TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka Umumnya pasar di Indonesia digambarkan sebagai sebuah tempat yang ramai dan menyenangkan, dengan kegiatan yang sibuk dan tak terbatas, penuh dengan berbagai komoditas, serta banyak orang yang sibuk melakukan transaksi. Sudut pandang Geertz tentang pasar adalah pertama, sebagai arus barang dan jasa menurut pola tertentu. Kedua, sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa. Ketiga, sebagai sistem sosial dan kebudayaan
di
mana
mekanisme
tertanam.
Mekanisme
tawar-menawar
merupakan unsur khas pasar tradisional (Listiani,2009). Pada sisi lain, pasar merupakan suatu arena lapangan kerja baru seperti tukang parkir, tukang becak, penarik gerobak dorong, kuli, tukang semir sepatu, pelayan toko, penjual koran dan sebagainya. Dengan demikian, pasar merupakan sarana dan media pemberi lapangan kerja untuk mendapatkan kesejahteraan masyarakat. Pasar juga berfungsi sebagai pusat pengetahuan pengenalan metode dan teknik pemasaran. Dalam setiap kegiatan jual beli dan pertukaran barang dan jasa baik di kota maupun di pedesaan atau dimana saja proses pertukaran itu terjadi kita akan mengenal kegiatan pemasaran. Selain pasar sebagai tempat berbelanja, tempat berjualan, maka pasar berfungsi pula sebagai tempat perputaran modal usaha. Satu kesempatan yang baik bagi pedagang yang akan mengembangkan modal usahanya, karena dipasar merupakan tempat berkumpul dan bertemunya penjual dengan pembeli. Modal usaha pedagang dapat dijalankan secara wajar, bahkan dari modal uang dagang yang dijalankannya itu, ia akan
Universitas Sumatera Utara
memperoleh laba yang cukup lumayan. Dengan cara menjalankan modal, menjual belikan barang maka modal usahanya dapat berputar dan memungkinkan perusahaannya semakin besar (Ikram.dkk,1990). Pasar tradisional merupakan salah satu sektor penting yang mendukung perekonomian rakyat. Di dalamnya, kepentingan rakyat kecil hingga kalangan menengah ke atas diwadahi (Listiani,2009). Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Bangunan pasar biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka. Kebanyakan yang diperjualbelikan adalah kebutuhan sehari-hari, buah, sayur, daging, kain, dsb. Pasar seperti ini banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan ada 13.000 lebih pasar di seluruh Indonesia, dan
sekitar
15
juta
orang
tergantung
hidupnya
dari
aktifitas
pasar
(Wikipedia,2008). Pasar tradisional secara umum disamping memiliki kelemahan berupa kondisi yang kumuh, becek, tidak teratur, panas, tidak aman dan tidak nyaman tetapi juga memiliki kelebihan di bandingkan pasar modern. Kelebihan itu diantaranya yaitu: pertama, lokasinya yang strategis karena dekat dengan pemukiman; kedua, masih buka tawar-menawar yang secara fisikologis memberikan nilai positif pada proses interaksi penjual dan pembeli dan menjual barang kebutuhan sehari-sehari dengan harga relatif murah, karena jalur distribusi lebih lebih pendek, tidak terkena pajak atau pungutan lain yang besar. Oleh karena itu, pemerintah masih dapat memberdayakan pasar tradisional melalui upayaupaya serius dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi pasar tradisional, kelebihankelebihan yang dimiliki pasar tradisional serta meminimalisir kelemahan-
Universitas Sumatera Utara
kelemahannya melalui kebijakan daerah (perda) yang menjadikan pasar tradisional dapat terus eksis dan berkembang, perbaikan fisik dan penataan pasar serta lingkungannya untuk memberikan kenyamanan terjadinya transaksi tanpa meninggalkan peran para pedagang itu sendiri (Feryanto,2006). Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak (Anonimous, 2006). Di Indonesia,supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi di kota-kota besar.Pemberlakukan liberalisasi sektor ritel pada 1998 menjadi awal masuknya ritel asing ke pasar dalam negeri. Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota-kota yang lebih kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga.Akibatnya, persaingan bukan hanya antarsesama pasar modern, pasar tradisional pun menjadi korban persaingan ini. Sebab, supermarket tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
