TREN FLAT DESIGN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Marsha Anindita, Menul Teguh Riyanti*) Abstract
Flat Design Trend in Visual Communication Design. Visual communication design is how human being is communicating with visual image. Every designer has characteristic in their work, but in the last few years flat design appeared in visual communication design artworks. Many big and reputable companies used flat design such as Microsoft, Apple, Google, Kompas, and many more. The flat design is very different from previously existing trend because it formed simplicity by removing all forms of gradation effects, shadows, glossy and others. There are some who assume flat design is the implementation of a minimalist style and linked it with the famous Swiss Style in the 1940s until the 1950s. This paper explained more about the development and application of a flat design in visual communication design. Keywords: visual communication design, graphic, flat design
Abstrak
Tren Flat Design Dalam Desain Komunikasi Visual. Desain Komunikasi Visual menjelaskan tentang bagaimana manusia berkomunikasi melalui citra visual. Setiap desainer memiliki ciri khas berbeda dalam setiap karyanya. Dalam beberapa tahun belakangan flat design atau desain datar cukup banyak muncul pada karya-karya desain komunikasi visual. Banyak perusahaan-perusahaan besar dan ternama yang menggunakan flat design dalam karya-karyanya, seperti Microsoft, Apple, Google, Kompas, dan lain-lain. Flat design jauh berbeda dari tren yang sudah ada sebelumnya karena gaya desain ini membentuk kesan sederhana dengan membuang segala bentuk efek gradasi, bayangan, glossy dan lain-lain. Ada yang menganggap flat design adalah implementasi dari gaya minimalis dan mengaitkannya dengan The Swiss Style yang terkenal pada tahun 1940-an sampai 1950-an. Makalah ini memaparkan lebih dalam mengenai perkembangan maupun penerapan flat design dalam desain komunikasi visual. Kata kunci : desain komunikasi visual, grafis, flat design
*) Mahasiswa dan Dosen Program Studi DKV, FSRD Universitas Trisakti email:
[email protected]
1
Dimensi DKV, Vol.1-No.1 April 2016
Pendahuluan Desain adalah proses perancangan yang melibatkan kreativitas manusia yang bertujuan membuat suatu benda, sistem, dan sejenisnya yang memiliki manfaat bagi umat manusia. Aktivitas yang termasuk dalam desain antara lain desain industri, desain interior, arsitektur, desain produk, desain grafis, dan profesi-profesi lainnya. Secara etimologi istilah desain berasal dari beberapa serapan bahasa, yaitu kata ”designo” (Itali) yang secara gramatikal berarti gambar dan bermakna to make preliminary sketches of, to plan and carry out experiment, to form in the mind, sedangkan kata “designare” (Latin) yang bermakna a plan, scheme, a project. Yongky Safanayong menyebutkan bahwa desain grafis, bersumber pada studi antropologi kebudayaan, komunikasi, sejarah, psikologi, sosiologi, bahkan ilmu pendidikan. Misalnya studi psikologi yang mempelajari bagaimana kita mengerti dan memahami bahwa pesanpesan dapat memberi informasi yang dapat digunakan bagi masyarakat yang memiliki latar belakang berbeda, informasi yang sama dapat dikomunikasikan dalam berbagai cara yang berbeda. Metode yang paling efektif tergantung publik sasaran dan keterkaitannya. Kegiatan desain merupakan proses pemecahan masalah, metode kreativitas dan evaluasi bentuk interdisiplin dengan bidang-bidang lain (Safanayong, 2006 : 3). Pada tahun 1977, Gert Dumbar seorang desainer Belanda telah memperkenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual. Karena menurutnya desain grafis tidak hanya menangani desain untuk percetakan tetapi juga moving image, display dan pameran. Akhirnya di tahun 1979, mulai dipakai istilah Desain Komunikasi Visual (DKV) menggantikan istilah desain grafis. Tetapi baru pada tahun 1980-an orang mulai terbiasa memakai istilah Desain Komunikasi Visual. Secara singkat desain komunikasi visual