hambatan-hambatan antara departemen operasi
Peningkatan moral
Rasa keterlibatan dan identifikasi lebih besar
Peningkatan antusiasme untuk bekerja
Peningkatan mutu dan kecepatan pengambilan keputusan.
Potensi kerugian struktur tim:
48
Konflik loyalitas antara anggota
Waktu yang dihabiskan untuk meeting terlalu banyak.
Efektifitas penggunaan
waktu
tergantung pada
kualitas
hubungan
interpersonal, dinamika kelompok, dan manajemen tim. 8. Network Structure, yaitu struktur organisasi yang terdiri dari sebuah inti pusat yang dihubungkan melalui jaringan hubungan dengan kontraktor luar dan pemasok layanan penting lainnya. Potensi keuntungan dari struktur jaringan adalah:
Perusahaan dapat beroperasi dengan sedikit karyawan tetap dan tidak perlu mengenal sistem internal yang kompleks
Mengurangi biaya overhead dan meningkatkan efisiensi operasional
Izin operasi dapat melintasi jarak yang jauh
Potensi kerugian dari struktur jaringan:
Kontrol dan koordinasi masalah mungkin timbul dari kompleksitas jaringan.
Potensi kehilangan kontrol atas kegiatan outsourcing.
Potensi kurangnya loyalitas di kalangan kontraktor yang jarang digunakan.
Jika terlalu agresif dibidang outsourcing bisa berbahaya.
49
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Jenis Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bersifat deskriptif dimana data yang didapat merupakan hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif ini adalah memberikan deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
III.2 Jenis dan Sumber Data III.2.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data kualitatif Yaitu data yang didapat dari hasil wawancara dan observasi langsung dengan pihak terkait. Bentuk lain dari data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui internet dan studi pustaka 2. Data kuantitatif Yaitu data yang berbentuk angka atau bilangan sesuai dengan kebutuhan peneliti III.2.2 Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan adalah: 1. Data primer Yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer adalah: melakukan wawancara dan observasi dengan pihak terkait (industri manufaktur peralatan tangkap kapal dan galangan). 2. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh dari studi pustaka dan internet yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas oleh peneliti.
51
III.3 Proses Pengerjaan III.3.1 Tahap Latar Belakang Masalah Tahap ini adalah bagian yang berisi latar belakang masalah yang berisikan kemampuan industri penunjang dan pendukung nasional yang masih rendah dalam mendukung sektor kelautan dan perikanan. Salah satu industri penunjang dan pendukung adalah industri komponen peralatan tangkap. Industri ini sangat potensial di Indonesia dikarenakan tingkat permintaan yang tinggi dan persaingan yang masih rendah. Dengan adanya pengembangan industri komponen peralatan tangkap di Indonesia, diharapkan dapat menyokong aktivitas penangkapan ikan serta meningkatkan pendapatan Negara dari sektor perikanan. III.3.2 Tahap Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah estimasi permintaan komponen peralatan tangkap ikan (fishing gear) untuk kebutuhan di Indonesia, analisa teknis dan ekonomis industri pendukung komponen peralatan tangkap ikan (fishing gear) di Indonesia. III.3.3 Tahap Pengumpulan Data Tahapan ini adalah pengumpulan data yang menunjang dalam penulisan Tugas Akhir ini terdiri atas: 1. Data pemakaian peralatan tangkap ikan pada tahun 2011-2015. Data ini diperoleh dari Dinas Perikan dan Kelautan Jawa Timur. Yang berisikan jumlah peralatan tangkap yang beredar di Jawa Timur pada tahun 2011-2015. 2. Data jumlah armada kapal Ikan yang akan dibangun periode 2014-2019 Data kapal ikan yang akan dibangun pada program pengadaan kapal ikan diperoleh dari website kementerian kelautan dan perikanan . 3. Data komponen peralatan tangkap Data komponen peralatan tangkap kapal merupakan detail komponen yang terdapat pada peralatan tangkap kapal. 4. Data existing kapal ikan regional Jawa Timur 2011-2015 Data ini diperoleh dari Dinas Perikan dan Kelautan Jawa Timur. Yang berisikan jumlah kapal ikan yang beredar di Jawa Timur pada tahun 2011-2015.
52
III.3.4 Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini data yang sudah diperoleh kemudian diolah untuk digunakan tahap selanjutnya pada penyusunan tugas akhir ini, pengolahan data ini meliputi: 1. Estimasi jumlah armada kapal ikan tahun 2016-2025 2. Estimasi permintaan komponen peralatan tangkap berdasarkan jumlah armada kapal ikan yang telah dilakukan forecast III.3.5 Tahap Analisis Teknis Pada tahap ini yang dilakukan adalah pemilihan lokasi, proses pembuatan produk, pemeriksaan hasil produksi, peralatan dan mesin yang digunakan untuk proses produksi, layout dari pabrik, dan standar keselamatan kerja. III.3.6 Tahap Analisis Ekonomis Setelah diketahui analisa teknis dan aspek lainnya, maka langkah selanjutnya adalah analisa secara ekonomis. Pada tahap ini yang dilakukan adalah penentuan biaya pengembangan industri komponen peralatan tangkap, biaya operasional, penentuan harga pokok produksi, penentuan penjualan produk, kelayakan investasi, analisa sensitivitas dan analisa pesaing usaha. III.3.7 Tahap Kesimpulan dan Saran Tahap ini adalah berupa kesimpulan dari analisa-analisa yang telah dilakukan sebelumnya, serta dikemukakan saran-saran yang diperlukan untuk pengembangan lebih lanjut dari Tugas Akhir ini.
III.4 Bagan Alir Bagan alir pengerjaan ini menjelaskan tahap-tahap yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian Tugas Akhir. Proses yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar III.1:
53
Gambar III.1 Alur Pengerjaaan Tugas Akhir
54
BAB IV ANALISA PASAR INDUSTRI PERALATAN TANGKAP
IV.1 Kondisi Existing Industri Peralatan Tangkap Analisa kondisi industri yang sudah ada perlu dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dikembangkan dan diteliti lebih lanjut dalam rangka pengembangan industri yang lebih baik. Hal yang dapat dilihat antara lain teknologi produksi, fasilitas produksi, manajemen perusahaan, produk yang dihasilkan dan lain-lain. Berikut kondisi industri peralatan tangkap di Indonesia saat ini: IV.1.1 Perlengkapan Tangkap yang Terpasang pada Kapal Ikan Perlengkapan tangkap yang ada pada kapal ikan disesuaikan dengan kebutuhan pada operasi penangkapan dan peralatan tangkap yang digunakan. Maka dari itu ada berbagai macam perlengkapan tangkap yang digunakan di Indonesia yang umum digunakan oleh para nelayan. Berikut macam perlengkapan tangkap kapal ikan sesuai dengan jenis kapal ikannya: a. Kapal Ikan Purse Seine Kapal Ikan Purse Seine adalah kapal yang dibangun khusus untuk menangkap ikan dengan penggunaan alat tangkap purse seine atau sering disebut pukat cincin, sekaligus menampung, menyimpan, mendinginkan, dan mengangkut hasil tangkapannya. Kapal ini umumnya menangkap ikan jenis pelagis dalam bentuk schooling fish seperti ikan layang, ikan selar, ikan tongkol, dan cakalang. Perlengkapan tangkap kapal ikan purse seine yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.1. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari jaring purse seine yang terdiri dari jaring, tali ris atas & bawah, selvedge (tenunan), tali kerut, pelampung, pemberat dan tali ring. Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 4 yakni lure/attraction tools (umpan), alat navigasi, permesinan tangkap dan instalasi main deck. Untuk umpan, pada siang digunakan rumpon atau FAD (Fish Aggregating Device) yang dipersiapkan jauh-jauh hari dan pada malam hari menggunakan lampu-lampu yang berfungsi menarik ikan. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, dapat digunakan winch atau net hauler untuk penarikan jaring ke dalam kapal. Bisa juga menggunakan powerblock yang terinstalasi dengan tiang tambahan. Ada pula kombinasi penggunaan powerblok beserta net hauler untuk mengurangi jumlah tenaga manusia yang bekerja untuk menarik dan menggulung
55
jaring ikan. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang dibutuhkan yakni purse block, purse ring stowage, capstan, dan seine skiff.
Gambar IV.1 Perlengkapan Kapal Ikan Purse Seine
b. Kapal Ikan Trawl Kapal Pukat Hela (Trawl) adalah kapal yang didesain untuk menarik pukat hela di belakang kapal. Umumnya kapal-kapal pukat hela memiliki geladak kerja di buritan kecuali untuk kapal hasil modifikasi dari kapal lain (kapal-kapal niaga). Hasil tangkapan ada yang langsung ditangani di atas dek dan untuk kapal-kapal pukat hela yang berukuran besar dilakukan di bawah dek (working space). Perlengkapan tangkap kapal ikan trawl yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.2: Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari jaring trawl yang terdiri dari jaring yang terbagi menjadi 3 bagian yakni body, mouth & wing, tali ris atas & bawah, cod-end (kantung penampung ikan), tali penarik, pelampung, dan pemberat. Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 3 yakni alat navigasi, permesinan tangkap dan instalasi main deck. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, 56
dapat digunakan winch atau net hauler untuk penarikan jaring ke dalam kapal yang diposisikan pada buritan kapal karena penarikan dilakukan selama kapal berjalan. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan seperti boom & rig, outrigger, towing block, snatch block, dan otter board
Gambar IV.2 Perlengkapan Kapal Ikan Trawl
c. Kapal Ikan Penggaruk (Dredger) Kapal ikan Dredger (Penggaruk) termasuk kategori kapal pukat hela dasar. Kapal ini dirancang untuk mengoperasikan pukat garuk sebagai pengumpul kerang-kerangan di dasar laut dengan cara menghelanya di belakang kapal. Perlengkapan kapal ikan penggaruk yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.3. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari alat penggaruk yang terdiri dari frame (rangka penggaruk), chain mesh dan tynes (gigi penggaruk) atau bisa menggunakan coarse mesh (rangkaian rantai yang kasar). Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 3 yakni alat navigasi, permesinan tangkap dan instalasi main deck. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, dapat 57
digunakan winch atau net hauler untuk penarikan alat penggaruk. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang dibutuhkan yakni boom & rig, towing block, dan snatch block.
Gambar IV.3 Perlengkapan Kapal Ikan Dredger
d. Kapal Ikan Lift Nets Kapal ikan lift nets (jaring angkat) adalah kapal yang didisain dan dilengkapi peralatan yang digunakan untuk mengoperasikan lift net berukuran besar. Peralatan ini ditata di geladak untuk menaik-turunkan lift net di lambung kanan dan lambung kiri secara bergantian. Kapal-kapal ini juga dilengkapi dengan lampu-lampu penarik perhatian ikan baik di permukaan maupun di bawah air. Perlengkapan kapal ikan lift net yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.4. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari jaring lift net yang terdiri dari jaring, tali ris atas & bawah, frame yang tersusun untuk pengangkatan jaring, tali penarik, pelampung, dan pemberat. Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 4 yakni lure/attraction tools (umpan), alat navigasi, permesinan tangkap dan instalasi main deck. Untuk umpan, pada pengoperasian awal digunakan search light untuk mencari dan menarik perhatian ikan selanjutnya digunakan lampu yang dapat bergerak (attracting light) untuk menggiring ikan ke atas jaring yang telah disiapakan dan terakhir penggunaan lampu untuk memposisikan ikan agar tetap di atas jaring. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk
58
pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, dapat digunakan winch penarikan frame beserta jaring pada sisi kapal. Tapi umumnya masih menggunakan tenaga manusia untuk menarik frame serta jaring. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang dibutuhkan yakni boom & rig, towing block dan snatch block.
Gambar IV.4 Perlengkapan Kapal Ikan Lift Net
e. Kapal Ikan Falling Gear Kapal ikan falling gear (alat yang dijatuhkan) adalah kapal yang didisain dan dilengkapi peralatan untuk pelemparan jaring dalam operasi penangkapan ikan. Alat tangkap yang umum digunakan adalah cast net. Target utama tangkapan adalah cumi-cumi, namun dapat digunakan juga untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil. Hasil tangkap dominan adalah ikan-ikan pelagis yang memiliki kemampuan rendah. Perlengkapan kapal ikan falling gear yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.5. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari cast net (jaring lempar) yang terdiri dari net panels, tali ris atas & bawah, braille line, loop, tali penarik, swivel dan pemberat. Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 4 yakni lure/attraction tools (umpan), alat navigasi, permesinan tangkap dan
59
instalasi main deck. Untuk umpan, pada siang digunakan rumpon atau FAD (Fish Aggregating Device) yang dipersiapkan jauh-jauh hari dan pada malam hari menggunakan lampu-lampu yang berfungsi menarik ikan. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, dapat digunakan winch atau net hauler untuk penarikan jaring ke dalam kapal. Umumnya dilakukan penarikan sendiri oleh kru kapal tanpa mesin untuk jaring cast net yang kecil. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang dibutuhkan bila menggunakan permesinan tangkap yakni boom, pulley dan outrigger.
Gambar IV.5 Perlengkapan Kapal Ikan Falling Gear
f. Kapal Ikan Gill Netter Kapal Ikan Gill Netter (jaring insang) adalah kapal yang didisain sangat sederhana, umumnya berukurak kecil dan memiliki geladak terbuka hingga yang berukuran besar yang beroperasi di lautan terbuka. Jenis kapal ini tidak banyak memerlukan perlengkapan penangkapan. Kapal gillnet kecil umumnya memiliki kamar kemudi di bagian belakang yang sekaligus berfungsi sebagai ruang akomodasi. Perlengkapan kapal ikan gill netter yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.6. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari 60
jaring insang (gill net) yang terdiri dari jaring utama, tali ris atas & bawah, tali selambar, mata jaring, pelampung, pemberat dan tali penarik. Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 4 yakni lure/attraction tools (umpan), alat navigasi, permesinan tangkap dan instalasi main deck. Untuk umpan, pada siang digunakan rumpon atau FAD (Fish Aggregating Device) yang dipersiapkan jauh-jauh hari dan pada malam hari menggunakan lampu-lampu yang berfungsi menarik ikan. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, dapat digunakan winch atau net hauler untuk penarikan jaring ke dalam kapal. Bisa juga menggunakan powerblock yang terinstalasi dengan tiang tambahan. Ada pula kombinasi penggunaan powerblok beserta net hauler untuk mengurangi jumlah tenaga manusia yang bekerja untuk menarik dan menggulung jaring ikan. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang dibutuhkan yakni roller, boom, capstan, dan outrigger.
Gambar IV.6 Perlengkapan Kapal Ikan Gill Netter
61
g. Kapal Ikan Pole & Line Kapal ikan Pole & Line (joran/huhate) memiliki dua tipe, yaitu tipe Amerika dan tipe Jepang. Huhate yang dioperasikan di Indonesia umumnya menggunakan tipe Jepang karena pemancingan dilakukan di haluan. Pada kamar kemudi dan akomodasi ditempatkan di bagian buritan. Kapal ini dilengkapi dengan tangki umpan hidup dan water sprayer yang digunakan untuk menarik perhatian ikan. Perlengkapan kapal ikan pole & line yang umum dapat digunakan pada Gambar IV.7. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan rangkaian dari alat pancing yang terdiri dari gandar/joran, mata pancing, dan tali mata pancing. Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 3 yakni lure/attraction tools (umpan), alat navigasi, dan instalasi main deck. Untuk umpan, dapat digunakan rumpon atau FAD (Fish Aggregating Device) namun umunya menggunakan sprayer yang berisi umpan ikan-ikan kecil. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF.. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang umumnya digunakan yakni pipa saluran umpan untuk sprayer dan tangka umpan hidup yang terhubungan dengan saluran pipa
Gambar IV.7 Perlengkapan Kapal Ikan Pole & Line
62
h. Kapal Ikan Tonda Kapal ikan tonda adalah kapal penangkapan ikan dengan pancing yang ditarik sepanjang permukaan. Ukuran kapal tonda sangat variatif dari yang berukuran kecil dengan geladak terbuka hingga berukuran besar yang dilengkapi dengan sistem refrigerasi sepanjang 25-30 meter. Umumnya kapal digerakkan dengan mesin tetapi juga dipasang layar untuk mempertahankan haluan saat sedang melakukan tarikan/towing. Perlengkapan kapal ikan tonda yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.8. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari rangkaian tali pancing yang tersebar yang terdiri dari tali utama, tali cabang, kili-kili/swivel, mata pancing bermata ganda, papan penenggelam, pemberat, cincin dan lazy line . Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 4 yakni lure/attraction tools (umpan), alat navigasi, permesinan tangkap dan instalasi main deck. Untuk umpan, digunakan rumpon atau FAD (Fish Aggregating Device) yang dipersiapkan jauh-jauh hari. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, dapat digunakan line hauler untuk penarikan tali ke arah kapal. Bisa juga menggunakan hand reel line yang digulung secara manual. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang dibutuhkan yakni boom dan pulley.
Gambar IV.8 Perlengkapan Kapal Ikan Tonda
63
i. Kapal Ikan Longline Kapal ikan longline (rawai) adalah kapal yang dilengkapi dengan puluhan hingga ratusan kail pancing dengan tali pancing bercabang yang berjumlah sama dalam satu tali utama. Umumnya longline ditarik dari lambung kapal (bow side) dengan menggunakan line hauler sedangkan setting dan penataan komponen longline ditentukan oleh tipe longline yang digunakan. Perlengkapan kapal ikan longline yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar IV.9. Perlengkapan tangkap dibagi menjadi 2 bagian yakni kontruksi alat tangkap dan alat bantu tangkap. Kontruksi alat tangkap dibawah merupakan penyusun dari rangkaian tali pancing yang terbentang panjang yang terdiri dari tali utama, tali cabang, tali pelampung, mata pancing serta umpan, radio buoy, light buoy dan pelampung . Untuk alat bantu tangkap dibagi lagi menjadi 3 yakni lure/attraction tools (umpan), alat navigasi, permesinan tangkap dan instalasi main deck. Untuk navigasi, GPS dan radio komunikasi harus terpasang dan untuk pencarian ikan dapat menggunakan fish finder atau RDF. Untuk permesinan tangkap, dapat digunakan line hauler untuk penarikan tali ke arah kapal. Untuk instalasi main deck, ada beberapa instalasi tambahan yang dibutuhkan yakni line arranger, side roller, wadah pelampung, wadah radio buoy & light buoy, dan line thrower.
Gambar IV.9 Perlengkapan Kapal Ikan Longline
64
IV.1.2 Kondisi Industri Komponen Peralatan Tangkap Industri komponen peralatan tangkap sebenarnya sudah umum di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan individu ataupun perusahaan bidang perikanan untuk meningkat efisiensi dalam penangkapan ikan. Saat ini, keadaan industri peralatan tangkap khususnya permesinan tangkap masih berbentuk bengkel mesin tampak pada Gambar IV.10 yang berada di daerah Palang Kabupaten Tuban dengan beberapa peralatan seperti mesin las litrik, mesin roll, gerinda tangan dan lain-lain. Umumnya di pesisir pantai utara, bengkel permersinan tangkap masih berupa industri kecil untuk menangani permintaan peralatan tangkap untuk kapal 10 GT hingga 30 GT di area pelabuhan perikanan, terkecuali untuk daerah Juwana, Kabupaten Pati dengan rata-rata kapal di atas 100 GT. Bengkel ini melayani jasa perakitan permesinan tangkap seperti net hauler dan line hauler hingga instalasi di kapal, juga melayani perbaikan dari permesinan tangkap tersebut.
Gambar IV.10 Bengkel permesinan tangkap di TPI Palang, Tuban
Untuk daerah Pelabuhan Benoa di Bali, umumnya peralatan tangkap diimpor dari luar negeri karena rata-rata kapal perikanan di pelabuhan tersebut milik perusahaan perikanan berskala besar seperti PT. Bandar Nelayan, PT. AKFI, PT Bali Tuna Segar dan lain-lain. Namun terdapat 65
juga bengkel permesinan tangkap di beberapa titik di sekitar pelabuhan yang menangani produk permesinan tangkap yang umumnya untuk penangkapan ikan tuna yakni line hauler. Dapat dilihat pada Gambar IV.11, salah satu bengkel line hauler yang berada di dalam komplek Pelabuhan Benoa.
Gambar IV.11 Bengkel permesinan tangkap di Pelabuhan Benoa
CV. Sumber Cahaya Diesel yang tampak pada gambar diatas melayani perakitan hydraulic line hauler beserta jasa instalasinya dan reparasi. Bengkel ini dilengkapi fasilitas seperti mesin bubut, mesin drill, blow torch, gerinda tangan, mesin las, dan lain-lain. Namun fasilitas produksi tersebut tidak hanya digunakan untuk permesinan tangkap namun juga perpipaan, fabrikasi part kapal dan permesinan pada kapal ikan. Dari dua sampel bengkel permesinan di atas di dua daerah yang berbeda dapat diasumsikan bahwasanya industri permesinan tangkap di Indonesia masih perlu dibenahi dan dikembangkan dari segi fasilitas produksi dan teknologi produksinya IV.1.3 Produk Permesinan Tangkap Dalam Negeri Dalam operasi penangkapan ikan di laut lepas, nelayan di Indonesia melengkapi perlengkapan tangkapnya untuk mendapatkan hasil yg maksimal. Contohnya dalam operasi 66
penangkapan ikan dengan purse seine untuk menarik jaring dengan diameter yang sangat besar dan bobot yang berat, nelayan menggunakan net hauler untuk membantu dalam menarik jaring sekaligus menggulung jaring agar dapat digunakan kembali atau dapat juga menggunakan powerblock yang digantung pada tiang kapal untuk mempermudah penarikan jaring dari laut ke atas kapal. Produk permesinan tangkap yang umum dapat dijumpai di perairan utara pulau dapat dilihat pada Gambar IV.12 dibawah ini. Untuk gambar sebelah kiri didapat di daerah Palang, Kabupaten Tuban. Untuk gambar sebelah kanan didapat di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo. Net hauler ini memanfaatkan mesin bekas dari truk-truk sebagai penggerak dan pemutar drum/penggulung. Untuk main shaft nya menggunakan poros yang didapat dari poros ban truk atau dapat dibuat sendiri dengan pipa galvanic steel selanjutnya dihubungkan ke mesin diesel pada kapal sebagai sumber tenaga dari permesinan tangkap tersebut. Permesinan tangkap ini digunakan untuk penangkapan dengan cantrang, purse seine, payang dan jenis penangkapan jaring lainnya.
Gambar IV.12 Permesinan tangkap (net hauler) yang umum dijumpai di perairan utara Laut Jawa
Untuk daerah pelabuhan Benoa karena umumnya penangkapan ikan menggunakan longline, maka permesinan tangkap yang digunakan adalah line hauler. Line hauler yang digunakan pada kapal-kapal perikanan di pelabuhan Benoa sudah cukup canggih dapat dilihat pada Gambar IV.13. Ada yang menggunakan tenaga hidraulik sebagai penggerak utama dan ada juga yang telah menggunakan mesin elektrik untuk penggerak utama permesinan tangkap.
67
Gambar IV.13 Permesinan tangkap (line hauler) di pelabuhan Benoa, Bali
IV.2 Potensi Pasar Industri Peralatan Tangkap Potensi pasar dari industri peralatan tangkap dapat dilihat diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur berupa data penggunaan peralatan tangkap yang digunakan di perairan Jawa Timur, data perencanaan pembangunan kapal ikan yang digagaskan Kementerian Kelautan Perikanan dalam masa jabatan Presiden Joko Widodo periode 20142019, jumlah armada kapal ikan untuk tahun 2006-2015, dan peta pelabuhan perikanan Untuk mengukur besarnya jumlah permintaan komponen peralatan fishing gear kapal ikan, digunakan data jumlah kapal ikan yang sudah ada langsung diproyeksikan untuk 10 tahun ke depan. Jumlah kapal ini disesuaikan dengan macam-macam kapasitas kapal ikan dari 5 GT30 GT. Dari jumlah armada kapal tersebut selanjutnya ditentukan proyeksi permintaan produk peralatan fishing gear.
68
IV.2.1 Peta Pelabuhan Perikanan Indonesia Pelabuhan perikanan merupakan basis utama dalam aktivitas kegiatan industri perikanan tangkap terkait pusat pendaratan ikan hasil tangkapan, pemasaran ikan, kegiatan operasional kapal-kapal ikan dan lain-lain. Pelabuhan perikanan tersebar di seluruh wilayah pesisir Indonesia untuk mengakomodasi aktivitas perikanan tangkap. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penting dalam penentuan posisi lokasi industri komponen fishing gear dimana semakin dekat dengan wilayah pelabuhan semakin dekat juga dekat konsumen dalam hal ini pemilik kapal ikan. Berikut posisi wilayah pelabuhan perikanan di Indonesia:
Gambar IV.14 Peta Pelabuhan Perikanan Indonesia Sumber : (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016)
Pada Gambar IV.14 dijelaskan lokasi pelabuhan perikanan yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia. Berikut penjelasan dari indikator warna yang ada pada gambar: 1. Warna biru tua untuk PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera) 2. Warna merah untuk PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) 3. Warna hijau untuk PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) 4. Warna biru muda untuk PPI PUD (Pangkalan Pendaratan Ikan Perairan Umum Daratan) 5. Warna kuning untuk CPPI (Calon Pangkalan Pendaratan Ikan) 6. Warna ungu untuk PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) 7. Warna merah muda untuk PPS (Pelabuhan Perikanan Swasta)
69
Untuk rekapitulasi jumlah pelabuhan perikanan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.1 di bawah ini: Tabel IV.1 Jumlah Pelabuhan Perikanan tiap Kelasnya di Perairan Indonesia
Kelas Pelabuhan Perikanan No 1
WPP-RI WPP-RI 571 (Perairan Selat Malaka dan Laut Andaman)
2
WPP-RI 572 (Perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda)
3
PPS
PPN
PPP
PPI
1
-
1
68
1
1
7
129
1
3
9
120
-
3
4
57
1
4
20
198
-
-
-
103
1
2
-
34
1
1
1
73
-
-
3
28
-
-
-
10
-
-
-
7
WPP-RI 573 (Perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian barat
4
WPP-RI 711 (Perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan)
5
WPP-RI 712 (Perairan Laut Jawa)
6
WPP-RI (Perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali)
7
WPP-RI 714 (Perairan Teluk Tolo dan Laut Banda)
8
WPP-RI 715 (Perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan Teluk Berau
9
WPP-RI 716 (Perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera)
10
WPP-RI
717
(Perairan
Teluk
Cendrawasih dan Samudera Pasifik) 11
WPP-RI 718 (Perairan Teluk Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor bagian Timur) Sumber: (Industri, 2015)
70
IV.2.2 Data Jumlah Penggunaan Alat Tangkap Berdasarkan Jenisnya Dalam perencanaan pembuatan industri, pengetahuan tentang konsumen atau target pasar yang akan membeli produk harus diketahui dengan baik untuk mendapat keuntungan dan pengembalian modal. Untuk itu dibutuhkan data konsumen untuk mengetahui besarnya kesempatan dalam membangun industri. Data yang digunakan merupakan hasil pendataan jumlah dari alat tangkap ikan yang digunakan di daerah Jawa Timur oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur dapat dilihat Tabel IV.2 dan Gambar IV.15. Jenis alat tangkap dalam data ini disesuaikan dengan alat tangkap yang direncanakan akan disumbangkan ke nelayan di Indonesia Berikut adalah tabel jumlah alat-alat tangkap ikan yang digunakan di Jawa Timur dari tahun 2011-2015 : Tabel IV.2 Data jumlah unit penangkapan di laut menurut jenis alat tangkap di Jawa Timur Jumlah Pemakaian Alat Tangkap per tahun No
1
(Satuan : unit)
Jenis alat tangkap 2011
2012
2013
2014
2015
Gill net/Jaring insang
Jaring Insang hanyut
8.255
8.931
8.566
11.974
11.013
Jaring Insang lingkar
2.016
1.062
1.894
2.089
1.985
Jaring Klitik
9.198
9.527
8.076
11.819
12.035
Jaring Insang Tetap
10.233
7.598
10.224
17.119
16.791
Jaring Tiga
10.718
8.706
11.831
11.795
12.831
Lapis/Trammel Net 2
Bubu
9.239
8.043
12.333
15.529
17.584
3
Bottom Long Line/Rawai dasar
3.107
3.027
4.283
3.606
4.172
4
Pancing Handline
10.710
15.816
14.156
14.294
13.975
5
Pancing Tonda
9.591
12.037
9.320
9.476
9.236
6
Pancing Pole and Line
16.782
11.555
9.428
8.932
11.347
Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, 2016)
71
Data Jenis Alat Tangkap di Jawa Timur 60000 50000 Gill net
Jumlah
40000
Bubu 30000
Bottom Long Line Pancing Handline
20000
Pancing Tonda
10000
Pancing Pole and Line 0 2011
2012
2013
2014
2015
Tahun
Gambar IV.15 Grafik jumlah jenis alat tangkap di Jawa Timur
IV.2.3 Jumlah Armada Kapal Ikan Jumlah armada kapal ikan menentukan dalam jumlah peralatan tangkap yang digunakan. Hal ini dapat menjadi acuan dan informasi dalam potensi pasar dari industri peralatan tangkap. Data jumlah armada kapal ikan yang digunakan adalah data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur untuk kapal motor dari tahun 2006-2015 dapat dilihat pada Tabel IV.3. Berikut adalah tabel jumlah armada kapal ikan berdasarkan jenis kapasitas muatan tahun 20062015: Tabel IV.3 Jumlah Armada Kapal Ikan di Jawa Timur Tahun 2006 -2015 Jenis Kapal Jumlah Armada Kapal Ikan per tahun Berdasarka
(Satuan : Unit)
n Kapasitas 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Kapal 6-10 3.742
4.116
4.527
7.788
5.294
6.430
6.128
5.816
5.870
5.632
1.027
1.543
2.849
3.852
3.646
3.450
3.584
3.701
3.852
1.413
1.091
2.691
2.737
2.289
2.721
2.404
1.769
2.076
Muatan
GT Kapal 11-20 1.592 GT Kapal 21-30
892
GT Sumber : (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016)
72
IV.2.4 Data Rencana Pembangunan Kapal Ikan Dalam perencanaan pembangunan Industri, diperlukan juga informasi-informasi tentang proyek atau permintaan terkait dengan industri yang dibangun. Dalam pembangunan industri komponen peralatan tangkap (fishing gear), informasi pekerjaan atau proyek yang akan datang terkait industri tersebut harus didapatkan. Dalam hal ini berkaitan dengan proyek pengadaan kapal ikan milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan diasumsikan sebagai proyeksi pembangunan kapal baru untuk kapal ikan dalam kurun waktu hingga tahun 2019. Berikut adalah Tabel IV.4 tentang proyeksi pembangunan kapal ikan dengan jenis kapasitas yang bermacam-macam sesuai proyek pengadaan kapal ikan milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tabel IV.4 Proyeksi Pembangunan Kapal Ikan sesuai dengan Proyek Pengadaan Kapal Ikan oleh KKP Kapal Ikan Berdasarkan Kapasitas Muatan (Satuan : Unit) Jenis Kapal Jumlah
< 5 GT
5 GT
10 GT
20 GT
30 GT
1.510
1.020
690
200
25
Sumber : (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016)
IV.2.5 Proyeksi Jumlah Permintaan Pasar Industri Fishing Gear Untuk mengetahui jumlah permintaan dari komponen peralatan tangkap dapat diketahui dengan metode peramalan permintaan melalui data proyeksi jumlah armada kapal ikan untuk tahun 2016-2025 yang selanjutnya diproyeksi untuk permintaan jumlah peralatan tangkap berdasarkan jumlah armada kapal ikan yang ada. Berikut tahap pengerjaannya : a. Proyeksi Jumlah Armada Kapal Ikan untuk Tahun 2016-2025 Untuk mendapat data proyeksi jumlah armada kapal ikan ini, digunakan data armada kapal ikan yang telah ada yang ditunjukkan pada Tabel IV.3 pada sub IV.2.3. Dalam tabel tersebut dijelaskan jumlah armada kapal ikan yang digunakan per tahunnya untuk periode 20062015. Data kapal yang digunakan diasumsikan untuk wilayah Jawa Timur dan didapatkan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur. Dari data tersebut dilakukan peramalan dengan menggunakan metode time series yang terdiri dari beberapa metode seperti moving average, exponential smoothing dan lain-lain pada aplikasi minitab versi 17. Dari beberapa metode tersebut, dicari nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error), MSD (Mean Square Deviation), MAD (Mean Absolute Deviation) terkecil 73
untuk dapat menentukan metode peramalan mana yang terbaik untuk mendapatkan hasil forecast yang baik. Hal ini juga bergantung dari pola input data yang digunakan. Berikut hasil pemroresan dengan menggunakan aplikasi minitab ditunjukkan pada Tabel IV.5 : Tabel IV.5 Hasil forecast dengan Minitab beserta indikatornya Hasil Forecast Kapal 6-10 GT
Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Indikator Hasil Forecast
Jumlah Kapal
5773 5758 5721 5750 5743 5738 5744 5742 5741 5742
MAPE
MAD
MSD
Lower
Upper
8 7 6 6 5 5 5 4 4 4
507 452 411 376 345 319 297 277 260 245
748457 665319 598924 544557 499181 460784 427873 399349 374390 352367
4077 4160 4204 4304 4358 4407 4461 4503 4542 4579
7468 7357 7238 7197 7128 7068 7025 6980 6940 6906
Hasil Forecast Kapal 11-20 GT
Tahun
74
Indikator Hasil Forecast
Jumlah Kapal MAPE
MAD
MSD
Lower
Upper
2016
3712
11
323
203750
2827
4597
2017
3755
10
292
181317
2920
4590
2018
3773
9
265
163217
2981
4564
2019
3747
8
243
148443
2992
4502
2020
3758
8
224
136083
3035
4481
2021
3759
7
207
125615
3065
4454
2022
3755
6
192
116644
3085
4424
2023
3758
6
180
108868
3110
4404
2024
3758
6
168
102064
3131
4383
2025
3757
5.4
158.5
96060
3150
4365
Hasil Forecast Kapal 21-30 GT
Tahun
Indikator Hasil Forecast
Jumlah Kapal MAPE
MAD
MSD
Lower
Upper
2016
2083
10
205
76786
1539
2626
2017
1976
9
189
65897
1473
2479
2018
2045
8
172
57163
1576
2514
2019
2034
8
152
50030
1596
2473
2020
2018
7
136
44502
1605
2432
2021
2032
6
124
40073
1640
2425
2022
2028
6
113
36431
1655
2402
2023
2027
5
104
33396
1669
2385
2024
2029
5
96
30827
1686
2373
2025
2028
4
90
28625
1697
2360
Dari pengolahan dengan beberapa metode time series, pengolahan untuk kapal kapasitas 6-10 GT, 11-20 GT, dan 21-30 GT pada Tabel IV.5 menggunakan metode moving average karena memiliki indikator MAPE yang lebih kecil dibanding metode time series lainnya. Dari hasil peramalan di atas, data dirangkum yang ditunjukkan pada Tabel IV.6 sebagai berikut : Tabel IV.6 Hasil Peramalan Jumlah Armada Kapal Ikan Tahun 2016 -2025 Jenis Kapal
Tahun 2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Kapal 6-10 GT
5.773
5.758
5.721
5.750
5.743
5.738
5.744
5.742
5.741
5.742
Kapal 11-20 GT
3.712
3.755
3.773
3.747
3.758
3.759
3.755
3.758
3.758
3.757
Kapal 21-30 GT
2.083
1.976
2.045
2.034
2.018
2.032
2.028
2.027
2.029
2.028
Dari Tabel IV.4 tersebut didapatkan hasil tahun 2016-2020 untuk kapal 6-10 GT adalah 5773, 5758, 5721, 5750, 5743, 5738, 5744, 5742, 5741, 5742 unit. Untuk kapal 11-20 GT adalah 3712, 3755, 3773, 3747, 3758, 3759, 3755, 3758, 3758, 3757 unit. Untuk kapal 2130 GT adalah 2083, 1976, 2045, 2034, 2018, 2032, 2028, 2027, 2029, 2028 unit. Untuk melihat perbandingan dari grafik jumlah armada kapal tahun 2006 hingga tahun 2015 dengan jumlah armada kapal tahun 2016 hingga tahun 2025 dapat dilihat pada Gambar IV.16 dibawah ini :
75
9.000
Grafik Jumlah Armada Kapal Ikan Tahun 2006-2025
8.000 7.000
Jumlah
6.000 5.000
Kapal 610 GT
4.000 3.000
Kapal 1120 GT
2.000
Kapal 2130 GT
1.000 0
Tahun
Gambar IV.16 Grafik Jumlah Armada Kapal Ikan
b. Proyeksi Permintaan Komponen Peralatan Tangkap (Fishing Gear) Jumlah permintaan komponen peralatan tangkap kapal ikan di Indonesia pada tahun 2016-2025 dapat dihitung setelah diketahui proyeksi jumlah armada kapal yang ada dengan peramalan yang dilakukan bagian sebelumnya. Kebutuhan akan fishing gear berbeda-beda untuk masing-masing jenis kapal. Dalam penentuan jumlah peralatan tangkap, untuk kapal ikan kapasitas 6-10 GT hanya menggunakan satu jenis peralatan tangkap dalam satu kapal bergantung dari alat tangkap yang digunakan, dalam hal ini bisa menggunakan net hauler, line hauler, atau combined net & line hauler. Untuk kapal ikan kapasitas 11-20 GT hanya menggunakan satu jenis peralatan tangkap bergantung dari alat tangkap yang digunakan, dalam hal ini bisa menggunakan net hauler, line hauler, combined net & line hauler dan powerblock. Untuk kapal ikan kapasitas 21-30 GT dapat menggunakan satu atau dua jenis peralatan tangkap bergantung dari alat tangkap yang digunakan, dalam hal ini bisa menggunakan net hauler, line hauler, power block atau kombinasi instalasi net hauler dengan powerblock. Selain melihat faktor jumlah peralatan tangkap tiap kapal pada umumnya, dalam penentuan estimasi kebutuhan produk hauler harus memperhatikan musim-musim penangkapan ikan yang ada di Indonesia. Hal ini mempengaruhi jenis hauler yang dipakai nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Dalam hal ini memungkinkan terjadinya peralihan dari alat tangkap berbasis jaring menuju alat tangkap berbasis tali pancing dan sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut diasumsikan bahwa rasio kebutuhan net hauler dan line hauler 76
dijadikan sama. Untuk powerblock dan combined net&hauler diberikan persentase lebih kecil dibanding line hauler dan net hauler karena merupakan alternatif dari penggunaan peralatan hauler. Dari asumsi jumlah kebutuhan peralatan tangkap kapal ikan dan jumlah peramalan jumlah armada kapal ikan sebelumnya maka dapat dihitung jumlah estimasi fishing gear. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV.8 sebagai berikut: Tabel IV.7 Estimasi Kebutuhan Komponen Peralatan Tangkap per tahun Kapal Ikan Kapasitas 6-10 GT No Jenis Alat 1 Net hauler 2 Line hauler 3 Combined Net & line Hauler
Jumlah (Unit) 2298 2298 1149
Kapal Ikan Kapasitas 11-20 GT No 1 2 3 4
Jenis Alat Net hauler Line hauler Combined Net & line Hauler Powerblock
Jumlah (Unit) 1251 1251 626 626
Kapal Ikan Kapasitas 21-30 GT No
Jenis Alat
Jumlah (Unit)
1
Net hauler
812
2 3
Line hauler Powerblock
812 406
Dari Tabel IV.8 diketahui jumlah kebutuhan untuk kapal ikan 6-10 GT pertahun yakni untuk net hauler sebanyak 2298 unit, line hauler sebanyak 2298 unit, dan combined net & line hauler sebanyak 1149 unit. Jumlah kebutuhan untuk kapal ikan 11-20 GT pertahun yakni untuk net hauler sebanyak 1251 unit, line hauler sebanyak 1251 unit, dan combined net & line hauler sebanyak 626 unit dan powerblock sebanyak 626 unit. Jumlah kebutuhan untuk kapal ikan 2130 GT pertahun yakni untuk net hauler sebanyak 812 unit, line hauler sebanyak 812 unit, dan power block sebanyak 406 unit. Karena jumlah industri permesinan tangkap sudah banyak tersebar di beberapa pelabuhan perikanan walaupun konvensional dan butuh waktu untuk moderenisasi perlengkapan nelayan, sehingga dari jumlah kebutuhan diatas diambil 20% sebagai market 77
share yang diambil untuk target jumlah produksi industri komponen peralatan tangkap ini. Berikut jumlah produksi yang akan ditargetkan ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel IV.8 Jumlah Produksi dengan Market Share Sebesar 20% Kapal Ikan Kapasitas 6-10 GT No 1 2 3
Jenis Alat Net hauler Line hauler Combined Net & line Hauler
Jumlah (Unit) 460 460 230
Kapal Ikan Kapasitas 11-20 GT No 1 2 3 4
Jenis Alat Net hauler Line hauler Combined Net & line Hauler Powerblock
Jumlah (Unit) 251 251 126 126
Kapal Ikan Kapasitas 21-30 GT No 1 2 3
Jenis Alat Net hauler Line hauler Powerblock
Jumlah (Unit) 163 163 82
Pada Tabel IV.8 dijelaskan untuk produksi komponen peralatan tangkap kapal ikan 6-10 GT pertahun yakni untuk net hauler sebanyak 460 unit, line hauler sebanyak 460 unit, dan combined net & line hauler sebanyak 230 unit. Untuk kapal ikan 11-20 GT pertahun yakni untuk net hauler sebanyak 251 unit, line hauler sebanyak 251 unit, combined net & line hauler sebanyak 126 unit dan power block sebanyak 126 unit. Untuk kapal ikan 21-30 GT pertahun yakni untuk net hauler sebanyak 163 unit, line hauler sebanyak 163 unit, dan power block sebanyak 82 unit.
