J. Agrivigor 10(2): 196-207, Januari-April 2011; ISSN 1412-2286
TINGKAT TOLERANSI BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI PADA KONDISI SALINITAS DI LAHAN RAWA PASANG SURUT The level tolerance of some rice promising lines under salinity condition at tidal swamp land Fadjry Djufry1, Sudarsono2 dan Martina S Lestari2 E-mail:
[email protected] 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P.Kemerdekaan Km.17.5 Sudiang, Makassar. 90252.Tlp. 0411 556449, Fax.0411 554522 2.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Jl. Yahim Sentani No. 49 Jayapura Papua. 99352. Tlp: 0967 592179 Diterima: 10 Februari 2011
Disetujui: 2 April 2011
ABSTRAK Suatu genotype sebelum dilepas menjadi varietas unggul baru memerlukan uji adaptasi pada berbagai kondisi lingkungan untuk menentukan daya hasil dan stabilitasnya. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Merauke mulai bulan Mei-November 2010. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari 17 galur harapan padi toleran salinitas yaitu IR72049-B-R-22-3-1-1, IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1, IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2, IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1, IR74099-AC7, IR79879-B-P-2-2, IR51499-2B-29-2B-1-1, IR72593-B-13-3-3-1, IR66946-3R-178-1-1 (FL478), BW267-3, IR58427-5B15, IR68653-3B-22-3, CSR-90IR-2, IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2, IR71829-3R-28-1, IR72046-B-R-83-1-2, IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4, dan 3 varietas pembanding yaitu Ciherang, Lambur dan IR29. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, padi galur BW267-3 dan varietas Ciherang tidak mampu tumbuh dan berkembang pada kondisi lahan salinitas tinggi. Produksi gabah kering giling (GKG) tertinggi dicapai oleh galur IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 (6,60 tha-1), tidak berbeda nyata dengan galur IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2(6,44 t ha-1) dan varietas IR-29 (6,43 t ha-1).
Kata Kunci : Toleransi, padi, salinitas dan lahan pasang surut
ABSTRACT A genotype before being released into new varieties require multilocation test to determine the yield and stability. The experiment was conducted in Merauke district starting in MayNovember 2010. Research using randomized block design (RAK) with three replications. Treatments consisted of 17 promising lines of salinity tolerant rice IR72049-BR-22-3-1-1, IR78788-BB-10-1-2-4-AJY1, IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2, IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1, IR74 099-AC7, IR79879-BP-2-2, IR51499-2B-29-2B-1-1, IR72593-B-13-3-3-1, IR66946-3R-178-1-1 (FL 478), BW267-3, IR58427-5B-15, IR68653-3B-22-3, CSR-90IR-2, IR77674-3B-8 -2-14-4-AJY2, IR71829-3R-28-1, IR72046-BR-8-3-1-2, IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4, and 3 varieties of Ciherang, Lambur and IR-29. The results showed that, paddy strains BW267-3 and varieties Ciherang not able to grow and develop in conditions of high salinity. The highest production achieved by strains IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 (6,60t ha-1), not significantly different from the strains of IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 (6,44 t ha-1) and varieties IR-29 (6,43 t ha-1).
