15
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Jangkrik Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam ordo Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah dingin. Klasifikasi jangkrik adalah filum Arthopoda, kelas Hexapoda (Insecta), ordo Orthoptera,
sub
ordo
Ensifera,
famili
Gryllidae
(Jangkrik),
sub
famili
Gryllinae(Jangkrik lapang/rumah), genus Gryllus, spesies Gryllus bimaculatus (Jangkrik Kalung), Gryllus mitratus (Jangkrik Cliring) dan Gryllus testaceus (Jangkrik Cendawang) (Sukarno, 1999). Morfologi tubuh jangkrik Kalung sama dengan jangkrik-jangkrik pada umumnya yaitu terdiri atas tiga bagian utama kepala, toraks (dada) dan abdomen (perut) serta setiap spesies jangkrik memiliki ukuran dan warna yang beragam (Borror et al., 1992). Jangkrik kalung memiliki kulit dan sayap luar berwarna hitam atau agak kemerahan dan pada bagian punggung (pangkal sayap luar) terdapat garis kuning sehingga menyerupai kalung (Widiyaningrum, 2001). Jangkrik jantan dan betina dewasa dapat dibedakan dari ada atau tidaknya ovipositor pada ujung abdomen yang mencirikan jangkrik betina. Meskipun secara umum ukuran-ukuran tubuh jangkrik jantan lebih besar, jangkrik betina memiliki bobot badan lebih tinggi daripada jantan (Herdiana, 2001). 15
Universitas Sumatera Utara
16
Perkembangbiakan Jangkrik Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik dewasa(imago)
yang
ditandai
dengan
terbentuknya
dua
pasang
sayap
(Borror et al., 1992). Jangkrik dapat ditemui hampir disemua tempat, terutama pada daerah dengan dikisaran suhu 20 – 32oC dengan kelembaban 65 – 85%, bertanah gembur atau berpasir serta memiliki banyak tumbuhan semak belukar (Sukarno, 1999). Jankrik dewasa siap kawin pada usia ± 45 hari yang ditandai dengan telah lenyapnya sayap. Jangkrik jantan akan ngengkrik dengan suara nyaring yang merupakan isyarat bahwa jangkrik tersebut siap untuk membuahi betina, sedangkan jangkrik betina yang siap untuk dibuahi dan mengetahui isyarat tersebut akan mencari sumber suara dan mendekatinya. Dalam melakukan perkawinan, jangkrik jantan akan mengambil posisi dibawah dan jangkrik betina diatas. Setelah terjadi pembuahan, tujuh hari kemudian telur – telur didalam perut jangkrik betina telah tua dan jangkrik telah siap bertelur (Sukarno, 1999).
Reproduksi Jangkrik Menurut Youdeowei (1974),sistem reproduksi serangga betina terdiri atas sepasang ovarium yang berwarna krem dan sepasang ovarial, terletak di punggung bagian tengan diatas saluran pencernaan. Jangkrik betina memiliki ovipositor sebagai
16
Universitas Sumatera Utara
17
alat kelamin luar. Ovipositor brbentuk silindris dan meruncing seperti jarum dan berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan telur(Ros et al.,1982). Jangkrik jantan memiliki sepasang testis berwarna putih krem yang terletak di atas saluran pencernaan. Masing-masing testis terdiri dari beberapa folikel yang berhubungan tipis memanjang ke belakang sampai mencapai saluran ejakulator. Sepasang kelenjar asesori yang terdiri dari seminali vesicle dan pembuluh yang berbelit cukup panjang terdapat di atas saluran ejakulator (Youdeowai, 1974). Alat genital jantan disebut clasper yang berfungsi sebagai alat kopulasi yang memindahkan sperma ke saluran alat genital betina (Budi, 1999). Hasil penelitian Widyaningrum (2001) menyatakan bahwa perbandinganjantan dan betina yang baik dalam budidaya indukan adalah 1:5. Jumlah indukanbetina yang terlalu banyak akan berakibat telur yang dihasilkan infertil