dapat diartikan sebagai cara atau rancangan berkomunikasi kepada pihak lain melalui visualisasi atau media visual. Tiap desainer punya ciri khas masing-masing pada karyanya. Tidak menutup kemungkinan karya atau desain yang dihasilkan mendapat pengaruh dari apa yang sedang menjadi tren saat itu. Seperti pada tahun 1819 muncul aliran art nouveau sebagai reaksi terhadap industrialisasi dan gaya mesin yang menghapus sifat manusiawi dalam seni dan pembuatan kebutuhan manusia lainnya. Ciri aliran ini adalah gaya dekoratif dengan unsur tumbuhan (flora) yang meliuk-liuk, penggunaan ukiran dan ulir yang dibuat cenderung berlebihan untuk memberikan kesan estetis yang saat itu tidak bisa didapatkan dari mesin. Secara keseluruhan, gaya art nouveau memperlihatkan desain yang memadukan gambar, tipografi, dan ornamen dekoratif yang berirama. Pada tahun 1920-an sebelum perang dunia kedua muncul style art deco di paris. Bahasa visual art
2
TREN FLAT DESIGN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Marsha Anindita, Menul Teguh Riyanti
deco bersifat heroik dan futuristik cocok diterapkan pada materi pesan komersial maupun politik pada masa itu. Pada tahun 1960-1970 maraknya style pop art di Amerika dan Inggris, pop art berasal dari kata popular culture yang menggambarkan sebuah budaya masyarakat awam (rendah) seperti hiburan dan komersial. Ciri khas dalam style ini adalah menggunakan warna-warna terang, cerah, dan kombinasi warna komplementer, teknik perwarnaan datar/blok, menggunakan garis dan bentuk yang lentur, membuat gambar menjadi tidak realis, foto dibuat high contrast black and white atau menggunakan warna komplementer. Selain itu efek dari budaya pop ini muncul kegemaran pada poster. Salah satu yang cukup khas adalah munculnya poster psychedelic atau psychedelic art yang dikaitkan dengan gaya kaum muda, musik rock, dan obat-obatan. Beberapa tahun belakangan muncul sebuah gaya yang mendominasi di industri desain grafis, yaitu flat design. Penerapan suatu desain tidak hanya terbatas pada hasil 2D tetapi juga pada hasil 3D, tidak terbatas pada media cetak tetapi bisa diterapkan pada media digital. Tren yang berkembang pada tiap media pun biasanya saling berhubungan. Tren flat design paling terasa cukup banyak pada media cetak dan media digital khususnya web design dan user interface. Flat design banyak mempengaruhi karya-karya para desainer grafis untuk berkomunikasi secara visual, baik dari skala kecil hingga skala besar. Bahkan beberapa perusahaan besar dan ternama mulai menerapkan gaya ini pada produknya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, makalah ini menguraikan bagaimana perkembangan tren flat design dalam dunia desain komunikasi visual dan perkembangan tren flat design di Indonesia. Fokus pembahasan adalah pengertian flat design serta perkembangannya pada dunia desain grafis untuk media cetak dan media digital (web design dan user interface). Tujuannya adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang flat design dan menganalisis perkembangan tren flat design dalam dunia desain komunikasi visual khususnya pada desain untuk media cetak dan media digital (web design dan user interface). Manfaatnya adalah untuk menambah ilmu tentang flat design dan pengetahuan mengenai perkembangan flat design dalam dunia desain grafis.
Elemen Desain pada Flat Design Secara garis besar ada empat elemen dasar yang sering muncul dalam flat design, yaitu (a) Ilustrasi, (b) Tipografi, (c) Tata letak, dan (d) Warna. Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atau menyampaikan pesan secara visual. Ilustrasi bisa berbentuk bermacam-macam, seperti karya seni sketsa, lukis, grafis, karikatur, dan lain-lain. Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi mode dalam Desain Komunikasi Visual. Ilustrasi menjadi elemen yang sangat kreatif dan fleksibel, dalam
3
Dimensi DKV, Vol.1-No.1 April 2016
arti ilustrasi dapat menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi.
