TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Hutan Sebagai Pengatur Sistem Hidrologi Hutan mempunyai manfaat sebagai pelindung lingkungan yang berfungsi mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah, mencegah erosi dan lain-lain. Air merupakan produk penting dari hutan. Tanah di hutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga air meresap perlahan-lahan ke dalam tanah. Banyak kota yang menggantungkan diri terhadap persediaan air dari hutan dengan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun. Tetapi bila pohon-pohon di hutan ditebang, maka tanah langsung terbuka sehingga bila turun hujan, air hujan langsung
mengalir ke sungai dan menyebabkan erosi maupun banjir
(Suparmoko, 2000). Menurut Seyhan (1990), banjir adalah peristiwa dimana daratan yang biasanya kering menjadi tergenang air. Banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan dan topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung ataupun kemampuan infiltrasi tanah rendah sehingga tanah tidak mampu menyerap air. Selain itu banjir didefinisikan sebagai luapan air sungai akibat ketidakmampuan sungai menampung air.
Daerah Aliran Sungai Deli Daerah aliran sungai (DAS) yang diartikan sebagai bentang lahan yang dibatasi oleh pembatas topografi (topography divide) yang menangkap, menampung dan mengalirkan air hujan ke suatu titik patusan (outlet) menuju ke laut atau danau. Pengertian DAS sebagaimana definisi ini sebenarnya telah secara luas diterima sebagai satuan (unit) pengelolaan sumberdaya alam yang ada di
Universitas Sumatera Utara
dalam DAS. Istilah “one river, one plan, one management” yang popular mengindikasikan pentingnya DAS dikelola sebagai suatu kesatuan utuh ekosistem sumberdaya alam (Kartodiharjo, 2000). Pada dasarnya DAS merupakan satu kesatuan hidrologi. DAS menampung dan mendistribusikan air yang tertampung lewat suatu sistem saluran dari hulu ke hilir, dan berakhir di suatu tubuh air berupa danau atau laut. Bersama dengan atmosfir dan laut (atau danau), DAS menjadi tempat kelangsungan daur hidrologi. Hubungan hidrologi antara atmosfir dan tubuh air bumi dapat berjalan secara langsung, atau lewat peranan DAS. Terjadi pula hubungan hidrologi segitiga antara atmosfir, DAS dan laut. Adapun Lokasi, fungsi dan wilayah sungai dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) DAS bagian atas (hulu), daerah ini berfungsi sebagai daerah konservasi tanah dan air, kawasan lindung dan resapan air serta kontrol terhadap erosi. 2) DAS bagian tengah, daerah ini berfungsi sebagai daerah untuk pengumpulan, penyimpanan, pengalokasian, pendistribusian serta pengendalian banjir. 3) DAS bagian bawah (hilir), daerah ini berfungsi sebagai daerah kontrol banjir dan drainase serta pencegahan intrusi air laut. Masalah banjir sangat terkait dengan ada tidaknya tindakan konservasi di daerah hulu dan untuk mengkoordinasikannya sangat sulit karena berhubungan dengan masalah tataguna lahan pada masing-masing daerah kabupaten/kota (Richard, 1990). Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub
Universitas Sumatera Utara
DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003). Letak Sub DAS tersebut dalam DAS antara lain : Sub DAS Petani terletak di hulu, yakni ujung selatan berbatasan langsung dengan DAS yang alirannya mengalir ke selatan. Sub DAS Simai-mai berada di bagian hulu sebelah timur Sub DAS Petani, berbatasan langsung dengan DAS Percut. Sub DAS Deli terletak di tengah berbatasan langsung dengan Sub DAS Simai-mai, DAS Percut dan Sub DAS Babura. Sub DAS Babura dijumpai di tengah berbatasan dengan Sub DAS Petani, Sub DAS Bekala, Sub DAS Deli dan Sub DAS Sei Kambing (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003). Panjang dan kemiringan DAS Deli diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu kelas I (datar), kelas II (landai), kelas III (agak curam), kelasIV (curam), kelas V (sangat curam). Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia seperti permukiman dan sebagainya. DAS Deli memiliki bentuk penggunaan lahan yang dapat dikelolmpokkan menjadi 12 kategori penutupan lahan. Lahan berupa hutan dijumpai pada bagian hulu DAS (Sibolangit ke selatan) dan di bagian pantai (Hamparan Perak). Hutan dibagian hulu biasanya didominasi oleh jenis-jenis campuran, sedang hutan pantai ditempati dengan jenis-jenis bakau. Berdasarkan peta tanah DAS Deli terdapat jenis tanah yang tersebar menurut fisiografinya, yaitu yang berada di wilayah daratan dan yang terdapat di wilayah perbukitan hingga pegunungan. Peta tanah daerah DAS Deli didominasi oleh jenis hidromorfik kelagu glei seluas 22.688 Ha (47,11 %) dan podsolik coklat kekuningan