akibat tidakdibuahi. Sridadi dan Rachmanto (1999) menyatakan bahwa tanda-tanda jangkrik telah birahi adalah bulu punggung tampak mengkilat dan ovipositor pada betina telah panjang, kaku, berwarna hitam dan ujung abdomen sebelah bawah telah berbentuk seperti kantong. Jangkrik jantan yang siap kawin memiliki tanda-tanda sayapnya sudah lengkap, sudah mengerik, suaranya keras dan gerakannya lincah, seekor jangkrik betina mampu melakukan perkawinan hingga beberapa kali(multiple mating) dengan jantan yang berbeda – beda dengan jantan dalam spesiesnya (Sukarno, 1999). Menurut Kumala (1999) dalam waktu 7–10 hari setelah perkawinan jangkrik betina mulai betelur. Induk betina akan mencari tenpat yang lembab dan gembur untuk
17
Universitas Sumatera Utara
18
meletakkan telurnya. Pada spesies Gryllus bimaculatustelur akan menetas pada hari ke 10 -12 setelah ditelurkan (Tomioka et al., 1991). Menurut Widyaningrum (2001) telur yang berkualitas baik memiliki daya tetas yang tinggi, yaitu di atas 95%, sedangkan yang berkualitas rendah daya tetasnya di bawah 50%. Induk dapat memproduksi telur dan daya tetasnya tinggi ± 80-90 %. Apabila diberikan makanan yang begizi tinggisetiap peternak mempunyai ramuan ramuan yang khususdiberikan pada induk jangkrik antara lain bekatul jagung, tepung ikan, kuning telur bebek (Wiarto,2010).
Pakan ternak jangkrik Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam pemeliharaan jangkrik secaraintensif.
Dilihat
dari
kehidupan
jangkrik
di
alam,komposisi
pakan
sayuran/nabati lebihbanyak dari pada hewani. Untuk pakan pada temak jangkrik budidaya dapat dibagi atas duajenis yaitu pakan kering dan pakan basah (Udjianto, 1999). Jangkrik
tergolong
hewan
pemakan
tumbuhan
(herbivora)
dan
umumnyamemakan dedaunan, sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak air. Hal inidisebabkan jangkrik tidak minum air seperti kebanyakan hewan. Makanan tersebutantara lain krokot, sawi, kol, bayam, daun singkong, wortel, gambas dan daun muda.Jangkrik lebih menyukai bagian tanaman yang muda seperti daun dan pucuk tanaman(Paimin et al., 1999).
18
Universitas Sumatera Utara
19
konsentrat Jangkrik juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat selain pakan hijauanyang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan. Jangkrik yang diberi pakan buatandapat tumbuh lebih cepat dibandingkan jangkrik yang diberi tumbuh-tumbuhan saja(Praditya, 2003). Jangkrik yang diberi pakantambahan pada kadar protein 20%22% berproduksi lebih baik daripada yang diberipakan tambahan pada kadar protein 16%-18%(Lumowo,2001).
Dedak Halus Dedak halus merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang jumlahnya sekitar 10% dari padi yang digiling. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Dedak padi mempunyai kandungan energi dan protein yang cukup baik. Kandungan gizi dedak padi sangat bervariasi tergantung dari jenis padi dan macam mesin penggiling yang digunakan. Satu hal yang perlu diingat bahwa pada saat dedak sulit didapat, seringkali dedak dicampur dengan sekam yang telah digiling. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas atau nilai gizi dedak tersebut, yang diindikasikan dengan tingginya kandungan serat kasar dedak campuran tersebut. Creswell (1987) melaporkan bahwa hasil analisis dari 4 sampel dedak padi yang berasal dari Indonesia memiliki kandungan protein kasar dengan kisaran 12,7-13,5%, lemak 10,6-13,6% dan serat kasar 8,2-12,2%. Kandungan nutrisi dedak padi dapat dilihat pada Tabel 1.
