LAPORAN PENCIPTAAN DANA DIPA ISI DENPASAR 2009
TRANSFORMASI JEJAHITAN DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS KONTEMPORER
OLEH Dra. Ni Made Purnami Utami, M.Erg NIP. 196901021993032001
DIBIAYAI DARI DANA DIPA ISI DENPASAR DENGAN SURAT PERJAJIAN PELAKSANAAN PENCIPTAAN NOMOR: 0230.0/023-404.2/XX/2009 TANGGAL: 31 Desember 2008
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009
HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENCIPTAAN
1.Judul Penciptaan
: Transformasi Jejahitan Dalam Penciptaan Kontemporer 2. Bidang Penciptaan : Seni Lukis 3. Ketua Pelaksana : a. Nama Lengkap : Dra. Ni Made Purnami Utami, M.Erg b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Pangkat/Gol/NIP : Pembina/IVa/132058672 d. Jabatan fungsional : Lektor Kepala e. Fakultas/Jurusan : FSRD/Seni Rupa Murni f. Universitas : ISI Denpasar 4. Jumlah anggota pencipta : 1 orang 5. Lokasi pencipta : Denpasar 6. Kerjasama dengan pihak lain :7. Jangka Waktu : 6 bulan 8. Biaya yang diperlukan : Rp. 10.000.000; (Sepuluh Juta Rupiah)
Mengetahui Pj. Dekan FSRD
Denpasar, 2-3-2009 Ketua Pencipta
Dra.Ni Made Rinu, M.Si NIP. 131570890
Dra. Ni Md Purnami Utami, M.Erg NIP. 132058672
Menyetujui Ketua LPM Institut Seni Indonesia Denpasar
Prof. Drs. A.A Rai Kalam NIP. 130346026
ii
Karya Lukis
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
proyek penciptaan Transformasi Jejahitan Dalam Karya Seni Lukis Kontemporer bisa diselesaikan dengan baik. Program penciptaan dana DIPA ISI Denpasar tahun 2009 bermanfaat bagi pengembangan seniman penciptaan, apresiasi masyarakat dan terhadap seni itu sendiri. Pada kesempatan yang baik ini saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak terutama LP2M ISI Denpasar atas segala bantuannya. Mudahan –mudahan hibah penciptaan kedepannya bisa lebih banyak dari tauhn -tahun sebelumnya dan lebih berkwalitas baik dari segi karya maupun dari segi material.
Denpasar, 2 Desember 2009 Pencipta
iii
RINGKASAN Laporan hibah penciptaan Transformasi Jejahitan Dalam Karya Seni Lukis Kontemporer yang dibiaya dana DIPA ISI Denpasar terdiri dari enam bab. Pada setiap bab diuraikan berbagai masalah, proses penciptaan dan materi terkait sebagai berikut; Bab I Pendahuluan berisi latar belakang Transformasi Jejahitan Dalam Karya Seni Lukis Kontemporer peting untuk melestarikan budaya tradisi Bali di masa depan. Tujuan penciptaan untuk pencarian konsep-konsep baru. Manfaat yang diharapkan SDM Yang tangguh, Profesional dan kreatif, inovatif serta mampu bersaing di dunia global. Bab II Tinjauan Pustaka berisi tentang pentingnya seni tradisi, sejarah munculnya seni kontemporer, seni lukis modern dan post modern. Karya seni radikal seperti Pop Art, Neo Dada edan tentang wajah seni yang semakin dikenal sebagai pluralisme. Bab III Tujuan dan Manfaat Penciptaan, mencakup tujuan merancang sebuah proses penciptaan yang sistematis, yang dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi serta meningkatkan apresiasi masyarakat. Manfaat karya ciptaan baru, karya originalitas tinggi dan terwujud SDM tangguh dan profesional. Bab IV Metode Penciptaan berisi tentang tahapan penjajagan dan persiapan fisik dan mental. Tahap proses studi penting untuk pencarian konsep -konsep Jejahitan yang dapat diterapkan untuk seni luks masa depan. Tahap pembentukan dan tahap penyelesaian.
Iv
Bab V Hasil dan Ulasan Karya berisi tentang hasil dan ulasan karya yang tercipta. Isinya, dekorasi dan ekspresi serta karakter dari karya yang tercipta. Bab VI Kesimpulan dan saran berisi tentang cara penciptaan , pesan pesan dan mencari model original lewat studi dengan banyak mencoba. Saran tentang sistem penciptaan yang lebih efisien, sosialisasi dan manfaat penting program penciptaan untuk SDM tangguh dan profesional.
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………. ii KATA PENGANTAR ………………………………………………………... iii RINGKASAN …………………………………………………………………. iv DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. v BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………
1 1 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 2.1 Terciptanya Seni Jejahitan ………………………………………. 2.2 Seni Tradisi ……………………………………………………….. 2.3 Seni Rupa Kontemporer ………………………………………….. 2.4 Seni Lukis Kontemporer …………………………………………. 2.5 Paradigma Seni Lukis Kontemporer …………………………….. 2.6 Seni Penomena Baru ……………………………………………… 2.7 Kreativitas dan Originalitas ……………………………………… 2.8 Elemen-elemen Visual Seni Lukis ……………………………….
