TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BATAS-BATAS PERLAKUAN SUAMI TERHADAP ISTERI SAAT NUSYU NUSYU
SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM
Oleh: MUHAMMAD LUTFI AINUN NAJIB NIM: 09350026
Pembimbing: Drs. ABD. MADJID AS., M.SI.
JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
MOTTO
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita). (Q.S. An-Nisa’ (4): 34)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan Kepada:
Kedua Orang Tua serta Adikku Yang selalu memotivasi dan memberi restu dengan doa dan semangat
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0534b/U/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab ا
Nama
Huruf Latin
Keterangan
Alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ب
Bâ’
b
be
ت
Tâ’
t
te
ث
Sâ
ŝ
es (dengan titik di atas)
ج
Jim
j
je
ح
Hâ’
ḥ
ha (dengan titik di bawah)
خ
Khâ’
kh
ka dan ha
د
Dâl
d
de
ذ
Zâl
ẓ
zet (dengan titik di atas)
ر
Râ’
ȓ
er
ز
Zai
z
zet
س
Sin
s
es
ش
Syin
sy
es dan ye
ص
Sâd
ṣ
es (dengan titik di bawah)
viii
ض
Dâd
ḍ
de ( dengan titik di bawah)
ط
tâ’
ṭ
te ( dengan titik di bawah)
ظ
za’
ẓ
zet ( dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik di atas
غ
Gain
g
ge
ف
fâ’
f
ef
ق
Qâf
q
qi
ك
Kâf
k
ka
ل
Lâm
l
‘el
م
Mîm
m
‘em
ن
Nûn
n
‘en
و
Wâwû
w
w
hâ’
h
ha
ء
hamzah
‘
apostrof
ي
yâ’
y
ya
B. Konsonan rangkap karena Syaddah ditulis rangkap "! دّة#
ditulis
Muta’addidah
ّة$
ditulis
‘iddah
ditulis
Hikmah
C. Ta’ Marbūtah di akhir kata 1. Bila dimatikan tulis h %&'(
ix
%)*+
ditulis
jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan pada kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salah, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) 2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bcaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. ء2,-و. ا%#ا0آ
ditulis
Karāmah al-auliyā
3. Bila ta’ marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dammah ditulis t atau h 034-ة ا2زآ
ditulis
Zakāh al-fiṭri
َ
ditulis
a
ِ
ditulis
i
ُ
ditulis
u
D. Vokal pendek
E. Vokal panjang 1.
2.
3.
4.
Fathah + alif
ditulis
ā
%,8ه2+
ditulis
jāhiliyah
Fathah + ya’ mati
ditulis
ā
:;<=
ditulis
tansā
Fathah + yā’ mati
ditulis
ī
>)0آ
ditulis
karīm
Dammah + wāwu mati
ditulis
ū
وض0?
ditulis
furūd
x
F. Vokal rangkap 1.
Fathah + yā’ mati >'<,@ Fathah + wāwu mati لAB
2.
ditulis ditulis ditulis ditulis
ai bainakum au qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof >"Cأأ
ditulis
A’antum
ت$أ
ditulis
U’iddat
>=0'E FG-
ditulis
La’in syakartum
H. Kata sandang alif + lam 1. Bila diikuti huruf Qamariyah أن0H-ا
ditulis
Al-Qur’an
س2,H-ا
ditulis
Al-Qiyas
2. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan hurus Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el) nya ء2&;-ا
ditulis
As - Sama’
I&ّEاا
ditulis
asy- Syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat Ditulis menurut penulisannya وض04-ذوي ا
ditulis
Zawi al-furūd
%<;- اJاه
ditulis
Ahl as-Sunnah
xi
KATA PENGANTAR
, ,
+ , ,&!' (# )* ! , ! "# $ % ./ $ , - ., + # # Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia, petunjuk dan
ma’u>nah-Nya yang akhirnya mengantarkan terselesainya upaya penyusunan karya skripsi ini setelah sekian lama terbengkalai oleh aral-lintangan yang berasal dari dalam diri penyusun sendiri maupun yang berasal dari luar. Tak lupa shalawat beserta salam semoga tercurah keharibaan Nabi Muhammad SAW sang revolusioner kemanusiaan sejati. Dengan dideklarasikannya Islam sebagai agama untuk seluruh umat manusia yang berlandaskan nilai ideal universal (sha>lih likulli zama>n wa maka>n), era peradaban baru dunia telah dimulai, dimana nilai persamaan, keadilan dan kebebasan individu dihargai sebagai hadiah Tuhan yang merupakan bagian dari fitrah setiap manusia, tidak terkecuali bagi perempuan. Mereka yang dalam sejarah panjang kelamnya kerap kali dilupakan karena eksistensinya dimaknai hanya sebatas fungsional sebagai pendamping, pelayan dan pemuas belaka. Bahkan pernah terjadi dalam era Arab jahili, sebagai potret masyarakat kapitalis pasar, perempuan dianggap komoditi dan tidak lebih mahal dari segenggam pasir. Selesainya penyusunan skripsi yang bertema “Batas-batas Perlakuan Suami terhadap Istri Saat Nusyu>z dalam Pandangan Ima>m Syafi’i>” tentu saja xii
bukan merupakan hasil usaha penyusun secara mandiri, sebab keterlibatan berbagai pihak sangat memberikan arti penting dalam rangka terselesaikannya usaha penyusunan ini. Baik itu yang berupa motivasi, bantuan pikiran, materiil dan moril serta spiritual. Untuk itu ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penyusun sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Musa Asy’ari selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Dr. Noorhaidi Hasan, M.Phil., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari>ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Syamsul Hadi, S.Ag., M.Ag. selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal AsySyakhsiyyah Fakultas Syari>ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Drs. Abd. Madjid AS., M.SI. selaku Dosen Pembimbing, yang setia membimbing dan memberikan arahan-arahan kepada penyusun di tengahtengah kesibukannya sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5. Seluruh dosen, staf, dan civitas akademika Jurusan Al-Ahwal AsySyakhsiyyah Fakultas Syari>ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Semoga ilmu yang telah diberikan kepada penyusun dapat bermanfaat dan senantiasa penyusun kembangkan lebih baik lagi. 6. Seluruh teman-teman seperjuangan Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah angkatan 2009 baik A atau B yang “runtang-runtung bareng”.
xiii
Tak lupa, terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu persatu. Penyusun menyadari, bahwa dalam proses penelitian untuk skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu, penyusun sangat berterima kasih bila ada yang berkenan memberikan kritik dan saran untuk perbaikan penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, pembaca dan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pembaharuan hukum Islam ke depan. Semoga ridla Allah SWT senantiasa menyertai kita, Amien.
Yogyakarta, 11 Mei 2013 M 1 Rajab 1434 H
Penyusun
Muhammad Lutfi Ainun Najib NIM: 09350026
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................
i
ABSTRAK ...................................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
xii
DAFTAR ISI ................................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Pokok Masalah ........................................................................
7
C. Tujuan dan Kegunaan ..............................................................
7
D. Telaah Pustaka ........................................................................
8
E. Kerangka Teoritik ...................................................................
13
F. Metode Penelitian ....................................................................
20
G. Sistematika Pembahasan..........................................................
22
TINJAUAN UMUM TENTANG NUSYU
25
A. Pengertian Nusyu>z ...................................................................
25
B. Dasar Hukum Perbuatan Nusyu>z .............................................
27
C. Bentuk-bentuk Perbuatan Nusyu>z ............................................
29
xv
D. Akibat Hukum Nusyu>z ............................................................
34
BAB III IMA>M ASY-SYA>FI’I DAN PANDANGANNYA TENTANG
NUSYU>Z < ......................................................................................
39
A. Biografi Ima>m Asy-Sya>fi’i ......................................................
39
B. Pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’itentang Nusyu>z ..........................
51
C. Parameter Batasan-batasanHak Suami Dalam Memperlakukan
BAB IV
Isteri Nusyu>z ...........................................................................
58
D. Metode dan Landasan Istinbat} Hukum Ima>m Asy-Sya>fi’i .......
85
ANALISISHUKUM
ISLAM
TERHADAP
PANDANGAN
IMA<M ASY-SYA
96
A. Analisa Terhadap Pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i> Tentang Batas-batas Hak-hak Suami Dalam Memperlakukan Isteri Saat
Nusyu>z ....................................................................................
96
B. Analisa Terhadap Istinbat} Hukum Ima>m Asy-Sya>fi’i> Tentang Batas-batas Perlakuan Hak Suami Saat Isteri Nusyu>z............... BAB V
99
PENUTUP .................................................................................... 104 A. Kesimpulan ............................................................................. 104 B. Saran ....................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. DAFTAR TERJEMAHAN ................................................................
