Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013
TINJAUAN PRASARANA RUAS JALAN JENDERAL A. NASUTION KOTA KENDARI La Welendo Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Haluoleo ABSTRACT Road section A. Nasution Kendari an arterial road in the city. Population growth along with the growth of vehicles is increasing every year, it could affect road traffic congestion. This study aims to describe A.Nasution road infrastructure. Survey method using survey methods to move the vehicle, the condition of roads is done by direct observation in the field. The results showed on the road A. Nasution pavement width of 6 meters, 2 lanes 2 ways with no median, shoulder> 2 meters. Traffic volumes (V) were obtained for observation post Monday (peak traffic volume) is 1061 total two-way smp / h, and the average travel time on road A. Nasution 24.76 km / h. The capacity of the road A.Nasution (C) of 2220.24 pcu/hour. So the A.Nasution with the level of service A. Keywords: road infrastructure, Volume, Speed, Capacity, Service Level ABSTRAK Ruas jalan A. Nasution kota Kendari merupakan jalan Arteri dalam kota. Pertumbuhan penduduk seiring dengan pertumbuhan kendaraan setiap tahunnya yang semakin bertambah, maka ruas jalan tersebut bisa berdampak kemacetan lalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prasarana jalan A.Nasution. Metode survai mengunakan metode survai kendaraan bergerak, kondisi prasarana jalan dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan pada ruas jalan jalan A. Nasution lebar perkerasan 6 meter, 2 lajur 2 arah tanpa median, bahu jalan > 2 meter. Volume lalu lintas (V) yang diperoleh untuk pos pengamatan hari Senin (puncak volume lalu lintas) total dua arah adalah 1061 smp/jam, dan waktu tempuh rata-rata pada ruas jalan A. Nasution 24,76 km/jam. Kapasitas ruas jalan jalan A.Nasution (C) sebesar 2220,24 smp/jam. Maka jalan A.Nasution dengan tingkat pelayanan A. Kata kunci : Prasarana jalan, Volume, Kecepatan, Kapasitas, Tingkat Pelayanan
PENDAHULUAN Untuk memperoleh suatu perjalanan yang aman, tertib, nyaman, cepat dan tepat pada waktunya maka diperlukan adanya keseimbangan antara volume lalulintas yang terjadi terhadap kapasitas ruas jalan yang ada.Untuk mencapai keseimbangan tersebut maka diperlukan adanya ketersediaan fasilitas Parasarana jalan yang memadahi terutama yang menyangkut masalah kondisi pada jalan tersebut. Jalan jenderal a. Nasuotion yang diambil sebagai objek penelitian merupakan jalan poros yang melayani angkutan dalam kota. Ada kecenderungan volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya, bersamaan dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat yang bersangkutan. Secara visual penulis melihat dengan berinteraksinya kendaraan yang sangat bervariasi dari kendaraan ringan, berat dan lambat, sehingga penulis ingin mengetahui kinerja pelayanan pada jalan jenderal a. Nasuotion tersebut.
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
Berdasarkan hal trsebut diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi prasarana jalan untuk keperluan sarana lalulintas pada ruas jalan Jenderal A. Nasuotion.
TINJAUAN PUSTAKA A. Prasarana Jalan Jalan merupakan salah satu prasarana umum yang sangat utama dalam mendukung pergerakan, baik pergerakan manusia maupun barang. Sistem transportasi jalan raya dapat memberikan konstribusi yang sangat penting dan besar terhadap sistem transportasi darat maupun sistem transportasi secara keseluruhan. Menurut Dikun Suyono (2003), bahwa prasarana jaringan jalan masih merupakan kebutuhan pokok bagi pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri. Di era desentralisasi, jaringan jalan juga merupakan perekat keutuhan bangsa dan negara dalam segala aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan keamanan. Sehingga keberadaan sistem jaringan
72
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 jalan yang menjangkau seluruh wilayah tanah air merupakan tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam Adisasmita, 2007 bahwa jaringan prasarana transportasi adalah serangkaian simpul yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan , sedang jaringan pelayanan transportasi adalah susunan rute-rute pelayanan transportasi yang membentuk satu kesatuan hubung. Menurut Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004, jalan didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputih segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya, yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sedangkan definisi jalan menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 pasal 1 adalah “ Jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum”, juga disebut bahwa “ Jaringan transportasi jalan adalah serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk suatu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan”. Dengan demikian secara umum dapat didefinisikan bahwa prasaranan jalan adalah “suatu karakteristik fisik dalam skala besar yang dioperasikan dalam suatu sistem jaringan yang memiliki peranan primer dalam mengakomodasikan kebutuhan transportasi masyarakat”. Munawar A. (2005) membagi kelas jalan berdasarkan MST (Muatan Sumbu Terberat) yaitu antara lain : 1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar <2,5 m dan panjang <18 m dan MST> 10 ton 2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,5 m dan panjang < 18 m dan MST < 10 ton 3. Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,5 m dan panjang < 18 m dan MST < 8 ton. 4. Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,5m dan panjang < 12 m dan MST < 8 ton. 5. Jalan kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,1 m dan panjang < 9 m dan MST < 8 ton.
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
6.
Untuk jalan desa ialah jalan yang melayani angkutan pedesaan dan wewenang pembinaannya oleh masyarakat serta mempunya MST kurang dari 6 ton belum dimasukkan dalam Undang-Undang No. 13 tahun 1980 maupun PP No. 43 tahun 1993
Dirjen Bina Marga 1994, kalsifikasi dan fungsi jalan dapat dibedakan atas : a. Jalan arteri, yaitu : Jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan ratarata tinggi dan jumlah masuk dibatasi secara efissien. b. Jalan kolektor, yaitu : Jalan yang melayani angkutan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. c. Jalan lokal, yaitu : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan ratarata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Suatu ruas jalan dalam kemampuannya melayani arus lalu lintas, dapat diklasifikasikan dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan atas fungsi jalan dan besar volume lalu lintas. Tabel 1. KlasifikasiFungsional dan Kecepatan Rencana Jalan Klasifikasi Fungsi Primer - Arteri - Kolektor Sekunder : - Arteri
- Kolektor
- Lokal
Volume Jalan Jalan Lalu Lintas Bebas Hambatan Kota Tipe II Rencana Kelas Kecepatan Kelas Kecepatan (Smp/hari) (km/jam) (km/jam) > 10.000 < 10.000
I II II
100 - 80 80 - 60 80 - 60
I I II
60 60 60 - 50
> 20.000 < 20.000
II II
60 60 - 50
I II
50 60 - 50
II III
60 - 50 90 - 30
III IV
90 - 30 30 - 20
> 6.000 < 8.000
> 5.000 < 500 Sumber : Direktorat Bina Marga (1994)
Klasifikasi jalan menurut volume lalu lintas terdiri dari kelas-kelas jalan dimana kelas jalan tersebut adalah sebagai berikut : a. Kelas I Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintas tidak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tidak bermotor. Jalan raya kelas ini
73
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013
b.
c.
d.
e.
merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam air tingginya pelayanan terhadap lalu lintas. Kelas II A Kelas jalan ini mencakup jalan-jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan dari jenis aspal beton (Hotmix) atau yang setaraf, dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dan tidak dilalui kendaraan tidak bermotor. Untuk lalu lintas lambat harus disediakan jalur tersendiri. Kelas II B Kelas jalan ini mencakup jalan-jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan dari penetrasi berganda atau yang setaraf dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan tidak bermotor. Kelas II C Kelas jalan ini mencakup jalan-jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan dari penetrasi tunggal, dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tidak bermotor. Kelas III Kelas jalan ini mencakup semua jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua konstruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.
B.
Volume lalu lintas Volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada jalur gerak untuk satu satuan waktu, dan karena itu biasanya diukur dalam kendaraan per satuan waktu. Perhitungan volume lalu lintas dilakukan oleh kendaraan-kendaraan pada satu jalur gerak atau banyak jalur gerak sejajar (misalnya volume pada suatu jalan atau pada semua jalur tersebut), dan dapat juga merupakan jumlah kendaraan yang bergerak pada satu arah ataupun semua arah. Arus lalu lintas terdiri dari beberapa jenis kendaraan, dimana setiap kendaraan memiliki karakteristik sendiri oleh karena itu diperlukan angka penyesuaian. Setiap pembanding untuk kendaraan di Indonesia dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Angka penyesuaian untuk setiap jenis kendaraan terhadap arus lalu lintas IHCM (1996 : 1. Kendaraan ringan = 1,0 2. Kendaraan berat = 1,2 3. Kendaraan tidak bermotor = 0,25 4. Sepeda Motor = 0,5
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
Kegunaan dari angka penyesuaian jenis kendaraan tersebut adalah untuk menunjukkan nilai yang ditimbulkan oleh tiap-tiap jenis kendaraan arus lalu lintas. Persamaan untuk menghitung volume lalu lintas (Morlok :hal. 190) adalah sebagai berikut : q = n/t .................................. pers (1) dimana : q = Volume lalulintas (smp/jam) n =Jumlahkendaraan (smp) t = waktu C.
Kecepatan lalulintas Kecepatan lalulintas didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak yang ditempuh oleh suatu kendaraan yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut (Morlok : 1991), maka digunakan persamaan sebagai berikut : v = d / t .......................................(2) dimana : v = Kecepatan lalu lintas (km/jam) d = Jarak yang ditempuh (km) t = waktu yang ditempuh (jam) Berdasarkan waktu tempuh maka kecepatan dapat dibedakan atas : a. Travel speed (kecepsatanperjalanan) yaitu : Perbandingan antara jumlah jarak yang ditempuh dengan waktu perjalanan (travel time) yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu termasuk pada waktu berhenti misalnya pada lampu lalulintas. b. Running speed (kecepatan bergerak) yaitu : perbandingan antara jumlah jarak yang ditempuh dengan jumlah waktu selama dalam keadaan bergerak, tidak termasuk pada waktu berhenti (misalnya pada lampu lalu lintas) c. Spot speed (kecepatan setempat) yaitu Kecepatan kendaraan pada suatu bagian atau tempat tertentu dari suatu jalan. Kecepatan ini akan berubah-ubah menurut waktu dan besarnya arus lalu lintas. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menilai studi setempat yaitu: 1) Space mean speed (kecepatan rata-rata ruang), yaitu : Untuk menyatakan kecepatan rata-rata kendaraan dalam suatu bagian jalan pada saat tertentu yaitu : n
u
Si i 1 n
mi
..................(3)
i 1
Dimana : u
= Kecepatan rata-rata ruang
74
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 2) Time mean speed(Kecepatan km/jam) Si = Jarak yang ditempuh kendaraan i (i = 1,2,3,….n) Mi = Waktu yang digunakan kendaraan i (i = 1,2,3,….n) n = Jumlah kendaraan yang diamati ratra-rata waktu) yaitu : Untuk menyatakan kecepatan rata-rata kendaraan yang melalui suatu titik dan interval tertentu (Morlok : hal. 191), yaitu
1 n v vi ....................(4) n i 1 Dimana : v = Kecepatan rata-rata waktu (km/jam) vi = Kecepatan kendaraan i pada suatu titik jalan (km/jam) n = Jumlah kendaraan yang diamati Kepadatan Lalu Lintas Salah satu variabel yang penting dalam menilai kualitas jalan tersebut. Kepadatan lalu lintas dapat dihitung dari hubungan antara volume dan kecepatan (Morlok; hal. 194) dengan memakai persamaan yaitu : k = q / u.............. pers (5) Dimana : k = Kepadatan rata-rata ruang (SMP/Km) q = Volume lalulintas (SMP/jam) u = Kecepatan rata-rata (Km/jam) Kapasitas Jalan Kapasitas suatu jalan raya adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu bagian tertentu dari satu atau seluruh jalur jalan dalam satu atau dua arah dalam periode waktu tertentu dan di bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum. Besarnya kapasitas yang menunjukkan volume maksimum yang dapat ditampung jalan raya pada keadaan lalu lintas yang bergerak lancar dan aman. Kapasitas dan volume masing-masing diukur dari keadaan arus lalu lintas dan mempunyai satuan yang sama yaitu kendaraan per jam, hanya saja volume menggambarkan suatu arus rata-rata yang sebenarnya dan sifatnya bervariasi, sedangkan kapasitas menunjukkan kemampuan atau jumlah arus rata-rata maksumum dengan karakteristik tingkat pelayanan tertentu yang dilakukan oleh jalan raya, sehingga nilai kapasitas oleh suatu jalan raya tergantung pada keadaan lalu lintas dan konstruksi jalan raya itu sendiri. Kapasitas total untuk semua arus jalan dihitung berdasarkan perkalian antara suatu
kapasitas dasar (Co) untuk keadaan ideal dalam beberapa faktor penyesuaian (F) yang diperhitungkan mempengaruhi kapasitas sesuai dengan keadaan lapangan: C = Co x FCW x FCsp x FCsf x FCcs.. (7) Dimana C Co FCW FC sp FC sf FC cs
: = = = = = =
Kapasitas Kapasitas dasar (tabel 1) Faktor penyesuaian lebar lalur Faktor penyesuaian pemisahan Faktor penyesuaian hambatan Faktor penyesuaian ukuran kota
Tabel 2 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Perkotaan Tipe Jalan Empat Lajur Terbagi Atau Jalan Satu Arah Empat Lajur Tak Terbagi Dua Lajur Tak Terbagi
Catatan
1650
Perlajur
1500
Perlajur
2900
Total Dua Arah
Sumber : MKJI
Tabel. 3 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas Jalan perkotaan Tipe Jalan
Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif (M)
Factor Penyesuaian (Fcw)
Perjalur
D.
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
Kapasitas Dasar
Empat Lajur Terbagi Atau Jalan Satu Arah
3.00
0.92
3.25
0.96
3.50
1.00
3.75
1.04
4.00
1.08
Perjalur
Empat Lajur Tak Terbagi
3.00
0.91
3.25
0.95
3.50
1.00
3.75
1.05
4.00
1.09
Total Dua Arah
Dua Lajur Tak Terbagi
5
0.56
6
0.87
7
1.00
8
1.14
9
1.25
10
1.29
11
1.34
Sumber : MKJI
75
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 Tabel 4 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisahan Arah (FCSP) PEMISAHAN ARAH SP 50 50 (%)
55 45
60 40
65 35
70 30
1.00
0.97
0.94
0.91
0.88
1.00 0.985 0.97
955
94
DUA 2/2 FCSP EMPAT 4/2
E.
Sumber : MKJI
Tabel 5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping Dan Lebar Bahu (Fcsf) Pada Jalan Perkotaan Dengan Bahu KERAS TIPE
HAMBATAN
JALAN
SAMPING
4/2 D
4/2 UD
2/2 UD
Tabel 6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (Fccs) Pada Jalan Perkotaan Ukuran Kota Faktor Penyesuaian Untuk (Juta Penduduk) Ukuran Kota < 0,1 0.86 0,1 – 0,5 0.90 0,5 – 1,0 0.94 1,0 – 3,0 1.00 > 3,0 1.04
FAKTOR PENYESUAIAN UNTUK HAMBATAN SAMPING DAN LEBAR BAHU FCSF LEBAR BAHU JALAN (WS) < 0,5
1.0
1.5
> 2,0
VL
0.96
0.98
1.01
1.03
L
0.94
0.97
1.00
1.02
M
0.92
0.95
0.98
1.00
H
0.88
0.92
0.95
0.98
VH
0.84
0.88
0.92
0.96
VL
0.96
0.99
1.01
1.03
L
0.94
0.97
1.00
1.02
M
0.92
0.95
0.98
1.00
H
0.87
0.91
0.94
0.98
VH
0.8
0.86
0.90
0.95
VL
0.94
0.96
0.99
1.01
ATAU
L
0.92
0.94
0.97
1.00
JALAN
M
0.89
0.92
0.95
0.98
SATU
H
0.82
0.86
0.90
0.95
ARAH
VH
0.73
0.79
0.85
0.91
Sumber : MKJI
Keterangan : VL = Sangat rendah, L =Rendah, M =Sedang, H =Tinggi, VH =Sangat tinggi
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