4 4 5 5 6 6 7 7 8
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENCIPTAAN ……………………… 11 3.1 Tujuan Penciptaan ………………………………………………… 11 3.2 Manfaat Penciptaan ……………………………………………….. 11 BAB IV PROSES PENCIPTAAN ……………………………………………. 13 4.1 Tinjauan Simbolis………………………………………………….. 13 4.2 Metode Penciptaan ………………………………………………… 13 BAB V HASIL DAN ULASAN KARYA ……………………………………. 16 5.1 Hasil-hasil Penciptaan …………………………………………….. 16 5.2 Ulasan Karya Penciptaan ………………………………………….. 16 BAN VI PENUTUP ……………………………………………………………. 23 6.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 23 6.2 Saran- saran ………………………………………………………… 23
Vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni adalah ungkapan perasaan yang merupakan endapan ide ide yang bersumber dari perngalaman imajinatif sebagai respon melalui pengamatan, penjelajahan terhadap kehidupan sosial masyarakat seperti: agama, budaya, adat-istiadat dan lingkungan alam, yang kemudian melalui dorongan internal sehingga munculnya getaran getaran
perasaan
yang merangsang emosi
dan
imajinasi
yang
diekspresikan ke dalam karya seni. Dalam menciptakan karya seni, seorang seniman tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan agama, adat-istiadat, budaya dan lainlainnya. Sehingga setiap karya seni akan mencerminkan latar belakang nilai budaya masyarakat, dan merupakan kejadian yang langsung dihadapi
sebagai
motivasi
kreativitas
kesenimanannya.
(Sumardjo,2000:233). Dalam pelaksanaan upacara Agama Hindu di Bali, yang sangat memegang peranan penting adalah tradisi menggunakan banten (sesajen) sebagai sarana upacara, merupakan perwujudan rasa syukur umat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam sesajen terdapat nilai-nilai agama yang dilukiskan dalam bentuk -bentuk simbol Jejahitan, seperti;bentuk motif
Canang, Ceper,
Lamak,Gebogan, gantungan, Tamas, Ketupan, Cili, Taledan, Sampian dan lain-lainya.
Perwujudan yang konkrit dari semua pernyataan
pikiran, perasaan dan ucapan yang dilahirkan dalam bentuk banten (sajen). Tempat sesajen biasanya menggunakan daun kelapa tua dan muda, daun rontal dan daun pisang. Dari macam-macam daun tesebut disambung dan diberi hiasan (reringgitan sesuai dengan fungsinya) sehingga menjadi suatu karya seni ”jejahitan”. Kata ”jejahitan”
1
berasal dari kata jahit yang artinya melekatkan, menyambung, atau mengelim dengan jarum dan benang. Kata jahit dengan kata kerja majejahitan (bahasa Bali) adalah merangkai daun janur dan rontal dengan semat (terbuat dari bambu berbentuk semacam lidi). (I.B. Raka, 1978). Berdasarkan pengamatan pencipta, bentuk jejahitan dapat memberikan elemen-elemen visual penting yang diungkap dengan garis, bentuk, warna,bidang/ruang dan
tektur secara sederhana atau
rumit (unik). Semuanya dapat mendorong perasaan pencipta untuk memvisualkan lewat karya seni lukis, guna menemukan alternatif alternatif baru yang bersumber dari nilai-nilai budaya tradisi, dengan menampilkan bentuk yang dinamis dan kreatif. Memvisualkan bentuk jejahitan, pencipta kembangkan sesuai kemampuan artistik dan kreativitas,yaitu pengolahan bentuk baru dengan menyusun bidang-bidang geometris, mengungkap berbagai ekspresi. 1.2
Perumusan Masalah Sesuai latar belakang permasalahan dan ide penciptaan akan mewujudkan karya-karya lukis kontemporer bernafaskan
jejahitan
Bali dalam karya lukis. Rupa dekoratif akan ditata memanfaatkan mixed media dan cat pewarna untuk finising. Pencarian ut ama menciptakan karya original secara kreatif dan inovatif. Bentuk-bentuk geometris dari jejahitan seperti segi tiga, lingkaran, segi empat dan bentuk lainnya yang mempunyai nilai -nilai perlambangan, simbolis magic akan disusun secara dekoratif . Warna imajinier, dengan kombinasi warna lainnya disebar dengan gradasi yang mengesankan. Adapun yang menjadi masalah antara lain : 1. Bagaimana jejahitan Bali bisa ditransformasikan dalam seni lukis kontemporer? 2. Bagaimana teknik dan material diterapkan untuk mendukung ide
2
yang diungkapkan ke dalam karya seni lukis? 3. Bagaimana mengorganisir unsur-unsur seni rupa: garis, warna, ruang/bidang, bentuk dan tektur ke dalam karya seni lukis supaya ide ciptaan mempunyai ciri khas pribadi (menciptakan karya-karya yang original).