Gambar 1. Contoh Ilustrasi Flat Design (Sumber: www.designbolts.com)
Seorang ilustrator seringkali mengalami kesulitan dalam usahanya untuk mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan ilustrasi, tetapi jika berhasil, maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat besar. Karena itu suatu ilustrasi harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang diharapkan dari pengamat yang dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan dapat bercerita banyak dibandingkan dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat ilustrasi yang lebih hidup, sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk merekam momen sesaat. Banyak ahli menganggap bahwa ilustrasi dapat mengungkapkan sesuatu dengan lebih cepat dan efektif dibanding menggunakan teks. Elemen lain adalah tipografi. Tipografi merupakan seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk menterjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa visual adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk media, mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat kabar dan majalah. Seorang tipografer berusaha untuk mengkomunikasikan ide dan emosi dengan menggunakan bentuk huruf yang telah ada. Di dalam desain grafis, tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, “menyusun” meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu tampilan yang dikehendaki (Kusrianto, 2007: 190).
4
TREN FLAT DESIGN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Marsha Anindita, Menul Teguh Riyanti
Dalam beberapa literatur tipografi, rupa huruf dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi untuk mempermudah mengidentifikasi rupa huruf tersebut, yaitu (a) Blackletter/Old English/Textura, berdasarkan tulisan tangan (script) yang populer pada abad pertengahan (sekitar abad 17) di Jerman (gaya gothic) dan Irlandia (gaya Celtic), (b) Humanis/Venetian, berdasarkan tulisan tangan (script) gaya romawi di Italia. Disebut humanis karena goresannya seperti tulisan tangan manusia, (c) Old Style, rupa huruf serif yang sudah berupa metal type, gaya ini sempat mendominasi industri percetakan selama 200 tahun, (d) Transitional, rupa huruf serif, muncul pertama kali sekitar tahun 1692 oleh Philip Grandjean, diberi nama Roman du Roi atau “rupa huruf raja”, karena dibuat atas perintah Raja Louis XIV, (e) Modern/Didone, rupa huruf serif, muncul sekitar akhir abad 17, menjelang zaman Modern, (f) Sans-serif/rupa huruf tanpa kait, (g) Grotesque Sans-serif, muncul sebelum abad 20, (h) Geometris Sans-serif, bentuk rupa hurufnya berdasarkan bentuk-bentuk geometris, seperti lingkaran segi empat dan segitiga, (i) Humanis Sans-serif, bentuk rupa hurufnya seperti tulisan tangan manusia, (j) Display/dekoratif, muncul sekitar abad 19, untuk menjawab kebutuhan di dunia periklanan. Cirinya adalah ukuranya yang besar, dan (k) Script dan cursive, bentuknya menyerupai tulisan tangan manusia. Elemen yang tidak kalah penting adalah tata letak. Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam segi kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai suatu strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat. Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan (Heizer dan Render, 2009: 532). Tata letak bukan hanya sebatas menata letak material-material (content) suatu halaman media melainkan bagaimana mengorganisasikan ruang. Ruang-ruang tersebut berbeda sifat dan jenisnya untuk tiap media. Terdapat beberapa prinsip dalam menghasilkan tata letak yang baik, yaitu (a) Proporsi, kesesuaian antara ukuran halaman dengan isi atau elemen-elemen desainnya, (b) Keseimbangan, penempatan elemen-elemen visual dalam suatu bidang agar terlihat memiliki bobot visual seimbang, (c) Kontras/Penekanan, membuat fokus utama untuk menarik perhatian audience dengan menonjolkan apa yang terpenting atau menjadi fokus kita, (d) Irama, pola yang dibuat oleh elemen-elemen secara berulang dan bervariasi, dan (e) Kesatuan, hubungan antara elemen-elemen desain yang semula berdiri sendirisendiri serta memiliki ciri sendiri-sendiri ketika dipadukan menjadi satu kesatuan yang utuh dan memiliki fungsi baru. 5
Dimensi DKV, Vol.1-No.1 April 2016
Elemen desain lain adalah warna. Pengertian warna menurut Dameria (2007), warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek, dan observer (dapat berupa mata kita ataupun alat ukur). Apabila salah satu unsur di atas tidak berfungsi sebagaimana mestinya kita tidak dapat melihat cahaya. Warna mempunyai peran penting dalam kehidupan, namun tidak jarang kita melupakan arti dan fungsinya dengan menganggap warna hanya sebagai penghias. Warna adalah bentuk rangsangan visual yang mempunyai efek dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Hasilnya bisa positif seperti rasa tenang, atau negatif seperti perasaan mencekam. Warna sering dipakai untuk mencerminkan suatu perasaan tertentu. Selain itu warna juga sering dipakai untuk mencerminkan suatu makna tersirat yang ingin disampaikan. Warna merupakan suatu bahasa yang disembunyikan, yaitu (a) Warna bisa mewakili usia tertentu, (b) Warna bisa mewakili suasana hati, (c) Warna bisa menunjukan kepribadian, (d) Warna untuk menunjukan status sosial tertentu, (e) Warna bisa menunjukan orientasi seksual dan jenis kelamin, dan (f) Warna sebagai petunjuk waktu.