I
2. BIOGRAFI ULAMA ATAU TOKOH...............................................
VI
3. CURRICULUM VITAE .................................................................... VIII
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah salah satu tahap paling penting dalam kehidupan setiapmuslim, karena hanya melalui perkawinan seseorang bisa dinilai sah untukmemasuki kehidupan rumah tangga. Di samping itu perkawinan juga merupakanlangkah
awal
dalam
membangun
stabilitas
sosial
dalam
masyarakat.Ketika suatu pasangan mengikrarkan dirinya untuk sanggup menempuhkehidupan rumah tangga maka keduanya telah memasuki tahap kehidupan yang baru.Membangun mahligai rumah tangga berarti menyatukan dua watak yang berbeda,bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani masing-masing,bersama-sama mentaati perintah agama, dan bermasyarakat serta bernegara denganbaik.1 Untuk
mencapai
tahap
perkawinan
tidak
hanya
dibutuhkan
kematangan fisiksaja, namun yang tidak kalah penting adalah kesiapan mental terutama komitmendalam mengemban tanggung jawab serta kewajiban sebagai suami atau isteri nantinya.Dengan demikian tampak bahwa konsekuensi yang akan ditanggung oleh seseorangterlihat begitu besar jika melakukan keteledoran dalam rumah tangganya. Sebaliknya, jika hubungan perkawinan berjalan dengan harmonis, maka effective sideeffect seperti tolong menolong akan didapat.Islam 1
Fauzil Adhim, Kupinang Engkau Dengan Hamdalah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), 129.
1
2
memberikan perhatian yang sangat besar dalam persoalan rumahtangga, terutama berkenaan dengan rasa keadilan dan penghormatan terhadap hakserta kewajiban suami-isteri yang terbina dalam struktur keluarga. Islam menyatakanbahwa baik laki-laki maupun perempuan setara derajatnya dihadapan Allah SWT. Hanya satu yang menjadi pembeda di antara keduanya, yaitu kadar ketakwaankepada
Allah
SWT.Namun
demikian
kenyataan
seringkali
menunjukkan bahwa hubungan suami isteri tidak selalu harmonis. Kadangkadang suatu pasangan gagal dalammenyelamatkan biduk rumah tangganya karena menghadapi masalah yang dianggapberada di luar kemampuannya. Hal seperti ini seringkali muncul karenaketidaksanggupan dari salah satu pihak, bisa suami atau isteri, untuk melaksanakankewajiban masing-masing. Apabila ketidaksanggupan itu datang dari salah satupihak saja, yakni dari pihak suami atau isteri, maka hal tersebut termanifestasi dalamsebuah perilaku yang disebut dengan nusyu>z.2 Dalam hal ini Allah ta’ala berfirman tentang “nusyu>z” seorang isteri dalam surat an-Nisa>’ (4): 34: 3
...
2
Shaleh bin Ghanim as-Sadlan, “Nusyuz” diterjemahkan oleh Abu Hudaifah Yahya, Nusyuz PetakaRumah Tangga (Jakarta: Nurul Qalb, 2008), hlm. 30 3
An-Nisa>’ (4): 34.
3
Dalam hal ini terkait dengan hak-hak bagi suami dan isteri yang sudah sah menjadi suami isteri yang sah. Antara lain hak-haknya adalah sebagai berikut:4 1. Hak-hak suami: a. Mendapatkan pelayanan yang baik dari isteri baik d}ohir dan batin b. Ditaati dalam perkara yang baik c. Dimintai izin isteri kalau mau keluar rumah d. Melarang isteri puasa sunnah e. Melarang isteri memasukkan laki-laki didalam rumah. 2. Hak-hak Isteri a. Mendapatkan perlindungan dari suami b. Mendapatkan nafkah d}ahir dan batin yang baik dari suami c. Mendapatkan pelayanan yang baik oleh suami d. Mendapatkan mahar dari suami e. Mendapatkan perlakuan yang adil bila isteri lebih dari satu f. Mendapatkan bimbingan yang baik dari suami Dalam hal ini nusyu>z juga disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yakni dalam Pasal 80 ayat (7), “kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila isteri nusyu>z.5maksudnya kewajiban suami di sini adalah kewajiban untuk memberi nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri. Seperti dijelaskan dalam ayat (4) “Sesuai 4
Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, Syarh Uqu>d al-Lujjayn fi< Baya>n al-Huqu>q az-
Zawjayn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.), hlm.5. 5
Depag RI, Inpres Nomer 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, (Direktorat Jendral Pengembangan Kelembagaan Agama Islam), Pasal 80 Ayat (7).
4
dengan penghasilannya suami menanggung: (1) Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri, (2) Biaya pengobatan bagi isteri dan anak (3) Biaya pendidikan bagi anak” dalam pasal yang sama . Tindakan-tindakan yang bisa dilakukan suami tersebut sepertinya sudah menjadi hak mutlaknya dengan adanya justifikasi hukum yang mengatakannya. Dan hal itu dapat ia lakukan setiap kali ada dugaan isterinya melakukan nusyu>z. Dalam kutipan sebuah kitab dinyatakan nusyu>z ialah wanita-wanita yang diduga meninggalkan kewajibannya sebagai isteri karena kebenciannya terhadap suami, seperti meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan suami dan menentang suami dengan sombong.6 Apabila dipahami dalam pernyataan dalam kitab tersebut baru dalam sebuah dugaan saja untuk seorang suami mengklaim isterinya melakukan nusyu>z, jelas posisi isteri sangat rentan sekali sebagai orang yang dipersalahkan. Dan isteri tidak diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan diri, apabila mengevaluasi tindakan suaminya. Sebaliknya, suami memiliki kedudukan yang sangat leluasa untuk menghukum apabila isterinya sudah bisa dikatakan sebagai nusyu>z atau belum. Orang sering mengkaitkan konsep nusyu>z sebagai pemicu terjadinya KDRT atau kekerasan di dalam rumah tangga. Hal ini ada benarnya juga, karena jika isteri nusyu>z, suami diberikan hak dalam memperlakukan
isterinya.
Mulai
dari
hak
untuk
memukulnya,
menjauhinya dan tidak memberikan nafkah kepadanya baik itu nafkah
6
Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, Syarh Uqu>d al-Lujjayn, hlm.7.
5
lahir dan nafkah batin. Oleh karena itu ketika penyusun berbicara isteri yang nusyu>z dan hak-hak yang menjadi kewenangan suami, perlu juga diajukan batasan-batasan suami tersebut secara jelas. Sehingga nantinya tidak ada pihak-pihak yang dirugikan baik itu suami atau isteri. Di pihak lain juga diupayakan agar terciptanya sebuah ruang bagi isteri untuk bisa melakukan pembelaan kemungkinan segala tindakan kekerasan terhadap dirinya. Dan hal itu dapat dilakukan dengan menyediakan seperangkat aturan hukum pidana yang dapat melindungi segala tindakan kekerasan terhadap mereka. Hal itu ditempuh dengan persoalan nusyu>z berangkat dari aturan hukum yang telah diterima oleh masyarakat sehingga dalam upaya menyikapinya harus menggunakan hukum pula. Dan itu dapat diupayakan jika batas-batas hak suami dalam melakukan nusyu>z telah jelas aturanya, sehingga jika sewaktu-waktu suami melampaui dari batasbatas yang menjadi haknya seorang isteri dapat melakukan tuntutan pidana terhadap suami. Disinilah menjadi penting dalam penelitian skripsi ini, bahwasanya sampai dimana batas-batas nusyu>z menurut pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>. Ima>m Asy-Sya>fi’i>adalah satu dari sekian banyak fuqaha’ yang juga membahas masalah nusyu>z. Dalam karya monumentalnya, al-Umm, asySyafi’i juga menguraikan persoalan mengenai nusyu>z ini dengan merujuk pada beberapa ayat al-Qur’an dan sebuah hadits Nabi. Salah satu pembahasan dalam bagian itu adalah berkenaan dengan prosedur penanganan seorang pasangan yang melakukan nusyu>z. Tahapan-tahapan
6
Ima>m Asy-Sya>fi’i dalam menyelesaikan permasalahan nusyu>z ini diawali dengan si suami memberi nasihat terlebih dahulu kepada isteri agar memperbaiki perilakunya yang sudah menyimpang dari tuntunan ajaran Islam, apabila dengan langkah tersebut isteri masih tetap nusyu>z, baru suami melakukan tindakan selanjutnya yang lebih tegas yaitu pemisahan tempat tidur, jika langkah kedua belum berhasil juga maka dilakukan langkah-langkah selanjutnya yang tentunya diperhitungkan juga dari sisi baik buruknya dalam hal ini maqa>si} d asy-syari>’ahnya. Dewasa ini ketika masyarakat muslim di dunia berkembang semakin pesat seiring dengan perkembangan masyarakat global, baik dalam hal pembangunan fisik maupun mental, pendapat Ima>m AsySya>fi’i>tersebut tidak luput dari sejumlah kritik. Dalam hal ini pula Ima>m Asy-Sya>fi’i>memahami nusyu>z adalah sesuatu yang tercela yang dilakukan seseorang dan hal yang dilarang oleh Allah SWT. Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan paham mengenai batas-batas hak suami saat isterinya sedang nusyu>z menurut pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>. Sehingga sangat menarik sekali untuk didalami dan dikaji sehingga polemik yang ada itu menjadi jelas dan dicari solusinya agar semuanya menjadi jelas. Sehingga pada nantinya akan diketahui sampai seberapa jauh hak-hak perlakuan isteri saat nusyu>z.