78
BAB V PERENCANAAN INDUSTRI PERALATAN TANGKAP
V.1 Analisis Teknis Dalam analisa teknis dilakukan beberapa analisis pemilihan lokasi industri, perencanaan produk, proses pembuatan produk, peralatan dan mesin yang dibutuhkan, dan layout pabrik. Untuk pemilihan lokasi industri peralatan tangkap kapal meliputi: kondisi lahan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, pemasaran, rencana tata ruang, dan kecukupan infrastruktur. Untuk proses pembuatan produk dimulai dari tahap desain gambar, fabrikasi, assembly, function test, dan delivery. Kemudian dapat ditentukan peralatan dan mesin yang dibutuhkan dalam proses pembuatan. Layout pabrik dibuat jika diketahui proses pembuatan produk dan peralatan mesin yang digunakan, hal tersebut untuk menentukan tata letak dan bentuk dari layout pabrik. V.1.1 Pemilihan Lokasi Industri Fishing Gear 1. Lokasi Pertama Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada lokasi pertama yang terletak di Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji, Pasuruan maka didapatkan data-data sebagai berikut: a. Kondisi Lahan Kondisi-kondisi lahan dalam penentuan lokasi industri fishing gear terdiri atas kemampuan lahan dan penggunaan lahan
Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan diperoleh berdasarkan data kemiringan yang ada. Berdasarkan data tersebut diperoleh klasifikasi menjadi tiga kelas yaitu kemampuan lahan rendah (kelas 1), yaitu kemiringan >15%, sedang (kelas 2) yaitu kemiringan 5%-15%, (kelas 3) tinggi yaitu kemiringan 0%-5%. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan tersebut adalah sebagai berikut:
79
Tabel V.1 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi pertama Kelas Kemampuan Lahan
Nilai
Rendah (kelas 1)
1
Rendah (kelas 2)
2
Faktor Pertimbangan Rendahnya kemampuan lahan terutama disebabkan karena kondisi topografi yang curam (kelas 1) dan bahaya terhadap bencana Daya dukung lahan cukup baik, meskipun merupakan daerah rawa-rawa Daya dukung lahan sangat baik, ditinjau dari topografi yang landai, jenis
Tinggi (kelas 3)
3
tanah dengan tekstur sedang, dan bukan merupakan daerah yang rawan terjadi bencana
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa kemampuan lahan untuk di Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji, Pasuruan masuk ke dalam klasifikasi tinggi (kelas 3). Hal tersebut dikarenakan daya dukung lahan yang sangat baik, ditinjau dari topografi yang landai, jenis tanah dengan tekstur sedang, dan bukan merupakan daerah yang rawan terjadi bencana. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan memberikan pengaruh yang sangat penting bagi penentuan lokasi industri fishing gear. Adapun penggunaan lahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: kawasan perumahan, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan. Adapun klasifikasi penggunaan lahan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel V.2 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pertama pada lokasi pertama Penggunaan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan Kawasan Perumahan
1
Peruntukan yang kurang sesuai untuk industri fishing gear
Kawasan Industri
2
Peruntukan yang cukup baik untuk industri fishing gear
Kawasan Pelabuhan
3
Peruntukan yang sangat baik untuk industri fishing gear
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa penggunaan lahan untuk di Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji, Pasuruan masuk ke dalam klasifikasi Kawasan Industri yang memiliki peruntukan cukup baik untuk industri fishing gear. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 2. Berikut pada Gambar V.1 merupakan dokumentasi dari lokasi pertama:
80
Gambar V.1 Lokasi lahan Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji Pasuruan
Untuk penampakan dari satelit, berikut pada Gambar 5-2 diperlihatkan lokasi tanah yang dipilih sebagai calon lokasi kedua ditandai dengan pointer berwana abu-abu :
Gambar V.2 Peta Lokasi Pertama (Sumber : Google Map, 2016)
81
b. Ketersediaan Tenaga Kerja Penentuan suatu lokasi industri harus mempertimbangkan ketersediaan jumlah tenaga kerja, seberapa besar jumlah angkatan kerja yang secara resmi masih terdaftar sebagai pengangguran. Selain secara kuantitas, diperhatikan juga kualitas tenaga kerjanya, tingkat pendidikan, kemampuan, serta keterampilan yang menjadi kebutuhan industri tersebut. Pada dasarnya tenaga kerja dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil, dan tenaga manajerial. Berikut ini merupakan data-data mengenai keadaan tenaga kerja di wilayah Kota Pasuruan yang ditunjukkan pada Tabel V.3 dan Tabel V.4 beserta grafik pada Gambar V.3 : Tabel V.3 Status Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin di Kota Pasuruan Tahun 2008-2014 (Persen) Laki-Laki + Perempuan Tahun
Tidak/Belum
Masih Sekolah
Tidak Sekolah
Pernah Sekolah
SD
SLTP
SMU/SMK
D.I s/d D.4
Lagi
2008
4,06
7,35
5,43
4,69
2,07
76,39
2009
4,59
6,43
5,41
4,82
1,86
77,16
2010
3,61
6,49
4,08
5,34
1,45
79,03
2011
3,03
6,83
5,88
4,87
1,81
77,58
2012
2,69
7,12
5,73
5,40
2,82
76,24
2013
3,27
6,69
6,29
4,56
3,79
75,39
2014
2,80
7,71
5,70
4,72
4,01
75,06
Sumber : (Badan Pusat Statistik, 2015)
JUMLAH PENGANGGURAN MENURUT KABUPATEN/KOTA Jumah Penduduk
Kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan 52271,00
51683,00 38542,00 4623 2011
36106,00 4062 2012
5310 2013
37394,00 5915 2014
5435 2015
Tahun
Gambar V.3 Jumlah Pengangguran Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2011-2015 (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015)
82
Tabel V.4 Daftar Perguruan tinggi di sekitar Pasuruan Nama Perguruan Tinggi Alamat
No 1 2
Akademi Kebidanan Ar-Rahma Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Jl. Raya Tim. Ps. No. 9, Gempol, Pasuruan
Gempol
3
STIE YADIKA Bangil
4
Universitas Yudharta Pasuruan
5
STKIP & STIT PGRI
6
STAI Salahuddin Pasuruan
7
Universitas Merdeka Pasuruan
8
Jl. Bale Desa Carat, Carat, Gempol, Pasuruan
Jl. Salem No. 3, Kersikan, Bangil Jl. Yudharta No. 7, Sengon Agung, Purwosari, Pasuruan Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29, Tembokrejo, Purworejo, Pasuruan Jl. Dokter Wahidin Sudiro Husodo No. 45, Panggungrejo, Pasuruan Jl. Ir. H. Juanda, Tapaan, Bugulkidul, Pasuruan
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sarmidi Mangunsarkoro
Jl. Balaikota No.9, Pasuruan
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2015)
Adapun klasifikasi ketersediaan tenaga kerja adalah sebagai berikut: Tabel V.5 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi pertama Ketersediaan Tenaga Nilai Faktor Pertimbangan Kerja Ketersediaan tenaga kerja tidak ada
1
Semakin banyak ketersediaan tenaga kerja, maka akan semakin sesuai jumlah yang digunakan untuk industri
Ketersediaan tenaga kerja terbatas Ketersediaan tenaga kerja berlimpah
2
pengolahan karena dapat memberi input proses produksi industri
3
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja pada daerah tersebut berlimpah. Semakin banyak ketersediaan tenaga kerja, maka akan semakin sesuai jumlah yang digunakan untuk industri pengolahan karena dapat memberi input proses produksi industri. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3
83
c. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor pertimbangan yang sangat penting dalam menentukan lokasi industri. Adapun sub variabel yang terkait dengan ketersediaan bahan baku adalah kuantitas dan kualitas bahan baku, kontinuitas bahan baku, serta jarak dari bahan baku ke lokasi industri. Berikut ini merupakan data mengenai perusahaan pengolah baja, alumunium, dan komponen lain yang ada di wilayah Kota Pasuruan yang dapat dilihat pada Tabel V.6 : Tabel V.6 Ketersediaan bahan baku pada lokasi pertama Nama Perusahaan Alamat
No 1
PT. Bromo Steel Indonesia (PT.
Jl. Laks. R.E. Martadinata 18 - 20, Pasuruan
BOSTO) 2
PT. Alumindo Light Metal Industry
Jl. Maspion Unit No.1, Pepelegi, Kec. Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo
3
PT. Asli Roda Cipta Prima
Cangkring Malang, Ds, Pasuruan, Jawa Timur
4
PT. TAMANACO
JL. Raya Taman, No. 31-A, Taman, Sidoarjo
5
PT. H.P. Metals Indonesia
Ngoro Industri Persada Blok L-2 Ngoro, Mojokerto
6
PT.
Indonesia
Smelthing Rembang Industri Ii/2-a, Pasuruan
Technology 7
PT. Sidoarjo Universal Metal Work
Jl. Raya Kletek No.1, Kletek, Taman, Sidoarjo
8
PT. Jatim Taman Steel
Jl. Raya Taman, Sepanjang, Taman, Kabupaten Sidoarjo
9
PT. Varindo Inti Perkasa
Jl. Raya Kletek No. 125, Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo
10
PT. Ispat Indo
Dusun Kedungturi, Taman Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo
11
PT. Indra Era Multi Logam Industri
Jl. Randupitu-Gunung Gangsir, Gn Gangsir, Beji, Pasuruan
12
PT. Jawa Metalindo Prima Industri
Manunggal Jati No.1 Ds.keboharan.jl, Sidoarjo, Jawa Timur
13
84
PT. Apie Indo Karunia
Berbek Industri Ii/3 Jl, Sidoarjo, Jawa Timur
Kuantitas Bahan Baku
Kuantitas bahan baku sangat penting karena digunakan sebagai input kegiatan produksi fishing gear. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan kuantitas bahan baku untuk industri fishing gear adalah sebagai berikut: Tabel V.7 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi pertama Kuantitas Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan Jumlah bahan baku tidak ada Jumlah
bahan
baku
terbatas Jumlah
1 Semakin banyak jumlah bahan baku, maka akan semakin 2
sesuai digunakan untuk industri pengolahan karena dapat memberi input proses produksi industry
bahan
baku
berlimpah
3
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah bahan baku pada daerah tersebut berlimpah dikarenakan ada sepuluh perusahaan yang pengolah baja dan alumunium. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Kontinuitas Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku yang kontinu pada setiap tahun sangat mendukung industri fishing gear. Untuk itu kontinuitas sangat perlu untuk diperhatikan dalam penentuan lokasi industri peralatan tangkap kapal. Berdasarkan analisa sebelumnya, diketahui bahwa tingkat kontinuitas bahan baku adalah tidak kontinu, kontinu sedang, dan kontinu tinggi. Tabel V.8 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi pertama Tingkat Kontinuitas Nilai Faktor Pertimbangan Tidak Kontinu
1
Ketersediaan bahan baku yang tidak kontinu, tidak cocok untuk lokasi industri fishing gear Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas sedang,
Kontinuitas sedang
2
masih dapat mendukung proses produksi industri fishing gear
Kontinuitas tinggi
3
Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas tinggi, sangat mendukung proses produksi industri fishing gear
85
Berdasarkan data diatas kontinuitas bahan baku tinggi dikarenakan ada sebelas perusahaan pengolah produk baja dan alumunium. Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas tinggi, sangat mendukung proses produksi industri fishing gear. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3
Jarak Bahan Baku
Jarak bahan baku disini merupakan jarak kabupaten dengan kabupaten lain yang dapat digunakan sebagai penghasil bahan baku. Semakin dekat dengan kabupaten tersebut, maka akan mudah memperoleh bahan baku. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi industry fishing gear berdasarkan jarak bahan baku adalah sebagai berikut: Tabel V.9 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi pertama Jarak Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan Kecamatan
tersebut
Daerah tersebut tidak berbatasan langsung dengan
tidak
berbatasan
langsung
dengan
kecamatan
penghasil
bahan
1
kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat diartikan jaraknya cukup jauh dengan bahan baku
baku Daerah
Kecamatan tersebut berbatasan langsung
dengan
kecamatan
2
tersebut
berbatasan
langsung
dengan
kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat
penghasil bahan baku
diartikan jaraknya cukup dekat dengan bahan baku
Kecamatan tersebut merupakan
Daerah tersebut merupakan penghasil bahan baku,
kecamatan
penghasil
bahan
3
maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan bahan baku
baku
Berdasarkan data diatas kecamatan lokasi industry masih berbatasan dengan kabupaten penghasil bahan baku, maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan bahan baku. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 1 d. Pemasaran
Permintaan Pasar Industri Fishing Gear
Permintaan pasar dalam hal ini merupakan besaran pasar bagi industri fishing gear. Adapaun besaran permintaan pasar sesuai dengan jarak dari lokasi konsumen. Dalam hal ini klien tersebut adalah paguyuban nelayan setempat, koperasi nelayan, perusahaan perikanan tangkap dan unit usaha dagang lainnya.
86
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan permintaan pasar adalah sebagai berikut: Tabel V.10 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi pertama Jarak Lokasi Klien Nilai Faktor Pertimbangan Kecamatan
tersebut
berbatasan
langsung
Daerah tersebut tidak berbatasan langsung dengan
tidak dengan
1
kecamatan klien berada, maka dapat diartikan
kecamatan klien berada
jaraknya cukup jauh dengan konsumen
Kecamatan tersebut berbatasan
Daerah
langsung
dengan
kecamatan
2
kecamatan klien berada
berbatasan
langsung
dengan
kecamatan klien berada, maka dapat diartikan jaraknya cukup dekat dengan konsumen
klien berada Kecamatan tersebut merupakan
tersebut
3
Daerah tersebut merupakan lokasi klien berada, maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan konsumen
Berdasarkan hasil peninjauan lapangan di wilayah sekitar lokasi pertama, lokasi-lokasi target pasar umumnya berada di kabupaten yang berbatasan dengan wilayah tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar untuk daerah ini bernilai 2. e. Rencana Tata Ruang Terkait Penentuan Lokasi
Rencana Tata Ruang Terkait
Faktor yang tidak kalah penting guna mewujudkan pembangunan industri peralatan tangkap kapal adalah menyesuaikan dengan rencana tata ruang yang ada (Dahuri, 2001). Rencana tata ruang sangat berpengaruh karena merupakan suatu instrumen untuk mengembangkan suatu wilayah.
87
Gambar V.4 Peta Rencana Tata Ruang Kabupaten Pasuruan tahun 2029 (Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pasuruan, 2016)
Dari Gambar V.4 dijelaskan, pada peta yang dilingkari warna biru merupakan lokasi pertama dari calon lokasi industri. Pada peta yg berwarna corak merah merupakan lokasi yang dipusatkan untuk kegiatan industri oleh pemerintah setempat. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Tata Ruang adalah sebagai berikut: Tabel V.11 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi pertama Rencana Tata Ruang Terkait SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 1 untuk kawasan pemukiman SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 2 untuk kawasan budidaya selain industri SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 3 untuk kawasan industri SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 4 untuk kawasan pelabuhan
88
Nilai 1
1
3
3
Faktor Pertimbangan Arahan pengembangan tidak sesuai untuk industri fishing gear Arahan pengembangan tidak sesuai untuk industri fishing gear Arahan pengembangan sangat sesuai untuk industri fishing gear Arahan pengembangan sangat sesuai untuk industri fishing gear
Nilai indikator hanya 1 (tidak sesuai untuk industri fishing gear) dan 3 (sangat sesuai dengan industri peralatan tangkap fishing gear) karena pada masing-masing SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) telah ditentukan secara pasti SSWP yang dapat digunakan untuk industri peralatan tangkap kapal, sehingga tidak ada nilai 2 (cukup sesuai untuk industri peralatan tangkap kapal) Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan didapatkan bahwa Kec. Cilegon termasuk kedalam SSWP 3, dikarenakan termasuk wilayah untuk pengembangan industri. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3. f. Kecukupan Infrastruktur Infrastruktur penunjang pada Tugas Akhir ini adalah listrik, air bersih, telepon, jaringan jalan, dan pelabuhan. Keberadaan infrastruktur dapat mendukung industri peralatan tangkap kapal
Kecukupan Listrik dan telepon
Untuk mengoperasionalkan industri peralatan tangkap kapal dibutuhkan kecukupan listrik untuk operasionalkan peralatan dan mesin produksi, serta penerangan. Selain itu jaringan telepon sangat penting untuk komunikasi jarak jauh. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan listrik dan telepon. Berikut adalah data pengguna, pemakaian, dan nilai penjualan listrik di wilayah Pasuruan tahun 2015 yang dapat dilihat pada Tabel V.12: Tabel V.12 Data pengguna, pemakaian, dan nilai penjualan listrik di wilayah Pasuruan Golongan Tarif Listrik Pemakaian Daya Nilai Penjualan Jumlah No Pengguna Industri (VA) (Rp) 1
Golongan I1
150
1.025.939
1.141.885.833
2
Golongan I2
105
12.124.407
13.017.882.951
3
Golongan I3
21
27.034.300
32.370.131.326
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2015)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Kecukupan Listrik dan telepon adalah sebagai berikut:
89
Tabel V.13 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi pertama Kecukupan Listrik dan Telepon
Nilai
Tidak Terlayani
1
Terlayani
3
Faktor Pertimbangan Tidak terlayaninya kecukupan listrik dan telepon untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal Terlayaninya kecukupan listrik dan telepon untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan listrik dan telepon terlayani dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Kecukupan Air Bersih
Untuk mengoperasionalkan industri peralatan tangkap kapal dibutuhkan kecukupan air bersih. Air bersih ditinjau dari ketersediaan PDAM maupun air tanah pada daerah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan air bersih. Berikut adalah data pelanggan, jumlah penyaluran, nilai penjualan air di wilayah Pasuruan tahun 2015 yang dapat dilihat pada Tabel V.14 : Tabel V.14 Data pelanggan, jumlah penyaluran, nilai penjualan air di wilayah Pasuruan Pelanggan 1
Sosial
2
Rumah Tangga
3
Pelanggan
Air Disalurkan (m3)
Nilai (rupiah)
5 778
253 569.00
358 993 423
209 518
3 856 305.00
9822 414 694
Instansi Pemerintah
2 089
206 619.00
1104 125 889
4
Niaga
9 023
261 306.00
2237 888 790
5
Industri
537.00
40 479.00
625 183 195
6
Khusus
0
0
0
226 945
4 618 278.00
14148 605 991
Jumlah
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2015)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan kecukupan air bersih adalah sebagai berikut: Tabel V.15 Kecukupan air bersih pada lokasi pertama Kecukupan Air Bersih Nilai Faktor Pertimbangan Tidak Terlayani
Terlayani
1
3
Tidak
terlayaninya
kecukupan
air
bersih
untuk
mendukung industri peralatan tangkap kapal Terlayaninya kecukupan air bersih untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa air bersih terlayani dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama ini bernilai 3.
90
Kecukupan Jaringan Jalan
Keberadaan jaringan jalan yang baik dapat mendukung proses produksi industri peralatan tangkap kapal. Keadaan jalan di menuju dan keluar pabrik mempengaruhi lalu lintas aktivitas industri fishing gear. Berikut adalah data panjang jalan berdasarkan permukaan dan kondisi jalan (Km) di wilayah Pasuruan tahun 2014 yang dapat dilihat pada Gambar V.5:
Data Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi dan Permukaan Jalan (Km) 6.951 19.650 Baik Sedang Rusak ringan 73.722
Gambar V.5 Data panjang jalan berdasarkan kondisi dan permukaan di wilayah Pasuruan tahun 2014 (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Kecukupan jaringan jalan adalah sebagai berikut: Tabel V.16 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi pertama Kecukupan Jaringan Jalan Nilai Faktor Pertimbangan Akses jalan tidak memadai
1
Akses jalan memadai
3
Tidak memadainya kecukupan jaringan jalan untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal Memadainya kecukupan jaringan jalan untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan jaringan jalan memadai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecukupan jaringan jalan untuk daerah ini bernilai 3.
91
g. Modal Dalam hal ini modal yang dimaksud adalah harga tanah per meter persegi pada lokasi tersebut. Tabel V.17 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi pertama Harga Tanah Nilai Faktor Pertimbangan Harga > 4juta
1
Harga tanah pada lokasi tersebut lebih dari 4 juta
Harga 2 juta - 4 juta
2
Harga tanah pada lokasi tersebut antara 2 juta – 4 juta
Harga < 2 juta
3
Harga tanah pada lokasi tersebut kurang dari 2 juta
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi dan , didapatkan bahwa harga tanah per m2 Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji, Pasuruan adalah sekitar 1,5 juta/m2. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesesuaian harga tanah untuk daerah ini bernilai 3.
2. Lokasi Kedua Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada lokasi pertama yang terletak di Lamongan maka didapatkan data-data sebagai berikut: a. Kondisi Lahan Kondisi-kondisi lahan dalam penentuan lokasi industri fishing gear terdiri atas kemampuan lahan dan penggunaan lahan
Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan diperoleh berdasarkan data kemiringan yang ada. Berdasarkan data tersebut diperoleh klasifikasi menjadi tiga kelas yaitu kemampuan lahan rendah (kelas 1), yaitu kemiringan >15%, sedang (kelas 2) yaitu kemiringan 5%-15%, (kelas 3) tinggi yaitu kemiringan 0%-5%. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel V.18 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi kedua
92
Kelas Kemampuan Lahan
Nilai
Rendah (kelas 1)
1
Rendah (kelas 2)
2
Tinggi (kelas 3)
3
Faktor Pertimbangan Rendahnya kemampuan lahan terutama disebabkan karena kondisi topografi yang curam (kelas 1) dan bahaya terhadap bencana Daya dukung lahan cukup baik, meskipun merupakan daerah rawa-rawa Daya dukung lahan sangat baik, topografi yang landai, jenis tanah dengan tekstur sedang, dan bukan merupakan daerah yang rawan terjadi bencana
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa kemampuan lahan untuk di Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan masuk ke dalam klasifikasi tinggi (kelas 3). Hal tersebut dikarenakan daya dukung lahan yang sangat baik, ditinjau dari topografi yang landai, jenis tanah dengan tekstur sedang, dan bukan merupakan daerah yang rawan terjadi bencana. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan memberikan pengaruh yang sangat penting bagi penentuan lokasi industri fishing gear. Adapun penggunaan lahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: kawasan perumahan, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan. Adapun klasifikasi penggunaan lahan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel V.19 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pada lokasi kedua Penggunaan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan Kawasan Perumahan
1
Peruntukan yang kurang sesuai untuk industri fishing gear
Kawasan Industri
2
Peruntukan yang cukup baik untuk industri fishing gear
Kawasan Pelabuhan
3
Peruntukan yang sangat baik untuk industri fishing gear
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa penggunaan lahan untuk di Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan masuk ke dalam klasifikasi Kawasan Pelabuhan Perikanan yang memiliki peruntukan cukup baik untuk industri fishing gear. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3. Berikut adalah dokumentasi dari lokasi pertama yang ditunjukkan pada Gambar V.6:
93
Gambar V.6 Lokasi lahan Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan
Untuk penampakan dari satelit, berikut pada Gambar V.7 diperlihatkan lokasi tanah yang dipilih sebagai calon lokasi kedua ditandai dengan pointer berwana abu-abu :
Gambar V.7 Peta Lokasi Kedua (Sumber : Google Map, 2016)
94
b. Ketersediaan Tenaga Kerja Penentuan suatu lokasi industri harus mempertimbangkan ketersediaan jumlah tenaga kerja, seberapa besar jumlah angkatan kerja yang secara resmi masih terdaftar sebagai pengangguran. Selain secara kuantitas, diperhatikan juga kualitas tenaga kerjanya, tingkat pendidikan, kemampuan, serta keterampilan yang menjadi kebutuhan industri tersebut. Pada dasarnya tenaga kerja dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil, dan tenaga manajerial. Berikut ini merupakan data-data mengenai keadaan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Lamongan yang ditunjukkan pada Tabel V.20 dan Tabel V.21: Tabel V.20 Penduduk Berumur >15 Tahun Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2013 Angkatan Kerja Jumlah Angkatan Golongan Umur Kerja Bekerja Penganggur Tidak/Belum Sekolah
18.840
-
18.840
91.109
3.417
94.526
Sekolah Dasar
168.288
4.819
173.107
SLTP
123.983
7.443
131.426
SMU
115.204
8.573
123.775
SMK
31.397
5.456
36.853
Diploma I/II
1.733
-
1.733
Diploma III/Akademi
2.672
416
3.088
Universitas
34.799
684
35.483
Jumlah
588.025
30.806
618.831
Tidak/Belum
Tamat
Sekolah Dasar
Sumber : (Badan Pusat Statistik, 2015)
95
Tabel V.21 Daftar Perguruan tinggi di wilayah Lamongan Nama Perguruan Tinggi Alamat
No 1
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KH Ahmad
Jl. KH Ahmad Dahlan 41, Sidoharjo,
Dahlan
Lamongan
2
STIKES Muhammadiyah
Jl. Raya Plalangan Plosowahyu, Lamongan
3
Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Jl. Airlangga 03, Sukodadi, Lamongan
4
STKIP PGRI Lamongan
Jl.
Sunan
Kalijogo,
Tumenggungan,
Lamongan 5
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat
Jl. KH Mustofa, Paciran, Lamongan
6
Sekolah
Jl. Raya Paciran 115, Paciran, Lamongan
Tinggi
Ilmu
Ekonomi
Muhammadiyah 7
STAI Raden Qosim Lamongan
Jl. Banjarwati, Paciran, Lamongan
8
Universitas Islam Lamongan
Jl. Lamongrejo 58, Lamongan
Sumber: (Google, 2016)
Adapun klasifikasi ketersediaan tenaga kerja adalah sebagai berikut: Tabel V.22 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi kedua Ketersediaan Tenaga Kerja Nilai Faktor Pertimbangan Ketersediaan
tenaga
kerja
tidak ada
1
Semakin banyak ketersediaan tenaga kerja, maka akan semakin sesuai jumlah yang digunakan untuk industri
Ketersediaan
tenaga
kerja
terbatas Ketersediaan berlimpah
2
pengolahan karena dapat memberi input proses produksi industri
tenaga
kerja
3
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja pada daerah tersebut berlimpah. Semakin banyak ketersediaan tenaga kerja, maka akan semakin sesuai jumlah yang digunakan untuk industri pengolahan karena dapat memberi input proses produksi industri. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
96
c. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor pertimbangan yang sangat penting dalam menentukan lokasi industri. Adapun sub variabel yang terkait dengan ketersediaan bahan baku adalah kuantitas dan kualitas bahan baku, kontinuitas bahan baku, serta jarak dari bahan baku ke lokasi industri. Berikut ini merupakan data mengenai perusahaan pengolah baja, alumunium, dan kayu yang ada di sekitar wilayah Kota Lamongan yang dapat dilihat pada Tabel V.23 : Tabel V.23 Ketersediaan bahan baku pada lokasi kedua Nama Perusahaan Alamat
No 1
PT. Gramitrama Jaya Steel
Mayjen Sungkono No. 28, Jl, Gresik, Jawa Timur
2
PT. Bangun Sarana Baja
Mayjen Sungkono Gg Xii/8, Jl, Gresik, Jawa Timur
3
PT. Barata Indonesia
Veteran 241 Km 14 Ds Segoromadu, Gresik, Jawa Timur
4
PT.
