TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Ikan Patin (Pangasius sp.) Ikan patin memiliki spesies yang cukup banyak. Ikan yang memiliki nama ilmiah Pangasius di Indonesia terdiri atas Pangasius pangasius atau Pangasius djambal, Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, Pangasius macronema, Pangasius micronemus, Pangasius nasutus, Pangasius niewenhuisii, dan Pangasius polyuranodom. Jenis-jenis tersebut merupakan ikan atau spesies asli (indigenous species) yang berada di perairan umum Indonesia. Jenis Pangasius sutchi dan Pangasius hypophthalmus yang dikenal dengan jambal siam, patin siam, atau lele Bangkok merupakan ikan introduksi dari Thailand (Kordi, 2010). Secara anatomi, ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih dan tidak bersisik. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm, yang merupakan suatu ukuran yang cukup besar. Warna tubuh ikan patin pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperakperakan. Kepala ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung sedikit ke bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan ikan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba atau kemoreseptor. Sirip punggung mempunyai 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi di belakangnya sedangkan jari-jari lunak pada sirip ini 6 – 7 buah. Pada permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang ukurannya sangat kecil. Sirip dubur agak panjang dan mempunyai 30 – 22 jari-jari lunak. Sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak sedangkan sirip dada terdapat 1 jari-jari
Universitas Sumatera Utara
keras yang berubah menjadi patil dan 12 – 13 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak dan bentuknya simetris (Dewi, 2011). Ikan patin termasuk ikan dasar, hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah, ikan patin bersifat nokturnal (melakukan aktivitas di malam hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Habitatnya di sungai-sungai besar dan muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia, India dan Myanmar. Selain itu, ikan patin suka bersembunyi di liang-liang di tepi sungai yang merupakan habitat hidupnya. Di alam ikan ini mengumpul di tepi-tepi sungai besar pada akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei. Hal yang membedakan ikan patin dengan catfish pada umumnya yaitu sifat patin yang termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan segala. Di alam, makanan ikan patin antara lain ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udangudang kecil, dan moluska (Giyarti, 2000). Menurut Kordi (2010) klasifikasi ikan patin sebagai berikut: Filum : Chordata Klas
: Pisces
Ordo
: Siluriformes
Famili : Panfasidae Genus : Pangasius Spesies : Pangsius djambal dan P. hypophthalmus Penyakit pada Ikan Patin Penyakit ikan dapat didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara tiga faktor yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan) dan adanya patogen. Timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan ikan dan jasad/organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit (Kordi, 2004). Dewi (2011) menyatakan bahwa, penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-ikfeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen. 1. Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih ikan patin yang mati, terutama benih yang berumur 1 – 2 bulan. Usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin. 2. Penyakit non-infeksi Penyakit non-infeksi banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis Bakteri yang Menyerang Ikan Patin Bakteri adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang sederhana, yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas, sehingga hampir dapat dijumpai di mana saja. Bakteri mempunyai ukuran relatif lebih besar daripada virus, yaitu antara 0,3 – 0,5 mikron. Bentuknya berbeda menurut genusnya. Jenis bakteri tertentu bisa menunjukkan bentuk dan ukuran sesuai dengan keadaan lingkungannya. Ciri-ciri bakteri adalah sifatnya yang dapat tumbuh dan bertambah banyak dalam kelompok, memiliki koloni yang berwarna dan berkilau atau tidak, halus atau kasar, metabolisme aerob atau anaerob dan membutuhkan media tertentu untuk mengultur disertai dengan menghasilkan asam atau gas. Sifat-sifat