Keywords : Tolerance, rice, salinity, and tidal swamp land
PENDAHULUAN Optimalisasi pemanfaatan lahanlahan sub optimal seperti lahan kering, 196
lahan rawa dan lahan salin ke depan akan mendapat perhatian utama untuk dikembangkan dalam rangka peningkat-
Fadjry Djufry, Sudarsono dan Martina S Lestari
an produktivitas padi secara berkelanjutan. Hal ini disebabkan semakin terbatas lahan produktif akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian. Potensi pemanfaatan lahan sub optimal khususnya lahan pasang surut yang bersalinitas tinggi di luar pulau Jawa sangat besar. Dilain pihak tingkat cekam-an abiotik pertanaman pada lahan salinitas juga makin besar. Menurut Gregoria, et al. (1997) bahwa saat ini salinitas merupakan faktor pembatas kedua yang terbesar di dunia setelah kekeringan terhadap peningkatan produktivitas di berbagai negara. Hambatan pertumbuhan di lahan tersebut meningkat pada kondisi air pasang dan musim kemarau, dan disertai oleh rendahnya kelarutan hara esensial sehingga terjadi kekahatan hara (Utama et al., 2009). Lahan salin adalah lahan rawa yang terkena pengaruh penyusupan air laut atau bersifat payau, yang dapat termasuk lahan potensial, lahan sulfat masam, atau lahan gambut. Penyusupan air laut ini paling tidak selama 3 bulan dalam setahun dengan kadar natrium (Na) dalam larutan tanah 8-15%. Ciri-ciri lahan salin adalah pH < 8.5, dan didominasi oleh garam-garam Na,Ca, dan Mg dalam bentuk klorida maupun sulfat yang menyebabkan rendahnya ketersediaan N, P, Mn, Cu, Zn, dan Fe dalam tanah, tekanan osmotik tinggi, lemahnya pergerakan air dan udara, serta rendahnya aktivitas mikroba tanah. Salinitas menyebabkan perubahan morfologi, fisiologi, biokomia dan anatomi pada tanaman (Tester dan Davenport, 2003; Flowers, 2004). Merauke salah satu kabupaten di Papua yang memiliki lahan rawa yang cukup luas. Luas lahan rawa sekitar 850
ha tersebar pada tiga ke-camatan (Distan Merauke, 2010). Lahan rawa di Merauke tergolong lahan rawa pasang surut yang mendapat pengaruh salinitas dengan adanya intrusi air laut. Pemanfaatan lahan pasang surut mulai dibuka pada tahun 2006 untuk tanaman pangan khususnya padi dan palawija. Namun demikian pemanfaatan lahan pasang surut tersebut masih menghadapi berbagai kendala, sehingga masin belum mencapai hasil yang optimal. Kendala tersebut diantaranya adalah tingkat kesuburan tanah rendah dengan keragaman yang tinggi kemasaman tanah yang tinggi, potensi racun hara (besi dan Alminium), kondisi air tanah, laju degradasi kualitas lahan yang sangat cepat, dan penerapan teknologi yang belum sesuai kondisi spesifik lokasi serta sosial budaya setempat (Adimihardja et al., 1999; Sutikno dan Rina, 2002). Teknologi produksi padi yang diterapkan oleh petani di lahan rawa pasang surut yang ada di Kabupaten Merauke masih sangat sederhana dengan menggunakan varietas seadanya sehingga sangat rentan terhadap penyimpangan iklim.Pemanfaatan lahan rawa lebak untuk pertanian juga masih relatif rendah , pertanaman padi umumnya sekali setahun. Produktivitas padi yang dicapai juga masih rendah, yaitu 23t ha-1 GKP (Distan Papua, 2010). Rendahnya produktivitas padi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena penggunaan varietas lokal. Umumnya petani masih menanam varietas lokal karena belum tersedianya varietas unggul pada lokasi tersebut. Selain itu juga disebabkan oleh tingkat penerapan inovasi teknologi yang masih rendah. Sementara hasil-hasil penelitian
197
Tingkat toleransi beberapa galur harapan padi pada kondisi salinitas yang telah dilakukan oleh BPTP Papua menunjukkan produktivitas padi di Kabupaten Merauke dapat mencapai 4,2 – 5, 4 t ha-1GKP (Rauf et al., 2007). Pengujian daya hasil meliputi tiga tahap pengujian, yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjutan (UDHL), dan uji multi lokasi (UML). Tahap uji daya hasil pendahuluan membutuhkan galur dalam jumlah yang besar agar peluang untuk memperoleh galur yang hasilnya tinggi cukup besar pula. Tahap uji daya hasil lanjutan umumnya galur yang diuji berjumlah 10 – 20 galur, termasuk varietas unggul pembanding. Jumlah lokasi sekurangkurangnya empat lokasi, selama 2 – 4 musim. Selanjutnya, dilakukan uji multi lokasi terhadap 5 – 10 galur harapan dengan tujuan mengetahui daya adaptasi dari galur-galur harapan yang akan dilepas sebagai varietas baru (Sumarno, 2007). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki keunggulan pada kondisi lingkungan yang luas adalah dengan melakukan uji adaptasi. Uji multilokasi umumnya digunakan untuk mengevaluasi tanaman pada suatu hamparan yang luas yang merupakan target untuk lingkungan pertumbuhan tanaman (Berger et al., 2007). Uji multilokasi genotype baru sering menampilkan perbedaan hasil yang berubah-ubah dari satu lokasi dengan lokasi lainnya. Suatu genotype memberikan hasil tertinggi di lokasi tertentu namun belum tentu di lokasi lainnya. Terdapatnya perbedaan antara rata-rata hasil dengan potensi hasil disebabkan karena adanya kerentanan terhadap berbagai cekaman biotik dan 198
abiotik (Shah et al., 2005). Stabilitas hasil diukur berdasarkan variasi hasil dari berbagai kondisi lingkungan (Cleveland, 2001). Menurut Sulistyowati et al. (2010) bahwa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi cekaman salinitas pada lahan-lahan pertanaman padi adalah dengan mengembangkan va-rietasvarietas padi yang tahan terhadap cekaman lingkungan salinitas. Sangakkara (2001) mengemukakan tiga hal yang dapat dilakukan yaitu: (1) perbaikan pengelolaan tanaman, (2) seleksi dan perakitan varietas yang mampu beradaptasi pada kondisi cekaman, dan (3) bioteknologi untuk rekayasa verietas tahan salinitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi beberapa galur harapan padi terhadap cekaman salinitas, dan mendapatkan galur harapan yang berdaya hasil tinggi pada kondisi lingkungan salinitas di Provinsi Papua.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada musim kemarau selama 8 bulan mulai bulan Mei sampaiNovember 2010. Penelitian dilaksanakan di daerah pengembangan utama padi di Desa Kuprik, Kecamatan Semangga, Kabupaten Merauke. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari 17 galur harapan padi toleran salinitas yaitu IR72049-B-R-22-3-1-1, IR78788-B-B-10-12-4-AJY1, IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2, IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1, IR74099AC7, IR79879-B-P-2-2, IR51499-2B-29-2B1-1, IR72593-B-13-3-3-1, IR66946-3R-1781-1 (FL478), BW267-3, IR58427-5B-15, IR68653-3B-22-3, CSR-90IR-2, IR77674-
Fadjry Djufry, Sudarsono dan Martina S Lestari
3B-8-2-14-4-AJY2, IR71829-3R-28-1, IR 72046-B-R-8-3-1-2, IR77674-3B-8-2-2-8-3AJY4, dan 3 varietas pembanding yaitu Ciherang, Lambur dan IR-29. Kegiatan ini dilaksanakan secara on farm dengan rakitan-rakitan teknologi spesifik lokal. Komponen teknologi yang diterapkan disajikan pada Tabel 1. Cakupan analisis Analisis yang digunakan adalah fasilitas uji: analisis varians, uji beda, analisis regresi dan analisis kuantifatif. Cakupan analisis meliputi analisis data pertumbuhan dan produktivitas tanaman, cita rasa, dan tanggapan petani melalui organoleptik. Varietas galur yang
dianggap stabil berarti lebih tahan terhadap perubahan lingkungan atau daya adaptasinya tinggi. Pengamatan dan pengukuran Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Pengukuran
tingkat salinitas lahan. Dilakukan pada saat pindah tanam, primordial bunga dan fase pembungaan.