mengincar pasar kelas menengah ke atas,tetapi juga kelas bawah. Kondisi ini menyebabkan pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat membanjirnya produk-produk bermutu dengan harga murah dan lingkungan perbelanjaan lebih nyaman yang disediakan. Lambat laun, sejumlah pasar tradisional gulung tikar. (Anonimous) Pada 2008, pertumbuhan pasar modern (minimarket, supermarket, dan hipermarket) ternyata lebih pesat dibanding pasar tradisional. Jika pasar tradisional tumbuh 19,6 persen, pasar modern justru bisa tumbuh hingga 23,6 persen. Padahal, pertumbuhan pasar tradisional pada 2008 lalu merupakan capaian yang cukup tinggi. Pasar modern dan tradisional menopang pertumbuhan bisnis ritel sebesar 21,1 persen. Pertumbuhan ini mencakup nilai penjualan Rp 95,3 triliun untuk 54 produk atau lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007 yang hanya mencapai 15,2 persen. Studi AC Nielsen mencakup 5 kota, yakni Jakarta plus Botabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Medan. Dari sisi frekuensi belanja untuk pasar modern turun rata-rata dari 31,3 kunjungan menjadi 27,4 kunjungan per tahun atau turun 13 persen dari 2007 ke 2008. Sedangkan untuk pasar tradisional hanya mengalami penurunan 1 persen atau dari kunjungan 190,5 kali menjadi 187,9 kal (Andrian,2009) Indonesia cenderung sebagai pengimpor produk-produk hortikultura. Sebagai contoh pada tahun 2003, Indonesia mengekspor produk sayuran sebesar 125 ribu ton dan mengimpor sebesar 362 ribu ton sayuran segar dan olahan. Pada produk buah-buahan, Indonesia mengekspor sebesar 209 ribu ton dan mengimpor sebesar 215 ribu ton buah-buahan segar dan olahan (Anonimous, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Semakin banyaknya buah impor yang merambah di pasar tradisional itu menunjukkan pemerintah belum serius dalam memberikan perlindungan produk pertanian lokal. Pemerintah diminta untuk bersungguh-sungguh melindungi produk pertanian lokal yang memiliki nilai strategis. Tanpa adanya perlindungan, dikhawatirkan produk pertanian lokal tidak mampu bersaing dengan produk impor (Anonimous,2002). Kebijaksanaan dan kegiatan impor pada masa sekarang sangat dikaitkan dengan kebijaksanaan di bidang lain yang menyangkut bidang pembangunan, terutama untuk menjamin keberlangsungan produksi di sektor-sektor yang penting dengan mempertahankan kestabilan harga (Kartasapoetra,1992).
Landasan Teori Pasar dapat berbentuk sebagai pusat kegiatan ekonomi, dan sebagai pusat kegiatan kebudayaan. Sebagai pusat kegiatan ekonomi pasar menunjukkan peranannya dalam aspek perekonomian ditengah-tengah masyarakat dan lingkungannya. Pengertian pasar di mata masyarakat dapat bermacam-macam. Pasar dapat berarti tempat orang berjual beli, pusat pengadaan barang kebutuhan, tempat perputaran modal uang, dan juga tempat berbelanja, tempat tukar menukar barang, tempat memberi lapangan kerja dan lapangan usaha, sarana pengubah wajah perekonomian dan kehidupan masyarakat , pusat informasi dan komunikasi, tuntunan standar harga barang dan jasa, saran dan media pemberi kesejahteraan bagi masyarakat, pusat pengenalan metode dan teknik pemasaran dan lain-lain (Ikram.dkk,1990). Eksistensi pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Masyarakat berharap agar
Universitas Sumatera Utara
pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang berkembang tanpa ada yang dirugikan. Pemerintah diharuskan mampu melindungi dan memberdayakan peritel kelas menengah dan kecil karena jumlahnya yang mayoritas. Di sisi lain peritel besar pun mempunyai sumbangan yang besar dalam ekonomi. Selain menyerap tenaga kerja, banyak peritel justru memberdayakan dan meningkatkan kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah (Sugia,2007). Ritel mempunyai arti penjualan secara eceran. Seiring tuntutan pasar bebas, ritel pun belakangan bertambah dongan konsep ritel modern. Ritel tradisional merupakan ritel sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual terbatas jenisnya. Sistem manajemen yang sederhana memungkinkan adanya proses tawar menawar harga. Berbeda dengan ritel modern menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang dijual, manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi harga tetap. Ritel modern ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Dalam ritel modern dikenal Hypermarket, Supermarket dan Minimarket. Gerai ritel modern biasanya disebut pasar modern. Dari catatan Business Watch Indonesia (BWI) perkembangan ritel modern di Indonesia sejak tahun 2000 semakin pesat. Apalagi sejak masuknya peritel asing. Sebut saja peritel asal Prancis dengan Carrefour membuka ritel jenis Hypermarket kemudian ada Giant yang dibuka oleh HeroDairy Farm dari Hongkong. (Solopos, 2008). Fleksibilitas dalam pasar tradisional tidak hanya dalam masalah harga. Para pedagang pun relatif fleksibel dalam melakukan kegiatannya, baik pada sisi
Universitas Sumatera Utara