Furukawa
Indal Kawasan Industri Maspion Blok L-3, Gresik, Jawa Timur
Aluminium 5
PT. Jindal Stainless
Kawasan Industry Maspion,Maspion Unit-V, Desa Sukomylyo-Manyar, Gresik, Jawa Timur
6
PT. Sepanjang Baut Sejahtera
Dumar Industri 10, Jl, Margomulyo, Surabaya, Jawa Timur
7
PT. Timur Megah Steel
Ds Cangkir, Gresik, Jawa Timur
8
PT Intan Pertiwi Industri
Jl. Raya Maspion Romo Kalisari II No. 31, Gresik, Jawa Timur
9
PT. Ispat Panca Putera
JL Tridharma, No. 3 Kav D 1 - 9/14-22, Komplek Kawasan Industri Gresik, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Sumber: (Kementerian Perindustrian Indonesia,2016)
Kuantitas Bahan Baku
Kuantitas bahan baku sangat penting karena digunakan sebagai input kegiatan produksi fishing gear. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan kuantitas bahan baku untuk industri fishing gear adalah sebagai berikut:
97
Tabel V.24 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi kedua Kuantitas Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan Jumlah bahan baku tidak ada
1
Semakin banyak jumlah bahan baku, maka akan
Jumlah bahan baku terbatas
2
semakin sesuai digunakan untuk industri pengolahan
Jumlah
bahan
baku
berlimpah
karena dapat memberi input proses produksi industri 3
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah bahan baku pada daerah tersebut berlimpah dikarenakan ada sepuluh perusahaan yang pengolah baja dan alumunium. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Kontinuitas Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku yang kontinu pada setiap tahun sangat mendukung industri fishing gear. Untuk itu kontinuitas sangat perlu untuk diperhatikan dalam penentuan lokasi industri peralatan tangkap kapal. Berdasarkan analisa sebelumnya, diketahui bahwa tingkat kontinuitas bahan baku adalah tidak kontinu, kontinu sedang, dan kontinu tinggi. Tabel V.25 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi kedua Tingkat Kontinuitas Nilai Faktor Pertimbangan Tidak Kontinu
1
Ketersediaan bahan baku yang tidak kontinu, tidak cocok untuk lokasi industri fishing gear Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas sedang,
Kontinuitas sedang 2
masih dapat mendukung proses produksi industri fishing gear
Kontinuitas tinggi
3
Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas tinggi, sangat mendukung proses produksi industri fishing gear
Berdasarkan data diatas kontinuitas bahan baku tinggi dikarenakan ada sepuluh perusahaan yang pengolah baja dan alumunium. Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas tinggi, sangat mendukung proses produksi industri fishing gear. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3
98
Jarak Bahan Baku
Jarak bahan baku disini merupakan jarak kecamatan dengan kecamatan-kecamatan yang dapat digunakan sebagai penghasil bahan baku. Semakin dekat dengan kecamatan tersebut, maka akan mudah memperoleh bahan baku. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi industri peralatan tangkap kapal berdasarkan jarak bahan baku adalah sebagai berikut: Tabel V.26 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi kedua Jarak Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan Kecamatan
tersebut
Daerah tersebut tidak berbatasan langsung dengan
tidak
berbatasan
langsung
dengan
kecamatan
penghasil
bahan
1
kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat diartikan jaraknya cukup jauh dengan bahan baku
baku Daerah tersebut berbatasan langsung dengan
Kecamatan tersebut berbatasan langsung
dengan
kecamatan
2
kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat
penghasil bahan baku
diartikan jaraknya cukup dekat dengan bahan baku
Kecamatan tersebut merupakan
Daerah tersebut merupakan penghasil bahan baku,
kecamatan
penghasil
bahan
baku
3
maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan bahan baku
Berdasarkan data diatas kecamatan lokasi industry tidak berbatasan dengan kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan bahan baku. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 1 d. Pemasaran
Permintaan Pasar Industri Fishing Gear
Permintaan pasar dalam hal ini merupakan besaran pasar bagi industri fishing gear. Adapaun besaran permintaan pasar sesuai dengan jarak dari lokasi konsumen. Dalam hal ini klien tersebut adalah paguyuban nelayan setempat, koperasi nelayan, perusahaan perikanan tangkap dan unit usaha dagang lainnya. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan permintaan pasar adalah sebagai berikut:
99
Tabel V.27 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi kedua Jarak Lokasi Klien Nilai Faktor Pertimbangan Kecamatan
tersebut
berbatasan
langsung
Daerah tersebut tidak berbatasan langsung dengan
tidak dengan
1
kecamatan klien berada, maka dapat diartikan
kecamatan klien berada
jaraknya cukup jauh dengan konsumen
Kecamatan tersebut berbatasan
Daerah tersebut berbatasan langsung dengan
langsung
dengan
kecamatan
2
kecamatan klien berada, maka dapat diartikan
klien berada
jaraknya cukup dekat dengan konsumen
Kecamatan tersebut merupakan
Daerah tersebut merupakan lokasi klien berada,
kecamatan klien berada
3
maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan konsumen
Berdasarkan hasil peninjauan lapangan di wilayah sekitar lokasi pertama, lokasi-lokasi target pasar umumnya berada di kabupaten yang berbatasan dengan wilayah tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar untuk daerah ini bernilai 3. e. Rencana Tata Ruang Terkait Penentuan Lokasi
Rencana Tata Ruang Terkait
Faktor yang tidak kalah penting guna mewujudkan pembangunan industri peralatan tangkap kapal adalah menyesuaikan dengan rencana tata ruang yang ada (Dahuri, 2001). Rencana tata ruang sangat berpengaruh karena merupakan suatu instrumen untuk mengembangkan suatu wilayah.
100
Gambar V.8 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan tahun 2011 -2031 (Sumber : Pemerintah Kabupaten Lamongan, 2012)
Pada Gambar V.8 dijelaskan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan 2011-2031 dimana sistem perwilayahan di Kabupaten Lamongan sesuai rencana tersebut yakni: 1. WP I – Kecamatan Lamongan Arahan: Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala kota 2. WP II – Kecamatan Paciran dan Brondong Arahan: Pengembangan industri besar dan kegiatan pelabuhan perikanan 3. WP III – Kecamatan Babat Arahan: Pengembangan perdagangan dan jasa skala kabupaten 4. WP IV – Kecamatan Sukodadi Arahan: Kegiatan industri kerajinan rakyat dan pengolahan hasil ternak 5. WP V – Kecamatan Ngimbang Arahan: Pengembangan kegiatan agribisnis dan kehutanan Dari pembagian lima wilayah perencanaan ini nantinya akan jadi fokusan pemerintah untuk mengembangkan daerah-daerah tersebut sesuai fungsinya. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Tata Ruang adalah sebagai berikut:
101
Tabel V.28 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi kedua Rencana Tata Ruang Terkait Nilai Faktor Pertimbangan Arahan pengembangan tidak sesuai untuk
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan)
1
untuk
1
industri fishing gear
Lamongan Arahan pengembangan tidak sesuai untuk
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 2 untuk Paciran
3
industri fishing gear
dan Brondong SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 3 untuk Babat
1
4
untuk
industri fishing gear Arahan pengembangan sangat sesuai untuk
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan)
Arahan pengembangan sangat sesuai untuk
1
industri fishing gear
Sukodadi Arahan pengembangan sangat sesuai untuk
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan)
5
untuk
1
industri fishing gear
Ngimbang
Nilai indikator hanya 1 (tidak sesuai untuk industri fishing gear) dan 3 (sangat sesuai dengan industri peralatan tangkap fishing gear) karena pada masing-masing SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) telah ditentukan secara pasti SSWP yang dapat digunakan untuk industri peralatan tangkap kapal, sehingga tidak ada nilai 2 (cukup sesuai untuk industri peralatan tangkap kapal) Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan didapatkan bahwa Kec. Paciran termasuk kedalam SSWP 2,. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3. f. Kecukupan Infrastruktur Infrastruktur penunjang pada Tugas Akhir ini adalah listrik, air bersih, telepon, jaringan jalan, dan pelabuhan. Keberadaan infrastruktur dapat mendukung industri fishing gear.
Kecukupan Listrik dan telepon
Untuk mengoperasionalkan industri peralatan tangkap kapal dibutuhkan kecukupan listrik untuk operasionalkan peralatan dan mesin produksi, serta penerangan. Selain itu jaringan telepon sangat penting untuk komunikasi jarak jauh. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan listrik dan telepon. 102
Berikut pada Gambar V.9 adalah data pengguna, pemakaian, dan nilai penjualan listrik di wilayah Lamongan tahun 2015 :
Pelanggan Listrik untuk Golongan Industri Wilayah Brondong/Paciran di Kabupaten Lamongan 0%
12%
industri Golongan 1 dengan daya terpasang 533,600 VA 36%
industri Golongan 2 dengan daya terpasang 7,286,500 VA Industri Golongan 3 dengan daya terpasang 20,460,000 VA Industri Golongan 4
52%
Gambar V.9 Pelanggan listrik wilayah Brondong/Paciran di Kabupaten Lamongan tahun 2015 (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Kecukupan Listrik dan telepon adalah sebagai berikut: Tabel V.29 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi kedua Kecukupan Listrik Nilai Faktor Pertimbangan dan Telepon Tidak Terlayani
1
Terlayani
3
Tidak terlayaninya kecukupan listrik dan telepon untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal Terlayaninya kecukupan listrik dan telepon untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan listrik dan telepon terlayani dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Kecukupan Air Bersih
Untuk mengoperasionalkan industri peralatan tangkap kapal dibutuhkan kecukupan air bersih. Air bersih ditinjau dari ketersediaan PDAM maupun air tanah pada daerah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan air bersih. Berikut adalah data pelanggan, jumlah penyaluran, nilai penjualan air di wilayah Pasuruan tahun 2015 yang dapat dilihat pada Gambar V.10 :
103
liter/detik
Perkembangan Sarana Air Minum di Kabupaten Lamongan 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
2010
2012
2013
2014
2015
Jumlah Kapasitas Produksi
310
310
310
420
420
Jumlah Kapasitas Distribusi
160
185
185
340
340
Jumlah Kapasitas Kebutuhan
148
148
148
200
200
Gambar V.10 Perkembangan Sarana Air Minum di Kabupaten Lamongan tahun 2010 -2015 (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan kecukupan air bersih adalah sebagai berikut: Tabel V.30 Kecukupan air bersih pada lokasi kedua Kecukupan Air Bersih Nilai Faktor Pertimbangan Tidak Terlayani
Terlayani
1
3
Tidak
terlayaninya
kecukupan
air
bersih
untuk
mendukung industri peralatan tangkap kapal Terlayaninya kecukupan air bersih untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa air bersih terlayani dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama ini bernilai 3.
Kecukupan Jaringan Jalan
Keberadaan jaringan jalan yang baik dapat mendukung proses produksi industri peralatan tangkap kapal. Keadaan jalan di menuju dan keluar pabrik mempengaruhi lalu lintas aktivitas industri fishing gear. Berikut ditunjukkan pada Gambar V-11, data panjang jalan berdasarkan permukaan dan kondisi jalan (Km) di wilayah Kabupaten Lamongan tahun 2014:
104
Panjang Jalan menurut Kondisi Permukaan Jalan (Km) 33,93 8,10
140,21 315,97
Baik/Good
Sedang/Moderate
Rusak/Light Damaged
Rusak Berat/Seriously Damaged
Gambar V.11 Kondisi dan permukaan jalan wilayah Kabupaten Lamongan tahun 2014 (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Kecukupan jaringan jalan adalah sebagai berikut: Tabel V.31 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi kedua Kecukupan Jaringan Jalan Nilai Faktor Pertimbangan Akses jalan tidak memadai
1
Akses jalan memadai
3
Tidak memadainya kecukupan jaringan jalan untuk mendukung industri fishing gear Memadainya kecukupan jaringan jalan untuk mendukung industri fishing gear
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan jaringan jalan memadai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecukupan jaringan jalan untuk daerah ini bernilai 3. g. Modal Dalam hal ini modal yang dimaksud adalah harga tanah per meter pada lokasi tersebut. Tabel V.32 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi kedua Harga tanah Nilai Faktor Pertimbangan Harga > 4juta
1
Harga tanah pada lokasi tersebut lebih dari 4 juta
Harga 2 juta - 4 juta
2
Harga tanah pada lokasi tersebut antara 2 juta – 4 juta
Harga < 2 juta
3
Harga tanah pada lokasi tersebut kurang dari 2 juta
105
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa harga tanah per m 2 Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan adalah sekitar 1,5 juta/m2. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesesuaian harga tanah untuk daerah ini bernilai 3. 3. Lokasi Ketiga Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada lokasi pertama yang terletak di Gresik maka didapatkan data-data sebagai berikut: a. Kondisi Lahan Kondisi-kondisi lahan dalam penentuan lokasi industri fishing gear terdiri atas kemampuan lahan dan penggunaan lahan
Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan diperoleh berdasarkan data kemiringan yang ada. Berdasarkan data tersebut diperoleh klasifikasi menjadi tiga kelas yaitu kemampuan lahan rendah (kelas 1), yaitu kemiringan >15%, sedang (kelas 2) yaitu kemiringan 5%-15%, (kelas 3) tinggi yaitu kemiringan 0%-5%. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel V.33 Kriteria kesesuaian berdasarkan kemampuan lahan pada lokasi ketiga Kelas Kemampuan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan Rendahnya kemampuan lahan terutama disebabkan
Rendah (kelas 1) 1
karena kondisi topografi yang curam (kelas 1) dan bahaya terhadap bencana
Rendah (kelas 2)
2
Daya dukung lahan cukup baik, meskipun merupakan daerah rawa-rawa Daya dukung lahan sangat baik, ditinjau dari topografi
Tinggi (kelas 3) 3
yang landai, jenis tanah dengan tekstur sedang, dan bukan merupakan daerah yang rawan terjadi bencana
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa kemampuan lahan untuk di Jalan Raya Deandles No.33, Wotan, Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur masuk ke dalam klasifikasi tinggi (kelas 3). Hal tersebut dikarenakan daya dukung lahan yang sangat baik, ditinjau dari topografi yang landai, jenis tanah dengan tekstur sedang, dan bukan merupakan daerah yang rawan terjadi bencana. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
106
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan memberikan pengaruh yang sangat penting bagi penentuan lokasi industri fishing gear. Adapun penggunaan lahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: kawasan perumahan, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan. Adapun klasifikasi penggunaan lahan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel V.34 Kriteria kesesuaian berdasarkan penggunaan lahan lokasi pada lokasi ketiga Penggunaan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan Kawasan Perumahan
1
Peruntukan yang kurang sesuai untuk industri fishing gear
Kawasan Industri
2
Peruntukan yang cukup baik untuk industri fishing gear
Kawasan Pelabuhan
3
Peruntukan yang sangat baik untuk industri fishing gear
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa penggunaan lahan untuk di Jalan Raya Deandles No.33, Wotan, Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur masuk ke dalam klasifikasi Kawasan Industri yang memiliki peruntukan cukup baik untuk industri fishing gear.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 2. Berikut adalah
dokumentasi dari lokasi pertama yang ditunjukkan pada Gambar V.12:
Gambar V.12 Lokasi lahan Jalan Raya Deandles No.33, Wotan, Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
107
Untuk penampakan dari satelit, berikut pada Gambar V.13 diperlihatkan lokasi tanah yang dipilih sebagai calon lokasi kedua ditandai dengan pointer berwana merah :
Gambar V.13 Peta Lokasi Ketiga (Sumber : Google Map, 2016)
b. Ketersediaan Tenaga Kerja Penentuan suatu lokasi industri harus mempertimbangkan ketersediaan jumlah tenaga kerja, seberapa besar jumlah angkatan kerja yang secara resmi masih terdaftar sebagai pengangguran. Selain secara kuantitas, diperhatikan juga kualitas tenaga kerjanya, tingkat pendidikan, kemampuan dan lain-lain. Pada dasarnya tenaga kerja dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil, dan tenaga manajerial. Berikut ini merupakan datadata mengenai keadaan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Gresik yang dapat dilihat pada Gambar V.14 dan Tabel V.35 :
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Diatas 15 Tahun yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Terakhir 200 000
Tdk/blm pernah sekolah
150 000
Tdk/blm tamat SD SD
100 000
SLTP
50 000
SMU
2010
2011
2012
2013
SMK
Gambar V.14 Kondisi angkatan kerja pada Kabupaten Gresik Tahun 2010 -2013 (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016)
108
No 1
Tabel V.35 Daftar Perguruan tinggi di wilayah Gresik Nama Perguruan Tinggi Alamat Universitas Gresik
Jalan Arief Rahman Hakim No.2B, Gapurosukolilo, Gresik, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
2
Universitas Muhammadiyah Jl. Sumatera No. 101, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Gresik
3
4
Jawa Timur
Universitas
Internasional Kompleks PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk., Jl.
Semen Indonesia
Veteran, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Universitas Tritunggal
JL. RA Kartini, No. 294, KawisanyarKebomas, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
5
Sekolah
Tinggi
Teknik
Qomaruddin 6
Sekolah
Tinggi
Jl. Raya Bungah No.1, Desa Bungah, kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Ilmu Jl. Kh. Abdul Karim No.60, Kemuteran, Kec. Gresik,
Ekonomi Nahdatul Ulama
Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Gresik
Adapun klasifikasi ketersediaan tenaga kerja adalah sebagai berikut: Tabel V.36 Kriteria ketersediaan tenaga kerja pada lokasi ketiga Ketersediaan Tenaga Kerja Nilai Faktor Pertimbangan Ketersediaan tenaga kerja tidak ada Ketersediaan tenaga kerja terbatas Ketersediaan tenaga kerja berlimpah
1
Semakin banyak ketersediaan tenaga kerja, maka akan semakin sesuai jumlah yang digunakan untuk industri pengolahan karena dapat memberi input
2
proses produksi industri
3
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja pada daerah tersebut berlimpah. Semakin banyak ketersediaan tenaga kerja, maka akan semakin sesuai jumlah yang digunakan untuk industri pengolahan karena dapat memberi input proses produksi industri. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
109
c. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor pertimbangan yang sangat penting dalam menentukan lokasi industri. Adapun sub variabel yang terkait dengan ketersediaan bahan baku adalah kuantitas dan kualitas bahan baku, kontinuitas bahan baku, serta jarak dari bahan baku ke lokasi industri. Berikut ini merupakan data mengenai perusahaan pengolah baja, alumunium dan komponen lain yang ada di sekitar wilayah Kota Gresik yang dapat dilihat pada Tabel V.37 : No
Tabel V.37 Ketersediaan bahan baku pada lokasi ketiga Nama Perusahaan Alamat
1
PT. Gramitrama Jaya Steel
Mayjen Sungkono No. 28, Jl, Gresik, Jawa Timur
2
PT. Bangun Sarana Baja
Mayjen Sungkono Gg Xii/8, Jl, Gresik, Jawa Timur
3
PT. Barata Indonesia
Veteran 241 Km 14 Ds Segoromadu, Gresik, Jawa Timur
4
PT. Furukawa Indal Aluminium
Kawasan Industri Maspion Blok L-3, Gresik, Jawa Timur
5
PT. Jindal Stainless
Kawasan Industry Maspion,Maspion Unit-V, Desa Sukomylyo-Manyar, Gresik, Jawa Timur
6
PT. Sepanjang Baut Sejahtera
Dumar Industri 10, Jl, Margomulyo, Surabaya, Jawa Timur
7
PT. Timur Megah Steel
Ds Cangkir, Gresik, Jawa Timur
8
PT Intan Pertiwi Industri
Jl. Raya Maspion Romo Kalisari II No. 31, Gresik, Jawa Timur
9
PT. Ispat Panca Putera
JL Tridharma, No. 3 Kav D 1 - 9/14-22, Komplek Kawasan Industri Gresik, Kec. Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Sumber: (Kementerian Perindustrian Indonesia, 2016)
Kuantitas Bahan Baku
Kuantitas bahan baku sangat penting karena digunakan sebagai input kegiatan produksi fishing gear. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan kuantitas bahan baku untuk industri fishing gear adalah sebagai berikut:
110
Tabel V.38 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kuantitas bahan baku pada lokasi ketiga Kuantitas Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan Jumlah bahan baku tidak ada
1
Jumlah bahan baku terbatas
2
Semakin banyak jumlah bahan baku, maka akan semakin sesuai digunakan untuk industri pengolahan karena dapat memberi input proses produksi industri
3
Jumlah bahan baku berlimpah
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah bahan baku pada daerah tersebut berlimpah dikarenakan ada sepuluh perusahaan yang pengolah baja dan alumunium. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Kontinuitas Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku yang kontinu pada setiap tahun sangat mendukung industri fishing gear. Untuk itu kontinuitas sangat perlu untuk diperhatikan dalam penentuan lokasi industri peralatan tangkap kapal. Berdasarkan analisa sebelumnya, diketahui bahwa tingkat kontinuitas bahan baku adalah tidak kontinu, kontinu sedang, dan kontinu tinggi. Tabel V.39 Ketersediaan bahan baku berdasarkan kontinuitas bahan baku pada lokasi ketiga Tingkat Kontinuitas Nilai Faktor Pertimbangan Tidak Kontinu
1
Ketersediaan bahan baku yang tidak kontinu, tidak cocok untuk lokasi industri fishing gear Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas
Kontinuitas sedang 2
sedang, masih dapat mendukung proses produksi industri fishing gear Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas
Kontinuitas tinggi 3
tinggi, sangat mendukung proses produksi industri fishing gear
Berdasarkan data diatas kontinuitas bahan baku tinggi dikarenakan ada sepuluh perusahaan yang pengolah baja dan alumunium. Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas tinggi, sangat mendukung proses produksi industri fishing gear. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3
Jarak Bahan Baku
Jarak bahan baku disini merupakan jarak kecamatan dengan kecamatan-kecamatan yang dapat digunakan sebagai penghasil bahan baku. Semakin dekat dengan kecamatan tersebut, maka akan mudah memperoleh bahan baku.
111
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi industri peralatan tangkap kapal berdasarkan jarak bahan baku adalah sebagai berikut: Tabel V.40 Ketersediaan bahan baku berdasarkan jarak bahan baku pada lokasi ketiga Jarak Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan Kecamatan
tersebut
Daerah tersebut tidak berbatasan langsung
tidak
berbatasan
langsung
dengan
kecamatan
penghasil
bahan
1
dengan kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat diartikan jaraknya cukup jauh dengan
baku
bahan baku
Kecamatan tersebut berbatasan
Daerah tersebut berbatasan langsung dengan
langsung
dengan
kecamatan
penghasil bahan baku
2
kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat diartikan jaraknya cukup dekat dengan bahan baku Daerah tersebut merupakan penghasil bahan
Kecamatan tersebut merupakan kecamatan
penghasil
bahan
3
baku
baku, maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan bahan baku
Berdasarkan data diatas kecamatan lokasi industry tidak berbatasan dengan kecamatan penghasil bahan baku, maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan bahan baku. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 2 d. Pemasaran
Permintaan Pasar Industri Fishing Gear
Permintaan pasar dalam hal ini merupakan besaran pasar bagi industri fishing gear. Adapaun besaran permintaan pasar sesuai dengan jarak dari lokasi konsumen. Dalam hal ini klien tersebut adalah paguyuban nelayan setempat, koperasi nelayan, perusahaan perikanan tangkap dan unit usaha dagang lainnya. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan permintaan pasar adalah sebagai berikut:
112
Tabel V.41 Pemilihan lokasi berdasarkan jarak lokasi klien pada lokasi ketiga Jarak Lokasi Klien Kecamatan berbatasan
tersebut langsung
Nilai
Daerah tersebut tidak berbatasan langsung dengan
tidak dengan
Faktor Pertimbangan
1
kecamatan klien berada, maka dapat diartikan jaraknya
kecamatan klien berada
cukup jauh dengan konsumen
Kecamatan tersebut berbatasan
Daerah tersebut berbatasan langsung dengan kecamatan
langsung dengan kecamatan klien
2
klien berada, maka dapat diartikan jaraknya cukup dekat dengan konsumen
berada Kecamatan tersebut merupakan kecamatan klien berada
3
Daerah tersebut merupakan lokasi klien berada, maka dapat diartikan jaraknya dekat dengan konsumen
Berdasarkan hasil peninjauan lapangan di wilayah sekitar lokasi pertama, lokasi-lokasi target pasar umumnya berada di kabupaten yang berbatasan dengan wilayah tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar untuk daerah ini bernilai 2. e. Rencana Tata Ruang Terkait Penentuan Lokasi
Rencana Tata Ruang Terkait
Faktor yang tidak kalah penting guna mewujudkan pembangunan industri peralatan tangkap kapal adalah menyesuaikan dengan rencana tata ruang yang ada (Dahuri, 2001). Rencana tata ruang sangat berpengaruh karena merupakan suatu instrumen untuk mengembangkan suatu wilayah. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik tahun 2011-2030 yang disetujui oleh pemerintah Jawa Timur, direncanakan bahwa Kabupaten Gresik akan dibagi menjadi empat wilayah pengembangan yakni : 1. WP I – Gresik Utara (Kecamatan Bungah, Sidayu, Ujung Pangkah, dan Panceng) Arahan: Pengembangan untuk kawasan agropolitan, agroindustri dan minapolitan 2. WP II – Gresik Selatan (Kecamatan Driyorejo, Wringinanom, Kedamean dan Menganti) Arahan: Pengembangan untuk kawasan pemukiman 3. WP III – Gresik Pusat (Kecamatan Gresik, Kebomas, dan Manyar) Arahan: Pengembangan untuk kawasan pelabuhan, pergudangan dan industri 4. WP IV – Kepulauan Gresik Arahan: Pengembangan untuk wilayah pariwisata Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Tata Ruang adalah sebagai berikut:
113
Tabel V.42 Pemilihan lokasi berdasarkan data tata ruang terkait pada lokasi ketiga Rencana Tata Ruang Terkait Nilai Faktor Pertimbangan SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 1 SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 2 SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 3 SSWP (Sub Satuan Wilayah Pembangunan) 4
3
1
3
1
Arahan pengembangan tidak sesuai untuk industri fishing gear Arahan pengembangan tidak sesuai untuk industri fishing gear Arahan pengembangan sangat sesuai untuk industri fishing gear Arahan pengembangan sangat sesuai untuk industri fishing gear
Nilai indikator hanya 1 (tidak sesuai untuk industri fishing gear) dan 3 (sangat sesuai dengan industri peralatan tangkap fishing gear) karena pada masing-masing SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) telah ditentukan secara pasti SSWP yang dapat digunakan untuk industri peralatan tangkap kapal, sehingga tidak ada nilai 2 (cukup sesuai untuk industri peralatan tangkap kapal) Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik didapatkan bahwa Kec. Panceng termasuk kedalam SSWP 1,. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3. f. Kecukupan Infrastruktur Infrastruktur penunjang pada Tugas Akhir ini adalah listrik, air bersih, telepon, jaringan jalan, dan pelabuhan. Keberadaan infrastruktur dapat mendukung industri fishing gear.
Kecukupan Listrik dan telepon
Untuk mengoperasionalkan industri peralatan tangkap kapal dibutuhkan kecukupan listrik untuk operasionalkan peralatan dan mesin produksi, serta penerangan. Selain itu jaringan telepon sangat penting untuk komunikasi jarak jauh. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan listrik dan telepon. Berikut pada Gambar V.43 adalah data daya terpasang, produksi, dan nilai penjualan listrik di wilayah Gresik tahun 2015 : No. 1 2 3
Tabel V.43 Informasi Kelistrikan Kabupaten Gresik Tahun 2015 Uraian 2013 2014 2015 Daya Terpasang (kW) Produksi Listrik (kWh) Listrik Terjual (kWh)
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015)
114
744.051 797.015 805.445 1.788.390.991 1.890.628.061 1.856.886.569 1.738.542.181 1,837,048,667 1,806,781,849
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Kecukupan Listrik dan telepon adalah sebagai berikut: Tabel V.44 Kecukupan listrik dan telepon pada lokasi ketiga Kecukupan Listrik Nilai Faktor Pertimbangan dan Telepon Tidak Terlayani
1
Terlayani
3
Tidak terlayaninya kecukupan listrik dan telepon untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal Terlayaninya kecukupan listrik dan telepon untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan listrik dan telepon terlayani dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut bernilai 3.
Kecukupan Air Bersih
Untuk mengoperasionalkan industri peralatan tangkap kapal dibutuhkan kecukupan air bersih. Air bersih ditinjau dari ketersediaan PDAM maupun air tanah pada daerah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan air bersih. Berikut adalah data pelanggan, jumlah penyaluran, nilai penjualan air di wilayah Pasuruan tahun 2015 yang dapat dilihat pada Gambar V.45 : Tabel V.45 Jumlah Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Gresik Tahun 2015 Jumlah Pendapatan No. Jenis Konsumen Pemakaian Air (Rp) Pelanggan Pemakaian Air (m3) 1 Sosial - Umum 63 60.258 119.452.350 2 Sosial - Khusus 938 450.851 940.680.500 3 Rumah Tangga 78.226 17.877.285 48.590.932.475 Instansi 4 Pemerintah 147 101.459 524.487.500 5 Niaga Kecil 3.142 995.692 6.288.559.550 6 Niaga Besar 344 217.238 2.011.559.000 7 Industri Kecil 83 38.396 253.087.500 8 Industri Besar 203 3.947.129 51.214.586.000 9 Khusus 1 10.502 146.932.000 10 Tangkian 19.936 334.320.000 83.147 23.718.746 110.424.596.875 TOTAL (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan kecukupan air bersih adalah sebagai berikut: 115
Tabel V.46 Kecukupan air bersih pada lokasi ketiga Kecukupan Air Bersih Nilai Faktor Pertimbangan 1
Tidak Terlayani
Tidak terlayaninya kecukupan air bersih untuk mendukung industri peralatan tangkap kapal
3
Terlayani
Terlayaninya
kecukupan
air
bersih
untuk
mendukung industri peralatan tangkap kapal
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa air bersih terlayani dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama ini bernilai 3.
Kecukupan Jaringan Jalan
Keberadaan jaringan jalan yang baik dapat mendukung proses produksi industri peralatan tangkap kapal. Keadaan jalan di menuju dan keluar pabrik mempengaruhi lalu lintas aktivitas industri fishing gear. Berikut ditunjukkan pada Gambar V.15, data berdasarkan permukaan dan kondisi jalan (Km) di wilayah Kabupaten Gresik tahun 2015:
Kondisi Jalan Raya di Kabupaten Gresik Batu Pasir Tanah Paving 29%
0.4%
0.4%
Aspal Batu Beton
Beton 3%
Paving
Batu 2%
Aspal 66%
Tanah Batu Pasir
Gambar V.15 Kondisi dan permukaan jalan wilayah Kabupaten Gresik tahun 2015 (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015)
Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan Kecukupan jaringan jalan adalah sebagai berikut: Tabel V.47 Kecukupan jaringan jalan pada lokasi ketiga Kecukupan Jaringan Jalan
Nilai
Faktor Pertimbangan
Akses jalan tidak memadai
1
Tidak memadainya kecukupan jaringan jalan untuk mendukung
Akses jalan memadai
3
Memadainya kecukupan jaringan jalan
116
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan jaringan jalan memadai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecukupan jaringan jalan untuk daerah ini bernilai 3. g. Modal Dalam hal ini modal yang dimaksud adalah harga tanah per meter pada lokasi tersebut. Tabel V.48 Kriteria lokasi berdasarkan harga tanah pada lokasi ketiga Harga tanah Nilai Faktor Pertimbangan Harga > 4juta Harga 2 juta - 4 juta Harga < 2 juta
1 2 3
Harga tanah pada lokasi tersebut lebih dari 4 juta Harga tanah pada lokasi tersebut antara 2 juta – 4 juta Harga tanah pada lokasi tersebut kurang dari 2 juta
Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa harga tanah per m 2 Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan adalah sekitar 1-1,5 juta/m2. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesesuaian harga tanah untuk daerah ini bernilai 3. 4. Pembobotan Lokasi Pembobotan dilakukan untuk menentukan pilihan lokasi dari berbagai pertimbangan yang telah dilakukan. Lokasi yang terpilih kemudian akan menjadi tempat pengembangan industri komponen fishing gear kapal ikan di Indonesia. Pada Tabel V.49 dijelaskan aspek pertimbangan dan pembobotan dalam memilih lokasi industri. Pada sub-aspek pertimbangan pemilihan lokasi, berat pembobotan yang digunakan meninjau dari jurnal mengenai pemilihan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah bangkalan dan jurnal penentuan lokasi pabrik dalam rencana untuk perluasan perusahaan dengan studi kasus PT 3M. Untuk kondisi lahan, dibagi menjadi dua sub-aspek yakni kemampuan lahan dan penggunaan lahan dimana kemampuan lahan lebih diprioritaskan dibandingkan penggunaan lahan. Untuk ketersediaan bahan baku, dibagi menjadi tiga sub-aspek yakni kuantitas, kontuinuitas, dan jarak bahan baku dimana dibobotkan dengan urutan dari yang terpenting berturut-turut yakni kontinuitas bahan baku, kuantitas bahan baku dan jarak dari bahan baku. Untuk kecukupan infrastruktur dibagi menjadi tiga sub-aspek yakni kecukupan air bersih, kecukupan listrik & telepon, dan kecukupan akses jalan raya dimana dibobotkan dengan urutan dari yang terpenting berturut-turut yakni kecukupan akses jalan raya, kecukupan air bersih, dan kecukupan listrik & telepon. Untuk sub-aspek lainnya disesuaikan dengan besar bobot aspek pertimbangan utama.