Banyak pertanyaan yang dapat dikemukakan untuk mencari berbagai
permasalahan
dalam
penciptaan
karya
seni.
Namun
jawabannya akan muncul dengan jelas setelah kita terus melakukan pencarian tanpa pernah berhenti. Bayda (2004) menyatakan, kalau kita tidak hentinya mengetuk, pintu pasti dibukakan. Hasil pasti diperoleh bila kita berkemauan keras ulet dan tekun.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terciptanya Seni Jejahitan Tujuan hidup masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu yang tertuang dalam ajaran-ajaranya yaitu" Mohsartam Jagadhita Ya Ca Dharma" yang berarti kesejahteraan lahir batin dalam kehidupan dunia dan akhirat. Bertolak dari tujuan tersebut, jelas bahwa yang ingin dicapai dalam berkehidupan bukan saja kekayaan materiil. Tetapi kesinambungn lahir batin, keseimbangan antara materi dan spiritual. Tumbuhnya kesenian Bali yang disebabkan oleh dorongan yang kuat dari agama Hindu Dharma dalam prinsip adanya (korban) yang berhubungan dengan upacara keagamaan, menjadikan seniman-seniman pencipta seni untuk berkarya secara, sungguh-sungguh
dengan
ketulusan
hati,
sehingga
hasil
keseniannya bersifat religius. Hampir tak ada suatu upacara keagamaan yang sempurna tanpa ikut sertanya suatu pameran dan pertunjukan kesenian, baik seni pertunjukan maupun seni rupa (Bandem, 1991:12). Termasuk juga seni jejahitan yang selalu menyertai setiap upacara-upacara keagamaan, baik dilaksanakan di rumah-rumah, yang biasa dilakukan setiap hari sesudah memasak atau sore hari menjelang matahari terbenam, setiap bulan purnama dan bulan mati (tilem), setiap hari-hari raga Hindu maupun yang dilaksanakan di pura-pura pada saat upacara-upacara keagamaan (odalan). Lebih lanjut Bandem menyatakan (1991), bahwa agama Hindu yang memiliki unsur-unsur rasional, ritual, emosional, dan kepercayaan sering menjadikan kesenian itu sebagai drama ritual, yang menjadi sarana untuk memperkuat kepercayaan, serta memformulasikan
4
konsepsi
agama
dalam
kehidupan.
Walaupun
dalam
proses
pembuatan seni jejahitan memerlukan waktu dan kesabaran d alam mewujudkannya, dan bahkan setiap hari memerlukan sarana untuk sesaji, namun tidak menjadi kendala bagi wanita-wanita Bali yang biasa menyiapkan sendiri, meskipun mereka mempunyai kesibukan dalam
mengurus
keluarga
dan
kariernya.
Karena
dengan
menghaturkan sesaji merupakan ungkapan pengabdian yang tinggi nilainya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa. 2.2 Seni Tradisi Menurut Tabrani (2000), penelitian seni tradisi merupakan keharusan, ia menyangkut survival kita di masa depan. Penelit ian seni tradisi bukan untuk kembali ke masa lalu, tetapi untuk mencari konsep seni tradisi yang bisa diangkat untuk karya kita di masa depan. Picasso mempelajari seni rupa primitif Afrika, konsepnya diangkat jadi kubisme, kemudian jadi binatang seni rupa modern. Dari faktor-faktor ini saja sudah jelas bahwa tradisi umumnya, seni rupa tradisi kita khususnya punya peranan penting untuk masa depan seni rupa Indonesia. Tentang ciri-ciri seni tradisi meningkatkan bahwa dalam tradisi kita tak ada karya seni rupa yang dibuat semata untuk "keindahan". Tidak ada benda pakai yang asal dipakai, ia juga "indah". Indahnya bukan sekedar memuaskan mata tapi melebur dengan kaidah adat, tabu, agama dan sebagainya. Dalam perupaan seni rupa tradisi Indonesia lebih disukai yang dekoratif dengan ragam hias, yang seimbang dinamis dan yang magis-sembolis. 2.3 Seni Rupa Kontemporer Kritikus Amerika Arthur Danto pernah melihat dengan cemas kemunculan seni rupa kontemporer. la mencatatnya sebagai berakhirnya tradisi seni, sebagai berakhirnya modernisme dan munculnya pluralisme. Danto menulis, "Sekali berakhir, seniman
5