ini berguna untuk mengidentifikasi bakteri, walaupun hasil-hasil pewarnaan juga sangat bermanfaat. Sel bakteri terdiri atas sebuah dinding sel mengelilingi membran sitoplasma tempat inti (Kordi, 2004). Menurut Hidayati (2009), Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang, bergerak dengan flagel dan bersifat aerob. P. aeruginosa mempunyai pili tipe IV yang berfungsi sebagai adhesin untuk mengikat sel host. P. aeruginosa dapat melakukan adhesi dan kolonisasi pada bermacam–macam tipe sel dari epitel sel buccal, paru, ginjal dan sel endothel. P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif, bersifat aerob, termasuk
ke
dalam famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini berbentuk batang kecil, berdiameter 0,5 – 1,0 μm dan panjang 1,5 – 4,0 μm. Bakteri ini motil dan tumbuh baik pada media N dengan bermacam-macam senyawa karbon. Bakteri ini merupakan flora normal pada tanah, air dan sering ditemukan pada makanan. Bakteri ini dapat menimbulkan kebusukan pada makanan, mempunyai suhu optimum 37ºC, tidak
Universitas Sumatera Utara
tahan terhadap panas dan kering, sehingga untuk membunuhnya dilakukan pemanasan dan pengeringan (Indriani, 2007). Menurut Hidayati (2009) bahwa peningkatan kejadian dan masalah penyakit infeksi yang biasanya dikaitkan dengan keadaan negara berkembang dan kebersihan yang kurang, ternyata tidak seluruhnya benar. Di Amerika Serikat, kematian akibat sepsis tiap tahunnya mencapai 70.000 orang. Sekitar 50 – 60% sepsis disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Penyebab Gram negatif bakteri yang paling sering terjadi adalah famili Enterobacteriaceae dan Pseudomonaceae, terdiri dari Escherichia coli (35%), Klebsiella, Enterobacter, Proteus (38%) dan Pseudomonas aeruginosa (12 %) . Pseudomonas aeruginosa ditemukan di dalam saluran usus penderita diare atau enteritis akut. Bakteri ini sering ditemukan pada penderita gastroenteritis, maka bakteri ini digolongkan ke dalam patogen enterik. Dengan menelan suspensi 106 sel atau lebih, bakteri ini akan dikeluarkan secara terus menerus pada fesesnya sampai jangka waktu 6 hari setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung bakteri tersebut. Pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat sifat enteropatogenik dan bakteri ini dapat memproduksi dua macam enterotoksin yaitu bersifat tahan panas dan yang tidak tahan panas (Husna, 2007). P. aeruginosa memiliki klasifikasi sebagai berikut (Sulistiyaningsih, 2010): Divisi
: Protophyta
Class
: Schizomycetes
Ordo
: Pseudomonadales
Sub Ordo
: Pseudomonadinae
Familia
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas aeruginosa
Universitas Sumatera Utara
Menurut Indriani (2007), P. aeruginosa dapat tumbuh cepat pada pembenihan buatan, membentuk koloni bulat halus, dengan fluoresensi kehijauan dengan bau aromatik enak. Bakteri ini hanya bersifat patogen dalam tubuh bila masuk ke daerah yang pertahanan normalnya tidak ada atau berperan dalam infeksi campuran. Serangan penyakit merupakan salah satu kendala yang sering terjadi dalam usaha budidaya ikan. Bakteri Aeromonas hydrophila sebagai bakteri patogen, penyebab penyakit pada berbagai jenis ikan air tawar, termasuk ikan gurame. Penyakit yang disebabkan bakteri ini dikenal dengan nama Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah, serangannya dapat mematikan benih ikan dengan tingkat kematian mencapai 80% – 100% dalam waktu 1–2 minggu (Rosidah dan Wila, 2012). Klasifikasi bakteri A. hydrophila (Setiaji, 2009) : Filum : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo
: Pseudomonadales
Famili : Vibrionaceae Genus : Aeromonas Species : Aeromonas hydrophila Karakteristik Umum Golongan Bakteri yang Sering Menyerang Patin (Pangasius sp.) a. Pseudomonas aeruginosa Warna koloni kuning dengan diameter 2,42 mm mempunyai bentuk sel batang, dan bersifat motil. Karakteristik biokimia adalah reaksi Gram negatif, oksidase, produksi indol, penggunaan karbon dari citrat negatif dan positif terhadap katalase. Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di
Universitas Sumatera Utara
tanah, air, tanaman, dan hewan. P. aeruginosa adalah patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi pneumonia nosokomial. Meskipun begitu, bakteri ini dapat berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan penyakit (Rahmaningsih dkk., 2012). P. aeruginosa adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang lurus atau
