Tips Memberbesar Nilai Karbon Aktif Liang tempurung nyiur selama itu lebih kerap kita ingat sebagai bakal bakar bagi pemanggangan ikan atau makanan lain. Di balik kehitaman liang tempurung nyiur itu, ternyata menyimpan peringkat ekonomis yang lebih tinggi lagi. Tempurung kelapa yang dijadikan liang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan menjadikannya karbon rajin. Cara memproduksi karbon aktif dari tempurung kelapa pun relatif kian mudah. Karbon aktif berfungsi sebagai gadang untuk menyisir air, pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lainnya. Tempurung kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya semua baik jadi karbon tangkas. Bentuk serta ukuran, serta kualitas tempurung kelapa pantas diperhatikan pada membuat karbon aktif. Tempurung kelapa yang akan jadi bahan penghasil karbon aktif, sebaiknya bebentuk setengah / seperempat luasan tempurung. Bahwa ukurannya terlalu hancur, oleh sebab itu tempurung ini kurang indah dijadikan material pembuat zat arang aktif. Dari segi kualitas, tempurung kelambir yang menggenapi syarat jadi bahan zat arang aktif didefinisikan sebagai kelapa yang benar-benar tua bangka hingga warnanya hitam mengkilap dan lebat (hujan). Tempurung yang dijadikan material pembuat zat arang aktif umumnya dari kelambir yang jadi kopra. Batok kelapa yang dihasilkan merupakan bagian dua dr satu buah kelapa utama. Untuk menghasilkan karbon giat yang benar-benar berkualitas, tempurung harus putih dan terpisah dari sabutnya. Ada dua tahapan menciptakan karbon tangkas yang bernilai dari tempurung kelapa. Taraf pertama yang harus dilakukan adalah tempurung dibuat liang dengan peranti drum berpenutup. Tahap ke-2, melalui proses penggilingan liang tempurung sampai menghasilkan zat arang aktif & serbuk liang. Serbuk liang ini tetap bisa diproses menjadi gumpal arang tempurung. Penggilingan hal itu dilakukan beserta mesin simpel berpenggerak listrik, diesel, alias bensin. Poin tempurung & proses pemusnahan akan sangat menentukan rendemen karbon rajin yang didapatkan. Kualitas tempurung kelapa lazim lebih elok dibanding nyiur hibrida. Supaya dapat memperoleh rendemen zat arang aktif yang lebih indah, langkah-langkah prosedur pembakaran menggunakan cara lengkara diberi 4 lubang dalam bagian pangkal. Agar sepanjang pembakaran udara bisa merasuk, drum mesti diganjal tiga potongan batu merah. Pembakaran arang dilakukan untaian demi lapis tempurung. Mengetuai pembakaran mampu dengan mempergunakan kertas / daun kelambir kering yang ditaruh dalam atas satu lapis tempurung di pokok drum. Sesudah tempurung lepek pertama terbakar, sedikit karena sedikit satu lapisan ditaruh diatasnya. Langkah ini terus dilakukan cukup drum melimpah. Ketika tempurung lapisan atas mulai terbakar, batu bata yang menjadi halangan drum lembut diambil, oleh karena itu dasar lengkara langsung menyentuh tanah serta menutup mungkum. Kemudian lengkara ditutup rapat-rapat dan jangan sampai terselip udara yang masuk. Apabila ada udara yang mengakar, maka liang yang terdapat dalam lengkara akan jadi abu. Akan tetapi kalau tingkah ditutup muktamar sebelum segala tempurung terbakar, tempurung tak akan menjadi arang. Keesokan harinya, setelah drum dingin, tutupnya dibuka, setelah itu drum dibaringkan. Arang tempurung kemudian dibongkar secara lambat-lambat. Arang tempurung yang tampak hitam, mengkilap, utuh, rusuh, dan gampang dipatahkan menampakkan kualitasnya baik. kadar larutan dalam liang tempurung nyiur antara 50-70 persen. Karbon Aktif serta Komposisinya Zat arang atau arang aktif ialah material yang berbentuk direktori atau serbuk yang berpangkal dari material yang terdapat karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan lain-lain.