Aplikasi Flat Design pada Komputer Grafis Komputer grafis adalah bagian dari ilmu komputer, secara garis besar yang dimaksud komputer grafis adalah pembuatan maupun manipulasi gambar (visual) secara digital menggunakan media komputer. Ada dua macam gambar yang dapat dihasilkan yaitu yang berbasis vector dan yang berbasis raster atau bitmap. Vector berasal dari penggabungan koordinat-koordinat titik menjadi garis atau kurva yang menggunakan perhitungan matematis untuk kemudian menjadi sebuah objek, sehingga gambar tidak menjadi pecah ketika diperbesar atau diperkecil dan ukuran file yang dihasilkan lebih kecil dibanding gambar bitmap.
Gambar 2. Perbandingan Bitmap dan Vector (Sumber: www.sanctuarymedia.com)
6
TREN FLAT DESIGN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Marsha Anindita, Menul Teguh Riyanti
Gambar bitmap sangat berlawanan dengan gambar vector, gambar dibentuk oleh sekumpulan titik yang disebut pixel (picture element). Titik-titik akan terlihat sebagai sebuah gambar utuh bila dilihat dari jauh. Bila kita membesarkan gambar tersebut maka akan muncul sederetan kotak yang berhimpitan. Banyaknya titik akan berpengaruh pada tingkat kejelasan gambar yang sering disebut dengan resolusi. Gambar bitmap mampu menangkap nuansa warna dan bentuk yang natural oleh karena itu ukuran file yang dihasilkan menjadi lebih besar.
Gambar 3. Perbandingan Bitmap dan Vector (Sumber: www. designsareinthedetails.com)
Ada beberapa program komputer yang digunakan dalam komputer grafis antara lain, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, dan Corel Draw. Adobe Illustrator adalah program editor grafis vektor terkemuka yang sudah akrab di kalangan para desainer grafis, yang dikembangkan dan dipasarkan oleh Adobe Systems. Illustrator CS6 merupakan versi terkini program ini, generasi keenam belas untuk produk Illustrator. Program yang lahir pada tahun 1986 ini berbasis vektor sehingga kualitas ketajamannya tidak akan berubah bila dibesarkan dengan ukuran berapapun. Di awal kemunculannya Illustrator hanya diperuntukan bagi platform Macintosh, baru pada seri ke 2.0 nya yaitu Illustrator 88 dikeluarkan untuk platform Windows meskipun pada awal-awal peluncurannya tidak berjalan baik. Penggunaan flat design dalam aplikasi komputer grafis juga pada perancangan web. Perancangan web (web design) adalah istilah umum yang digunakan untuk mencakup bagaimana isi web konten ditampilkan, (biasanya berupa hypertext atau hypermedia) yang dikirimkan ke pengguna akhir melalui World Wide Web, dengan menggunakan sebuah browser web atau perangkat lunak berbasis web. Tujuan dari web design
7
Dimensi DKV, Vol.1-No.1 April 2016
adalah untuk membuat website, yaitu sekumpulan konten online termasuk dokumen dan aplikasi yang berada pada server. Sebuah website dapat berupa sekumpulan teks, gambar, suara dan konten lainnya, serta dapat bersifat interaktif ataupun statis.