7
B. Pokok Masalah Bermula dari latar belakang yang ada, maka pokok permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Sampai dimana batas-batas hak-hak suami dalam memperlakukan isteri saat nusyu>z menurut pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>. 2. Bagaimana
istimbat
hukum
Ima>mAsy-Sya>fi’i>
tentang
batas-batas
perlakuan hak suami saat nusyu>z. 3. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pandangan dan istimbat hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i> tentang batas-batas hak-hak suami dalam memperlakukan isteri pada saat nusyu>z?
C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan a. Menjelaskan
sampai
dimana
batas-batas
seorang
suami
memperlakukan isterinya saat nusyu>z. b. Menjelaskan istimbat hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i dalam mengetahui perlakuan hak suami saat isteri nusyu>z. c. Menjelaskan tinjauan hukum Islam terhadap pandangan dan istimbat hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i> tentang batas-batas hak-hak suami dalam memperlakukan istimbat pada saat nusyu>z? 2. Kegunaan a. Untuk memperkaya khazanah intelektual muslim dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keluarga Islam.
8
b. Memberikan nuansa berfikir yang lebih realistis dalam persoalan
nusyu>z agar lebih mempunyai nilai keadilan. c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pembuat hukum dalam merumuskan ketetapan-ketetapan hukum, khususnya yang berkaitan dengan upaya hukum bagi perempuan atas kekerasan dalam rumah tangga.
D. Telaah Pustaka Dalam proses telaah yang telah dilakukan dari banyaknya karya-karya baik itu yang berbentuk tulisan yang berupa skripsi, jurnal, buku-buku dan yang lain, banyak didapatkan sumber-sumber yang membahas atau menjelaskan mengenai nusyu>z. Hal ini dikarenakan persoalan yang mengenai
nusyu>z merupakan suatu persoalan klasik, yang dimana sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Namun di sisi lain, sejauh telaah ataupun referensi yang membicarakan khusus mengenai batas-batas hak suami dalam memperlakukan isterinya
saat
nusyu>z pandangan Ima>mAsy-Sya>fi’i penyusun belum
menemukan referensinya secara khusus. Hal ini mungkin adanya persoalan yang berbeda mengenai hukumnya. Yang mana persoalan hukum ini menyangkut mengenai wilayah hukum yang bersifat privat. Diantara telaah yang sudah dilakukan penyusun pada karya-karya yang terbatas itu ada beberapa referensi yang didapatkan penyusun diantaranya: Dalam tesisnya Johari mengemukakan tentang nusyu>z ditinjau dari pisikologik pedagogik, ia mengungkapkan bahwa konflik yang ditimbulkan
9
baik dari isteri ataupun suami atau bersamaan antara keduanya, mempunyai mau’izah (nasehat yang baik) dilihat dari cara penyelesaian dilihat di mana jika konflik itu timbul dari pihak isteri yang mempunyai tahapan-tahapan solusi untuk memberi is}lah yang dianalogikan dengan metode al-Qur’an dalam membahas khamer dan riba, adapun yang ditawarkan al-Qur’an dalam menghadapi suami yang nusyu>z adalah is}lah yang dianalogikan dengan metode dialog dan apabila konflik itu muncul bersamaan di antara keduannya, maka solusi al-Qur’an adalah tahkim (arbitrase). Ia mengambil prinsip musyawarah yang dianalogikan dengan metode diskusi yang perlu adanya bimbingan konseling Islam.7 Perbedaan dengan skripsi penyusun, bahwa tesis Johari lebih menekankan kepada solusi menyelesaikan nusyu>z beserta tahapan-tahapannya baik itu dilakukan oleh suami maupun isteri, sedangkan skripsi penyusun penekanannya lebih kepada batasan-batasan memperlakukan isteri yang sedang nusyu>z. Wajah Baru Relasi Suami-Isteri; Telaah Kitab ‘Uqu>d al-Lujjayn, yang dikeluarkan oleh Forum Kajian Kitab Kuning (FK3). Telaah ini merupakan telaah secara kritis dalam kitab ‘Uqu>d al-Lujjayn, karangan syaikh an-Nawawi yang sangat populer di kalangan pesantren. Dalam membicarakan hak-hak suami memperlakukan isterinya saat nusyu>z pembahasan diawali dengan menjelaskan makna surat an-Nisa>’ (4): 34. “Dan pisahlah dari tempat tidur mereka”, maksudnya para suami dianjurkan untuk meninggalkan para isteri di tempat tidur mereka, bukan menghindari berbicara dan memukul. Sebab,
Johari, Ayat-ayat Nusyu>z: Tinjauan Pisikologik-Pedagogik, Tesis Pasca Sarjana Tidak diterbitkan, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1995), hlm.50-58. 7
10
memisahkan diri dari tempat tidur memberi dampak yang jelas dalam mendidik wanita. Sedangkan kalimat “dan pukullah mereka”, maksudnya adalah wanita-wanita yang nusyu>z itu boleh dipukul dengan pukulan yang tidak membahayakan tubuh, hal ini dilakukan kalau memang membawa faedah. Jika tidak, maka tidak perlu melakukan pemukulan. Bahkan lebih bijak dan alangkah baiknya suami memaafkan.8 Penelitian FK3 ini terdapat sedikit persamaan dengan skripsi penyusun yaitu sama-sama membicarakan hak-hak suami dalam memperlakukan isterinya yang sedang nusyu>z, perbedaannya terletak pada pandangan dari ulama madzhab. Sebuah skripsi hasil penelitian lapangan dengan judul, “Nusyu>z Sebagai Alasan Penolakan Memberi Nafkah (Studi Analisis Terhadap Putusan PA. Sleman)” yang disusun oleh Isa Anshari. Setelah dilakukan penelitian ternyata dalam memutuskan persoalan nusyu>z kriteria yang dipakai oleh PA. Sleman adalah sebagaimana yang ada dalam Hukum Islam serta penafsiran hakim terhadap prinsip-prinsip yang ada. Yaitu perbuatan isteri meminta cerai terhadap suami tanpa adanya ud}ur (alasan yang dibenarkan syar’i) dan isteri yang meninggalkan kediaman bersama tanpa izin dari suami serta tidak mau diajak tinggal bersama di rumah kediaman bersama. Dan dalam membuktikan terjadinya nusyu>z tersebut PA. Sleman mendasarkan pada alat bukti saksisaksi, pengakuan dan alat bukti persangkaan, hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat keputusannya No.23 pdtg.G / 94 / PA. Slm. NO. 185 / pdt. G / 94/
8
Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), Wajah Baru Relasi Suami-Isteri; Telaah Kitab ‘ Uqud al-Lujjayn, cet.I, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm.52.
11
PA. Slm dan No.197 / pdt. G 94 / PA. Slm.9 Perbedaannya adalah skripsi Isa Anshari analisisnya menggunakan studi lapangan tepatnya di Pengadilan Agama Sleman, sedangkan penelitian yang dilakukan penyusun menggunakan data-data literatur yang ada di perpustakaan. Skripsi tentang “Korelasi nusyu>z dengan Kekerasan terhadap Isteri, Studi Kasus di Rifka Annisa’ Women’s Crisis Center Yogyakarta” yang disusun oleh Wahid Hasyim. Sebagai hasil kesimpulan dari penelitiannya ia menyatakan bahwa nusyu>z bukan merupakan sebab tunggal dan mandiri dari kekerasan rumah tangga, tetapi merupakan rangkaian yang rumit dalam lingkaran kekerasan terhadap isteri. Di satu sisi nusyu>z menjadi sebab pemicu kekerasan tetapi di sisi yang lain nusyu>z adalah respon isteri terhadap tindak kekerasan suami. Dengan kata lain, kekerasan dan nusyu>z telah menjadi cara dan pola komunikasi suami isteri.10 Jadi, di sini lebih ditekankan kepada sebab akibat yang saling berhubungan antara nusyu>z isteri dengan kekerasan terhadap isteri. Skripsi studi tokoh, “Nusyu>z Dalam Pandangan Amina Wadud dan Realisasinya dengan Upaya Penghapusan Kekerasan terhadap Isteri” yang disusun oleh Nailis Sa’adah. Pada bagian akhir dalam pembahasannya penyusun mengemukakan tentang pandangan Amina Wadud tentang nusyu>z yang lahir dari penafsiran terhadap ayat 34 surat an-Nisa’. Amina Wadud
9
Isa Anshari, “Nusyu>z sebagai Alasan Penolakan Memberi Nafkah (Studi Analisis terhadap Putusan PA. Sleman,“ Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (1997), hlm.111. 10
Wahid Hasyim, “Korelasi Nusyu>z dengan Kekerasan terhadap Isteri; Studi Kasus di Rifka Annisa’ Women’s Crisis Center Yogyakarta,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2002), hlm.76.