19
Universitas Sumatera Utara
20
Tabel 1. Kandungan nutrisi dedak padi (Bahan Kering) Nutrisi Protein Kasar (%)
Kandungan 12
Serat Kasar (%)
13`
Lemak Kasar (%)
12
Kalsium (%)
0,12
EM(kkal/kg)
1.650
Posphor(%)
0,21
Sumber: Hartadi et al(1997). Bungkil Kedelai Bungkil kedelai mengandung protein dan kaya akan lisin tetapi metioninnya rendah. Ketersediaan bungkil kedelai di Indonesia memang tidak ada, umumnya diimpor dari beberapa negara seperti Amerika dan India. Kandungan nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nutrisi bungkil kedelai (Bahan Kering) Nutrisi
Kandungan
Protein Kasar (%)
43,8
Serat Kasar (%)
4,40
Lemak Kasar (%)
1,50
Kalsium (%)
0,32
Posfor (%)
0,65
Sumber: Hartadi et al (1997). Tepung Ikan Mudjiman (2004), melaporkan bahwa tepung ikan (Fish meal) merupakansalah satu bahan baku untuk pakan ternak karena kandungan protein yang tinggi.Protein 20
Universitas Sumatera Utara
21
dalam tepung ikan tersusun oleh asam amino esensial yang kompleksdiantaranya asam amino lisin dan methionin, serta mengandung mineral kalsium,fospor,vitamin B kompleks khususnya vitamin B12 dan asam lemak esensial dariomega-3 HUFA (higher unsaturated fatty acid).Hartadi et al. (1997) melaporkan kandungan tepung ikan adalah sebagai berikut: energy metabolisme sebesar 2820 Kkal/kg, protein 52,6%, lemak 6,8%, serat kasar 2,2%, kalsium 5,11% dan phosphor 2,88%. kandungan nutrisi tepung ikan yaitu bahan kering sebesar 92%, protein kasar 61%, lemak 10%, serat kasar 0,5%, Kalsium 1,23% dan Phospor 1,63%.Tepung ikan yang bermutu baik kandungan protein 60 - 70%, lemak 6 – 14 %, kadar air 4 – 12%, dan kadar abu 6 – 18% (Murtidjo,2001).
Tepung Jagung Penggunaan limbah tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah yang termudah dan termurah tetapi pada saat panen hasil limbah tanaman jagung ini cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Di daerah Indonesia bagian Timur, jerami jagungselain diberikan dalam bentuk segar, dapat dikeringkanatau diolah menjadi pakan awet seperti pelet, cubes dandisimpan untuk cadangan pakan ternak (Nuliket al.,2006).Komposisi kimia jagung adalah bahan kering (BK) 84-86%, protein kasar (PK) 8-10%, serat kasar (SK) 2-4%, BETN 68-80% dan TDN 75-80%. Daun Singkong (Manihotutilissima) Daun singkong merupakan salah satu pakan yang disukai jangkrik. Kelebihan yang dimiliki daun singkong adalah kandungan air yang relatif rendah jika 21
Universitas Sumatera Utara
22
dibandingkan dengan pakan sayuran jangkrik lainnya. Kandungan air yang tidak terlalu tinggi ini dapat mengurangi kemungkinan jangkrik terkena diare. Ditinjau dari segi nutrisi, kandungan zat gizidaun singkong lebih baik daripada rumput gajah, bahwa daun singkong mengandung protein, lemak, kalsium dan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah yang dipotong pada umur ± 40 hari. Kandungan protein daun singkong umumnya berkisar antara 20 -36% dari bahan kering . Kisaran ini disebabkan perbedaan varietas, kesuburan tanah dan komposisi campuran daun dan tangkai daun. Dilihat dari tingginya kandungan proteinkasar, daun singkong
termasuk
pakan
sumberprotein.Disamping
itu
daun
singkong
mengandungprovitamin A yang cukup tinggi (Jalaludin dan Saw Yin,1972). Berdasarkan Mansy (2002), pemberian kombinasi konsentrat dan daun singkong pada jangkrik lokal maupun menghasilkan produktivitas yang cukup baik. Kandungan nutrisi daun singkong dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan nutrisi daun singkong (Bahan Kering) Nutrisi
Kandungan
Protein Kasar(%)
6,21
Serat Kasar (%)
4,62
Lemak Kasar (%)
0,74
Kalsium
0.81
EM (kkl/kg)
2.919,23
Fosfor (%)
0,27
Sumber: Mansy (2002) Jangkrik tidak minum seperti kebanyakan hewan lainnya melainkan memperoleh air dari makanannya. Jangkrik menyukai daun muda yang banyak 22
Universitas Sumatera Utara
23
mengandung air sebagai pengganti air minum seperti sawi, kubis, bayam, kangkung, daun singkong dan lain-lain. Kekurangan air dalam tubuh hewan akan mengurangi nafsu makan dan feed intake. Jangkrik lebih memilih mengkonsumsi air yang terkandung dalam sayuran (Tillman et al., 1991).