seluas 11.307 Ha (23,48 %) (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai (DAS). Rehabilitasi mengambil posisi dalam mengisi kesenjangan antara sistem perlindungan yang tidak dapat mengimbangi hasil dengan sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahan. Sistem RHL dicirikan oleh komponen sebagai berikut: 1. Komponen obyek rehabilitasi hutan dan lahan 2. Komponen teknologi 3. Komponen institusi Sistem RHL tersebut merupakan sistem yang terbuka, yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dengan penggunaan hutan dan lahan. Dengan demikian, pada prinsipnya RHL diselenggarakan atas inisiatif bersama para pihak. Ini berbeda dengan penyelenggaraan RHL, selalu melalui inisiatif pemerintah dan menjadi beban tanggungan pemerintah. Dengan kata lain, ke depannya RHL dilaksanakan oleh masyarakat dengan kekuatan utama dari masyarakat sendiri (Fathoni, 2003). Menurut Dishut Kabupaten Deli Serdang (2007) ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rehabilitasi hutan dan lahan. Kegiatan tersebut berada pada Kabupaten Deli Serdang yang tersebar di beberapa kecamatan. Beberapa kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan tersebut diantaranya adalah: 1.
Hutan Kota adalah upaya penanaman pada hamparan lahan dengan pohonpohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota
Universitas Sumatera Utara
2.
Reboisasi adalah upaya pembuatan tanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/ terbuka, alang-alang atau semak belukar dan hutan rawan untuk mengembalikan fungsi hutan
3.
Dam Penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong batu atau kerucut bambu/kayu yang dibuat pada alur sungai dengan tinggi maksimum 4 meter
4.
Embung air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam berfungsi untuk menampung air hujan/air limpasan, atau air rembesan pada lahan tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau
5.
Sumur resapan air adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air yang dibuat sedemikian rupa menyerupai sumur pada daerah pemukiman dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan dan meresapnya kedalam tanah.
Nilai Ekonomi Lingkungan Menurut Nahib (2006) Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Sumberdaya alam (baik renewable dan non renewable) merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi (Fauzi, 2004). Kekayaan sumberdaya alam Indonesia ini pula yang menyebabkan negara kita dijajah selama berabad-abad oleh negara Belanda dan juga selama tiga setengah tahun oleh negara Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Reksohadiprodjo dan Andreas (2000) lingkungan merupakan media hubungan timbal-balik antara manusia dan makhluk lain dengan faktorfaktor alam. Ekonomi lingkungan sebagai bagian dari ilmu ekonomi bersifat positif yaitu mengemukakan tentang kenyataan yang ada. Selain itu ekonomi lingkungan bersifat normatif, yaitu mengemukakan apa yang sebenarnya dilakukan. Pada aspek yang kedua kita memberikan usulan tentang cara-cara mendapatkan apa yang seharusnya. Mekanisme pasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori besar: kesepakatan yang diatur sendiri (self-organized private agreements), skema pembayaran publik (public payment schemes) dan skema pasar terbuka (open trading schemes). Dalam setiap kategori ditemukan beragam mekanisme pasar menurut tingkat keterlibatan publik di dalamnya. Transaksi-transaksi yang termasuk di dalam kesepakatan biasanya bersifat tertutup, antar pihak-pihak yang memperoleh manfaat dan yang menjadi penyedia jasa lingkungan. Karena jasa DAS seringkali dianggap "barang publik", maka skema pembayaran publik merupakan mekanisme finansial yang paling sering dimanfaatkan untuk melindungi jasa DAS. Skema pasar terbuka merupakan skema yang paling jarang diterapkan dibandingkan dengan kedua mekanisme lainnya dan cenderung lebih banyak diterapkan di negara-negara yang sudah maju. Pemerintah mendefinisikan dan menentukan batas-batas komoditas jasa yang dapat diperjual belikan. Lalu dibuat regulasi yang dapat menciptakan munculnya permintaan. Dalam hal ini, diperlukan kerangka regulasi yang kuat. Di sisi lain, setiap sistem perdagangan kredit yang berbasis pasar mempersyaratkan kerangka transparansi, penghitungan yang akurat, dan sistem verifikasi (Purwanto, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Yakin (1997) lingkungan pada dasarnya barang publik, yang keberadaan dan kualitasnya tergantung dari prilaku masyarakat. Kajian ekonomi sumber daya dan lingkungan salah satunya menitikberatkan pada persoalan barang publik (Public goods atau common property resources). Dua ciri utama barang publik yaitu: 1.