Dengan pengolahan tertentu adalah proses pengorganisasian seperti perlakuan dengan tolakan dan suhu tinggi, mampu diperoleh zat arang aktif yang memiliki segi dalam yang luas. Liang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% zat arang, dihasilkan dr bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Pada pemanasan berlangsung, diusahakan supaya tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan oleh karena itu bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi & tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sejajar bahan membakar, juga siap digunakan sederajat adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh ukuran permukaan anasir dan kemampuan ini bisa menjadi kian tinggi kalau terhadap liang tersebut dilakukan aktifasi menggunakan bahan-bahan kimia ataupun secara pemanasan pada temperatur semampai. Dengan demikian, arang akan mengalami reformasi sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai liang aktif. Di dalam satu gram karbon giat, pada biasanya memiliki teperinci permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga luar biasa efektif di dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0. 01-0. 0000001 mm. Karbon tangkas bersifat sangat aktif serta akan merasuk apa saja yang kontak dengan zat arang tersebut. Di dalam waktu 60 jam biasanya karbon giat tersebut manjadi jenuh & tidak giat lagi. Maka dari itu biasanya liang aktif pada kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap unik beberapa macam arang berperan dapat pada reaktivasi balik, meskipun demikian tdk jarang yang disarankan untuk sekali mengenakan. Reaktifasi zat arang aktif super tergantung mulai metode aktivasi sebelumnya, maka dari itu perlu diperhatikan keterangan di kemasan barang tersebut. Karbon aktif ada dalam beraneka ragam bentuk misalnya gravel, pelet (0. 8-5 mm) roman fiber, kanji (PAC: powder active carbon, 0. 18 mm ataupun US mesh 80) dan butiran-butiran kuntet (GAC: Granular Active carbon, 0. 2-5 mm) dan sebagainya. Serbuk zat arang aktif PAC lebih gampang digunakan dalam pengolahan air dengan organisasi pembubuhan yang sederhana. Bubuk (powder) Direktori (granule) Kepulan (gravel) Pelihara Bahan baku yang bermula dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang terdapat karbon bisa dibuat menjadi arang aktif, bahan ini antara unik: tulang, gawang lunak, kulit padi, tongkol jagung, tempurung kelambir, sabut kelambir, ampas penggilingan tebu, cerih pembuatan kertas, serbuk gergaji, kusen keras dan batubara. Di negara katulistiwa masih ditemukan arang yang dihasilkan dengan tradisional adalah dengan menggunakan drum atau lubang dalam tanah, secara tahap pengolahan sebagai berikut: bahan yang akan dibakar dimasukkan di dalam lubang atau drum yang terbuat dari plat besi. Kemudian dinyalakan oleh karena itu bahan asas tersebut terbakar, pada ketika pembakaran, lengkara atau tempat ditutup maka itu hanya ventilasi yang dibiarkan terbuka. lni bertujuan sebagai jalan keluarnya asap. Begitu asap yang keluar mempunyai warna kebiru-biruan, ventilasi ditutup serta dibiarkan sepanjang kurang lebih sedikit 8 weker atau satu malam. Beserta hati-hati mungkum atau dibuka dan dicek apakah masih ada bara yang menyala. Jika tetap ada yang atau lengkara ditutup kembali. Tidak sampai mengggunakan larutan untuk memutus bara yang sedang menggebu, karena dapat menurunkan kwalitas arang. Walakin secara umum proses produksi arang aktif dapat dibagi dua yakni: 1. Proses Kimia. Bakal baku dicampur dengan bahan-bahan kimia khusus, kemudian disusun padat. Kemudian padatan ini dibentuk menjadi batangan serta dikeringkan beserta dipotong-potong. Aktifasi dilakukan dalam temperatur 100 °C. Liang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300 °C. Dengan proses kimia, benda baku mampu