12
mendefinisikan nusyu>z tidak lain hanya sebatas pengertian gangguan keharmonisan rumah tangga, dan bukan kedurhakaan isteri terhadap suami sebagaimana pendapat para mufassir pada umumnya. Karena menurutnya
nusyu>z tidak hanya disebabkan oleh pihak isteri saja, tetapi juga pihak suami. Oleh karena itu menurut Amina Wadud usaha penyelesaian pun harus ditempuh secara harmonis pula, tidak boleh dengan kekerasan.11 Dengan demikian studi ini berkisar tentang pandangan seorang tokoh dalam hal ini Amina Wadud yang memandang bahwa nusyu>z bukanlah bentuk kedurhakaan isteri terhadap suami. Skripsi studi tokoh dengan judul “Studi terhadap Ibn Hazm tentang Nafkah isteri Nusyu>z,” yang disusun oleh Darnela. Sebagai sebuah kesimpulan terhadap Ibn Hazm penyusun memberikan kesimpulan bahwa menurut Ibn Hazm suami berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya meskipun isterinya itu dalam keadaan nusyu>z. Karena menurut Ibn Hazm ukuran kewajiban suami dalam memberikan nafkah kepada isterinya itu adalah karena telah terjadinya akad nikah semata, jadi selama ikatan perkawinan itu masih ada, suami masih tetap wajib memberikan nafkah kepada isterinya itu dalam keadaan apapun.12
Dalam studi ini lebih
menjelaskan kepada kewajiban suami untuk menafkahi isterinya yang sedang
nusyu>z, yang ditinjau berdasarkan pendapat Ibn Hazm.
11
Nailis Sa’adah, “Nusyu>z dalam Pandangan Amina Wadud dan Realisasinya dengan Upaya Penghapusan Kekerasan terhadap Isteri,“ Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2002), hlm, 63. 12
Lindra Darnela, “Studi terhadap Pendapat Ibn Hazm tentang Nafkah isteri Nusyu>z,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2002), hlm,108.
13
E. Kerangka Teoritik Nusyuz Secara etimologis, nusyu>z berarti “menentang” (al-is{ya>n). Istilah nusyu>z sendiri diambil dari kata al-nasya>z, artinya bangunan bumi yang tertinggi (ma>irtafa’a minal ard}i). Makna ini masih sesuai dengan pengertian yang ada dalam surat al-Muja>dalah (58):11, “waiza qila unsuzy”. Secara terminologis nusyu>z berarti tidak tunduk kepada Allah SWT, untuk taat kepada suami.13 Sedangkan menurut Imam Ragib sebagaimana dikutip oleh Asghar Ali Engineer dalam bukunya menyatakan bahwa nusyu>z merupakan perlawanan terhadap suami dan melindungi laki-laki lain atau mengadakan perselingkuhan.14 Dalam rumusan konsep nusyu>z yang lebih menyudutkan pihak perempuan tersebut, menimbulkan implikasi tidak hanya dalam memahami ayat al-Quran yang membicarakanya, seperti pada surat an-Nisa>’ (4): 34 dan 128 tetapi juga berimplikasi memahami kedudukan dan hak-hak perempuan dalam Islam. Ayat surat tersebut banyak dikutip oleh para ahli hukum Islam untuk menunjukkan bahwa perempuan benar-benar berada di bawah laki-laki dan bahwa laki-laki memiliki hak-hak tertentu dalam memperlakukannya, terutama saat perempuan itu (isteri) melakukan pembangkangan atau nusyu>z. Hak-hak yang dimiliki laki-laki (suami) dalam memperlakukan isterinya yang sedang nusyu>z mengacu pada surat an- Nisa>’ (4): 34 ada 3
13
14
Syafiq Hasyim, Hal-Hal yang Tak Terpikirkan, (Bandung: Mizan, 2001),hlm.183.
Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Mesgapkandal Doktrin dan laki-laki, Alih Bahasa Akhmad Affindi, cet. I, (Yogyakarta: IRCSod, 2003), hlm.92.
14
macam: (1) memberi arahan atau nasehat secara bijak terhadap isterinya yang sedang nusyu>z. (2) memisahkan tempat tidurnya (ranjangnya). (3) boleh memukulnya dalam artian dengan pukulan yang tidak menyakitinya. Dalam hal ini tentu saja berkaitan tentang batas-batas pengertian nusyu>z yang belum adanya kejelasan dan pemberian status hukum nusyu>z yang merupakan menjadi hak seorang suami. Artinya, seorang suami berhak untuk menentukan apakah isterinya nusyu>z atau tidak. Dijelaskan dalam kitab “'Uqu>d al-
Lujjay>n”tentang beberapa hal yang membolehkan seseorang memukul isterinya antara lain; jika seorang isteri menolak untuk berhias, bersolek di hadapan suami, menolak ajakan untuk tidur, keluar rumah tanpa izin, memukul anak kecilnya yang sedang menangis, mencaci maki orang lain, menyobek-nyobek
pakaian
suami,
menarik
jenggot
suami
(sebagai
penghinaan), mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, seperti dungu dan lainnya. Meskipun dalam hal ini suaminya mencaci lebih dulu, menampakkan wajahnya kepada orang lain yang bukan muhrimnya, memberikan harta suami diluar batas kewajaran, menolak menjalin hubungan kekeluargaan dengan saudara-saudara suami.15 Hal itu tentu saja berkaitan dengan batas-batas pengertian nusyu>z yang belum jelas dan juga pemberian status hukum nusyu>z yang merupakan hak seorang suami. Artinya, suami berhak menentukan apakah isterinya melakukan nusyu>z atau tidak. Seperti halnya yang dijelaskan dalam kitab
'Uqu>d al-Lujjay>n tentang beberapa hal yang membolehkan seorang memukul
15
Muhammad Nawawi, 'Uqu>d al-Lujjay>n, hlm.8.
15
isterinya antara lain; jika isteri menolak berhias dan bersolek di hadapan suami, menolak ajakan untuk tidur, keluar rumah tanpa izin, memukul anak kecilnya yang sedang menangis, mencaci maki orang lain, menyobek-nyobek pakaian suami, menarik jenggot suami (sebagai penghinaan), mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, seperti bodoh, dungu. Meskipun suaminya mencaci lebih dahulu, menampakkan wajahnya kepada orang lain yang bukan muhrimnya, memberikan harta suami di luar batas kewajaran, menolak menjalin hubungan kekeluargaan dengan saudara-saudara suami.16 Begitu pula ketika penyusun mencoba memahami hak suami dalam memisahi ranjang isteri yang nusyu>z. Tidak ada ketentuan yang menjelaskan secara terperinci sampai dimana batasan-batasannya. Walaupun ada sebagian ulama' yang berpendapat bahwa hijr (memisahkan tempat tidur)yang dilakukan suami itu boleh dilakukan asal tidak melebihi tiga hari. Sedangkan yang lain berpendapat dengan menganalogikannya pada batas hak i>la’(sanksi) empat bulan. Meskipun begitu perlakuan hijr suami itu sendiri dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan seksual terhadap isteri. Sebab jika dikembalikan lagi pada tujuan asal perkawinan yang salah satunya adalah untuk pemenuhan kebutuhan biologis, maka sikap tidak perduli terhadap kebutuhan biologis pasangannya yang ditunjukkan dengan cara menjauhi ranjangnya dan menghindari dalam berhubungan seks merupakan tindakan yang salah. Karena kebutuhan itu tidak hanya merupakan hak suami saja
16
Muhammad Nawawi,'Uqu>d al-Lujjay>n, hlm. 8.
16
namun juga merupakan hak isteri.17 Seperti yang dijelaskan oleh beberapa ayat dalam al-Qur'an yang menyinggung tentang arti pentingnya penyaluran kebutuhan biologis secara sehat dan benar. Di antaranya yaitu:
!" # !$ !$% & ' ( ) *+ ,-* !$ ./# 18 !$01 21 !$*-1 3 " !$&2 " !"04 !$ 5 !-1 Dalam ayat yang lain: 19
!"89 :# !$;/ 6 !$ 7/ !$% &
Tidak hanya sebatas hak untuk memisahi ranjang dan memukul, suami pun masih memiliki hak yang lain dalam memperlakukan isterinya yang sedang nusyu>z seperti pencegahan nafkah dan penjatuhan talak. Untuk pencegahan nafkah hal ini seperti yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), sesuai dengan penghasilan suami menanggung: 1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri 2. Biaya pengobatan bagi isteri dan anak 3. Biaya pendidikan bagi anak Kewajiban-kewajiban di atas diperjelas lagi dengan ayat (5) “kewajiban suami terhadap isterinya tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.” Begitu pula pada
17 Khoiruddin Nasution, Islamtentang Relasi Suami dan isteri (Hukum Perkawinan I), cet. I, (Yogyakarta: ACAdeMIA dan TAZAFFA, 2004), hlm. 40. 18 Al-Baqarah (2): 187. 19
Al-Baqarah (2): 223.
