TINJAUAN PUSTAKA
Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Asam jawa yang bernama ilmiah Tamarindus indica L. adalah sebuah tanaman daerah tropis dan termasuk tumbuhan berbuah polong. Batang pohon asam yang cukup keras dapat tumbuh menjadi besar dan daunnya rindang. Pohon asam bertangkai panjang, sekitar 17 cm dan bersirip genap, dan bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah polongnya berwarna coklat dan tentu saja berasa khas asam. Biasanya didalam buah polong buah juga terdapat biji berkisar 2-5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Wikipedia, 2011a). Sejak dulu tanaman asam, khususnya asam jawa, dikenal sebagai obat tradisional, bumbu dapur, kayu bangunan, dan merupakan salah satu komoditas ekspor potensial. Tanaman asam berpotensi untuk dikembangkan secara intensif dan berpola komersial karena nilai sosial dan ekonominya cukup tinggi. Tanaman asam dapat berfungsi untuk memperindah dan melindungi pekarangan rumah, jalan-jalan didalam kota, dan jalan raya. Disamping itu pohon asam juga berfungsi sebagai bahan penghijauan dan penahan angin serta banyak digunakan untuk memperbaiki lingkungan yang gersang dan tandus (Rukmana, 2005). Komposisi Kimia Asam Jawa Daging buah asam jawa mengandung 8-14% asam tartarat, 30-40% gula, serta sejumlah kecil asam sitrat dan kalium bitaetrat sehingga berasa sangat masam. Warna asli daging asam adalah kuning kecoklat-coklatan. Akibat pengaruh pengolahan, warnanya berubah menjadi kehitam-hitaman. Pulp buah
Universitas Sumatera Utara
asam yang masak mengandung air sekitar 63,3-68,6%, bahan padat total 31,3-36,6%, protein 1,6-3,1%, lemak 0,27-0,69%, sukrosa 0,1-0,8%, selulosa 2,0-3,4%, dan abu 1,2-1,6%. Abu dari tanaman asam tersusun atas kalium, silikon, natrium, fosfor, dan kalsium. Asam tartarat merupakan komponen asam yang paling utama dalam pulp. Kandungan asam dalam pulp asam berkisar antara 8-16%, sedangkan asam lainnya total hanya sekitar 3% dari berat pulp (Rukmana, 2005). Buah asam jawa yang masak di pohon diantaranya mengandung nilai kalori sebesar 239 kal/100 gram, protein 2,8 gram/100 gram, lemak 0,6
gram/100
gram,
74
miligram/100
hidrat
gram,
arang
fosfor
113
62,5
gram/100
miligram/100
gram, gram,
kalsium zat
besi
0,6 miligram/100 gram, vitamin A 30 miligram/100 gram, vitamin B1 0,34 miligram/100 gram, vitamin C 2 miligram/100 gram (Wikipedia, 2011a). Komposisi kimia asam jawa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia asam jawa dalam 100 gram bahan Komponen Jumlah Kalori (kal) 239,00 Protein (g) 2,80 Lemak (g) 0,60 Karbohidrat (g) 62,50 Kalsium (mg) 74,00 Zat besi (mg) 0,60 Vitamin A (SI) 30,00 Vitamin B (mg) 0,34 Vitamin C (mg) 2,00 Air (g) 31,40 Fosfor (mg) 113,00 Bagian dapat dimakan (%) 48,00 Sumber : Departemen Kesehatan R.I., 1996.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat dan Kegunaan Asam Jawa Hampir semua bagian tanaman asam jawa dapat digunakan untuk berbagai keperluan sehingga tanaman ini disebut tanaman multiguna. Daun asam digunakan sebagai bumbu masakan, bahan obat, dan kosmetika. Bunga tanaman asam merupakan sumber madu yang penting bagi pengembangan budi daya lebah madu. Daging buah asam dimanfaatkan sebagaai bumbu masakan dan campuran obat tradisional. Buah asam banyak digunakan dalam industri minuman, es krim, selai, manisan atau gula-gula, sirup dan obat tradisional (jamu) (Rukmana, 2005). Jelli Jelli adalah produk semi solid yang dibuat dari sari buah sebanyak 45 bagian dengan 55 bagian berat gula, kemudian dikentalkan sampai zat padat terlarut 65% atau lebih. Problem pembuatan jelli adalah jelli yang lunak seperti sirup, jelli yang lekat, sineresis dan jelli terlalu tegar (stiff) (Pujimulyani, 2009). Struktur khusus dari produk-produk jelli buah-buahan disebabkan karena terbentuknya
kompleks
gel
pektin-gula-asam.