bisa menjadi apa saja, abstraksi, seniman bisa menjadi apa saja, abstrakis, realis alegoris, pelukis metafisik, surrealis, pelukis pemandangan alam atau pelukis model. Bisa juga menjadi seniman dekoratif, seniman naratif, anekdotalis, seniman religius atau seniman ponografis. Semua kemungkinan bisa terjadi karena tidak ada lagi sejarah (Jim Supangkat, 1998). Seni rupa kontemporer tidak bisa diartikan sederhana sebagai seni rupa masa kini. Seni rupa kontemporer yang muncul pada awal dekade 1970 an adalah sebuah era baru yang menghadirkan secara radikal sebuah perkembangan baru. 2.4 Seni lukis kontemporer Pengertian "Kontemporer". Dibandingkan dengan istilah modern. Seni lukis kontemporer berkembang sekitar tahun 1970-an dengan tokoh seniman Amerika seperti David Smith dan Jackson Pollok, sebagai tanda peralihan. Udo Kulterman, seorang pemikir Jerman mengatakan bahwa pengertian kontemporer dekat dengan pengertian post modern dalam arsitektur, munculnya era baru dalam ekspresi kesenian. Paham baru ini menentang paham modern yang dingin dan berpihak pada simbolisme instrink (Kulterman - dalam - Dharsono, 2004) modernisme selalu mementingkan norma kebaruan, keaslian dan kreativitas. Prinsip tersebut melahirkan "Tradisi of The New" atau Tradisi Avan Garde, pola lahirnya gaya seni yang baru, sempat ditolak kemudian diterima masyarakat sebagai inovasi baru. 2.5 Paradigma seni lukis kontemporer Munculnya berbagai karya seni yang radikal sebagai reaksi terhadap modernisme, seperti yang ditunjukkan oleh Pop Art, Neo Dada, Performance Art, Happening Art, dan seni instalasi. Seringkah
karya-karya
mereka
hanya
membuat
shock
pada
penonton dari pada kesenangan estetik, karena wajah seni rupa sudah tidak terperikan.
6
Wajah seni
yang semakin beragam, dikenal
sebagai
pluralisme, merupakan praktek kesenian yang memiliki prinsip saling bertentangan. Seni terkadang tidak bisa lepas dari ideologi politik dan diperalat untuk memperjuangkan kepentingan ide ologi yang bersifat advokatif. Akibatnya banyak karya-karya seniman kontemporer yang hadir dengan penampilan radikal untuk menarik perhatian, mengangkat persoalan dan mereka yakin bahwa seni bisa dipergunakan sebagai salah satu alat untuk perubahan sosial (Irianto, 2000). 2.6 Seni Penomena Baru Post Strukturalisme dan post modern sebagai reaksi terhadap seni modernitas yang telah dianggap menjadi konvensi konvensi
yang
beku
terhadap
perkembangan
zaman,
perlu
pencarian nafas baru yaitu seni kontemporer yang dianggap mampu membikin gerak dinamika dan sesuai dengan nafas zaman. Seni kontemporer tidak terikat oleh konvensi atau dogma manapun. Oleh karena itu ia anti kemapanan (anti segala konvensi, gaya, corak bahkan estetik). Memasuki abad XXI, kita dihadapkan berbagai masalah sosial, budaya, politik, ekonomi dan berbagai segi kehidupan yang terkait dengan moralitas. Maka munculah beberapa kelompok seniman muda mencoba menawarkan berbagai warna dalam berbagai bentuk "performance art, instalasi art, dan collaborasi art, sebagai pijakan berkarya. Mereka mengangkat idiom tradisi yang sarat ajaran budaya pluralis sebagai satu tawaran alternatif tafsir, yang mampu memberikan berbagai makna universal dari sisi kehidupan (Dharsono,2004). 2.7 Kreativitas dan Originalitas Kecerdasan kreatif adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang khas untuk meningkatkan imajinasi, prilaku dan produktivitas kerja (Buzan,
7
2002). Seniman kreatif selalu berusaha mencari nilai-nilai kebaruan pada saat mereka berhadapan dengan setiap obyek dengan sikap pandang yang berbeda untuk mencapai originalitas yang tinggi. Sunjoyo (1976), menyatakan bahwa jenjang – jenjang karya menurut Revesz dipilah sebagai berikut : 1). Karya reproduktif, adalah basil dari meniru karya lain setepat
mungkin. 2). Karya aplikatif, karya yang dipelajari, diterapkan dengan penuh
arti pada situasi dan kondisi yang dihadapi. 3). Karya interpretatif, karya yang dipelajari, mendapat trafsir
pribadi, masih mengakui dan menghormati sumbernya. 4). Karya produktif, karya asli yang belum pernah ada.