117
Tabel V.49 Aspek Pertimbangan dan Pembobotan dalam Pemilihan Lokasi Aspek Pertimbangan Kondisi Lahan
Ketersediaan Bahan Baku
Ketersediaan Tenaga Kerja Kecukupan Infrastruktur
Bobot 0,123
0,178
0,082
0,052
Sub Aspek Pertimbangan
Bobot
Kemampuan Lahan
0,072
Penggunaan Lahan
0,051
Kuantitas Bahan Baku
0,059
Kontinuitas Bahan Baku
0,089
Jarak Bahan Baku
0,030
Ketersediaan Tenaga Kerja
0,082
Kecukupan Air Bersih
0,018
Kecukupan Listrik dan Telepon
0,013
Kecukupan Akses Jalan Raya
0,021
Rencana Tata Ruang Terkait
0,035
Rencana Tata Ruang Terkait
0,035
Pemasaran
0,332
Kedekatan dengan pasar
0,332
Modal
0,199
Harga Tanah per Meter
0,199
Data tersebut merupakan pertimbangan yang digunakan untuk menentukan lokasi dari industri komponen fishing gear kapal ikan. Masing-masing aspek pertimbangan diberikan bobot untuk menentukan skala prioritas dan seberapa besar pengaruhnya terhadap perhitungan investasi. Hasil penilaian dari masing-masing calon lokasi industri dapat dilihat dalam Tabel V.50 berikut ini: Tabel V.50 Penilaian Calon Lokasi Industri Komponen Fishing Gear Aspek Pertimbangan
Kondisi Lahan
Ketersediaan Bahan Baku
Ketersediaan Tenaga Kerja Kecukupan Infrastruktur
118
Sub Aspek Pertimbangan Kemampuan Lahan Penggunaan Lahan Kuantitas Bahan Baku Kontinuitas Bahan Baku Jarak Bahan Baku Ketersediaan Tenaga Kerja Kecukupan Air Bersih
Pasuruan
Lamongan
Gresik
Penilaian Lokasi Pertama
Penilaian Lokasi Kedua
Penilaian Lokasi Ketiga
3
3
3
0,215
0,215
0,215
2
3
2
0,102
0,153
0,102
3
3
3
0,178
0,178
0,178
3
3
3
0,267
0,267
0,267
1
1
2
0,030
0,030
0,059
3
3
3
0,246
0,246
0,246
3
3
3
0,054
0,054
0,054
Aspek Pertimbangan
Sub Aspek Pertimbangan
Pasuruan
Lamongan
Gresik
Penilaian Lokasi Pertama
Penilaian Lokasi Kedua
Penilaian Lokasi Ketiga
3
3
3
0,039
0,039
0,039
3
3
3
0,062
0,062
0,062
3
3
3
0,106
0,106
0,106
2
3
3
0,663
0,995
0,995
3
3
3
0,597
0,597
0,597
32
34
34
2,558
2,941
2,919
Kecukupan Listrik dan Telepon Kecukupan Akses Jalan Raya Rencana Tata Rencana Tata Ruang Terkait Ruang Terkait Kedekatan Pemasaran dengan pasar Harga Tanah Modal per Meter TOTAL
Berdasarkan hasil penilaian dalam pembobotan calon lokasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa pemilihan lokasi untuk pengembangan industri komponen fishing gear kapal ikan ini adalah lokasi kedua dengan nilai 2,941 yang terletak di Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan. V.1.2 Perencanaan Produk Perencanaan produk dilakukan untuk mengetahui detail dari setiap produk yang akan menjadi output dari sebuah industri. Komponen peralatan tangkap yang akan diproduksi adalah komponen yang termasuk kategori permesinan tangkap yakni line hauler, net hauler, combined net&line hauler, dan power block. Keempat komponen tersebut akan diproduksi oleh industri yang direncanakan ini dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar lokasi yang telah ditentukan. Namun tidak semua bagian produk diproduksi di industri komponen peralatan tangkap ini, beberapa part dari komponen permesinan tangkap dibeli dari pabrik penyedia dan sisanya akan diproduksi sendiri. Untuk lebih jelasnya akan digambarkan pada BOM tree setiap produk dimana akan memperlihatkan material yang dibutuhkan baik dibeli ataupun diproduksi sendiri sesuai dengan tingkat breakdown produk. a. Electric Line Hauler Berikut contoh perencanaan produk electric line hauler yg dapat dilihat pada Gambar V.16 dibawah ini dimana dijelaskan pada BOM tree agar dapat diketahui komponen-komponen terkait yang terpasang didalamnya:
119
Gambar V.16 Perencanaan produk electric line hauler
b. Hydraulic Line Hauler Berikut contoh perencanaan produk hydraulic line hauler yg dapat dilihat pada Gambar V.17 dibawah ini dimana dijelaskan pada BOM tree agar dapat diketahui komponen-komponen terkait yang terpasang didalamnya:
120
Gambar V.17 Perencanaan produk Hydraulic Line Hauler
c. Combine Line & Net Hauler Berikut contoh perencanaan produk combined line & net hauler yg dapat dilihat pada Gambar V.18 dibawah ini dimana dijelaskan pada BOM tree agar dapat diketahui komponen-komponen terkait yang terpasang didalamnya:
121
Gambar V.18 Perencanaan produk Combined Line & Net Hauler
d. Hydraulic Net Hauler Berikut contoh perencanaan produk hydraulic net hauler yg dapat dilihat pada Gambar V.19 dibawah ini dimana dijelaskan pada BOM tree agar dapat diketahui komponen-komponen terkait yang terpasang didalamnya:
122
Gambar V.19 Perencanaan produk Hydraulic Net Hauler
e. Power Block Berikut contoh perencanaan produk power block yg dapat dilihat pada Gambar V.20 dibawah ini dimana dijelaskan pada BOM tree agar dapat diketahui komponen-komponen terkait yang terpasang didalamnya:
123
Gambar V.20 Perencanaan produk Power Block
V.1.3 Proses Pembuatan Produk Proses pembuatan produk dibagi melalui beberapa tahap. Dimulai dari preparation ( desain produk, pembelian material, dan lain-lain), fabrication & assembly (marking, cutting, forming, fitting, dan lain-lan), painting (pembersihan dan pengecatan), electrical & mechanical (instalasi kabel, komponen pendukung mesin beserta pengamanannya), pengujian (function test, running test, dan pulling test), packaging dan delivery. Berikut ada alur dari pembuatan produk yang ditunjukkan pada Gambar V.21:
124
Gambar V.21 Alur produksi komponen peralatan tangkap
Berikut adalah penjelasan dari setiap proses produksi mulai dari tahap kontrak sampai delivery : 1. Kontrak Adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih mengenai hal tertentu yang disetujui kedua belah pihak. Dalam hal ini terjadi kesepakatan antara maker dengan pihak pemilik kapal. Intinya kontrak berisikan spesifikasi dari peralatan tangkap beserta harga. Di dalamnya juga terdapat penjadwalan, metode pembayaran, denda bila tidak mencapai kesepakatan awal dan lain-lain. 2. Preparation Pada tahap ini, terdapat beberapa persiapan yang dilakukan pihak pembuat produk sebelum melakukan kegiatan produksi. Hal ini dilakukan agar meminimalisir kekurangan dan kesalahan selama kegiatan produksi. Persiapan tersebut yakni : a. Desain Tahap desain dibagi menjadi dua tahap sebagai berikut : b) Perhitungan kapasitas produk Pihak owner memberikan spesifikasi beban yang akan ditarik, ukuran objek yang ditarik, kecepatan tarik yang diinginkan, daya yang dibutuhkan dan 125
sebagainya. Lalu dilakukan kalkulasi sehingga didapatkan ukuran-ukuran pada produk beserta daya mesin penggerak yang dibutuhkan c) Gambar produksi Dari data spesifikasi tersebut, kemudian dibuatkan data material yang dibutuhkan dan gambar kerja yang akan digunakan.
Gambar V.22 Contoh gambar spesikasi power block (Sumber: Marco Global, 2016)
Gambar V.22 diatas merupakan contoh desain dari power blok tampak depan dan samping. Desain tersebut digunakan sebagai gambar produksi dari power blok. b. Pengadaan dan pembelian material Dari desain dan gambar produksi yang telah ada, dibuat list dari material yang dibutuhkan dan dicek di gudang penyimpanan. Bila tidak memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan, dilakukan pembelian material sampai kebutuhan produksi dan safety stock terpenuhi. Safety stock harus dipersiapkan bila mana terjadi kelangkaan dari material yang dibutuhkan selama produksi berlangsung 3. Proses Produksi Gambar produksi yang telah didesain digunakan sebagai acuan proses produksi. Pada proses ini melalui beberapa tahap, yaitu:
126
a. Fabrikasi dan Assembly Pada tahap fabrikasi dan Assembly terdapat beberapa proses, diantaranya:
Persiapan Pada proses ini membutuhkan beberapa peralatan, diantaranya: gambar kerja, steel marker, busur derajat, penggaris, dan meteran. Berikut adalah rincian dari proses persiapan: Mempersiapkan lembaran pelat yang sesuai dengan gambar kerja Ketebalan pelat harus disesuaikan dengan spesifikasi gambar kerja Membuat marking (penandaan) dengan teliti menggunakan steel marker, penggaris, meteran dan busur derajat.
Pemotongan Pada proses ini membutuhkan beberapa peralatan, diantaranya: mesin potong, mesin jig saw, kikir, mesin gerinda, kaca mata, dan sarung tangan. Berikut adalah rincian dari proses pemotongan: Pemotongan material sesuai dengan marking yang telah dibuat menggunakan mesin potong dapat dilihat pada Gambar V.23 Untuk memotong bagian yang tidak terjangkau oleh mesin potong, gunakan mesin jig saw untuk mendapatkan hasil yang presisi Bekas potongan agar dikikir/digerinda agar tidak tajam
Gambar V.23 Hasil pemotongan pelat untuk main frame pada winch (Sumber : Citra Adi Sari, 2016)
127
Bending (penekukan) Pada proses ini dilakukan penekukan pelat sesuai dengan gambar kerja. Berikut adalah rincian dari proses bending pelat: Setelah proses pemotongan, tahap selanjutnya adalah melakukan bending material sesuai dengan gambar kerja Pastikan ukuran & sudut bending sesuai dengan gambar kerja
Rolling (penekukan) Pada proses ini dilakukan pembetukan pelat untuk diameter tertentu sesuai dengan gambar kerja. Berikut adalah rincian dari proses rolling pelat: Setelah proses pemotongan, tahap selanjutnya adalah melakukan rolling material sesuai dengan gambar kerja Pastikan ukuran & diameter rolling sesuai dengan gambar kerja
Perakitan dan pengelasan Pada proses perakitan, dapat dilihat pada Gambar V.24, ini membutuhkan beberapa peralatan, diantaranya: overhead crane+belt, forklift, jangka sorong, mesin bor, kunci pas, kunci L, tang kombinasi, mesin las, mesin gerinda, meteran, sarung tangan, masker, kap las, kaca mata, obeng, palu, dan siku. Berikut adalah rincian dari proses perakitan: Sebelum dilakukan perakitan, dilakukan proses fitting untuk menyesuai sambungan antar material Lakukan perakitan sesuai dengan gambar kerja Perakitan dilakukan mulai dari main frame Perakitan dilakukan dengan tage weld yaitu proses penyambungan awal dari sudut ke sudut Mempersiapkan dan mengecek kesiapan dari mesin las Memlilih kawat sesuai dengan ketebalan dan jenis pelat Atur arus (ampere) mesin las sesuai dengan jenis kawat las yang digunakan Pembersihan pada bagian yang akan dilas Lakukan proses pengelasan Bersihkan hasil pengelasan dari spatter lalu digerinda
128
Pengecekan final hasil pengelasan Selanjutnya pemasangan penyusun permesinan pada main frame antara lain pemasangan gear, pemasangan main shaft, pemasangan komponen mesin, pemasangan gear cover dan lain-lain. Dibantu dengan kunci pas dan dikunci dengan bolt. Untuk beberapa bagian dilakukan pengelasan agar tersambung dengan main frame. Bersihkan hasil pengelasan dari spatter lalu di gerinda
Gambar V.24 Proses fabrikasi dan assembly
b. Painting Pada tahap painting terdapat beberapa proses, diantaranya:
Persiapan Pada proses persiapan painting ini membutuhkan beberapa peralatan, diantaranya: masker, kaca mata, dan sarung tangan. Berikut adalah rincian dari proses persiapan painting: Menggunakan peralatan dengan benar Mempersiapkan permukaan produk yang akan dikerjakan Mempersiapkan peralatan pengecetan
Pembersihan Pada proses pembersihan painting ini membutuhkan beberapa peralatan, diantaranya: sarung tangan karet/kulit, brushing, mesin gerinda, sikat baja, 129
palu, thinner/solvent cleaner, majun, dan amplas. Berikut adalah rincian dari proses pembersihan painting: Permukaan pelat dibersihkan dengan gerinda brushing atau sikat baja hingga rata. Untuk bagian-bagian tertentu yang sulit terjangkau gerinda, pembersihan dilakukan dengan menggunakan amplas Pembersihan dari minyak, air,
dan
kotoran lainnya
dengan
menggunakan thinner dan keringkan permukaannya dengan majun Untuk tingkat pembersihan yang sulit, seperti tingkat karat yang tinggi, sebaiknya menggunakan pembershan dengan bahan kimia, seperti: rust remover, grease cleaning, atau H2O
Pengecatan Pada proses painting ini membutuhkan beberapa peralatan, diantaranya: kompresor, Spray Gun, amplas, cat, epoxy, thinner, dan dempul. Berikut adalah rincian dari proses painting: Primer Coat Cat yang dipakai dalam pengecatan ini adalah wash primer yang merupakan cat dasar untuk melindungi permukaan logam agar tidak mudah terkorosi Top Coat Setelah kering, permukaan pelat digosok lagi menggunakan amplas dan majun. Lakukan pengecatan top coating tahap I secara merata. Proses pengeringan dilakukan ± 24 jam untuk hasil yang lebih maksimal. Setelah kering, baru dilakukan pengecatan top coating tahap II. Pengecatan akhir ini difungsikan sebagai cat pelindung paling luar, pengecatannya pun dilakukan 2 kali untuk menghasilkan warna dan daya kilap yang bagus dengan ketebalan ± 2 mikron.
130
c. Electrical & Mechanical
Pemasangan komponen dan proteksinya Pada proses ini dilakukan pemasangan komponen-komponen sistem kelistrikan dan komponen tambahan untuk permesinan dapat dilihat pada Gambar V.25. Contoh pemasangan komponen pada electric line hauler , yaitu: on/off switch, electric plugs, kabel listrik, dll. Berikut adalah rincian dari proses pemasangan komponen: Komponen yang menghasilkan panas yang lebih diletakkan pada bagian atas peralatan tangkap sehingga tidak menyebabkan panas pada komponen lainnya. Untuk
kondisi
tertentu
penempatan
komponen
dapat
dikonsultasikan dengan pemilik kapal Jarak antar komponen sesuai dengan rekomendasi dari pembuat komponen Penataan jalur kabel kelistrikan dan saluran cairan untuk permesinan hydrolik Komponen yang terbuka harus diberi pelindung dari sentuhan langsung Pemberian pelindung tidak boleh menghambat dalam proses operasi Pelindung konduktor/busbar menggunakan bahan non magnetik untuk menghindari panas dari efek arus eddy
Koneksi sistem Pada proses ini dilakukan koneksi pada setiap komponen yang terpasang agar dapat terintegrasi dengan baik sesuai dengan perencanaan. Berikut adalah rincian dari koneksi sistem: Sebelum melakukan koneksi sistem pastikan komponen-komponen yang akan dikoneksikan terpasang sesuai dengan perencanaan Luas penampang kabel harus disesuaikan dengan arus yang dialiri Kabel tidak boleh menyentuk konduktor aktif untuk menghindari kenaikan temperature
131
Gambar V.25 Persiapan komponen permesinan
4. Pengujian produk Sebelum produk dikirim ke pihak owner, produk dioperasikan terlebih dahulu di pabrikan untuk memastikan koneksi sistem, mesin, penggulung dan lain-lain bekerja dengan baik. Pengujian dilakukan melalui 2 tahap yakni function & running test dan pulling test. Berikut penjelasan dari pengujian yang dilaksanakan :
a. Functiont & Running Test Berikut adalah penjabaran dari function & running test: Jalankan mesin, pengecekan semua koneksi tiap komponen bekerja, tidak ada kebocoran, semua switch bekerja, brake untuk net drum dapat bekerja, dan lain-lain Pengecekan motor berputar dengan baik atau tidak tanpa ada hambatan Pengecekan dengan menggunakan tali kawat pada drum dan line spool, apakah drum atau line spool dapat menggulung dengan baik atau tidak Perlakuan intermittent function testing, dimana produk dinyalamatikan dengan jeda beberapa waktu secara berulang-ulang. 132
b. Pulling test Berikut adalah penjabaran dari pulling test : Pengetesan dapat dilakukan outdoor atau indoor, usahakan lokasi yang luas agar pengetesan dapat menyerupai kondisi asli Persiapan pembebanan untuk pengujian, dimana bobotnya diusahakan sama seperti saat operasi penangkapan dilakukan. Jalankan mesin dan perhatikan apakah produk dapat bekerja dan menarik dengan baik dengan beban yang ditentukan Untuk mengetahui kemampuan tarikan dari produk, dapat dilakukan dengan menggunakan pull tester, test rig atau semacamnya Mesin dijalankan dan biarkan menarik hingga maksimum. Di layar digital akan muncul kapasitas tarik yang dimiliki produk tersebut.
5. Packaging Produk yang telah dilakukan segala macam rangkaian pengujian dan sebagainya siap untuk dikirim ke pihak pembeli. Untuk menjaga agar kondisi tetap utuh selama pengiriman dilakukan, produk dikemas dengan pelindung baik dari kayu atau baja agar tidak lecet dan rusak.
6. Delivery & Instalation Delivery dilakukan setelah produk menjalani serangkaian pengujian yang dilakukan oleh maker, owner, dan badan klasifikasi. Serah terima produk dilakukan ditempat yang telah ditetapkan dalam kontrak. Serah terima dilaksanakan sesuai dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) yang telah ditetapkan dalam kontrak. Apabila delivery tidak sesuai dengan kontrak, maka pihak maker berkewajiban membayar sanksi sesuai dengan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu pihak owner kapal dengan maker. Selanjutnya instalasi pada kapal yang dituju. Bila pada kontrak disetujui hingga proses instalasi, maka pihak produsen harus menyediakan pekerjanya dalam instalasi produk pada kapal dan pembiayaan instalasi sudah termasuk dalam biaya yang ditentukan sebelumnya.
133
Dari alur produksi yang dijelaskan pada gambar V.21 dan breakdown material tiap produk pada sub bab V.1.2 dibentuk aliran material mentah (raw material) pada flow chart aliran material untuk mengetahui proses lebih detail dan perlakuan material untuk membentuk produk yang diinginkan. Berikut flow chart aliran material yang ditunjukkan pada gambar V.26
Gambar V.26 Flow Chart Aliran Material
Dari gambar V.26 dijelaskan untuk input material mentah berupa pelat diproses mulai dari material preparation, marking, cutting bending & rolling (disesuaikan dengan bentuk frame dari hauler), dan assembly sehingga terbentuk main frame dari tiap hauler. Selanjutnya penambahan input material beli berupa swivel pulley, pulley, dan lain-lain lalu diinstalasi dengan main frame dari hauler sehingga didapatkan produk berupa body part atau main frame akhir dari produk-produk hauler. Selanjutnya body part dikenakan proses pengecatan. Selanjutnya penambahan input permesinan hauler berupa electric motor, engine driven, gear, 134
shaft, dan lain-lain lalu diinstalasi dan dilakukan konfigurasi dari perlengkapan mesin yang terinstalsi agar semua sistem terintegrasi. Selanjutnya dilakukan pengetesan produk untuk mengetahui apakah produk dapat berjalan sesuai dengan spesifikasi. Produk akhir hasil pengetesan telah siap dikirim dan diinstalasi di lokasi yang ditentukan. V.1.4 Pemeriksaan Hasil Produk Untuk mendapat produk yang memiliki kualitas baik dan memenuhi persyaratan, maka diperlukan pengawasan yang sistematis. Berikut adalah mekanisme pengawasan produksi komponen peralatan tangkap pada Tabel V.51 dan Tabel V.52 : Tabel V.51 Cheklist pemeriksaan produk
No.
Design No.
:
Serial No.
:
Product Type
:
Quality Checklist
Y/N
Comments
Person on Duty
Signature& Date
FABRICATION & ASSEMBLY 1
Sambungan komponen 1.1 Kebersihan hasil pengelasan dari spatter 1.2 Kerapihan hasil pengelasan 1.3 Tidak ada gap pada hasil pengelasan 1.4 Kerapatan kuncian antar komponen pada penggunaan mur, baut dan sekrup 1.5 Penguatan komponen dengan main frame
2
Hasil bending tidak boleh ada yang retak
3
Hasil rolling tidak boleh ada yang retak
4
Hasil pemotongan tidak kasar
5
Hasil pemotongan tidak boleh tajam
6
Kesesuain jumlah dan ukuran gear dengan gambar kerja
7
Kesesuaian main frame dengan gambar kerja
8
Mesin yang dipasang sesuai dengan spesifikasi Painting
9
Persiapan permukaan kerja sebelum pengecatan 8.1 Kebersihan permukaan kerja (karat, kotoran dari fabrikasi,dll) 8.2 Permukaan rata/tidak bergelombang
10
Primer coating
11
Intermediate coating
135
12
Top coating
13
Hasil pengecatan Electrical & Mechanical
14
Electrical system 14.1 Koneksi sambungan kabel 14.2 Kerapihan penataan sambungan kabel 14.3 Isolasi/pelindung pada kabel 14.4 Penandaan/label pada kabel 14.5 Kesesuain aksesoris (panel, on/off switch, dll) 14.6 Kerapatan kuncian tiap aksesoris 14.7 Plate Product
15
Hydraulic System 15.1 Kesesuaian aksesoris (wire, transmission gear, break, dll) 15.2 Koneksi penggerak dengan pompa hidrolik 15.3 Kerapatan kuncian/koneksi tiap aksesoris 15.4 Penandaan pada tiap aksesoris 15.5 Plate Product
Design No. Serial No. Product Type
Tabel V.52 Checklist pengujian produk : : :
No
Examination List
1
Function & Running Test 1.1 Motor Running 1.2 Wire Rope Spooling 1.3 Intermittent Function Pulling Test 2.1 Duty Pulling 2.2 Kemampuan Tarik
2
Y/N
Comment
Person on Duty
Signature&Date
V.1.5 Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin yang digunakan dalam industri manufaktur komponen peralatan tangkap bergantung pada proses yang terjadi dalam pembuatan produk manufakturnya. Peralatan dan mesin tersebut dibagi kedalam beberapa bengkel kerja sesuai dengan fungsinya. Selain mesin dan peralatan produksi juga dibutuhkan peralatan untuk handling untuk
136
memposisikan komponen diatas sebuah alat kerja serta peralatan transport untuk memindahkan produk antar bengkel dan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Jenis teknologi dan peralatan yang dipilih nantinya akan mempengaruhi tingkat investasi. Mesin dan peralatan yang lebih canggih tentunya akan memakan biaya investasi yang semakin besar pula. Setiap alat yang dibutuhkan untuk membuat masing-masing komponen adalah sama, namun berbeda dari segi produksi. Peralatan dan mesin yang akan ada dalam industri komponen pendingin akan dibagi ke dalam 3 jenis berdasarkan fungsinya, yaitu: Peralatan Desain Peralatan Produksi (Manual dan Semi Otomatis) Peralatan Angkut Berikut ini adalah peralatan dan mesin yang dibutuhkan untuk pengembangan industri komponen cold storage: 1. Peralatan Desain Tahap pertama dalam membuat komponen peralatan tangkap untuk kapal ikan adalah desain. Pada tahap ini, produk akan dirancang dalam bentuk digital sehingga calon pemilik dapat melihat dan memberi masukan beserta koreksi. Komponen yang akan dibuat juga dirancang pada tahap ini dengan menggunakan bantuan software untuk produk industri. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah komunikasi antara desainer dengan bagian produksi mengenai produk yang akan dibuat. Proses desain produk secara umum dibagi menjadi tiga langkah, yaitu: Penentuan desain produk, pembuatan desain produk, dan pembuatan gambar kerja. Langkah pertama untuk penentuan desain produk dimulai dari dimensi (panjang, lebar, dan tinggi). Penentuan dimensi ini bertujuan untuk memastikan produk yang akan dibuat sesuai spesifikasi dari pemilik kapal. Langkah berikutnya adalah membuat bentuk 3D dari komponen peralatan tangkap dengan menggunakan Solidworks 3D. Gambar 3D produk inilah yang kemudian menjadi acuan untuk pembuatan gambar kerja di tahap berikutnya. Gambar kerja akan digunakan pihak produksi untuk membuat komponen yang dibutuhkan untuk merangkai sistem pendingin di dalam ruang muat kapal ikan. Tahap desain ini memerlukan perlengkapan penunjang berupa: Personal Computer, Software Solidworks, dan Software AutoCAD. Berikut ini adalah alat penunjang yang dibutuhkan dalam proses desain komponen ruangan pendingin:
137
a. Personal Computer
Gambar V.27 Personal Computer (Sumber: www.pricebook.com)
Salah satu alat bantu yang penting digunakan dalam proses desain dewasa ini adalah komputer.. Proses desain ini membutuhkan spesifikasi grafis yang memadai untuk menunjang pekerjaan. Terdapat dua jenis komputer yang dapat digunakan, yaitu PC dan notebook. Dalam industri ini, dibutuhkan komputer yang dapat bertahan saat dipakai untuk waktu yang lama. Juga spesifikasi yang tinggi dengan harga terjangkau mudah didapatkan untuk PC dibanding memilih notebook. Maka dipilihlah personal computer (PC) untuk menunjang hal tersebut. Spesifikasi PC untuk digunakan dalam industri komponen peralatan tangkap kapal ikan dapat dilihat pada Tabel V.53: Brand
Tabel V.53 Spesifikasi CPU LENOVO
Tipe
ThinkCentreE73-DYiF
Operating System
Windows 8
Processor
Intel Core i7 4770S
RAM
16GB
Penyimpan
2TB HDD
Harga
Rp 10.800.000/set (Sumber: www.pricebook.com)
138
Berikut pada Tabel V.54 adalah spesifikasi dari monitor yang akan digunakan: Tabel V.54 Spesifikasi Monitor LG Brand Tipe
LED 20MP47
Tipe Panel
IPS
Ukuran Layar
19.5 inch
Resolusi Layar
1600 x 900 px
Tipe Monitor
Light Emitting Diode
Harga
Rp 1.060.000/unit (Sumber: www.pricebook.com)
b. Software Autodesk Fusion 360
Gambar V.28 Tampilan Autodesk Fusion 360 (Sumber : www.autodesk.com)
Perangkat lunak yang digunakan dalam proses desain adalah Autodesk Fusion 360. Perangkat lunak ini memungkinkan proses desain dengan tingkat akurasi yang tinggi. Model tiga dimensi yang ditampilkan dapat mempermudah pemilihan bentuk dan warna dari produk yang akan dibuat. Keluaran dari software ini juga dapat di-import ke dalam AutoCAD untuk pengembangan model menjadi gambar kerja. Perangkat lunak ini memberikan sistem manajemen data terpadu untuk menjamin keamanan data proyek dan melacak semua perubahan desain yang terjadi selama proses pengerjaan. Berikut pada Tabel V.55 adalah spesifikasi Autodesk Fusion 360 yang akan digunakan dalam indsutri:
139
Tabel V.55 Spesifikasi Autodesk Fusion 360 AUTODESK Publisher Software Feature
Fusion 360
Freeform Modeling and Sculpting
Solid Modeling
Parametric Modeling
Simulation
and
Engineering
Testing Harga
Assembly and Modeling
$ 300/year Rp 3.900.000/tahun (Sumber: knowledge.autodesk.com)
c. Software Autodesk AutoCAD
Gambar V.29 Tampilan AutoCAD 2017 (Sumber: www.tensoftwares.com)
Perangkat lunak berukutnya yang digunakan untuk proses desain adalah AutoCAD. Software ini dipilih karena fungsinya yang banyak dan mudah untuk digunakan semua kalangan. Keluaran dari software ini pun dapat dijadikan berbagai format agar memudahkan dalam komunikasi antara desainer dan klien. AutoCAD dapat membuat model 2D maupun 3D dari suatu benda maupun rancangan sistem. Gambar kerja untuk produksi juga dapat digunakan dengan software ini dengan detail dan ukuran yang presisi dari setiap bagian dari produk. Berikut pada Tabel V.56 adalah spesifikasi dari AutoCAD yang akan digunakan dalam industri:
140
Tabel V.56 Spesifikasi Autodesk AutoCAD 2017 AUTODESK Publisher Software
AutoCAD 2016
Feature
2D
and
3D
Engineering
Design
Harga
Smart Dimensioning
High Compatiblity Software
Surface Analysis
Technical Drawing
$ 1.400/year Rp 18.200.000/tahun (Sumber: www.novedge.com)
2. Peralatan dan Mesin untuk Proses Produksi Tahap desain akan menghasilkan gambar kerja untuk dibuat bentuk nyata suatu produk industri. Gambar kerja tersebut dapat dikerjakan dengan bantuan perlatan dan mesin produksi. Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan komponen peralatan tangkap kapal ikan dibagi ke dalam 2 jenis sesuai fungsi kerjanya, yaitu: Alat Manual dan Mesin Semi-Otomatis. Berikut ini adalah spesifikasi dari peralatan dan mesin yang dibutuhkan dalam proses produksi komponen ruang pendingin kapal ikan: a. Alat Manual (hand tools) Proses produksi yang harus dilewati untuk menghasilkan suatu produk membutuhkan peralatan dasar yang digunakan untuk membantu karyawan dalam pekerjaannya. Kelengkapan peralatan yang akan digunakan dapat mendukung tingkat presisi untuk memenuhi prinsip ketepatan dan keakuratan pembuatan komponen peralatan tangkap. Peralatan yang dibutuhkan akan dibagi ke dalam 3 jenis berdasarkan fungsi utamanya, yaitu: Alat Ukur, Alat Penanda, dan Alat Pendukung. Berikut ini adalah daftar peralatan tersebut: 1. Alat Ukur (Measuring Tool) Alat ukur adalah peralatan kerja yang digunakan untuk mengukur panjang dan lebar dari suatu benda kerja sesuai arahan gambar kerja, diantaranya adalah mistar, penggaris siku, dan meteran.
141
2. Alat Penanda (Marking Tool) Alat penanda adalah peralatan kerja yang digunakan untuk menandai hasil pengukuran agar dapat dibedakan mana bagian yang akan dipotong, dilipat, maupun ditempeli komponen lain. Penanda yang digunakan haruslah yang tidak mudah hilang saat tersapu. Setiap permukaan material mempunyai alat penanda yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar tanda yang ditorehkan terlihat jelas dan tidak mudah hilang selama proses pengerjaan untuk mencapai tujuan ketelitian. Alat penanda yang dibutuhkan diantaranya adalah spidol, pensil, pulpen, dan kapur tulis. 3. Alat Pendukung (Supporting Tool) Alat pendukung adalah alat yang membantu proses pembersihan hasil kerja, menyempurnakan sambungan, mengecek mutu bahan, mengecek kontur, dan memeriksa kecukupan dimensi. Alat pendukung yang dibutuhkan adalah sikat baja, palu las, palu biasa, gunting, kalkulator, kunci kombinasi, kunci L, kunci moment, tang kombinasi, obeng dan pisau cutter. b. Mesin dan Alat Semi-Otomatis Alat-alat berikut ini dibutuhkan untuk ditempatkan di dalam industri komponen peralatan tangkap kapal ikan. Beberapa alat kemudian akan ditempatkan di bengkel yang khusus mengerjakan pekerjaan tertentu. Alat lainnya akan difungsikan sesuai peruntukannya dalam proses produksi. 1) Mesin Rol Mesin Rol digunakan untuk menggulung pelat sehingga membentuk profil kurva lingkaran. Mesin ini dapat digunakan untuk membuat kaki pada line hauler dan combined net and line hauler. Juga dapat digunakan untuk pembuatan spool atau drum pada produk net drum.
