Tugas Akhir KL 40Z0 – Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Penilaian resiko dilakukan pada tiap zona yang sudah dispesifikasikan. Peta resiko menggunakan sistem skoring yang diperkenalkan oleh W Kent Muhlbauer dengan bukunya yang berjudul Pipeline Risk Management Manual. Perhitungan juga dikombinasikan dengan hasil data survey dan code yang diperkirakan membantu dalam regulasi analisa. Jumlah keseluruhan penilaian resiko dari keempat index yang bernilai akhir 253 pts. Merupakan gambaran kondisi keadaan pipa saat ini, jika dibandingkan dengan skor relatif (240 pts - 260 pts) sebagai pembanding, menunjukkan bahwa resiko ALARP. Akan tetapi untuk beberapa item pada Index tertentu masih ada data yang tidak pasti, sehingga masih diberikan penilaian dengan pertimbangan subjektif dan hasil diskusi bersama. Penguburan pipa di daerah dekat pantai juga diperlukan, berdasarkan activity level yang ada, memperlihatkan bahwa kestabilan pipa dapat terganggu dengan frekuensi aktivitas yang medium sedangkan hasil survey menunjukkan minimnya penanda jalur rute pipa yang ada. Ironisnya lagi warga lokal yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada laut bebas, tidak terlalu memikirkan keberadaan jaringan pipa apapun yang berada tak terlihat di dasar perairan maupun yang terkubur. Pipa yang terkubur akan memenuhi code ASME B31.8 yang menyebutkan bahwa penguburan diperlukan untuk perlindungan tambahan, namun kedalamannya 107 Program Studi Teknik Kelautan - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Tugas Akhir KL 40Z0 – Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring
tidak ditentukan. ASME B31.8 juga menyebutkan bahwa penguburan juga dapat dilakukan untuk alasan kestabilan. Lagipula jika pipa tidak dikubur, maka bahaya yang mengancam dari luar akan lebih banyak. Distribusi penilaian resiko memang terlihat merata di keempat index yang telah diperkenalkan oleh W.Kent Muhlbauer, akan tetapi berdasarkan hasil analisa penilaian
terdapat
satu
index
yang
cakupan
nilainya
paling
rendah
dibandingkan ketiga index lainnya. Index yang dimaksud ialah Inccorect Operations Index, dengan skor penilaian resiko akhir 59 pts. Ternyata pada item operations, yang memiliki beberapa parameter penilaian seperti Procedures, Drug testing, Training didapatkan skor penilaian resiko yang rendah
dibandingkan
dengan
parameter
penilaian
lainnya.
Alasan
ini
merupakan kurangnya perusahaan di bidang oil & gas melakukan simulasi kecelakaan maupun training yang memang sangat memakan biaya dan waktu. Akan tetapi dengan adanya training oleh praktisi maupun staff ahli engineer dapat meningkatkan persamaan ilmu dan skill bidang offshore dalam bekerja bersama secara tim.
5.2 Saran Sangat direkomendasikan bahwa perlindungan mekanis seperti concrete barrier sangat diperlukan, mengingat kegunaannya dapat menambah proteksi akan pipa sehingga mengurangi besarnya frekuensi resiko kegagalan yang akan terjadi. Untuk mengurangi resiko kegagalan pada pipa dari ancaman jatuhnya jangkar/objek, disebutkan bahwa kedalaman penguburan minimum adalah 0.5m (diasumsikan tanah pasir). Oleh sebab itu, jika kedalaman penguburan aktual kurang 0.5m terutama di Zona II KP 1.1 – 12.7 (tanah keras, sehingga diasumsikan sulit digali) dapat ditambahkan perlindungan tambahan seperti bantalan beton sampai ketinggian perlindungan yang dibutuhkan tercapai. 108 Program Studi Teknik Kelautan - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Tugas Akhir KL 40Z0 – Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring
Rekomendasi ini juga berdasarkan DnV OS F101 dan ASME B31.8. Sangat direkomendasikan untuk memilih beberapa pengaman tambahan seperti contoh dibawah ini: 1. Matras Beton 2. Penumpukan Gravel 3. Karung Beton 4. Karung Pasir
Gambar 5.1 Rekomendasi proteksi dengan bantalan beton
Pemilihan dari rekomendasi jenis proteksi diatas akan ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan kriteria pemilihan yaitu pemilihan proteksi yang paling aman, efektif, handal dan mudah untuk dipasang. Perusahaan dianjurkan untuk melakukan analisa lebih lanjut untuk mengoptimalkan pemilihan jenis proteksi.
109 Program Studi Teknik Kelautan - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Tugas Akhir KL 40Z0 – Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring
Rekomendasi Ukuran Mitigasi Tabel Angkatan Laut Setelah
pipa
terpasang
dan
siap
beroperasi,
Perusahaan
harus
meyakinkan bahwa Tabel Angkatan Laut diperbaharui sejalan dengan pemasangan pipa sepanjang rute Labuhan Maringgai – Teluk Cilegon. Meningkatkan Kewaspadaan pada Industri Kelautan Bahkan jika tabel Angkatan Maut diperbaharui, belum tentu semua kapal menggunakan
tabel
tersebut.
Perusahaan
dapat
meningkatkan
kewaspadaan dengan membangun kerja sama dengan pelabuhanpelabuhan besar di lokasi studi. Perusahaan juga dapat memilih untuk meningkatkan kewaspadaan dengan industri-industri tetangga. Penanda Jalur Pipa Penanda jalur pipa juga dapat digunakan untuk memberikan referensi visual yang jelas kepada kapal laut yang melintas bahwa terdapat bahaya bawah laut. Cara ini akan meningkatkan kewaspadaan jika penanda ini permanen dan terlihat dengan jelas. Perusahaan harus memeriksa penanda apa yang diperbolehkan di kawasan Labuhan Maringgai dan Teluk Cilegon. Inspeksi Pipa Periodik Selama pipa sedang beroperasi, deteksi terhadap kerusakan sangat direkomendasikan. Membiarkan pipa terkena bahaya akan mengurangi integritas struktur pipa. Prosedur Darurat Harus dikembangkan prosedure shutdown daruat dan perbaikan darurat untuk pipa selama masa operasi, sehingga jika pipa tiba-tiba rusak, prosedurnya sudah ada dan meminimalisir bahaya terhadap manusia dan lingkungan. 110 Program Studi Teknik Kelautan - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Tugas Akhir KL 40Z0 – Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring
Komunikasi Membangun komunikasi antara Petugas Administrasi Pelabuhan banten dan Labuhan Maringgai (Panjang) untuk mengkontrol area penjangkaran. Direkomendasikan untuk memindahkan area penjangkaran di selatan Pulau Panjang ke tempat lain. Patroli Laut Patroli laut yang rutin harus dilakukan selama masa operasional pipa. Patroli laut meliputi 2 (dua) tujuan. Pertama, patroli laut dapat melakukan inspeksi secara visual terhasap jalur pipa. Kedua, patroli laut meningkatkan kewaspadaan bahwa pipa bawah laut ada di daerah patroli. Petugas dapat mengalihkan kapal yang masuk ke dalam daerah yang dilarang. Untuk pipa yang terkubur, patroli mungkin saja menemukan anomali potensial seperti: •
Pipa terlihat karena erosi, penggerusan, ataupun pemindahan yang disengaja
•
Kerusakan potensial dari pipa
•
Rusaknya penanda pipa ataupun pelampung jika digunakan
111 Program Studi Teknik Kelautan - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan