TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN SERBUK EMAS DALAM KOSMETIK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh: Fauziah Aulia NIM: 1110043100054
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB DAN FIKIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015
ABSTRAK Dewasa ini sebagian pemudi muslimah sering mendatangi salon-salon kecantikan. Dimana tujuan mereka selain untuk memotong rambut dengan model potongan rambut bermacam-macam juga untuk memoles muka dengan alat-alat kecantikan, mencukur bulu alis seta mencukur bulu halus yang tumbuh di wajah. Semuanya itu lama kelamaan niscaya dapat menenggelamkan mereka ke dalam sikap berlebihan serta gaya hidup yang konsumtif. Kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, saat ini banyak beredar kosmetik yang mengandung bahan emas, Berdasarkan keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Badan POM merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang melaksanakan tugas pengawasan obat dan makanan serta komoditi lain seperti kosmetik, pengawasan dilakukan terhadap peredaran kosmetik yang mengandung bahan yang berbahaya di masyarakat untuk menjamin mutu , keamanan dan kemamfaatan produk untuk dikonsumsi serta menjamin hak-hak konsumen. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini yaitu apakah hukum penggunaan serbuk emas pada kosmetik serta bagaimana mekanisme Badan POM dalam melakukan pengawasan serta memberikan izin edar pada produk kosmetik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Tentu referensi yang digunakan memiliki keterkaitan dengan topik pembahasan yang akan penulis teliti dengan menggunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan hukum Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan Badan POM dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu Pre Market Control dan Post Market Control, pemeriksaan sarana produksi, sarana distribusi, dan sarana penyerahan, termasuk sampling dan pengujian laboratorium, serta penegakan hukum. Pre Market Control adalah pengawasan yang dilakukan sebelum produk kosmetik diedarkan, antara lain standardisasi, pembinaan dan audit cara produksi kosmetik yang baik serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanan sebelum kosmetik diedarkan. Post Market Control adalah pengawasan yang dilakukan setelah produk kosmetik diedarkan di masyarakat, antara lain inspeksi sarana produksi dan distribusi, sampling dan uji laboraturium untuk kosmetik, penilaian dan pengawasan iklan kosmetik atau promosi, monitoring efek samping kosmetik serta penyebaran informasi melalui edukasi masyarakat dan public warning. Kata kunci : Pengawasan Badan POM Terhadap Kosmetik Nama Pembimbing 1: Hj. Siti Hanna, S,Ag, Lc, MA Nama Pembimbing 2: Dewi Sukarti, MA
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, semoga dengan sholawat dan salam tersebut kita semua mendapatkan syafa’at beliau pada hari kiamat nanti. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang dengan senantiasa membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih ini ditujukan kepada: 1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 2. Bapak Dr. Khamami, M.A, selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab Fiqih, dan Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag,Lc,MA selaku Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab Fiqih. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 3. Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag,Lc,MA, selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Dewi Sukarti, M.A, selaku Dosem Pembimbing II, yang banyak berperan dalam memberikan bimbingan, saran, masukan, dukungan dan semangat dalam penyusunan dan penulisan skripsi.
v
4. Kepada pimpinan dan staf Badan POM Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan membantu dalam memberikan data-data yang penulis butuhkan sampai dengan penyelesaian skripsi. 5. Pimpinan dan staf Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum maupun Perpustakaan Utama, yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan. 6. Ayahanda Adie Basyaruddin, S.Pdi dan ibunda Anie yang telah memberikan kasih sayang dan doanya dengan tulus, dukungan moril, dan material yang tak ternilai harganya. Kakak dan adik penulis yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Suami tersayang yang selalu setia setiap saat membantu dan memberikan motivasi tanpa henti, Rezky Syahdani, AMd 8. Sahabat seangkatan PMF 2010, Jubaedah, Dian Kamal Sari Ohorella, Widia Permatasari Supiandi, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang sudah memberikan kontribusi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini diakibatkan karena keterbatasan
vi
kemampuan peneliti. Sehubungan dengan itu, peneliti sangat mengharapkan kritik membangun, saran dan masukan dari pembaca sekalian.
Jakarta, 04 Juni 2015
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN .........................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.....................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................
6
D. Kerangka Teori.......................................................................
7
E. Review Studi Terdahulu .........................................................
10
F. Metode Penelitian...................................................................
11
G. Sistematika Penulisan ............................................................
13
KERANGKA TEORI MENGENAI BERHIAS DENGAN SERBUK EMAS A. Definisi Kecantikan, Kosmetik dan Berhias ..........................
14
B. Bahan Dasar Kosmetik ...........................................................
27
C. Hal-Hal Yang Dilarang Dalam Berhias Dan Kosmetik .........
32
D. Konsep Maqasid Syari’ah ......................................................
44
viii
BAB III
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI INDONESIA A. Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia Sebelum Tahun Berdirinya ...................................................................
52
B. Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia setelah
BAB IV
Tahun Berdirinya ...................................................................
53
C. Tugas Pokok dan Fungsi Badan POM ...................................
56
D. Prinsip Dasar SISPOM ...........................................................
58
E. Kerangka Konsep SISPOM ...................................................
60
F. Visi dan Misi Badan POM .....................................................
61
G. Struktur Organisasi BPOM ....................................................
62
HUKUM KOSMETIK YANG MENGANDUNG EMAS A. Penggunaan Emas Untuk Kecantikan ....................................
73
B. Analisa Mengenai Hukum Penggunaan Serbuk Emas Pada Kosmetik .......................................................................
BAB V
78
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
83
B. Saran-saran .............................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia diberi akal pikiran, perasaan, cinta, dan fisik yang lebih baik agar bisa membedakan dan mengetahui mana yang baik atau yang buruk dalam kehidupan ini. Ada tiga kata dalam al-Qur'an yang biasa diartikan sebagai manusia, yaitu al-basyar, an-nas, dan al-ins atau al-insan.1 Manusia dalam artian basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Manusia sebagai arti dari kata an-nas dalam al-Qur'an menjelaskan tentang jenis keturunan Nabi Adam AS. Dan manusia dalam kalimat al-ins atau alinsan dalam pengertian bahasa merupakan lawan dari "binatang liar", yaitu yang memiliki kekhususan dengan dikaruniai ilmu pengetahuan dapat menerima penjelasan, dikaruniai memiliki kesiapsiagaan untuk berfikir dan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang demikian itu adalah kerena sifat kemanusiaannya. Kemudian manusia yang diibaratkan dengan kalimat al-insan itu dapat menerima wasiat, sanggup menderita kesusahan dan kepayahan. Manusiapun akan menerima cobaan dan godaan untuk menguji ketabahannya terhadap kesesatan.2 1
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensikopedi Islam, (Jakarta:PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), cet.3 , h.161. 2 Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathi', Fi al-Insan, terjh. Ahmad Masruch Nasucha, (Semarang:CV. Toha Putra, t.th), h. 28-31.
1
2
Allah telah menjadikan manusia makhluk ciptaan-Nya yang paling baik, badannya lurus keatas, cantik parasnya, mengambil dengan tangan apa yang dikehendakinya, bukan seperti kebanyakan binatang yang mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan mulut, kepada manusia diberikanNya akal dan persiapan untuk menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian, sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi: ٍسنِ تَ ْقوِيم َ ْلَ َقدْ خَلَ ْقنَا الِْإنْسَانَ فِي أَح Artinya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.” (QS. At-Tiin : 4) Tetapi manusia kadang-kadang lupa akan dasar perbedaannya dan mengira bahwa dia tidak berbeda dengan binatang lainnya, lalu ia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal yang sehat dan tidak sesuai dengan fitrahnya. Dikumpulkannya perhiasan dunia dan apa saja yang sanggup dicapainya untuk memenuhi hawa nafsunya, dilupakan semua yang bermanfaat baginya untuk kebahagiaan hidup di hari kemudian dan tidak dihiraukannya apa yang dianjurkan oleh Tuhannya yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan yang kekal abadi. 3 Akhir-akhir ini perkembangan dunia kecantikan semakin marak dibicarakan, masyarakat
khususnya
para
wanita
seakan-akan
3
berlomba-lomba
dalam
Tim Tashih Departemen Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Semarang:PT. Citra Effhar, 1993), h.743.
2
3
mempercantik diri. Akibat dari gaya hidup tersebut adalah menjamurnya gerai-gerai usaha kecantikan di segala penjuru dunia. Ilmu kecantikan yang semakin maju dan berkembang menghasilkan produk kosmetik dan peralatan modern. Berbicara tentang kecantikan pada manusia, biasanya pembicaraan itu hanya dikaitkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan perempuan memiliki perhatian lebih besar dari pada lelaki. Ini adalah naluri yang dianugerahkan Allah buat mereka. Di sisi lain, lelaki lebih cenderung mencari kecantikan dan mengekspresikannya, sedangkan perempuan lebih cenderung menampakkannya pada diri mereka. Islam memandang kecantikan berdasarkan keterampilan, kecerdasan, dan ketaqwaan terhadap aturan Allah SWT. Menurut Islam setiap wanita memiliki kecantikan dan keunikan masing-masing, bukan hanya memandang berdasarkan keindahan tubuh (fisik). Wanita adalah cantik, cantik adalah wanita, pada realitasnya kecantikan dengan tubuh proporsional adalah titik ukur dan menjadi impian semua wanita. Apa yang melekat pada diri seseorang itu, bisa diperindah dan dipercantik dengan melakukan penambahan-penambahan. Sejak dahulu orang mengenal pacar untuk mewarnai bagian-bagian kuku tangan dan kaki, bedak untuk penyesuaian warna kulit, juga tatto. Semakin maju ilmu teknologi, semakin maju pula alat dan perlengkapan kecantikan baru, hingga kini, apa yang terlihat melekat pada diri boleh jadi bukan lagi yang asli, tetapi lahir sebagai hasil upaya make up.4
4
M. Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks Dari Nikah Mut'ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 62-64.
3
4
Namun, sekarang muncul satu lagi bentuk kecantikan wajah yang dikatakan semakin mendapat tempat dikalangan wanita khususnya. Produk kecantikan wajah yang menggunakan serbuk emas 24 karat sebagai salah satu dari unsur kandungannya. Menurut maklumat, produk ini juga dikatakan sesuai bukan saja untuk wanita tetapi juga bagi semua peringkat umur baik wanita dan lelaki, ia dipromosi sebagai berkesan untuk perawatan kulit dan dapat membantu menghilangkan jerawat, jeragat, mengurangkan kedut, mencerahkan kulit yang kusam serta menjadikan halus, mulus dan berseri. Ia datang dalam berbagai bentuk produk seperti sabun muka, tonik muka, pelembab, krim pelindung matahari ( sunblok ), dan krim malam yang berharga mulai dari Rp.75.000 hingga Rp.200.000 per produk.5 Emas tidak hanya menjadi ornamen penghias tubuh, tapi juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesehatan dan kecantikan. Itulah sebabnya sekarang ini banyak muncul produk kosmetik yang slogannya berisi serbuk emas, bahkan sejumlah salon serta klinik kecantikan menyediakan jasa facial emas yang harganya mencapai jutaan rupiah. Penggunaan serbuk emas menimbulkan beberapa pertanyaan, misalnya seberapa besar manfaatnya apakah ada bahayanya apalagi bila dipandang dalam hukum Islam, apakah penggunaan serbuk emas tidak dianggap berlebihan. Karenanya penulis merasa tertarik untuk membahas dan menuliskannya dalam skripsi yang
5
Abd Zaharuddin Rahman,” perbincangan hukum kosmetik dengan serbuk emas”, artikel diakses pada 10 Februari 2014 pada jam 19.00 dari http://zaharuddin.net/2009/perbincangan-hukumkosmetik-dengan-serbuk-emas.html.
4
5
berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Serbuk Emas Dalam Kosmetik”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dari uraian di atas banyak yang penulis identifikasi sebagai permasalahan dengan membatasi masalah dan memfokuskan khusus untuk membahas masalahmasalah yang berkaitan dengan penggunaan serbuk emas sebagai kosmetik kecantikan menurut pandangan medis dan hukum Islam. 1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pemakaian kosmetik bagi wanita dan laki-laki? 2. Apakah penggunaan kosmetik dengan bahan serbuk emas termasuk dalam katagori mubazir? 3. Bagaimana mekanisme Badan POM dalam melakukan pengawasan serta memberikan izin edar pada produk kosmetik? 4. Apakah hukum penggunaan kosmetik yang mengandung serbuk emas? Karena keterbatasan waktu dan dana untuk kepenelitian fokus maka peneliti akan membatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah Hukum penggunaan kosmetik yang mengandung serbuk emas.? 2. Bagaimana mekanisme BPOM dalam melakukan pengawasan serta memberikan izin edar pada produk kosmetik?
5
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apakah hukum penggunaan kosmetik yang mengandung serbuk emas? b. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme BPOM dalam melakukan pengawasan serta memberikan izin edar pada produk kosmetik. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Bagi Pemakai Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kosmetik agar si pemakai lebih berhati-hati lagi dalam pemilihan produk kosmetik yang akan digunakannya. b. Manfaat Bagi Penulis Adapun manfaat penelitian bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan khususnya dibidang hukum Islam mengenai kecantikan dan kosmetik. c. Manfaat Bagi Peneliti lain Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
6
7
D. Kerangka Teori Terdapat beberapa teori yang digunakan oleh penulis berkaitan dengan tema skripsi yang diangkat. Di antaranya pendapat para ulama seperti Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya yang berjudul “halal dan haram dalam islam”.6 Firman Allah : Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lakilaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur : 31 )
6
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal & Haram Dalam Islam, Terj. H. Mu’ammal Hamidy, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003.
7
8
Yang dimaksud dengan perhiasan perempuan ialah apa saja yang dipakai berhias dan untuk percantik tubuh, baik berbentuk ciptaan asli seperti wajah, rambut dan potongan tubuh, maupun buatan seperti pakaian, perhiasan, dan tata rias. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-A’raf:26 sebagai berikut:
“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. . . .”(QS. Al-A’raf:26) Dalam surat al-A’raf ayat : 31 Allah juga berfirman :
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan .Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A’raf:31) Berdasarkan surat al-A’raf ayat 26 dan 31 tersebut, manusia dianjurkan untuk berpakaian dan berhias sebaik-baiknya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung dan tidak berlebih-lebihan. Namun tidak semua perbuatan perempuan mempercantik diri itu sesuai dengan syari’at Islam. Untuk itu perempuan harus mengetahui ilmu-ilmu agama agar terlihat cantik tanpa melanggar aturan syari’at. 8
9
E. Review Studi Terdahulu Pertama, Resma Nurtrianggi, Konsentrasi Perbandingan Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. NIM : 0043219203, 2007. Judul skripsi : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bedah Plastik Estetika (Kajian Tentang Wanita Melakukan Bedah Plastik).” Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu Untuk mengetahui secara mendalam tentang permasalahan Bedah Plastik Estetika terutama dari sudut pandangan Islam, mengenai wanita yang melakukan bedah plastik estetika. Kedua, Nurhasanah, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidatullah Jakarta. NIM : 103034027930, 2008. Judul Skripsi : ”Pengunaan Parfum bagi Wanita Dalam Perspektif Hadis”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu membahas beberapa masalah yang berkaitan dengan penggunaan parfum bagi wanita, dengan meneliti hadist-hadist yang ada. Ketiga, Neily Surayya, Konsentrasi Perbankan Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. NlM : 107046100417, 2012. Judul Skripsi : “Mekanisme Pengawasan BPOM Terhadap Label Halal pada Makanan”. Permasalahan yang diangkat dalam peneliti yaitu membahas tentang sertifikasi halal suatu produk makanan. Berbeda dengan skripsi-skripsi tersebut, dalam penulisan skripsi penulis “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Serbuk Emas Dalam Kosmetik.” Penulis lebih mendiskripsikan tentang kecantikan dan berhias serta hukum menggunakan kosmetik dengan serbuk emas. 9
10
F. Metode Penelitian Penelitian pada dasarnya merupakan aktivitas dan metode berpikir untuk memecahkan atau menjawab sesuatu masalah. Pada umumnya penelitian dilakukan karena dorongan atau rasa ingin tahu, sehingga yang semula masih belum diketahui dan dipahami menjadi sebaliknya. Bila demikian halnya, dapat dikatakan bahwa yang disebut penelitian adalah aktivitas dan metode berpikir yang menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk memecahkan atau menemukan jawaban atas suatu masalah.7 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dari Bogdan dan Tailor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data perspektif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati.8 2. Pendekatan Penelitian Dalam
penyusunan
penelitian,
penulis
melakukan
pendekatan
terhadap
permasalahan dengan “metode normatif”, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Tentu referensi yang digunakan memiliki
7
Sanapiah Faisal, Format-format penelitian sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.3-4. 8 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hal 3.
10
11
keterkaitan dengan topik pembahasan yang akan penulis teliti dengan menggunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan hukum Islam. 3. Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam skripsi ini adalah serbuk emas untuk kecantikan. 4. Sumber Data a. Sumber data primer, yaitu : Al-Qur’an, As-Sunnah, dan hasil ijtihad para ulama (klasik dan kontemporer). b. Sumber data sekunder, yaitu : buku-buku yang tekait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini. c. Sumber data tersier, yaitu : koran. Jurnal, artikel, ensiklopedia, dan situs-situs intenet yang dapat dipertanggung jawabkan. Tentu memiliki keterkaitan dengan masalah skripsi ini. 5. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, menggunakan analisis deskriptis yaitu suatu metode analisis data dimana menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.9
9
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,2007),
hal 244
11
12
G. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis membagi pembahasan kedalam (5) lima Bab, dimana masing-masing bab mempunyai sub bahasan, hal ini dimaksudkan untuk memberi penekanan pembahasan mengenai topik-topik tertentu dalam penulisan skripsi ini sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan yang utuh. Lebih jelasnya, gambaran sistematika pembahasan penulisan skripsi ini sebagi berikut: Bab I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, review studi terdahulu yang relevan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab
II
kerangka teori mengenai berhias dengan serbuk emas, definisi
kecantikan, kosmetik dan berhias, bahan dasar kosmetik dan hal-hal yang dilarang dalam kosmetik dan berhias, serta konsep maqasid syari’ah. Bab III Pengawasan obat dan makanan di Indonesia, Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia Sebelum Tahun Berdirinya, Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia setelah Tahun Berdirinya, Tugas Pokok dan Fungsi Badan POM, Prinsip Dasar SISPOM, Kerangka Konsep SISPOM, Visi dan Misi Badan POM, Struktur Organisasi BPOM. Bab IV Hukum kosmetik yang mengandung emas, penggunaan emas untuk kecantikan, analisa mengenai hukum penggunaan serbuk emas pada kosmetik.
12
13
Bab V membahas penutup yang berisi tentang kesimpulan yang ditarik dari keseluruhan pembahasan yang diuraikan pada bab-bab yang telah ditulis sebelumnya dan berkaitan erat dengan pokok masalah penelitian, serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan pada penulisan skripsi ini.
13
BAB II KECANTIKAN, KOSMETIK, DAN BERHIAS ( TABARRUJ)
A. Definisi Kecantikan, Kosmetik dan Berhias Menurut Ashad Kusuma Djaya, kecantikan adalah mencakup ukuran-ukuran tubuh (fisik), dan mental atau kepribadian (inner beauty) dengan ukuran standar pula, sehingga secara keseluruhan melahirkan kencantikan sejati. Kondisi ini sudah estetika yang mengandung unsur obyektif dan subyektif. Kecantikan juga merupakan bagian dari sistem budaya yang direpresentasikan melalui simbol. Simbol dalam tubuh adalah sesuatu yang disampaikan, sekaligus yang disembunyikan. Karena itu maka dikatakan bahwa tubuh manusia yang awalnya adalah tubuh alami (natural body), kemudian dibentuk menjadi tubuh sosial atau fakta sosial. Namun demikian, masing-masing budaya memiliki kekhasan (tipical) kecantikan yang ditunjukan melalui ciri-ciri fisik dan nonfisik, yang bersifat kumulatif, mencakup ukuran-ukuran tubuh tertentu yang ideal, misalnya kulit putih, rambut hitam, badan kurus, pinggang ramping, serta kepribadian (inner bauty) yang baik. Ciri-ciri atau indikator semacam ini pada akhirnya melahirkan tipologi, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tipologi diartikan sebagai bagian manusia digolongan-golongan menurut corak masing-masing. Dalam konteks ini tipologi kecantikan merupakan penggolongan-pengggolongan berdasarkan ciri-ciri atau corak khas yang bersifat fisik atau nonfisik yang dianggap ideal dengan masyarakat.
14
15
Konsep kecantikan perempuan, dari waktu kewaktu selalu mengalami perubahan, mulai dari yang bersifat seksual semata, sampai politis, sehingga disebut dengan istilah dialektika konstruksi kecantikan. Dialektika kontruksi kecantikan yang selalu berubah yang dapat dilihat dari definisi kecantikan yang berbeda dari masa ke masa. Misalnya, pada masa Yunani kuno, makna cantik itu adalah perempuan telanjang. Pada masa Renaisance (abad pertengahan) definisi cantik berhubungan dengan ketuhanan atau religiusitas, abad ke-19, yang dikatakan cantik adalah perempuan aristokrat, dan pada abad 20, konsepsi kecantikan perempuan didasarkan pada latar belakang etnis dan ras serta harus feminim. Sedangkan konstruksi kecantikan tubuh pada dekade ini mengacu pada referensi kesegaran, mengarah pada sesuatu yang halus, rapih, yang semuanya bergeser kearah segar. Konsep kecantikan juga bisa dibedakan antara yang klasik, modern, dan postmodern. Kecantikan klasik lebih mengarah pada ukuran-ukuran tubuh yang proporsional sesuai dengan konsepsi ideal yang digariskan oleh budaya, dan perpaduan antara kecantikan fisik dan mental (inner beauty). serta menekankan pada keselarasan hubungan dengan alam. Konsep kecantikan tradisional pada dasarnya berpijak kepadaprinsip harmoni yang terkait secara struktural antar bagian tubuh sebagai efek alamiah dari anatomi dan fisiologis tubuh manusia.1
1
Ni Made Wiasti, “Redefinisi Kecantikan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Perempuan Bali, Di Kota Denpasar,” (Skripsi S1 Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar), h. 3-4.
16
Kecantikan modern, lebih mengarah pada keseragaman atau universalitas, seperti kulit putih, dan ukuran-ukuran tubuh yang proporsional, dan semuanya mengarah pada hal-hal yang modern. Sedangkan kecantikan postmodern adalah kecantikan yang mengacu pada makna pluralitas, heterogenitas dan bersifat sangat subyektif. Kecantikan perempuan Bali yang dimaksud mencakup ketiga konsepsi tersebut yakni klasik, modern dan posmodern. Ketiganya masih memperlihatkan saling keterkaitan, yakni unsur-unsur atau ide-ide kecantikan klasik (tradisional) yang masih ada dan diacu dalam mengkonstruksi kecantikan tubuh perempuan, baik modern maupun posmodern.2 Kosmetika berasal dari kata cosmos yang berarti susunan alam semesta yang teratur dan harmonis. Atas dasar itu, maka kosmetika didefinisikan sebagai “bahan yang digunakan untuk mempercantik serta menyempurnakan penampilan si pemakai sehingga menimbulkan kesan rapih, cantik, menarik dan harmonis”.3 Menurut Well dan Jellinenk, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabadabad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya juga dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Definisi
kosmetik
dalam
peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
445/MenKes/Permenkes/1995 adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk 2
3
Ibid., h. 5.
Sopa, Sertifikasi Halal Mejelis Ulama Indonesia Studi atas Fatwa Halal MUI terhadap Produk Makanan, Obat-obatan dan Kosmetika, cet pertama (Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2013), h.118.
17
digunakan pada bagian luar badan (epidermidis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. 1. Penggolongan Kosmetik A. Penggolongan Kosmetik menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut : 1. Kosmetik Modern, diramu oleh bahan-bahan kimia dan diolah secara modern. 2. Kosmetik Tradisional a. Murni tradisional, misalnya manir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun menurun, b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama, c. Hanya namanya yang tradisional tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional, B. Penggolongan Kosmetik menurut kegunaan bagi kulit sebagai berikut : 1. Kosmetik perawatan kulit (skin–care cosmetic) Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit diantaranya : a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener), b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (Moisturizer), misalnya moisturizing cream, night cream,
18
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sunblock cream dan lotion, d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver), 2. Kosmetik Riasan (dekorativ atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menampilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek pisikologis yang baik, seperti percaya diri (self convidence), misalnya bedak, lipstick, pemerah pipi, eye shadow dan lain-lain. 3. Persyaratan Kosmetik Kosmetik yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan, b. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik, c. Terdaftar pada dan mendapat izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOMRI),4
4
www.SolidDocuments.com , diakses tanggal 1 agustus 2014
19
Tabarruj artinya memperlihatkan dengan segaja apa yang seharusnya disembunyikan. Tabarruj dalam asal maknanya ialah ke luar dari istana. Kemudian kata tabarruj dipergunakan dengan arti keluarnya perempuan dari kesopanan, menampakkan bagian-bagian tubuh yang vital yang mengakibatkan fitnah atau dengan sengaja memperlihatkan perhiasan-perhiasan yang dipakainya untuk umum. Dalam mengartikan tabarruj ini, Zamakhsyari menggunakan unsur baru, yaitu: takalluf (memaksa) dan qashad (sengaja) untuk mendapatkan sesuatu perhiasan yang seharusnya disembunyikan. Sesuatu yang harus disembunyikan itu ada kalanya suatu tempat di badan, gerakan anggota, cara berkata dan berjalan, atau perhiasan yang biasa dipakai berhias oleh orang-orang perempuan.5 Syaikh
Az-Zamakhsyari
berkata,
“Hakikat
tabarruj
adalah
sengaja
menampakan apa yang seharusnya ditutup. Makna ini muncul dari kata-kata “Safinatun barizun” (kapal yang tidak bertutup). Tetapi untuk wanita,yang dimaksud tabarruj wanita adalah wanita yang menampakan perhiasan dan kecantikannya kepada laki-laki yang bukan mahram.”6 Menurut penulis, tabarruj itu berhias diri baik berhias lahir (rohani) maupun batin (jasmani). namun pada saat ini tabarruj yang dimaksud ialah berhias diri dengan
5
Yusuf Al-Qaradhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Penerjemah Mu‟ammal Hamidy, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2003), h.223. 6
Amru Abdul Karim Sa‟dawi, Wanita Dalam Fikih Al-Qaradhawi, Penerjemah Muhyiddin Mas Rida, (T.tp., Pustaka Al-Kautsar, 2009), h.308.
20
tujuan memperindah diri agar terlihat menarik di hadapan semua orang baik itu lakilaki maupun perempuan. Berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk memperindah diri dengan berbagai busana, aksesoris ataupun yang lainnya yang dapat memperindah diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk suatu tujuan tertentu. Berhias tidak hanya sebatas memakai perhiasan akan tetapi juga termasuk berpakaian, memakai wewangian dan sebagainya. Berhias dapat dikategorikan akhlak terpuji, sebagai perbuatan yang dibolehkan bahkan dianjurkan, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. 7 Adapun salah satu ciri perempuan yang salehah adalah yang menjaga kehormatannya dengan cara menjaga aurat dan perhiasannya. Dengan ia menjaga aurat dan perhiasannya, maka ia akan terhindar dari beberapa godaan syetan yang mengganggu. Perempuan selalu ingin terlihat cantik dan menawan dimanapun ia berada, maka apapun caranya akan dilakukan oleh perempuan untuk memperolehnya. Berpakaian dan berhias merupakan keindahan tersendiri bagi manusia. Di dalam hadits disebutkan:
7
Badawi Mahmud Syaikh, Taman Wanita-wanita Salehah, Terj. Dari Riyadhu ashShalihat, oleh Yadi Indrayadi, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), cet. Ke-1, h. 125.