17
ayat (7) dijelaskan lagi dengan menyatakan; kewajiban suami sebagaimana dimaksud pada ayat (5) gugur apabila isteri nusyu>z.”20 Harus dicatat, pemberian nafkah itu berarti meliputi makanan, tempat tinggal dan pakaian. Dan hal itu wajib bagi suami ketika isteri mulai tinggal bersamanya dan mengizinkan hubungan badan setelah pernikahan, asalkan tentu saja isteri mampu untuk itu.21 Oleh karena itu sudah semestinya jika kewajiban itu tidak hilang hanya karena perkara-perkara sepele seperti hal-hal yang diklaim suami terhadap isterinya saat nusyu>z. Menurut Ibnu Hazm bahwa apa pun alasannya memberi nafkah merupakan kewajiban pihak suami sejak terjalinnya akad nikah baik suami mengajak hidup serumah atau tidak, baik isteri masih dibuaian, atau berbuat nusyu>z atau tidak, kaya atau fakir, masih punya orang tua atau telah yatim, gadis atau janda, merdeka atau budak, semua disesuaikan dengan keadaan dan kesanggupan suami.22 Tidak mudah sebenarnya melacak sebab-sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, karena tidak bisa dipungkiri kondisi sosial masyarakat masih beranggapan bahwa persoalan dalam rumah tangga merupakan sesuatu yang tabu diungkapkan, karena hal itu adalah urusan internal dan privasi sebuah keluarga. Setidaknya ada beberapa faktor yang berpeluang dalam menimbulkan tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap isteri. Salah
20
KHI Pasal. 80 Ayat (4), (5) dan (7). Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, cet. II, (Yogyakarta: LSPPA, 2000), hlm. 179. 21
22
As-Sayyid Sa>biq, Figh as-Sunnah, (al-Qa>hirah: Fath al-I’la>m al-Arabi>, 1410 H/1990 M.), III: 279.
18
satunya adalah kekeliruan dalam memahami ajaran agama. Seperti kekeliruan dalam memahami surat an-Nisa>' (4):34, yang berbunyi:
< + 2=>60>?2 #@A B-=C C- AD@&0 B- >? B20020 0 E"B"C- 2/ = *F--"2G""0? 23 .K 4 *- $C- H* &0C*-1F 2=$0I6 J201 Serta yang sering dianggap sebagai pembolehan pemukulan suami terhadap isteri. Atau juga terhadap ayat dalam surat al-Baqarah (2):223:
$ #=-1C-?=$&2 L>MN="8 B 6=$;/62=$-;G=4O &
24 P0>Q NR Kedua ayat di atas banyak dipahami sebagai pemberian hak terhadap suami dalam melakukan eksploitasi seksual terhadap isetri.25 Semua itu tentu saja tidak terlepas dari asumsi dasar bahwa laki-laki adalah pemimpin atas perempuan dan mereka merupakan pihak yang berkuasa. Paradigma kekuasaan semacam itu tampaknya juga melahirkan implikasi dalam teori perkawinan. Islam memandang bahwa perkawinan merupakan perjanjian yang menghalalkan laki-laki dan perempuan untuk menikmati naluri seksualnya. Melalui akad ini, isteri dianggap milik laki-laki atau suami dengan kepemilikan intifa'> . Meskipun menurut sebagian ulama Sya>fi'i>yyah, akad 23 24
25
60.
An-Nisa>’ (4): 34. Al-Baqarah (2): 223. Fathul Jannah dkk., Kekerasan Terhadap Isteri, cet. I, (Yogyakarta: LKiS, 2003), hlm.
19
nikah bukanlah akad tamlik (kepemilikan), melainkan akad ibahah (pilihan).26 Sementara
itu,
seperti
yang
diketahui
walaupun
istilah
kekerasan
terhadap perempuan belum digunakan dalam, rumusan hukum. KUHP menempatkan sebagian besar dalam bab kejahatan dengan kesusilaan. Khusus tentang penganiayaan terhadap anggota keluarga termasuk terhadap isteri dijelaskan dalam pasal 356 dalam bab penganiayaan “(1) bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, isterinya atau anaknya; (2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan tugasnya yang sah; dan (3) Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.” Dalam pasal itu disebutkan bahwa pidana dalam pasal 351 “(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat, si tersalah dihukum penjara selama-lamanya lima tahun; (3) Jika perbuatan itu menjadikan matinya orang, dia dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun; (4) Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja; (5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dihukum”, 353 “(1) Penganiayaan yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu dihukum penjara selamalamanya empat tahun; (2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, si tersalah dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun; (3) Jika perbuatan itu menjadikan kematian terhadap orang lain, ia dihukum penjara selama-lamanya 26
Lihat Hussain Muhammad, "Refleksi Teologis tentang Keperempuan: Kekerasan terhadap Perempuan", dalam Syafiq Hasyim (ed.), Menakar, Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 209.
20
sembilan tahun”, dan 355 “(1) Penganiyaan berat yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun; (2) Jika perbuatan itu menjadikan kematian orangnya si tersalah dihukum penjara selama-lamanya sepuluh tahun.”dan dapat ditambah dengan sepertiga bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, isterinya atau anaknya.27
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian pustaka (library research), yaitu suatu penelitian yang seluruh datanya didapatkan dari sumber-sumber pustaka, buku-buku atau karya tulis yang relevan dengan permasalahan yang ada dan yang diteliti.28 Dan juga beberapa literatur tentang hukum pidana baik dari ranah hukum Islam dan hukum positif. Penelitian pustaka disebut juga penelitian hukum normatif, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada norma-norma yang tertulis atau bahan hukum yang lain.29 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian ini bersifat deskriptif analitik, maksudnya penelitian ini dilakukan dengan klarifikasi dengan ketentuan hukum yang 27
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) 28
29
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 1990), hlm.9.
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm. 3.
21
berlaku selama ini. Untuk kriteria identifikasi ini perlu menyeleksi manakah norma-norma yang dapat disebut hukum positif dan sosial. Dan juga
mengorganisir
norma-norma
yang
sudah
diidentifikasi
dan
dikumpulkan di dalam suatu sistem yang komprehensif. 30 3. Pendekatan Penelitian Untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini, maka penyusun menggunakan pendekatan penelitian ini adalah normatif, pendekatan tersebut dipakai dalam hal untuk menemukan asas atau doktrin terhadap hukum positif yang berlaku,31 berupa pendapat ahli hukum Islam maupun hukum positif untuk selanjutnya dianalisis secara kritis. 4. Teknik Pengumpulan Data Pada dasarnya dalam hal pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data penelitian dokumentatif. Bahwasanya datanya secara langsung diambil dari buku-buku yang membahasnya mengenai permasalahan yang diteliti dan juga dikutip sebagai pembanding. Sehingga pada akhirnya data yang didapatkan merupakan data yang diperoleh lewat berbagai sumber yang ada. 5. Analisis Data Dalam hal metode analisa ini agar data yang didapatkan itu valid maka digunakanlah analisa data kualitatif sehingga data yang didapatkan akurat. Pengaplikasiannya dari metode tersebut bahwasanya penelitian ini
30
Bambang Sunggono, Metodologei Penelitian Hukum, cet. III, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), hlm.84-85. 31
Ibid.
22
bertitik tolak upaya untuk menemukan asas-asas tentang Batas-batas hak suami dalam memperlakukan saat isteri nusyu>z pandangan Ima>m Asy-
Sya>fi’i> yang telah ada untuk diklarifikasikan dan dikembangkan guna menemukan sistem yang komperhensif dan sistematis. Dalam analisa penelitian ini penggunaan sistem penalaran deduktif digunakan untuk mengimplementasikan norma hukum yang in abstracto yang telah ditemukan tersebut untuk digunakan sebagai titik tolak dalam melihat masalah yang in concrecto.
G. Sistematika Pembahasan Dalam menjabarkan dari kelima bab dalam skripsi ini penyusun mencoba menguraikan dari bahasan masing-masing bab. Pada dasarnya dari lima bab yang akan dibahas oleh penyusun dalam skripsi ini nantinya akan diawali bab pertama yaitu pendahuluan dan bab yang kelima adalah penutup. Bab pertama pendahuluan, yang menjadi penjelasan adanya skripsi ini dan mengapa perlu dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian untuk menjelaskan mengenai urgensi penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan telaah pustaka untuk memberikan penjelasan dimana posisi penulis dalam hal ini, dimana letak kebaharuan penelitian ini. Selanjutnya kerangka teoritik adalah tinjauan mengenai beberapa pandangan atau pendapat-pendapat tokoh tentang obyek bahasan yang diteliti. Adapun metodologi penelitian dimaksudkan bagaimana cara yang akan dilakukan penulis dalam penelitian ini, pendekatan yang dipakai dan bagaimana langkah-
23
langkah penelitian tersebut dilakukan. Dan yang terakhir adalah sistematika yaitu untuk memberikan gambaran secara umum tentang, sistematis, logis dan korelatif mengenai kerangka bahasan penelitian. Bab kedua merupakan gambaran secara umum mengenai nusyu>z, yang mencakup pengertian nusyu>z, bentuk-bentuk perbuatan nusyu>z, dasar hukum dan akibat perbuatan hukumnya. Hal ini penting karena diistilahkan sebagai pintu untuk dapat masuk ke dalam hal yang khusus atau spesifik dalam bahasan di bab selanjutnya. Sehingga nanti diharapkan untuk mempermudah pemahaman alur dalam skripsi ini. Bab ketiga berbicara tentang hak-hak suami dan batasan-batasannya dalam memperlakukan isteri saat nusyu>z pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>, dalam bab ini adalah pokok masalah yang diteliti. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan berbagai pendapat atau ide dari berbagai pemikir hukum Islam, dan sekaligus melakukan analisa secara kritis-analitis dari berbagai pendapat ulama’ yang ada. Bab empat dijelaskan mengenai analisa pembahasan mengenai pandangan dari Ima>m Asy-Sya>fi’i> tentang batas-batas perlakuan suami saat isteri sedang nusyu>z dan analisa mengenai istimbath hukum Ima>m Asy-Sya>fi’i> tentang batas-batas perlakuan suami saat isteri sedang nusyu>z. Sehingga dalam bab empat ini lebih ditekankan dalam pembahasan analisisnya dikaitkan dengan hukum Islam. Sehingga nanti pembahasan mengenai nusyu>z dapat tercapai dengan maksimal.