Flat Design Dalam Desain Komunikasi Visual Bila ditinjau dari suku katanya, flat berarti datar dan design berarti desain atau rancangan. Secara singkat flat design diartikan sebagai desain datar. Flat design adalah salah satu tren terbesar dari tahun 2010-an dan masih terus berkembang sampai saat ini. Flat design yang benar-benar populer di industri desain pada tahun 2013 ini sangat banyak mempengaruhi para desainer dalam menghasilkan karya. Akar atau asal mula flat design sendiri bersumber dari berbagai pengaruh. Salah satunya yaitu The Swiss Style atau International Design, desain ini adalah desain yang mendominasi sepanjang tahun 1940-an dan 1950-an yang berasal dari Swiss.
Gambar 4. The Swiss Style (Sumber: www.vanseodesign.com)
Swiss style sendiri memiliki ciri khas yang cukup kuat, tujuan dari gaya ini adalah keteraturan, kejelasan, dan mudah dipahami secara universal. Swiss style terkesan rapih, bersih, dan bebas dari berbagai ornamen karena berusaha menghilangkan semua yang tidak penting dan fokus hanya pada yang dianggap penting. Ciri khas dari Swiss style adalah penggunaan grid, tipografi sans-serif, hirarki konten yang bersih dan tata letak. Bila dilihat dari beberapa ciri khas tersebut tentu Swiss style memberikan banyak pengaruh pada flat design. Sebelum flat design sepopuler sekarang, ada tren desain yang lebih dulu populer dan akhirnya sering dibandingkan dengan flat design yang populer setelahnya yaitu
8
TREN FLAT DESIGN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Marsha Anindita, Menul Teguh Riyanti
skeuomorphism. Skeuomorphism berasal dari bahasa Yunani yang berarti berbentuk sesuai alatnya. Skeuomorphism dalam dunia digital/ desain pun begitu, objek dibuat real menyerupai aslinya. Ciri khas atau kekuatan dari skeuomorphism adalah penggunaan bayangan, bevel dan embos, dan lain-lain untuk membentuk agar semakin nyata. Skeuomorphism dipopulerkan di dunia digital oleh Apple melalui User Interface pada MacOs maupun iOS. Banyaknya efek yang digunakan untuk membuat kesan real menjadikan ukuran file yang dihasilkan lebih besar.
Gambar 5. Contoh Skeuomorphism (Sumber: blog.glasscanopy.com)
Berbeda dari flat design dengan gaya minimalisnya yang menghilangkan ciri khas, pada skeuomorphism objek dibuat sedatar mungkin dengan mengurangi beberapa elemen dekoratif namun tetap tidak menghilangkan ciri khas bentuk aslinya agar mudah dikenali. Prinsip flat design yaitu minimalis, menyederhanakan dari bentuk aslinya. Flat design bukan berarti tidak menggunakan efek sama sekali. Flat design berfokus pada penggunaan solid color, tipografi, dan elemen yang lebih sederhana. Penggunaan efek yang sedikit pun membuat ukuran file yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Warna merupakan elemen penting dalam flat design karena berbagai penyederhanaan yang dilakukan sehingga diperlukan warna-warna yang menonjol untuk memperindah
9
Dimensi DKV, Vol.1-No.1 April 2016
tampilan. Warna yang digunakan cenderung tidak sebanyak bila menggunakan skeuomorphism. Warna yang digunakan cenderung datar, menggunakan solid color dengan pewarnaan blocking, menggunakan warna yang sama dengan saturasi yang berbeda untuk menciptakan kontras yang halus antar gambar, teks, dan latar belakang. Penggunaan efek bayangan juga secukupnya hanya untuk memberikan aksen timbul tidak sebanyak yang digunakan pada skeuomorphism.
Gambar 6. Contoh Poster Flat Design (Sumber: https://darisalimufti.wordpress.com)
Tipografi yang digunakan dalam flat design berkesan bersih, jelas, dan tanpa ornamen, jenis typeface yang digunakan adalah Sans-serif. Typeface ini memiliki ciri khas yang tanpa kait dan memiliki ketebalan huruf yang hampir sama memberikan kesan bersih serta modern dan juga mudah dibaca. Tata letak pada flat design juga bersih dan punya banyak white space atau ruang kosong, karena membuang elemen-elemen dekoratif yang tidak diperlukan namun tetap mudah dimengerti dan maknanya tersampaikan. Sebuah desain yang baik sudah seharusnya simple dan to the point. Dalam dunia desain dikenal istilah white space atau ruang kosong, di mana di dalamnya tidak ada isi atau elemen-elemen desain agar desain yang dibuat bersih dan mudah terbaca. White space juga digunakan untuk mata beristirahat, apabila sebuah desain terlalu padat dengan berbagai elemen akan sulit terbaca dan menemukan focal point-nya. Flat design menjadi sangat populer pada tahun 2013 saat Microsoft menerapkannya pada User Interface (UI) di Windows 8. Microsoft menampilkan tampilan/ikon sebagai
10
TREN FLAT DESIGN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Marsha Anindita, Menul Teguh Riyanti
gambar yang sangat sederhana, seperti gambar di bawah, yang menyerupai bentuk benda aslinya dari pada menciptakan efek yang menyerupai benda aslinya. Seiring berjalannya waktu, gaya ini justru diikuti oleh beberapa perusahaan/merk dunia seperti Apple yang sangat terkenal dengan gaya skeuomorphism nya, Google, Firefox, dan masih banyak lagi.
Gambar 7. Tampilan Flat Design pada Windows 8 (Sumber: www.tekiancreation.fr)
Saat Apple meluncurkan design terbarunya di iOS 7, desainer Apple Sir Jony Ive memberikan tanggapan bahwa orang-orang sudah familiar dengan teknologi touch screen, mereka sudah mengerti manfaat dan fungsinya sehingga tidak perlu tombol fisik (menyerupai aslinya). Jadi ada kebebasan untuk bereksperimen untuk tidak terikat referensi fisik secara nyata. Sebelumnya ikon tampil menyerupai bagaimana mereka muncul dalam kehidupan nyata (real), tapi sekarang ikon terlihat lebih seperti ilustrasi dan kurang terlihat seperti bentuk aslinya. Ini juga yang menjadi pertimbangan beberapa perusahaan lain, flat design dengan ukuran file yang lebih kecil membuat pengaplikasian dan aksesnya semakin mudah dan cepat, warna-warna dan elemen yang digunakan juga memberi kesan playful dan modern. Beberapa perusahaan besar merubah citranya dengan gaya flat design misalnya perubahan yang terjadi pada website dan logo perusahaan seperti Kompas, Kaskus, dan Metro TV.
11
Dimensi DKV, Vol.1-No.1 April 2016
Gambar 8. Perbandingan Website Lama dan Baru Kompas.com (Flat Design) (Sumber: www.kompas.com)
Website lama Kompas.com menggunakan efek bayangan pada logo Kompas.com, dan juga memberi efek timbul pada menu bar-nya. Sedangkan pada website yang lama, logo terlihat lebih flat, menggunakan satu warna polos untuk backgroundnya, pada menu bar juga dibuat flat hanya bermain pada warnanya. Website yang baru terlihat lebih modern dan lebih ramah. Pada perkembangannya flat design banyak diterapkan atau digunakan oleh para web designer dan User Interface (UI) designer untuk desain website, aplikasi mobile dan User Interface (UI), karena memang awalnya flat design populer di media digital tersebut. Para designer menganggap flat design dapat membuat website yang lebih responsif yaitu satu desain dapat diterapkan atau beradaptasi dengan beberapa layar (screens), selain itu dengan flat design dapat memiliki waktu loading lebih cepat, dan sudah pasti memberikan tampilan web yang lebih bersih dan modern. Sekarang flat design juga mulai banyak diterapkan pada media lain seperti pada poster, iklan majalah, logo, infografik, CV, dan masih banyak lagi. Hal ini karena flat design yang bersih dan simple memberikan kesan modern, minimalis, dan playfull dengan penggunaan warnawarna cerah dan ilustrasi yang menarik, sehingga pesan juga bisa tersampaikan dengan baik. Flat design juga banyak digunakan di industri periklanan/ promosi. Desain yang minimalis dan pesan yang tersampaikan dengan jelas melalui penerapan flat design dapat membuat orang yang melihat lebih fokus pada produk yang dijual. Flat design juga banyak diterapkan dalam membuat infografik, yang memberi info kepada masyarakat melalui grafis atau visual yang menarik. Dengan menggunakan flat design info yang disampaikan akan terlihat lebih menarik, lebih sederhana, dan lebih mudah dimengerti.