Barang ini merupakan konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan (joint supply) dan tidak bersaing dalam mengkonsumsinya (non rivalry in consumtion).
2.
Tidak ekslusif (non-exclusion) dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya. Menggunakan teori-teori Ekonomi Lingkungan, maka dapat diidentifikasi
dan dinilai secara moneter manfaat sosial ekosistem. Terdapat dua variabel pokokpokok yang diperlukan untuk kepentingan analisis, yaitu variabel manfaat sosial (social benefit) dan variabel biaya sosial (social costs). Dalam variabel manfaat sosial di dalamnya terkandung enam komponen variabel yang secara ekonomis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga nilai penggunaan, yakni sebagai nilai terhadap penggunaan baik secara langsung (direct use value) maupun penggunaan secara tidak langsung (indirect use value), kemudian nilai penggunaan alternatif (option use value) dan nilai keberadaan (existence value) (Wiradharma dan Antara, 2001) Sejumlah
konsep
berharga,
dan
teknik
penilaian
praktis
telah
dikembangkan untuk menghitung dampak kesejahteraan dari perubahan mutu lingkungan. Menurut Munasinghe dan Lutz (1993), Dixon and Hufschmidt (1986), Pearce and Kerry (1990) dalam Sudita dan Antara (2008) secara
Universitas Sumatera Utara
konseptual total nilai ekonomi atau Total Ekonomic Value (TEV) suatu sumber daya terdiri dari nilai penggunaan atau Use Value (UV) dan nilai non penggunaan atau Non Use Value (NUV). Nilai penggunaan dapat dibagi menjadi nilai penggunaan langsung atau Direct Use Value (DUV), nilai penggunaan tidak langsung atau The Indirect Use Value (IUV), dan nilai pilihan atau Option Value (OV). Sedangkan nilai non penggunaan atau Non Use Value (NUV) terdiri dari nilai keberadaan atau Existence Value (EV) dan nilai hibah wasiat atau Bequest Value (BV), sehingga Total Ekonomic Value (TEV) dapat dituliskan sebagai berikut: TEV = UV + NUV atau TEV = (DUV+IUV+OV) + (EV+BV). Keterangan: TEV = Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) UV = Nilai Penggunaan (Use Value) NUV = Nilai non penggunaan (Non Use value) DUV = Nilai Penggunaan Langsung (Direct Use Value) IUV = Nilai Penggunaan tak langsung (Indirect Use Value). OV = Nilai pilihan (Option Value). EV = Nilai keberadaan (Existence Value) BV = Nilai Warisan (Bequest Value). Keuntungan ekonomi dari kebijaksanaan perubahan kualitas lingkungan adalah terhindarnya biaya yang besar dalam hal menangani biaya yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan. Biaya untuk memperbaiki lingkungan bisa juga disebut sebagai keuntungan yang hilang. Nilai dari perubahan kondisi lingkungan atau biaya dari kerusakan lingkungan yang ditentukan oleh semua individu atau baik secara langsung maupun tidak langsung bisa dinyatakan dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk uang, dan ini sering disebut dengan istilah kesediaan untuk membayar (Willingnes
to
pay)
untuk
barang-barang
lingkungan
yang
disediakan
(Yakin, 1977). Lebih lanjut Yakin (1997) menambahkan beberapa sumber benefit yang bisa diperoleh bukan pengguna langsung jasa lingkungan adalah sebagai berikut: 1.
Nilai pilihan (option value) Meskipun seseorang tidak mempunyai rencana untuk menggunakan jasa lingkungan (amenity) itu, mereka kadang-kadang mau membayar sebagai pilihan untuk memanfaatkannya di masa datang.
2.