24
Bab kelima dalam bagian ini adalah merupakan bagian terakhir atau penutup yang mencakup kesimpulan sekaligus saran-saran berkaitan dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh penyusun sekaligus diajukan sebagai jawaban atas pokok masalah. Pada bagian akhir dalam skripsi ini juga adanya hal-hal yang penting dan relevan dengan penelitian yang tidak perlu dimuat pada bagian utama, terdiri atas daftar pustaka, lampiran-lampiran dan curriculum vitae.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah penyusun lakukan dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Batas-Batas Perlakuan Suami Terhadap Isteri Saat Nusyu>z Dalam Pandangan Ima>m Syafi’i>”ini mencoba untuk diberikannya solusi yang paling baik dengan beberapa macam upaya yang sudah diuraikan panjang lebar di dalamnya pada bab-bab sebelumnya. Oleh karena itu dalam bab akhir ini ditarik beberapa kesimpulan sekaligus saran sebagai berikut: 1. Imam
asy-Syafi’i
mengemukakan
bahwasanya
dalam
batas-batas
perlakuan hak seorang suami saat isteri nusyu>z itu yang pertama: upaya pesuasif yang digambarkan imam Asy-Syafi’i ini mencakup pemberian
mau’id}ah
(nasihat).
Kedua:
mengasingkan
isteri
(hijr).
Ketiga:
kewenangan memukul. Keempat: Pencegahan hak nafkah. Kelima hak penjatuhan talak yang dalam hal ini merupakan suatu jalan terakhir manakala di dalam rumah tangga sudah tidak bisa ditempuh dengan jalan
Is}lah (perdamaian). 2. Mengenai konteks istinbat} hukum yang dilakukan oleh Imam Asy-Sya>fi’i menggunakan rujukan-rujukan yang sah}ih} diantaranya : Al-Qur’an, AsSunnah, Ijma’ dan Qiyas. Di sinilah istinbat} hukum yang diberikan Imam Asy-Sya>fi’i benar-benar melalui penyaringan. Karena Imam Asy-Sya>fi’i
104
105
adalah salah satu madzhab yang terkenal di dunia dan sudah tidak diragukan lagi dari sisi pendapat hukum terutama di dalam pendapat hukum fiqih. 3. Pandangan dan istinbat} hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i> tentang batas-batas hakhak suami dalam memperlakukan isteri pada saat nusyu>z tidak keluar dari hukum Islam karena rujukan pertama selalu menggunakan kitab suci alQur’an, kemudian hadis-hadis atau sunnah Nabi, selanjutnya jika tidak ditemukan secara eksplisit dalam al-Qur’an dan hadis baru beliau melakukan ijma’ (kesepakatan Imam-imam Mujtahid dalam satu masa) dan Qiyas (perbandingan antara yang satu dengan yang lain)
B. Saran-Saran Perlu adanya tindak lanjut mengenai konsep nusyu>z dengan menggunakan pendekatan yang mengacu pada keadilan. 1. Bagi suami: hendaknya dapat memperlakukan isteri dengan sebaikbaiknya, dengan memposisikan isteri sebagai partner dalam rumah tangga dan bukan sebagai pembantu seperti yang dipahami masyarakat masa lalu. 2. Bagi isteri: saling memahami antar tugas dan kedudukan dalam rumah tangga. 3. Pemerintah: hendaknya ikut andil dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya terhadap masyarakat, sehingga nantinya masyarakat dapat bisa lebih memahami bagaimana menjadikan rumah tangga itu bahagia dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
A. Kelompok Al-Qur'an dan Tafsir Al-Jas}sa} s> , Abi< Bakr Ah}mad ibn ‘Ali< Ra>zi<, Ah}ka>m al-Qur'a>n, Beirut: Da>r alKutub al-Alamiyah, 1415 H/1993 M. Al-Kausari, Muhammad Zahi>d>, Muqaddimah Ahka>m al-Qur'a>n li Ima>m AsySya>fi’i, Beirut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyah, 1991. Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: J-Art, 2005. Johari, Ayat-ayat Nusyuz: Tinjauan Pisikologik-Pedagogik, Tesis Pasca Sarjan, Tidak diterbitkan, Yogyakarta: Sunan Kalijaga, 1995.
B. Kelompok Hadis
< } Muslim bi Syarh an-Nawawi<, Beirut: Da>r al-Fikr, 1981 An-Nawawi<, S{ah}ih M/1401 H. Asy-Syajastani, Abi Daud Sulaiman ibn as-Yas, Sunan Abi Daud, Beirut: Da>r al-Fikr, 1994. Muslim, S{ah}ih} Muslim, Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.t.. Al-Qurtu>bi, Ja>mi al-Ah}ka>m al-Qura>n, Mesir: Da>r Al-Kita>b Al-Ara>bi, 1967. Al-Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997.
C. Kelompok Fiqh Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, tt., IV: 1353. Rasyadi, A. Rahmat, Islam; Problematika Seks Kehamilan dan Melahirkan, cet. X, Bandung: Angkasa, 1993.
106
107
al-Ju>naidi<, Abd. Al-Haki>m, Al-Ima>m asy-Sya>fi’i> Na>sir as-Sunnah wa Wadi’ al-Ushu>l, Mesir: Da>r al-Qalam, 1996. Al-Jundi<, Abd. Ha>lim, Ima>m Asy-Sya>fi’i>: Nasi>ru as-Sunnah wa Wadi>u ‘Ilmu al-Us}ul> , ttp: Da>r al-Qalam, 1996. Waha>b, As-Subki, Abd., Ha>syi>yah al-‘Alamah al-Banna>ul, ttp: Da>r al-Ihya>’ al-Kutb al-‘Ilmi>yah, tt. Aal-Khallaf, Abd. Wahab, Ilmu Us}ul Fiqh, Alih bahasa Masdar Helmy, cet. 7, Bandung: Gema Insani Press, 1997. al-Jazi
n, Kita>b al-Fiqh ‘Ala al-Maz\ah > ib al-‘Arba’ah, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t.. Abu> ‘I<sa> Muh}ammad bin ‘I<sa> bin Surah, Al-Ja>mi’ as-S{ah}ih} wa Huwa Sunan al-Tirmiz\i,< Beirut: Da>r al-Kutub al-Alamiyah, t.t. al-Gazzali<, Abu> Ha>mid Muh}ammad bin Muh}ammad, Ih}ya ‘Ulu>m ad-Dir al-Kita>b al-Isla>mi, t.t. Abu Muhammad ‘Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm, al-Muhalla, Kudus: Pustaka Azzam, t.t. Ahmad asy-Syaiba>si>, Al-A’immah al-‘Arba’ah, Beirut: Da>r al-Ja>il, tt. Ahmad Ima>m Asy-Sya>fi’i as-Sabba>si>, Al-Aimmah al-Arba’ah, Beirut: Da>r AlJail, tt. Ahmad Nahra>wi Abd. As-Sala>m, Al-Ima>m fi> Mazha>baih, cet. I, Indonesia: tnp, 1998. Ahmad Yu>suf, Ima>m Asy-Sya>fi’i> Wadi>’u ‘Ilmu al-Ushu>l, Kairo: Da>r AsSaqa>fah fi an-Nasyr wa Tauzi’, 1990. Ali Baihaqi, Ma’rifatu as-Sunnah wa al-As\ar, Beirut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyah, t.tp. Al-Mawardi, al-Halu>yal-Kabi>r, Beirut: Da>r al-Fikr, 1994 M/ 1414 H. Al-Syi Maz}ah > ib al-‘Arba’ah, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t. Amina Wadud, Qur’an dan Perempuan, Jakarta: Serambi, 2000. An-Nahra>wi<, al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Beirut: Dar al-Fikr, 1996 M/1417 H.