21
(ُحِةُّ انْجًََمْ )سٔاِ يغهىٚ ُْمًَِٛإٌَِّ انهَّّٰ ج “Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai keindahan.” Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu menganjurkan umatnya untuk selalu berpakaian dan berhias dengan rapi dan serasi sehingga enak dipandang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-A‟raf:26 sebagai berikut: “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. . . .”(QS. Al-A‟raf:26) Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari pakaian. Sebagaimana makan dan minum, pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia. Hanya saja, tidak sedikit manusia yang tidak menyadari tentang fungsi sebenarnya pakaian. Akibatnya, pakaian yang mereka kenakan tidak memenuhi fungsi tersebut. Islam memiliki pandangan khusus tentang pakaian. Ayat ini adalah di antara yang menjelaskan tentang fungsi pakaian. Dijelaskan pula tentang pakaian terbaik bagi manusia. Fungsi Pakaian : Allah Swt berfirman: Yâ Banî Âdam qad anzalnâa „alaykum libâs[an] (hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian). Ayat ini terdapat dalam rangkaian ayat yang menceritakan kisah Adam mulai diciptakan hingga diturunkan di bumi. Dikisahkan pula bahwa diturunkannya Adam
beserta
istrinya
itu
tidak
lepas
dari
peran
Iblis
yang
berhasil
22
menggodanya.Kemudian ditegaskan, bumi menjadi tempat kediaman dan kesenangan bagi manusia hingga waktu yang ditetapkan. Di bumi itu pula, manusia hidup, mati, dan dibangkitkan (lihat ayat 24-25). Setelah itu, dalam ayat ini diberitakan bahwa Allah SWT telah memberikan pakaian bagi manusia. Sebuah perangkat amat penting bagi manusia hidup di dunia, baik untuk keperluan agama maupun keperluan dunia. Disebutkan: Ya Bani Adam (hai anak Adam). Yang dimaksudkan adalah seluruh manusia. Kepada mereka ditegaskan: anzalnâa „alaykum libâs[an] (sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian). Pengertian anzalnâ (Kami turunkan) di sini adalah khalaqnâ lakum (Kami ciptakan untuk kamu).Demikian dikatakan al-Syaukani. Bisa pula yang dimaksudkan adalah hujan.Dengan diturunkannya hujan, maka berbagai tumbuhan bisa tumbuh. Termasuk tumbuhan yang menjadi bahan untuk pakaian bagi manusia. Ibnu Jarir mengutip dari Mujahid yang mengatakan bahwa ayat ini berkaitan dengan orang-orang Arab melakukan thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang, dan tidak ada seorang pun yang mengenakan baju ketika thawaf. Maka ayat ini mengingatkan kepada mereka akan besarnya nikmat Allah dan kekuasaan-Nya atas mereka agar mereka ingat, lalu beriman, berIslam, serta meninggalkan syirik dan kemaksiatan. Di antara nikmat-Nya adalah diturunkannya pakaian bagi mereka.
23
Kemudian dijelaskan tentang kegunaan pakaian: yuwârî sawtikum wa rîsy[an] (untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan). Menurut ayat ini, ada dua kegunaan pakaian bagi manusia. Pertama, yuwârî saw`âtikum, untuk menutupi auratmu. Kata saw`âta merupakan bentuk jamak dari kata saw`ah. Pengertian alsaw`ah adalah al-„awarah (aurat). Menurut al-Syaukani, ini merupakan perkataan para ulama salaf. Disebutnya al-„awrah dengan al-saw`ah karena membuat pelakunya menjadi buruk ketika terbuka. Sehingga, sebagaimana dijelaskan para
mufassir,
seperti Ibnu Jarir al-Thabari, al-Baghawi dan lain-lain, pengertian ayat ini adalah: yastaru „awrâtikum (menutupi auratmu). Dikatakan pula oleh Imam al-Qurthubi, sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini menjadi dalil atas wajibnya menutup aurat. Memang ada yang mengatakan, ayat ini hanya menunjukkan pemberian nikmat. Namun, menurut alQurthubi, pendapat yang pertama lebih shahih. Alasannya, termasuk dalam cakupan pemberian nikmat adalah menutup aurat. Maka Allah SWT menerangkan telah menjadikan bagi anak cucu Adam menutupi aurat mereka dan menunjukkan perintah untuk menutup aurat. Di samping itu juga tidak ada perbedaan di kalangan ulama mengenai wajibnya menutup aurat dari pandangan manusia. Kedua, sebagai risy[an]. Artinya, zinah (perhiasan). Diambil dari kata risy althayr (bulu burung). Sebab, bulu itu merupakan perhiasan bagi burung. Demikian penjelasan Sihabuddin al-Alusi. Ibnu Zaid juga menafsirkannya sebagai al-jamal (keindahan).
24
Dalam surat al-A‟raf ayat : 31 Allah juga berfirman : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A‟raf:31)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di zaman jahiliyah terdapat seorang wanita thawaf di Baitullah dengan telanjang bulat dan hanya bercawat secarik kain. Ia berteriak-teriak dengan mengatakan: ”pada hari ini aku halalkan sebagian atau seluruhnya, kecuali yang kututupi ini”. Maka turunlah ayat ini QS. Al-A‟raf:31 yang memerintahkan untuk berpakaian rapih apabila memasuki masjid.8 Berdasarkan surat al-A‟raf ayat 26 dan 31 tersebut, manusia dianjurkan untuk berpakaian dan berhias sebaik-baiknya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung dan tidak berlebih-lebihan. Namun tidak semua perbuatan perempuan mempercantik diri itu sesuai dengan syari‟at Islam. Untuk itu perempuan harus mengetahui ilmu-ilmu agama agar terlihat cantik tanpa melanggar aturan syari‟at. Di dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam segi kehidupan yang memiliki aturan dan tata cara yang harus ditaati. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas dari kehidupan perempuan, begitu juga dengan berhias. Pengaruh dunia barat sangat besar bagi perempuan. Alat-alat semakin canggih, untuk 8
Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat AlQur‟an, (Bandung:Cv. Diponegoro, 1990), cet ke-12, hal 215.
25
berhiaspun tak jadi hal yang susah bagi kita. Berpakaian dan berhias dianggap hal kecil bagi sebagian besar manusia untuk dipelajari. Kesadaran akan pentingnya aturan yang telah ada dalam al-Qur‟an terkadang terlupakan bagi perempuan. Mengabaikan hal-hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi kehidupan sehari-hari. Melewatkan hal-hal kecil secara terus-menerus membuat perempuan membentuk sebuah kebiasaan buruk sepanjang perempuan lupa akan aturan. Untuk itu, sebagian besar manusia melupakan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Berpakaian tidak sesuai dengan ajaran Islam dan berhias yang berlebihan serta merubah ciptaan Allah SWT. 9 Pakaian dan perhiasan merupakan petanda dari peradaban dan kemajuan, dan tidak mengindahkannya berarti kembali kealam hewanlah atau hidup masa purba atau primitive. Kehidupan terus berkembang maju sesuai dengan tabiatnya. Ia tidak akan mendapatkan surut kebelakang kecuali jika terjadi kemunduran pikiran dan perobahan akal tentang kehidupan serta surut kebelakang dari upaya peradaban dan kemajuan kemanusiaan yang dilakukannya karena lupa atau pura-pura lupa. Jika berpakaian merupakan suatu keharusan bagi orang yang berkemajuan, maka bagi perempuan tentulah lebih menonjol. Karena pakaian dapat menjaga agamanya, kehormatannya, kemuliaanya, kepekaanya terhadap hal-hal yang kurang sopan dan rasa malunya. Sifat-sifat ini lebih patut melekat pada perempuan dari pada laki-laki. Karena itu menjaga kesopanan adalah lebih utama dan berhak bagi perempuan. Kekayaan 9
Muhammad bin ibrahim,dkk, Fatwa-fatwa tentang Wanita, terrj. dari al-Fatawa al-Jami‟ah Li al-Mar‟ati al-Muslimah, oleh Ahmad Amin Sjihab, (Jakarta: Darul Haq, 2008), cet ke-5, hal.
26
paling tinggi bagi perempuan ialah keutamaan, rasa malu, dan peka terhadap hal-hal yang menyalahi kesopanan. Menjaga baik sifat-sifat agama ini berarti menjaga kemanusiaan perempuan seluhur-luhurnya.10 Adapun perhiasan perempuan yang boleh ditampakkan dan yang tidak boleh ditampakkan. Masalah ini ada hubungannya dengan masalah menundukkan pandangan yang oleh dua ayat disurah an-Nur: 30-31, Allah perintahkan pada lakilaki dan perempuan. Adapun yang khusus untuk orang perempuan dalam ayat kedua (ayat 31) yaitu: Firman Allah : Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lakilaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) 10
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 7, h.134.
27
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur : 31 ) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma‟ binti Murtsid pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main dikebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya, demikian juga dada dan sanggul-sanggul mereka. Berkatalah Asma‟: “Alangkah buruknya (pemandangan) ini”. Turunnya ayat ini QS. An-Nuur : 31 sampai “auratinnisa” berkenaan dengan peristiwa tersebut yang memerintahkan kepada Kaum Mu‟minat untuk menutup aurat mereka. Kemudian ada seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia di hadapan sekelompok orang-orang, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga dua gelang kakinya bersuara beradu. Maka turunlah kelanjutan ayat ini QS. An-Nuur : 31 dari “wala yadlribna bi arjulihinna” sampai akhir ayat yang melarang wanita menggerak-gerakkan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki.11 Yang dimaksud dengan perhiasan perempuan ialah apa saja yang dipakai berhias dan untuk percantik tubuh, baik berbentuk ciptaan asli seperti wajah, rambut dan potongan tubuh, maupun buatan seperti pakaian, perhiasan, dan tata rias. Dalam ayat diatas Allah memerintahkan kepada orang-orang perempuan supaya menyembunyikan perhiasan tersebut dan melarang untuk menampakannya. Allah tidak memberikan pengecualiaan, melainkan apa yang biasa tampak. Oleh 11
Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat AlQur‟an, hal 356.
28
karena itu, para ulama kemudian berbeda pendapat tentang arti apa yang biasa tampak dan ukurannya. Apakah artinya apa yang biasa nampak karena terpaksa tanpa sengaja, misalnya terbuka karena ditiup angin ataukah apa yang biasa tampak dan memang masalahnya tampak? Kebanyakan ulama salaf berpendapat menurut arti kedua. Misalnya, Ibnu Abbas berkata dalam menafsirkan apa yang tampak itu ialah celak dan cincin. Sahabat yang lain yang berpendapat seperti itu ialah Anas. Karenanya yang boleh dilihat ialah celak dan cincin, berarti boleh dilihat kedua tempatnya, yaitu muka dan kedua telapak tangan. Demikianlah apa yang ditegaskan oleh Said bin Jubair,‟Atha‟,Auza‟i dan lain-lain. Disamping satu kelonggaran ini, ada juga yang mempersempit, misalnya Abdullah bin Mas‟ud dan Nakha‟i. Keduanya menafsirkan perhiasan yang biasa tampak, yaitu selendang dan pakaian yang biasa tampak, yang tidak mungkin disembunyikan. Tetapi, pendapat yang kami anggap lebih kuat (rajih) yaitu dibatasinya pengertian apa yang tampak itu pada wajah dan dua tapak tangan serta perhiasan yang biasa tampak dengan tidak ada maksud kesombongan dan berlebihlebihan seperti celak di mata dan cincin pada tangan. Begitulah seperti yang ditegaskan oleh sekelompok sahabat dan tabi‟in. Ini tidak sama dengan tata rias dan cat-cat yang biasa dipakai oleh perempuan-perempuan zaman sekarang untuk mengecat pipi dan bibir serta kuku (kosmetik). Tata rias ini semua termasuk berlebih-lebihan yang sangat tidak baik, yang tidak boleh dipakai kecuali di dalam rumah. Kebanyakan perempuan sekarang
29
memakai itu semua diluar rumah, untuk menarik perhatian laki-laki. Jadi, jelaslah hukumnya adalah haram.12
B. Bahan Dasar Kosmetik Bahan kosmetika terdiri atas bahan dasar (80-90%), bahan tambahan (5-10%) dan bahan aktif (5%). Bahan dasar yang banyak dipakai dalam pembuatan kosmetika adalah lemak atau minyak, air, alcohol dan pelarut organic lainnya. Sementara itu, bahan aktif yang biasa digunakan adalah vitamin, hormone, protein, enzim, ekstrak binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian, bahan-bahan kosmetik itu berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroba, manusia, dan sintetik kimia. Asal-usul bahan tersebut menentukan kehalalan kosmetik. Bahan kosmetik yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan dan bahan kimia adalah boleh digunakan kecuali beracun dan bahaya kesehatan. Sementara itu, bahan kosmetik yang dibuat dari sumber hewan merupakan bahan yang perlu diwaspadai. Apabila berasal dari hewan yang halal maka titik kritis kehalalanya terletak pada proses penyembelihan. Apabila proses penyembelihan sesuai dengan syariat Islam, maka bahan tersebut boleh digunakan dan kosmetika yang dihasilkannya halal yakni boleh digunakan, Sementara itu, jika bahannya berasal dari hewan yang tidak halal, jelas kosmetika yang dihasilkannya menjadi tidak halal untuk digunakan. 12
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Terj. H. Mu‟ammal Hamidy, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003), h. 211-213.
30
Adapun bahan kosmetik yang diragukan kehalalannya adalah : 1. Sabun merupakan bahan pembersih tubuh yang banyak dipakai oleh manusia sejak bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai manula. Sabun terbuat dari minyak, lemak hewan, tumbuhan, dan basa KOH atau NaOH. Selain itu sering ditambah parfum, bahan pewarna, dan vitamin. Akibatnya, titik kritis kehalalanya tidak hanya terletak pada bahan baku, tetapi juga pada bahan tambahan. 2. Alantoin adalah bahan pengikat air sehingga sering digunakan untuk krim pelembab dan untuk pasta gigi salah satu sumbernya berasal dari produk metabolisme protein hewan yang tidak digunakan lagi oleh hewan tersebut. Kemudian, produk tersebut dikeluarkan oleh hewan dari tubuhnya sehingga bersifat najis. 3. Kolagen dan Elastin merupakan komponen jaringan ikat yang paling banyak sekitar (70%) dan meliputi 30% protein tubuh. Penggunakan untuk krim masih diperdebatkan, tetapi untuk lipstick kemungkinan terbawa masuk mulut. Adapun titik kritis kehalalanya terletak pada asal bahan pembuatannya. Bila kologennya berasal dari hewan yang halal, kosmetik tersebut hukumnya menjadi haram. Sementar itu, bila berasal dari hewan yang halal, maka cara penyembelihannya harus sesuai dengan syari‟at Islam. Elastin merupakan komponen jaringan ikat pada kulit selain kolagen bila kolagen merupakan 70% jaringan ikat kulit, maka elastin mencapai 5%. Kolagen dan Elastin
31
berpengaruh pada elastisitas kulit. Oleh karena itu, keduanya sering dipakai dalam perawatan kulit selain itu, elastin juga dipakai perawatan rambut. 4. Ektrak plasenta dan cairan ketuban dipakai untuk peremajaan kulit. Di Indonesia saat ini banyak digunakan ektrak plasenta anak manusia dan ini merupakan titik kritis kehalalan kosmetika yang menggunakan bahan tersebut. Eksrak plasenta merupakan organ yang berfungsi sebagai media nutrisi untuk janin dalam kandungan atau sering disebut sebagai ari-ari. 5. Asam lemak : Asam linoleak, linolenak, arakhidonat, asam lemak omega-3, omega-6 banyak dipakai dalam industry kosmetik. Dahulu bahan-bahan tersebut digunakan dalam krim untuk kulit kering dan bersisik serta kuku yang rapuh. Kini bahan-bahan tersebut digunakan untuk memperbaiki keadaan kuluit dan kulit kepala yang sangat berminyak. Beberapa asam lemak tersebut tergolong asam lemak tak jenuh yang tidak stabil. Oleh karena itu perlu bahan penstabil yang mungkin saja haram. 6. Vitamin A, E, dan C yang bersifak tidak stabil vitamin A (B-karoten) terbuat dari sari minyak hati ikan dan mamalia, permentasi atau sintetik kimiawi. Vitamin E (oftokerol) terbuat dari tanaman, hewan, sintetik kimiawi. Vitamin C (Ascorbic Acid) terbuat dari tanaman dan sintetik kimiawi. Vitamin-vitamin tersebut tifdak stabil sehingga membutuhkan bahan tambahan yang berfungsi sebagai penstabil. Oleh karena itu perlu diwaspadai penggunaan coating dan asam lemak sebagai bahan penstabil.