12
TREN FLAT DESIGN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Marsha Anindita, Menul Teguh Riyanti
Gambar 9. Penerapan Flat Design pada Infografik Nestle (Sumber: www.facebook.com/Nestle)
Simpulan Banyak gaya atau tren yang berkembang dalam desain grafis. Flat design atau desain datar adalah salah satu gaya yang populer belakangan ini. Flat design adalah implementasi gaya minimalis dalam dunia desain grafis. Flat design mendapat banyak pengaruh dari The Swiss Style, jadi ini bukanlah hal yang baru, tetapi merupakan pengulangan dari desain yang telah ada sebelumnya. Ciri khas flat design adalah menghilangkan penggunaan bayangan, bevel, tekstur, dan ornamen-ornamen lain yang tidak diperlukan. Khusus pada layout berfokus pada tipografi, warna-warna cerah, dan ilustrasi dua dimensi yang flat juga. Dalam flat design menggunakan tipografi yang bersih dan jelas, menggunakan jenis typeface Sans-serif yang tanpa kait dan memiliki ketebalan huruf yang sama sehingga mudah terlihat dan mudah terbaca. Warna yang digunakan dalam satu desain, yang menggunakan flat design tidak terlalu banyak, menggunakan warna-warna terang, cerah, dan kombinasi warna komplementer, dengan menggunakan saturasi yang berbeda kontras yang halus. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang akhirnya sekarang menggunakan flat design, karena flat design dianggap memberikan kesan yang lebih modern, simple, dan playfull karena menggunakan warna-warna yang cerah. Flat design yang simple dapat menyampaikan informasi kepada audience dengan lebih baik dan mudah. Namun membuat flat design yang mudah dimengerti pun bukanlah hal yang mudah, tantangannya adalah menciptakan sesuatu yang indah, berguna sekaligus
13
Dimensi DKV, Vol.1-No.1 April 2016
sederhana. Oleh karena itu desainer harus pandai dan bijak menggunakan flat design, harus sadar apa yang ingin ia buat, apa yang ingin diraih secara visual dan apa yang ingin dikomunikasikan.
Referensi
Dameria, Anne, 2007. Color Basic, Panduan Dasar Warna Untuk Desainer dan Industri Grafika, Jakarta: Link Match Graphic. Heizer, Jay dan Barry Render. 2009. Operations Management-Manajemen Operasi. Edisi 9 Buku 1. Jakarta : Salemba Empat. Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi. Safanayong, Yongky. 2006. Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta: Arte Intermedia.
Sumber lain
Allan, The Flat Design Era, diakses pada 6 juni 2015 dari http://layervault.tumblr.com/ post/32267022219/flat-interface-design Cousins, Carrie, Principles Of Flat Design, diakses pada 6 juni 2015 dari http:// designmodo.com/flat-design-principles/ Fajri, Setiawan, Flat Design dan Tren Desain Grafis Saat Ini, diakses pada 7 April 2015 dari http://hmva-ui.com/flat-design-dan-tren-desain-grafis- saat-ini/ Greif, Sacha, Pixels: The Battles Between Flat Design & Skeuomorphism, diakses pada 5 Juni 2015 dari http://sachagreif.com/flat-pixels/ inTacto, Flat Design Vs Realism, diakses pada 21 April 2015 dari http://www. flatvsrealism.com Mellas, Caleb, Flat Design: Trend or Revolution?, diakses pada 7 April 2015 dari http:// www.webinsation.com/flat-design-trend-or-revolution/ Pratas, Antonio, Flat Design: An In-Depth Look, diakses pada 5 Juni 2015 dari http:// www.awwwards.com/flat-design-an-in-depth-look.html Sukmana, Danang, Layout, diakses pada 22 April 2015 dari http://dgi-indonesia.com/ layout/ Turner, Amber Leigh, The history of flat design: Efficiency, Minimalism, and Trendiness, diakses pada 7 April 2015 dari http://thenextweb.com/dd/2014/03/19/historyflat-design-efficiency- minimalism-made-digital-world-flat/2/ UXPin Inc. 2015. WebUI Trend Present & Future, The Evolution of Flat Design : UXPin inc
14