Gambar V.30 Mesin Rol (Sumber: www.alibaba.com)
142
Berikut pada Tabel V.57 adalah spesifikasi mesin rol: Tabel V.57 Spesifikasi Mesin Rol SM-MCR2508 Item Name Merek
SteelMaster
Lebar Maksimal
2550 mm
Ketebalan Maksimal
8 mm
Daya utama
5500 Watt/415 Volt
Harga
$ 17.680 (include shipping) Rp 175.700.000 (Sumber: www.alibaba.com)
2) Mesin Potong
Gambar V.31 Mesin Potong Pelat (Sumber: www.exapro.com)
Alat ini digunakan untuk memotong pelat-pelat baja yang sudah melewati mesin rol. Pelat yang digunakan dalam main frame dari produk peralatan tangkap dimana memiliki ketebalan 4 mm – 8 mm. Berikut pada Tabel V.58 adalah spesifikasi alat pemotong pelat:
143
Tabel V.58 Spesifikasi Mesin Potong
Item Name
Hydraulic Shearing Machine
Tipe
Korpleg CPN 310
Lebar Maksimal
3200 mm
Ketebalan Maksimal
10 mm
Ram Stroke
7-35 n/min
Berat Unit
8200 kg
Dimensi
3900 x 2100x 1850 mm
Harga
€25,600/set Rp 344.000.000/set (Sumber: www.exapro.com)
3) Mesin Bending Hidrolik
Gambar V.32 Hydraulic Bending Machine (Sumber: www.aliexpress.com)
Alat penekuk digunakan untuk menekuk pelat logam sesuai kebutuhan poduksi. Sudut yang biasa dibentuk adalah 90o untuk membuat siku pada produk industri. Mesin ini juga banyak digunakan dalam industri karoseri, pembuatan panel listrik, rumah lampu, dan kitchen set. Sumber tenaga untuk menekukkan pelat pada alat ini adalah hidrolik. Berikut pada Tabel V.59 adalah spesifikasi mesin bending hidrolik:
144
Tabel V.59 Spesifikasi Mesin Bending Hidrolik
Brand
HARSLE
Tipe
WC67Y-125
Lebar Maksimal
3200 mm
Sumber power
Hidrolik
Daya Tekan
up to 1250 kN
Slider Travel
120 mm
Work Speed
15 mm/sec
Rotate Speed
31.5 Mpa
Power Requirement
380V; 50Hz
Dimensi
2200 x 1300 x 1900 mm
Harga
$ 11.000/unit Rp 143.000.000/unit (Sumber: www.aliexpress.com)
4) Abrasive Cutoff Machine
Gambar V.33 Abrassive Cutoff Machine (Sumber: www.alibaba.com)
Alat ini biasa disebut dengan cutting wheel. Fungsinya adalah memotong pelat, profil, dan pipa dengan menggunakan piringan pisau yang berkontur kasar seperti amplas, namun bedanya alat ini difungsikan untuk membelah material. Jadi benda kerja terpotong dikarenakan permukaan kasar dari piringan tersebut berputar dengan cepat sehingga membelah material.. Berikut pada Tabel V.60 adalah spesifikasi dari abrasive cutoff machine yang akan digunakan:
145
Tabel V.60 Spesifikasi Abrassive Cutoff Machine BOSCH Brand Tipe
3814
Diameter Pisau
14 inch
Daya
15 A
Kedalaman Pemotongan
6 inch
Panjang Pemotongan
11.25 inch
Kecepatan Putaran
3.100 rpm (no load)
Voltase
120V
Berat
21 kg
Spindle Thread
5/8-11 UNC
Dimensi
11.25” x 5”
Harga
$ 145/unit Rp 1.885.000/unit (Sumber: www.alibaba.com)
5) Mesin Gerinda Tangan
Gambar V.34 Mesin Gerinda Tangan (Sumber: indonesian.alibaba.com)
Mesin Gerinda adalah alat kerja yang umum digunakan dalam sebuah bengkel dan industri. Pengoperasiannya cukup mudah dan dilakukan oleh satu pekerja, namun harus menggunakan peralatan keselamatan untuk mencegah kecelakaan kerja. Alat ini dapat dipakai untuk menghaluskan hasil pemotongan, merapikan hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan permukaan benda kerja untuk dilas, dan menghaluskan benda keras seperti aluminium dan stainless steel. Blade yang dapat diganti dari mata amplas menjadi pisau, membuat alat ini menjadi multifungsi sehingga dapat juga digunakan sebagai alat pemotong pipa-pipa kecil. Berikut pada Tabel V.61 adalah spesifikasi dari mesin gerinda tangan: 146
Tabel V.61 Spesifikasi Mesin Gerinda Tangan MEIRI Brand Tipe
MR-R100B
Kecepatan
8200 rpm
Daya Listrik
670 Watt; 220 V; 50Hz
Berat Unit
3.5 kg
Tebal Blade
up to 3 mm
Sudut Chamfering
45o
Diameter Blade
100 mm
Panjang Unit
6 inch
Harga
$ 36/unit Rp 468.000/unit (Sumber: indonesian.alibaba.com)
6) Mesin Bor
Gambar V.35 Mesin Bor Meja (Sumber: www.aliexpress.com)
Mesin bor digunakan untuk membuat lubang pada permukaan pelat logam maupun kayu sampai diameter 16 mm. Dudukan yang kokoh untuk melubangi berbagai permukaan material membuatnya semakin banyak digunakan pada banyak industri. Tuas yang tersedia dapat digunakan untuk mengatur tekanan mata bor ke permukaan yang akan dibuat lubang. Berikut pada Tabel V.62 adalah spesifikasi mesin bor yang akan digunakan:
147
Brand
Tabel V.62 Spesifikasi Mesin Bor Meja HARSLE
Tipe
HS
Diameter Bor Maksimal
12-40 mm
Tinggi Mata Bor ke Meja
70 – 410 mm
Spindle Speed Range
250 – 3200 rpm
Table Size
500 x 200 mm
Daya Listrik
750 Watt
Berat Unit
260 kg
Dimensi
850 x 1780 x 1200 mm
Harga
$ 124/unit Rp 1.612.000/unit (Sumber: www.aliexpress.com)
7) Hand Drill
Gambar V.36 Electric Hand Drilling Machine (Sumber: indonesian.alibaba.com)
Bor ini tidak digunakan diatas meja, melainkan dipegang oleh operator dan langsung diarahkan ke permukaan yang akan diberi lubang. Penggunaannya dalam industri komponen ruangan pendingin diantaranya adalah melubangi panel insulasi untuk pemasangan skrup, melubangi pelat baja untuk perakitan komponen, dan memasang skrup pada pipa-pipa evaporator yang ada di dalam ruangan muat kapal ikan. Berikut pada Tabel V.63 adalah spesifikasi dari electric hand drilling machine yang akan digunakan dalam industri komponen peralatan tangkap.
148
Tabel V.63 Spesifikasi Electric Hand Drill BOSCH Brand Tipe
GBM-350
Kecepatan Rotasi
2800 rpm
Diameter Mata Bor
up to 10 mm (steel) up to 20 mm (kayu)
Input Power
350W
Voltase
240 V
Berat Unit
1.2 kg
Dimensi (P x T)
220 x 189 mm
Harga
$ 35/unit Rp 455.000/unit (Sumber: indonesian.alibaba.com)
8) Bench Vice Clamp
Gambar V.37 Bench Vice Clamp (Sumber: www.alibaba.com)
Alat ini merupakan salah satu jenis clamp yang biasa digunakan dalam industri. Kegunaannya adalah menjepit benda kerja agar mudah untuk digerinda maupun diamplas. Biasanya unit dipasang di pinggiran meja kerja agar dekat dengan sumber listrik untuk menyuplai listrik ke gerinda maupun mesin bor. Pipa evaporator yang akan dibengkokan juga dipegang oleh alat ini. Berikut pada Tabel V.64 adalah spesifikasinya:
149
Tabel V.64 Spesifikasi Vice Clamp OLIMA Nama Tipe
8910
Ukuran
10”
Lebar Jaws
300 mm
Harga
$ 40/unit Rp 520.000/unit
(Sumber: www.alibaba.com)
9) Mesin Amplas
Gambar V.38 Mesin Ampelas (Sumber: www.aliexpress.com)
Mesin Amplas digunakan untuk membersihkan dan meratakan permukaan benda agar tidak ada bagian permukaan kasar yang akan mengganggu pekerjaan. Material yang dapat diproses oleh alat ini adalah kayu dan logam. Alat ini merupakan pengembangan dari amplas konvensional yang biasa dipakai manual, sehingga pekerjaan mengamplas dapat dilakukan dengan lebih cepat untuk menghemat waktu dan tenaga. Berikut pada Tabel V.65 adalah spesifikasi mesin amplas yang akan digunakan:
150
Tabel V.65 Spesifikasi Mesin Ampelas rima Brand Tipe
CP-1
Diameter Sand Pad
127 mm
Orbits per Minutes
9000 rpm
Input Power
180 Watt
Voltase
220 V
Frekuensi
50-60 Hz
Panjang Kabel
2m
Berat Unit
1.2 kg
Harga
$ 49.80/piece Rp 673.000/buah (Sumber: www.aliexpress.com)
10) Mesin Las SMAW
Gambar V.39 Mesin Las SMAW (Sumber: wholesaler.alibaba.com)
Mesin las digunakan untuk menyambung material logam dengan cara melelehkan sebagian logam induk dengan sebagian logam pengisi untuk menghasilkan sambungan yang kontinu. Mesin las yang digunakan dalam industri komponen peralatan tangkap adalah mesin las SMAW untuk menyambung bagian-bagian logam pada komponen. Berikut Tabel V.66 adalah spesifikasi mesin las yang akan digunakan dalam industri ini:
151
Tabel V.66 Spesifikasi Mesin Las SMAW TOPWELL Brand Tipe
PROTIG-250Di
Pilot Arc Current
5 - 250 A
Duty Cycle
60%
Pulse Frequency
0.2-20 Hz
Open Circuit Voltage
60 V
Power
7.4 – 10 kVA
Voltase
230 V + 15%
Berat Unit
15 kg
Dimensi
410 x 190 x 305 mm
Harga
$ 659/unit Rp 8.567.000/unit (Sumber: wholesaler.alibaba.com)
11) Mesin Las GTAW
Gambar V.40 Mesin Las GTAW (Sumber: id.aliexpress.com)
Mesin las digunakan untuk menyambung material logam dengan cara melelehkan sebagian logam induk dengan sebagian logam pengisi untuk menghasilkan sambungan yang kontinu. Mesin las yang digunakan untuk material aluminium adalah mesin las GTAW untuk
152
menyambung bagian-bagian logam pada komponen. Berikut pada Tabel V.67 adalah spesifikasi mesin las yang akan digunakan dalam industri ini: Tabel V.67 Spesifikasi Mesin Las GTAW HWELD Brand Tipe
520CTM
Pilot Arc Current
10 - 200 A
Duty Cycle
60%
Open Circuit Voltage
60 V
Power
5.4 kVA
Voltase
220 V
Berat Unit
15 kg
Dimensi
375 x 152 x 305 mm
Harga
$ 327.50/unit Rp 4.426.000/unit (Sumber: id.aliexpress.com)
12) Kompresor Udara
Gambar V.41 Kompresor Udara (Sumber: www.kawanlama.com)
Kompresor berfungsi untuk menghasilkan tekanan udara yang baik dan bersih selama proses pengecatan. Lubang hisap udara dilengkapi dengan filter untuk mencegah masuknya debu dan kotoran dari luar. Berikut pada Tabel V.68 adalah spesifikasi dari kompresor udara yang akan digunakan:
153
Tabel V.68 Kompresor Udara KRISBOW Brand Tipe
10029557
Bahan
Steel
Power
1 HP/0.75 kW
Voltase
220 V
Frekuensi
50 Hz
Volume Tangki
60 liter
Air Displacement
80 liter/min
Tekanan Kerja
8 bar/115 psi
Berat Unit
80 kg
Dimensi
970 x 450 x 820 mm
Harga
Rp 5.846.000/unit
(Sumber: www.kawanlama.com)
13) Spray Gun
Gambar V.42 Spray Gun (Sumber: www.alibaba.com)
Proses pelapisan (coating) komponen dilakukan selain untuk mencegah korosi, juga untuk memberikan warna pada komponen yang telah selesai dibuat. Berikut pada Tabel V.69 adalah spesifikasi spray gun yang akan digunakan dalam industri komponen peralatan tangkap kapal ikan:
154
Tabel V.69 Spesifikasi Spray Gun NAVITE Brand Tipe
NA2002F
Volume
600 ml
Ikuran Nozzle
1.4 mm
Tekanan
20-50 psi
Air Consumption
7.5 litre/min
Air Inlet
1/4” NPT
Dimensi
68 x 22 x 28 mm
Harga
$ 15/piece Rp 195.000/buah (Sumber: www.alibaba.com)
3. Peralatan Angkut Selama proses produksi, bahan baku dari gudang penyimpanan harus dipindahkan ke workshop dan bengkel sesuai jadwal pekerjaan. Beberapa bagian tidak selalu dapat diangkat menggunakan tenaga manusia, ada beberapa bagian besar yang perlu diangkat dengan bantuan mesin. Komponen yang telah setengah jadi juga harus diangkut dari satu tahap ke tahap berikutnya. Komponen dari bengkel yang telah selesai dibuat juga perlu diangkut untuk dirakit menjadi satu komponen utuh. Dibutuhkan alat angkut khusus untuk memindahkan barangbarang dan komponen setengah jadi tersebut. Alat angkut yang dibutuhkan adalah Forklift, Hydraulic Lifter, dan Overhead Crane. Ketiga alat ini memiliki fungsi yang sama yaitu untuk memindahkan barang, perbedaannya terletak pada fungsi daerah kerjanya. Berikut ini adalah alat angkut yang akan digunakan dalam industri komponen peralatan tangkap kapal perikanan: a. Forklift
Gambar V.43 Forklift Kapasitas 5 ton (Sumber: www.alibaba.com)
155
Forklift digunakan untuk mengangkut bahan baku dari gudang ke workshop dan ruangan produksi dimana alat ini dioperasikan oleh satu pekerja. Area kerja forklift ini adalah seluruh kawasan produksi dalam industri ini. Jadi operatornya memiliki akses untuk mengoperasikan alat ini diseluruh ruangan produksi untuk proses pemindahan barang. Berikut pada Tabel V.70 adalah spesifikasi dari forklift yang akan digunakan dalam industri ini: Brand
Tabel V.70 Spesifikasi Forklift UN FORKLIFT
Model
FD30T-E
Kapasitas
3000 kg
Panjang Fork
1070 mm
Lebar Fork
125 mm
Tinggi Maksimal
4070 mm
Kecepatan Pengangkatan
430 mm/s
Sudut Kemiringan
6o / 12o
Power Source
Diesel
Dimensi
2773 x 1225 x 2235 mm
Harga
$ 12.000/unit Rp 156.000.000/unit (Sumber: www.alibaba.com)
b. Stacker Manual
Gambar V.44 Manual Stacker (Sumber: www.alibaba.com)
156
Lain halnya dengan forklift, alat pengangkat ini dioperasikan tidak dengan cara dikendarai, melainkan didorong seperti biasa. Namun dengan kapasitas yang cukup besar, cukup membantu pekerjaan pemindahan material di dalam gudang. Area kerja alat ini adalah di dalam gudang, jadi ketika ada stok komponen yang baru datang dapat diangkut menggunakan alat ini dan langsung disusun dalam rak-rak yang ada di gudang. Berikut pada Tabel V.71 adalah spesifikasi manual stacker yang akan digunakan: Tabel V.71 Spesifikasi Manual Stacker
Brand
HWGK
Model
SYG-I-2016
Kapasitas
2000 kg
Panjang Fork
900 mm
Tinggi Maksimal 90-1600 mm Dimensi
2080 x 1380 mm
Harga
$ 550/set Rp 7.150.000/set
(Sumber: www.alibaba.com)
c. Overhead Crane
Gambar V.45 Overhead Crane (Sumber: www.alibaba.com)
Crane yang digunakan adalah tipe gantry overhead. Jadi crane dapat beroperasi di seluruh ruangan produksi karena terdapat tiang penyangga yang menopang serta dapat bergerak kearah manapun di dalam ruangan. Penggunaannya akan difokuskan pada penanganan material, 157
barang setengah jadi, barang jadi, dan pengemasan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan mempersingkat waktu pemindahan barang dari satu bengkel ke bengkel berikutnya dan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Berikut pada Tabel V.72 adalah spesifikasi dari overhead crane yang akan digunakan: Tabel V.72 Spesifikasi Overhead Crane
Brand
DEMAG EPDE/EKDE
Model
Suspension Crane
Kapasitas Angkat
8 ton
Max
long
travel
speed
40 m/ min
Max lifting speed
12.5 m/min
Rentang
up to 30 m
Lifting Mechanism
Electric hoist
Harga
$ 20.000/set Rp 274.520.000/set (Sumber: www.alibaba.com)
d. Mobile Gantry Crane
Gambar V.46 Mobile Gantry Crane (Sumber: www.alibaba.com)
Crane yang digunakan adalah tipe mobile gantry overhead. Jadi kontruksi crane dapat berpindah sesuai lokasi aktivitas produksi. Penggunaannya akan difokuskan pada proses assembly. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan mempersingkat waktu 158
perakitan barang yang memiliki bobot besar. Berikut pada Tabel V.73 adalah spesifikasi dari mobile gantry crane yang akan digunakan: Tabel V.73 Spesifikasi Mobile Gantry Crane KIWI CRANE Brand Model number
MH
Kapasitas Angkat
3 ton
Rated Lifting Moment
100 kN
Tinggi Maksimal
6m
Lifting Mechanism
Electric hoist
Harga
$ 1.200/set Rp 16.216.000/set (Sumber: www.alibaba.com)
V.1.6 Kapasitas Produksi Perencanaan kapasitas produksi dilakukan untuk mengetahui besarnya kemampuan dari industri pendukung peralatan tangkap kapal ikan menghasilkan produk dengan kualitas dan jumlah tertentu. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan kapasitas produksi adalah kapasitas dari
permesinan dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi,
serta besarnya jumlah permintaan peralatan tangkap kapal. Kapasitas adalah jumlah output maksimum yang dihasilkan oleh suatu fasilitas selama periode waktu tertentu biasanya dinyatakan dalam unit produk yang dihasilkan per satuan waktu. Berikut adalah penjelasan per prosesnya: 1. Desain Target produksi untuk industri peralatan tangkap didapatkan berdasarkan besarnya permintaan maksimum sebanyak 2056 unit dalam setahun sesuai dengan penjelasan pada sub bab 4.2.2. Untuk proses desain membutuhkan waktu rata-rata 2 hari untuk menyelesaikan satu produk peralatan tangkap. Asumsi penyelesaian desain didapatkan dari pengamatan dan asumsi lainnya tidak terdapat permasalahan yang mengakibatkan revisi desain.
159
Tabel V.74 Waktu untuk Proses Desain Satu Unit Peralatan Tangkap
Waktu Penyelesaian Desain satu Peralatan tangkap
Desainer 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Peralatan tangkap dalam satu Tahun (Unit)
1 1 1 1 1 1 1 1 1
260 520 780 1040 1300 1560 1820 2080 2340
Catatan: Asumsi dalam satu tahun = 260 hari kerja Diketahui: 1 desainer dapat menyelesaikan 1 desain peralatan tangkap dalam waktu 2 hari dan asumsi dalam satu bulan 25 hari kerja. Contoh: untuk 2 desainer Jumlah peralatan tangkap dalam satu tahun = (jumlah hari kerja/waktu penyelesaian)*jumlah desainer. Sehingga didapatkan: (260/1) x 2 = 520, dilakukan pembulatan kebawah sehingga 2 desainer dapat menyelesaikan 520 desain peralatan tangkap dalam setahun. Jadi setidaknya dibutuhkan pekerja pada proses desain adalah 9 orang, untuk mendesain 2312 desain peralatan tangkap. 2. Tahap Fabrikasi dan Perakitan Untuk proses pada tahap fabrikasi dan assembly terdiri dari: perhitungan dimulai berdasarkan jumlah permintaan peralatan tangkap hasil dari forecasting, dilanjutkan dengan perhitungan konsumsi material yang digunakan, kemudian menentukan jumlah mesin yang digunakan dalam hal ini adalah cutting machine, bending machine, rolling machine dan welding machine. Berikut adalah penjabarannya: Tabel V.75 Jumlah permintaan peralatan tangkap per tahun No. 1 2 3 4
Nama produk
Jumlah Produksi per Tahun (unit)
Net Hauler Line Hauler Combined Net & Line Hauler Power Block Total Jumlah Produk
874 874 356 208 2312
Berdasarkan Tabel V.75 diatas, permintaan 2.312 unit terdiri dari net hauler sebanyak 874unit, line hauler sebanyak 874 unit, combined net & line hauler sebanyak 356 unit, dan power block
160
sebanyak 608 unit. Selanjutnya untuk mendapatkan jumlah lembaran pelat yang digunakan, dihitung perkiraan luasan dari produk yang didapat dari referensi-referensi produk permesinan tangkap dan dibandingkan dengan luasan dan ukuran pelat yang ada di pasaran. Berikut kebutuhan lembaran pelat tiap produk pada tabel V.76 :
No 1 2 3
Tabel V.76 Jumlah Kebutuhan Lembaran Pelat Tiap Produk Jenis Ukuran Total Luasan Pelat Pelat yang Kebutuhan Jenis Produk per Lembar dipakai per Luasan Pelat (cm2) Lembar (cm2) Electric Line Hauler Pelat 4 mm 4'x8' 29724,096 24200 Hydraulic Line Hauler Pelat 4 mm 4'x8' 29724,096 25680 Combined Line & Pelat 4 mm 4'x8' 29724,096 28200 Net Hauler
4
Hydraulic Net Hauler
5
Powerblock
Pelat 4 mm 4'x8' Pelat 6 mm 4'x8' Pelat 4 mm 4'x8' Pelat 6 mm 4'x8'
29724,096 29724,096 29724,096 29724,096
35200 32400 23600 15200
Jumlah Lembaran Pelat yang Dibutuhkan 1 1 1 2 2 1 1
Berdasarkan data yang tersebut selanjutnya dibutuhkan data berat konsumsi baja yang digunakan. Untuk data pemakaian baja tiap produk dijelaskan berikut ini : Tabel V.77 Berat Konsumsi Pemakaian Pelat tiap produk N o 1 2 3 4
Nama Produk
Line hauler Combined line & net hauler Power Block Net Hauler Total konsumsi
Material yang terpakai (lembar pelat)
Berat Pelat yang Terpakai per Produk(kg)
Berat Pelat yang Terpakai per Produk (ton)
93,32
0,09332
Pelat 4 mm 1
Pelat 6 mm -
1
-
93,32
0,09332
1 2
1 2
234,32 466,64 887,6
0,23432 0,46664 0,8876
5
3
Material yang terpakai pada Tabel V.77 didapatkan berdasarkan perhitungan dari tabel sebelumnya. Untuk baja 4 mm dengan ukuran 4’x 8‘ memiliki berat 93.32 kg/lembar dan baja 6 mm dengan ukuran 4’x 8‘ memiliki berat 140 kg/lembar. Contoh perhitungan: Line hauler, material yang terpakai adalah baja 4 mm sebanyak 1. Untuk baja 4 mm: 1 x 93.32 kg = 93.32 kg atau 0.09332 ton.
161
No. 1 2 3 4
Tabel V.78 Konsumsi material untuk setiap produk per tahun Berat Pelat yang Lembar Pelat Nama produk Terpakai Per tahun Yang Terpakai (ton) Line Hauler 81,56168 874 Combined Net & Line Hauler 33,22192 356 Power Block 48,73856 416 407,84336 3496 Net Hauler Total 571,36552 5142
Tabel V.78 diatas didapatkan dari hasil perkalian antara konsumsi material per produk dengan jumlah permintaan per tahun. Contoh: line hauler, jumlah permintaan 874 buah, konsumsi material baja 4 mm 1 lembar. Untuk berat baja pertahun: 0.09332 x 874 = 81,56168 ton. Untuk lembar pelat pertahun: 1 lembar baja 4 mm x 333 = 874 lembar pelat. Berdasarkan perhitungan tersebut maka langkah selanjutnya adalah penentuan jumlah mesin dan jumlah perkerja. Berikut perhitungan yang dilakukan. 1. Perhitungan di Area Fabrikasi dan Perakitan Tabel V.79 Perhitungan untuk Cutting Machine CUTTING MACHINE Kapasitas Mesin (T) : Berat Baja Total (Wtot) : Ukuran Pelat : : Total Kebutuhan Pelat : maka, dalam 1 hari dapat menghasilkan (P) : Berat baja : Waktu Pengerjaan : Jam Kerja Mesin (D) : Jam Orang : Koefisien Mesin (E) :
5 menit/lembar 571,37 ton 6 mm x 4' x 8' 0,14 ton/lembar 5142 lembar 20 lembar/hari 2,768769231 ton/hari 260 hari 6 jam/hari 8 jam/hari
E=1: Jumlah Mesin :
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
𝐷
0,79
N= = =
𝐷
diasumsikan pemakaian pelat terbesar yang akan dipakai
Keterangan : DT = down time dari sebuah mesin tiap harinya ST = set-up untuk setiap operasi
𝐷 𝐸
0,346963563 mesin 1 mesin Operator: Helper:
1 orang 1 orang
Perhitungan untuk jumlah cutting machine adalah 1 unit yang membutuhkan 2 pekerja yakni satu operator dan satu helper.
162
Tabel V.80 Perhitungan untuk Overhead Crane OVERHEAD CRANE 5 TON Waktu Pengerjaan : 260 hari Waktu pekerja : 8 jam/hari menit/lembar Kecepatan Mesin (T): 10 jam/lembar : 0,17 diasumsikan ukuran pelat : 6 mm x 4' x 8' pemakaian plat : 2,4384 m terbesar yang akan dipakai : 0,14 ton/lbr jumlah kebutuhan pelat : 5142 lembar Panjang Total Pelat : 12538,2528 m Beban kerja mesin (D) : jam/hari 8 maka, dalam 1 hari (P) : 48 m : 20 lembar Koefisien Mesin ( E ): Keterangan : 𝐷 E=1DT = down time dari sebuah mesin 𝐷 tiap harinya : 0,83 ST = set-up untuk setiap operasi Total Kebutuhan Mesin :
N=
: ≈
𝐷
𝐸
0,494 1
mesin mesin
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
Operator : Rigger :
1 orang 1 orang
Perhitungan untuk jumlah overhead crane adalah 1 unit yang membutuhkan 2 pekerja yakni satu operator dan satu rigger. Tabel V.81 Perhitungan untuk Bending Machine BENDING MACHINE Waktu Pengerjaan : 260 hari Waktu pekerja : 8 jam/hari menit/lembar Kecepatan Mesin (T): 8 : 0,14 jam/lembar Ukuran pelat : 6 mm x 4' x 8' diasumsikan pemakaian : 2,4384 m pelat terbesar yang akan dipakai : 0,14 ton/lbr Jumlah kebutuhan pelat : 5142 lembar Panjang Total Pelat : 12538 m Beban kerja mesin (D) : jam/hari 6 maka, dalam 1 hari (P) : 48 m : 20 lembar Koefisien Mesin ( E ): Keterangan : 𝐷 DT = down time dari sebuah mesin E=1𝐷 tiap harinya : 0,79 ST = set-up untuk setiap operasi Total Kebutuhan Mesin :
N=
: ≈
𝐷
𝐸
0,58 1
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
mesin mesin Operator : Helper :
1 orang 1 orang
Perhitungan untuk jumlah bending machine adalah 1 unit yang membutuhkan 2 pekerja yakni satu operator dan satu helper. 163
Tabel V.82 Perhitungan untuk Rolling Machine ROLLING MACHINE Waktu Pengerjaan : 260 hari Waktu pekerja : 8 jam/hari menit/lembar Kecepatan Mesin (T): 8 : 0,14 jam/lembar Ukuran pelat : 6 mm x 4' x 8' diasumsikan pemakaian : 2,4384 m pelat terbesar yang akan dipakai : 0,14 ton/lbr Jumlah kebutuhan pelat : 5142 lembar Panjang Total Pelat : 12538 m Beban kerja mesin (D) : 6 jam/hari maka, dalam 1 hari (P) : 48 m : 20 lembar Koefisien Mesin ( E ): Keterangan : 𝐷 DT = down time dari sebuah mesin E=1𝐷 tiap harinya : 0,79 ST = set-up untuk setiap operasi Total Kebutuhan Mesin :
N=
: ≈
𝐷
𝐸
0,58 1
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
mesin mesin Operator : Helper :
1 orang 1 orang
Perhitungan untuk jumlah rolling machine adalah 1 unit yang membutuhkan 2 pekerja yakni satu operator dan satu helper. Tabel V.83 Perhitungan untuk Welding Machine WELDING MACHINE Produktivitas Bengkel : 50 kg/JO : 0,05 ton/JO 1 JO : 0,4 ton Total Berat Baja : 571,37 ton berat baja perlembar : 0,1 ton/lbr Waktu Pengerjaan : 260 Hari maka dalam sehari dihasilkan : 2 ton/hari 2197,6 kg/hari jam orang : 8 jam/hari Duty Cycle : 60% 4,8 jam/hari Jumlah Mesin : 9,2 mesin : 10 mesin Jumlah Pekerja yang dibutuhkan : Operator : 10 orang
Perhitungan untuk jumlah welding machine adalah 10 unit yang membutuhkan 10 welder.
164
2. Perhitungan di Painting Area Tabel V.84 Perhitungan untuk Compressor COMPRESSOR 260 hari Waktu pekerja (t) : 8 jam/hari Kecepatan Mesin (v): 30 menit/lembar : 0,50 jam/lembar (Untuk 2 tahap) : 1,00 jam/lembar Ukuran pelat : 6 mm x 4' x 8' : 2,4384 m/lembar : 0,14 ton/lbr jumlah kebutuhan pelat : 5142 lembar Panjang Total Pelat : 12538 m Beban kerja mesin (T) : 8 jam/hari maka, dalam 1 hari : 48 m : 20 lembar Waktu pengerjaan :
Koefisien Mesin ( E ):
E=1: Total Kebutuhan Mesin :
: ≈
Keterangan : DT = down time dari sebuah mesin tiap harinya ST = set-up untuk setiap operasi
𝐷 𝐷
0,84
N=
𝐷
2,9 3
Jumlah Pekerja yang dibutuhkan :
diasumsikan pemakaian pelat terbesar yang akan dipakai
𝐸
mesin mesin Operator :
3 orang
Perhitungan untuk jumlah compressor adalah 4 unit yang membutuhkan 4 painter.
3. Perhitungan di Outfitting Area Untuk pekerjaan instalasi kelistrikan dan permesinan, produktivitas diukur berdasarkan berapa lama satu produk tersebut diselesaikan oleh satu pekerja. Berdasarkan wawancara dengan salah satu bengkel permesinan bantu perikanan di Lamongan dan pabrik produsen winch di Sidoarjo, untuk satu tim pekerja dapat menyelesaikan seluruh rangkaian instalasi selama 4-5 hari. Maka dilakukan perhitungan sebagai berikut : Tabel V.85 Pehitungan untuk Tahap Electrical & Mechanical ELECTRICAL & MECHANICAL PERHITUNGAN JUMLAH PEKERJA Produktivitas per satu tim pekerja: 4 hari/unit (Asumsi 1 tim berjumlah 2 orang) Total jumlah produk : 2312 unit Waktu Pengerjaan : 260 hari Jam Orang : 8 jam/hari
Jumlah pekerja yang dibutuhkan : (Asumsi 1 tim = 2 pekerja) :
36 tim 72 pekerja
Perhitungan untuk jumlah pekerja di outfitting area yakni berjumlah 72 orang untuk 36 tim. 165
4. Perhitungan di Area Pengujian Untuk pekerjaan pengujian produk diasumsikan satu tim ahli untuk tiap jenis pengujian produk yang dilakukan sehingga untuk wilayah ini jumlah tim ahli adalah 2 orang. Dari serangkaian perhitungan di atas, berikut rekapitulasi jumlah pekerja yang berada di Production Area yang ditunjukkan pada Tabel V.86: Tabel V.86 Rekapitulasi jumlah pekerja keseluruhan di Production Area Rekapitulasi Jumlah Pekerja No 1 2 3 4 5
Nama Proses Design Fabrication & Ass. Painting Outfitting Function & Pulling Test Total
Jumlah Pekerja Tiap Sektor 8 16 3 72 2 101
Maka didapat kapasitas produksi dari industri peralatan tangkap ini yakni 2056 unit produk dan 37 orang pegawai bengkel dalam satu tahun. V.1.7 Penjadwalan Produksi Untuk memproduksi 2056 unit dalam waktu 1 tahun yang terdiri dari electric line hauler sejumlah 192 unit, hydraulic line hauler sejumlah 141 unit, hydraulic net hauler sejumlah 999 unit, combined line & net hauler sejumlah 550 unit dan power block sejumlah 174 unit direncanakan penjadwalan untuk mengetahui waktu dalam proses design, fabrikasi dan assembly, painting, electrical & mechanical installation, function test, delivey, dan commissioning. Berikut adalah tabel jadwal produksi untuk setiap produk:
166
Tabel V.87 Penjadwalan Produksi Electric Line Hauler
Electric Line Hauler No
Jenis Kegiatan Tahap Persiapan
Durasi (hari) 3
1 Design
1
2 Persiapan lainnya
3
Fabrikasi & Assembly
4
3 Persiapan dan pemotongan
1
4 Bending & Rolling
1
5 Perakitan dan pengelasan
2
Painting 6 Pembersihan dan Pengecetan
7 8 9 10
Electrical&Mechanical Pemasangan Kabel, Penataan, jalur kabel, dan proteksi kabel Pemasangan dan Pengamanan Komponen Koneksi Sistem Penandaan komponen yang terpasang Function Test
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
3 3 3 1 3 1 3 2
11 Function & Running Test
1
12 Pulling Test
1
13 Packaging
1
14 Delivery & Instalation
3
Berdasarkan Tabel V.87 untuk produksi electric line hauler adalah 29 hari yang terdiri atas persiapan dalam 3 hari, fabrikasi & assembly dalam 4 hari, painting dalam 3 hari, electrical & mechanical dalam 3 hari, function test dalam 2 hari, packaging dalam 1 hari dan delivery&instalation dalam 3 hari.
167
Tabel V.88 Penjadwalan Produksi Hydraulic Line Hauler
Hydraulic Line Hauler No 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis Kegiatan Tahap Persiapan Design Persiapan lainnya Fabrikasi & Assembly Persiapan dan pemotongan Bending & Rolling Perakitan dan pengelasan Painting Pembersihan dan Pengecetan Electrical&Mechanical Pemasangan selang saluran fluida dan Penataan selang saluran Pemasangan dan Pengamanan Komponen Koneksi Sistem Penandaan komponen yang terpasang Function Test Function & Running Test Pulling Test Packaging Delivery & Instalation
Durasi (hari) 3 1 3 5 2 1 3 3 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
2 4 2 4 3 2 2 1 3
Berdasarkan Tabel V.88 untuk produksi hydraulic line hauler adalah 22 hari yang terdiri atas persiapan dalam 3 hari, fabrikasi & assembly dalam 5 hari, painting dalam 3 hari, electrical & mechanical dalam 4 hari, function test dalam 3 hari, packaging dalam 1 hari dan delivery dalam 3 hari.
168
Tabel V.89 Penjadwalan Produksi Combined Line & Net Hauler
Combined Line & Net Hauler No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis Kegiatan Tahap Persiapan Design Persiapan lainnya Fabrikasi & Assembly Persiapan dan pemotongan Bending & Rolling Perakitan dan pengelasan Painting Pembersihan dan Pengecetan Electrical&Mechanical Pemasangan kabel listrik dan Penataan kabel Pemasangan dan Pengamanan Komponen Koneksi Sistem Penandaan komponen yang terpasang Function Test Function & Running Test Pulling Test Packaging Delivery & Instalation
Durasi (hari) 3 1 3 4 1 1 2 3 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 2 4 2 1 1 1 3
Berdasarkan Tabel V.89 untuk produksi combined net & line hauler adalah 20 hari yang terdiri atas persiapan dalam 3 hari, fabrikasi & assembly dalam 4 hari, painting dalam 3 hari, electrical & mechanical dalam 4 hari, function test dalam 2 hari, packaging dalam 1 hari dan delivery&instalation dalam 3 hari.