waktu, kegiatan, maupun tempat. Banyak pedagang, terutama yang tidak memiliki kios, berdagang hanya pada waktu-waktu tertentu saja (Listiani,2009). Sejak era globalisasi dengan pasar bebasnya dibuka pada awal dasawarsa 1990-an, produk pertanian negara maju membanjiri negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Tanpa banyak yang menyadari bahwa globalisasi telah menjadikan negara maju misalnya Amerika Serikat (AS) sebagai pengimpor produk pangan terbesar di dunia. Sebagai contoh pada tahun 2000 total impor kedelai dari AS ke Indonesia mencapai 1,2 juta ton dengan nilai sekitar 250 juta dolar ASs. Indonesia juga menjadi pengimpor produk pangan lain seperti jagung yang mencapai 1,2 juta ton pada tahun 2000, kentang 4.500 ton (2000) atau gandum yang pada tahun 2000 total impor mencapai 3,5 juta ton dengan nilai hampir 500 juta dolar AS (Ismantoro,2009). Menurut Irawan (2008), globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan yang baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian kedepan. Dikatakan memberikan peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan dihapuskannya berbagai hanmbatan perdagangan antar negara. Namun liberalisme perdagangan juga dapat menimbulkan masalah jika komoditas yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing dengan negara lain sehingga pasar domestik semakin dibanjiri oleh komoditas impor. Pedagang
juga turut mengambil peranan yang sangat penting, karena
pedagang merupakan produsen kedua setelah petani. Perlu diketahui bahwa pedagang tidak hanya mempengaruhi naik turunnya harga yang terjadi dipasar,
Universitas Sumatera Utara
selain dari pedagang ada juga pihak lain yaitu pemerintah dan tangan yang tak tampak tetapi mempengaruhi perubahan harga (Soekartawi,1991). Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan. Penjualan adalah suatu transfer hak atas benda-benda. Dari penjelasan tersebut dalam memindahkan atau mentransfer barang dan jasa diperlukan orangorang yang bekerja dibidang penjualan seperti pelaksanaan dagang, agen, wakil pelayanan dan wakil pemasaran (Swastha dan Irawan, 1990). Menurut Swastha dan Irawan (2000), kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1.
Kondisi dan Kemampuan Penjual. Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas
barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapat menyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk
maksud tersebut penjual harus memahami beberapa
masalah penting yang sangat berkaitan, yakni: a.
Jenis dan karakteristik barang yang di tawarkan.
b.
Harga produk.
Universitas Sumatera Utara
c.
Syarat penjualan seperti: pembayaran, penghantaran, pelayanan sesudah
2.
penjualan, garansi dan sebagainya.
Kondisi Pasar. Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu di perhatikan adalah: a. Jenis pasarnya b. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya c. Daya belinya d. Frekuensi pembelian e. Keinginan dan kebutuhan 3. Faktor lain seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Namun untuk melaksanakannya, diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil yang mempunyai modal relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan ketersediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan akan suatu jenis barang ialah jumlah-jumlah barang itu yang pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suau pasar tertentu pula. Sedangkan penawaran akan suatu jenis barang adalah jumlah-jumlah barang itu yang penjual bersedia menawarkannya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar (Rosyidi,1995).
Universitas Sumatera Utara
Permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan volume fisik maupun volume rupiah. Berdasarkan pendapat Swastha dan Irawan tersebut, pengukuran volume penjualan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu didasarkan jumlah unit produk yang terjual dan didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet penjualan). Volume penjualan yang diukur berdasarkan unit produk yang terjual, yaitu jumlah unit penjualan nyata pedagang dalam suatu periode tertentu, sedangkan nilai produk yang terjual (omzet penjualan), yaitu jumlah nilai penjualan nyata pedagang dalam suatu periode tertentu. Sedangkan komposisi produk dapat dilihat dari persentase jumlah ragam unit produk yang dijual pedagang (Swastha dan Irawan, 2000). Menurut Anonimous (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan antara lain: 1.
Kualitas barang. Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume penjualan, jika
barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat menyebabkan pembelinya yang sudah menjadi pelanggan dapat merasakan kecewa sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain yang mutunya lebih baik. 2.