Kol (Brassica oleraceae L) Kol atau yang disebut juga dengan kubis, merupakan salah satu sayuran yang banyak ditemukan di Indonesia.Kol termasuk jenis capitata, yaitu sayuran yang memanfaatkan daunnya yang membentuk bulat padat. Sayuran kol sendiri merupakan sayuran yang berasal dari wilayah Eropa yang sudah tersebar luas di berbagai belahan bumi.
Sekitar
empat
ratus
jenis
varietas
kol
dibudidayakan
di
seluruh
dunia.Kandungan yang terdapat pada kol adalah sebagai berikut :Vitamin A, vitamin Bkompleks, zat besi, kalium, ripoflavindan asam folat(Yana, 2014). Kandungan nutrisi kol dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan nutrisikol (Bahan Kering)
Nutrisi
Kandungan
Protein Kasar (%)
1,7
Serat Kasar (%)
0,9
Lemak Kasar (%)
0,2
Kalsium (%)
64
Posphor(%) 26 Sumber :Ika Stia dan Yenni Maria Ulfa (2005)
23
Universitas Sumatera Utara
24
Mortalitas Induk Aryani (2002) menyatakan bahwa jangkrik kalung berperilaku sangat agresif dan cenderung suka berkelahi sehingga tingkat mortalitasnya tinggi. Mortalitas dapat disebabkan oleh kesalahan dalam pemeliharaan (Tim PPPI, 1999). Kanibalisme dapat terjadi apabila dalam suatu populasi terdapat jangkrik yang kuat (besar) dan ada yang lemah (kecil). Jangkrik yang kuat dan besar biasanya memangsa yang lemah (Paimin,1999).
Lama Penetasan Lama penetasan ditentukan atas dasar berapa lama waktu yang dapat dicapai untuk menghasilkan telur. Telur – telur jangkrik dipanen dengan cara menyaring media telur dengan air (Maharani, 2004).
Produksi Telur Menurut Widiyaningrum (2001). Produksi telur (butir/ekor/hari) yang ditentukan dari jumlah telur hasil pemanenan pada setiap perlakuan dibagi dengan banyaknya jumlah induk betina per perlakuan kemudian dilakukan perhitungan kumulatif sampai akhir masa produksi (Maharani, 2004).
Daya Tetas Telur Telur dengan kualitas yang baik umumnya memiliki daya tetas yang tinggi yaitu diatas 95%, telur yang berkualitas rendah memiliki daya tetas rendah dibawah 50% bahkan tidak menetas sama sekali (Sukarno,1999).
24
Universitas Sumatera Utara
25
Kelembaban relatif yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk penetasan telur jangkrik berkisar antara 65% - 85% dengan suhu udara 260C. Umumnya telur – telur jangkrik tidak menetas secara bersamaan, karena peletakan telur dilakukan secara bertahap (Sridadi dan Rachmanto,1999).
25
Universitas Sumatera Utara