169
Tabel V.90 Penjadwalan Produksi Hydraulic Net Hauler
Hydraulic Net Hauler No 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis Kegiatan Tahap Persiapan Design Persiapan lainnya Fabrikasi & Assembly Persiapan dan pemotongan Bending & Rolling Perakitan dan pengelasan Painting Pembersihan dan Pengecetan Electrical/Mechanical Pemasangan selang saluran fluida dan Penataan selang saluran Pemasangan dan Pengamanan Komponen Koneksi Sistem Penandaan komponen yang terpasang Function Test Function & Running Test Pulling Test Packaging Delivery & Instalation
Durasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 (hari) 3 1 3 7 2 2 5 3 3 4 2 4 2 4 4 2 2 1 3
Berdasarkan Tabel V.90 untuk produksi net hauler adalah 25 hari yang terdiri atas persiapan dalam 3 hari, fabrikasi & assembly dalam 7 hari, painting dalam 3 hari, electrical & mechanical dalam 4 hari, function test dalam 4 hari, packaging dalam 1 hari dan delivery&instalation dalam 3 hari.
170
Tabel V.91 Penjadwalan Produksi Power Block
Power Block No 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis Kegiatan Tahap Persiapan Design Persiapan Lainnya Fabrikasi & Assembly Persiapan dan pemotongan Bending & Rolling Perakitan dan pengelasan Painting Pembersihan dan Pengecetan Electrical/Mechanical Pemasangan selang saluran fluida dan Penataan selang saluran Pemasangan dan Pengamanan Komponen Koneksi Sistem Penandaan komponen yang terpasang Function Test Function & Running Test Pulling Test Packaging Delivery & Instalation
Durasi (hari) 3 1 3 5 1 2 3 3 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 4 2 4 3 2 2 1 3
Berdasarkan Tabel V.91 untuk produksi powerblock adalah 22 hari yang terdiri atas persiapan dalam 3 hari, fabrikasi & assembly dalam 5 hari, painting dalam 3 hari, electrical & mechanical dalam 4 hari, function test dalam 3 hari, packaging dalam 1 hari dan delivery dalam 3 hari.
171
V.1.8 Perencanaan Layout Industri Pengaturan layout industri berguna untuk pemaksimalan luas area penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya (Wignjosoebroto, 2009). Metode pengaturan tata letak ada 4 macam, yaitu : 1. Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi (product layout) 2. Tata letak fasilitas berdasarkan lokasi material tetap (fixed position layout) 3. Tata letak fasilitas berdasarkan kelompok produk 4. Tata letak fasilitas berdasarkan fungsi atau macam proses (process layout) Dalam perusahaan komponen peralatan tangkap ini, layout industri direncanakan berdasarkan aliran produksi. Berikut langkah perencanaan layout industri : 1. Penentuan Struktur Organisasi Untuk industri komponen peralatan tangkap ini, struktur organisasi yang direncanakan yakni ditunjukkan pada Gambar V.47:
Gambar V.47 Struktur Organisasi
Pada gambar di atas, struktur organisasi yang ditentukan adalah struktur organisasi berdasarkan fungsional. Susunan peran pada organisasi disusun berdasarkan keahlian yang dibutuhkan sesuai aktivitas manajemen industri dan operasi produksi terkait langkah-langkah produksi pada Gambar V.21 sehingga dikelompokkan menjadi beberapa unit kerja. Struktur ini juga
172
banyak digunakan untuk perusahaan atau industri kecil yang hanya memproduksi beberapa produk saja. Juga dikarenakan kelompok atau unit kerja dibentuk berdasarkan keahlian yang sama maka penyelesaian masalah teknis dan pengembangan keahlian pekerja dapat dimaksimalkan 2. Activity Relationship Diagram (ARD) Activity
Relationship
Diagram
(ARD)
adalah diagram
hubungan
antar
aktivitas
(departemen/mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan, sehingga diharapkan ongkos handling menjadi minimum. Dasar untuk pembuatan ARD adalah tabel skala prioritas , jadi yang menempati prioritas pertama harus didekatkan letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya. Area ARD diasumsikan sama, baru pada revisi disesuaikan berdasarkan ARD ini dan areanya sesuai dengan luas masing-masing aktivitas yang diperkecil dengan skala tertentu (Apple, 1990). Untuk kode skala prioritas yang digunakan pada ARD dapat dilihat pada Tabel V.92 dibawah ini : Tabel V.92 Kode untuk Tiap Skala Prioritas Kode Skala Prioritas A
Mutlak Perlu didekatkan
E
Sangat Penting untuk Didekatkan
I
Penting Didekatkan
O
Biasa/Cukup
U
Tidak Penting Didekatkan
X
Tidak Boleh Didekatkan
Selanjutnya untuk kode aktivitas produksi yang dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel V.93 dibawah ini : No
Aktivitas Produksi
Tabel V.93 Kode Aktivitas Produksi No Aktivitas Produksi
No
Aktivitas Produksi
1
Design
7
Quality Check
13
Add. Equipment & Config.
2
Material Preparation
8
Painting Preparation
14
Function & Running Test
3
Marking
9
Primary Coat
15
Pulling Test
4
Cutting Bending Rolling
10
Top Coat
16
Packaging
5
Main Frame Assembly
11
Visual Check
17
Delivery & Instalation
173
No 6
Aktivitas Produksi
No
Aktivitas Produksi
No
12
Electrical & Mechanical In.
18
Assembly
Aktivitas Produksi Purchase Goods
Dari kode skala prioritas dan kode aktivitas produksi, dilakukan pengaturan untuk dapat melihat hubungan dari tiap aktivitas produksi yang dapat dilihat pada Activity Relationship Table pada tabel V.94 dibawah ini: Tabel V.94 Activity Relationship Table Degree of Adjajency No
Activity A
1
Design
2
Material Prep.
1,3
3
Marking
2,4
4
Cutting Rolling Bending
3,5
5
Main Frame Ass.
4,6
6
Assembly
5,7
7
Quality Check
6,8
8
Painting Prep.
7,9
9
Primary Coat
8,10
10
Top Coat
9,11
11
Visual Check
10,12
12
Electrical & Mechanical
11,13
E
I
O
U
X
-
-
-
2
18
18
Ins. 13
Additional
12,14
Equipment&Config.
174
14
Function & Running Test
15
Pulling Test
16
Packaging
17
Delivery & Instalation
18
Purchase Goods
13,15
14
16 15
-
6,12
-
Dari Tabel V.94 dapat diketahui aktivitas mana saja yang harus didekatkan dan mana yang tidak. Dengan penggabungan Tabel V.94 dan Gambar V.21 pada subbab 5.1.3 dapat dibentuk Activity Relationship Diagram yang dapat dilihat pada gambar V.47 dibawah ini:
Gambar V.48 Activity Relationship Diagram
Pada Gambar V.48 dijelaskan aliran produksi dari industri peralatan tangkap dimana diketahui aktivitas produksi apa saja yang harus didekatkan untuk meminimalisir banyaknya waktu yang terbuang akibat material handling ke tiap posisi. 3. Space Relationship Diagram Space Relationship Diagram adalah pembuatan diagram relationship ruangan. Dalam proses pembuatan Space Relationship Diagram ini yang perlu diperhatikan adalah mengevaluasi luas ruang yang dibutuhkan untuk semua aktivitas produksi dan semua ruang yang tersedia. Diagram ini dibentuk berdasarkan activity relationship diagram yang telah dibentuk pada gambar V.47. Dari activity relationship diagram, aktivitas yang dapat dikerjakan pada satu area dikelompokkan sehingga didapatkan space relationship diagram yang dapat dilihat pada Gambar V.49 dibawah ini:
175
Gambar V.49 Space Relationship Diagram
Dari Gambar V.49 dapat dijelaskan aktivitas-aktivitas yang dikelompokkan menjadi satu area sehingga dapat menjadi acuan dalam perencanaan layout produksi dari industri komponen peralatan tangkap. Berikut rekapitulasi area-area apa saja yang digunakan berdasarkan space relationship diagram yang dapat dilihat pada Tabel V.95:
176
Tabel V.95 Rekapitulasi Area dari Space Relationship Diagram No 1
Activity Design
Area Front Office
No 12
Activity
Area
Electrical & Mechanical Ins.
Electrical & Mechanical
2
Material Prep.
3
Marking
4
Cutting
13
Additional
Area
Equipment&Config. 14
Function & Running Test
Rolling
Bending
Fabrication
Testing Area 15
Pulling Test
& Assembly Area
5
Main Frame Ass.
16
Packaging
6
Assembly
17
Purchase Goods
7
Quality Check
18
Delivery &
Depend on
Instalation
Consumer
8
Painting Prep.
9
Primary Coat
10
Top Coat
11
Visual Check
Warehouse
Painting Area
4. Desain Layout Industri Dari peta aliran produksi di bagian sebelumnya serta jumlah peralatan dan mesin yang dibutuhkan dari perhitungan kapasitas produksi pada sub bab 5.1.6, dapat direncanakan bentuk dari layout industri. Dari peta aliran produksi diketahui bahwa industri ini menggunakan tiga gedung yakni front office, hangar/production area, dan warehouse. Untuk tambahan lain yakni lokasi parkir, lokasi penerimaan dan pengiriman barang, dan lokasi pengujian produk (sarana pulling test). Berikut perencanaan dari layout industri ditunjukkan pada Gambar V.50, Gambar V.51, dan Gambar V.52:
177
Gambar V.50 Denah Production Area/Hangar
Gambar V.51 Layout Industri Industri Peralatan Tangkap
178
5. Rencana Aliran dan Pemindahan Material Aliran material direncanakan untuk memudahkan karyawan memahami perpindahan material dari mulai masuk sampai keluar dari pabrik dalam bentuk produk jadi. Barikut adalah aliran material industri komponen peralatan tangkap yang dijelaskan pada gambar V.53:
Gambar V.52 Aliran Material pada Layout Pabrik
V.1.9 Standar Keselamatan Kerja Sesuai konsep pada sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk meminimalisir efek buruk dan bahaya yang terjadi pada saat bekerja. Peralatan keselamatan kerja yang disebut dengan Alat Pelindung Diri (APD) dan Personal Equipment (PPE). Peralatan standar kerja didalam suatu proyek di lapangan biasanya memakai safety helm, cattle pack, dan safety boots. Selain ketiga peralatan utama keselamatan ada beberapa peralatan tambahan khusus yang diperlukan dalam suatu pekerjaan di workshop. Peralatan keselamatan kerja khusus di dalam area workshop ini terbagi menjadi beberapa bagian: 1. Operator Operator adalah pekerja yang menjalankan semua peralatan, mesin dan kendaraan yang bergerak baik dengan manual, semi otomatis, ataupun otomatis. Operator rentan dengan bahaya kecelakaan kerja yang ada di workshop konsol kapal pada setiap proses produksi khususnya pada tahap Assembly dan electrical. Pekerjaan179
pekerjaan tersebut perlu dilengkapi dengan kaca mata (googles), helm, pelindung telinga, dan sarung tangan. Berikut adalah contoh Gambar V.53 dari peralatan operator
Gambar V.53 Peralatan safety operator (Sumber: CV. Sentosa Indojaya, 2016)
2. Painter Painter adalah pekerja yang melakukan pekerjaan pengecatan. Pekerjaan Painter ini berada di area painting konsol kapal dan peralatan khusus uang diperlukan selain yang disebutkan pada bagian operator adalah masker keselamatan (cartridge mask). Keperluan masker pada pekerjaan ini dikarenakan pengecatan banyak menimbulkan polusi udara yang berupa bau dan aroma bahan kimia pada painting. Berikut adalah peralatan safety painter dapat dilihat pada Gambar V.54:
Gambar V.54 Masker untuk perlindungan painter (Sumber: CV. Tekad Jaya, 2016)
180
V.2 Analisa Ekonomis Pada sub bab ini dilakukan analisa mengenai penentuan biaya pengembangan, biaya operasional penentuan harga pokok produksi, pesaing usaha, penentuan harga penjualan produk, target produksi dan pendapatan, kelayakan investasi, sensitivitas, dan strategi pemasaran produk. V.2.1 Analisa Investasi Pembangunan Industri Komponen Peralatan Tangkap Investasi atau modal usaha untuk pembangunan sebuah industri perlu dilakukan analisa agar investasi yang dikeluarkan sesuai dengan hasil yang didapatkan. Hal yang dilakukan adalah menentukan besarnya investasi pembangunan industri komponen peralatan tangkap kapal. Tentunya analisa tersebut dilakukan dengan efektif dan efisien untuk pengembangan usaha dari industri peralatan tangkap kapal. Besarnya investasi awal untuk pembangunan industri ini terbagi menjadi beberapa biaya, antara lain: 1. Biaya Pembangunan, Tanah, dan Instalasi Biaya pembangunan gedung, pembelian tanah serta instalasi tiap bangunan dijabarkan pada tabel dibawah ini :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tabel V.96 Rincian Biaya Pembangunan Gedung Office FRONT OFFICE Jenis Ukuran (m) Satuan (m²) Unit Harga (Rp)/m² Lantai 1 Lobby 4x8 32 Rp 2,500,000.00 Ruang Rapat 3x8 24 Rp 2,500,000.00 Divisi Produksi 11 x 6 66 Rp 2,500,000.00 Canteen 7 x 10 70 Rp 1,500,000.00 Toilet 2.5 x 2 15 Rp 1,500,000.00 Divisi Financial 5x5 25 Rp 2,500,000.00
Divisi R&D Lantai 2 Ruang DIRUT Ruang General Manager Mushola Divisi HRD Ruang Serbaguna Toilet
Total Harga (Rp) Rp Rp Rp Rp Rp Rp
80,000,000.00 60,000,000.00 165,000,000.00 105,000,000.00 22,500,000.00 62,500,000.00 62,500,000.00
5x5
25
Rp
2,500,000.00 Rp
6x6 5x6 5x4 8.5 x 3 8x4 2.5x2 Total
36 30 20 25.5 32 10
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3,000,000.00 2,500,000.00 1,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 1,500,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
108,000,000.00 75,000,000.00 30,000,000.00 63,750,000.00 80,000,000.00 15,000,000.00 929,250,000.00
181
No 12 13 14
Jenis Workshop Area Store Warehouse
PRODUCTION AREA & WAREHOUSE Ukuran (m) Satuan (m²) Unit Harga (Rp)/m² 60 x 30 1800 Rp 2.500.000,00 6.6 x 19.2 126,72 Rp 2.500.000,00 ((13.6 + 17)/2) x 23 351,9 Rp 2.000.000,00 Total
Total Harga (Rp) Rp 4.500.000.000,00 Rp 316.800.000,00 Rp 703.800.000,00 Rp 5.520.600.000,00
Dari Tabel V.96 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya bangunan dalam membangun industri komponen peralatan tangkap yaitu total biaya bangunan office ditambahkan dengan total biaya bangunan production area & warehouse yakni sejumlah Rp 6.449.580.000,00 Tabel V.97 Biaya Pembelian Tanah di daerah Lamongan
No 15
HARGA TANAH Ukuran (m) Satuan (m²) Unit Harga (Rp)/m² Total Harga (Rp) ((49 + 61)/2) x 78 4290 Rp 1,500,000.00 Rp 6,435,000,000.00
Keterangan Tanah di daerah Gresik/m2
Dari Tabel V.97 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian tanah yakni sejumlah Rp 6.435.000.000,00
No 16
Tabel V.98 Biaya Instalasi Pendukung Industri Peralatan Tangkap INSTALASI PENDUKUNG Nama bahan bangunan Harga Jumlah Harga Total Biaya instalasi air, listrik, dan Rp 18,000,000.00 1 Rp 18,000,000.00 telepon Total
Rp
18,000,000.00
Dari Tabel V.98 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya instalasi pendukung industri yakni sejumlah Rp 18.000.000,00. Sehingga total biaya yang dibutuhkan secara keseluruhan sebesar Rp 12.902.850.000,00. 2. Biaya Peralatan dan Mesin Rincian biaya yang dibutuhkan untuk pembelian peralatan dan mesin industri komponen peralatan tangkap dijelaskan pada tabel dibawah ini : Tabel V.99 Rincian Peralatan untuk Aktivitas Desain Produk Harga peralatan dan software desain Nama Software Harga Jumlah Harga Total Autodesk Fusion 360 Rp 4,117,800.00 2 Rp 8,235,600.00 AutoCAD/tahun Rp 19,216,400.00 2 Rp 38,432,800.00
No 1 2 3
Personal Computer for design
Rp Total
182
11,860,000.00
9
Rp
106,740,000.00
Rp
153,408,400.00
Dari Tabel V.99 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian peralatan proses desain sejumlah Rp 153.408.400,00 Tabel V.100 Rincian Peralatan untuk Handling&Transporting Harga Peralatan untuk Handling&Transporting Nama peralatan handling dan Harga Jumlah Harga Total transporting
No 1 2 3
Forklift 3 ton Manual Stacker 2 ton Overhead Crane 10 ton
Rp Rp Rp
164,712,000.00 7,549,300.00 274,520,000.00
1 2 1
Rp Rp Rp Rp
Total
164,712,000.00 15,098,600.00 274,520,000.00 454,330,600.00
Dari Tabel V.100 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian peralatan untuk handling & transporting sejumlah Rp 454.330.600,00. Tabel V.101 Rincian Peralatan Manual Harga Peralatan Manual No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama peralatan manual Peralatan ukur Peralatan marking Palu All Size Obeng 1 set Sikat baja Kombinasi kunci pas 1 set Bench clamp Tang 1 set
Harga
Jumlah
Harga Total
Rp Rp Rp Rp Rp
300,000.00 200,000.00 50,000.00 30,000.00 150,000.00
15 15 10 15 5
Rp Rp Rp Rp Rp
4,500,000.00 3,000,000.00 500,000.00 450,000.00 750,000.00
Rp
200,000.00
10
Rp
2,000,000.00
Rp Rp Total
520,000.00 50,000.00
7 15
Rp Rp Rp
3,640,000.00 750,000.00 15,590,000.00
Dari Tabel V.101 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian peralatan manual sejumlah Rp 15.590.600,00.
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel V.102 Rincian Peralatan dan Mesin Mekanik Harga peralatan dan mesin mekanik Nama peralatan dan mesin Harga Jumlah assembly Mesin las TIG Rp 4,426,000.00 7 Mesin las GMAW Rp 8,567,000.00 7 Mesin potong Rp 344,000,000.00 1 Mesin Rol Rp 175,700,000.00 1 mesin bending Rp 143,000,000.00 1 mesin gerinda tangan Rp 468,000.00 12 Abrassive cutoff machine Rp 1,885,000.00 2 mesin bor Rp 455,000.00 7
Harga Total Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
30,982,000.00 59,969,000.00 344,000,000.00 175,700,000.00 143,000,000.00 5,616,000.00 3,770,000.00 3,185,000.00
183
Harga peralatan dan mesin mekanik Nama peralatan dan mesin Harga Jumlah assembly mesin bor duduk Rp 1,612,000.00 2 Mobile Gantry Crane Rp 16,216,000.00 1 Total
No 9 10
Harga Total Rp Rp Rp
3,224,000.00 16,216,000.00 785,662,000.00
Dari Tabel V.102 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian peralatan dan mesin mekanik sejumlah Rp 785.662.000,00. Tabel V.103 Rincian Peralatan dan Mesin Painting Harga peralatan dan mesin painting Nama peralatan, mesin, dan Harga Jumlah Harga Total bahan baku painting mesin amplas Rp 673,000.00 4 Rp 2,692,000.00 kompresor Rp 5,846,000.00 4 Rp 23,384,000.00 spray gun Rp 195,000.00 4 Rp 780,000.00 primer coating/liter Rp 125,000.00 750 Rp 93,750,000.00 top coating/liter Rp 140,000.00 1500 Rp 210,000,000.00 total Rp 330,606,000.00
No 1 2 3 4 6
Dari Tabel V.103 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian peralatan dan mesin painting sejumlah Rp 330.606.000,00. Sehingga didapatkan total keseluruhan biaya pembelian dari peralatan dan mesin untuk aktivitas produksi sejumlah Rp 1.586.188.600,00. 3. Biaya Peralatan dan Perlengkapan Lain Biaya-biaya pembelian peralatan selain peralatan produksi antara lain peralatan kantor dan peralatan keselamatan. Penjelasan dari biaya-biaya tersebut dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini : Tabel V.104 Rician Biaya Peralatan Kantor Harga Peralatan Kantor No Nama peralatan kantor Harga Jumlah 1 Alat Tulis Lengkap Rp 100,000.00 24 2 Kabinet File/Unit Rp 320,000.00 13 3 Meja Kantor/Unit Rp 400,000.00 24 4 Kursi Kantor/Unit Rp 300,000.00 24 6 Kursi Sofa/Set Rp 8,000,000.00 4 7 Meja Panjang Rp 2,300,000.00 3
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Total 2,400,000.00 4,160,000.00 9,600,000.00 7,200,000.00 32,000,000.00 6,900,000.00
8
Meja Panjang Untuk Meeting
Rp
2,500,000.00
2
Rp
5,000,000.00
9
Papan Tulis (White Board) 120x240
Rp
1,100,000.00
1
Rp
1,100,000.00
184
No 10 11 12 13 14 15 16
Nama peralatan kantor Personal Computer Untuk Kantor Printer Peralatan Solat Televisi 29'' Proyektor Peralatan Toilet Air Conditioner
Harga Peralatan Kantor Harga Jumlah
Harga Total
Rp
6,250,000.00
11
Rp
68,750,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1,650,000.00 2,000,000.00 3,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 1,800,000.00
12 1 3 1 5 14
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
19,800,000.00 2,000,000.00 10,500,000.00 2,500,000.00 12,500,000.00 25,200,000.00 209,610,000.00
Total
Dari Tabel V.104 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian peralatan dan mesin mekanik sejumlah Rp 209.610.000,00.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel V.105 Rincian Peralatan Keselamatan Peralatan Keselamatan Nama peralatan Harga Jumlah keselamatan Helm Safety/Unit Rp 60,000.00 50 Sarung Tangan/Unit Rp 50,000.00 50 Masker Cartridge/Unit Rp 55,000.00 50 Kaca Mata Keselamatan Rp 55,000.00 50 Pelindung Telinga Rp 50,000.00 50 Tabung Pemadam Rp 230,000.00 10 Kebakaran/Unit Fire Alarm System Peralatan P3K Sepatu Safety
Rp Rp Rp Total
500,000.00 400,000.00 200,000.00
4 10 50
Harga Total Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3,000,000.00 2,500,000.00 2,750,000.00 2,750,000.00 2,500,000.00 2,300,000.00
Rp Rp Rp Rp
2,000,000.00 4,000,000.00 10,000,000.00 31,800,000.00
Dari Tabel V.105 didapatkan bahwa total biaya yg dibutuhkan untuk biaya pembelian peralatan keselamatan sejumlah Rp 31.800.000,00. 4. Biaya Administrasi dan kelengkapan lainnya Untuk total biaya administrasi dan kelengkapan lainnya untuk pembangunan industri komponen peralatan tangkap, dapat dilihat rekapitulasinya pada Tabel V.106: Tabel V.106 Rekapitulasi Total Biaya Administrasi dan Kelengkapan Lainnya Biaya Administrasi No Nama Asset Indeks Total 1 Pembuatan Akta Usaha PT Rp 8.800.000,00 2 Asuransi (10 tahun) 2% Rp 277.269.080,00 3 Biaya perijinan 1,50% Rp 223.257.855,00
185
Biaya Administrasi Indeks
No 4 5 6
Nama Asset Merek Dagang Hak Paten SIUP
7
Engineering Design
8
Pre FS dan FS
Rp Rp Rp
Total 1.000.000,00 1.600.000,00 2.750.000,00
2,5 x FS
Rp
3.642.190,20
1%
Rp
148.838.570,00
Rp
667.157.695,20
Biaya Administrasi
5. Rekapitulasi Total Biaya Investasi Untuk total biaya investasi untuk pembangunan industri komponen peralatan tangkap, dapat dilihat rekapitulasinya pada tabel dibawah ini: Tabel V.107 Rekapotulasi Total Investasi Industri Komponen Peralatan Tangkap Total Investasi Pembangunan & Fasilitas No Uraian Total 1 Bangunan dan tanah Rp 12.902.850.000,00 2 Peralatan software desain Rp 153.408.400,00 3
Peralatan untuk handling dan transporting
Rp
454.330.600,00
4
Peralatan manual
Rp
15.590.000,00
5
Peralatan dan mesin proses assembly
Rp
785.662.000,00
6
Peralatan dan mesin proses painting
Rp
330.606.000,00
7
Perlengkapan kantor
Rp
209.610.000,00
9
Perlengkapan keselamatan
Rp
31.800.000,00
Rp
14.883.857.000,00
Rp Rp
667.157.695,20 15.551.014.695,20
Biaya Pembangunan & Fasilitas Biaya Administrasi Total Investasi
Berdasarkan Tabel V.107, total biaya tersebut merupakan rekapitulasi dari total biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan industri komponen peralatan tangkap. Didapatkan biaya investasi pembangunan industri sebesar Rp 15.551.014.695,20. Untuk memudahkan pembacaan, biaya investasi tersebut dibulatkan menjadi Rp 15.560.000.000,00 V.2.2 Analisa Biaya Operasional Industri Komponen Peralatan Tangkap Biaya-biaya yang dikeluarkan selama menjalankan industri komponen peralatan tangkap dalam sebulan seperti gaji karyawan, biaya tagihan listrik, biaya tagihan pdam dan lain-lain. Rincian biaya operasional yang dikeluarkan tersebut dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:
186
Tabel V.108 Rincian Gaji Karyawan yang Direncanakan No 1 2 3 4
6 7
8 9
10 11
Jabatan Direktur utama General Manager Manager produksi Staff Manager R&D Staff R&D Staff Marketing Manager HRD Staff Manager Finance Staff Finance Staff Purchasing Kepala Bengkel Produksi Pegawai ahli Mechanical Outfitting & Painting Function Test Organik Pekerja Non Organik
Pendidikan Minimum S1 S1 S1 D3 S1 D3 D3 S1 D3 S1 D3 D3 D3 D3
SMK SMK Total
Jumlah 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 31 60
Gaji pokok/bulan Rp 15.000.000,00 Rp Rp 10.000.000,00 Rp Rp 7.000.000,00 Rp Rp 3.000.000,00 Rp Rp 7.000.000,00 Rp Rp 3.000.000,00 Rp Rp 3.000.000,00 Rp Rp 7.000.000,00 Rp Rp 3.000.000,00 Rp Rp 7.000.000,00 Rp Rp 3.000.000,00 Rp Rp 3.000.000,00 Rp Rp 5.500.000,00 Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4.000.000,00 Rp 4.000.000,00 Rp 4.000.000,00 Rp 2.400.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp Rp
Total Gaji 15.000.000,00 10.000.000,00 7.000.000,00 24.000.000,00 7.000.000,00 3.000.000,00 3.000.000,00 7.000.000,00 3.000.000,00 7.000.000,00 3.000.000,00 3.000.000,00 5.500.000,00 4.000.000,00 4.000.000,00 8.000.000,00 74.400.000,00 120.000.000,00 307.900.000,00
Dari Tabel V.108 didapatkan bahwa total biaya operasional untuk pembayaran gaji karyawan dalam sebulan sejumlah Rp 307.900.000,00. No 1 2 3 4
Tabel V.109 Rincian Biaya Tagihan Listrik, PDAM, Telepon, dan Internet Nama Kebutuhan Harga Harga Total Jumlah Listrik 18000 VA/Kwh 23000 Rp 1,355.00 Rp 31,165,000.00 Tarif air/m3 300 Rp 11,250.00 Rp 3,375,000.00 Telepon 1 Rp 4,000,000.00 Rp 4,000,000.00 Internet 3 Rp 2,000,000.00 Rp 6,000,000.00 Total Rp 44,540,000.00
Dari Tabel V.109 didapatkan bahwa total biaya operasional untuk pembayaran tagihan instalasi listrik, PDAM, telepon, dan internet dalam sebulan sejumlah Rp 44.540.000,00. Sehingga didapatkan total biaya operasional dalam sebulan sejumlah Rp 352.440.000,00. V.2.3 Analisa Penentuan Harga Pokok Produksi Untuk penentuan harga pokok produksi digunakan metode Variable Costing sebagai metode yang digunakan untuk menentukan HPP yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya overhead pabrik, biaya tenaga kerja langsung. Dalam hal ini diambil salah satu contoh produk dari industri komponen peralatan tangkap yakni net hauler sebagai bahan penjelasan. Dalam metode ini, penentuan harga pokok produksi dibagi menjadi tiga yakni:
187
1. Estimasi Biaya Bahan Baku yang Dipakai Untuk estimasi biaya bahan baku yang dipakai, digunakan desain dari produk net hauler sebagai acuan untuk seberapa banyak lembaran material yang digunakan. Dari desain produk diperlukan dimensi, luasan atau volume yang dibutuhkan. Berikut desain dari net hauler yang terdapat pada Gambar V.54:
Gambar V.55 Desain Net Hauler beserta dimensinya (Sumber : Spencer Carter,2016)
Dari dimensi-dimensi yang ada pada Gambar V.55, dilakukan perhitungan luasan per tiap bagian dan hasil luasan direkapitulasi. Selanjutnya dari total luasan tiap bagian produk dibandingkan dengan luas lembar pelat yang ada di pasaran sehingga didapatkan berapa lembar pelat yang dibutukan untuk menyusun main frame produk net hauler. Hasil perhitungan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
No 1 2
Tabel V.110 Rekapitulasi Luasan Dimensi dan Kebutuhan Bahan Baku Dimensi Dimensi Harga per Nama material asli/lembar Terpakai Jumlah Harga Total lembar (cm2) (cm2) Pelat 4 mm 29.724,096 Rp 821.648,00 35200 2 Rp 1.643.296,00 4'x8'/lembar Pelat 6 mm 29.724,096 Rp 1.246.000,00 32400 2 Rp 2.492.000,00 4'x8'/lembar Total Rp 4.135.296,00
Dari Tabel V.110, total harga material yang dibutuhkan untuk menyusun kerangka utama (main frame) dari produk net hauler sejumlah Rp 4.135.296,00 dengan rincian dibutuhkan 2 lembar pelat 4 mm untuk kontruksi samping dan 2 lembar pelat 6 mm untuk kontruksi alas dari kontruksi utama produk net hauler. 2. Estimasi biaya pengecatan produk
188
Untuk pengecatan produk, dilakukan dua tahap pengecatan yakni primer coat dan top coat. Dalam menentukan biaya pengecatan produk, digunakan luasan dimensi sebelumnya pada Tabel V.109 sebagai luasan lingkup pengecatan produk yang dilakukan. Berikut adalah perhitungan dari estimasi biaya painting: Luasan permukaan kerja keseluruhan dari produk net hauler adalah 6,76 m² Standar pemakaian cat adalah 10-12 m²/liter Jadi tiap lapis dibutuhkan: 6,76 m²: 10 m²/liter = 0,676 liter Berikut adalah rincian dari perhitungan harga painting net hauler:
No 1 2
Tabel V.111 Rincian Biaya Pengecatan Produk Pemakaian Material Harga (per liter) (liter) Primer coating/liter Rp 125.000,00 0,676 Top coating/liter Rp 140.000,00 0,676 Total
Harga Total Rp Rp Rp
84.500,00 94.640,00 179.140,00
Dari Tabel V. 111, didapatkan biaya total pengecatan produk sebesar Rp 179,140.00 dengan rincian untuk tahap primer coating menghabiskan 0.676 liter dan untuk tahap top coat menghabis 0.676 liter. 3. Estimasi Biaya Komponen-Komponen yang Terinstalasi Untuk menentukan biaya komponen yang terinstalasi, dilakukan perincian data komponenkomponen yang dipasang dari jumlah tiap komponen yang dipakai dan biaya tiap komponen yang digunakan pada net hauler. Berikut adalah perhitungan dari estimasi biaya komponen yang terinstalasi.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel V.112 Rincian Komponen yang Terinstalasi Biaya Bahan Baku Electrical&Mechanical Nama Komponen Harga Jumlah Harga Total Baut M8x45mm Rp 2.000,00 30 Rp 60.000,00 Mur M8x45mm Rp 2.000,00 30 Rp 60.000,00 Hydraulic hose Rp 14.613,00 15 Rp 219.195,00 3.5 HP Oil Driven Rp 18.216.300,00 1 Rp 18.216.300,00 hydraulic unit Hydraulic control valve Rp 2.757.000,00 1 Rp 2.757.000,00 Hydraulic motor Rp 2.000.000,00 1 Rp 2.000.000,00 Hydraulic hose fitting Rp 43.300,00 5 Rp 216.500,00 Net drum Rp 1.500.000,00 1 Rp 1.500.000,00 Failsafe Brake Rp 1.000.000,00 1 Rp 1.000.000,00 Return line filter Rp 1.350.000,00 1 Rp 1.350.000,00 Total Rp 27.378.995,00