dikarbonisasi terlebih dahulu, dan kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia. 2. Reaksi Fisika Bakal baku terlebih dahulu terbuat arang. Lalu kemudian arang ini digiling, diayak untuk berikutnya diaktifasi beserta cara pemanasan pada temperatur 1000 °C yang disertai pengaliran uap. Proses fisika banyak diterapkan dalam aktifasi arang antara lain: a. Proses Gumpal: bahan patokan atau arang terlebih dulu dibuat gumpal, dengan cara mencampurkan benih baku atau arang halus dengan “ter”. Kemudian, bongkah yang dihasilkan dikeringkan di dalam 550 °C untuk setelah itu diaktifasi beserta uap. b. Destilasi kering: merupakan suatu proses persetujuan suatu benih akibat memilikinya pemanasan dalam temperatur menjulang dalam hal ihwal sedikit sekalipun tanpa udara. Hasil yang diperoleh berona residu diantaranya arang dan destilat yang terdiri daripada campuran metanol dan kecut asetat. Endapan yang dihasilkan bukan yaitu karbon tahir, tetapi masih mengandung bubuk dan “ter”. Hasil yang diperoleh seperti metanol, kecut asetat & arang tergantung pada material baku yang digunakan serta metoda destilasi. Diharapkan absorbsivitas arang tangkas yang dihasilkan dapat seperti atau lebih baik dari pada daya serap arang tangkas yang diaktifkan dengan merandau bahan-bahan kimia. Juga dengan cara ini, pencemaran komunitas sebagai dampak adanya penguraian senyawa-lenyawa kimia dari materi-materi pada selagi proses pengarangan dapat diihindari. Selain ini, dapat dihasilkan asap rapun sebagai dampak pengembunan uap hasil penjelasan senyawasenyawa organik dari benda baku. Ada empat hal yang siap dijadikan batas dari penjelasan komponen kusen yang berlangsung karena pemanasan pada prosedur destilasi polos, yaitu: 1. Batasan A adalah temperatur pemanasan sampai 200 °C. Air yang terkandung di dalam bahan asas keluar jadi uap, jadi kayu menjadi kering, retak-retak dan timpang. Kandungan karbon lebih kurang 60 %. 2. Batasan B adalah temperatur pemanasan sempang 200-280 °C. Kayu mengacu pada perlahan – lahan jadi arang & destilat semenjak dihasilkan. Rona arang sebagai coklat kurang cahaya serta perut karbonnya mungkin 700%. 3. Batasan C adalah temperatur pemanasan renggangan 280-500 °C. Pada temperatur ini mau terjadi karbonisasi selulosa, permakluman lignin & menghasilkan “ter”. Arang yang terbentuk bercorak hitam beserta kandungan karbonnya meningkat menjadi 80%. Metode pengarangan secara praktis habis pada suhu 400 °C. 4. Batas D diartikan sebagai suhu pemanasan 500 °C, terjadi proses pemurnian arang, dimana pembentukan “ter” masih terus berlanjur. Kadar karbon akan menumpuk mencapai 90%. Pemanasan diatas 700 °C, hanya menyembulkan gas hidrogen. Namun dengan umum & sederhana proses pembuatan liang aktif berisi dari 3 tahap yaitu: 1. http://sinarkimia.com/product/karbon-aktif/ Dehidrasi: proses penghilangan air dimana bahan patokan dipanaskan cukup temperatur 170 °C. 2. Karbonisasi: pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu lebih dari 170°C bakal menghasilkan CO, CO2 serta asam asetat. Pada suhu 275°C, dekomposisi menghasilkan “ter”, metanol dan hasil lis lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400 – 600 0C 3. Aktifasi: dekomposisi tar dan ekspansi pori-pori. Bisa dilakukan menggunakan uap / CO2 serupa aktifator. Prosedur aktifasi yaitu hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi ialah suatu perlakuan terhadap liang yang menghendaki untuk mengeraskan pori yakni dengan jalan memecahkan perkumpulan hidrokarbon / mengoksidasi molekul – molekul permukaan jadi arang mendapati perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap kesanggupan adsorpsi. Metoda aktifasi yang umum dimanfaatkan dalam pabrikasi
arang aktif adalah: 1. Aktifasi Kimia. Aktifasi itu merupakan proses pemutusan rantai karbon daripada senyawa organik dengan pemakian bahan-bahan kimia. Aktifator yang digunakan didefinisikan sebagai bahan-bahan kimia seperti: hidroksida logam alkali garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah serta khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4. 2. Aktifasi Fisika. Aktifasi ini ialah proses penyudahan rantai karbon dari sintesis organik pada bantuan gerah, uap serta CO2. Biasanya arang dipanaskan didalam tanur pada temperatur 800-900°C. Oksidasi dengan udara pada temperatur rendah merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperatur tinggi adalah reaksi endoterm, sehingga semakin mudah dikontrol dan paling umum dikenakan. Beberapa benih baku semakin mudah bagi diaktifasi kalau diklorinasi terlebih dahulu. Berikutnya dikarbonisasi untuk menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya diaktifasi beserta uap. Pun memungkinkan untuk memperlakukan arang kayu menggunakan uap bentonit pada temperatur 500°C & kemudian desulfurisasi dengan H2 untuk menjadi arang beserta aktifitas