2.8 Elemen-Elemen Visual Seni Lukis Dalam proses penciptaan karya seni lukis, elemen -elemen visual seperti : garis, bentuk, warna, tektur, ruang serta unsur-unsur pengorganisasiannya yang meliputi: komposisi, proporsi, kesatuan, keseimbangan, kontras, irama, pusat perhatian dan harmoni, memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas suatu karya seni. Dalam pembahasan tidak menguraikan secara menyeluruh, namun hanya pada unsur-unsur seni rupa saja yaitu: 1). Garis Garis adalah kumpulan dari sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar, memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lainnya. (Susanto, 2002:45). Garis merupakan alur yang paling lembut yang dihasilkan dengan ujung alat seperti pena, pensil, kapur, kuas (Suryahadi, 1994:7). Garis yang lurus memberi kesan perasaan yang kaku, keras dan garis membelok atau melengkung memberi kesan luwes mapu n lemah lembut (Djelantik, 1999:22).Jadi garis tidak semata-mata batas limit melainkan elemen upa yang membangun aneka kesan
8
fisiologis sebagaimana wujud garis tersebut ditampilkan lewat goresan atau sapuan kuas. Dalam kaitannya dengan penciptaan ini pengalaman dan ide-ide diwujudkan dengan memanfaatkan kemampuan serta kekuatan garis positif dan negatif, dalam upaya menciptakan bentuk-bentuk yang refresentatif maupun abtstraktif atau semata-mata demi kebutuhan dalam pencapaian artistik. 2). Bentuk Bentuk adalah wujud fisik yang dapat dilihat. Bentuk memiliki dua sifat yaitu geometris dan organis. Bentuk geometris merupakanbentuk segitiga, bujur sangkar, lingkunagn dan sebagainya. Entuk organis berupa susunan atau syukur yang tidak beraturan, hal ini dapat dilihat pada bentuk alamiah (Suryahadi, 1994:5). Terwujudnya bentuk juga tidak lepas dari unsur-unsur visual lainnya yang menunjang seperti warna, garis, tektur dan ruang. 3). Ruang Ruang dalam seni lukis merupakan suatu ilusi yang dibuat dengan pengelolaan bidang, garis, dan dibantu oleh warna sebagai unsur penunjang yang mampu menciptakan ilusi sinar atau bayangan. Pengelolaan tersebut meliputi perspektif dan kontras antara terang dan gelap (Djelantik, 1999:24). 4).Tektur Tekstur merupakan nilai raba pada suatu permukaan baik nyata maupun semu. Tekstur nyata apabila diraba, secara fisik adalah betul-betul terasa. Sedangkan tektur semu hanya kelihatannya saja bertektur tetapi kalau diraba sama saja (rata). K ekasaran dari tektur semu adalah tidak nyata sedangkan kekasaran dari tektur nyata adalah nyata. (Sidik , 19981:41). Tektur dalam seni lukis dapat memberikan karakter pada hasil karya, karena kekasaran dan kehalusan pada permukaan
9
berpengaruh
terhadap
pemantulan
cahaya
yang
dapat
memberikan watak pada permukaan. 5).Warna Warna sebagai salah satu elemen dalam eni lukis digunakan untuk sampai kepada kesesuaian dan kenyataan, sebagaimana pada pelukis-pelukis realis atau naturalis. Namun warna juga digunakan tidak demi bentuk, tetapi demi warna itu sendiri, dan untuk
mengungkapkan
keindahannya
serta
dapat
kemungkinan-kemungkinan digunakan
untukl
berbagai
pengekspresian. (Sidik dan Prayitno, 1979, :8). Warna adalah sebagai sarana pencapaian estetik pada suatu karya terutama menyangkut keindahan-keindahan yang akan diwujudkan sesuai dengan keindahan bentuk yang diinginkan, yang merupakan media ekspresi pribadi sifatnya. Warna-warna yang ditampilkan untuk mendukung tema jejahitan pada karya ini adalah Warnawarna imajinier yang memiliki kandungan makna tertentu dalam penafsiran sebagai media pengungkapan ekspresi dalam bentuk-bentuk geometris dan abtsraktif yang disusun secara variatif dan harmoni sehingga dapat mewakili ide-ide yang akan diekspresikan.
10
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENCIPTAAN
3.1 Tujuan Penciptaan Visi pendidikan nasional yaitu membangun insan Indonesia yang
cerdas
dan
kompetitif.
Memang
dalam
persaing
dunia
Internasional pada jaman modern ini dituntut kemauan yang kuat, kerja keras dan profesional. Untuk menjawab tantangan di atas, tujuan penciptaan diarahkan pada: 1). Merancang sebuah proses penciptaan yang ergonomis, lebih sistematis, secara holistik, inter disipliner dengan partisipatore, sederhana, efisien, produktif, dengan memperhatikan keamanan, kenyamanan, dan sikap kerja yang dinamis. 2). Meningkatkan kreativitas dengan inovasi dalam pencarian yang terus menerus, untuk peningkatan mutu dan originalitas. 3). Agar apresiasi masyarakat seniman dan pencinta seni terus meningkat, percaya diri dengan mau kerja keras untuk prestasi yang lebih tinggi. 4). Untuk mengungkapkan makna jejahitan agar mapu menampilkan kesan, pesan, dan perasaan pencipta lewat karya seni lukis sesuai ekspresi pribadi pencipta. 3.2 Manfaat Penciptaan Manfaat penciptaan transformasi jejahitan dalam penciptaan seni lukis kontemporer antara lain: 1). Hasil ciptaan yang bermutu bisa dipakai contoh model untuk berkarya, minimal sebagai pembanding. 2). Hasil penciptaan dengan originalitas tinggi bisa mendorong kreativitas dan apresiasi seniman berusaha lebih keras untuk mencapai prestasi tinggi.
11
3). Proyek penciptaan bisa meningkatkan profesionalisme, menghasilkan seniman yang unggul dan kompetitif serta mampu bersaing. 4). Menambah pengetahuan nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam jejahitan, sebagai wujud upacara bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi Wasa.
12
BAB IV PROSES PENCIPTAAN
Banyak faktor yang dapat berpengaruh pada proses karya seniman atau perajin antara lain : peralatan, keterampilan, identitas seniman, lingkung kerja, apresiasi masyarakat dan originalitas. Secara ergonomi faktor yang harus diperhatikan dalam proses kreasi antara lain : beban kerja, organisasi kerja, dan lingkungan kerja agar tercipta suasana kerja yang nyaman, aman, sehat, efisien dan produktif. Sudirman (1986) merinci faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja antara lain : tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, lingkungan kerja, sarana kerja, manajemen dan kesempatan tenaga kerja untuk berprestasi. 4.1
Tinjauan simbolis Menurut Tibib (2001), wujud simbol-simbol meliputi kata – kata verbal, keagamaan, kesenian, matematika, dan yang paling tua adalah bahasa dan mitos. Simbol-simbol dalam Agama Hindu terdiri dari berbagai bentuk, wujud, nama dan fungsinya mendekatkan umat dengan Tuhan.
Sebagian
besar
bentuk-bentuk
persembahan
upakara
mengandung simbol-simbol, ungkapan bakti umat kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Yang Widhi Wasa. 4.2
Metode Penciptaan Proses penciptaan transformasi jejahitan
dalam karya lukis
kontemporer, butuh persiapan fisik maupun mental. Tahapan secara sistematik bisa dipilah sebagai berikut. 1). Tahap penjajagan dan persiapan Pada proses awal diadakan pengamatan di lapangan, seperti museum, galeri, pasar seni, art shop, dan sentra-sentra perajin
13
lukisan,
pembuat
banten
dan
barang
seni
lainnya.
Untuk
pendalaman lebih luas, lewat perpustakaan dan toko-toko buku. Wawancara dengan para pandita, Sulinggih, seniman dan para pengusaha seni bisa banyak, membantu tentang situasi pasar eksport, sistem pemasaran dengan proses penciptaan, teknik dan bahan yang banyak diminati. Pendalaman tentang bentuk-bentuk jejahitan dan transformasinya perlu kajian lebih banyak dengan berbagai studi. Pemilihan bahan, alat
dan
media,
lebih
selektif
untuk
mutu,
efisiensi
dan
produktivitas yang lebih tinggi. Untuk penyelesaian dirancang banyak menggunakan bahan campuran, cat minyak, cat air, acrylic dan lem.Untuk tektur dengan bentuk-bentuk yang masih dipakai bahan dari zing whate dan sebagainya. Medianya dari kanvas ukuran standar dengan rangka dan bingkai. 2). Tahap Proses Studi Pada proses studi atau pencarian dilakukan banyak mencoba dan melihat berbagai contoh-contoh sebagai acuan. Berbagai teknik, bahan dan media dicoba berkali-kali sampai menemukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Terus dicoba, diulang dan dicari. Tokoh lukis seperti Rembrant, Leonardo da Vinci, Picasso, dan juga Made Wianta telah membuat ribuan studi sebelum mencapai prestasi yang mengagumkan. 3). Tahap pembentukan Pada tahap awal pembentukan, bisa dimulai dengan rancangan Mind Map (Buzan, 2004). Detail bisa ditentukan lebih rind seperti, warna, ukuran, komposisi dan karakter karya yang akan diciptakan. Hasil-hasil studi bisa dipakai pedoman, macam apa karya yang diinginkan. Sebagai pembanding, teknik, bahan dan materi media bisa dikembangkan dari contoh-contoh yang ada. Bentuk-bentuk geometris, disusun mengikuti pola sesajen
14
dan jejahitan yang biasa dipakai sarana upakara masyarakat Bali. Warna,
bidang,
bentuk,
tekstur,
dan
garis
bisa
membantu
mewujudkan ekspresi yang utuh. 4). Tahap Proses Akhir Pada tahap akhir yang penting diperhatikan terutama, isi, dekorasi dan ekpresi keseluruhan dari karya. Menurut Karia (2004), seni rupa tradisional Bali tidak ada duanya di dunia ini, perlu dilestarikan dalam wujud positif, bukan memagari, tetapi memberi sentuhan dan ruang nafas yang melegakan dalam kehidupan seni rupa kontemporer. Maka perlu, bagaimana nilai-nilai tradisi Bali bisa ditranformasikan dalam seni lukis kontemporer. Yang penting, isi, dekorasi. dan ekspresi tampak utuh, merupakan satu kesatuan yang harmonis. Proses penyelesaian dilaksanakan Kuntul yaitu: Jl. Tukad Petanu Gg Kuntul No. 14 .
15
di studio gg
BAB V HASIL DAN ULASAN KARYA Hasil penciptaan yang dibiayai dana DIPA ISI Denpasar tah un 2009 berupa karya seni lukis. 5.1 Hasil – hasil Penciptaan Ada`sekitar 5 buah lukisan dengan berbagai ukuran telahdiselesaikan pada program penciptaan dana DIPA tahun 2009 yang te rdiri dari:
1). Karya 1 = Persembahan I 2). Karya 2 = Persembahan II 3). Karya 3 = Persembahan III 4) Karya 4 = Persembahan IV 5). Karya 5 = Persembahan V
16
Karya 1
Judul : Persembahan I Bahan : Cat Minyak di atas Kanvas Ukuran : 110 x 120 cm Tahun : 2009 Seni Jejahitan merupakan sarana yang biasanya dimanfaatkan untuk sarana dan prasarana pada suatu upacara dan upacara adat dan agama di Bali. Jejahitan mempunyai struktur atau komposisi yang unik dan sangat menarik. Unsur seni rupanya seperti, garis, bidang, bentuk, warna dan tekturnya tampak sangat jelas. Seni Jejahitan juga mengandung makna perambangan
punya
karakter
dan
ekspresi
sesuai
dengan
tujuan
persembahan. Bentuk , garis, warna, tektur di susun dengan mengutamakan unity dan harmoni dengan kesan hangat. Cipta menariknya terutama pada tampilan minimalis. 17
Karya 2
Judul : Persembahan II Bahan : Cat Minyak di atas Kanvas Ukuran : 110 x 120 cm Tahun : 2009 Karya lukis dengan judul persembahan II dominan warna merah. Unsur-unsur seperti ; garis, bidang, warna dan tektur disusun dengan spontanitas yang tinggi. Bentuk-bentuk dimunculkan hanya sebagai aksen dan pusat pandang. Segi empat dengan warna merah, sangat menarik sebagai bintang yang mampu memperkuat karakter. Tekturnya tidak terlalu ditonjolkan namun tetap menarik Karakter menariknya terutama pada ekspresi yang menyenangkan.
18
Karya 3
Judul : Persembahan III Bahan : Cat Minyak di atas Kanvas Ukuran : 110 x 120 cm Tahun : 2009 Karya ini dominan warna biru. Karakter suasananya sejuk, dingin bahkan mirip klasik , diam , namun tidak memiliki bentuk yang sempurna, agung dan jernih. Indrawi menariknya terutama pada kesederhanaan komposisi dan susunan unsur-unsurnya.Karya ini tampak cukup unik dan menarik dengan ekspresi yang kuat.
19
Karya IV
Judul : Persembahan IV Bahan : Cat Minyak di atas Kanvas Ukuran : 110 x 120 cm Tahun : 2009 Karya persembahan IV dominan warna hijau dengan ekspresi lembut. Suasananya sejuk dan lapang.Goresan-goresan tampak lebih tegas dan kuat, spontan dan jujur.Bentuk-bentuk muncul sebagai aksen, agar komposisinya lebih kompak. Proporsi, irama dan keseimbangan dibuat dengan cermat. Warna hijau mengandung perlambangan kesuburan pemelihara kehidupan.
20
Karya V
Judul : Persembahan V Bahan : Cat Minyak di atas Kanvas Ukuran : 110 x 120 cm Tahun : 2009 Karya seni lukis persembahan V menampilkan suasana, gembira, optimis dan ceria. Indrawi menariknya pada bentuk dan pewarnaan yang sederhana namun tetap unik dan menarik. Ekspresinya ringan dan menyenagkan dengan warna biru dan merah yang seimbang.
21
5.2 Ulasan Karya Proses transformasi jejahitan ke dalam seni lukis dapat dilakuka n dengan berbagai cara, dengan kebebasan dan tidak terikat dengan kaedah apapun. Banyak nilai-nilai yang bisa diolah seperti nilai estetis, nilai dari segi rupa, garis bentuk, tektur dan lainnya. Sesuatu
yang
biasa
akan
tampak
menarik
dengan
cara
mengolahnya secara unik. Mengenai pencarian dan pencapaian karya karya original harus dilakukan dengan penuh kesabaran, ulet dan tekun. Sikap mental positif, keinginan untuk maju kemauan keras, dedikasi tinggi yang dapat mendorong para pencipta seni menjadi kreatif dan inovatif. Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam cakupan luas, prinsip-prinsip ergonomi bisa dipakai pedoman oleh para seniman perajin pencipta karya seni. Prinsip secara ekonomi harus lebih murah, secara teknik harus lebih mudah, sehat dan tidak merusak tatanan sosial dan lingkungan. Hasil-hasil penciptaan dapat disampaikan lebih luas lagi kepada masyarakat pencinta seni, senima, perajin dan juga kepada para pedagang benda seni.Diharapkan lewat pameran, pementasan dan pemuatan dimedia cetak, elektronok dan bentuk lainnya, dapat membuka peluang dan wawasan yang lebih menguntungkan, semua pihak, baik lembaga pendidik tinggi seperti, ISI Denpasar maupun masyarakat pada umumnya.
22
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Hasil penciptaan transfortasi jejahitan dalam penciptaan karya lukis kontemporer dapat disimpulkan sebagai berikut: 6.1.1 Jejahitan Bali dapat ditransformasikan dalam seni lukis kontemporer dengan mengolah makna yang terkandung dalam berbagai rupa tradisi ke dalam bidang geometris misalnya bentuk, bidang, warna, tektur dan lain-lainnya. 6.1.2 Dalam menciptakan karya seni lukis diperlukan kemampuan teknik, baik pengolahan bahan –bahan dengan cara melakukan berbagai eksperimen. Teknik yang digunakan dalam karya saya adalah menggunakan teknik tektur semu dan nyata. 6.1.3
Pencapaian karya seni lukis tidak lepas dari unsur –unsur visual seni lukis. Seperti halnya garis untuk memberi batas dari suatu bentuk terhadap bentuk yang lain. Penerapan kombinasi warna pada karya untuk mendapatkan suasana yang diinginkan seperti indah, sejuk atau makna dari obyek. Dilihat dari bentuk yang ditampilkan cenderung mengarah ke bentuk bentuk geometris atau bidang-bidang.
6.2 Saran-saran Dari hasil penciptaan dana DIPA 2009, dapat disarankan sebagai berikut: 6.2.1 Hasil-hasil penciptaan perlu disosialisasikan secara luas, agar dapat mendorong kreatiitas, inovasi dan apresiasi masyarakat, seniman dan perajin. 6.2.2
Proses
penciptaan
DIPA
banyak
bermanfaat
untuk
pengembangan SDM yang tangguh, dan perlu dikembangkan untuk mengangkat martabat bangsa menyiapkan lapangan kerja.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bayda, E. 2004. Being Zen, Lucky Pablishers, P.O. Box 238, Batam Centre, 29432. Bandem, I Made, 1991. Tari Bali Sebuah Simbol Masyarakat Bali, SENI, I/01, Mei , B.P. ISI, Yogyakarta Buzan, 2003, Kekuatan ESG. Sepuluh Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual. PT. Seka Pratasa, Jakarta. Buzan, 2004, The Mind Rop Book. Inter Aksara, PO. BOX. 238, Batam Center 29432. Cameron, J. 1005, The Artis Way, Publikasi Edisi Tahun 1995, Oleh Pon Books, London. Djelantik, A.A.M, 1999b, Estetika Sebuah Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Pengantar,
Bandung:
Dharsono, 2004, Seni Rupa Modern. Rekayasa Sains, Bandung. Irianto. AJ. 2000, Mau Kemana Program Studi Seni Rupa Murni. AIM. Australia, Indonesia, Malaysia Art, Carff and Design Res earch Group. Institut Teknologi, Bandung. Jim Supangkat, 1998. Mengungkap Rupa Dekoratif Makan Yang Berlapislapis Catalogue, Pablished By The Cultural Section, Australian Erubas'sy, Jakarta. Karja, W. 2004, Melacak Nilai Masa Lalu. Untuk Pedoman Sekarang Makalah Disampaikan Pada Diskusi Seni Rupa, di Gallery, Ralang, Jawa Timur. Raka, Ida Bagus, 1977/1978, Jejahitan Bali Serta Fungsinya, Proyek Sesana Budaya Bali Denpasar. Sidik, Fajar. 1981. Desain Elementer. Yogyakarta: Jurusan Seni Lukis STSRI. Soedirman, 1986. Uji Coba Investasi Gizi Kerja Dalam Rangka Peningkatan Fisik dan Produktivitas Tenaga Kerja. Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta.
24
Sumardjo, Jakob. 2000ª, Filsafat Seni, ITB, Bandung. Suryahadi, 1994, Perkembangan Kreativitas Melalui Seni Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Rupa,
Sunjoyo, 1976. Tinjauan Seni. Badan Pengembangan Fakultas Teknik Arsitektur Institut Teknologi Surabaya. Susanto, Mikke, 2002, Diksi Rupa, Yogyakarta: Kanisius. Tabrani P. 2000. Peranan Konsep-Konsep Bagi Masa Depart Seni Rupa Indonesia, AIM, Art, Craft and Design Reseach Group. ITB, FSRA. J1. Ganesa 10, Bandung. Titib, Made. 2001. Teologi dan Simbol – Simbol Dalam Agana Hindu. Paramita, Surabaya
25
26
27
28