32
7. Melatonin merupakan hormone yang diproduksi oleh kelenjar pineal yang terdapat di otak. Bahan tersebut berguna untuk menghambat penuaan. Raw Glandular adalah tablet yang berisi ekstrak jaringan kelenjar organ hewan yang digunakan untuk memperbaiki nutrisi lingkungan kelenjar endoktrin seperti thymus, ovarium, pituitary, dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dicurigai kehalalannya. 8. Hormone estrogen dibutuhkan dalam rangka hormonal replacement theraphy pada wanita menaphouse melalui suntikan atau diminum. Hormone ini biasanya diisolasi dari organ hewan. Oleh karena itu, di sinilah letak titik kritis kehalalan hormone.13 C. Hal-Hal Yang Dilarang Dalam Berhias dan Kosmetik Hal-hal yang dilarang dalam berhias 1. Emas dan sutra asli Emas dan sutra asli adalah dua macam perhiasan yang diharamkan pemakaiannya untuk laki-laki, sebaliknya dihalalkan bagi orang-orang perempuan. Umar ra. Pernah berkata :
اَٛش فٗ انذٚ يٍ نثظ انحش: ّ ٔعهىٛ لال سعٕل اهلل صهٗ اهلل عه: ٔعٍ اَظ سضٗ اهلل عُّ لال )ّٛ ( يرفك عه.خشجٜهثغّ فٗ اٚ نى Artinya: Dari Anas ra. Ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda:” Barang siapa yang memakai kain sutera di dunia, maka tidak akan memakainya kelak di akhirat. ( H.R. Bukhari dan Muslim). 13
Sopa, Sertifikasi Halal Mejelis Ulama Indonesia Studi atas Fatwa Halal MUI terhadap Produk Makanan, Obat-obatan dan Kosmetika, cet pertama (Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2013), h.119-121.
33
Rasulullah saw pernah melihat seorang laki-laki memakai cincin emas ditangannya, kemudian oleh Nabi dicabutnya cincin itu dan dibuang ke tanah. Kemudian Beliau bersabda :
, اصطُع خاذًا يٍ رْة,ّ ٔعهىٛ اٌ سعٕل اهلل صهٗ اهلل عه.س اتٍ عًشسضٗ اهلل عًُٓاٚحذ ,ّ شى اَّ جهظ عهٗ انًُثشفُضع.ىٛ فصُع انُاط خٕاذ,ّجعم فصّ فٗ تاطٍ كفٛ ف,ّهثغٚ ٌٔكا " الانثغّ اتذا, "ٔاهلل: شى لال.ّ" اَٗ كُد انثظ ْزاانخاذى ٔاجعم فصّ يٍ داخم" فشيٗ ت:فمال )ٖ (سٔاِ انثخاس.ٓىٛفُثزاانُاط خٕاذ Artinya: Ibnu Umar ra. Berkata: Rasulullah saw. Membuat cincin emas, dan ketika memakainya meletakkan matanya dibagian dalam tapak tangan, maka orang-orang juga membuat cincin emas itu, dan ketika Nabi saw duduk di atas mimbar tiba-tiba ia mencabut cincinnya sambil berkata: “sungguh aku telah memakai cincin ini dan aku meletakkan matanya di dalam perut telapak tangan”. Kemudian melemparkan (membuang) cincin itu dan bersabda: “Demi Allah aku tidak akan memakainya lagi untuk selamanya”. Maka orang-orang juga membuang cincin mereka.” (H.R.Bukhari) Adapun
seorang
laki-laki
memakai
cincin
perak,
Rasulullah
memperbolehkannya, sebagaimana yang tersebut dalam hadits riwayat Bukhory, bahwa Rasulullah sendiri memakai cincin perak, yang kemudian cincin itu pindah ke tangan Abu Bakar, kemudian pindah ke tangan Umar dan terakhir pindah ke tangan Usman sehingga akhirnya jatuh ke sumur Aris (di Quba‟).14 Dalam berhias juga berkaitan dengan penggunaan emas dan sutera, baik lakilaki maupun perempuan. adapun hikmah diharamkannya emas dan sutera bagi lakilaki adalah: a. Diharamkannya kedua jenis barang ini bagi laki-laki karena Islam bermaksud memberikan pendidikan akhlak yang tinggi. Sebab Islam adalah agama jihad 14
188.
Imam Al-Ghozali, Halal dan Haram, penterjemah M.A.Asyari, (CV. Bintang Remaja), t. th. h.
34
dan kekuatan, ingin melindungi keperwiraan laki-laki dari simbol-simbol kelemahan, kejatuhan dan kemerosotan. Laki-laki yang telah diberi keistimewaan oleh Allah dengan susunan organik yang berbeda dengan perempuan, tidak layak kalau ia meniru perempuan dalam bermegah-megahan dengan perhiasan dan pakaian b. Di balik pengharaman ini terdapat tujuan sosial, yaitu sebagai bagian dari program Islam di dalam memberantas pola hidup mewah. Hidup mewah menurut pandangan al-Qur‟an sama dengan kemerosotan yang akan menghancurkan umat (bangsa). Di samping itu, hidup bermewah-mewahan merupakan sikap permusuhan terhadap semua risalah kebenaran, kebaikan, dan perdamaian. Allah berfirman: “jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya belaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu. c. Di balik semua itu, dari segi ekonomi, karena emas merupakan standard uang internasional, maka tidak patut emas dan sutera dipergunakan untuk bejana atau perhiasan bagi laki-laki. Adapun hikmah dibolehkannya emas dan sutera bagi perempuan adalah untuk memelihara perasaan perempuan sesuai dengan sifat kewanitaannya dan fitrahnya yang suka berhias. Hanya saja disyaratkan
35
tidak boleh berhias hingga dapat menarik kaum laki-laki dan membangkitkan syahwat.15 2. Pakaian wanita yang mempertajam bagian tubuh Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian yang membentuk dan tipis sehingga nampak kulitnya. Termasuk di antaranya ialah pakaian yang dapat mempertajam bagian-bagian tubuh khususnya tempat-tempat yang membawa fitnah. Dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: ٌ َاِٛ « صُِْفَاٌِ يٍِْ أَْْمِ انَُّاسِ نَىْ أَسًََُْا َلْٕوٌ يَعَُٓىْ ع-ّ ٔعهىٛصهٗ اهلل عه- َِّّْ َشجَ لَالَ لَالَ َسعُٕلُ انهَٚعٍَْ أَتِٗ ُْش ط َخدِ انًَْائِهَحِ ال ْ ُالخٌ ُسءُٔعٍَُُّٓ كََؤعًَُِْحِ انْث َ الخٌ يَا ِئ َ ًَُِٛاخٌ يَِٚاخٌ عَاسَِٛضْشِتٌَُٕ تَِٓا انَُّاطَ َٔ َِغَاءٌ كَاعٚ ِكَؤَرََْابِ انْثَمَش » َشجِ كَزَا َٔكَزَإُِٛجَذُ يٍِْ َيغَٛحََٓا نِٚحََٓا َٔإٌَِّ سَِٚجِذٌَْ سٚ ََذْخُهٍَْ انْجََُّ َح َٔالٚ Artinya: "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallambersabda: "Dua golongan dari penghuni neraka yang belum aku temui; suatu kaum yang selalu membawa cemeti bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya dia memukuli manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, cenderung tidak taat, berjalan melenggak-lenggok, rambut mereka seperti punuk onta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga tercium dari jarak sekian". HR. Muslim.
Mereka dikatakan berpakaian, karena memang mereka itu melilitkan pakaian ke tubuhnya, tetapi pada hakekatnya pakaiannya itu tidak berfungsi menutup aurat, karena itu mereka dikatakan telanjang, karena pakaiannya terlalu tipis sehingga dapat memperlihatkan kulit tubuh, seperti kebanyakan pakaian perempuan sekarang ini.
15
Yusuf Qardhawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam,.h. 73-74.
36
Bukhtun adalah salah satu macam daripada unta yang mempunyai punuk besar rambut orang-orang perempuan seperti punuk unta tersebut karena rambutnya ditarik ke atas. 3. Pakaian yang berlebih-lebihan dan untuk kesombongan Rasulullah saw melarang orang berlebih-lebihan berpakaian dalam rangka supaya dapat menimbulkan rasa angkuh, menyombongkan diri kepada orang lain. Berlebih-lebihan yaitu melewati batas ketentuan dalam menikmati yang halal. Dan yang disebut kesombongan ialah erat sekali hubungannya dengan masalah niat, dan hati manusia berkait dengan masalah yang zahir. Dengan demikian apa yang disebut kesombongan itu ialah bermaksud untuk bermegah-megahan dan menunjukan serta menyombongkan diri terhadap orang lain. Padahal Allah sama sekali tidak suka terhadap orang yang sombong.16 Firman Allah “kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QR. Al-Hadid:23) Rasulullah saw, juga bersabda :
ُظشاهللٚ الء نىٛ يٍ جشّشٕتّ خ:ّ ٔعهّى لالّٛ صهّٗ اهلل عهٌٙ انُّث ّ ٔعٍ اتٍ عًشسضٗ اهلل عًُٓا ا فمال,ِغرشخٗ االّاٌ ا ذعاْذٚ ٌٖ اصاس ّ ا سعٕل اهلل اٚ ُّ فمال اتٕتكشسضٗ اهلل ع.ا يحٕٛو انمٚ ّٛان ) (سٔاِ انثخاس٘ ٔيغهى.الءٛفعهّ خٚ ًٍّ اَّك نغد ي.ّ ٔعهّىٛنّ سعٕل اهلل صهّٗ اهلل عه Artinya:
16
Imam Al-Ghozali, Halal dan Haram, hal 193.
37
Ibnu Umar ra berkata: bersabda Nabi saw: “ siapa yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong, Allah tidak melihat kepadanya dengan pandangan rahmat pada hari kiamat”. Maka Abu Bakar bertanya: “ya Rasulullah, kain saya selalu turun kebawah mata kaki kecuali jika saya jaga benar-benar”. Bersabda Nabi: “Engkau tidak berbuat itu karena sombong”. (H.R. Bukhari dan Muslim) 4. Tatto Dari Ibnu Mas‟ud ia berkata Rasulullah bersabda: ِ نَعٍََ انهَُّ ا ْنَٕاشًَِاخِ َٔانًُْغْ َر ْٕشًَِاخِ َٔانَُايِصَاخِ َٔانًُْرًََُِصَا:ََسَٔ٘ اْنثُخَاسُِ٘ ٔ ُيغْهِىٌ عٍَْ عَثْذِ انهَِّ تٍِْ َيغْ ُعْٕدٍ لَال خ ِ َٔ َُْٕ فِٗ كِرَاب-ّ ٔعهىٛصهٗ اهلل عه- َِّ َٔيَا نَِٗ الَ أَنْعٍَُ يٍَْ نَعٍََ َسعُٕلُ انه.َِِّشَاخِ خَ ْهكَ انهَٛحغٍِْ انًُْغ ُ َْٔانًُْرَفَهِجَاخِ نِه )انهَِّ (َٔيَا آذَاكُىُ ان َشعُٕلُ فَخُزُٔ ُِ َٔيَا ََٓاكُىْ عَُُّْ فَاَْرَُٕٓا Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah ibn Mas‟ud radhiallahu anhu, beliau berkata: Alloh Ta‟ala melaknat perempuan-perempuan yang mentato dan yang minta ditato, dan yang mencabut atau mencukur rambut dan yang mengikir gigi utk memperindah, Perempuan-perempuan yang mengubah ciptaan Allah Ta‟ala… Mengapa aku tidak melaknati orang yang dilaknati Rasulallah SAW sementara hal itu juga ada dalam Kitabullah, “Dan apa-apa yang Rosul bawa untuk kalian maka maka terimalah dan apa-apa yang dilarang kepada kalian maka tinggalkanlah oleh kalian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Dalam hadits ini terdapat kalimat (ِ )ا ْنَٕاشًَِاخyang berarti perempuan yang membuatkan tato. Sedangkan objeknya dinamakan ( )انًٕشٕيحyaitu wanita yang ditato. Pembuat tato dan yang ditato sama-sama dilaknat Allah Ta‟ala sebagaimana dalam hadits tersebut. Bahkan menurut Syaikh Muhammad al-Syarif, “Membuat tahi lalat pada wajah dengan celak atau tinta juga dinamakan tato.” Bahkan menurut Imam Syafi‟I, tempat yang ditato itu menjadi najis. Jadi apabila dimungkinkan, wajib dihilangkan. Kalu tidak dapat kecuali dengan cara dilukai, itupun masih tetap wajib dihilangkan dengan segera, apabila tidak menimbulkan kesulitan, bahaya ataupun kebinasaan. Tapi apabila dikhawatirkan akan
38
menimbulkan kerusakan, hilangnya salah satu anggota tubuh ataupun luka berat, maka tidak wajib menghilangkannya.17 Dr. Abdul Hadi Muhammad Abdul Ghaffar, seorang konsultan penyakit kulit dan kelamin, sebagaimana dikutip Khairul Amru Harahap, menyatakan bahwa: “bahan-bahan yang digunakan untuk tato dapat menyebabkan alergi pada kulit. Jika bahan tato tersebut mengandung zat minyak, maka dapat mengakibatkan kanker kulit. Selain itu, jarum yang digunakan untuk membuat tato juga dapat menularkan penyakit-penyakit menular seperti hepatitis, AIDS, dan lainnya.”18 5. Mencukur Alis Mata Kaum wanita tidak boleh mengubah sesuatu dari penciptaannya yang telah Allah ciptakan untuknya baik menambah atau mengurangi, supaya tampak lebih baik dan lebih cantik, baik untuk suaminya atau untuk yang lain, seperti wanita yang memiliki alis yang berdekatan, lalu menghilangkan bulu-bulu yang ada di antara keduanya yang menghasilkan terpisahnya kedua alis atau sebaliknya. Atau rambut yang pendek atau rontok lalu disambung dengan rambut orang lain.Kesemuanya masuk ke dalam larangan yaitu: merubah ciptaan Allah. Sebagian ulama bermazhab Hambali berkata,”Boleh bagi wanita merias wajahnya dengan izin suaminya. Menghias yang dimaksud adalah mencabuti bulu-bulu berserak yang tumbuh di wajahnya, berbedak, bergincu dan pemerah wajah. Sebab itu sebagian dari hiasan wanita.” 17 18
Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Muslimah, ....h. 105. Abu Malik Kamal bin as-Sayid Salim,Shahih Fikih Sunnah,....h. 99.
39
Ath-Thabari meriwayatkan dari istri Abu Ishaq, bahwa istrinya itu pergi mengunjungi Aisyah. Dia berkata,”Bolehkah bagi wanita mencabut bulu-bulu yang ada di keningnya untuk suaminya? Aisyah menjawab,”Hindarilah sakit semampu anda.” Karena Rasulullah saw
melaknat wanita yang mencukur alis dan yang
meminta dicukur alisnya. (HR. Bukhari dan Muslim)19 6. Wangi-wangian Ketahuilah bahwa keluarnya seorang perempuan dalam keadaan berhias atau memakai minyak wangi dengan keadaan menutup aurat hukumnya makruh tanzih, tidak haram. Hal itu menjadi haram jika perempuan tersebut bertujuan untuk pamer (mendapatkan pandangan mata) dari kaum laki-laki; artinya bertujuan membuat fitnah terhadap mereka. َُِشُ َدٚ ْسّلَمَ إِذَا ُأتِّيَ بِطِيبٍ لَم َ َهلل عَ َّليْهِ و ُ صّلَى ا َ ُ " كَانَ ال َّنبِّي:َ قَال،ٍس بْنِ مَالِك ِ َعَنْ أَن Dari Anas bin Maalik, ia berkata : “Apabila Nabi shallallaahu „alaihi wa sallam diberikan wewangian, maka beliau tidak pernah menolaknya” (Diriwayatkan oleh An-Nasaa‟iy no. 5258, Ahmad 3/118, dan yang lainnya; dishahihkan oleh AlAlbaaniy dalam Shahiih Sunan An-Nasaa‟iy 3/399). Dan bagi wanita minyak wangi merupakan perhiasan yang dianjurkan dipakai di hadapan suaminya. ٍِْةِ يِٛ تِانطِٙ يَا ن:ْ َٔلَانَد،َْٓاَٛحدْ رِسَاع َ َ فَ ًَغ،ٍةِٛعدْ ِتط َ ََٓا دُِٛ أَتِٙ نًََا جَاءََْا َع،ٌََاْٛ عُفِٙثَحَ تِ ُْدِ أَتِٛعٍَْ أُوِ حَث َْٕٗوِ انْآخِشِ ذُحِذُ عَهَٛ َْحِمُ نِايْشََأجٍ ُذؤْيٍُِ تِانهَ ِّ َٔانٚ " نَا:َُمُٕلٚ َِّْ َٔعَهَىََٛ صَهَٗ اهللُ عَهِٙ عًَِ ْعدُ انَُثََِٙ َنْٕنَا أ،ٍحَاجَح " عشْشًا َ َٔ دٍ َف ْٕقَ شَهَازٍ إِنَا عَهَٗ َصْٔجٍ أَسْتَعَحَ َأشُْٓ ٍشَِٛي Dari Ummu Habiibah bintu Abi Sufyaan : Ketika datang berita kematian ayahnya, ia meminta wangi-wangian. (Setelah didatangkan), ia pun mengusapkannya pada kedua hastanya seraya berkata : “Sebenarnya aku tidak membutuhkan wangiwangian ini seandainya aku tidak mendengar Nabi shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda : „Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari 19
Amru Abdul Karim Sa‟dawi, Wanita dalam fiqih Al-Qaradhawi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009) cet 1, h. 318.
40
akhir berkabung pada seorang mayit lebih dari tiga hari, kecuali pada suaminya yaitu selama empat bulan sepuluh hari” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy) Maksudnya, Ummu Habiibah sebenarnya masih sedih atas kematian ayahnya, namun syari‟at melarangnya untuk berkabung lebih dari tiga hari. Oleh karena itu, pada hari ketiga ia meminta wangi-wangian untuk ia pakai berhias di hadapan suaminya (Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam), karena masa berkabung telah habis.
Hal-hal yang dilarang dalam kosmetik 1. Berbahan Haram dan Najis Bahan-bahan yang berpeluang berasal dari hewan merupakan jenis bahan yang harus diwaspadai dalam memilih kosmetika. Jika kosmetika yang mengandung bahan hewani yang tidak halal, maka penggunaan luar menyebabkan menjadi tergolong bahan najis, sedangkan jika penggunaan kosmetika ini secara oral maka bahan tersebut menjadi haram. Bahan-bahan turunan lemak merupakan bahan yang sangat umum digunakan dalam kosmetika untuk berbagai tujuan. Asal usul lemak yang digunakan harus menjadi perhatian karena mungkin berasal dari tumbuhan dan berpeluang berasal dari hewan. Contoh bahan turunan lemak yang sering ditemukan adalah gliserin dan asam-asam lemak. Selain dalam bentuk turunannya, lemak juga digunakan dalam pebuatan sabun. Bahkan lemak hewan yang berasal dari sapi atau kambing yang dikenal dengan istilah tallow serta lemak babi yang dikenal dengan istilah lard masih digunakan oleh beberapa pprodusen untuk membuat sabun.
41
Bahan hewani yang saat ini sangat populer digunakan dalam kosmetika dengan tujuan mencegah keriput sehingga dapat mencegah penuaan dini adalah kolagen, elestin, dan plasenta. Ketiganya dapat ditemukan sebagai bahan kosmetika kuloit maupun yang dikonsumsi secara oral. Kolagen dan elestin merupakan jaringan ikat kulit, otot, dan tulang, yang tentunya berasal dari hewan. Sumbernya bisa berasal dari hewan apa saja, sehingga kehalalanya perlu dipertranyakan. Sedangkan plasenta merupakan organ yang mensuplai kebutuhan nutrisi bayi selama dalam kandungan. Plasenta akan keluar bersamaan dengan lahirnya sang bayi, saat ini plasenta banyak digunakan sebagai bahan kosmetika. Asalnya tentunya dari hewan, akan tetapi tidak tertutup kemungkian adanya produsen yang menggunakan plasenta manusia. Bahkan beberapa informasi terakhir menyebutkan bahawa penggunaan organ manusia unntuk obat kecantikan tidak hanya terbatas pada plasenta, melainkan ada produk yang secara ilegal sudah masuk ke Indonesia yang diproduksi dari embrio manusia. Obat ini disebut life essence of whole embryo yang dipercaya dapat membuat awer muda, mengobatik pemyakit-penyakit degeneratif dan memperbaiki fungsi seksual. Produk ini masuk secara ilegal dan dipasarkan secara tertutup pula. Rupanya keinginan untuk tetap cantik, sehat dan awet muda telah menutup rasa kemanusiaan dan mengiring manusia kearah kanibalisme. Bagaimana hukum penggunaan organ manusia dalam kosmetika? MUI melalui fatwa No. 2/MunasVI/MUI/2000 telah memutuskan bahwa penggunaaan kosmetika yang mengandung atau berasal dari bagian organ manusia hukumnya adalah Haram.20 20
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, Majelis Ulama Indonesia, Halal
42
2. Menggunakan bahan yang berbahaya Kosmetik sejak dahulu sudah mendapat peran penting bagi wanita dalam merubah
penampilannya
agar
terlihat
lebih
menarik.
Seiring
dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetik muncul dipasaran. Namun tidak semua kosmetik itu memenuhi kaidah farmasetika yaitu aman, berkhasiat, dan berkualitas. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan peringatan kepada masyarakat tentang kosmetik yang mengandung bahan dan zat warna yang dilarang. Beberapa bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik : a.
Merkuri merupakan logam berat yang berbahaya. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih bisa menimbulkan berbagai dampak seperti perubahan warna kulit yang menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi dan iritasi kulit. Pemakaian merkuri dalam jumlah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin. Dalam jangka pendek bisa menyebabkan muntah-muntah, kerusakan paru-paru dan kanker,
b.
Hydroquinone adalah zat reduktor yang mudah larut dalam air dan lazim digunakan dalam proses cuci cetak foto. Kemampuan hydroquinone untuk menghambat pembentukan melanin (zat pigmen kulit) menjadikannya sebagai bahan kosmetik yang populer yaitu untuk produk skin whitening (pemutih). Namun penggunaan hydroquinone dalam jangka panjang dan berddosis tinggi
dan Haram Pada Produk Sehari-hari, (Pustaka Jurnal Halal, 2007), hal 15.
43
dapat membuat kulit merah dan rasa terbakar serta kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati, c.
Sodium Lauril Sulfat (SLS) sering terdapat pada sabun, campuran shampo, pasta gigi, dan pembersih badan. Sodium Lauril Sulfat (SLS) juga mengandung formaldehid yang dapat memicu alergi, asma, sakit kepala, depresi, pusing dan nyeri sendi. SLS dapat menyebabkan iritasi kulit yang hebat dan menyebabkan gangguan pada mata atau katarak,
d.
Zat warna Rhodamin adalah zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zar warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik. Rhodamin dalam penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati,
e.
Bahan pewarna merah K.3 (CI 15585) Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075) merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini merupakan zat karsinogenik.
Rhodamin
B
dalam
penggunaan
dosis
tinggi
dapat
menyebabkan kerusakan hati, f.
Bahan Pengawet Paraben. Paraben pada umumnya digunakan untuk kosmetik, deodoran, dan beberapa produk perawatan kulit lainnya. Zat ini dapat menyebabkan kemerahan dan alergi pada kulit,
g.
Propylene Glycol. Ditemukan pada beberapa produk kecaktikan, kosmetik dan pembersih wajah. Zat ini didapat menyebabkann kemerahan pada kulit dan
44
demantitis kontak. Studi terakhir juga menunjukan bahwa zat ini dapat merusak ginjal dan hati, h.
Isopropyl Alcohol. Alkohol digunakan sebagai pelarut pada beberapa produk perawatan kulit. Zat ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak lapisan asam kulit sehingga bakteri dapat tumbuh dengan subur. Disamping itu, alkohol juga dapat menyebabkan penuaan dini,
i.
DEA
(Diethanolamine),
TEA
(Triethanolamine)
and
MEA
(
Monoethanolamine). Bahan ini banyak ditemukan pada kosmetik dan produk perawatan kulit. Bahan-bahan berbahaya ini dapat menyebabkan reaksi alergi dan penggunaan jangka panjang diduga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal dan hati. j.
Minyak Mineral. Minyak mineral terbuat dari turunan minyak bumi dan sering digunakan sebagai bahan dasar membuat krim tubuh dan kosmetik. Baby oil dibuat dengan 100% minyak mineral. Minyak ini akan melapisi kulit seperti mantel sehingga pengeluaran toksin dari kulit menjadi terganggu. Hal ini akan menyebabkan terjadinya jerawat dan keluhan kulit lainnya.21
D. Konsep Maqasid Al-Syari'ah 1. Pengertian dan tujuan maqasid al-syari'ah Secara lughah (bahasa) Maqasid al-Syari'ah terdiri dari dua kata, yaitu: Maqasid dan al-Syari'ah. Maqasid adalah bentuk jamak dari maqsid yang berakar dari kata
21
Salma, Kosmetik Wanita, Fakultas Pertanian dan Biologi, Prodi Biologi, Universitas Negri Bangka Belitung.
45
qashada yang berarti menghendaki, kesengajaan atau tujuan. Sedangkan syari'ah secara bahasa انًٕاضع ذحذ سانٗ انًاءyang berarti jalan menuju sumber air. Dari definisi secara bahasa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa di antara syari'ah dengan air sangat berkaitan yaitu kaitan antara cara dan tujuan, syari'ah sebagai cara dan air sebagai tujuan. Jalan menuju sumber air ini dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok kehidupan.22 Sedangkan secara istilah Syeikh al-Azhar Mahmoud Syaltout memberikan pengertian bahwa syari'ah adalah aturan-aturan Tuhan yang diciptakan oleh Allah untuk dipedomani manusia baik sesama muslim maupun non muslim dan seluruh kehidupan.23 Menurut Ushul Fiqh, yang dimaksud dengan maqasid al-syari'ah adalah berbagai tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian syara' dan ingin mewujudkan dalam keseluruhan hukum-hukumnya dan berbagai rahasia yang diciptakan oleh Allah sebagai pembuat syari'ah pada setiap hukum-hukumnya.24 Dalam karyanya al-Muwafaqat, al-Syathibi mempergunakan kata yang berbeda berkaitan dengan maqasid al-syari'ah. kata itu adalah maqasid al-syari'ah, maqasid al-syari'ah fi al-syari'ah, dan maqasid min syari al-hukm.25 Hemat penulis walaupun dengan kata-kata yang berbeda, mengandung pengertian yang sama yakni 22
Fazhurahman, Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), hal 140.
23
Mahmoud Syaltoud, Islam; Aqidah wa Syari'ah, (al-Qahirah: Dar al-Qolam, 1966),jilid 1, hal
12. 24
Ahmad Qarib, ushul fiqh 2, (Jakarta: PT. Nimas Multinas, t.th), hal 170. Al-Syathibi, al-Muwafaqat Fi Ushul al-Syari'ah, Selanjutnya Disebut Dengan Al-Muwafaqat, (Kairo: Mustofa Muhammad, t.th), hal 21. 25
46
tujuan hukum yang diturunkan oleh Allah. Sedangkan tujuan-tujuan syari'ah adalah tujuan akhir serta rahasia-rahasia yang diberikan oleh Allah di dalam hukumhukumnya.26 Tujuan syari'ah itu pada hakikatnya adalah tujuan pencipta syari'ah itu sendiri, yang menjadi arah setiap perilaku dan tindakan manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan mentaati semua hukum-hukumnya. Tujuan pokok dari pencipta syari'ah tersebut adalah maslahat manusia. Dengan demikian antara maqasid al-syari'ah dengan maslahah menjadi istilah yang dapat dipertukarkan. Di bawah ini penulis jelaskan pengertian maslahah dan macam-macamnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa maslahat artinya sesuatu yang mendatangkan kebaikan, faedah dan guna. Sedangkan kemaslahatan berarti kkegunaan, kebaikan, manfaat, kepentingan.27 Secara tekhnis, term maslahah dipahami sebagai pemeliharaan terhadap makna atau prinsip-prinsip dari syari'ah yaitu memelihara kemanfaatan atau mencegah kemudharatan dari kehidupan manusia. Namun, apabila term al-maslahah al-mursalah dipergunakan, maka term tersebut bermakna kepentingan (kemaslahatan) manusia yang tidak atau belum diatur ketentuannya oleh syara' dan tidak ditemukan
26
(Wahbah Zuhaili, Konsep Darurat Dalam Huum Islam, Study Banding Dengan Hukum Positif, (Jakarta: Gaya Medika Pratama, 1997), cet ke-1, hal 92. 27 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet ke-2, hal 634.