Selera konsumen. Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap saat,
bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang kita perjualkan berubah maka komposisi barang yang dijual akan menurun. 3. Servis
terhadap
pelanggan
merupakan
faktor
penting
dalam
usaha
memperlancar penjualan terhadap usaha dimana tingkat persaingan semakin
Universitas Sumatera Utara
tajam. Dengan adanya servis yang baik terhadap para pelanggan sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. 4.
Persaingan menurunkan harga jual. Potongan harga dapat diberikan dengan tujuan agar penjualan dan
keuntungan pedagang dapat ditingkatkan dari sebelumnya. Potongan harga tersebut dapat diberikan kepada pihak tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Menurut Surynanto (2005), secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: 1.
Gaji dan Upah Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk
orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan. 2.
Pendapatan dari Usaha Sendiri Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan biaya-
biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
Universitas Sumatera Utara
3.
Pendapatan Dari Usaha Lain Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan
inibiasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain (a) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain, (b) Bunga dari uang, (c) Sumbangan dari pihak lain, (d) Pendapatan dari pensiun, (e) Dan lain-lain.
Kerangka Pemikiran Pasar didefenisikan sebagai tempat bertemunya penawaran dan permintaan yang kemudian terwujud dalam aktivitas jual beli. Terdapat dua jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar tradisional merupakan salah satu penunjang perekonomian masyarakat Indonesia. Produkproduk yang dijual pedagang baik di pasar tradisional dan pasar modern sangat beraneka ragam, mulai dari produk yang ditujukan untuk dikonsumsi hingga untuk industri. Melalui pasar tradisional dan pasar modern ini, para produsen dapat menjual produknya kepada konsumen. Dalam hal ini, yang disebut produsen adalah pedagang, karena pedagang merupakan produsen kedua setelah petani. Di pasar tradisional dan pasar modern, produk yang dijual tidak hanya produk domestik yang dihasilkan dari dalam Indonesia, tetapi juga ada produk impor yang dijual yang berasal dari luar Indonesia. Produk-produk tersebut
Universitas Sumatera Utara
diimpor karena beberapa hal seperti produk-produk ini tidak dapat dihasilkan di Indonesia, keninginan konsumen yang tidak terbatas dan pengawasan terhadap produk impor masih mengambang dan tidak adanya kebijaksanaan yang dipegang untuk syarat masuk produk impor ke Indonesia. Pada pasar modern, yang akan diteliti yaitu hypermart, sehingga tidak terdapat pedagang seperti di pasar tradisional. Pedagang pasar tradisional mempunyai beberapa hal yang membuatnya memilih untuk menjual produkproduk tersebut. Hal ini merupakan faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap keputusan pedagang dalam menjual produk-produk baik itu produk domestik maupun produk impor. Komposisi produk domestik dan produk impor
yang dijual di pasar
tradisional dan pasar modern dilihat dari keragaman jenis produk dan jumlahnya. Faktor yang mempengaruhi komposisi produk yang dijual adalah akibat permintaan dan penawaran terhadap produk-produk tersebut. Perbedaan komposisi produk domestik dan produk impor yang dijual dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mutu dan kualitas produk, harga produk, loyalitas konsumen terhadap merek produk, kemasan dan sanitasi produk, serta kondisi fisik produk. Produk domestik dan produk impor yang dijual pedagang di pasar tradisional sedikit banyaknya sangat berpengaruh kepada pendapatannnya. Hal ini bisa terjadi dari keuntungan yang diperolehnya saat menjual produk domestik atau produk impor. Pendapatan para pedagang pasar tradisional dalam menjual produkproduk domestik dapat menunjang perekonomian di wilayahnya (ekonomi
Universitas Sumatera Utara
domestik). Untuk mengetahui lebih jelas tentang kerangka pemikiran dapat dilihat dalam pada Gambar 1.
PASAR MODERN
PASAR TRADISIONAL
Pedagang
Produk Domestik
Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap keputusan untuk menjual
Produk Impor
Produk Domestik
Produk Impor
Pendapatan Pedagang
Keterangan :
: menyatakan hubungan : ada pengaruh Gambar.1. Skema kerangka pemikiran
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
Komposisi jenis produk domestik yang dijual di pasar tradisional Sei Sikambing di Kota Medan lebih besar daripada komposisi jenis produk impor.
2.
Komposisi jumlah produk impor yang dijual di pasar modern Hypermart Sun Plaza di Kota Medan lebih besar daripada komposisi jumlah produk domestik.
Universitas Sumatera Utara