Nilai eksistensi/keberadaan (existence value) Nilai atau harga yang diberikan oleh seseorang terhadap eksistensi barang lingkungan tertentu.
3.
Nilai masa depan (bequest value) Sebagian orang akan membayar agar ketersediaan barang-barang lingkungan tetap ada untuk diwariskan pada generasi yang akan datang.
Metode Valuasi Kontingen Metode Valuasi Kontingen (MVK) adalah metode teknik survey untuk menyatakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa orang yang mempunyai preferensi yang besar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakana ketika suatu hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang (Yakin, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Disebut metode kontingen, karena metode ini mencoba untuk menanyakan kepada masyarakat tentang bagaimana sikap mereka terhadap suatu komoditi lingkungan yang non-maketable, jika mereka ditempatkan pada situasi yang sesungguhnya, dimana transaksi sedang terjadi. Metode Valuasi Kontingen (MKV) didasari pada kaida sederhana karena jika kita ingin mengetahui kesediaan membayar seseorang terhadap produk lingkungan maka kita dapat bertanya kepada mereka tentang berapa karakteristik dari lingkungan mereka (Field, 2002).
Analisis Ekonomi Pengendali Banjir Kajian ekonomi merupakan salah satu bagian dari kajian komprehensif dari sistem pengendali banjir. Kajian digunakan untuk menjustifikasi dan mendukung kajian-kaijan lainnya atas dampak yang ditimbulkan oleh proyek pengendali banjir yang ada bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah proyek. Ada bermacam-macam kajian ekonomi termasuk diantaranya: 1. Opportunity Cost (OC) Menurut Sughen dan Alan Williams (1990) dalam Kodoatie (2002) OC didefenisikan sebagai biaya yang timbul sebagai akibat tidak memilih alternatif proyek yang memberikan manfaat yang terbaik bagi masyarakat (best choice). 2. Pareto Optimum (PO) Menurut Paret (2002) dalam Kodoatie (2002) PO didefenisikan pada kondisi optimum segala upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang satu dapat mengakibatkan penurunan kesejahteraan masyarakat yang lain. Dengan perkataan lain setiap upaya perubahan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat (dengan adanya proyek) pasti ada yang diuntungkan dan ada yang
Universitas Sumatera Utara
dirugikan. Kaldor dan Hicks (2002) dalam Kodoatie (2002) melengkapi teori tersebut dengan menyatakan bahwa pihak yang dirugikan oleh adanya proyek dapat diberikan kompensasi sehingga kondisi masyarakat yang dirugikan tetap pada posisi kesejahteraan saat sebelum ada proyek.
Analisis Korelasi dan Analisis Regresi Menurut Trihendradi (2007) bahwa uji korelasi digunakan untuk mencari besarnya hubungan dan arah hubungan. Nilai korelasi berkisar dalam rentang 0 sampai 1 atau 0 samapai -1. Tanda positif dan negative menunjukkan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan arah perubahan yang sama, dimana jika satu variabel naik maka variabel yang lain juga naik. Demikian sebaliknya, tanda negative menunjukkan arah perubahan yang berlawanan dimana jika satu variabel naik maka variabel yang lain justru akan turun. Menurut Sarwono (2005) bahwa besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel. Kriteria angkanya adalah sebagai berikut: - Angka 0 - 0,25
= korelasi lemah
- Angka 0,25 - 0,5
= korelasi cukup
- Angka 0,5 - 0,75
= korelasi kuat
- Angka 0,75 - 1
= korelasi sangat kuat
Lebih lanjut Sarwono (2005) menambahkan bahwa dalam pengambilan keputusan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara dua variabel pada dilihat dari angka probabilitas. Jika probabilitas < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan dan sebaliknya jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Al-Gifari (2000) koefisien regresi bertujuan untuk memastikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam suatu persamaan secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel tidak bebas. Caranya adalah dengan melakukan pengujian terhadap koefisien regresi setiap variabel bebas. Persamaan regresi yang menggunakan lebih dari dua variabel bebas adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b2X3 + ………+ bnXn Al-Gifari (2000) menambahkan bahwa besarnya persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel tidak bebas dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R2)
persamaan regresi. Besarnya koefisien
deteminasi (R2) adalah 0 sampai 1. Semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin kecilnya pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya semakin mendekati 1 besarnya koefisien determinasi (R20) suatu persamaan regresi, semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Universitas Sumatera Utara