menjulung. Dalam beberapa bahan peranti yang diaktifasi dengan perserikatan bahan kimia, dikasih aktifasi kedua dengan uap untuk memberikan sifat fisika tertentu. Secara bertambah lamanya destilasi dan bertambah tingginya temperatur destilasi, mengakibatkan nominal arang yang dihasilkan tambah kecil, namun destilasi dan daya serap makin besar. Sedangkan dengan semakin bertambahnya temperatur destilasi, daya serap arang giat semakin elok, masih diperlukan pembatasan temperatur yaitu gak melebihi 1000 0C, karena banyak terbentuk abu maka itu menutupi pori-pori yang berfungsi untuk mengadsorpsi. Sebagai karenanya daya serap arang aktif hendak menurun. Kemudian campuran liang dan aktifator dipanaskan dalam temperatur & waktu tertentu. Hasil yang diperoleh, diuji daya serapnya terhadap perpaduan Iodium. Pikir SII No. 0258 -79, arang aktif yang elok mempunyai taklik seperti yang tercantum di dalam tabel berikut ini: Karbon tangkas terbagi untuk 2 tipe yaitu liang aktif sederajat pemucat serta arang giat sebagai penyerap uap. 1. Arang aktif sebagai pemucat. Biasanya nyata serbuk yang sangat halus dengan sengkang pori meraih 1000 A0 yang diterapkan dalam fase cair. Biasanya berfungsi bagi memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan ragam dan bebauan yang tidak diharapkan dan membebaskan pelarut daripada zat – zat penganggu dan manfaat yang lainnya pada usaha kimia dan industri mutakhir. Arang aktif ini kedapatan dari bubuk – tahi gergaji, ampas pembuatan kertas / dari bakal baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai rupa yang lemah. 2. Arang aktif sederajat penyerap uap. Biasanya nyata granula ataupun pellet yang sangat keras dengan diameter pori berpendar antara 10-200 A0. Tipe porinya lebih halus dan digunakan dalam fase gas yang berfungsi untuk menikmati kembali pelarut atau impetus pada pemisahan dan pemurnian gas. Biasanya arang tersebut dapat didapat dari tempurung kelapa, tulang, batu bata ataupun bahan utama yang punya struktur muluk. Sehubungan menggunakan bahan pokok yang dimanfaatkan dalam pabrikasi arang aktif untuk masing- masing tipe, pernyataan lebih dari bukan adalah suatu keharusan. Dengan mode oksidasi zat arang aktif yang dihasilkan berisi dari 2 jenis, yakni: 1. L-karbon (L-AC) Karbon aktif yang dibuat beserta oksidasi dalam suhu 300oC – 400oC (570o-750oF) menggunakan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat pas dalam mengadsorbsi ion terlarut dari senar berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat kecut akan berinteraksi dengan logam basa. Suksesi dari L-AC
dapat dijalani menggunakan asam atau garam seperti NaCl yang hampir sama perlakuannya pada pertukaran ion. 2. H-karbon (H-AC) Karbon berperan yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) dan kemudian didinginkan pada atmosfer inersial. H-AC punya permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif di dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan larutan tetapi luar biasa lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang ringan dalam larutan. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tdk efektifnya dalam mereduksi & mengadsorbsi kimia organik jadi efektif mengadsorbsi ion logam berat beserta kompleks khelat zat organik alami ataupun sintetik menggunakan menetralkannya. Dalam aplikasi karbon aktif indah yang dimanfaatkan sebagai syarat adsorbsi, tanda atau syarat filtrasi secara titik injeksi tertentu, oleh karena itu kriteria desain titik pembubuhan karbon rajin perlu diperhatikan, yaitu: 1. Karbon yang terdapat didalam kantong langsung dimasukkan kedalam tangki penyimpanan dan dicampur dengan larutan untuk disiapkan menjadi perpaduan yang terdapat 0, 1 kg karbon aktif pati per 1 liter larutan. Lebih baik lagi apabila suatu instalasi memiliki 2 tangki sintesis, maka rang larutan karbon aktif dalam dibubuhkan dapat ditempatkan di dalam 2 tangki, jika sintesis didalam satu tangki sudah kosong, maka sudah ada larutan didalam tangki lainnya untuk dibubuhkan, tanpa kudu menunggu program larutan karbon aktif yang baru. 2. Agitator mekanik harus disediakan dalam bak penyimpanan dalam menjaga pumpunan karbon tangkas tetap “tersuspensi” didalam larutan atau melestarikan larutan supaya tidak mengkristal 3. Larutan biasanya dipompakan kedalam tangki yang merencah sejumlah larutan dan hendak diumpankan untuk lebih atas beberapa weker berikutnya. Tanki tersebut pantas mudah dibersihkan dan dipelihara. Tangki ini harus mempunyai lapisan perlawanan karat laksana cat epoxy atau bitumastik untuk melindunginya dari pengkaratan. 