108
Asghar Ali Enggineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, alih bahasa Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1994. As-Sayyid Sa>biq, Figh as-Sunnah, (al-Qa>hirah: Fath al-I’la>m al-Arabi>, 1410 H/1990 M. Faru>q Abd. Mu’ti>, Al-Ima>m Asy-Sya>fi’i>, Beirut: Da>r al-Kutv al-‘Ilmi>yah, 1992. Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), Wajah Baru Relasi Suami-Istri; Telaah kitab ‘Uqud al-Lujjayn, cet.I, Yogyakarta: LkiS, 2001. Hasbi as-Shieddiqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997. Hazaimah Tahida, Pengantar Perbandingan Madzhab, Jakarta: Logos, 1997. Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami-Istri Menurut Hukum Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1993. Ibn Hajar Asqalan, Mana>qib Ima>m Asy-Sya>fi’i>: Tawa>li at-Ta>sis, Beirut: Da>r al-Kutb al-‘Ilmi>yah, 1986/1406. Ima>m Asy-Sya>fi’i, al-Umm, Beirut: Da>r al-Fikr, 1983 M/ 1403 H. Ima>m Taqiy al-Difi’i<, Kifa>yat al-Akhya>r, Semarang: Toha Putra, t.t. M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, cet. II, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981. Masdar Farid Mas’udi, Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan, cet.I, Bandung: Mizan, 1997. Muh. Rasyid Rida, Jawaban Islam Terhadap Seputar Wanita, alih bahasa, Abd. Haris Rifa’i, Surabaya: Pustaka Progresif, 1993. Usma>n al-Khasi
Muh}ammad
bahasa A. Aziz Salim Basyarahil, Jakarta: GIP, 1994. Muhammad Abu> Zahrah, Tari>kh al-Madza>hib al-Isla>miyah, Kairo: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, tt. Muhammad Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta: Rajawali Press, 1965.
109
Muhammad bin Abdurrahman, Rahmah al-Ummah fi< Ikhtila>f al-Aimmah, Surabaya: al-Hidayah, t.t. Muhammad Ibn Idri>s, Ima>m asy-Sya>fi’i> Diwa>n al-Ima>m asy-Sya>fi’i>, Yu>suf Ima>m Muhammad al-Baqa>’i> (ed.), Makkah: Da>r al-Fikri, 1988. Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, Syarh Uqud al-Lujjayn fi Bayan alHuquq az-Zawjayn, Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t. Muhammad Yusu>f Mu>sa>, Ah}ka>m al-Ah}wal asy-Syakhs}iyyah al-Isla>my. Muhyidin Abd. as-Sala>m, Mauqif Ima>m Asy-Sya>fi’i> min Madra>sah al-Iraq alFiqhi>yah, Mesir: Majlis al-A’la> li Syu’u>n al-Isla>miyah, tt. Mustafa> as-Siba>’i>, As-Sunnah wa Imka>natuhu fi at-Tasyri’ al-Isla>mi>, Cet.8 Damsik: Da>r al-Qaumi>yah, 1379/1960. Saleh bin Gani<m as-Saldani<, Nusyu>z, alih bahasa A. Syauqi Qadri, cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Sirajudin ‘Abbas, Sejarah dan Keagungan Ima>m Asy-Sya>fi’i>, Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1995. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: Wijaya, 1954. Sunan ibn Majah, “Kitab an-Nika>h”, Bab al-Mar’ah ‘ala> az-Zawj”. Toha Jabir al-Alwani, Ushul al-Fiqh al-Islami, Source Methodology in Islamic Jurisprodence: Methodology for Research and Knowledge, Herudu: The International of Islamic Thought, 1990. Wahbah az-Zuhaili, al Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, cet ke-I, Beirut: Dar alFikr, 1997. Wahbah az-Zuhaili<, al-Fiqh al-Isla>mi, Juz IX, hlm. 6599.
D. Kelompok Lain-lain Adhim, Fauzil, Kupinang Engkau Dengan Hamdalah, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999. Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, cet. III, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
110
al-Jamal, Muh. Yusuf Asy-Syahir. Tafsir Al-Bahr al-Muhit, cet. II, Beirut: Da>r al-Kutub al-Alamiyah, 1413 H/1993 M. al-Katib, Muhammad Sarbini, Mug}ni al-Muhtaj, Mesir: Mustafa al-Bab alHalabi, t.t. al-Khallaf, Abd. Wahab, Ilmu Us}ul Fiqh, Alih bahasa Masdar Helmy, cet. 7, (Bandung: Gema Insani Press, 1997. Asfari Jaya Bakri. Konsep Maqosid Syari’ah, cet.1, Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996. Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Skandal Doktrin Dan Laki-Laki, Alih Bahasa Akhmad Affandi, cet. I, Yogyakarta: IRCSod, 2003. as-Sadlan, Shaleh bin Ghanim, “Nusyuz” diterjemahkan oleh Abu Hudaifah Yahya, Nusyuz Petaka Rumah Tangga. Jakarta: Nurul Qalb, 2008. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001. Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Pres, 1995. Depag RI, Inpres nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Derektorat Jendral Pengembangan Kelembagaan Agama Islam. Elli Nurhayati, “Tantangan keluarga pada millennium ke-3” dalam Lusi Margiani dan Muh. Yasir Alimi (ed), Sosialisasi menjinakan “Taqdir” Mendidik anak secara Adil, cet. I, Yogyakarta: LSPPA, 1999. Fathul Jannah dkk., Kekerasan Terhadap Isteri, cet. I, Yogyakarta: LKiS, 2003. Fathul Jannah dkk., Kekerasan Terhadap Isteri, cet. I, Yogyakarta: LKiS, 2003. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, 1990.
111
Hasan, Muhammad Ali, Perbandingan Madzhab, Jakarta: Rajawali Press, 1965. Hasyim, Syafiq, Hal-Hal yang Tak Terpikirkan, Bandung: Mizan, 2001. Hussain Muhammad, "Refleksi Teologis Tentang Keperempuan: Kekerasan Terhadap Perempuan", dalam Syafiq Hasyim (ed.), Menakar, Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1999. Inpres Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Pasal 83 ayat (1) dan 84 ayat (1). Isa Anshari, “Nusyuz sebagai Alasan Penolakan Memberi Nafkah (Studi Analisis Terhadap Putusan PA. Sleman,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997. Jailani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, cet. 7, Bandung: Gema Insani Press, 1997. Khoiruddin Nasution, Islam, Tentang Relasi Suami dan Isteri (Hukum Perkawinan I), cet. I, Yogyakarta: ACAdeMIA dan TAZAFFA, 2004. Latif, M. Djamil, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, cet. II, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981. Lindra Darnela, “Studi Terhadap Pendapat Ibn Hazm Tentang Nafkah Isteri Nusyuz,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002. Manzur, Ibn, Lisan al-Arobi, Beirut: Da>r Lisan al-Arobi, ttp. Muhammad, Hussain. "Refleksi Teologis tentang Keperempuan: Kekerasan terhadap Perempuan", dalam Syafiq Hasyim (ed.), Menakar, Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1999.
112
Nailis Sa’adah, “Nusyuz Dalam Pandangan Amina Wadud Dan Realisasinya Dengan Upaya Penghapusan Kekerasan Terhadap Isteri,” Skripsi Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002. Nasution, Khoiruddin, Islam tentang Relasi Suami dan isteri (Hukum Perkawinan I), cet. I, Yogyakarta: ACAdeMIA dan TAZAFFA, 2004. Nurjannah, Perempuan Dalam Pasungan; Bias Laki-laki dalam Penafsiran, cet. I, Yogyakarta: LkiS, 2003. Syakir, Syaikh Ahmad Muhammad, Ar-Risalah Imam Syafi’i, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Tatapangarsa, Humaidi, Hak dan Kewajiban Suami-Istri Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 31 Ayat (1). Wahid Hasyim, “Korelasi “Nusyuz Dengan Kekerasan Terhadap Rumah Isteri; Studi Kasus Di Rifka Annisa’ Women’s Crisis Center Yogyakarta,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002. Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TERJEMAHAN No Hlm
Fn.