2. Toleransi galur terhadap cekaman salinitas pada fase vegetatif. Diamati satu bulan setelah pindah tanam. Penilaian mengacu pada SES (IRRI, 1996) sebagai berikut :
Tabel 1. Komponen teknologi yang diterapkan pada Padi Komponen Teknologi Pengolahan tanah Varietas/Galur
Kebutuhan benih Pembibitan/pesemaian Jumlah tanaman/benih per lubang tanam Jarak tanam Pemupukan
Pengairan Penyiangan Pengendalian hama/penyakit Panen dan Pascapanen
Pengelolaan Tanaman Sempurna, dibuat saluran drainase 17 Galur harapan padi yaitu IR72049-B-R-22-3-1-1, IR78788-B-B10-1-2-4-AJY1, IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2, IR77664-B-25-1-2-13-12-5-AJY1, IR74099-AC7, IR79879-B-P-2-2, IR51499-2B-29-2B-11, IR72593-B-13-3-3-1, IR66946-3R-178-1-1 (FL478), BW267-3, IR58427-5B-15, IR68653-3B-22-3, CSR-90IR-2, IR77674-3B-8-2-144-AJY2, IR71829-3R-28-1, IR72046-B-R-8-3-1-2, IR77674-3B-8-2-28-3-AJY4,dan 3 varietas pendamping yaitu Ciherang, Lambur dan IR-29. 20-25 kgha-1 Pesemaian basah 1-2 tan/lubang Tegel 20cm x 20 cm Urea: 250kgha-1 SP36: 100kgha-1 KCl : 100kgha-1 (Pupuk Nitrogen berdasarkan BWD) Intermitten Pengendalian gulma terpadu Pengendalian hama terpadu Tepat waktu dan prosessing dengan alat dan mesin
199
J. Agrivigor 10(2): 196-207, Januari-April 2011; ISSN 1412-2286
Tabel 2. Metode mengukur toleransi galur terhadap cekaman salinitas pada fase vegetatif Nilai
Gejala
1
Pertumbuhan normal, tidak ada gejala keracunan pada daun Pertumbuhan normal, tetapi ujung daun atau beberapa daun memutih dan menggulung. Pertumbuhan daun terhambat, sebagian besar daun menggulung, hanya beberapa memanjang. Pertumbuhan terhenti, sebagian besar daun mengering, beberapa rumpun tanaman mati. Hampir semua tanaman mati
3 5 7 9
1. Tingkat toleransi galur terhadap cekaman salinitas pada fase generatif. Nilai 1 2 5 7 9
Tingkat toleransi terhadap cekaman Sangat toleran Toleran Agak toleran Peka Sangat peka
3. Tinggi tanaman. Diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai paling tinggi, dilakukan terhadap 10 (sepuluh) rumpun tanaman per plot yang dipilih secara acak.
4. Jumlah anakan. Jumlah anakan yang dimiliki oleh sebagian besar tanaman, dilakukan terhadap 10 (sepuluh) rumpun tanaman per plot secara acak
5. Bentuk rumpun Kompak atau berserak
6. Umur berbunga 50%. Dihitung jumlah hari mulai dari sebar benih sampai 50% dari rumpun berbunga.
7. PACP (Phenotypic acceptability at Maturity)
200
Kerusakan Daun Bendera Tidak ada gejala 1 – 10% 11 – 25% 26 – 50% 50 – 100%
Skoring yang mencerminkan penerimaan penampilan varietas oleh petani dimana percobaan dilakukan.
8. SP Fert (Fertilisasi malai) Dihitung jumlah gabah hampa dan gabah isi per rumpun contoh dilakukan terhadap 4 (empat) rumpun tanaman tanaman per plot yang dipilih secara acak.
9. Bobot 1.000 butir gabah (g) Timbang 1.000 butir gabah isi dan ukur kadar airnya segera setelah penimbangan tersebut.
10. Hama dan Penyakit Skoring keberadaan hama dan penyakit pada saat galur diuji sesuai dengan scoring SES (IRRI, 1996).
Fadjry Djufry, Sudarsono dan Martina S Lestari
11. Hasil per plot Hitung jumlah rumpun terpanen pada saat panen, kemudian dirontok, ditampi dan ditimbang hasil gabah bersih per plot pada kadar air 14%.
12. Jumlah rumpun tanaman per petak saat panen
13. Pengukuran kadar salinitas air tiap 7 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN Daya kecambah setiap galur dan varietas padi yang toleran pada kondisi lahan salinitas di kabupaten Mereuke menunjukkan daya kecambah yang berbeda (Tabel 3). Daya kecambah benih padi toleren salinitas sebagian besar (14 galur) menunjukkan kemampuan berkecambah yang baik atau 100% benih berkecambah,
1 galur dan 1 varietas berdaya kecambah 75% serta 3 galur dan 1 varietas mempunyai daya kecambah yang kurang baik atau hanya 35-25%. Hal ini diduga karena kemampuan daya kecambah benih kurang toleran pada kondisi lahan salinitas, dan sesuai dengan hasil analisis air pada saat persemaian menunjukkan kadar sanilitas yang cukup tinggi (1 promil) yang tergolong dalam air payau dan melebihi kadar maksimum (0,5 promil) untuk air bukan payau. Setelah 10 hari benih disebar, terdapat beberapa beberapa galur yang menunjukkan pertumbuhan yang tidak normal yaitu galur BW267-3 tidak tumbuh, galur IR77674-3B-8-2-2-8-3AJY4 dan varietas Ciherang menunjukkan pertumbuhan yang kurang bagus. Kondisi bibit padi setelah 10 hari dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Daya kecambah benih setelah perendaman padi. Genotipe IR72049-B-R-22-3-1-1 IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1 IR74099-AC7 IR79879-B-P-2-2 IR51499-2B-29-2B-1-1 IR72593-B-13-3-3-1 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) BW267-3 IR58427-5B-15 IR68653-3B-22-3 CSR-90IR-2 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 IR71829-3R-28-1 IR72046-B-R-8-3-1-2 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 Ciherang Lambur IR-29
Daya Kecambah (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 25 50 75 95 100 100 95 35 25 95 75
201
Tingkat toleransi beberapa galur harapan padi pada kondisi salinitas Tabel 4.Keadaan bibit padi pada umur 10 hari setelah semai Genotipe IR72049-B-R-22-3-1-1 IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1 IR74099-AC7 IR79879-B-P-2-2 IR51499-2B-29-2B-1-1 IR72593-B-13-3-3-1 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) BW267-3 IR58427-5B-15 IR68653-3B-22-3 CSR-90IR-2 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 IR71829-3R-28-1 IR72046-B-R-8-3-1-2 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 Ciherang Lambur IR29
Bibit padi pada umur 10 hari menunjukkan pertumbuhan yang ber-beda setiap galur dan varietas. Galur dan varietas padi yang mempunyai daya kecambah rendah mempunyai partumbuhan bibit yang kurang baik bahkan tidak tumbuh. Terlihat pada galur BW 267-3 tidak tumbuh dan galur IR776743B-8-2-2-8-3-AJY4 dan varietas Ciherang pertumbuhannya kurang baik. Kondisi bibit di persemaian yang tergolong sangat kurang sampai kurang menunjukkan jumlah bibit yang rendah atau sedikit, sehingga penanaman dilakukan hanya 1 bibit lubang-1. Hal ini disebabkan karena benih yang ber-kecambah
202
Kondisi Bibit di persemaian Baik baik Sedang Baik Baik Baik Sedang Baik Sedang Tidak tumbuh Kurang Kurang Baik Sedang Baik Baik Sangat kurang Sangat kurang Kurang Sedang
dan tumbuh jumlahnya menurun karena kemampuan bibit beradaptasi pada kondisi lahan salinitas tinggi. Dobermann and Fairhurst (2000) mengemukakan bahwa padi relatif lebih toleran terhadap salinitas saat perkecambahan, tapi tanaman bisa dipengaruhi saat pindah tanam, bibit masih muda, dan pembungaan. Toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas setiap fase pertumbuhan tanaman tidak menunjukkan adanya gejala pertumbuhan tidak normal hal ini dapat dilihat dari hasil skoring toleransi pada Tabel 5.
Fadjry Djufry, Sudarsono dan Martina S Lestari
Tabel 5. Skoring toleransi terhadap cekaman salinitas pada fase vegetatif dan generatif. Genotipe IR72049-B-R-22-3-1-1 IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1 IR74099-AC7 IR79879-B-P-2-2 IR51499-2B-29-2B-1-1 IR72593-B-13-3-3-1 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) IR58427-5B-15 IR68653-3B-22-3 CSR-90IR-2 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 IR71829-3R-28-1 IR72046-B-R-8-3-1-2 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 Ciherang Lambur IR29
Fase Tanaman Vegetatif
Generatif
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -*) 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -*) 0 0
Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman menjelang panen dan jumlah malai Galur/Veriatas IR72049-B-R-22-3-1-1 IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1 IR74099-AC7 IR79879-B-P-2-2 IR51499-2B-29-2B-1-1 IR72593-B-13-3-3-1 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) IR58427-5B-15 IR68653-3B-22-3 CSR-90IR-2 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 IR71829-3R-28-1 IR72046-B-R-8-3-1-2 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 Ciherang Lambur IR-29
Tinggi Tanaman Maksimum (cm) 126.7 a 132.7 a 123.8 a 94.0 d 102.4 cd 109.5 bc 113.4 b 102.4 cd 105.9 bc 107.3 bc 114.4 b 128.2 a 125.8 a 113.3 b 108.9 bc 113.6 b 114.0 b
Jumlah malai 14,5 bcdef 11,4 g 13,4 cdefg 19,0 a 12,2 efg 12,9 defg 14,8 bcde 11,7 g 12,2 efg 13,7 cdefg 12,7 defg 16,4 b 12,0 fg 14,6 bcdef 15,3 bcd 12,5 efg 13,4 cdefg
94.6 d 15,7 bc Keterangan:Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 95%.
203
Tingkat toleransi beberapa galur harapan padi pada kondisi salinitas Tabel 7. Rata-rata panjang malai, jumlah gabah dan persentase gabah isi. Galur/Veriatas IR72049-B-R-22-3-1-1 IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1 IR74099-AC7 IR79879-B-P-2-2 IR51499-2B-29-2B-1-1 IR72593-B-13-3-3-1 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) BW267-3 IR58427-5B-15 IR68653-3B-22-3 CSR-90IR-2 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 IR71829-3R-28-1 IR72046-B-R-8-3-1-2 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 Ciherang Lambur IR-29
Panjang Malai (cm) 25,0 abcd 26,3 a 26,7 a 22,5 cd 22,7 cd 23,2 bc 24,2 abc 23,1 bc 22,3 d 24,9 abcd 23,0 bcd 25,4 abc 25,8 ab 25,1 abcd 23,9 abcd 24,5 abcd 23,2 bcd
Jumlah Gabah/malai (butir) 139,3 ab 131,5 abc 92,2 e 121,4 abcde 111,1 bcde 125,9 abcd 91,7 e 119,0 abcde 147,7 a 106,5 cde 104,3 cde 112,6 bcde 113,4 bcde 138,8 ab 103,2 cde 112,5 bcde 138,0 ab
Gabah Isi (%). 72,2 abcde 69,2 abcdef 67,9 abcdef 65,3 cdef 84,1 a 74,2 abcd 72,5 abcde 78,6 abcd 74,8 abcd 66,8 bcdef 80,4 abc 56,7 ef 63,0 def 37,8 g 83,4 a 81,9 ab 53,5 ef
22,7 cd 98,7 de 72,9 abcd Keterangan:Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 95%.
Kemampuan galur IR77674-3B-8-2-2-8-3AJY4 dan galur IR77674-3B-8-2-14-4AJY2menghasilkan produksi yang tinggi menunjukkan bahwa kedua galur tersebut memiliki kemampuan ber-adaptasi yang lebih baik pada kondisi cekaman salinitas tinggi dari pada galur dan varietas lainnya. Produksi yang dicapai galur IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 dan galur IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 sudah
204
lebih tinggi dari hasil yang diperoleh pada pengujian varietas terhadap salinitas pada tahun sebelumnya. Hasil uji adaptasi beberapa varietas unggul padi toleran salinitas di kabupaten Merauke menunjukkan bahwa pro-duktivitas tertinggi dicapai pada varietas Indragiri 4,53 t ha-1 GKP dan Batanghari 4,30 t ha-1 GKP (Arifuddin et al., 2009)
Fadjry Djufry, Sudarsono dan Martina S Lestari
Tabel 8. Rata-rata berat 1000 butir gabah dan produktivitas. Galur/Veriatas IR72049-B-R-22-3-1-1 IR78788-B-B-10-1-2-4-AJY1 IR77674-3B-8-1-3-13-12-AJY2 IR77664-B-25-1-2-1-3-12-5-AJY1 IR74099-AC7 IR79879-B-P-2-2 IR51499-2B-29-2B-1-1 IR72593-B-13-3-3-1 IR66946-3R-178-1-1 (FL478) IR58427-5B-15 IR68653-3B-22-3 CSR-90IR-2 IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 IR71829-3R-28-1 IR72046-B-R-8-3-1-2 IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 Ciherang Lambur IR-29
Berat 1000 butir gabah (g) 20,0 d 24,7 abcd 28,7 a 21,3 cd 22,0 bcd 26,7 abc 24,7 abcd 22,0 bcd 25,3 abcd 22,0 bcd 22,0 bcd 26,0 abcd 28,0 ab 22,7 abcd 20,7 cd 24,7 abcd 24,7 abcd
Produksi GKG (t ha-1) 3.85 de 5,83 abc 6,25 ab 6,14 ab 5,62 abcd 5,56 abcd 4,90 abcde 3.90 de 4,56 bcde 5,93 ab 4,12 cde 6,25 ab 6,44 a 3,14 e 6,31 ab 6,60 a 6,14 ab
22,0 bcd 6,43 a Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 95%.
KESIMPULAN Tanaman padi Galur BW267-3 dan varietas Ciherang tidak mampu tumbuh dan berkembang pada lahan-lahan dengan cekaman salinitas tinggi. Produksi Gabah Kering Giling (GKG) tertinggi dihasilkan oleh galur IR776743B-8-2-2-8-3-AJY4 (6,60 t ha-1), tidak berbeda nyata dengang galur IR776743B-8-2-14-4-AJY2 (6,44 t ha-1) dan Varietas IR-29 (6,43 t ha-1) dan terendah pada galur IR71829-3R-28-1(3,14 t ha-1). Galur padi IR77674-3B-8-2-2-8-3-AJY4 dan galur IR77674-3B-8-2-14-4-AJY2 berpeluang untuk dilepas menjadi varietas padi unggul baru yang toleran terhadap cekaman salinitas.
DAFTAR PUSTAKA Admihardja, A, A. Bambang, K. Sudarman dan D.A. Suriadikarta, 1999. Prespektif pengembangan pertanian di lahan rawa. Pros, Temu Pakar dan Lokakarya Nasional Desiminasi dan Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Rawa. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.pp. 42,51. Alihamsyah T., M. Sarwani, dan I. ArRiza. 2003. Lahan pasang surut sebagai sumber pertumbuhan produksi padi masa depan. Dalam B. Suprihatno et al (ed.). Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Buku 2. Hal: 263-287. Puslitbangtan Tanaman Pangan Bogor. 205
Tingkat toleransi beberapa galur harapan padi pada kondisi salinitas Arifuddin K., A.W. Rauf, dan Lestari. 2009. Uji Ketahanan beberapa Varietas Padi terhadap Salinitas di Kabupaten Merauke. Laporan Hasil Penelitian BPTP Papua. 30 Hal. Tidak Dipublikasi Berger, J. D., J. Speijers, R. L. Sapra, and U. C Sood. 2007. Genotype by environment interaction and chickpea improvement. In: Chickpea Breeding and Management. S.S. Yadav, R.J. Redden, W. Chen, B. Sharma (ed.), CAB International, pp. 617-629. Cleveland, D.A. 2001. Is plant breeding science objective truth or social construction: The case of yield stability. Agriculture and Human Value 18:251-170 Distan Merauke 2010. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian tanaman Pangan Dati II Merauke.70 Hal. Distan Papua. 2010. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. I Provinsi Papua.100 Hal. Gregoria, G.B., D. Senadhira, R. D. Mendoza. 1997. Screening rice for salinity tolerance, IRRI Discussion paper Series No. 22. International Rice Research Institute, Los Banos. Laguna , Philippines. Flowers, T.J. 2004. Improving crop salt tolerance. Journal of Experimental Botany. 55(396): 307-319. Moradi, F, A.M. Ismail, J. Egdane, G.B. Gregori. 2003. Salinity tolerance of rice during reproductive development and association with tolerance at the seedling stage. Indian J. Plant Physiol. 8: 105-116 Nejad, G.M., R.K. Singh, A. Arzani, A. M. Rezaie, H. Sabouri, G.B. Gregoria. 206
2010. Evaluation of salinity tolerance in rice genotypes. International Journal of Plant Production 4 (3): 1735-8043. Rauf A.W., F. Djufri, A. Kasim, P. Laksono. 2009. Penerapan PTT Padi, Jagung, dan Kedelai pada Ekosistem Lahan Rawa dan Kering yang dapat meningkatkan Produktivitas padi > 6 t ha-1, Kedelai 2 t ha-1 dan jagung > 5 t ha-1. Laporan Hasil Penelitian BPTP Papua. 30 hal. Sangakkara, U.R. 2001. Plant Stress Factors: Their Impact on Productivity of Cropping Systems. In J. Nosberger, H. H. Geiger, and P.C. Struik (ed.). Crop Science: Progress and Prospects. CAB International Publ. Wellingford. P. 101-117. Shah, T.M., M. Hassan, M.A. Haq, B.M. Atta, S. S. Alam, and H. Ali, 2005. Evaluation of Cicer species for resistance to Ascochyta Blight. Pak. J. Bot. 37(2):431-438. Singh, K. B., and G. Bejiga. 1990. Analysis of stability forsome characters in kabuli chickpea.Euphytica 49:223227. Sulistyowati, E., S. Sumartini, Abdurrakhman. 2010. Toleransi 60 aksesi kapas terhadap cekaman salinitas pada fase vegetatif. Jurnal Littri. 16: 20-26 Sumarno dan A.G. Manshuri. 2007. Persyaratan tumbuh dan wilayah produksi kedelai di Indonseia, hal 74 – 103. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasi (ed.). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Fadjry Djufry, Sudarsono dan Martina S Lestari
Sutikno, H., dan Y. Rina, 2002. Kondisi sosial ekonomi petani lahan pasang surut. Dalam. Ar-Riza, Sarwani dan Alihamsyah (ed.). Monograf. Pengelolaan Air dan Tanah di Lahan Pasang Surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa,Banjarbaru.
Tester, M, and R. Davenport. 2003. Na tolerance and Na transport in higher plants. Annuals Botany. 91: 503-527. Utama, M. Z. H., W. Haryoko, R. Munir, Sunadi. 2009. Penapisan varietas padi toleran salinitas pada lahan rawa di Kabupaten Pesisir Selatan. J. Agron. Indonesia 37(2): 101-106.
207