47
nash yang menyatakan kebolehan atau tidak kebolehannya.28 Imam al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Nasrun Haroen memandang bahwa kemaslahatan harus sesuai dengan tujuan syara' sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia, karena kemaslahatan manusia tidak selamanya didasarkan kepada kehendak syara', tetapi sering didasarkan pada kehendak hawa nafsu. Tujuan syara' yang harus dipelihara tersebut ada lima bentuk yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada intinya untuk memelihara kelima aspek tujuan syara' diatas, maka dinamakan maslahah. Disamping itu, upaya untuk menolak segala kemudharatan yang berkaitan dengan kelima aspek tersebut juga dinamakan maslahah.29 2. Tingkatan Maqasid al-Syari'ah Penulis telah mengemukakan bahwa dari segi substansi, maqasid al-syari'ah adalah kemaslahatan. Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok tersebut dapat diwujudkan dan dipelihara. kelima unsur tersebut adalah agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Lima unsur pokok diatas dalam literatur-literatur hukum Islam lebih dikenal dengan Ushul al-Khamsah. Guna kepentingan menetapkan hukum, Yusuf Qardawi membagi dalam tiga urutan pokok yaitu: daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat.30 a. Maslahah al-Dharuriyyat 28 29
30
Abd al-Wahhab Khallaf, 'Ilm Ushul al-Fiqh, (Quwait: Dar al-Qalam, 1398 H / 1978 M), hal.84. Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: logos, 1996), cet ke-1, jilid 1, hal 114.
Yusuf Qardawi, Fiqih Prioritas; Urutan Amal Yang Terpenting Dari Yang Terpenting, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal 15.
48
Yaitu kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan di akhirat. kemaslahatan itu ada lima yaitu : memelihara agama,, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan dan memelihara harta.31 b. Maslahah al-Hajiyyat Yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan dalam penyempurnaan kemaslahatan pokok (mendasar). Kebutuhan ini dapat menghindari manusia dari kesulitan dalam kehidupan. Tidak terpeliharanya kelompok ini akan mengancam eksistensi kelima pokok diatas, tetapi hanya akan menimbulkan kesulitan bagi mukallaf. Kelompok ini erat kaitannya dengan ruksah atau keringanan dalam hukum fiqh. Misalnya dalam bidang ibadah diberi keringanan meringkas (qasr) shalat dan berbuka puasa bagi orang yang sedang musafir, dalam bidang muamalah dibolehkan berburu binatang dan memakan makanan yang baik-baik, dibolehkan melakukan jual beli pesanan (bay al-salam). semua ini disyari'atkan oleh Allah SWT utuk mendukung kebutuhan mendasar al-mashalih al-khamsah di atas.32 c. Maslahah al-Tahsiniyyat Yaitu kemaslahatan yang sifatnya pelengkap berupa keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya. Misalnya dianjurkan untuk memakan makanan yang bergizi, berpakaian yang bagus-bagus, melakukan ibadah-ibadah sunat
31 32
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1..., Op.Cit., hal 115. Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: logos wacana ilmu, 1997), hal 127.
49
sebagai amalan tambahan.33Pada hakikatnya baik kelompok daruriyyat, hajiyyat, tahsiniyyat, dimaksudkan untuk memelihara maupun mewujudkan kelima pokok seperti yang disebutkan diatas. Penulis menyimpulkan bahwa maqasid al-daruriyyat dimaksudkan untuk memelihara lima unsur pokok diatas dalam kehidupan manusia. Maqasid al-hajiyyat dimaksudkan untuk agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk penyempurnaan pemeliharaan lima unsur pokok. Tidak terwujudnya aspek daruriyyat dapat merusak kehidupan di dunia dan di akhirat secara keseluruhan. Pengabaian terhadap aspek hajiyyat tidak sampai merusak keberadaan lima usur pokok, akan tetapi hanya membawa kepada kesulitan bagi manusia sebagai mukallaf dalam merealisasikannya. Sedangkan pengabaian aspek tahsiniyyat membawa upaya lima unsur pokok tidak sempurna. Sebagai contoh, dalam pemeliharaan unsur agama, aspek daruriyyat antarra lain mendirikan shalat. Shalat merupakan aspek daruriyyat, kehrusan menghadap kiblat merupakan aspek hajiyyat, dan menutup aurat merupakan aspek tahsiniyyat. Selama ini konsep maslahat yang kita kenal adalah maslahah mursalah dan maslahah mu‟tabarah . jika yang pertama merupakan kemaslahahtan yang tidak memiliki sumber-sumber tekstual dari al-Qur‟an maupun al-hadits, maka yang kedua merupakan kemaslahatan yang ditetapkan Allah SWT untuk melaksanakannya sesuai dengan petunjuk dalil-dalil yang ada.34 Abd al-Wahab Khallaf merumuskan beberapa persyaratan yang harus 33
34
Ibid, Nasrun Haroen, hal 116.
M. Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Al-Qahirah: Dar al-Fikr al-Araby, t.th), hal 279.
50
dipenuhi untuk menerapkan konsep maslahah, yaitu pertama, bahwa maslahah itu harus ada secara hakiki dan bukan hanya sebatas diangankan. Artinya, bahwa maslahat itu benar-benar untuk menarik manfaat dan menolak kemudharatan. Kedua, bahwa maslahat itu bersifat umum (demi kepentingan umum) dan bukan untuk kepentingan pribadi. Ketiga, bahwa kemaslahatan itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip yang dikandung oleh nash. Namun perlu diingat bahwa maslahah secara simplisit bisa dimaknai sebagai meraih kelezatan dan kenikmatan, tapi bukan berarti hanya semata-mata untuk memenuhi keinginan-keinginan nafsu syahwat dan naluri jasmani. Dari sini lalu syara‟ memberi batasan untuk mendapatkan berbagai maslahah dan cara menikmatinya. Meskipun dengan keterbatasan, kemampuan pandangan manusia terkadang terkungkung dalam pencampuran antara mafsadah dan maslahah.35 Dengan pengertian lain, bahwa ada kalanya suatu perbuatan di satu sisi merupakan maslahah tapi di sisi lain menjadi mafsadah atau sebaliknya. Dalam masalah duniawi, yang perlu diperhatikan adalah unsur mana yang lebih kuat, jika unsur maslahatnya lebih kuat maka ia disebut maslahah, namun jika yang lebih kuat adalah unsur mafsadahnya, maka ia adalah mafsadah.36 Dalam permasalahan penggunaan serbuk emas dalam kosmetik, Islam memandang dari segi sebab atau motivasi melakukannya perawatan wajah dengan kosmetik tersebut. Islam sangat memperhatikan kemaslahatan bagi umat manusia. 35
Abd al-Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (al-Qahirah: Dar al-Qalam,1978), hal 83. Khatib Shaleh, Fiqih Kemaslahatan; Menimbang Maqasid Asy‟ariyyah Syathibi, (Surabaya: elSAD, 1999), edisi 003, hal 109. 36
51
Sehingga tercapai tujuan syari‟ah (maqasid al-syari‟ah) yang lima yaitu, memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, dan Islam menjadikannya haram apabila mendatangkan lebih banyak kemudharatan dibanding manfaatnya.
BAB III PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI INDONESIA
A. Pengawasan Obat dan Makanan Di Indonesia Sebelum Tahun Berdirinya Sejauh ini kita mengenal Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hanya sebatas badan pemerintah yang memiliki kewenangan mengawasi peredaran produk makanan dan obat-obatan, padahal ada juga BPOM Kosmetik yang bertanggung jawab terhadap peredaran produk kecantikan dan perawatan kulit. Badan Pengawas Obat dan Makanan sudah terbentuk sejak zaman Belanda dengan nama Dv.G (De Dients van De Valks Gezonheid) yang dalam organisasi tersebut ditangani oleh Inspektorat Farmasi hingga tahun 1964. Dilanjutkan oleh Inspektorat Urusan Farmasi pada tahun 1967 dan oleh Direktorat jenderal Farmasi hingga tahun 1976, dengan tugas pokok mencukupi kebutuhan rakyat akan perbekalan farmasi. Pada tahun 1975, pemerintah mengubah Direktorat Jenderal Farmasi menjadi Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, dengan tugas pokok melaksanakan pengaturan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan, obat tradisional, narkotika serta bahan berbahaya. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibentuk unit pelaksanaan teknis yaitu Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan di Pusat dan Balai Pengawas Obat dan Makanan di seluruh provinsi. Berdasarkan keputusan Presiden No. 166 tahun 2000 yang kemudian diubah dengan Kepres No 103/2002 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
52
53
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen. Badan POM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada presiden dan dikoordinasikan dengan Menteri Kesehatan. Pembentukan Badan POM ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Badan Pengawa Obat dan Makanan Nomor : 02001/SK/KBPOM, tanggal 26 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan setelah mendapat persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 34/M.PAN/2/2001 tanggal 1 Februari 2001. Setelah semua keputusan ini dikeluarkan, Badan POM menjadi Badan yang di tujukan Independensinya dalam mengawasi peredaran obat dan makanan di tengah masyarakat serta menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.1
B. Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia Setelah Tahun Berdirinya BPOM Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan "range" yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang makin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam
1
www.kedaiobatcocc.com/ sejarah badan pengawasan obat dan makanan/ diakses pada tanggal 17 Maret 2015.
54
waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat. Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat. Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi. Berdasarkan Keppres No. 166 Tahun 2000 Nomor 103 Tahun 2001 dibentuklah badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi
55
peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. BPOM merupakan lembaga pemerintah Non Departemen, yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan. Koordinasi yang dimaksud meliputi koordinasi dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah yang lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan yang dimaksud. BPOM memiliki tugas pokok melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berfungsi sebagai unsur yang melakukan subsistem pengawasan pemerintahan dalam Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM ). Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.21.3529 Tahun 2007 Menetapkan bahwa dalam melaksanakan tugas teknisnya BPOM dibantu oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang terdiri Balai Besar POM dan Balai POM. Bidang kerja yang dilakukan oleh BBPOM atau sebagai UPT BPOM meliputi pengujian produk terapeutik, narkotika, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya serta mikrobiologi, pemeriksaan dan penyelidikan kepada kasus pelanggaran hukum dibidang pengadaan serta distribusi obat dan makanan serta sertifikasi dan layanan informasi konsumen.
56
C. Tugas Pokok dan Fungsi Badan POM Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Mengacu pada model suatu lembaga yang efektif ditingkat internasional, maka dalam melaksanakan tugas sebagaimana disebut di atas Badan Pengawas Obat dan Makanan menyelengarakan fungsinya yang
mencakup pengawasan full
spectrum, melalui berbagai kegiatan sebagai berikut : 1. Penyusunan kebijakan, regulasi, dan standardisasi. Regulasi adalah peraturan. Semua obyek yang di teliti atau dalam pengawasan BPOM itu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, misalnya dalam pengawasan kosmetik itu pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.04.11.03724 Tahun 2011 tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetika. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.12.11.10052 tahun 2011 tentang Pengawasan Produksi dan Pewredaran Kosmetika. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.12.11.10719 tahun 2011 tentang Tata Cara Pemusnahan Kosmetika. Standardisasi merupakan suatu alat kebijakan pemerintah dalam menata struktur ekonomi secara lebih baik dan memberikan perlindungan terhadap konsumen.
57
2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang obat dan makanan berdasarkan Cara Pembuatan yang Baik. 3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar dalam rangka registrasi produk (Nomor Izin Edar). Evaluasi produk merupakan sebuah pengawasan yang dilakukan sebelum mendapatkan nomor izin edar atau notifikasi yang dimulai dari pengawasan importir, pengawasan distributor, industri kosmetik dan industri farmasi. Izin edar ialah bentuk persetujuan pendaftaran obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan kosmetik yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia. 4. Post marketing control, pemeriksaan sarana produksi, sarana distribusi, dan sarana penyerahan, termasuk sampling dan pengujian laboratorium, serta penegakan hukum. Pre Market Control adalah pengawasan yang dilakukan sebelum produk kosmetik diedarkan, antara lain standardisasi, pembinaan dan audit cara produksi kosmetik yang baik serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanan sebelum kosmetik diedarkan. Post Market Control adalah pengawasan yang dilakukan setelah produk kosmetik diedarkan di masyarakat, antara lain inspeksi sarana produksi dan distribusi, sampling dan uji laboraturium untuk kosmetik, penilaian dan pengawasan iklan kosmetik atau promosi, monitoring efek samping kosmetik serta penyebaran informasi melalui edukasi masyarakat dan public warning. 5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk. Maksudnya ialah pengawasan iklan. Untuk melindungi masyarakat dari klaim yang menyesatkan, maka Badan POM melakukan pengawasan terhadap iklan obat, obat
58
tradisional, suplemen makanan, kosmetik dan pangan yang beredar. Khusus terhadap obat, obat tradisional, suplemen makanan juga dilakukan pre-review terhadap kebenaran klaim iklan sebelum ditayangkan atau diedarkan, yang dilakukan oleh Tim Penilai Iklan yang terdiri dari tenaga ahli. Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyesatkan, menyarankan atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu yang berkenaan dengan asal-usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya. 6. Riset untuk mendukung kebijakan pengawasan obat dan makanan. Riset (penelitian) yang dilakukan oleh Badan POM meliputi pengawasan produsen, pengawasan konsumen dan pengawasan masyarakat. 7. Komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap keamanan, khasiat atau manfaat, dan mutu produk. Komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat itu dilakukan oleh Humas BPOM, misalnya melalui call center BPOM atau unit layanan pengaduan konsumen yang memberikan fungsi berupa komunikasi dan informasi untuk masyarakat agar lebih teliti dalam memilih suatu produk.2
D. Prinsip Dasar SISPOM 1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional. Semua pengamatan atau pengawasan yang dilakukan dengan cepat, tepat, akurat dan profesional. Dalam artian selama pengawasan itu tidak terjadi 2
Wawancara dengan Bapak Adam Wibowo, ketua Biro Hukum BPOM
59
setelah adanya korban, misal dalam hal penggunaan kosmetik tidak dilakukan pengamatan setelah adanya korban yang mengalami kerusakan wajah akibat bahan berbahaya. 2. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah. Tindakan yang dilakukan oleh BPOM itu berdasarkan bukti-bukti ilmiah atau fakta-fakta yang terjadi di masyarakat. Misalnya kosmetik yang mengandung merkuri itu berbahaya dan dalam hal ini sudah ada bukti-bukti ilmiah. 3. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses. Bahwa pengawasan yang dilakukan oleh BPOM itu di mulai dari tugas dan fungsi BPOM secara menyeluruh jadi BPOM tidak melakukan pengawasan apabila ada produk yang beredar melainkan melalui proses pengawasan dari cara memproduksi, dan distribusi. 4. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional. Berskala Nasional maksudnya BPOM melakukan pengawasan tidak hanya pada satu propinsi melainkan seluruh propinsi yang ada di Indonesia serta jaringan kerja internasional jadi pengawasan suatu produk yang akan di edarkan dari luar negeri sebelum masuk ke Indonesia itu sudah melalui proses pengawasan yang ada di sana. 5. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum. 6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi dengan jaringan global.