Tingkat Pelayanan Jalan Tingkat pelayanan jalan adalah suatu ukuran kualitas perjalanan yang dalam arti luas menggambarkan kondisi lalu lintas yang mungkin timbul pada suatu jalan akibat dari berbagai volume lalu lintas. Untuk menentukan tingkat pelayanan jalan ada dua faktor utama yang harus diperhatikan yaitu: 1. Kecepatan perjalanan yang menunjukkan keadaan umum di jalan. 2. 2.Perbandingan antara volume terhadap kapasitas (rasio q/c), yang mana menunjukkan kepadatan lalu lintas dan kebebasan bergerak bagi kendaraan. Tingkat pelayanan terbagi atas enam bagian (Morlok, hal 217 dan 223) : 1. Tingkat Pelayanan A Keadaan lalu lintas bebas tanpa hambatan, volume dan kepadatan lalu lintas rendah dan kecepatan kendaraan tinggi pengemudi dapat memilih kepadatan yang diinginkan. Tingkat pelayanan ini didefenisikan sebagai perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan lebih kecil atau sama dengan 0,3. Untuk jalan luar kota, sedangkan jalan dalam kota <0,6 2. Tingkat Pelayanan B Keadaan arus lalu lintas stabil, kecepatan mulai dipengaruhi keadaan lalu lintas lain, pengemudi masih mempunyai kemungkinan memilih kecepatan yang diinginkan. Kecepatan lalu lintas dan volume lalu lintas yang tertinggi pada tingkat pelayanan ini digunakan untuk ketentuan-ketentuan perencanaan jalur di luar kota. Tingkat pelayanan ini didefenisikan sebagai perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan.luar kota berkisar antara 0,3 – 0,5., sedang untuk jalan perkotaan berkisar 0,6 – 0,7 3. Tingkat Pelayanan C Keadaan arus lalu lintas masih stabil, tetapi kecepatan dan gerakan lebih ditentukan oleh volume yang tinggi sehingga pemilihan kecepatan dan gerakan sudah terbatas dalam
76
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 batas-batas kecepatan jalan yang masih cukup memuaskan. Tingkat pelayanan ini didefenisikan sebagai perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan luar kota berkisar antara 0,5 – 0,75. Dan untuk jalan perkotaan berkisar antara 0,7 – 0,8 4. Tingkat Pelayanan D Arus lalu lintas tidak stabil, dimana kecepatan perjalanan yang dikehendaki secara terbatas masih dapat dipertahankan meskipun sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam perjalanan yang dapat menentukan kecepatan yang cukup besar. Tingkat pelayanan ini didefenisikan sebagai perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan luar kota berkisar antara 0,75 -0,9. Dan untuk jalan perkotaan berkisar antara 0,8 – 0,9 5. Tingkat Pelayanan E Arus lalu lintas sudah tidak stabil kecepatan rendah bervariasi, sering terjadi kemacetan atau kendaraan berhenti beberapa saat, volume kirakira mendekati sama dengan kapasitas jalan, sedang kecepatan pada kapasitas ini pada umumnya sebesar kurang lebih 50 km/jam. Tingkat pelayanan ini didefenisikan sebagai perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan luar kota maupunjalan perkotaan berkisar antara 0,9 – 1,0. 6. Tingkat Pelayanan F Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah, volume lebih besar dari kapasitas jalan sehingga sering kali terjadi kemacetan dan antrian yang panjang, arus lalu lintas sangat rendah sehingga volume dapat turun mencapai nol. Tingkat pelayanan ini didefenisikan sebagai perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan 1,0. Dari keenam jenis tingkat pelayanan di atas, maka yang memenuhi syarat jalan yang diinginkan adalah tingkat pelayanan A, B, C dan D dimana volume lalu lintas terhadap kapasitas lebih kecil, sedangkan pada tingkat pelayanan E dan F volume lalu lintas terhadap kapasitas lebih besar dan tidak memenuhi kualitas yang diharapkan, sehingga dalam keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas pelayanan.
Jumlah kendaraan sepeda motor
10919 kendaraan Jumlah kendaraan tidak bermotor = 60 kendaraan Dari jumlah setiap jenis kendaraan di atas dikalikan dengan satuan mobil penumpang (smp), pada setiap jenis kendaraan : Jumlah kendaraan ringan 3610 x 1,0 = 3610 smp Jumlah kendaraan berat 387 x 1,2 = 464,4 smp Jumlah kend. sepeda motor 10919 x 0.5 = 5459,5 smp Jumlah kend. tidak bermotor 60 x 0,25 = 15 smp n t q
=
= 9548,9 smp = 9 jam = n / t = 9548,9 / 9 = 1061 smp/jam
Perhitungan selanjutnya berdasarkan hasil survei pada hari pengamatan volume lalu lintas di lokasi studi maka dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7.Toatal volume lalulintasduaarah
Hari/ tanggal
Volume Volume lalu lintas dua arah (smp/jam) rataVolume Kendaraan Kendaraan Sepeda Tak rata ringan Berat Motor bermotor total (smp) (smp/ (LV) (HV) (MC) (UM) jam)
Minggu, 8 Juli 2012
3342
477,6
4849
18,25
8686,85
965
Senin, 9 Juli 2012
3610
464,4
5459,5
15
9548,9
1061
Sumber : Hasil Analisa
Sesuai hasil analiasa diatas volume lalulintas harian rata-rata tatal dua arah terjadi pada hari Senin(puncak volume lalulintas)dengan jumlah1061 smp/jam. Jalan Jenderal A. Nasution volume lalulintas untuk jenis kendaraan sepeda motor mempunyai volume yang terbesar dibandingkan dengan jenis kendaraan yang lain. Adapun hasil analisa untuk setiap lajur/arah lalu lintas pada jalan Jenderal A, Nasution dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
HASIL DAN PEMAHASAN 1.
Volume Lalu Lintas Hasil Survei lalulintas dengan berbagi jenis kendaraan sebagai berikut berikut : Jumlah kendaraan ringan = 3610 kendaraan Jumlah kendaraan berat = 387 kendaraan
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
77
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013
Gambar 1 : Garafik volume lalu lintas hari Minggu, 8 Juli 2012 pada setiap jenis kendaraan untuk lajur/arah Wua Wua – Anduonuhu Gambar 4 : Garafik volume lalu lintas hari Senin, 9 juli 2012 pada setiap jenis kendaraan untuk lajur/arah Anduonuhu - Wua Wua 2.
Kecepatan Lalu Lintas Kecepatan rata rata tempuh kendaraan sebagai berikut : Pada pos pengamatan, jenis kendaraan sepeda motor (MC) :
Gambar 2 : Garafik volume lalu lintas hari Senin, 9 juli 2012 pada setiap jenis kendaraan untuk lajur/arah Wua Wua – Anduonuhu
Jarak yang ditempuh kendaraan dijalan = 50 meter Jumlah sampel untuk kendaraan ringan (n) = 30 kendaraan
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Hasil Perhitungan Kecepatan Rata-Rata Ruang Untuk Pos Pengamatan arah Wua Wua Anduonuhu Kepadatan Rata-rata Ruang (Vt) No Jenis Kendaraan m/dtk 2 Gambar 3 : Garafik volume lalu lintas hari Minggu, 8 Juli 2012 pada setiap jenis kendaraan untuk lajur/arah Anduonuhu - Wua Wua
3 4
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Kendaraan Sepeda Motor
Km/jam
7,95
25
6,5
23
7,2
26
Sumber : Hasil Analisa data
Maka besar waktu tempuh rata-rata pada pos pengamatan arah Wua Wua - Anduonuhu v = (25 + 23 + 26)/3 v = 24,67 km/jam
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
78
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 Tabel 9 Hasil Perhitungan Kecepatan Rata-Rata Ruang Untuk Pos Pengamatan arah Anduonuhu – Wua Wua Kecepatan Rata-rata JENIS Ruang (Vt) No KENDARAAN m/dtk Km/jam 1 2 3
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Kendaraan Sepeda Motor
6,9
24,9
6,7 7,1
24,1 25
Sumber : Hasil Analisa data
K = q/v= 1046/42,24 = 24,76 smp/jam 4.
Komposisi Lalu Lintas Komposisi lalu lintas adalah untuk mengetahui prosentase masing-masing jenis kendaraan terhadap total kendaraan hasil pengamatan selama 9 jam. Analisa komposisi lalu lintas untuk pos pengamatan pada hari Senin adalah sebagai berikut: Diketahui : dari tabel data volume lalu lintas (lampiran) jumlah kendaraan sepeda motor adalah 5459,5 dengan contoh perhitungan :
Maka besar waktu tempuh rata-rata pada pos pengamatan arah Wua Wua – Anduonuhu - Wua Wua : v = (24,9 + 24,1 + 25,57)/3 v = 24,89 km/jam
Komposisi
= Jumlah Kendaraan x 100 % Total Kendaraan
Komposisi
= 5459,5/9548,9 x 100 % = 57.17 %
Tabel 10. Waktu tempuh untuk ruas jalan Jenderal A. Nausutin selama waktu pengamatan total 2 arah pada hari senin
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada table berikut:
No
1
Jenis kendaraan
Kendaraan Ringan 2 Kendaraan Berat 3 Kendaraan Sepeda Motor Jumlah Sumber : Analisa data
Kecepatan Rata-rata Ruang (Vt) Arah Arah Anduonuhu Wua Wua – Wua Anduonuhu Wua km/jam km/jam
km/jam
25
24,9
24.95
23
24,1
23,55
26
25,57
25,785
24,67
24,8567
24,76167
3.
Kepadatan Lalu Lintas Dalam penentuan kepadatan lalu lintas kendaraan tidak bermotor (UM) tidak dimasukan dalam perhitungan karena kecepatannya tidak dilakukan dalam penelitian ini. Kendaraan tidak bermotor (UM) merupakan salah satu dari bagian hambatan samping (faktor kendaraan lambat) seperti : Gerobak, Becak, sepeda dan sejenisnya. Untuk menghitung kepadatan lalu lintas digunakan persamaan dengan contoh perhitungan sebagai berikut : Perhitungan untuk pos pengamatan hasil analisa pada hari Senin : Diketahui : q = 1061 – 15 = 1046 smp v = 24.76167 km/jam Maka kepadatan lalulintas pada hariSenin pada jalan Jenderal A. Nasution adalah :
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
Tabel 11. Komposisi arus lalu lintas hari Senin 8 Juli 2012 Total 2 Komposisi Jenis Kendaraan arah (smp) % Kendaraan Ringan 3610 37,8 Kendaraan Berat 464,4 4,88 Sepeda Motor 5459.5 57,17 Tak Bermotor 15 0,157 Jumlah 9548,9 100
Waktu tempuh Taotal dua arah
Sumbar : Hasil Analisa data
5.
Kapasitas Jalan Untuk menghitung kapasitas jalan berdasarkan survey MKJI maka langkah-langkah perhitungan kapasitas jalan dua jalur dua arah standar. Karakteristik Geometrik yang ditentukan yaitu : - Lebar efektif pergerakan lalu lintas 6 m - Lebar efektif bahu > 2 meter pada masingmasing sisi - Tidak ada median - Pemisah arah 50-50 - Type alinyemen datar - Hambatan samping sedang Analisa perhitungan kapasitas jalan untuk jalan dua jalur, dua arah. Standar karakteristik Geometrik “MKJI”. Nilai-nilai faktor yang berpengaruh pada kapasitas jalan Jenderal A. Nasution ditentukan sebagai berikut : Jalan Jenderal A. Nasution terdiri dari dua lajur dua arah tanpa median maka Kapasitas dasar
79
Metropilar Volume 11 Nomor 1 Januari 2013 Co = 2900 smp/jam. Faktor pengaruh lebar lajur (Fcw) jalan Jenderal A. Nasution 3 meter per lajur tipe jalan tidak terbagi maka Fcw = 0,87 Factor penyesuaian kapasitas pemisah arah jalan Jenderal A. Nasution dengan lebar perlajur dengan kuran yang sama maka Fcsp = 1.00 . Faktor pengaruh hambatan samping berdasarkan lebar bahu jalan > 2 meter dengan kondisi daerah (perkantoran, berupa angkutan umum dan sebagainya) maka Fcsf = 1.00 (kelas hambatan samping sedang). Faktor penyesuaian ukuran kota dengan penduduk kota kendari tahun 2011 = 295,737 jiwa > 0,5 juta penduduk maka FCcs = 0.88. Maka perhitungan Capasitas : C = Co x FCW x FCsp x FCsf x FCcs = 2900 x 0,87 x 1.00 x 1.00x 0.88 = 2220,24 smp/jam 6.
Tingkat Pelayanan Jalan Dari hasil perhitungan, dapat diketahui tingkat pelayanan dari jalan Jenderal A. Nasution, yaitu perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan (q/c) sebagai berikut : Pada hari Senin untuk : q/c = 1061/2220,24= 0.4778 smp/jam
B.
Saran Demi peningkatan kelancaran arus lalulintas pada jalan A. Nasution pada masa yang akan datang, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Perlu adanya pengaturan yang terkontrol terhadap kendaraan yang akan parkir seperti kendaraan berat pada badan jalan Jenderal A. Nasution agar pemakai jalan lain dapat menikmati kelancaran dan kenyamanan dalam berlalulintas. 2. Perlu adanya perbaikan sarana dan prasarana jalan, penambahan lebar jalan dan jumlah lajur karena kawasan jalan Jenderal A. Nasution akan menjadi kawasan komersial (pembangunan pertokoan/perdagangan juga adanya Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya. 3. Untuk tindak lanjutnya perlu diadakan penelitian dari segi penggunaan badan jalan sebagai parkir kendaraan/hambatan samping agar ruas jalan tersebut dapat dipakai secara optimal demi kelancaran dan kenyamanan lalulintas.
DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil perhitungan di atas yaitu perbandingan antara volume lalulintas (q) dengan kapasitas jalan (c) maka ruas Jalan Jenderal A. Nasution termasuk dalam tingkat pelayanan A . Parameter tingkat Pelayanan yang berkisar sama dengan atau lebih kecil 0,6 (jalan perkotaan) termasuk tingkat pelayan A (sumber : kajian pustaka)
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kapasitas pada jalan Jenderal A. Nasution untuk pos pengamatan sebesar 2220,24 smp/jam dimana lalulintas rata-rata tersibuk terjadi pada hari Senin sebesar 1061 smp/jam. Dengan demikian kondisi dari jalan Jenderal A. Nasution masih dapat melayani arus lalulintas yang berinteraksi pada jalan tersebut. 2. Dari hasil perhitungan tersebut, dengan perbandingan antara volume lalulintas dengan kapasitas jalan (rasio q/c), menunjukkan bahwa tingkat pelayanan pada jalan Jenderal A. Nasution termasuk dalam tingkat Pelayanan A dengannilai 0,47.
Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo
.............1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Direktorat Jenderal Bina Marga. Alamsyah,A.A,2008,Rekayasa Lalu Lintas. Malang: Penerbit UMM Press. Ahmad, Munawar, 2006, “Program Komputer Untuk Analisis Lalu Lintas“, Beta Offset, Yogyakarta Jotin Khisty, C., dan Kent Lall, B., 2005. Dasardasar Rekayasa Transportasi (jilid 1), Edisi Ketiga (terjemahan), Erlangga, Jakarta Munawar,A. 2009. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Jogjakarta: Penerbit Betta Offiset. Morlok, Edward K, 1991. Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. Putranto,L.S., 2008. Rekayasa Lalu Lintas. Malang: Penerbit Indeks. Republik Indonesia,2009,Undang-undang No 22 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Lembaran Negara RI Tahun 209, Sekretariat Negara. Jakarta. Warprani,Suwardjoko, 1990, Pengelolaan LaluLintas dan Angkutan Jalan. Penerbit ITB.
80