Kondisi
optimum
untuk
pembentukan gel adalah pektin 0,75-1,5 %, gula 60-70 %, pH 3,2-3,4. Kelainan utama dalam produk jelli adalah : -
Kristalisasi yang disebabkan karena padatan terlarut yang berlebihan, sukrosa atau gula yang tidak cukup terlarut.
-
Keras, gel yang kenyal akibat kurangnya gula atau pektin yang berlebihan.
-
Kurang masak, gel yang terbentuk seperti sirup karena kelebihan gula dalam hubungannya dengan kadar pektin.
-
Sineresis atau meleleh karena asam yang berlebihan (Buckle et al., 1987).
Universitas Sumatera Utara
Jam dan jelli adalah makanan setengah padat yang terbuat dari buahbuahan dan gula dengan kandungan total padatan minimal 65 persen. Komposisi bahan mentahnya ialah 45 bagian buah dan 55 bagian gula. Jam dibuat dari hancuran buah-buahan sedangkan jelli dari sari buahnya. Syarat jam dan jelli yang baik ialah transparan, mudah dioleskan dan mempunyai aroma dan rasa buah asli. Pada prinsipnya hampir semua jenis buah-buahan dapat dibuat jam dan jelli, terutama buah yang mengandung pektin. Pektin adalah senyawa polisakarida yang berguna untuk membentuk gel dengan gula pada suasana asam. Buah-buahan yang umum dibuat jam dan jelli antara lain nenas, jambu biji, pepaya, sirsak, apel, strawberry dan lain-lain (Koswara, 2006). Jelli ialah sejenis makanan ringan terbentuk padat yang terbuat dari sari buah-buahan yang dimasak dengan gula. Zat pokok yang diperlukan pada pembuatan jelli ialah pektin, gula, dan asam. Bila dimasak dalam kondisi tertentu gabungan ketigannya akan membentuk jelli. Kandungan gula pada jelli tidak kurang dari 45 %, menurut hasil pengukuran dengan hand refractometer jumlah padatan terlarutnya tidak kurang dari 65 %. Pada pembuatan jelli, asam diperlukan untuk mengokohkan jaringan jelli yang terbentuk. Derajat keasaman dapat diukur dengan menggunakan kertas pH atau pH-meter. Semakin asam semakin kecil nilai pHnya. Jelli akan terbentuk pada pH 2.5-3.4, yang paling baik adalah pH 3.2. Di bawah pH 3.2 jelli yang terbentuk lemah, sedangkan diatas pH 3.5 jelli tidak akan terbentuk (Satuhu, 1996). Jelli merupakan makanan setengah padat yang terbuat dari sari buah dan bahan pembentuk gel, berpenampilan jernih dengan tingkat kekenyalan tertentu. Jelli yang baik adalah bening dan berwarna sesuai dengan warna aslinya. Ada tiga
Universitas Sumatera Utara
hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan jelli yaitu kandungan pektin, gula
dan
asam
yang
membantu
dalam
proses
pembentukan
gel
(Wikipedia, 2011b). Ciri – ciri produk jelli adalah terbentuknya suatu gel karena adanya pati atau karbohidrat selama pendinginan sampai suhu kamar . Bentuk fisik jelli seperti zat padat yang lunak dan kenyal, namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida yang mengalir. Banyak zat yang dapat membentuk gel apabila ditambah bahan pembentuk gel (gelling agent). Produk jelli dapat dibuat dari buah-buahan maupun bahan lain dengan bahan tambahan berupa bahan pembentuk gel. Prinsip pembuatan produk jelli adalah menghasilkan produk yang seragam dalam warna, cita rasa dan kekenyalan yang disukai serta jernih. Buah yang baik untuk pembuatan produk jelli adalah buah yang memiliki rasa yang kuat karena buah dilarutkan dalam sejumlah besar gula yang diperlukan untuk menghasilkan konsistensi yang baik dan mempertahankan kualitas. Selain itu buah juga dapat melengkapi asam dan garam mineral yang dibutuhkan untuk pembuatan gel. Bahan pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam makanan seperti jelli, Beberapa bahan penstabil dan pengental juga termasuk dalam kelompok bahan pembentuk gel. Jenis-jenis bahan pembentuk gel biasanya merupakan bahan berbasis polisakarida atau protein. Contoh-contoh dari bahan pembentuk gel antara lain asam alginat, sodium alginat, kalium alginat, kalsium alginat,
agar,
karagenan,
locust
bean
gum,
pektin
dan
gelatin
(Ellyana dan Khomsatul, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sifatnya, gel dapat dibedakan atas dua jenis yaitu gel yang bersifat reversible dan gel yang bersifat irreversible. Gel yang bersifat reversible apabila dipanaskan ketika telah membentuk gel maka gel tersebut akan mencair. Tetapi saat larutan gel tersebut didinginkan maka akan membentuk gel kembali Contoh gel yang bersifat reversible adalah agar. Gel yang bersifat irreversible menunjukkan hasil yang berbeda ketika dipanaskan kembali. Gel yang telah terbentuk
tidak
berubah
menjadi
larutan
dan
tetap
berbentuk
gel
(Verawaty, 2008). Pembuatan Jelli Pengupasan Pengupasan bertujuan untuk memisahkan antara kulit, biji, dan daging buah. Menghilangkan bagian yang tidak dapat dimakan, kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang menyebabkan mutu turun dan menghasilkan kualitas yang baik (Pujimulyani, 2009). Sortasi sortasi yaitu pemilihan bahan untuk memilih bahan segar, utuh, tidak cacat dan ukuran, warna serta bentuk yang seragam. Tidak cacat yang dimaksud adalah buah tidak berjamur atau diserang mikroba dan tidak terjadi kerusakan mekanis selama pemetikan dan pengolahan bahan (Pujimulyani, 2009). Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan buah sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya cacat. Penggolongan mutu atau grading adalah klasifikasi komoditi dan kelompok menurut standart komersil yang dapat diterima (Satuhu, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Perebusan Perebusan
buah
dimaksudkan
untuk
mengekstraksi
pektin
dan
memperoleh sari buah. Perebusan ini dilakukan dengan menambahkan air yang banyaknya tergantung pada kandungan air buah (Pujimulyani, 2009). Perebusan yang berlebihan pada buah yang akan dibuat jelli akan menyebabkan penguapan asam, pemecahan pektin, serta kerusakan cita rasa dan warna (Wikipedia, 2011b). Pada pembuatan jelli, buah direbus untuk mengekstrak pektin dan menginaktivasi enzim penghidrolisis pektin. Perebusan kedua untuk memekatkan jus sampai titik kritis di mana gel terbentuk dari sistem pektin, gula, asam yang digunakan.
Perebusan
pemecahan
pektin,
yang serta
berlebihan kerusakan
menyebabkan cita
penguapan
rasa
dan
asam, warna
(Estiasih dan Ahmadi, 2009). Ekstraksi sari buah Ekstraksi dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah tersebut. Ekstraksi dengan perebusan bubur buah yang bertujuan untuk menghasilkan pektin sebanyak-banyaknya, karena dengan perebusan protopektin diubah menjadi pektin. Ekstraksi sari buah yang umum digunakan adalah pengepresan bubur buah yang dibungkus kain saring. Cara ini memerlukan tenaga yang banyak dan sari buah yang diperoleh relatif jernih (Pujimulyani, 2009). Penambahan gula Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan beraneka ragam produkproduk makanan. Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk selai, jelli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buahan, susu kental manis. Apabila gula
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air dari bahan pangan akan berkurang (Buckle et al., 1987). Contoh makanan yang menggunakan gula dalam kadar tinggi adalah selai (jam), jelli, susu kental manis, dan manisan buah-buahan. Kadar gula yang tinggi (minimum 40%) bila ditambahkan ke dalam bahan pangan menyebabkan air dalam bahan pangan menjadi terikat sehingga menurunkan nilai aktivitas air dan tidak dapat digunakan oleh mikroba ( Estiasih dan Ahmadi, 2009). Kandungan gula pada jelli tidak kurang dari 45%. Selain berfungsi sebagai rasa manis dan pengawet. Banyaknya gula yang tambahkan tergantung pada kandungan pektin dan asam. Semakin tinggi kandungan pektin pada buah maka semakin banyak gula yang ditambahkan, sedangkan semakin asam rasa buahnya semakin sedikit gula yang ditambahkan dan makin kurang asamnya semakin banyak gula yang ditambahkan. Kualitas jelli yang dihasilkan sebanding dengan gula yang ditambahkan. Semakin banyak gula yang ditambahkan, semakin lembek jelli yang dihasilkan sehingga bentuknya seperti sirup (Wikipedia, 2011c). Gula yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar terbentuknya Kristal-kristal di permukaan gel dapat dicegah. Dalam perdagangan dikenal istilah jelly grade yang ditentukan berdasarkan jumlah gula yang diperlukan oleh 1 lb pectin untuk membentuk gel. Grade pektin 100 bererti untuk membentuk jelli, diperlukan 100 lb gula untuk setiap 1 lb pektin (Winarno, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Pemasakan Pemasakan dilakukan dengan cara yang singkat untuk mencegah terjadinya hidrolisa gula dan pektin yang menyebabkan kegagalan pengolahan jelli serta merusak warna dan flavor produk. Selama pemasakan disertai dengan pengadukan yang konstan. Pemasakan ini merupakan suatu tahapan yang sangat penting dalam pembuatan jelli. Campuran buah didihkan selama 20 menit sehingga jika didinginkan akan membentuk gel (Pujimulyani, 2009). Pemasakan dilakukan dengan api sedang sampai titik kekentalan jelli tercapai. Tanda-tanda kekentalan jelli adalah sebagai berikut: 1. Timbul
gelembung-gelembung
pada
permukaan
sari
buah
yang
dipanaskan. 2. Terbentuknya gumpalan lunak bila satu sendok cairan yang dimasak ditaruh kedalam piring berisi air. Saat diangkat bentuk gumpalan tidak berubah. 3. Bila garpu dicelupkan kedalam cairan yang dimasak kemudian diangkat, cairan tersebut padat dan tidak jatuh (Satuhu, 1996). Dengan pendidihan maka akan terjadi satu kesatuan antara pektin, gula asam dan air berbentuk gel yang baik. Pendidihan dilakukan pada suhu 90-100oC selama 30 menit. Selama pendidihan disertai dengan pengadukan yang constant (Pujimulyani, 2009). Bahan yang ditambahkan Fruktosa Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan
Universitas Sumatera Utara
pada lidah sehingga menimbulkan manis. Gula ini terutama terdapat terhadap madu bersama glukosa, dalam buah, nectar bunga, dan juga di dalam sayur. Sepertiga dari gula madu terdiri dari fruktosa. Fruktosa dapat diolah dari pati dan digunakan
secara komersil sebagai pemanis.
menggunakan
sirup
jagung
tinggi
fruktosa
Minuman ringan sebagai
bahan
banyak pemanis
(Almatsier, 2004). Fruktosa terdapat bersama-sama dengan glukosa dan sukrosa didalam madu dan buah. Fruktosa merupakan gula paling manis. Saat ini sudah ada teknologi yang dapat membuat fruktosa dari glukosa. Bahan pemanis yang mengandung glukosa dan levulosa dapat dibuat dari biji-bijian, selain dari gula bit atau gula tebu seperti yang biasanya dilakukan (Djojosoebagio dan Piliang, 1996). Fruktosa merupakan gula yang termanis dari semua gula yang dikenal dengan nama levulosa. Sumber fruktosa merupakan hasil hidrolisa dari gula sukrosa (Budiyanto, 2009). Fruktosa mempunyai sifat sangat higroskopik, sehingga sangat mudah menyerap uap air dari udara (Pancoast dan Ray Junk, 1980). Menurut Mangunwidjaja (1993), penggunaan sirup fruktosa di industri mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan gula lain (glukosa maupun sukrosa), antara lain keuntungan penggunaan selama pengolahan (menghemat waktu produksi dan mudah dicetak/dicampurkan), memperbaiki mutu rasa produk akhir (peningkatan rasa manis dan mengurangi rasa pahit), memperbaiki mutu rasa produk akhir (warna keemasan yang lebih nyata dan lebih kecemerlangan yang lebih baik). Fruktosa juga mempunyai kelebihan memperbaiki konsistensi produk akhir (plastisitas dan tekstur lebih baik, memodifikasi viskositas), mempunyai daya
Universitas Sumatera Utara
awet produk, dan mempunyai tingkat keamanan yang tinggi (tidak bersifat karsinogonik dan aman dikonsumsi bagi penderita diabetes) (Marta dkk, 2007). Glukosa Glukosa (dekstrosa, gula anggur) banyak terdapat dalam buah-buahan, jagung manis, sirup jagung dan madu. Glukosa relatif tidak mahal dan dapat ditambahkan ke dalam makanan cair untuk meningkatkan masukan karbohidrat tanpa mempengaruhi rasa makanan karena tahap kemanisannya hanya 60% dari gula tebu (Djojosoebagio dan Piliang, 1996). Glukosa terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan glukosa dalam bentuk D-glukosa yang merupakan bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Dalam keadaan normal sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Glukosa dalam bentuk bebas hanya terdapat dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat dimanfaatkan untuk diet tinggi energi. Tingkat kemanisan glukosa hanya separuh dari sukrosa sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat kemanisan yang sama (Almatsier, 2004). Glukosa suatu gula monosakarida merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Wikipedia, 2011d).
Universitas Sumatera Utara
Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh dikenal sebagai gula fisiologis. Sumber glukosa antara lain : -
Bentuk jadi, ditemui di alam dan terdapat pada buah-buahan, jagung manis, sejumlah akar dan madu.
-
Dihasilkan sebagai produk hidrolisis pati. Pati dihidrolisis menjadi dekstrin. Dekstrin dihidrolisis menjadi maltosa, maltosa dihidrolisis menjadi glukosa (Budiyanto, 2009).
Maltosa Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan
bila
benih
atau
bijian
berkecambah.
Dalam
proses
berkecambah pati yang terdapat dalam padi-padian pecah menjadi maltose, untuk kemudian diuraikan menjadi unit-unit glukosa tunggal sebagai makanan bagi benih yang sedang tumbuh. Bila dicernakan atau di hidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa (Almatsier, 2004). Maltosa tidak terdapat dalam bentuk bebas di alam. Dikenal dengan turunan gula, karena maltosa merupakan produk pencernaan pati dengan bantuan enzim diastase, suatu enzim yang diperoleh dari kecambah biji-bijian (Djojosoebagio dan Piliang, 1996). Untuk meningkatkan perolehan maltosa, digunakan enzim β- amilase dan pulunase. Sakarifikasi dilakukan pada suhu 55-60oC selama 40-48 jam. Sifat sirup maltosa sama dengan sirup glukosa, tetapi lebih tinggi viskositasnya dan lebih rendah
higroskopiknya,
tingkat
kemanisan
30-40%
sukrosa
(Mangunwidjaja, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Sukrosa Penambahan gula pada produk bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun sifat ini sangatlah penting. Jadi, gula bersifat untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula, memiliki kemampuan mengurangi kelembaban relatif (ERH) dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan (Buckle et al., 1987). Sukrosa dan dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri dari sukrosa dibuat dari 2 macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu. Bila dicernakan atau dihidrolisis sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa (Almatsier, 2004). Taraf kemanisan beberapa macam bentuk gula dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Taraf kemanisan beberapa macam bentuk gula Gula dan Produk Gula 1. levulosa Fruktosa 2. "Invert Sugar" (Campuran glukosa dan fruktosa) 3. Sukrosa 4. Glukosa 5. Sorbitol 6. Mannitol 7. Galaktosa 8. Maltosa 9. Laktosa Sumber : Feed, M. 1970.
Taraf Kemanisan 173 130 100 74 60 50 32 32 16
Sukrosa dikenal dengan gula meja. Terdapat terutama dalam gula tebu, bit, gula. Jika sukrosa dihidrolisa, terbentuk campuran glukosa dan fruktosa dengan perbandingan 50 : 50 (Djojosoebagio dan Piliang, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Rumput laut Rumput laut dapat digunakan sebagai bahan makanan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, karagenan, dan alginat merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Di Indonesia pengolahan agar-agar masih pada tahap tradisional, yaitu dalam bentuk lembaran, batang, dan bubuk. Rumput laut penghasil agar-agar
dan karagenan dapat dimanfaatkan dalam berbagai
kegunaan, dimana bersifat hidrokoloid, yang terdiri dari 2 senyawa utama, senyawa pertama bersifat mampu membentuk gel dan senyawa kedua mampu menyebabkan cairan menjadi kental. Komponen tersebut pada hakikatnya adalah suatu polisakarida. Agar-agar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel (Istini dkk, 1985) Agar-agar merupakan suatu asam sulfurik, ester, dan galaktan linier. Agaragar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Pada temperatur 32-39oC berbentuk bekuan (solid) dan tidak mencair pada suhu di bawah 85oC. Agar-agar digunakan dalam pembuatan makanan, yaitu berfungsi sebagai thickener dan stabilizer (Aslan, 1991). Agar atau agar-agar adalah polisakarida yang terdapat pada berbagai ganggang laut juga dibentuk oleh galaktosa tapi mengandung gugus sulfat. Pemakaiannya yang sangat luas dalam industri makanan dan kosmetik adalah karena sifatnya yang
sangat
mudah dibuat
menjadi gel yang
jernih
(Sulaiman dan Sinuraya, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Komposisi kimia rumput laut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia rumput laut per 100 gram bahan Komposisi Air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat(g) Abu (g) Serat kasar (g) Sumber: Syarif dan Irawati, 1988.
Jumlah 19,01 4,17 9,54 42,59 14,18 10,51
Agar larut dalam air didih tetapi tidak larut dalam air dingin. Gel tahan panas, dan agar dipakai secara luas sebagai pengemulsi, penggel, dan penstabil dalam makanan. Sifat pembentukan gel agar unik. Agar menunjukkan histeresis yaitu bahwa penggelan terjadi pada suhu jauh dibawah suhu leleh-gel. Agar juga merupakan pembentuk gel paling kuat yang dikenal, karena penggelan sudah teramati pada konsentrasi 0,04%. Agar merupakan campuran yang sekurangkurangnya terdiri atas dua polisakarida (deMan, 1989).
Universitas Sumatera Utara