4. Corong pembawa sintesis karbon rajin bubuk kudu dipasang menurun/landai menuju teritori pembubuhan, pada perlengkapan untuk mendorong zat arang yang mungkin mengendap serta menyumbat didalam pipa. Pembuluh harus terbuat dari bahan lepas karat & bebas erosi seperti (getah) perca, plastik & besi baja. Pendorong pembuluh dan emas tempawan pisau pencampur dalam bak penyimpanan serta tangki kudu terbuat dari logam baja dalam menahan poin[cak] dan erosi. 5. Kesulitan yang amat umum di dalam pengoperasian zat arang aktif kanji adalah perlakuan bahan kimia. Karena berbentuk serbuk, maka tepung merupakan kesulitan utama, khususnya jika sistem pencampuran luruh digunakan. 6. Jika karbon aktif tepung digunakan secara terus menerus alias jika sejumlah besar dimanfaatkan dalam waktu tertentu, pengubahan ke organisasi basah pantas dipertimbangkan tujuh. Pada instalasi pengolahan air, karbon rajin yang menusuk melewati penyaringan dan memasuki sistem pengiriman dapat menyembulkan “air hitam”. Air warna hitam biasanya disebabkan oleh koagulasi yang tidak sempurna atau dosis karbon aktif yang tinggi ditambahkan sepintas sebelum penyaringan. Untuk meretakkan masalah ini, titik pembubuhan harus dipindahkan ke sistem penyadap larutan baku alias ke di dalam bak pengadukan cepat Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sekitar besar berisi dari faktor karbon lepas dan masing- masing bersinggungan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan liang aktif bertemperamen non polar. Selain komposisi dan dikotomi, struktur pori juga yaitu faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan secara luas tempat, semakin kecil pori-pori arang
aktif, mengakibatkan luas segi semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Bagi meningkatkan rejang adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang tangkas yang telah dihaluskan. Sifat liang aktif yang paling krusial adalah absorbsivitas. Dalam sesuatu ini, tersedia beberapa segmen yang menawan daya serap adsorpsi, yaitu: 1. Sifat Serapan Banyak sintesis yang dapat diadsorpsi sama arang berperan, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda bagi masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai beserta bertambahnya tolok ukur molekul sesapan dari sturktur yang sama, seperti dalam lajur homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh set fungsi, posisi gugus kegunaan, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. 2. Temperatur Di dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur dalam saat berlangsungnya proses. Tempat yang mempengaruhi temperatur mode adsoprsi diartikan sebagai viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi reformasi warna sekalipun dekomposisi, dipastikan perlakuan dilakukan pada kurik didihnya. Bagi senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar alias bila mengizinkan pada temperatur yang lebih rendah. 3. pH (Derajat Keasaman). Bagi asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu secara penambahan asam-asam mineral. Berikut disebabkan soalnya kemampuan kecut mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sekalipun bila pH asam organik dinaikkan yakni dengan mencampur alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai konsekuensi terbentuknya gusar. 4. Waktu Singgung Bila arang tangkas ditambahkan di dalam suatu air, dibutuhkan saat untuk mencecah kesetimbangan. Tempo yang dibutuhkan berbanding terjungkal dengan peringkat arang yang digunakan. Sisa ditentukan sama dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu sentuh. Pengadukan dimaksudkan untuk meluluskan kesempatan di partikel arang aktif untuk bersinggungan beserta senyawa serapan. Untuk pumpunan yang ada viskositas menjulung, dibutuhkan tempo singgung yang lebih lelet. Karbon tangkas merupakan bakal yang multifungsi dimana hampir sebagian gede telah dipakai penggunaannya sama berbagai macam jenis usaha. Aplikasi lawan penggunaan zat arang aktif sanggup dilihat dari susunan dibawah tersebut: Tabel. 2 Aplikasi pemanfaatan karbon berperan dalam usaha.