lengkung, berukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Dapat ditemukan satu-satu,
berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai pendek, tidak mempunyai spora, tidak mempunyai selubung (sheath), serta mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Pseudomonas aeruginosa pada pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pseudomonas aeruginosa pada pewarnaan Gram (Mayasari, 2005). P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya terdiri dari asetat (untuk karbon) dan amonium sulfat (untuk nitrogen). Metabolisme bersifat respiratorik tetapi dapat tumbuh tanpa O2 bila tersedia NO3 sebagai akseptor elektron. Kadang-kadang berbau manis atau menyerupai anggur yang dihasilkan aminoasetofenon. Beberapa strain P. aeruginosa dapat menghemolisis darah. P. aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37 – 42°C. Pertumbuhannya pada suhu 42°C membantu membedakannya dari spesies
Universitas Sumatera Utara
pseudomonas lain dalam kelompok fluoresen. Bakteri ini oksidase positif, nonfermenter, tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa. P. aeruginosa menghasilkan satu atau lebih pigmen, yang dihasilkan dari asam amino aromatik seperti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain: - Piosianin, pigmen berwarna biru, dihasilkan strain piosianogenik - Pioverdin, pigmen berwama kuning - Piorubin, pigmen berwarna merah, dan - Piomelanin, pigmen berwarna cokelat Piosianin, piorubin, dan piomelanin tidak berfluoresensi serta larut dalam air. Strain yang tidak menghasilkan piosianin disebut apiosianogenik. Kebanyakan strain membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan yang merupakan kombinasi pioverdin dan piosianin. Koloni Pseudomonas aeruginosa pada media agar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Koloni Pseudomonas aeruginosa pada agar (Mayasari, 2005). P. aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni sehingga memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri. Tiap jenis koloni dapat mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik berbeda serta pola kepekaan antimikroba yang berbeda pula. Isolat dari tanah atau air
Universitas Sumatera Utara
mempunyai ciri koloni yang kecil dan tidak rata. Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus: 1.
Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi (fried-egg appearance).
2.
Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat. Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.
Alginat adalah suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucuronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental di sekeliling bakteri. Alginat memungkinkan bakteri-bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena, atau jaringan paru. Alginat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia. Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang. Lipopolisakarida yang terdapat dalam banyak imunotipe merupakan salah satu faktor virulensi dan juga melindungi sel dari pertahanan tubuh inang. P. aeruginosa dapat digolongkan berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Produk ekstraseluler yang dihasilkan berupa enzim-enzim, yaitu elastase, protease dan dua hemolisin, fosfolipase C yang tidak tahan panas dan rhamnolipid. Faktor-faktor virulensi Pseudomonas aeruginosa dapat terlihat pada Gambar 4. Flagel, pili dan pelekat non-pili, alginat, dan Lipopolisakarida (LPS) adalah faktor virulensi yang berhubungan langsung dengan sel (cell-associated
Universitas Sumatera Utara
virulence factors). Protease, hemolisin, eksotoksin A,eksoenzim S dan piosianin adalah faktor virulensi ekstrasseluler.
Gambar 4. Faktor-faktor virulensi P. aeruginosa (Mayasari, 2005). P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna, antiseptik dan banyak antibiotik yang sering digunakan. Suatu studi intensif menyatakan bakteri ini mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut gen mer yang berada dalam plasmid (Mayasari, 2005). b. Aeromonas hydrophila A. hydrophila termasuk bakteri Gram negatif, dimana mempunyai karakteristik berbentuk batang pendek, bersifat aerob dan fakultatif anaerob, tidak berspora, motil, mempunyai satu flagel, hidup pada kisaran suhu 25 – 300C. Jika organisme terkena serangan bakteri maka akan mengakibatkan gejala penyakit hemorhagi septicaemia yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: terdapat luka di permukaan tubuh, insang, ulser, abses, dan perut gembung. Tidak hanya menyerang organisme budidaya seperti ikan, tetapi penyakit ini juga menyerang manusia dimana menyebabkan infeksi pada gastroenteristis, diare dan extra intestinal pada manusia. Bakteri A. hydrophila sangat mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar dan seringkali menimbulkan wabah penyakit dengan
Universitas Sumatera Utara
tingkat keematian yan ng tinggi ((80 – 100 %) dalam kurun wakktu yang singkat (1 – 2 miinggu). Seh hingga sanggat merugik kan petani ikan i dalam usaha bud didaya ikan. Tinggkat virulen nsi dari bakkteri A. hyd drophila dap pat menyebbabkan kem matian ikan tergaantung dari racun yangg dihasilkan n (Kordi, 20 004). Baakteri A. hyydrophila teermasuk pattogen oporttunistik yanng hampir selalu s terdapat di d air dan seeringkali m menimbulkan n penyakit apabila ikaan dalam ko ondisi yang kuraang baik. Peenyakit yanng disebabkaan oleh A. hydrophila ditandai deengan adanya beercak merah h pada ikann dan menim mbulkan keerusakan paada kulit, in nsang dan organn dalam. Pen nyebaran peenyakit baktterial pada ikan i umumn mnya sangat cepat serta dapaat menyebaabkan kem matian yang g sangat tinggi pada ikan-ikan yang diserangnyya. Gejala klinis yangg timbul pad da ikan yan ng terserangg infeksi baakteri A. hydrophila adalah gerakan ikkan menjadi lamban, ik kan cenderunng diam di dasar ok pada daaerah yang g terinfeksi; perdarahaan pada bagian b akuarium;; luka/boro pangkal sirip s ekor dan d sirip puunggung, dan d pada perut bagiann bawah teerlihat buncit dann terjadi pembengkak p kan. Ikan sebelum s maati naik kee permukaaan air dengan sikap s bereenang yangg labil (R Rahmaningsih, 2012)). Pertumb buhan Aeromonaas hydrophiila pada meedia TSA setelah diink kubasi 24 jaam yang teerlihat pada Gam mbar 5.
Gambar 5. Pertumb buhan Aero romonas hyydrophila pada p mediia TSA seetelah diinkubaasi 24 jam.
Universitas Sumatera Utara
Kedua bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif dimana bakteri ini mempunyai perbedaan yang sangat nyata dengan Gram positif terutama pada dinding selnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa ciri bakteri Gram positif dan Gram negatif ( Pelczar dan Chan, 2008). Perbedaan relative Ciri
Gram Positif
Tebal (15 – 60 nm) Berlapis tunggal Komposisi dinding sel 1. Kandungan lipid rendah (1 – 4%) Struktur dinding sel
Gram negative Tipis (10 – 15 nm) Berlapis tiga (multi) 1. Kandungan lipid tinggi (11 – 12%)
2. Peptidoglikan ada 2. Peptidoglikan ada sebagai lapisan didalam lapisan tunggal; komponen kaku sebelah dalam; utama merupakan jumlahnya sedikit, lebih dari 50% berat merupakan sekitar kering pada 10% berat kering. beberapa sel bakteri 3. Asam tekoat
3. Tidak ada asam tekoat
Gejala Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri yang Menyerang Ikan Patin (Pangasius sp.) a. Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa menyebabkan penyakit terlokalisasi dan sistemik. Penyakit karena Pseudomonas aeruginosa dimulai dengan penempelan dan kolonisasi bakteri ini pada jaringan inang. Bakteri ini menggunakan fili untuk penempelan sel bakteri pada permukaan inang. Pseudomonas aeruginosa memproduksi sejumlah endotoksin dan produk ekstaseluler yang menunjang invasi lokal dan penyebaran mikroorganisme. Toksin dan produk ekstraseluler ini
Universitas Sumatera Utara
mencakup protease ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan piosianin. Untuk penyakit sistemik, produk yang menunjang invasi mencakup kapsul antifagositas, endotoksin, eksotoksin A, dan eksotoksin S (Rahmaningsih dkk., 2012). Tanda-tanda penyakit yang disebabkan bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu nafsu makan hilang, mata menonjol dan sering kali lepas, kulit kelihatan melepuh yang kemudian menjadi borok (Kordi, 2010). b. Aeromonas hydrophila Tanda –tanda yang terjadi pada ikan yang terserang bakteri ini biasanya warna tubuh gelap, mata rusak dan agak menonjol, sisik terkelupas, seluruh siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan, megap-megap di atas permukaan air, insang rusak sehingga kesulitan bernafas, kulit menjadi kasat dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut kembung, dan bila dibedah akan terlihat pendarahan pada hati,ginjal dan limfa (Kordi, 2010). Organ-organ Ikan yang Diserang Bakteri Kordi (2004) menyatakan bahwa, berdasarkan daerah penyerangan penyakit pada tubuh ikan terutama penyakit infeksi, dibagi 3 yaitu sebagai berikut: 1. Kulit Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat (tampak jelas pada ikan yang berwarna gelap) dan berlendir. Ikan tersebut biasanya akan menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda yang ada disekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Insang Serangan penyakit pada ikan menyebabkan ikan sulit bernapas, tutup insang mengembang, dan warna insang menjadi pucat. Pada lembaran insang sering terlihat bintik-bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan). 3. Organ dalam Penyakit yang menyerang organ dalam sering pengakibatkan perut ikan membengkak dengan sisik-sisik yang berdiri (penyakit dropsi). Sering pula dijumpai perut ikan menjadi kurus. Jika menyerang usus, biasanya akan mengakibatkan peradangan dan jika menyerang gelembung renang, ikan akan kehilangan keseimbangan pada saat berenang. Organisme patogen yang sering menimbulkan penyakit bagian luar tubuh ikan disebut ektopatogen, dan bila ditimbulkan oleh parasit disebut ektoparasit. Sedangkan yang menyerang di bagian dalam tubuh ikan disebut endopatogen. Serangan endopatogen atau endoparasit dianggap lebih berbahaya dibandingkan ektopatogen atau ektoparasit, karena efek serangannya sulit dideteksi secara dini, sehingga petani ikan sering terlambat mencegahnya. Serangan endopatogen atau endoparasit baru dapat dipastikan bila dilakukan pemeriksaan organ dalam ikan. Sedangkan untuk bisa memeriksa organ dalam, ikan harus dibedah (dibunuh). Organ yang diserang oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa yaitu mata, mata menonjol dan sering kali lepas, kulit kelihatan melepuh yang kemudian menjadi borok. Organ yang diserang oleh bakteri Aeromonas hydrophila yaitu mata, sisik, sirip, insang, kulit, hati, ginjal dan limfa (Kordi, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Bentuk-bentuk Serangan Bakteri pada Ikan Patin Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan bakteri yang sering menyerang ikan-ikan air tawar termasuk ikan patin. Bakteri ini menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS). Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama dada, perut, dan pangkal sirip. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri mudah menular sehingga harus segera dimusnahkan. Wahjuningrum dkk. (2008) menyatahkan dalam penelitiannya bahwa kondisi ikan patin paska infeksi bakteri Aeromonas hydrophila akan mengalami radang dan nekrosis seperti yang terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6. (A) Radang; (B) Nekrosis (Wahjuningrum dkk., 2008).
Pseudomonas sp. merupakan bakteri Gram negatif bersifat fakultatif anaerob atau aerob, berbentuk batang dengan ukuran sedang, motil (beberapa memiliki polar flagella), katalase dan oksidasi positif dan beberapa spesies dapat menghasilkan water-soluble pigment. Bakteri ini hidup bebas di alam , sehingga dapat ditemukan di air ataupun tanah. Bakteri Pseudomonas terdiri dari beberapa spesies namun hanya satu spesies yang bersifat patogen yaitu Pseudomonas aeruginosa. Sama dengan spesies Pseudomonas lainnya bakteri ini memiliki habitat alami di air dan tanah. Pseudomonas sp. juga dapat ditemukan di kulit, mukosa membran dan feses. Infeksi oleh P. aeruginosa dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
infeksi pada luka (Gambar 7) dan luka yang diisolasi, abses, diare, infeksi pada traktus urinari, genital dan telinga. Tingkat infektif bakteri ini dapat meningkat jika adanya kombinasi dengan infeksi Streptococcus dan Staphylococcus (Puhanda, 2012). Organ dalam yang diisolasi hati dan ginjal dapat dilihat pada Gambar 8.
Luka ikan yang diisolasi
Gambar 7. Infeksi Pseudomonas aeruginosa pada ikan patin (Pangasius sp.).
Organ hati yang diisolasi
A
Organ ginjal yang diisolasi
B
Gambar 8. (A) Organ hati yang diisolasi; (B) Organ ginjal yang diisolasi
Universitas Sumatera Utara