60
Setiap BPOM yang ada di seluruh propinsi itu sudah memiliki jaringan laboratorium yang sudah terakreditasi dan sudah dikenal ke seluruh dunia. 7. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk. Dalam hal ini BPOM melakukan pengawasan berdasarkan peraturan yang sudah ada dan bekerja sama dengan Instansi lain seperti Polisi, apabila ada pelanggaran dalam penggunaan bahan-bahan untuk sebuah produk sehingga polisi
melakukan
tindakan
berdasarkan
undang-undang
perlindungan
konsumen.
E. Kerangka Konsep SisPOM Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif semenjak proses suatu produk hingga produk tersebut beredar di tengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin resiko yang bisa terjadi maka dilakukan SisPOM tiga lapis yaitu : 1. Sub-sistem Pengawasan Produsen Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara produksi yang baik atau good manufacturing practices agar setiap bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara hukum produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap
61
standar yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sangsi, baik administratif maupun projustitia. 2. Sub-sistem Pengawasan Konsumen Sitem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, di satu sisis dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, di sisi lainnya akan mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya. 3. Sub-sistem Pengawasan Pemerintah atau Badan POM Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standarisasi penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum diizinkan beredar di Indonesia, inspeksi pengambilan sample dan pengujian laboraturium terhadap produk yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum. Umtuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk, maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.3
3
Wawancara dengan Bpk. Adam Wibowo, ketua Biro Hukum BPOM.
62
F. Visi dan Misi badan POM 1. Visi Badan POM Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan diakui secara Internasional untuk melindungi masyarakat. 2. Misi Badan POM a. Melakukan pengawasan Pre-Market dan Post-Market Berstandar Internasional. b. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten, c. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini, d. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.4
G. Struktur Organisasi BPOM Penyusuaian organisasi dan tata kerja Badan POM dilakukan berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4231 tentang perubahan atas Keputusan Kepala Badan POM Nomor 02001/SK/KBPOM tentang organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Penyesuaian juga terjadi dengan terbitnya Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang organisasi dan Tata Kerja Unit 4
www.pom.go.id
63
Pelaksanaan teknis di Lingkungan Badan Pengawa Obat dan Makanan. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana disebut di atas, dilakukan oleh unit-unit Badan Pengawas Obat dan Makanan di Pusat, maupun oleh Balai Besar atau Balai POM yang ada di seluruh Indonesia. Sesuai dengan struktur yang ada, secara garis besar unit-unit kerja Badan POM dapat dikelompokkan sebagai berikut : Kepala Badan POM, Sekretariat, Deputi Bidang Pengawas Teknis (I, II dan III) dan unit penunjang teknis (pusat-pusat) yang melaksanakan tugas sebagai berikut : 1. Kepala Badan POM Kepala Badan POM mempunyai tugas : a. Memimpin BPOM sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; b. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas BPOM; c. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BPOM yang menjadi tanggung jawabnya; d. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi lain. 2. Sekretariat Utama Sekretariat utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya di lingkungan Badan POM.
64
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi : a. Pengkoordinasian,
sinkronisasi
dan
integrasi
perencanaan,
penganggaran, penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan pelatihan, serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan Badan POM; b. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integritasi penyusunan peraturan perundang-undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga, kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas Badan POM; c. Pembinaan dan Pelayanan administrasi ketata usahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga; d. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusatpusat dan unit-unit pelaksana teknis lingkungan Badan POM; e. Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas deputi di lingkungan Badan POM; f. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang tugasnya.
65
3. Deputi I (Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) Deputi I mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Deputi I menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif; b. Penyusunan
rencana
pengawasan
produk
terapetik,
narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif; c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian obat dan produk biologi; d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang standarisasi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga; e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan produksi,
66
distribusi produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan perbekalan kesehatan rumah tangga; f. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
produksi,
distribusi
produk
terapetik,
narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif; g. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produksi, distribusi produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif; h. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya. 4. Deputi II (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen) Deputi II mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan
obat
tradisional,
kosmetik
dan
produk
komplemen,
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; b. Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian dan di bidang pengaturan serta standarisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen;
67
d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang obat asli Indonesia; f. Pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; g. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; h. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; i. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya. 5. Deputi III (Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya) Deputi III menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; b. Penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;
68
c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian dan keamanan pangan; d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasisurveilan serta sertifikasi produk pangan; e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya; f. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; g. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; h. Evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. 6. Inspektorat Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan BPOM. Inspektorat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Penyiapan rumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan fungsional;
69
b. Pelaksanaan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; c. Pengusutan mengenai kebenaran dan pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau penyalahgunaan dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh unsur atau unit di lingkungan BPOM; d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat. 7. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) mempunyai tugas melakukan pemeriksaan secara laboraturium, pengembangan prosedur pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku obat dan makanan. Pusat pengujian Obat dan Makanan Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan; b. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboraturium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya; c. Pembinaan mutu laboraturium Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional; d. Pelaksanaan sistem rujukan pengawasan obat dan makanan;
70
e. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metode analisa pengujian; f. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan; g. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan. 8. Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap pembuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan serta produk
sejenis
lainnya.
Pusat
Penyidikan
Obat
dan
Makanan
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Penyusunan rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan; b. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan; c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan; 9. Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Riset Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan pangan dan produk terapetik. Pusat riset obat cdan makanan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Penyusunana rencana dan program riset obat dan makanan; b. Pelaksanaan riset obat dan makanan;
71
c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan. 10. Pusat Informasi Obat dan Makanan Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi keracunan dan teknologi informasi. Pusat informasi obat dan makanan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program kegiatan pelayanan informasi obat dan makanan; b. Pelaksanaan pelayanan informasi obat; c. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan.
72
KEPALA BPOM SEKRETARIAT UTAMA 1.
INSPEKTORAT
2. 3. 4.
Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional
Biro Perencanaan dan Keuangan Biro Kerjasama Luar Negeri Biro Hukum dan Humas Biro Umum
Pusat Penyidikan Obat dan Makanan
Pusat Riset Obat dan Makanan
Pusat Informasi Obat dan Makanan
DEPUTI I
DEPUTI II
DEPUTI III
Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza 1. Dit. Penilaian Obat dan Produk Biologi 2. Dit. Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT 3. Dit. Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT 4. Dit. Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT 5. Dit. Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Bidang pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen 1. Dit. Penilaian OT, Suplemen Makanan dan Kosmetik 2. Dit. Standardisasi OT, Kosmetik dan Produk Komplemen 3. Dit. Inspeksi dan Sertifikasi OT, Kosmetik dan Produk Komplemen 4. Dit. Obat Asli Indonesia
Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya 1. Dit. Penilaian Keamanan Pangan 2. Dit. Standardisasi Produk Pangan 3. Dit. Inspeksi dan Sertifikasi Produk Pangan 4. Dit. Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan 5. Dit. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
UPT BALAI BESAR/BALAI POM
Gambar 1. Struktur organisasi Badan POM
BAB IV HUKUM KOSMETIK YANG MENGANDUNG EMAS
A. Penggunaan Emas Untuk Kecantikan Emas dalam sejarah manusia ditemukan sejak tahun 5000 SM, ada yang menyebutkan ditemukan oleh bangsa Mesir. Emas bersama tembaga dan perak adalah logam yang pertama kali ditemukan manusia. Emas atau aurum (Au) adalah termasuk logam mulia, karena sifatnya yang stabil, tidak berubah zat, tidak beroksidasi dalam udara normal, mempunyai sifat yang stabil, dan merupakan unsur murni. Selama beberapa ratus tahun, manusia masih berusaha untuk membuat emas karena nilai ekonomisnya, dan tidak berhasil karena emas adalah unsur kimia. Orang-orang ini akhirnya menjadi alchemist yang membidani lahirnya ilmu kimia. Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Menurut James Turk, pendiri perusahaan GoldMoney di British, emas adalah komoditi yang spesial dan unik. Emas diambil dari perut bumi dan terakumulasi di permukaan bumi. Emas sejak pertama kali ditemukan telah menarik minat manusia karena keindahaannya dan sifat mulianya. Pada perkembangannya emas menjadi lambang dari keindahan, kemegahan, kemakmuran, dan menjadi bernilai ekonomis tinggi. Semua fungsi emas ini masih tetap sampai sekarang.
73
74
Emas adalah salah satu instrument investasi yang sangat diminati saat ini. Selain itu emas juga digunakan oleh para wanita sebagai aksesoris penunjang penampilan. Bahkan emas sekarang banyak digunakan sebagai produk kecantikan untuk mempercantik kulit serta wajah. Menjadi cantik dengan kulit yang bersinar adalah impian bagi setiap wanita didunia. Untuk mempertahankan kecantikan yang dimilikinya, wanita bahkan rela melakukan cara apapun meskipun dengan perawatan yang terbilang aneh dan memiliki harga yang sangat mahal. Contohnya perawatan emas untuk kecantikan. Didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, ilmu kedokteran khususnya kecantikan juga ikut berkembang pesat. Sekarang banyak sekali produsen-produsen kosmetika memproduksi produk-produk kecantikan dengan bahan dasar emas. Diantaranya produk berupa lulur emas, facial emas, masker emas, serum emas, sampai dengan krim emas. Produk-produk tersebut menawarkan janji, bahwa dengan menggunakan produk yang berbahan emas akan merubah kulit menjadi lebih bercahaya dan cantik. Emas membantu produksi kolagen, menjadikan kulit yang kusam menjadi bersinar dan menjaga kelembapan kulit. Banyak sekarang bermunculan spa ekslusif yang menawarkan produk kecantikan dengan produk emas untuk kecantikan.1 Adapun manfaat kosmetik yang mengandung serbuk emas, sebagai berikut : 1.
Menggunakan kosmetik bubuk emas secara teratur dapat membantu kulit lebih cerah dan bersih; 1
www.bisnisemas1.com, artikel diakses pada 7 September 2014 pada pukul 19.00
75
2.
Dapat mengoptimalkan elastisitas kulit, sehingga kulit terasa lebih kencang dan segar;
3.
kosmetik bubuk emas ini juga bekerja baik secara internal maupun eksternal, dengan memanfaatkan energi senyawa yang terkandung di dalamnya;
4.
Membantu meregeneragi kulit sehingga lebih halus dan tampak bersinar;
5.
Menghilangkan noda kehitaman pada wajah;
6.
Emas terkenal untuk mempercepat pembaruan sel dan memperlambat penipisan kolagen dan elastin untuk mencegah kulit kendur;
7.
Mengurangi tanda-tanda keriput berupa garis-garis halus serta mencegah proses penuaan dini.2 Bahaya Emas Untuk Kesehatan Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5-3 (skala mohs) serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.3 Emas dapat berdampak negatif karena merangsang sistem saraf pada otak dan hubungannya dengan seluruh sistem saraf tubuh manusia. Penggunaan emas pada pria dapat memunculkan beberapa senyawa dalam tubuhnya, dan senyawa yang dihasilkan emas dapat beresiko tinggi bagi tesisnya sebagai tempat produksi sperma sehingga menjadikan kemandulan. Penggunaan emas sebagai perhiasan luar seperti cincin yang digunakan dalam waktu
2
http://tokoshe.com/masker/emas di akses pada 10 Februari 2014 pada pukul 19.30 http://id.m.wikipedia.org/wiki/emas. Diakses pada tanggal 7 Mei 2015
3
76
lama juga dapat menyebabkan peradangan akar syaraf, termasuk dampak resiko aterosklerosis, hipertensi dan lesi pada usus 12 jari. Dari segi medis : para ahli fisika telah menyimpulkan bahwa atom pada emas mampu menembus kedalam kulit dan masuk ke dalam darah manusia, apabila lakilaki mengenakan emas dalam jumlah tertentu serta dalam jangka waktu yang lama, maka dampak yang ditimbulkan yaitu di dalam darah dan urine akan mengandung atom emas dalam persentase yang melebihi batas. Apabila ini terjadi maka akan mengakibatkan Alzheimer. Penyakit Alzheimer ialah suatu penyakit dimana orang tersebut kehilangan semua kemampuan mental dan fisik serta menyebabkan kemampuannya kembali seperti anak kecil. Sedangkan pada perempuan, atom emas yang masuk ke dalam darah dapat keluar ketika menstruasi. Logam mulia sulit teroksidasi, artinya sangat sulit untuk larut dan masuk meresap ke dalam tubuh. jadi cukup aman untuk digunakan. Sampai sekarang juga belum ada laporan mengenai efek samping penggunaan emas untuk kecantikan. Pada perempuan juga begitu, bahwa anggapan darah kotor pada saat menstruasi bukan berarti darahnya kotor. Sebenarnya itu justru darah yang bersih dan kaya akan oksigen dan nutrisi yang terdapat pada dinding rahim (endometrium) yang dipersiapkan untuk pertumbuhan janin bila terjadi kehamilan. Istilah darah kotor hanya istilah awam yang salah kaprah. Keluarnya darah saat menstruasi disebabkan karena meluruhnya dinding rahim karena penurunan hormon progesteron. Jadi keluarnya darah saat menstruasi bukan bertujuan untuk mengeluarkan racun atau kotoran, apalagi emas.4 Menurut penulis, berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan emas sebagai bahan kosmetik itu tidak digunakan karena sampai saat ini belum ada bukti yang nyata mengenai keamanannya. Namun, apabila digunakan sebagai perhiasan maka diperbolehkan. 4
Wawancara dengan Dr. Andini
77
Dari segi sosial : pengharaman penggunaan emas dan sutera pada laki-laki adalah satu cara memberantas pola hidup mewah. Hidup mewah menurut pandangan Al-Qur’an sama dengan kemerosotan yang akan menghancurkan umat (bangsa).5 Sebagaimana firman Allah dalam QS. AL-Isra: 16 dan QS. Saba: 34
dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
Mengenai keamanan dari facial emas (kosmetik serbuk emas) itu sendiri belum dapat dipastikan keamanannya untuk wajah, sebagaimana yang dikemukakan pada kutipan berikut. Menurut Dosen di Pusat Pendidikan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana, dr. AAGP Wiraguna, SpKK mengatakan, efek facial emas belum bisa 5
http://ummi-online.com/bahaya-emas-dan-sutera-untuk-lakilaki.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2015 jam 20.53 WIB
78
dibuktikan secara ilmiah. Dalam sejarah Mesir Kuno memang ada penyebutan emas untuk perawatan kecantikan. Tetapi dalam jurnal belum dibuktikan secara ilmiah, maka saya tidak bisa berkomentar soal aman tidaknya. Kata dr.Wiraguna.
B. Analisa Mengenai Hukum Penggunaan Serbuk Emas Pada Kosmetik Dalam bab ini, penulis akan menganalisa hukum penggunaan kosmetik. Pada dasarnya kosmetik boleh digunakan, namun kita sebagai konsumen harus memperhatikan komposisi atau bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Kosmetik yang mengandung serbuk emas biasanya terdapat molukel partikel emas atau serbuk emas apabila digunakan maka akan terlihat mingkilat, namun penggunaan emas sebagai bahan kosmetik itu tidak diperbolehkan sebab emas akan menjadi logam berbahaya apabila digunakan dalam jangka yang cukup lama serta penggunaan kosmetik yang berbahan emas ini tidak boleh digunakan oleh laki-laki sebagaimana yang telah dikutip pada bab-bab sebelumnya. Doktor Mahmud Majid Al-Bayyar, konsultan penyakit kulit dan kelamin menyatakan, "Sesungguhnya seluruh jenis bahan-bahan kimia yang memiliki pengaruh berbahaya terhadap sebagian konsumen, baik dalam wujud pengaruh langsung yang merusak kulit, atau menimbulkan reaksi tidak wajar terhadap beberapa jenis kulit, akibat sebagian bahan yang terkandung di dalamnya, khususnya terhadap mereka yang memiliki alergi kulit. Bisa juga menimbulkan bahaya bila terkena sinar matahari, atau karena penumpukkan bahan-bahan tersebut pada permukaan kulit." Profesor Wahbah Ahmad Hasan, seorang Guru Besar di bidang penyakit kulit menyatakan. "Sesunggunya bahan rias kulit dapat menimbulkan dampak berbahaya, karena terdiri dari komposisi berbagai logam berat semacam timah dan air keras yang dicairkan dalam beberapa campuran bahan mengandung minyak seperti minyak cocou. Sebagian bahan pewarna yang digunakan juga mengandung unsur-unsur yang diproses dari minyak tanah. Kesemuanya adalah bahan-bahan oksidat yang berbahaya bagi kulit. Penyerapan yang
79
dilakukan pori-pori kulit terhadap bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan peradangan dan alergi. Kalau penggunaan bahan-bahan kosmetik itu terus digunakan, bahkan dapat berbahaya bagi sel-sel yang berada di darah, hati dan ginjal. Sementara bahan-bahan yang terkandung dalam komposisi bahanbahan kosmetik itu memiliki karakter daya meresap yang tinggi, sehingga tubuh tidak dapat dengan cepat terbebas dari pengaruhnya."6 Jika dianalisis lebih jauh, hal ini tidak sejalan dengan konsep maslahah yaitu memelihara tujuan hukum Islam dengan menolak bencana atau kerusakan hal-hal yang merugikan diri manusia, salah satu tujuan hukum Islam adalah memelihara jiwa (jasmani dan rohani), dan apabila hal itu membahayakan jiwa, maka disebut mafsadah karena tujuan hukum Islam adalah kemanfaatan atau mencegah kemudharatan. Dengan pemaparan dan analisa diatas, penulis lebih cenderung setuju dengan pendapat para ulama dan ahli kecantikan yang melarangnya dan mengharamkan penggunaan serbuk emas pada kosmetik. Di lihat dari segi manfaat, penulis dapat memahami penggunaan serbuk emas pada kosmetik ini sangat berpengaruh bagi kualitas kehidupan pelakunya di antaranya, dapat meningkatkan gaya (citra ) hidup di lingkungannya dan dapat meningkatkan status ekonominya. Namun, menurut penulis, hal itu hanya bersifat keduniawian. Sikap seperti ini mencerminkan suatu wujud rasa tidak bersyukur terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Al-Qur’an telah menjelaskan dalam surat an-Nisa’ (4) : 19 yang menjelaskan bahwa mungkin manusia tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
6
www.detikislam.com/rubik-khusus/muslimah/pandangan-islam-mengenai-kosmetik/ diakses pada tgl 19 sept 2014 pada jam 13.00
80
Apabila dipertimbangkan antara aspek maslahah dengan mudharatnya, menurut penulis lebih besar mudharatnya karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan organ tubuh khususnya kerusakan pada wajah, sikap seperti ini termasuk dalam pengrusakan. Berdasarkan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 195 yang artinya “...dan janganlah kamu menjadikan dirimu sendiri dalam kebinasaan...” Ayat ini menjelaskan agar kita selalu menjaga diri kita dari kebinasaan, setiap insan pada dasarnya tidak diperbolehkan mengadakan suatu kemudharatan yang akan menimpa dirinya baik berat maupun ringan. Ayat tersebut diatas di dukung dengan kaidah fiqhiyah yang menyatakan : Artinya : “kemudharatan (bahaya) harus dihilangkan”. Dari kaidah ini juga memunculkan kaidah cabang yaitu : Artinya : “kemudharatan (bahaya) itu tidak boleh dihilangkan dengan kemudharatan yang lain”. Dari kaidah diatas dapat disimpulkan bahwa bahaya itu harus dihilangkan, akan
tetapi
jangan
sampai
menggunakan
bahaya
lainnya.
Karena
kalau
menghilangkan bahaya dengan bahaya itu artinya tidak menghilangkan bahaya. Begitu pula dengan masalah penggunaan serbuk emas pada kosmetik, apabila ingin cantik tidak harus dengan jalan menggunakan kosmetik baik yang mengandung serbuk emas atau tidak, karena cara atau jalan seperti itu tidak menjanjikan perubahan yang lebih baik, mungkin saja dapat memperburuk keadaan dibanding sebelumnya misalnya mengalami kerusakan pada wajah.
81
Kaidah yang berlaku untuk obat-obatan dan kosmetika pada dasarnya tidak ada yang bersifat khusus. Sebab, keduanya dibuat dari bahan-bahan yang dikonsumsi manusia seperti ekstrak tumbuh-tumbuhan, ekstrak hewan, sintesis dan semi sintesisi, bahan tambang (mineral), biologi, mikroba, dan virus, dan bisa juga campuran bahanbahan tersebut. Oleh karena itu, kaidah hukum Islam yang berlaku untuk obat-obatan dan kosmetika. Lebih dari itu, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesatnya sehingga sehingga dapat menghasilkan obat-obatan dan kosmetika yang bersumber dari ekstrak bagian tubuh manusia. Akibatnya, kaidah yang berlakupun lebih banyak lagi dari pada kaidah untuk produk pangan. Dengan demikian, secara garis besar berlaku kaidah sebagai berikut, dalam pembuatan obat-obatan dan kosmetika hendaklah terhindar dari bahan-bahan yang haram baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (nabati), dari hewan (hewani), maupun campuran keduanya. Di samping itu, bahan tersebut juga harus suci, bersih dari najis. Apabila, bahannya berasal dari unsur kimia (sintetik) maka bahannya harus aman, tidak membahayakan manusia. Sementara itu, dalam proses produksinya juga harus terhindar dari bahan yang haram atau najis. Dengan demikian, pabrik sebagai tempat memproduksinya hanya memproduksi obat-obatan dan kosmetika yang halal sehingga produknya tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan yang haram atau najis.
82
Bila pabrik itu juga menghasilkan produk yang haram, maka harus ada proses pencucian peralatan yang digunakan sesuai ketentuan hukum Islam.7
7
Sopa, SERTIFIKASI HALAL MEJELIS ULAMA INDONESIA Studi atas Fatwa Halal MUI terhadap Produk Makanan, Obat-obatan dan Kosmetika, cet pertama (Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2013), h.97
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Berdasarkan uraian yang telah saya jabarkan, dapat disimpulkan bahwa mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Badan POM terhadap obat dan kosmetik berupa Post Marketing Control dan Post Market Control. Pre Market Control adalah pengawasan yang dilakukan sebelum produk kosmetik diedarkan, antara lain standardisasi, pembinaan dan audit cara produksi kosmetik yang baik serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanan sebelum kosmetik diedarkan. Post Market Control adalah pengawasan yang dilakukan setelah produk kosmetik diedarkan di masyarakat, antara lain inspeksi sarana produksi dan distribusi, sampling dan uji laboraturium untuk kosmetik, penilaian dan pengawasan iklan kosmetik atau promosi, monitoring efek samping kosmetik serta penyebaran informasi melalui edukasi masyarakat dan public warning. 2. Berhias menurut pandangan islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan, sepanjang untuk ibadah atau kebaikan. Menghiasi diri agar tampil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama bagi kaum wanita dihadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya. Islam tidak melarang umatnya menghias dengan cara apapun, asalkan hal itu tidak melanggar kaidah-
83
84
kaidah agama atau melanggar kodrat kewanitaan dan kelaki-lakian, serta tidak berlebihan dalam melakukannya. 3. Kosmetik
dalam
peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
445/MenKes/Permenkes/1995 adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermidis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. 4. Penggunaan kosmetik pada dasarnya boleh digunakan dan tidak mengandung bahan-bahan berbahaya serta memberikan rasa aman kepada konsumen. Kosmetik dengan bahan dasar serbuk emas apabila yang digunakan hanya pewarna yang menyerupai warna gold (emas) dengan kadar campuran yang telah ditentukan maka kosmetik itu boleh digunakan, namun apabila yang dimaksud dengan serbuk emas asli yang berupa molukel partikel emas maka bahan tersebut tidak dapat dipadukan sebagai bahan kosmetik karena serbuk emas memiliki kandungan atom yang hampir sama dengan merkury atau logam-logam yang berbahaya. Apabila kosmetik ini digunakan dalam jangka waktu yang lama maka akan menimbulkan efek samping yang dapat merusak anggota tubuh si pemakai.
85
B. SARAN 1. Hendaknya masyarakat lebih teliti dalam memilih kosmetik. Kosmetik berharga mahal bukan jaminan sebagai kosmetik aman. Sementara mempercantik diri bisa dilakukan dengan banyak membasuh wajah, atau melalui penggunaan bahanbahan tradisional yang relatif aman. Terutama lagi, bahan-bahan yang dikenal multi fungsi, diantaranya adalah madu. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan, "Bahwa madu selain dapat menjadi minuman bila di campur dengan minuman, dapat menjadi makanan bila dicampur dengan makanan, juga dapat menjadi obat bila dicampur dengan obat. madu juga berfungsi membasmi kutu bila dioleskan di kulit kepala, menghilangkan gatal-gatal, juga dapat menghaluskan wajah, dan lainlain. 2. Hendaknya Bagi Badan yang berwenang mengawasi perizinan dan peredaran juga harus memperketat pengawasan. Karena tidak semua kosmetik yang diiklankan menghasilkan hasil yang kita harapkan. 3. Hendaknya konsumen tidak memilih kosmetik yang berbahan emas yang mengandung logam-logam berat atau mercuri karena bagi kulit terasa panas dan gatal, iritasi kulit, perubahan kulit, bintik-bintik hitam pada kulit, pori-pori tampak mengecil dan halus. Jadi lebih hati-hati memakai kosmetik untuk wajah dan kulit untuk menjaga kecantikan wanita, dan sebaiknya konsumen memilih kosmetik yang sudah berlabel MUI dan sudah teregistrasi dari BPOM.
DAFTAR PUSTAKA Amru Abdul Karim Sa’dawi, Wanita Dalam Fikih Al-Qaradhawi, Penerjemah Muhyiddin Mas Rida, T.tp., Pustaka Al-Kautsar, 2009 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, cet.3, 1994 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, cet ke-2, hal 634 Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: logos wacana ilmu, 1997. Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003 Fazhurahman, Islam, Bandung: Pustaka, 1984, hal 140) Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh 1, Jakarta: logos, 1996, cet ke-1, jilid 1, Khallaf, Abd al-Wahab, 'Ilm Ushul al-Fiqh, Quwait: Dar al-Qalam, 1398 H / 1978 M. Qarib, Ahmad, ushul fiqh 2, Jakarta: PT. Nimas Multinas, t.th, Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram Dalam Islam, Penerjemah Mu’ammal Hamidy, Surabaya: PT Bina Ilmu, 2003. \ Qardawi, Yusuf, Fiqih Prioritas; Urutan Amal Yang Terpenting Dari Yang Terpenting, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Pemikiran Norman dan Egon Guba, Yogyakarta: PT. Tirta Wacana Yogya,2001 Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, cet 11, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996) Salma, Kosmetik Wanita, Fakultas Pertanian dan Biologi, Prodi Biologi, Universitas Negri Bangka Belitung.
78
79
Shihab, M. Quraish, Perempuan Dari Cinta Sampai Seks Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, Jakarta: Lentera Hati 2005 Sopa, SERTIFIKASI HALAL MEJELIS ULAMA INDONESIA Studi atas Fatwa Halal MUI terhadap Produk Makanan, Obat-obatan dan Kosmetika, cet pertama (Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2013), h.118 Syathi, Aisyah Abdurrahman Bintusy, Fi al-Insan, terjh. Ahmad Masruch Nasucha, Semarang: CV. Toha Putra, t,th Syaltoud, Mahmoud, Islam; Aqidah wa Syari'ah, al-Qahirah: Dar al-Qolam, 1966, jilid 1, hal 12 Tim Tashih Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya, Semarang: PT. Citra Effhar, 1993 Wiasti, Ni Made, “Redefinisi Kecantikan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Perempuan Bali, Di Kota Denpasar,” (Skripsi S1 Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar). Wahbah Zuhaili, Konsep Darurat Dalam Huum Islam, Study Banding Dengan Hukum Positif, cet ke-1, Jakarta: Gaya Medika Pratama, 1997. Wawancara dengan Bapak Adam Wibowo, ketua Biro Hukum BPOM.
80
www.detikislam.com/rubik-khusus/muslimah/pandangan-islam-mengenaikosmetik/diakses pada tgl 19 sept 2014 www.m.okezone.com Yulianti,”Emas Untuk Kembalikan Pancaran Cahaya Muda Kulit”, artikel diakses pada 22 September 2014. Http://tokoshe.com/Solusi-Kesehatan-Kecantikan-Dan-Kebutuhan-WanitaIndonesia/masker/emas. Http://id.she.yahoo.com/amankah-facial-emas. www.Zaharuddin.net Rahman, Abd Zaharuddin, “Perbincangan Hukum Kosmetik Dengan Serbuk Emas”. www.pom.go.id. Diakses pada tanggal 4 april 2015 http://id.m.wikipedia.org/wiki/emas. Diakses pada tanggal 7 Mei 2015 http://ummi-online.com/bahaya-emas-dan-sutera-untuk-lakilaki.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2015 jam 20.53 WIB