1
2
3
2
16
18
3
16
19
4
18
23
5
18
24
6
28
11
Terjemahan BAB I …Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka… Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu... Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah amal (yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemuiNya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. BAB II Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. I
7
29
12
8
31
17
9
31
18
10
31
19
11
44
13
12
52
34
13 14 15 16
52 52 54 54
35 36 39 40
17 18
54 54
41 56
19
60
58
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyu>z atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyu>z dan sikap tak acuh), maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang, lalu sang istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu subuh. Nusyu>z: ketika istri menolak diajak bersetubuh atau keluar dari rumah tanpa izin suami. Nusyu>z adalah ketika seorang istri melanggar ketentuan yang ada di rumah suaminya dan ketika istri melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki suaminya. BAB III Wahai amirul mu’minin, apa yang kamu ucapkan terhadap dua orang laki-laki sehingga salah satu dari mereka mengira aku saudaranya dan laki-laki yang satunya lagi mengira aku miliknya. Mana yang lebih mencintaiku? Amirul mu’minin menjawab: laki-laki yang mengira kamu saudaranya … berkata: wahai amirul mu’minin, sesungguhnya kalian adalah orang tua abbas, dan mereka adalah anak ali dan kita itu keturunan bani mutholib, maka kalian semua adalah anaknya abas engkau menyangka kamu saudaramu, dan mereka menyangka kami budak mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka Dan pukullah mereka Janganlah kalian memukuli hamba-hamba perempuan Allah Istri yang dimarahi suami-suami mereka maka diringankan hatinya. Janganlah kalian memukuli hamba-hamba perempuan Allah Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyu>z atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga lakilaki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
II
20
63
65
21
63
67
22
66
72
23
66
73
24
69
78
25
69
79
26
78
96
27
78
97
Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Tidak halal bagi seorang muslim meninggalkan saudaranya melebihi 3 hari. Kepada orang-orang yang meng-ilaa' istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lakilaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, Berwasiatlah kalian semua kepada istri-istri kalian dengan wasiat yang baik, sesungguhnya istri-istri kalian itu adalah penolong bagi kalian. Kalian tidak berhak memiliki apapun dari para istri kecuali itu. Kecuali jika para istri berbuat kejelekan yang jelas maka tinggalkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan, namun jika mereka ta’at kepadamu janganlah kamu menghalangi pilihan mereka. Ingatlah, istri-istri kalian itu punya hak. Ingatlah, kamu wajib memberikan hak-hak mereka yaitu dengan berbuat baik dengan mereka serta memberikannya pakaian dan makanan. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya). Seorang suami wajib memberi nafaqah kepada istri ketika ada akad nikah, baik suami mengajak istri di rumah sendiri atau tidak, baik sang istri kaya atau faqir, punya orang tua atau yatim piatu, perawan atau janda, orang merdeka atau budak. Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita, karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang pun yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian dan jika istri melakukan kesalahan, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Dan wajib bagi suami memberikan rizki dan pakaian dengan kebaikan kepada istri. III
28
78
98
29
79
99
30 31
85 88
109 117
32
91
125
33
94
129
34
94
130
35 36
99 97
1 2
37
99
6
38
100
8
39
101
8
40
103
11
Saya bertanya: “Ya Rasulullah, apa hak seorang istri yang harus dipenuhi oleh suaminya?” Rasulullah menjawab: “Engkau memberinya makan apabila engkau makan, engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajahnya, dan janganlah engkau menjelekjelekkannya, dan janganlah engkau tinggalkan dia melainkan di dalam rumah. Saya bertanya kepada Ibnu ‘Utaibah tentang hukumnya seorang istri yang keluar dari rumah suaminya dalam keadaan marah, apakah seorang istri berhak mendapatkan nafaqah? Ibnu ‘Utaibah berkata: iya. Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah Thalaq. Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka Rasulullah Saw menjawab janganlah engkau memukul wajahnya, dan janganlah engkau menjelek-jelekkannya, dan janganlah engkau tinggalkan di dalam rumah. Dan pisahkanlah ranjang mereka BAB IV Dan bergaullah dengan mereka secara patut Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka Wahai orang-orang yang beriman selamatkanlah keluargamu dari api neraka Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur IV
39
98
12
40
99
13
41
103
16
42
105
20
mereka, dan pukullah mereka Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya? Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyu>z atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyu>z dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Kebijakan imam/kepala Negara terhadap rakyat itu harus dihubungkan dengan kemaslahatan.
V
BIOGRAFI ULAMA IMA< < ASYs asy-Sya>fi’i> al-Quraisyi>. Lahir pada tahun 150 H/767 M., dan meninggal pada tahun 204 H/820 M., beliau adalah salah satu dari Maza>hib al-Arba’ah yang sangat ketat baik dalam penggunaan akal maupun sunnah. Pandangan-pandangan yang ia kemukakan di Iraq atau tepatnya di Bagdad sering di sebut sebagai qaul qadi>m. Sedangkan pendapat atau pandangan dia yang dikemukakan setelah beliau hijrah ke Mesir. ASGAR ALI ENGINEER Asghar adalah seorang pemikir dan teolog Islam dari India dengan reputasi Internasional. Dia telah menulis banyak artikel dan buku tentang teologi, yurisprudensi, sejarah dan filsafat Islam serta memberikan kuliah di berbagai negara. Dia juga berpartisipasi dalam berbagai gerakan perempuan muslim dan pembaharuan di komunitas Bohra. Salah satu karyanya yang sangat terkenal dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang sangat konsern terhadap isu-isu hakhak perempuan dalam Islam adalah The Right of Women in Islam, diterbitkan tahun 1992 di London. WAHBAH AZ-ZUHAILI Nama lengkapnya adalah Wahbah Mustafa> az-Zuhaili>. Dilahirkan di kota Dayr ‘Atiyah, bagian dari Damaskus pada tahun 1932 M. Setelah menematkan Ibtidaiyyah dan belajar al-Kulli>yah as-Syar’i>yyah di Damaskus (1952), dia kemudian meneruskan pendidikannya di Fakultas asy-Syari’ah Universitas alAzhar, Mesir (1956). Di samping ia mendapatkan ijazah khusus pendidikan (tahassus at-Tadri>s) dari fakultas Bahasa Arab, dan ijazah at-Tadri>s dari Universitas yang sama mendapatkan gelar Lc. Dalam Ilmu Hukum di Universitas ‘Ain Syam, gelar Diploma dari Ma’had as-Syari>’ah Universitas al-Qa>hirah, dan memperoleh gelar Doktor dalam bidang hukum pada tahun 1963, dimana semua pendidikannya lulus dengan predikat terbaik. Ia kemudian menjadi dosen di Universitas Damaskus, dan mengisi aktivitasnya sebagai pengajar, penulis dan pembimbing. Sebagai ahli di bidang fiqh dan usul fiqh, Wahbah telah banyak menulis buku, diantara karya monumentalnya adalah al-Fiqh al-Isla>mi> wa ‘Adillatuh. IMA< < ABU< Hani>fah an-Nu’ma>n bin S|a>bit bin Zufi at-Tami>mi>. Lahir di Kufah pada tahun 150 H/ 699 M., pada masa pemerintahan al-Qa>lid bin Abdul Ma>lik. Dia salah satu mujtahid yang sangat banyak pengikutnya, yang mengklaim diri mereka dengan golongan mazhab Hanafi. Semua hidupnya, Abu> Hani>fah dikenal sebagai seorang yang dalam ilmunya, zuhud dan tawa>dhu’ serta teguh memegang ajaran agama. Beliau tidak tertarik dengan jabatan-jabatan kenegaraan, sehingga beliau pernah menolak sebagai hakim (qadhi>) yang ditawarkan oleh Al-Mansu>r. Konon, karena penolakannya itu dia dipenjarakan VI
hingga akhir hayatnya. Dia meninggalkan beberapa karya diantaranya Al-Musuan (kitab hadis, dikumpulkan oleh muridnya), Al-Makha>rij (buku ini dinisbatkan pada Ima>m Abu> Hani>fah, diriwayatkan oleh Abu> Yus>uf), dan Fiqh Akba>r. Abu> Hani>fah meninggal pada tahun 150 H/ 767 M, pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Kizra. IMA< < MA< m Ma>lik bin Anas, merupakan panutan bagi mereka yang menamakan dirinya sebagai aliran Maliki, mereka tersebar luas hampir merata di seluruh negara Islam. Ima>m Ma>liki sendiri dilahirkan di Madi>nah pada tahun 93 H/ 712 M. Dia adalah salah satu ulama yang sangat terkemuka, terutama dalam bidang ilmu hadis dan fiqh. Salah satu karyanya yang sangat terkenal hingga kini sebagai rujukan dalam ilmu hadis dan fiqh adalah kitabnya yang berjudul Al-Muwaththa’. Ima>m Ma>lik meninggal dunia pada usia 86 tahun pada tahun 179 H/ 795 M.
VII
CURRICULUME VITAE
1. Nama
: Muhammad Lutfi Ainun Najib
2. Tempat Tanggal Lahir : Gunung Kidul, 4 Januari 1992 3. Alamat Asal
: Wiyaka Utara, Plembutan, Playen, Gunung Kidul Wonosari, Yogyakarta
4. Alamat Sekarang
: Baciro, GK V/11 Timoho, Yogyakarta
5. E-mail
: [email protected]
6. Riwayat Orang Tua a. Nama Ayah
: Buchori Muslim
b. Pekerjaan
: PNS
c. Nama Ibu
: Sri Kusrini
d. Pekerjaan
: PNS
7. Alamat
: Wiyaka Utara, Plembutan, Playen, Gunung Kidul Wonosari, Yogyakarta
Riwayat Pendidikan 1. MI YAPPI Wiyaka
: Lulus Tahun 2003
2. MTs Al-Ma’ha>d An-Nur
: Lulus Tahun 2006
3. MA Al-Ma’ha>d An-Nur
: Lulus Tahun 2009
4. UIN Sunan Kalijaga
: Lulus Tahun 2013
VIII