189
Berdasarkan Tabel V. 112, dari rincian data komponen terpasang didapat estimasi biaya komponen yang terinstalasi sebesar Rp 27.378.995,00. Sehingga didapat total biaya bahan baku untuk pembuatan produk net hauler sejumlah Rp 31.693.431,00. 4. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik yang digunakan berdasarkan waktu penggunaan mesin. Dari sejumlah mesin yang digunakan dalam aktivitas produksi, dihitung pembebanan biaya listrik selama mesin bekerja. Berikut pada tabel di bawah ini merupakan pembebanan biaya overhead dari produksi komponen peralatan tangkap: Tabel V.113 Pembebanan Biaya Overhead berdasarkan Waktu Penggunaan Mesin No
Nama Mesin
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jumlah
Mesin las TIG Mesin las GMAW Mesin potong Mesin Rol Mesin bending Mesin gerinda tangan Abrassive cutoff machine Mesin bor Mesin bor duduk Overhead Crane Compressor Mesin Amplas
7 7 1 1 1 12 2 7 2 1 4 4
Waktu Produksi Besar Energi Tarif Daya Mesin (watt) (min/batch) (Kwh) Listik/Kwh 196 8000 182,93 Rp 1.355,00 196 4320 98,78 Rp 1.355,00 20 15000 5,00 Rp 1.355,00 32 5500 2,93 Rp 1.355,00 32 12000 6,40 Rp 1.355,00 96 670 12,86 Rp 1.355,00 120 800 3,20 Rp 1.355,00 24 350 0,98 Rp 1.355,00 18 750 0,45 Rp 1.355,00 15 10000 2,50 Rp 1.355,00 120 750 6,00 Rp 1.355,00 23 180 0,28 Rp 1.355,00 Total
Total Biaya Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
247.874,67 133.852,32 6.775,00 3.974,67 8.672,00 17.430,72 4.336,00 1.327,90 609,75 3.387,50 8.130,00 373,98 436.744,50
Berdasarkan Tabel V. 113, dari rincian penggunaan mesin dengan biaya listrik yang dikeluarkan didapatkan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap produk sebesar Rp 436.744,50 5. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung digunakan untuk pembiayaan upah kerja kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dengan aktivitas produksi. Perhitungan biaya tenaga kerja langsung ini diambil dari jumlah orang tiap departemen (fabrication&assembly, painting, dan outfitting) dengan upah standar yang diberikan perusahaan dapat dilihat pada Tabel V.108 dibagi dengan target produksi pabrik (asumsi dalam kurun waktu 1 tahun) sehingga didapatkan pembebanan biaya tenaga kerja langsung tiap produk. Berikut tabel yang menjelaskan pembebanan biaya tenaga kerja langsung tiap produk:
190
Tabel V.114 Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Langsung
No Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja 1 Fabrication & Assembly 16 2 Painting 3 Outfitting (Organik) 12 3 Outfitting (Non-Organik) 60
Gaji perbulan/orang Gaji Pertahun/orang Rp 2.400.000,00 Rp 28.800.000,00 Rp 2.400.000,00 Rp 28.800.000,00 Rp 2.400.000,00 Rp 28.800.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 24.000.000,00 Total Beban Biaya Tenaga Kerja per Produk
Total Gaji pertahun Rp 460.800.000,00 Rp 86.400.000,00 Rp 345.600.000,00 Rp 1.440.000.000,00 Rp 2.332.800.000,00 Rp 1.008.996,54
Berdasarkan Tabel V. 114, didapatkan biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan kepada tiap produk sebesar Rp 1.008.996,54 Dari perhitungan-perhitungan di atas dihitunglah HPP dari produk net hauler. HPP (Harga Pokok Produksi) didapatkan dari total biaya bahan baku (biaya material mentah, biaya pengecetan produk dan biaya komponen instalasi) ditambahkan dengan pembebanan biaya overhead pabrik dan pembebanan biaya tenaga kerja langsung Sehingga estimasi HPP dari produk net hauler sebesar Rp 33,139,172.04. V.2.4 Analisa Penentuan Harga Penjualan Produk Metode penentuan harga penjualan produk per unit menggunakan metode variable cost. Langkah-langkah perhitungannya dengan data investasi dan HPP produk yang sudah dijelaskan sebelumnya pada sub bab 5.2.3 dapat diaplikasikan sebagai berikut: Harga Penjualan Produk Net Hauler Total Investasi Industri
= Rp 15.551.014.695,20
Biaya Operasional per bulan
= Rp
352.440.000,00
Harga Pokok Produksi
= Rp
33.139.172,04
Ekspektasi laba (10% besar investasi)
= Rp 2.021.631.910,38
Persentase penambahan harga jual
=
(Biaya operasional + Ekspektasi Laba) x 100 Total Investasi Industri = 15,27% Jadi, harga penjualan minimum untuk produk Net Hauler adalah : Harga Jual Minimum = HPP + 15,2663472892787% HPP = Rp 38.198.313,14
Sehingga dari persentase penambahan harga jual yang ditambahkan pada harga pokok produksi didapatkan harga jual minimum produk net hauler sebesar Rp 38.198.313,14
191
V.2.5 Analisa Target Produksi dan Pendapatan Target produksi kapal dalam setiap produknya telah dijelaskan pada sub bab 4.2.5. Dari lima macam produk yang akan dibuat terdiri dari line hauler, net hauler, combined net&line hauler, dan powerblock dipecah kembali sesuai dengan jenis penggerak dari peralatan tangkap tersebut. Untuk jenis penggerak dengan motor listrik terdapat 2 macam yakni electric line hauler dan electric combined net&line hauler. Untuk jenis penggerak dengan mesin dimana terintegrasi dengan sistem permesinan hidrolik terdapat 3 macam yakni hydraulic net hauler, hydraulic line hauler, dan powerblock. Sehingga didapatkan 5 macam produk yang akan dibuat. Dari penjelasan diatas didapatkan rekapitulasi target produksi per tahun sebagai berikut : Tabel V.115 Target produksi per Tahun No
Jenis Alat
Target Produksi
1 2 3 4 5
Electric Line Hauler Hydraulic Line Hauler Hydraulic Net Hauler Combined Net & Line Hauler Powerblock Jumlah unit
230 644 874 356 208 2312
Pada Tabel V.115 dijelaskan bahwa total target produksi dalam satu tahun masing-masing produk per tahun adalah 2312 unit yang terdiri dari 230 unit electric line hauler, 644 unit hydraulic line hauler, 874 unit hydraulic net hauler, 356 unit combined net&line hauler dan 208 unit powerblock. Untuk target produksi yang direncanakan dalam 10 tahun dijelaskan pada tabel V.116 dengan kenaikan market share tiap tahun sebesar 1% dari market share awal sebesar 20% atas pertimbangan adanya peningkatan keahlian tenaga kerja dan peningkatan teknologi produksi adalah sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5
192
Tabel V.116 Target Produksi dalam 10 tahun Target Produksi per Tahun Jenis Alat 2016 2017 2018 2019 2020 Electric Line Hauler 230 242 253 265 276 Hydraulic Line Hauler 644 676 707 739 770 Hydraulic Net Hauler 874 917 960 1003 1046 Combined Net & Line Hauler 356 374 392 410 428 Powerblock 208 218 228 238 248 Jumlah unit 2056 2426 2540 2654 2768
No 1 2 3 4 5
Jenis Alat Electric Line Hauler Hydraulic Line Hauler Hydraulic Net Hauler Combined Net & Line Hauler Powerblock Jumlah unit
Target Produksi per Tahun 2021 2022 2023 2024 2025 288 299 311 322 334 802 833 865 896 928 1089 1132 1175 1218 1261 446 258 2882
464 482 500 518 268 278 288 298 2996 3110 3224 3338
Setelah mengetahui target produksi, selanjutnya adalah mengetahui estimasi pendapatan dari penjualan produk komponen peralatan tangkap per tahun sesuai dengan jumlah target produksi. Besarnya pendapatan dapat diketahui dari banyaknya produk yang terjual dikalikan dengan harga produk. Untuk rekapitulasi harga produk sesuai dengan langkah yang dilakukan pada sub bab 5.2.3 dan sub bab 5.2.4 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel V.117 No. 1 2 3 4 5
Daftar Harga Produk Industri Komponen Peralatan Tangkap Jenis Produk Harga Produk Electric Line Hauler Rp 8.592.321,28 Hydraulic Line Hauler Rp 34.426.451,30 Hydraulic Net Hauler Rp 38.198.313,14 Combine Net & Line Hauler Rp 9.469.037,11 Hydraulic Powerblock Rp 41.656.303,55
Dari Tabel V.117 diketahui harga penjualan dari produk industri komponen peralatan tangkap. Untuk memudahkan perhitungan pendapatan dari penjualan produk, harga di atas dibulatkan ke atas sehingga untuk electric line hauler menjadi Rp 8.600.000.00, untuk hydraulic line hauler menjadi Rp 34.500.000,00, untuk hydraulic net hauler menjadi Rp 38.300.000,00, untuk combined net & line hauler menjadi Rp 9.500.000,00 dan untuk hydraulic power block menjadi Rp 41.800.000,00. Dari data-data ini didapatkan jumlah pendapatan untuk 10 tahun ke depan sebagai berikut:
193
Tabel V.118 Jumlah Pendapatan Tahun 2016-2025 No
Jenis Produk
1 2 3 4 5
Electric Line Hauler Hydraulic Line Hauler Hydraulic Net Hauler Combine Net & Line Hauler Hydraulic Powerblock Total
No
Jenis Produk
1 2 3 4 5
Electric Line Hauler Hydraulic Line Hauler Hydraulic Net Hauler Combine Net & Line Hauler Hydraulic Powerblock Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2016 1.978.000.000,00 22.218.000.000,00 33.474.200.000,00 3.382.000.000,00 8.694.400.000,00 69.746.600.000,00
2017 Rp 2.029.600.000,00 Rp22.770.000.000,00 Rp34.316.800.000,00 Rp 3.467.500.000,00 Rp 8.903.400.000,00 Rp71.487.300.000,00
Pendapatan per Tahun 2018 Rp 2.081.200.000,00 Rp 23.322.000.000,00 Rp 35.159.400.000,00 Rp 3.553.000.000,00 Rp 9.112.400.000,00 Rp 73.228.000.000,00
2019 Rp 2.132.800.000,00 Rp23.874.000.000,00 Rp36.002.000.000,00 Rp 3.638.500.000,00 Rp 9.321.400.000,00 Rp74.968.700.000,00
2020 Rp 2.184.400.000,00 Rp 24.426.000.000,00 Rp 36.844.600.000,00 Rp 3.724.000.000,00 Rp 9.530.400.000,00 Rp 76.709.400.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2021 2.236.000.000,00 24.978.000.000,00 37.687.200.000,00 3.809.500.000,00 9.739.400.000,00 78.450.100.000,00
2022 Rp 2.287.600.000,00 Rp25.530.000.000,00 Rp38.529.800.000,00 Rp 3.895.000.000,00 Rp 9.948.400.000,00 Rp80.190.800.000,00
Pendapatan per Tahun 2023 Rp 2.339.200.000,00 Rp 26.082.000.000,00 Rp 39.372.400.000,00 Rp 3.980.500.000,00 Rp 10.157.400.000,00 Rp 81.931.500.000,00
2024 Rp 2.390.800.000,00 Rp26.634.000.000,00 Rp40.215.000.000,00 Rp 4.066.000.000,00 Rp10.366.400.000,00 Rp83.672.200.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2025 2.442.400.000,00 27.186.000.000,00 41.057.600.000,00 4.151.500.000,00 10.575.400.000,00 85.412.900.000,00
Dari Tabel V. 118 didapatkan data pendapatan dari tahun 2016-2025 dimana merupakan hasil perkalian dari harga penjualan produk dengan target produksi tiap tahun. V.2.6 Analisa Kelayakan Investasi Untuk menganalisa kelayakan pembangunan suatu perusahaan diperlukan analisis secara ekonomis, dalam hal ini yang digunakan adalah Break Event Point, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Berikut adalah penjelasannya: Perhitungan kelayakan investasi dilakukan berdasarkan biaya investasi, biaya produksi, biaya operasional, tax, dan pendapatan. Dengan biaya investasi awal dari pembangunan industri sebesar Rp 15.551.014.695,20 yang dibebankan 30% dari modal pribadi sebesar Rp 4.665.221.915,39 dan 70% merupakan pinjaman dari bank sebesar Rp 10.885.710.286,64 dengan pendapatan per tahun dilihat pada tabel V.118 . Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung aliran kas (cash flow) dari industri komponen peralatan tangkap. Berikut adalah rekapitulasi dari perolehan aliran kas:
194
Tabel V.119 Rekapitulasi Cash Flow Industri Komponen Fishing Gear Tahun Cash Flow (Rp) 1 Rp 2.542.982.667,73 2 Rp 2.696.799.676,42 3 Rp 2.849.746.560,79 4 Rp 3.001.802.118,04 5 Rp 3.152.944.495,79 6 Rp 3.303.151.170,26 7 Rp 3.452.398.923,72 8 Rp 3.600.663.821,14 9 Rp 3.747.921.186,02 10 Rp 3.894.145.575,43
Berdasarkan Tabel V.119, didapatkan aliran kas (cash flow) dari pembangunan industri ini. Aliran kas didapatkan dari pendapatan/penjualan dikurangi biaya yang dikeluarkan seperti biaya produksi, biaya operasional, biaya investasi ulang dan lain-lain beserta pajak yang dikenakan pada industri Dari data tersebut dilakukan perhitungan untuk mengetahui Pay Back Periode, Return on Investment, dan Internal Rate of Return dari pembangunan industri komponen peralatan tangkap kapal. Berikut adalah rekap hasil perhitungannya : Tabel V.120 Rekapitulasi Perhitungan Kelayakan Investasi No 1 2 3 4
Parameter Biaya Investasi Return of Investment Payback Periode Internal Rate of Return
Nilai Rp 15.551.014.695,20 Rp 1.996.411.993,83 5 tahun 5 bulan 14.67%
Dari Tabel V.120 dijelaskan bahwa dalam pembangunan Industri dengan investasi sebesar Rp 15.551.014.695,20 akan terjadi Payback Periode dari investasi yang dikeluarkan setelah 5 tahun lebih 5 bulan dengan Return of Investment sebesar Rp 1.996.411.993,83. Nilai NPV (Net Present Value) yang didapatkan sebesar Rp 3.016.442.002,40 dengan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 14,67% Nilai IRR akan dibandingkan dengan MARR (minimum attractive rate of return) dimana apabila IRR>MARR, maka ide usaha/bisnis tersebut layak secara finansial (Maria, 2011). Untuk menghitung MARR, dilakukan perhitungan terlebih dahulu untuk cost of capital (biaya modal). Menurut Pujawan (2009), perhitungan cost of capital diformulasikan dengan rumus sebagai berikut:
195
Dimana, rd
= rasio antara hutang dengan modal keseluruhan
1-rd
= rasio antara modal sendiri dengan modal keseluruhan
id
= tingkat pengembalian (rate of return) yang dibutuhkan pada modal berasal dari pinjaman
ie
= tingkat pengembalian yang dibutuhkan pada modal sendiri
sehingga dari rumus tersebut didapatkan perhitungan ongkos modal sebagai berikut : ic = 70% x 10,25% + (1-70%) x 15% =11,68% berdasarkan pada perhitungan tersebut, maka dapat ditentukan MARR. Menurut Pujawan (2009), salah satu cara penentuan nilai MARR dengan menambahkan suatu persentase tetap pada cost of capital dari perusahaan. Maka dari itu ditetapkan MARR sebesar 12 % dari penambahan perserntase terhadap cost of capital. Mengacu nilai MARR, dengan membandingkan nilai IRR dengan MARR didapatkan bahwa IRR>MARR maka investasi industri komponen peralatan tangkap dikatakan layak secara finansial.
V.2.7 Analisa Pesaing Usaha Berdasarkan hasil pengamatan terkait pemenuhan kebutuhan peralatan tangkap di Indonesia, pesaing usaha dibagi menjadi dua, yakni: 1. Industri Lokal Industri lokal adalah suatu unit bisnis yang tingkat operasional berada dalam suatu wilayah negara tersebut, dalam kasus ini adalah wilayah Indonesia. Industri lokal umumnya memiliki pangsa pasar terbatas di dalam wilayah negara tersebut. Industri peralatan tangkap lokal yang menangani jenis hauler di Indonesia umumnya merupakan bengkel-bengkel mesin yang berada dekat dengan pelabuhan-pelabuhan perikanan yang telah dijelaskan pada bab IV.1.2. 2. Industri Internasional Industri internasional adalah suatu unit bisnis yang tingkat operasional secara luas di berbagai negara dengan memiliki pangsa pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Industri peralatan tangkap skala internasional yang menangani jenis hauler di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
196
Tabel V.121 Industri Skala Internasional untuk Komponen Peralatan Tangkap
No 1
Nama Perusahaan Hookline Co. Ltd
Produk Combined line&net hauler, net hauler, line hauler, manual fishing reel, etc
2
VIRHYDRO-The Fishing MachineTM
Net hauler and line hauler
3
TRAC Outdoor
Line hauler/Pot Puller
4
PETEC PTY Ltd
Net hauler, net stacker, fish pump, etc.
5
Spencer Carter Ltd
Trawl winches, net hauler, net drum, blocks, etc.
6
Marco Global
Powerblock, hydraulic
line
hauler,
net
hauler,
pump
drives,
pot
fishing
equipment, etc. 7
RAPP MARINE
Net reels, capstans, net hauler, main drive systems, etc
8
HYDEMA SYD AS
Fish farming block triple, powerblock, net hauler, capstan, etc
etc
Berdasarkan Tabel V.121, terdapat beberapa industri yang merupaka produsen dari komponen peralatan tangkap. Perusahaan tersebut tersebar di berbagai belahan dunia seperti Amerika, Italia, dan negara-negara lainnya. Berdasarkan data-data industri tersebut, dilakukan analisa seberapa besar pasar yang dapat dikuasai untuk industri komponen peralatan tangkap ini. Hal ini akan mempengaruhi market share yang diambil industri ini serta target produksi yang ditentukan Selain diketahui jumlah pesaing usaha, harus dibandingkan juga harga pasar dari produk yang dihasilkan yakni electric line hauler, hydraulic line hauler, powerblock, combine line&net hauler, dan hydraulic net hauler. Berikut adalah perbandingan harga produk lokal dan produk internasional terhadap harga penjualan industri komponen peralatan tangkap.
197
Tabel V.122 Perbandingan Harga Produk Electric Line Hauler
No
Produsen
Harga tiap Produk
1
Produk Lokal
-
2
Produk Internasional*
3
Produk Industri
Rp 5.000.000,00-Rp 9.000.000,00 Rp 8.600.000,00
*Sumber: (Marine, 2017)
Tabel V.122 menjelaskan perbandingan harga untuk produk electric line hauler dengan produk lokal dan produk internasional. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa harga produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk internasional yang beredar. Untuk harga produk lokal tidak ditemukan, dapat diasumsikan belum ada yang memproduksi electric line hauler di dalam negeri. Tabel V.123 Perbandingan Harga Produk Hydraulic Line Hauler
No
Produsen
Harga tiap Produk
1
Produk Lokal
Rp 25.000.000,00- Rp 40.000.000,00
2
Produk Internasional*
Rp 27.000.000,00-Rp 60.000.000,00
3
Produk Industri
Rp 34.500.000,00 *Sumber: (River, 2017)
Tabel V.123 menjelaskan perbandingan harga untuk produk hydraulic line hauler dengan produk lokal dan produk internasional. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa harga produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk internasional yang beredar. Untuk harga produk lokal didapatkan dari wawancara di bengkel long line hauler di Pelabuhan Benoa, Bali. Tabel V.124 Perbandingan Harga Produk Combine Net&Line Hauler
No
Produsen
Harga tiap Produk
1
Produk Lokal
-
2
Produk Internasional*
3
Produk Industri
Rp 9.000.000-Rp 12.160.000 Rp 9.500.000,00
*Sumber: (Nets, 2017)
198
Tabel V.124 menjelaskan perbandingan harga untuk produk combined line&net hauler dengan produk lokal dan produk internasional. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa harga produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk internasional yang beredar. Untuk harga produk lokal tidak ditemukan, dapat diasumsikan belum ada yang memproduksi combined line&net hauler di dalam negeri. Tabel V.125 Perbandingan Harga Produk Hydraulic Net Hauler
No
Produsen
Harga tiap Produk
1
Produk Lokal
Rp 25.000.000-Rp 35.000.000
2
Produk Internasional*
Rp 35.000.000-Rp 50.000.000
3
Produk Industri
Rp 38.300.000,00
*Sumber: (Findafishingboat, 2017)
Tabel V.125 menjelaskan perbandingan harga untuk produk hydraulic net hauler dengan produk lokal dan produk internasional. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa harga produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk internasional yang beredar. Untuk harga produk lokal didapatkan dari wawancara di bengkel permesinan di TPI Palang, Kabupaten Tuban. Tabel V.126 Perbandingan Harga Produk Powerblock
No
Produsen
1
Produk Lokal
2
Produk Internasional*
3
Produk Industri
Harga tiap Produk Rp 35.000.000-Rp 100.000.000 Rp 41.800.000,00
*Sumber: (Kolstrand, 2017)
Tabel V.126 menjelaskan perbandingan harga untuk produk powerblock dengan produk lokal dan produk internasional. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa harga produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk internasional yang beredar. Untuk harga produk lokal tidak ditemukan, dapat diasumsikan belum ada yang memproduksi powerblock di dalam negeri.
199
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
200
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian maka kesimpulan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan komponen peralatan tangkap untuk line hauler sebanyak 874 unit, net hauler sebanyak 874 unit, combined net&line hauler sebanyak 356 unit dan powerblock sebanyak 208 unit. Jumlah kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan untuk kapal ikan 6 GT – 30 GT pada tahun 2016 – 2025 di wilayah Indonesia. 2. Dalam pembangunan industri komponen peralatan tangkap diperlukan luas tanah sebesar 4290 m2 dengan total luas bangunan tertutup sebesar 2689 m2 di Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan. Produk-produk komponen peralatan tangkap merupakan jenis produk completely knocked down (CKD) dimana komponen-komponen utama setengah jadi dibeli baik impor maupun lokal dan dirakit di industri ini. Rangkaian aktivitas industri ini antara lain desain,fabrikasi & perakitan, pengecatan, instalasi elektrik & mekanik, inspeksi produk hingga pengiriman dan instalasi pada kapal. Produk industri ini diindikasikan dapat membantu dalam modernisasi peralatan tangkap nelayan di Indonesia. 3. Biaya investasi yang diperlukan dalam pembangunan industri komponen peralatan tangkap sebesar Rp 15.560.000.000,00. PayBack Periode terjadi pada 5 tahun lebih 5 bulan dengan Return of Investment (ROI) sebesar Rp 1.997.000.000,00. D i d a p a t k a n nilai IRR didapatkan sebesar 14.67%. Karena IRR lebih besar dari suku bunga pinjaman investasi yang ditetapkan sebesar 12% dapat dikatakan investasi industri ini layak
VI.2 Saran Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran sebagai berikut : 1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan industri komponen peralatan tangkap agar dapat memproduksi komponen-komponen permesinannya sendiri dimana pada penelitian ini, industri yang dikembangkan masih sebatas industri perakitan saja 2. Diperlukan analisa lebih lanjut untuk pengembangan produk dengan teknologi yang lebih baik.
201
DAFTAR PUSTAKA Accounting-Simplified. (2017, January 21). Retrieved from Accounting-Simplified: http://accounting-simplified.com/management/investment-appraisal/internal-rateofreturn-irr.html Aji, A. B. (2010). Analisa Kebutuhan Industri Komponen Kelistrikan Kapal Secara Nasional. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Apple, M. J. (1990). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB. Authority, A. F. (2015, Desember). Purse Seine. Retrieved from AFMA Web site: http://www.afma.gov.au/portfolio-item/purse-seine/ Baker, K. R. (1974). Introduction to Sequencing and Schedulling. New York: Jhon Wilsey and Sons Inc. Baroto, T. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Bethel, L. L. (1979). Industrial Organization and Management . Pennsylvania: Mcgraw-Hill College. Daniel Sipper, Robert L. Buffin. (1997). Production: Planning, Control, and Integration. Amerika: McGraw-Hill. Dinten, N. W. (2015, 9 11). Grafik Permintaan berdasarkan pola siklik. Retrieved from http://indigomenulis.blogspot.co.id: http://indigomenulis.blogspot.co.id/2013/08/analisis-time-series.html Djojodipuro, M. (1992). Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Elsayed A. Elsayed, Thomas O. Boucher. (1985). Analysis and control of production systems. United States: Prentice Hall. FAO. (2015). Fishery. Retrieved from FAO Web site: http://www.fao.org/fishery/en Findafishingboat.
(2017,
January
21).
Retrieved
from
FAFB:
https://www.findafishingboat.com/es-list/marine-hydraulics-for-sale/2 H.S., B. S. (2008). Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Handaru, S. (1998). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: Andi Publisher. Handoko, T. H. (1999). Dasar-Dasar Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta: BPFE.
202
Hendro, T. (2015, 9 15). Grafik demand pola trend. Retrieved from http://3an.blogspot.co.id: http://3an.blogspot.co.id/2015_01_01_archive.html Indonesia, P. (2014, November 29). Potensi Laut Indonesia senilai Rp 7.200 Triliun. Retrieved from
Pusaka
Indonesia:
http://www.pusakaindonesia.org/potensi-laut-indonesia-
senilai-rp-7-200-triliun/ Industri, T. (2015). Model Rantai Pasokan Ikan Tangkap di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia. Kalituri, R. (2015, Juni 25). Sumber Daya Perikanan sebagai Tulang Punggung Perekonomian Indonesia.
Retrieved
from
Kompasiana
Web
site:
http://www.kompasiana.com/robin_kfc/sumber-daya-perikanan-sebagai-tulangpunggung-perekonomian-indonesia_55111a3b8133116b41bc5feb Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (2015). Industri Bahan Baku. Jakarta: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Kertonegoro, S. (2000). Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: PT. Widya Press. Kolstrand. (2017, January 21). Powerblock and Net hauler. Retrieved from Kolstrand: http://www.kolstrand.com/seining/power-blocks/ Kotler, P. (2001). Marketing Management. United States: Pearson Education. Kusuma, H. (2001). Manajemen Produksi :Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Andi Publisher. Machfoedz, M. (1995). Akutansi Biaya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Maria, A. (2011). Analisa Kelayakan Usaha Dilengkapi Kajian Manajemen. Surabaya: Guna Widya. Marine,
G.
F.
(2017,
January
21).
Retrieved
from
Gael
Force:
http://www.gaelforcemarine.co.uk/en/NorthLift-Electric-Line-Hauler-LH300/m5063.aspx Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YKPN. Nasution, A. H. (1999). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nets,
C.
(2017,
January
21).
Retrieved
from
Coastal
Nets:
http://www.coastalnets.co.uk/fishing-12.htm
203
Pratama, A. H. (2014). Analisa Teknis dan Ekonomis Pengembangan Industri Pendukung Furnitur Kapal. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Priyana, E. D. (2015, 9 12). Grafik Permintaan berdasarkan pola musiman. Retrieved from http://eftadhartikasari.blogspot.co.id: http://eftadhartikasari.blogspot.co.id/2011/12/peramalan-peramalan-adalahkegiatan.html Ramdani,
D.
Y.
(2015,
Oktober
http://13candys.blogspot.co.id:
8).
Grafik
demand.
Retrieved
from
http://13candys.blogspot.co.id/2011/02/ekonomi-
mikro-dan-ekonomi-makro.html Rifa’i, D. I. (2015, September 20). Nelayan dan Belenggu Kemiskinan. Retrieved from Universitas Lambung Mangkurat Web site: http://unlam.ac.id/id/2015/09/20/nelayandan-belenggu-kemiskinan-oleh-dr-ir-m-ahsin-rifai/ River, C. (2017, January 21). Retrieved from Copper River Boats & Permits: http://crboatspermits.com/gearequipmentforsale.html Riyanto, B. (1998). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPPE. Statistik, B. P. (2015, Desember 25). Badan Pusat Statistik. Retrieved from www.bps.go.id: https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/9 Suad Husnan, Muhammad Suwarsono . (1994). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Subroto, B. (2010). PEMASARAN INDUSTRI (BUSINESS TO BUSINESS MARKETING). Surabaya: Andi Publisher. Sumayang, L. (2003). Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat. Wikipedia.
(2016).
Bottom
Trawling.
Retrieved
from
Wikipedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Bottom_trawling Yamit, Z. (2003). Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UI.
204
LAMPIRAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI
Pembobotan Lokasi Industri Komponen Peralatan Tangkap Metode pembobotan AHP (Analytical Hierarchy Process) Reference : Operations Research an Introduction - 8th ed. (2007), Hamdy A. Taha pp. 490 Goal : Mendapatkan lokasi industri komponen peralatan tangkap Kriteria : 1. Kondisi lahan 2. Ketersediaan tenaga kerja 3. Ketersediaan bahan baku 4. Pemasaran 5. Rencana tata ruang 6. Modal 7. Kecukupan infrastruktur Alternatif : Lokasi 1 Jalan Raya Bakalan, Cangkringmalang, Beji, Pasuruan Lokasi 2 Jalan Tuban-Gresik, Kemantren, Paciran, Kabupaten Lamongan Lokasi 3 Jalan Raya Deandles No.33, Wotan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Hierarki :
Skala Penilaian 1 jika kedua kriteria sama penting 3 jika kriteria pada baris sedikit lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 5 jika kriteria pada baris lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 7 jika kriteria pada baris sangat lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 9 jika kriteria pada baris pasti lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 2 nilai tengah antara 2 penilaian 1 dan 3 4 nilai tengah antara 2 penilaian 3 dan 5 6 nilai tengah antara 2 penilaian 5 dan 7 8 nilai tengah antara 2 penilaian 7dan 9 1/3 jika kriteria pada kolom sedikit lebih penting dibandingkan kriteria pada baris dan seterusnya.
Tabel perhitungan matriks pairwise comparison Kriteria
Kondisi lahan
Tenaga kerja
Bahan baku
Pemasaran
Tata ruang
Modal
Infrastruktur
Kondisi lahan
1,00
3,00
0,33
0,25
4,00
0,33
4,00
Tenaga kerja
0,33
1,00
0,33
0,25
3,00
0,33
3,00
Bahan baku
3,00
3,00
1,00
0,50
5,00
0,50
3,00
Pemasaran
4,00
4,00
2,00
1,00
6,00
3,00
5,00
Tata ruang
0,25
0,33
0,20
0,17
1,00
0,25
0,50
Modal
3,00
3,00
2,00
0,33
4,00
1,00
3,00
Infrastruktur
0,25
0,33
0,33
0,20
2,00
0,33
1,00
Jumlah
11,83
14,67
6,20
2,70
25,00
5,75
19,50
Tabel Perhitungan Normalisasi Kriteria
Kondisi lahan
Tenaga kerja
Bahan baku
Pemasaran
Tata ruang
Modal
Infrastruktur
Kondisi lahan
0,08
0,20
0,05
0,09
0,16
0,06
0,21
Tenaga kerja
0,03
0,07
0,05
0,09
0,12
0,06
0,15
Bahan baku
0,25
0,20
0,16
0,19
0,20
0,09
0,15
Pemasaran
0,34
0,27
0,32
0,37
0,24
0,52
0,26
Tata ruang
0,02
0,02
0,03
0,06
0,04
0,04
0,03
Modal
0,25
0,20
0,32
0,12
0,16
0,17
0,15
Infrastruktur
0,02
0,02
0,05
0,07
0,08
0,06
0,05
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Jumlah Normalisasi
Priority vector [1]
Hasil kali [2]
Kondisi lahan
0,86
0,123
0,92
7,54
Tenaga kerja
0,57
0,082
0,59
7,21
Bahan baku
1,25
0,178
1,39
7,80
Pemasaran
2,32
0,332
2,57
7,76
Tata ruang
0,25
0,035
0,26
7,36
Modal
1,39
0,199
1,58
7,92
Infrastruktur
0,36
0,052
0,37
7,22
7,00
1,00
Jumlah
Kriteria
Jumlah
[2] / [1]
lambda
7,54
dimana,
lambda = nilai rata-rata dari hasil kali / priority vector
CI
0,0907
CI =
Consistency Index
RI
1,4143
RI =
Random Consistency
CR
0,0641
CR = Consistency Ratio ; CR ≤ 0,1 inkonsisten diterima n = jumlah kriteria 𝐶𝐼 =
𝜆 −𝑛 𝑛 −1
𝑅𝐼 =
1,98(𝑛 − 2) 𝑛
𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 𝑅𝐼
LAMPIRAN PERHITUNGAN HPP DAN HARGA PENJUALAN PRODUK
Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) 1. Electric Line Hauler No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12
No 1 2
No 1 2
Biaya bahan baku electrical&mechanical Nama Komponen Harga Jumlah Baut M8x45mm Rp 2,000.00 30 Mur M8x45mm Rp 2,000.00 30 Electric Wire 8 Gauge Rp 63,000.00 3 Gear motor 12 V/900 W/1.2 HP Rp 3,557,000.00 1 Swivel Pulley rope max ɸ 10 mm Rp 68,000.00 1 Waterproof Toogle Switch box Rp 45,000.00 1 Waterproof electric wire cover Rp 13,000.00 4 Arm locking pin Rp 21,300.00 1 Arm hinge Rp 33,800.00 1 Waterproof plug & socket 12 V Rp 108,200.00 1 Sheave 10"/rope max ɸ 10 mm Rp 800,000.00 1 rotating axle Rp 20,000.00 1 Pulley rope max ɸ 10 mm Rp 108,500.00 1 Total Nama material pelat 4 mm 4'x8'/lembar pelat 6 mm 4'x8'/lembar
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Total 60,000.00 60,000.00 189,000.00 3,557,000.00 68,000.00 45,000.00 52,000.00 21,300.00 33,800.00 108,200.00 800,000.00 20,000.00 108,500.00 5,122,800.00
Dimensi asli (cm2) Harga per lembarDimensi Terpakai (cm2) Jumlah Harga Total 29724.096 Rp 821,648.00 24200 1 Rp 821,648.00 29724.096 Rp 1,246,000.00 0 Rp Total Rp 821,648.00
Material primer coating/liter top coating/liter
Harga (per liter) Rp 125.000,00 Rp 140.000,00 total
Pemakaian (liter) 0,242 0,242
Biaya Bahan Biaya Overhead Pabrik Biaya Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi = biaya bahan + biaya overhead pabrik + biaya tenaga kerja langsung
Harga Total Rp 30.250,00 Rp 33.880,00 Rp 64.130,00 Rp Rp Rp Rp
6.008.578,00 436.744,50 1.008.996,54 7.454.319,04
2. Hydraulic Line Hauler No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2
biaya bahan baku electrical&mechanical Nama Komponen Harga Jumlah Baut M8x45mm Rp 2,000.00 30 Mur M8x45mm Rp 2,000.00 30 Hydraulic hose Rp 14,613.00 10 3.5 HP Oil driven hydraulic unit Rp 18,216,300.00 1 Hydraulic control valve Rp 2,757,000.00 1 Hydraulic motor Rp 2,000,000.00 1 Hydraulic hose fitting Rp 43,300.00 5 Return line filter Rp 1,350,000.00 1 Sheave 5"/rope max ɸ 10 mm Rp 800,000.00 3 Pulley rope max ɸ 10 mm Rp 108,500.00 3 Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Total 60,000.00 60,000.00 146,130.00 18,216,300.00 2,757,000.00 2,000,000.00 216,500.00 1,350,000.00 2,400,000.00 325,500.00 27,531,430.00
No 1 2
No 1 2
Nama material pelat 4 mm 4'x8'/lembar pelat 6 mm 4'x8'/lembar
Dimensi asli (cm2) Harga per lembarDimensi Terpakai (cm2) Jumlah Harga Total 29724.096 Rp 821,648.00 25680 1 Rp 821,648.00 29724.096 Rp 1,246,000.00 0 Rp Total Rp 821,648.00
Material primer coating/liter top coating/liter
Harga (per liter) Rp 125.000,00 Rp 140.000,00 total
Pemakaian (liter) 0,2568 0,2568
Biaya Bahan Biaya Overhead Pabrik Biaya Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi = biaya bahan + biaya overhead pabrik + biaya tenaga kerja langsung
Rp Rp Rp
Harga Total 32.100,00 35.952,00 68.052,00
Rp Rp Rp Rp
28.421.130,00 436.744,50 1.008.996,54 29.866.871,04
3. Combined Line & Net Hauler No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12
No 1 2
No 1 2
biaya bahan baku electrical&mechanical Nama Komponen Harga Jumlah Baut M8x45mm Rp 2,000.00 30 Mur M8x45mm Rp 2,000.00 30 Electric Wire 8 Gauge Rp 63,000.00 3 Gear motor 12 V/900 W/1.2 HP Rp 3,557,000.00 1 Swivel Pulley rope max ɸ 10 mm Rp 68,000.00 1 Waterproof Toogle Switch box Rp 45,000.00 1 Waterproof electric wire cover Rp 13,000.00 4 Arm locking pin Rp 21,300.00 1 Arm hinge Rp 33,800.00 1 Waterproof plug & socket 12 V Rp 108,200.00 1 Sheave 10"/rope max ɸ 10 mm Rp 800,000.00 1 Rotating axle Rp 20,000.00 1 Aluminium spool Rp 750,000.00 1 Pulley rope max ɸ 10 mm Rp 108,500.00 1 Total Nama material pelat 4 mm 4'x8'/lembar pelat 6 mm 4'x8'/lembar
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Total 60,000.00 60,000.00 189,000.00 3,557,000.00 68,000.00 45,000.00 52,000.00 21,300.00 33,800.00 108,200.00 800,000.00 20,000.00 750,000.00 108,500.00 5,872,800.00
Dimensi asli (cm2) Harga per lembarDimensi Terpakai (cm2) Jumlah Harga Total 29724.096 Rp 821,648.00 28200 1 Rp 821,648.00 29724.096 Rp 1,246,000.00 0 Rp Total Rp 821,648.00
Material primer coating/liter top coating/liter
Harga (per liter) Rp 125.000,00 Rp 140.000,00 total
Pemakaian (liter) 0,282 0,282
Biaya Bahan Biaya Overhead Pabrik Biaya Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi = biaya bahan + biaya overhead pabrik + biaya tenaga kerja langsung
Rp Rp Rp
Harga Total 35.250,00 39.480,00 74.730,00
Rp Rp Rp Rp
6.769.178,00 436.744,50 1.008.996,54 8.214.919,04
4. Hydraulic Net Hauler No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No 1 2
No 1 2
biaya bahan baku electrical&mechanical Nama Komponen Harga Jumlah Baut M8x45mm Rp 2,000.00 30 Mur M8x45mm Rp 2,000.00 30 Hydraulic hose Rp 14,613.00 15 3.5 HP Oil Driven hydraulic unit Rp 18,216,300.00 1 Hydraulic control valve Rp 2,757,000.00 1 Hydraulic motor Rp 2,000,000.00 1 Hydraulic hose fitting Rp 43,300.00 5 Net drum Rp 1,500,000.00 1 Failsafe Brake Rp 1,000,000.00 1 Return line filter Rp 1,350,000.00 1 Total Nama material pelat 4 mm 4'x8'/lembar pelat 6 mm 4'x8'/lembar
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Total 60,000.00 60,000.00 219,195.00 18,216,300.00 2,757,000.00 2,000,000.00 216,500.00 1,500,000.00 1,000,000.00 1,350,000.00 27,378,995.00
Dimensi asli (cm2) Harga per lembarDimensi Terpakai (cm2) Jumlah Harga Total 29724.096 Rp 821,648.00 35200 2 Rp 1,643,296.00 29724.096 Rp 1,246,000.00 32400 2 Rp 2,492,000.00 Total Rp 4,135,296.00
Material primer coating/liter top coating/liter
Harga (per liter) Rp 125.000,00 Rp 140.000,00 total
Pemakaian (liter) 0,676 0,676
Biaya Bahan Biaya Overhead Pabrik Biaya Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi = biaya bahan + biaya overhead pabrik + biaya tenaga kerja langsung
Rp Rp Rp
Harga Total 84.500,00 94.640,00 179.140,00
Rp Rp Rp Rp
31.693.431,00 436.744,50 1.008.996,54 33.139.172,04
5. Power Block No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
No 1 2
biaya bahan baku electrical&mechanical Nama Komponen Harga Jumlah Baut M8x45mm Rp 2,000.00 30 Mur M8x45mm Rp 2,000.00 30 Hydraulic hose Rp 14,613.00 15 3.5 HP Oil driven hydraulic unit Rp 18,216,300.00 1 Hydraulic control valve Rp 2,757,000.00 1 Hydraulic motor Rp 2,000,000.00 1 Hydraulic hose fitting Rp 43,300.00 5 kontruksi powerblock Rp 5,500,000.00 1 Return line filter Rp 1,350,000.00 1 Total Nama material pelat 4 mm 4'x8'/lembar pelat 6 mm 4'x8'/lembar
No 1 2
Dimensi asli (cm2) 29724.096 29724.096 Total
Material primer coating/liter top coating/liter
Harga per lembarDimensi Terpakai (cm2) Jumlah Rp 821,648.00 35200 2 Rp 1,246,000.00 32400 2
Harga (per liter) Rp 125.000,00 Rp 140.000,00 total
Pemakaian (liter) 0,676 0,676
Biaya Bahan Biaya Overhead Pabrik Biaya Tenaga Kerja Langsung Harga Pokok Produksi = biaya bahan + biaya overhead pabrik + biaya tenaga kerja langsung
6. Rekapitulasi HPP Produk No.
Jenis Produk 1 Electric Line Hauler 2 Hydraulic Line Hauler 3 Hydraulic Net Hauler 4 Combine Net & Line Hauler 5 Hydraulic Powerblock Total
Harga Total 60,000.00 60,000.00 219,195.00 18,216,300.00 2,757,000.00 2,000,000.00 216,500.00 5,500,000.00 1,350,000.00 30,378,995.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Harga Produk Rp 7.454.319,04 Rp 29.866.871,04 Rp 33.139.172,04 Rp 8.214.919,04 Rp 36.139.172,04 Rp 114.814.453,22
Rp Rp Rp
Harga Total 1,643,296.00 2,492,000.00 4,135,296.00
Rp Rp Rp
Harga Total 84.500,00 94.640,00 179.140,00
Rp Rp Rp Rp
34.693.431,00 436.744,50 1.008.996,54 36.139.172,04
7. Perhitungan Harga Penjualan Produk Harga Penjualan Produk Net Hauler Total Investasi Industri
= Rp 15.551.014.695,20
Biaya Operasional per bulan
= Rp
352.440.000,00
Harga Pokok Produksi
= Rp
33.139.172,04
Ekspektasi laba (10% besar investasi)
= Rp 2.021.631.910,38
Persentase penambahan harga jual
=
(Biaya operasional + Ekspektasi Laba) x 100 Total Investasi Industri = 15,27% Jadi, harga penjualan minimum untuk produk Net Hauler adalah : Harga Jual Minimum = HPP + 15,2663472892787% HPP = Rp 38.198.313,14
Harga Penjualan Produk Powerblock Total Investasi Industri
= Rp 15.551.014.695,20
Biaya Operasional per bulan
= Rp
352.440.000,00
Harga Pokok Produksi
= Rp
36.139.172,04
Ekspektasi laba (10% besar investasi)
= Rp 2.021.631.910,38
Persentase penambahan harga jual
=
(Biaya operasional + Ekspektasi Laba) x 100 Total Investasi Industri = 15,27% Jadi, harga penjualan minimum untuk produk Net Hauler adalah : Harga Jual Minimum = HPP + 15,2663472892787% HPP = Rp 41.656.303,55
Harga Penjualan Produk Combined Line & Net Hauler Total Investasi Industri = Rp 15.551.014.695,20 Biaya Operasional per bulan
= Rp
352.440.000,00
Harga Pokok Produksi
= Rp
8.214.919,04
Ekspektasi laba (10% besar investasi)
= Rp 2.021.631.910,38
Persentase penambahan harga jual
=
(Biaya operasional + Ekspektasi Laba) x 100 Total Investasi Industri = 15,27% Jadi, harga penjualan minimum untuk produk Net Hauler adalah : Harga Jual Minimum = HPP + 15,2663472892787% HPP = Rp 9.469.037,11
Harga Penjualan Produk Hydraulic Line Hauler Total Investasi Industri = Rp 15.551.014.695,20 Biaya Operasional per bulan
= Rp
352.440.000,00
Harga Pokok Produksi
= Rp
29.866.871,04
Ekspektasi laba (10% besar investasi)
= Rp 2.021.631.910,38
Persentase penambahan harga jual
=
(Biaya operasional + Ekspektasi Laba) x 100 Total Investasi Industri = 15,27% Jadi, harga penjualan minimum untuk produk Net Hauler adalah : Harga Jual Minimum = HPP + 15,2663472892787% HPP = Rp 34.426.451,30
Harga Penjualan Produk Electric Line Hauler Total Investasi Industri = Rp 15.551.014.695,20 Biaya Operasional per bulan
= Rp
352.440.000,00
Harga Pokok Produksi
= Rp
7.454.319,04
Ekspektasi laba (10% besar investasi)
= Rp 2.021.631.910,38
Persentase penambahan harga jual
=
(Biaya operasional + Ekspektasi Laba) x 100 Total Investasi Industri = 15,27% Jadi, harga penjualan minimum untuk produk Net Hauler adalah : Harga Jual Minimum = HPP + 15,2663472892787% HPP = Rp 8.592.321,28
8. Rekapitulasi Harga Penjualan Produk No. 1 2 3 4 5
Jenis Produk Electric Line Hauler Hydraulic Line Hauler Hydraulic Net Hauler Combine Net & Line Hauler Hydraulic Powerblock Total
Harga Produk Rp 8.368.691,71 Rp 33.530.445,17 Rp 37.204.137,97 Rp 9.222.589,54 Rp 40.572.128,39 Rp 128.897.992,79
9. Biaya Produksi tiap Tahun (2016-2025) No 1 2 3 4 5
Jenis Produk
2016 Electric Line Hauler Rp 1.714.493.379,92 Hydraulic Line Hauler Rp 19.234.264.951,77 Hydraulic Net Hauler Rp 28.963.636.365,69 Combine Net & Line Hauler Rp 2.924.511.179,35 Hydraulic Powerblock Rp 7.516.947.784,97 Total Rp 60.353.853.661,71
No
Jenis Produk
1 2 3 4 5
Electric Line Hauler Hydraulic Line Hauler Hydraulic Net Hauler Combine Net & Line Hauler Hydraulic Powerblock Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2021 1.938.122.951,21 21.623.614.635,22 32.608.945.290,44 3.294.182.536,29 8.420.427.086,05 67.885.292.499,21
Biaya Produksi per Tahun 2017 2018 2019 Rp 1.759.219.294,18 Rp 1.803.945.208,44 Rp 1.848.671.122,70 Rp19.712.134.888,46 Rp 20.190.004.825,15 Rp20.667.874.761,84 Rp29.692.698.150,64 Rp 30.421.759.935,59 Rp31.150.821.720,54 Rp 2.998.445.450,74 Rp 3.072.379.722,13 Rp 3.146.313.993,52 Rp 7.697.643.645,19 Rp 7.878.339.505,40 Rp 8.059.035.365,62 Rp61.860.141.429,21 Rp 63.366.429.196,71 Rp64.872.716.964,21 Biaya Produksi per Tahun 2022 2023 2024 Rp 1.982.848.865,47 Rp 2.027.574.779,73 Rp 2.072.300.693,99 Rp22.101.484.571,91 Rp 22.579.354.508,60 Rp23.057.224.445,29 Rp33.338.007.075,38 Rp 34.067.068.860,33 Rp34.796.130.645,28 Rp 3.368.116.807,68 Rp 3.442.051.079,07 Rp 3.515.985.350,46 Rp 8.601.122.946,26 Rp 8.781.818.806,48 Rp 8.962.514.666,70 Rp69.391.580.266,71 Rp 70.897.868.034,22 Rp72.404.155.801,72
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2020 1.893.397.036,95 21.145.744.698,53 31.879.883.505,49 3.220.248.264,91 8.239.731.225,83 66.379.004.731,71
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2025 2.117.026.608,25 23.535.094.381,98 35.525.192.430,23 3.589.919.621,85 9.143.210.526,91 73.910.443.569,22
LAMPIRAN ANALISA KELAYAKAN INVESTASI
Perhitungan Analisa Kelayakan Investasi 1. Rekapitulasi Investasi Industri
No 1 2 3 4 5 6
Biaya Administrasi Nama Asset Indeks Pembuatan Akta Usaha PT Asuransi (10 tahun) 2% Biaya perijinan 1,50% Merek Dagang Hak Paten SIUP
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total 8.800.000,00 277.269.080,00 223.257.855,00 1.000.000,00 1.600.000,00 2.750.000,00
7
Engineering Design
2,5 x FS
Rp
3.642.190,20
8
Pre FS dan FS
1%
Rp
148.838.570,00
Rp
667.157.695,20
Biaya Administrasi
No 1 2
Total Investasi Pembangunan & Fasilitas Uraian Total Bangunan dan tanah Rp 12.902.850.000,00 Peralatan software desain Rp 153.408.400,00
3
Peralatan untuk handling dan transporting
Rp
454.330.600,00
4
Peralatan manual
Rp
15.590.000,00
5
Peralatan dan mesin proses assembly
Rp
785.662.000,00
6
Peralatan dan mesin proses painting
Rp
330.606.000,00
7
Perlengkapan kantor
Rp
209.610.000,00
9
Perlengkapan keselamatan
Rp
31.800.000,00
Biaya Pembangunan & Fasilitas Biaya Administrasi Total Investasi
Rp14.883.857.000,00 Rp 667.157.695,20 Rp15.551.014.695,20
Biaya Investasi Modal Sendiri (30%)
Rp Rp
15.551.014.695,20 4.665.304.408,56
Pinjaman
Rp
10.885.710.286,64
Bunga Pinjaman
10,25%
BNI
Masa Pinjaman
10
tahun
Grace Period
0
tahun
Pembayaran per tahun
Rp
Asumsi Umur Ekonomis Pabrik Nilai Akhir Pabrik Depresiasi Per tahun
1.790.669.991,46
per tahun
30 Rp Rp
tahun
1.555.101.469,52 466.530.440,86
2. Pengembalian Pinjaman Modal
PENGEMBALIAN PINJAMAN MODAL BUNGA BANK : Tahun Tahun ke2015 0 2016 1 2017 2 2018 3 2019 4 2020 5 2021 6 2022 7 2023 8 2024 9 2025 10 2026 11 Jumlah
10,25% Bunga Pinjaman
Angsuran
Pembayaran
Sisa Pinjaman
1.115.785.304,38 1.046.609.623,96 970.343.436,29 886.259.964,38 793.557.936,61 691.353.950,98 578.674.056,84 454.444.473,54 317.481.357,95 166.479.523,02 0,00 7.020.989.628
674.884.687,08 744.060.367,50 820.326.555,17 904.410.027,08 997.112.054,85 1.099.316.040,47 1.211.995.934,62 1.336.225.517,92 1.473.188.633,51 1.624.190.468,44
1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46 1.790.669.991,46
10.885.710.286,64 10.210.825.599,56 9.466.765.232,06 8.646.438.676,89 7.742.028.649,82 6.744.916.594,96 5.645.600.554,49 4.433.604.619,87 3.097.379.101,95 1.624.190.468,44 0,00
10.885.710.287
17.906.699.915
3. Cash Flow untuk 10 Tahun
Bunga Bank = Pajak = Nilai Inflasi =
TAHUN 0
TAHUN 1
PERHITUNGAN CASH FLOW 10,25% Suku Bunga BNI 12,50% - Indonesia Investments Desember 2016 http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/sistem-pajak/item277 3,02% - Bank Indonesia Inflasi Desember 2016 http://www.bi.go.id/en/moneter/inflasi/data/Default.aspx
TAHUN 2
TAHUN 3
TAHUN 4
TAHUN 5
TAHUN 6
TAHUN 7
TAHUN 8
TAHUN 9
TAHUN 10
Dana Awal Dana Awal
4.665.304.409
Pinjaman
10.885.710.287 Investasi Awal
Investasi Bangunan
(12.902.850.000)
Investasi Peralatan & Permesinan
(1.981.007.000)
Biaya Administrasi Pendirian Perusahaan Investasi Total
(667.157.695) (15.551.014.695)
Uang Masuk a
Penjualan produk
b
Pendapatan (a)
-
69.746.600.000
71.487.300.000
73.228.000.000
74.968.700.000
76.709.400.000
78.450.100.000
80.190.800.000
81.931.500.000
83.672.200.000
85.412.900.000
69.746.600.000
71.487.300.000
73.228.000.000
74.968.700.000
76.709.400.000
78.450.100.000
80.190.800.000
81.931.500.000
83.672.200.000
85.412.900.000
Uang Keluar c
Biaya Operasional
d
Biaya Produksi
4.229.280.000
4.271.572.800
4.314.288.528
4.357.431.413
4.401.005.727
4.445.015.785
4.489.465.943
4.534.360.602
4.579.704.208
4.625.501.250
60.353.853.662
61.860.141.429
63.366.429.197
64.872.716.964
66.379.004.732
67.885.292.499
69.391.580.267
70.897.868.034
72.404.155.802
73.910.443.569
466.530.441
482.859.006
499.759.072
517.250.639
535.354.411
554.091.816
573.485.029
593.557.005
614.331.501
635.833.103
Berdasarkan Aktivitas Investasi e
Investasi Ulang Berdasarkan Aktivitas Keuangan
f
Pembayaran Angsuran Pinjaman
g
Pembayaran Bunga Pinjaman Total Uang Keluar (c+d+e+f+g)
h
Pendapatan Sebelum Pajak Pajak (12,5%), h<50 M
i Pendapatan Sesudah Pajak Accumulative Revenue j Discount Factor k Present Value (I x k) l Return on Investment (ROI) m
IRR : Payback Period : ROI : BEP :
(15.551.014.695) 1,00 (15.551.014.695)
14,67% 5,40 5 5 1.996.411.993,83 12.914
Tahun Tahun Bulan IDR Uniit
674.884.687,08
744.060.368
820.326.555
904.410.027
997.112.055
1.099.316.040
1.211.995.935
1.336.225.518
1.473.188.634
1.624.190.468
1.115.785.304,38
1.046.609.623,96
970.343.436,29
886.259.964,38
793.557.936,61
691.353.950,98
578.674.056,84
454.444.473,54
317.481.357,95
166.479.523,02
66.840.334.094,02
68.405.243.226,95
69.971.146.787,67
71.538.069.007,96
73.106.034.861,96
74.675.070.091,13
76.245.201.230,03
77.816.455.632,98
79.388.861.501,69
80.962.447.913,79
2.906.265.906
3.082.056.773
3.256.853.212
3.430.630.992
3.603.365.138
3.775.029.909
3.945.598.770
4.115.044.367
4.283.338.498
4.450.452.086
363.283.238
385.257.097
407.106.652
428.828.874
450.420.642
471.878.739
493.199.846
514.380.546
535.417.312
556.306.511
2.542.982.668
2.696.799.676
2.849.746.561
3.001.802.118
3.152.944.496
3.303.151.170
3.452.398.924
3.600.663.821
3.747.921.186
3.894.145.575
2.542.982.668 0,91 2.306.560.243 (13.008.032.027)
5.239.782.344 0,82 2.218.663.768 (10.311.232.351)
8.089.528.905 0,75 2.126.524.760 (7.461.485.790)
11.091.331.023 0,68 2.031.737.831 (4.459.683.672)
14.244.275.519 0,61 1.935.634.414 (1.306.739.176)
17.547.426.689 0,56 1.839.318.169 1.996.411.994
20.999.825.613 0,51 1.743.696.057 5.448.810.918
24.600.489.434 0,46 1.649.505.583 9.049.474.739
28.348.410.620 0,42 1.557.338.666 12.797.395.925
32.242.556.195 0,38 1.467.662.512 16.691.541.500
4. Perhitungan Jumlah Unit untuk mencapai BEP (Break Event Point) Perhitungan Jumlah Unit dalam Mencapai BEP (Break Event Point) Diketahui dari data yang didapatkan, sebagai berikut: 1. Sisa Investasi pada tahun sebelum Payback Period 2. Pendapatan sesudah pajak pada tahun Payback Period 3. Target produksi pada tahun Payback Period 4. Jumlah unit yang terjual sebelum Payback Period maka dilakukan perhitungan sebagai berikut : Jumlah unit yang dibutuhkan = 1 2 = =
= = = =
Rp 1.306.739.176,44 Rp 3.303.151.170,26 2602 unit 11884 unit
+( ) 12.913,36 unit 12.914 unit
5. Lifetime Machine No Nama peralatan 1 Bangunan dan tanah 2 Fork Car Transportation 3 ton 3 Overhead Crane 3 ton 4 Manual Stacker 4 Mesin las GMAW 5 Mesin las TIG 5 Mesin potong 6 mesin bending 7 mesin rol 7 mesin gerinda tangan 8 abrassive cutoff machine 9 mesin bor 10 mesin bor duduk 11 Mobile Gantry Crane 12 mesin amplas 13 kompresor 14 spray gun
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Nilai Investasi Lifetime (Tahun)PenyusutanHarga Penyusutan 12,902,850,000.00 20 10% Rp 1,290,285,000.00 164,712,000.00 15 10% Rp 16,471,200.00 274,520,000.00 15 10% Rp 27,452,000.00 7,549,300.00 5 10% Rp 754,930.00 29,984,500.00 5 10% Rp 2,998,450.00 15,491,000.00 5 10% Rp 1,549,100.00 344,000,000.00 15 10% Rp 34,400,000.00 143,000,000.00 15 10% Rp 14,300,000.00 175,700,000.00 15 10% Rp 17,570,000.00 468,000.00 3 10% Rp 46,800.00 1,885,000.00 5 10% Rp 188,500.00 455,000.00 3 10% Rp 45,500.00 1,612,000.00 5 10% Rp 161,200.00 16,216,000.00 673,000.00 3 10% Rp 67,300.00 5,846,000.00 10 10% Rp 584,600.00 195,000.00 1 10% Rp 19,500.00 Total Rp 1,406,894,080.00
Depresiasi Rp 580,628,250.00 Rp 9,882,720.00 Rp 16,471,200.00 Rp 1,358,874.00 Rp 5,397,210.00 Rp 2,788,380.00 Rp 20,640,000.00 Rp 8,580,000.00 Rp 10,542,000.00 Rp 140,400.00 Rp 339,300.00 Rp 136,500.00 Rp 290,160.00 Rp Rp Rp Rp
201,900.00 526,140.00 175,500.00 658,098,534.00
6. Depresiasi Keterangan
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
12,902,850,000
12,902,850,000
12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 14,085,156,800
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
10%
1,290,285,000
1,290,285,000
1,290,285,000
10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
Harga Perolehan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun Total Penyusutan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun Total
Akumulasi Penyusutan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun
1,290,285,000 16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500
2,580,570,000 32,942,400 54,904,000 1,509,860 5,996,900 3,098,200 68,800,000 28,600,000 35,140,000 93,600 377,000 91,000 322,400 3,243,200 134,600 1,169,200 39,000
3,870,855,000 49,413,600 82,356,000 2,264,790 8,995,350 4,647,300 103,200,000 42,900,000 52,710,000 140,400 565,500 136,500 483,600 4,864,800 201,900 1,753,800 58,500
Total
1,408,515,680
2,817,031,360
4,225,547,040
Nilai Buku Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun
11,612,565,000 148,240,800 247,068,000 6,794,370 26,986,050 13,941,900 309,600,000 128,700,000 158,130,000 421,200 1,696,500 409,500 1,450,800 14,594,400 605,700 5,261,400 175,500
10,322,280,000 131,769,600 219,616,000 6,039,440 23,987,600 12,392,800 275,200,000 114,400,000 140,560,000 374,400 1,508,000 364,000 1,289,600 12,972,800 538,400 4,676,800 156,000
9,031,995,000 115,298,400 192,164,000 5,284,510 20,989,150 10,843,700 240,800,000 100,100,000 122,990,000 327,600 1,319,500 318,500 1,128,400 11,351,200 471,100 4,092,200 136,500
Total
12,676,641,120
11,268,125,440
9,859,609,760
Keterangan
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
12,902,850,000
12,902,850,000
12,902,850,000
12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
10%
1,290,285,000
1,290,285,000
1,290,285,000
1,290,285,000
10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
Harga Perolehan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun Total Penyusutan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun Total
Akumulasi Penyusutan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun
5,161,140,000 65,884,800 109,808,000 3,019,720 11,993,800 6,196,400 137,600,000 57,200,000 70,280,000 187,200 754,000 182,000 644,800 6,486,400 269,200 2,338,400 78,000
6,451,425,000 82,356,000 137,260,000 3,774,650 14,992,250 7,745,500 172,000,000 71,500,000 87,850,000 234,000 942,500 227,500 806,000 8,108,000 336,500 2,923,000 97,500
7,741,710,000 98,827,200 164,712,000 4,529,580 17,990,700 9,294,600 206,400,000 85,800,000 105,420,000 280,800 1,131,000 273,000 967,200 9,729,600 403,800 3,507,600 117,000
9,031,995,000 115,298,400 192,164,000 5,284,510 20,989,150 10,843,700 240,800,000 100,100,000 122,990,000 327,600 1,319,500 318,500 1,128,400 11,351,200 471,100 4,092,200 136,500
Total
5,634,062,720
7,042,578,400
8,451,094,080
9,859,609,760
Nilai Buku Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun
7,741,710,000 98,827,200 164,712,000 4,529,580 17,990,700 9,294,600 206,400,000 85,800,000 105,420,000 280,800 1,131,000 273,000 967,200 9,729,600 403,800 3,507,600 117,000
6,451,425,000 82,356,000 137,260,000 3,774,650 14,992,250 7,745,500 172,000,000 71,500,000 87,850,000 234,000 942,500 227,500 806,000 8,108,000 336,500 2,923,000 97,500
5,161,140,000 65,884,800 109,808,000 3,019,720 11,993,800 6,196,400 137,600,000 57,200,000 70,280,000 187,200 754,000 182,000 644,800 6,486,400 269,200 2,338,400 78,000
3,870,855,000 49,413,600 82,356,000 2,264,790 8,995,350 4,647,300 103,200,000 42,900,000 52,710,000 140,400 565,500 136,500 483,600 4,864,800 201,900 1,753,800 58,500
Total
8,451,094,080
7,042,578,400
5,634,062,720
4,225,547,040
Keterangan
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
12,902,850,000
12,902,850,000
12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
164,712,000 274,520,000 7,549,300 29,984,500 15,491,000 344,000,000 143,000,000 175,700,000 468,000 1,885,000 455,000 1,612,000 16,216,000 673,000 5,846,000 195,000 12,902,850,000
10%
1,290,285,000
1,290,285,000
1,290,285,000
10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
16,471,200 27,452,000 754,930 2,998,450 1,549,100 34,400,000 14,300,000 17,570,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500 1,408,515,680
Harga Perolehan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun Total Penyusutan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun Total
Akumulasi Penyusutan Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun
9,031,995,000 115,298,400 192,164,000 5,284,510 35,981,400 18,589,200 52,081,960 100,100,000 38,150,000 327,600 1,319,500 318,500 1,128,400 11,351,200 471,100 4,092,200 136,500
10,322,280,000 131,769,600 219,616,000 6,039,440 41,121,600 21,244,800 59,522,240 114,400,000 43,600,000 374,400 1,508,000 364,000 1,289,600 12,972,800 538,400 4,676,800 156,000
11,612,565,000 148,240,800 247,068,000 6,794,370 46,261,800 23,900,400 66,962,520 128,700,000 49,050,000 421,200 1,696,500 409,500 1,450,800 14,594,400 605,700 5,261,400 175,500
Total
9,608,789,470
10,981,473,680
12,354,157,890
Nilai Buku Tanah dan bangunan Mesin dan Peralatan Fork Car Transportation 3 ton Overhead Crane 3 ton Manual Stacker Mesin las GMAW Mesin las TIG Mesin potong mesin bending mesin roll mesin gerinda tangan mesin gerinda duduk mesin bor mesin bor duduk Mesin Gantry Crane mesin amplas kompresor spray gun
3,870,855,000 49,413,600 82,356,000 2,264,790 15,420,600 7,966,800 22,320,840 42,900,000 16,350,000 140,400 565,500 136,500 483,600 4,864,800 201,900 1,753,800 58,500
2,580,570,000 32,942,400 54,904,000 1,509,860 10,280,400 5,311,200 14,880,560 28,600,000 10,900,000 93,600 377,000 91,000 322,400 3,243,200 134,600 1,169,200 39,000
1,290,285,000 16,471,200 27,452,000 754,930 5,140,200 2,655,600 7,440,280 14,300,000 5,450,000 46,800 188,500 45,500 161,200 1,621,600 67,300 584,600 19,500
Total
4,118,052,630
2,745,368,420
1,372,684,210
LAMPIRAN HASIL FORECASTING DENGAN MINITAB 17
1. Jumlah Armada Kapal Ikan Per Tahun
Jenis Kapal Ikan berdasarkan Kapasitas Muatan Kapal 0-5 GT Kapal 6-10 GT Kapal 11-20 GT Kapal 21-30 GT
Jumlah Armada Kapal Ikan per tahun 2006 1711 3742 1592 892
2007 1806 4116 1027 1413
2008 2442 4527 1543 1091
2009 2530 7788 2849 2691
2010 2634 5294 2771 2737
2011 10784 6430 3646 2289
2012 9860 6128 3450 2721
2013 13261 5816 3584 2404
Jumlah Armada Kapal 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2004
2006
2008
Kapal 6-10 GT
2010
2012
Kapal 11-20 GT
2014 Kapal 21-30 GT
2. Estimasi Jumlah Armada Kapal Ikan Tahun 2016-2025 Untuk Kapal Ikan 6-10 GT Hasil Forecast Kapal 6-10 GT
Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Indikator Hasil Forecast
Jumlah Kapal
5773 5758 5721 5750 5743 5738 5744 5742 5741 5742
MAPE
MAD
MSD
Lower
Upper
8 7 6 6 5 5 5 4 4 4
507 452 411 376 345 319 297 277 260 245
748457 665319 598924 544557 499181 460784 427873 399349 374390 352367
4077 4160 4204 4304 4358 4407 4461 4503 4542 4579
7468 7357 7238 7197 7128 7068 7025 6980 6940 6906
2016
2014 15703 5870 3701 1769
2015 14869 5632 3852 2076
Untuk Kapal Ikan 11-20 GT Hasil Forecast Kapal 11-20 GT
Tahun
Indikator Hasil Forecast
Jumlah Kapal MAPE
MAD
MSD
Lower
Upper
2016
3712
11
323
203750
2827
4597
2017
3755
10
292
181317
2920
4590
2018
3773
9
265
163217
2981
4564
2019
3747
8
243
148443
2992
4502
2020
3758
8
224
136083
3035
4481
2021
3759
7
207
125615
3065
4454
2022
3755
6
192
116644
3085
4424
2023
3758
6
180
108868
3110
4404
2024
3758
6
168
102064
3131
4383
2025
3757
5.4
158.5
96060
3150
4365
Untuk Kapal Ikan 21-30 GT Hasil Forecast Kapal 21-30 GT
Tahun
Indikator Hasil Forecast
Jumlah Kapal MAPE
MAD
MSD
Lower
Upper
2016
2083
10
205
76786
1539
2626
2017
1976
9
189
65897
1473
2479
2018
2045
8
172
57163
1576
2514
2019
2034
8
152
50030
1596
2473
2020
2018
7
136
44502
1605
2432
2021
2032
6
124
40073
1640
2425
2022
2028
6
113
36431
1655
2402
2023
2027
5
104
33396
1669
2385
2024
2029
5
96
30827
1686
2373
2025
2028
4
90
28625
1697
2360
LAMPIRAN LAYOUT INDUSTRI
LAYOUT FRONT OFFICE
LAYOUT INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN TANGKAP 3D
BIODATA PENULIS
Dilahirkan di Bogor 23 Desember 1994, Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal dimulai dari TK Insan Taqwa, SDN Polisi 4 Bogor, SMP Negeri 4 Bogor, SMA Negeri 3 Bogor dan masuk perguruan tinggi Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Fakultas Teknologi Kelautan Departemen Teknik Perkapalan Program S-1 pada tahun 2012 melalui Program Jalur Mandiri ITS. Dalam perkuliahan di Departemen Teknik Perkapalan, penulis mengambil Bidang Keahlian Industri Perkapalan. Selain aktif melaksanakan pendidikan formal di kampus ITS, penulis aktif mengikuti organisasi dalam kampus yakni menjadi staff Departemen PSDM HIMATEKPAL ITS periode 2013/2014, anggota divisi Tender pada event Sampan 7, tim dana pusat pada event Sampan 8, Ketua Departemen PSDM HIMATEKPAL ITS periode 2014/2015. Penulis tergabung juga dalam perkumpulan mahasiswa Bogor Se-Surabaya yang bernama SAFARY (Surabaya Family of Rain City). Diluar kegiatan kampus, penulis aktif berkegiatan olahraga futsal, travelling, dan kegiatan pendakian sesuai hobi penulis. Penulis telah menyelesaikan Kerja Praktek selama 2 periode di Palindo Marine berloksasi di Batam untuk pengalaman bekerja di galangan dan BKI Samarinda untuk pengalaman bekerja di Badan Klasifikasi. Untuk menyelesaikan perkuliahan di Departemen Teknik Perkapalan ITS, Penulis mengambil Tugas Akhir dengan judul “Analisa Teknis dan Ekonomis Industri Komponen Peralatan Tangkap dalam Menunjang Proyek Pengadaan Kapal Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan”
Email :
[email protected] /
[email protected]